• Tidak ada hasil yang ditemukan

Jajanan Makin Beracun, 30 Juta Anak Terancam. Oleh Otto Ismail Rabu, 27 Februari :35

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Jajanan Makin Beracun, 30 Juta Anak Terancam. Oleh Otto Ismail Rabu, 27 Februari :35"

Copied!
6
0
0

Teks penuh

(1)

Kesehatan seorang anak merupakan salah satu kewajiban orangtua untuk melindungi, baik di dalam rumah maupun di luar rumah. Ironisnya, kini jajanan mereka terutama di lingkungan sekolah makin beracun. Sekitar 30 juta nyawa generasi muda pun terancam.

Orangtua mesti berhati-hati mengenai jajanan anaknya di sekolah. Hal tersebut lantaran di beberapa provinsi ditemukan makanan anak-anak di sekolah yang masih mengandung zat-zat berbahaya.

"Memang merupakan satu kepedulian atau kerisauan kita, waktu itu sering kali terjadi diare, keracunan di sekolah-sekolah, oleh karena itu 2010 dicanangkan penanaman gerakan aksi nasional, dengan pengamanan jajanan anak sekolah yang dimonitori oleh BPOM, dan saat ini jumlah di provinsi semakin banyak," ujar Menteri Kesehatan, Nafsiah Mboi usai menghadiri acara Rakernas BPOM RI 2013, di Kalimantan Tengah, Selasa (26/2).

Menurutnya, hal tersebut tidak bisa ditolelir, dimana ada anak-anak sekolah yang keracunan akibat makanan yang dikonsumsinya."Itu tidak boleh ditolelir, memang ini merupakan tanggung jawab pemerintah. Dan kami sangat perduli akan kesehatan anak sekolah," tuturnya.

Paling terpenting, lanjut Nafsiah, adalah orang yang menyediakan makanan untuk di konsumsi anak-anak siswa."Dia (penjual jajanan) mesti sadar, bahwa dia bisa membawa penyakit untuk anak-anak.

(2)

Sementara itu, Kepala Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM), Lucky S Slamet

mengatakan, pihaknya mempunyai strategi untuk mencegah adanya makanan yang tidak baik untuk siswa di sekolah. "Strateginya meningkatkan komunitas sekolah untuk melindungi dirinya sendiri, yaitu yang berperan guru, orangtua, dan petugas kantin," ujarnya.

Menurutnya, kasus ditemukan makanan anak siswa yang tidak baik sangat merata di setiap Provinsi."Pada dasarnya merata, tetapi kami bisa menurunkannya. Saat ini 76 persen yang sudah aman. Sekolah-sekolah yang menyediakan yang bisa terjangkau dan bergizi, kita tidak mau anak-anak tidak terpenuhi gizinya," lanjutnya.

Kata Lucky, banyak bahan-bahan yang terkandung dalam makanan siswa anak sekolah. "Bahan-bahan berbahaya seperti mengadung formalin, zat pengawet atau bahan tekstil yang tidak diperbolehkan juga. Mikrobanya juga banyak dan sekarang sudah menurun," tutupnya.

30 Juta Terancam

Gempuran pangan jajanan anak sekolah (PJAS) berbahaya semakin menjadi-jadi. Saat ini diperkirakan 30 juta anak sekolah dikepung PJAS jahat karena men­gan­dung formalin, boraks, serta zat pewarna beracun seperti rhodamin B dan methanyl yellow.

Zat-zat kimia tadi masuk kategori berbahaya karena jika dikonsumsi dalam jangka panjang bisa memicu kanker. Sam­pai saat ini, upaya perlindungan anak-anak sekolah dari jajanan

berbahaya itu terus dijalankan oleh Badan Pengawasan Obat dan Makanan (BPOM).

(3)

sekolah su­dah terbebas dari zat kimia berbaya. Sampai pertengahan tahun ini, BPOM melansir jika 76 persen sampel PJAS yang mereka teliti sudah masuk kategori aman.

”Jadi tinggal 24 persen sam­pel PJAS yang masih mengandung zat berbahaya,” katanya. Dia mengatakan penanganan PJAS berbahaya ini tidak bisa dilakukan oleh BPOM saja. Tetapi juga membutuhkan ker­jasama dengan komunitas sekolah. Mulai dari kepala sekolah, guru, wali siswa, para siswa, hingga masyarakat pedagang jajanan sekolah.

Sejak gencar memberantas PJAS berbahaya, BPOM melansir data perkembangan yang lumayan menanjak. Dimulai pada kurun 2008 hingga 2010 lalu, sampel PJAS yang aman dari zat berbahaya sekitar 56-60 persen. Kemudian pada 2011 meningkat menjadi sekitar 65 persen. ”Upaya ini terus kita genjot,” kata dia.

Dengan penanganan yang tidak gampang, Lucky memasang target pada akhir tahun ini mereka bisa menyelamatkan 1,3 juta anak sekolah dari PJAS berbahaya. Dia mengakui jika target itu tidak sebanding de­ngan jumlah anak sekolah yang mencapai 30 juta siswa. Namun Lucky mengatakan 1,3 juta anak sekolah yang ber­hasil mereka amankan itu bisa berperan sebagai agent of change.

Ironis! Cuma 18% Bawa Bekal

Hasil kajian BPOM menemukan sekitar 24% produk pangan masih belum memenuhi syarat, termasuk jajanan sekolah. Sayangnya hanya 18% orangtua yang memberikan bekal dari rumah

(4)

"Kualitas jajanan makanan di sekolah masih dipertanyakan, mulai dari zat adiktif, pengawet, pengembang, pewarna dan lain-lain," kata dr H. Tb Rachmat Santika, SpA, MARS, dokter spesialis anak IDAI.

Lebih lanjut lagi, dr Rachmat menjelaskan bahwa kondisi gizi anak-anak Indonesia terbilang cukup buruk. Sebagai contoh, sebanyak 17,9% anak Indonesia mengalami kekurangan gizi, yang mengalami gizi buruk sebanyak 4,9% dan 36% mengalami stunting atau hambatan pertumbuhan.

Stunting merupakan kondisi kekurangan gizi yang kronis. Jika dijumlahkan dari angka anak yang mengalami kekurangan gizi dan gizi buruk saja, maka bisa dikatakan bahwa hampir

seperempat anak Indonesia tidak tercukupi kebutuhan gizinya. Menurut dr Rachmat, kecukupan gizi ini dapat dibantu dengan membawa bekal ke sekolah.

"Kami menemukan anak yang membawa bekal ke sekolah hanya 18%, sedangkan 60% anak dikasih uang saku. Kami mendorong agar anak-anak membawa bekal ke sekolah, dengan harapan seperempat anak-anak yang kekurangan gizi tadi akan membaik gizinya," kata dr Rachmat.

Dr Rachmat juga menjabarkan bahwa kebanyakan anak-anak seringkali tidak sempat sarapan di rumah karena jam masuk sekolah yang amat pagi. Jika memperhitungkan kemacetan yang dapat memperlama jarak tempuh dari rumah ke sekolah, maka anak-anak harus sudah

bersiap-siap berangkat pagi-pagi sekali.

(5)

Bekal Makanan Siswa Inggris Memburuk

Persoalan makanan anak sekolah rupanya bukan hanya terjadi di Indonesia. Di Inggris, banyak anak sekolah yang membawa bekal mekanan dengan kondisi yang buruk. Kesulitan keuangan keluarga menjadi penyebab buruknya bekal makanan siswa.

Sebuah penelitian yang dilakukan lewat Internet atas 250 sekolah dan petugas kesehatan yang bekerja untuk anak memperlihatkan siswa tidak mendapat makanan cukup saat jam sekolah. Sebuah yayasan amal, Children's Food Trust's, menemukan peningkatan 68,1 persen dalam keluarga-keluarga yang berjuang untuk menyiapkan makanan kepada anak dalam waktu dua tahun belakangan.

Mereka juga menemukan bahwa kotak bekal makan siang murid belakangan ini semakin sedikit mengandung buah dan lebih banyak junk food atau makanan siap saji yang tidak sehat.

Sedangkan di kalangan staf yang bekerja di sekolah, sebanyak 47 persen mengatakan melihat perubahan dalam kotak makan siang murid bersamaan dengan keuangan keluarga yang semakin ketat.

Bahkan seorang staf mengatakan melihat bekal anak hanya berisi roti yang berkualitas buruk dan kadang hanya dilapisi dengan mentega. Staf lain menyebutkan, semakin sedikit makanan yang diproses dan lebih banyak sisa-sisa makanan serta makanan kering dari lemari

penyimpan. Pada saat bersamaan, ditemukan permen dan cokelat lebih banyak dalam kotak makan siang.

Tidak cuma itu, sebanyak 84,6 persen guru yang mengikuti survei mengatakan, mereka

menemukan anak-anak yang kurang makan selama berada di sekolah, dan jumlah yang kurang makan itu mencapai sepertiga murid. Children's Food Trust mengatakan, situasi tersebut

membuat para guru juga harus bekerja untuk melindungi murid dari dampak kekurangan gizi, yang sebenarnya bukan tugas mereka.

(6)

yang besar," tutur Linda Cregan dari Children's Food Trust. "Suka atau tidak, mereka yang berada dalam pekerjaan ini berada di garis terdepan untuk membantu orang tua dalam hal ini, jadi mereka membutuhkan dukungan yang tepat," dia melanjutkan. Salah satu dukungan yang diharapkan bisa diberikan kepada guru, menurut Cregan, adalah melalui penyusunan rencana kesehatan umum yang disusun oleh pemerintah daerah.

Ada yang mengungkapkan, bekal yang dibawa ke sekolah seperti apa yang tersisa di lemari makanan, makanan yang tidak dimasak lagi. "Memang ada yang membekali anaknya dengan pangan yang menyehatkan, namun sejumlah anak hanya dibekali nasi dingin atau kentang goreng dingin dengan gorengan ikan atau sejenisnya," ungkap responden. (SP/OI)

Referensi

Dokumen terkait

Jadi sikap bahasa siswa SMPN 9 Lambu terhadap bahasa Indonesia dapat meningkatkan dengan pemberian motivasi guru terhadap peserta didik untuk terampil menggunakan bahasa

Penggunaanfungsi kernel yang berbeda yaitu fungsi kernel Triangle dan kernel Gaussian dengan bandwidth optimal menghasilkan estimasi kurva regresi yang hampir sama,

Penelitian ini bertujuan untuk mengkaji sumber-sumber pendapatan dan kontribusi masing-masing sumber pendapatan rumah tangga petani, mengkaji tingkat konsumsi pangan

• Jawa Barat menunjukkan jumlah penduduk yang paling banyak belum mendapatkan vaksin, yaitu mencapai lebih dari 27 juta jiwa dari target sekitar 37 juta jiwa.. Namun

Perusahaan memang memiliki target dan sistem pelaporan target yang baik, namun tidak memiliki strategi untuk mencapai target atau activity plan.. Kemudian saya melakukan

Diharapkan dengan adanya kampanye ini, target dapat memperoleh informasi seputar bahaya dari zat-zat kimia yang terkandung pada jajanan anak di sekolah. Dan mulai

Dilihat dari hasil-hasil yang dicapai pada kuartal ketiga seperti yang disebutkan di atas, sejauh ini Indosat cukup tepat dalam memilih strategi bisnis maupun penerapannya

DPL 1 : Irma Suryahani, SE., M.Si.. NO DESA NO NAMA NIM