IKHTISAR MINGGUAN COVID-19
Indonesia, 28 Agustus - 3 September 2021
GAMbARAN SITUASI NASIONAl
Grafik 1. Kasus dan Kematian Mingguan di Indonesia
• Secara kumulatif nasional sampai dengan per 3 September 2021, tercatat 4.116.890 kasus terkonfirmasi, dengan besaran insiden kasus sebesar 24.01/100.000 penduduk per minggu. Total jumlah kematian tercatat 134.930 kasus, dengan besaran insiden 1,53/100.000 penduduk per minggu. Positivity rate 8.42 per minggu indikator transmisi komunitas terus memperlihatkan perbaikan situasi di lapangan. Persentase keterpakaian tempat tidur (%BOR) isolasi COVID-19 seluruh provinsi sudah berada dalam level memadai (<60%/minggu).
• WHO telah menetapkan Mu sebagai Varian terbaru dan menjadi Variant of Interest kelima yang diperkirakan resisten terhadap vaksin, meskipun masih membutuhkan studi lanjut untuk memastikan hal tersebut. Mu ditemukan pertama kali di Kolombia pada Januari 2021 dan secara sporadik menyebar di Amerika Selatan serta Eropa. Varian baru ini bertanggung jawab atas 39% dan 13% infeksi yang terjadi di Kolombia dan Ekuador.1 1 https://news.un.org/en/story/2021/09/1098942 2,000 4,000 6,000 8,000 10,000 12,000 14,000 50,000 100,000 150,000 200,000 250,000 300,000 350,000 27 Juni-3 Juli 2020 Agustus15-21 2020 26 September -2 Oktober 2020 7-13 November 2020 19-25 Desember 2020 6-12 Februari 2021 27 Maret-2
April 2021 15-21 Mei2021 3-9 Juli2021 Agustus21-27 2021 Jum la h Ke m at ia n Jum la h Ka sus
Data Mingguan (7 Hari) 27 Juni 2020 - 27 Agustus 2021
Kasus dan Kematian Mingguan di Indonesia
Jawa-Bali Sumatera Kalimantan
Sulawesi Nusa Tenggara-Maluku-Papua Jumlah Kematian Data Mingguan (7 Hari) 27 Juni 2020 - 3 September 2021
Data dalam laporan situasi ini menggunakan data berdasarkan 7DMA (28 Agustus-3 September 2021) yang diakses dari visualisasi data Pusdatin, Kemkes dan ppt ketahanan per tanggal 3 September 2021 (data per 2 September 2021). Untuk data WGS berasal dari ringkasan hasil pemeriksaan Whole Genome Sequencing (WGS) virus SARS-CoV-2 yang dilakukan oleh Kementerian Kesehatan dan Jejaring Laboratorium Surveilans Genom SARS-C0V-2 di Indonesia, minggu epidemiologi ke-35
Sumber: Pusdatin, ppt Ketahanan Kesehatan 3 September 2021
Gambar 1. Peta Sebaran Level Kr Testing: Positivity Rate Pada 7 Hari Terakhir (27 Agustus– 2 September 2021)
• Level Transmisi Komunitas di seluruh provinsi masih beragam yaitu level 1-4, namun hampir seluruh provinsi menunjukkan tren penurunan kasus kecuali Aceh.
• Pada 7 hari terakhir testing di 10 provinsi menunjukkan level kapasitas yang terbatas yaitu di Aceh, Sumatera Utara, Riau, Jambi, DI Yogyakarta, Kalimantan Utara, Kalimantan Tengah, Kalimantan Selatan, Sulawesi Barat, dan Sulawesi Tengah. Terdapat 3 yang kapasitasnya kategori memadai yaitu DKI Jakarta, Maluku Utara dan Bengkulu. Provinsi lainnya menunjukan kapasitas sedang.
• Kapasitas testing belum menunjukkan pemenuhan target tes berdasarkan positivity
rate selama ini. Peningkatan level kapasitas lebih disebabkan oleh penurunan kasus
itu sendiri sebagai dampak dari PPKM yang diberlakukan sejak awal Juli 2021. Di sisi lain masih terdapat provinsi yang kapasitasnya belum memadai meskipun kasus terus menurun. Dengan demikian perbaikan kapasitas testing bukan dikarenakan peningkatan kinerja namun lebih pada kondisi kasus yang saat ini sedang turun. • Pada 8 Februari 2021 sesuai dengan Kepmenkes 446/2021, pemerintah telah
menetapkan penggunaan Rapid Diagnostic Test Antigen berdasarkan kriteria kecepatan pemeriksaan dan kriteria akses terhadap NAAT
• Sejak 23 Juli 2021, melalui SE Dirjen P2P nomor 1918/2021, telah menetapkan penggunan RDT sebagai diagnosis untuk daerah dengan situasi level 3 dan level.
• Kebijakan ini adalah upaya peningkatan kapasitas tes mengingat metode RDT lebih mudah ditingkatkan jumlah dan cakupannya dibandingkan dengan metode NAAT.
Sumber: Pusdatin, ppt Ketahanan Kesehatan 3 September 2021
Grafik 2. Pemeriksaan Spesimen 2 Minggu Terakhir
• Proporsi pemeriksaan dengan RDT(Ag) selama 2 minggu terakhir menunjukkan
tren peningkatan sedangkan untuk NAAT menunjukkan penurunan.
Sumber: Pusdatin, ppt Ketahanan Kesehatan 3 September 2021
Grafik 3. Pemeriksaan Spesimen Berdasarkan Tujuan
94,985 76,742 49,919 94,444 97,075 90,227 88,319 85,153 70,917 45,940 96,012 89,37582,052 83,534 105,265 71,668 72,818 91,408 152,190 115,547 95,796 96,521 83,243 79,483 128,230 130,686 126,663 125,755 200,250 148,410 122,737 185,852 249,265 205,774 184,115 181,674 154,160 125,423 224,242 220,061 208,715 209,289
Sat 21/8 Sun 22/8Mon 23/8Tue 24/8Wed 25/8Thu 26/8 Fri 27/8 Sat 28/8 Sun 29/8Mon 30/8Tue 31/8 Wed 1/9 Thu 2/9 Fri 3/9 RDT(Ag) NAAT (PCR & TCM)
Sumber: Pusdatin, ppt Ketahanan Kesehatan 3 September 2021
Grafik 2. Pemeriksaan Spesimen 2 Minggu Terakhir
• Proporsi pemeriksaan dengan RDT(Ag) selama 2 minggu terakhir menunjukkan tren peningkatan sedangkan untuk NAAT menunjukkan penurunan.
Sumber: Pusdatin, ppt Ketahanan Kesehatan 3 September 2021
Grafik 3. Pemeriksaan Spesimen Berdasarkan Tujuan
• Sedangkan berdasarkan tujuan tes, kedua metode masih didominasi untuk tujuan
skrining. Berdasarkan konsep testing-tracing-treatment serta memperhatikan kebijakan tentang penggunaan RDT, idealnya tes lebih ditujukan untuk suspek, kontak erat dan follow up.
• Informasi proporsi skrining perlu dipilah hasil tes-negatif, informasi besaran positivity
rate dari kelompok skrining dapat menjadi gambaran awal besaran pelacakan yang
Sumber: Pusdatin, ppt Ketahanan Kesehatan 3 September 2021
Gambar 2. Peta Sebaran Level Kr Tracing: Rasio Kontak Erat 7 Hari Terakhir (27 Agustus– 2 September 2021)
• Belum ada Provinsi yang menunjukkan kapasitas tracing memadai. Sembilan provinsi menunjukkan kapasitas sedang yaitu Sumatera Utara, Riau, Jawa Barat, DKI Jakarta, Jawa Tengah, Banten, Jawa Timur, NTT dan NTB. Provinsi lainnya menunjukan kapasitas terbatas.
• Sama hal-nya dengan tes, penguatan tracing lebih disebabkan pada penurunan
kasus sehingga target tracing menjadi lebih rendah.
• Tracing-testing menjadi penting untuk menentukan sasaran yang memerlukan isolasi dan perawatan. Tracing-testing dengan under-reported yang tinggi dapat menyimpan potensi penularan yang tidak terkendali yang pada akhirnya memerlukan PPKM yang lebih luas. PPKM sendiri akan memberikan dampak pada lintas sektor lainnya seperti aktivitas ekonomi 2 dan pendidikan.
• Tracing memerlukan sistem pengelolaan yang kompleks karena prasyaratnya adalah keterlibatan lintas sektor, kesiapan tenaga, pemanfaatan teknologi informasi dan edukasi masyarakat. Dengan dibentuk tim tracer oleh pemerintah, maka informasi monitoring dan kinerja pelacakan diperlukan untuk agar dapat ditentukan dampak pelacakan dan penguatannya. Pan American Health Organization (PAHO)-WHO merekomendasi indikator (time series) pelacakan kontak dan analisis sebagai berikut3:
o Jumlah kontak erat yang dijadwalkan untuk dikontak/ditemui o Jumlah kontak erat yang dikontak/ditemui
KONDISI REGIONAl
• Situasi kasus dan kematianJumlah kasus baru di seluruh provinsi menunjukan penurunan, kenaikan hanya terjadi di Provinsi Papua Barat sebesar 2,7 %. Penurunan terbesar terjadi di Provinsi Jawa Barat dan penurunan terkecil di Provinsi Aceh (-11, 8%). Jumlah kematian sebagian besar juga sudah mengalami penurunan. Ada 4 provinsi yang mengalami peningkatan kematian yaitu Provinsi Aceh (1,4%), NTT (43,6%), Sulawesi Utara (5%) dan Papua (33,3%).
• Situasi testing dan tracing Regional
Tren testing sudah semakin membaik di beberapa provinsi, hal ini ditunjukan dengan angka positivity rate yang memadai terdapat di 3 provinsi (DKI Jakarta, Maluku Utara dan Bengkulu), 21 provinsi pada level sedang (5-10%/minggu) dan 10 provinsi pada level terbatas (>15%/minggu). Berdasarkan NAR, Jumlah laboratorium pemeriksa COVID-19 NAAT sebanyak 846 lab, dimana lebih dari 50% berada di Pulau Jawa dan sisanya tersebar di 28 provinsi. Kurangnya fasilitas laboratorium pemeriksa COVID-19 di provinsi menyebabkan sulitnya meningkatkan angka testing di daerah. • Dalam rangka peningkatan tracing, beberapa provinsi telah merekrut tenaga tracer dan
juga mengerahkan petugas Babinsa dan Babinkamtibmas yang telah dilatih menjadi
tracer. Diharapkan strategi ini mampu meningkatkan tracing di masyarakat. Penetuan
tenaga tracer perlu mempertimbangakan aspek budaya setempat. Sebaiknya tracer merupakan orang yang dipandang di masyarakat setempat sehingga memudahkan ketika melakukan pelacakan dan masyarakat mau terbuka dan bekerjasama pada saat tracing dilakukan.
• Situasi vaksinasi
Cakupan vaksinasi COVID-19 di Indonesia belum merata. Hanya 4 provinsi dengan cakupan diatas 50% yaitu DKI Jakarta, Bali, Kep. Riau, dan DIY. 27 provinsi cakupan masih dibawah 30%. Dengan jumlah vaksinasi yang masih sedikit, perlu menjadi pertimbangan terhadap wacana pembukaan sekolah, dimana jumlah remaja yang telah divaksin baru mencapai 10%
VAKSINASI
di masyarakat setempat sehingga memudahkan ketika melakukan pelacakan dan masyarakat mau terbuka dan bekerjasama pada saat tracing dilakukan. • Situasi vaksinasi
Cakupan vaksinasi Covid-19 di Indonesia belum merata. Hanya 4 provinsi dengan cakupan diatas 50% yaitu DKI Jakarta, Bali, Kep. Riau, dan DIY. 27 provinsi cakupan masih dibawah 30%. Dengan jumlah vaksinasi yang masih sedikit, perlu menjadi pertimbangan terhadap wacana pembukaan sekolah. dimana jumlah remaja yang telah divaksin baru mencapai 10%
VAKSINASI
Grafik 3. Sandingan Kasus, Kematian dan Persentase Cakupan Vaksinasi Nasional Sejak Dimulainya Vaksinasi (per 3 September 2021)
• Vaksin Covid-19 bekerja dengan cara memicu sistem imunitas tubuh untuk melawan virus, sehingga risiko terinfeksi virus ini akan lebih kecil. Meskipun tertular SARS-CoV-2, vaksin COVID-19 bisa mencegah penderitanya mengalami gejala berat dan risiko terjadinya komplikasi hingga kematian.
31.70
18.13
60,53603/09/
50,000 100,000 150,000 200,000 250,000 300,000 350,000 5.00 10.00 15.00 20.00 25.00 30.00 35.00 15/01/ 2021 15/02/ 2021 15/03/ 2021 15/04/ 2021 15/05/ 2021 15/06/ 2021 15/07/ 2021 15/08/ 2021 JU M LAH KAS US D AN KE M AT IAN PER SEN TA SE DO SI S 1 DA N DO SI S 2 TANGGALPersentase Dosis 1 Persentase Dosis 2 Kasus Kematian
Grafik 4. Sandingan Kasus, Kematian dan Persentase Cakupan Vaksinasi Nasional Sejak Dimulainya Vaksinasi (per 3 September 2021)
• Vaksin COVID-19 bekerja dengan cara memicu sistem imunitas tubuh untuk
melawan virus, sehingga risiko terinfeksi virus ini akan lebih kecil. Meskipun tertular SARS-CoV-2, vaksin COVID-19 bisa mencegah penderitanya mengalami gejala berat dan risiko terjadinya komplikasi hingga kematian.
• Tren penurunan kasus dan kematian dengan status vaksin pada grafik diatas menunjukkan ada tren yang positif. Ketika tren pemberian vaksin meningkat signifikan diantara bulan Juli hingga Agustus, maka tren kasus dan kematian mulai menunjukkan penurunan (Grafik 4). Meskipun banyak faktor yang secara simultan mempengaruhi turunnya angka kasus dan kematian, namun salah satu yang berpengaruh signifikan yaitu percepatan pemberian vaksin yang merata di seluruh daerah. Angka kasus dan kematian pada data tersebut juga masih bias dari segi waktu, karena pencatatan angka harian masih tergabung dengan pencatatan yang terlambat dilaporkan di hari-hari sebelumnya.
• Tren penurunan kasus dan kematian dengan status vaksin pada grafik diatas menunjukkan ada tren yang positif. Ketika tren pemberian vaksin meningkat signifikan diantara bulan Juli hingga Agustus, maka tren kasus dan kematian mulai menunjukkan penurunan (Gambar 1). Meskipun banyak faktor yang secara simultan mempengaruhi turunnya angka kasus dan kematian, namun salah satu yang berpengaruh signifikan yaitu percepatan pemberian vaksin yang merata di seluruh daerah. Angka kasus dan kematian pada data tersebut juga masih bias dari segi waktu, karena pencatatan angka harian masih tergabung dengan pencatatan yang terlambat dilaporkan di hari-hari sebelumnya.
Grafik 4. Jumlah Penduduk Dengan 2 Dosis, 1 Dosis dan 0 Dosis (per 3 September 2021)
Keterangan:
Vaksin 2 dosis : penduduk yang sudah mendapatkan vaksin dosis ke satu dan dua.
1 10 100 1,000 10,000 100,000 KALTARA
MALUKU UTARAPAPUA BARAT SULBAR GORONTALOBENGKULU KEP. BABELMALUKU SULTENGPAPUA KALSEL KALTENGSULTRA KALBAR SUMBARKALTIM NTT NTB ACEHRIAU LAMPUNGJAMBI SULUT SUMSEL KEP. RIAUSULSEL DIY SUMUT BANTENBALI JAWA TENGAHDKI JAKARTA JAWA TIMURJAWA BARAT
Vaksin 2 Dosis Vaksin 1 Dosis 0 Dosis
Grafik 5. Jumlah Penduduk Dengan 2 Dosis, 1 Dosis dan 0 Dosis (per 3 September 2021)
Keterangan:
Vaksin 2 dosis : penduduk yang sudah mendapatkan vaksin dosis ke satu dan dua. Vaksin 1 dosis : penduduk yang baru mendapatkan vaksin dosis ke satu.
0 dosis : penduduk yang belum mendapatkan vaksin berdasarkan target.
• Jawa Barat menunjukkan jumlah penduduk yang paling banyak belum mendapatkan
vaksin, yaitu mencapai lebih dari 27 juta jiwa dari target sekitar 37 juta jiwa. Namun demikian, Jawa Barat mengalami kenaikan 2 juta penduduk yang telah divaksin dosis 1 dalam sepekan ini. Provinsi yang penduduknya paling banyak mendapatkan vaksin 2 dosis adalah DKI Jakarta, yaitu sekitar 6,3 juta jiwa, disusul Jawa Timur, Jawa Barat, dan Jawa Tengah, sedangkan 30 provinsi lainnya paling banyak hanya mencapai 1,9 juta jiwa. Jumlah penduduk yang mendapatkan vaksin saat ini memang telah terpusat di pulau Jawa, diharapkan pelayanan vaksin mulai digencarkan ke luar pulau Jawa untuk memeratakan persentase penduduk yang mendapatkan vaksin guna menciptakan herd immunity secara tepat.
Vaksin 1 dosis : penduduk yang baru mendapatkan vaksin dosis ke satu. 0 dosis : penduduk yang belum mendapatkan vaksin berdasarkan target.
• Jawa Barat menunjukkan jumlah penduduk yang paling banyak belum mendapatkan vaksin, yaitu mencapai lebih dari 27 juta jiwa dari target sekitar 37 juta jiwa. Namun demikian, Jawa Barat mengalami kenaikan 2 juta penduduk yang telah divaksin dosis 1 dalam sepekan ini. Provinsi yang penduduknya paling banyak mendapatkan vaksin 2 dosis adalah DKI Jakarta, yaitu sekitar 6,3 juta jiwa, disusul Jawa Timur, Jawa Barat, dan Jawa Tengah, sedangkan 30 provinsi lainnya paling banyak hanya mencapai 1,9 juta jiwa. Jumlah penduduk yang mendapatkan vaksin saat ini memang telah terpusat di Pulau Jawa, diharapkan pelayanan vaksin mulai digencarkan ke luar Pulau Jawa untuk memeratakan persentase penduduk yang mendapatkan vaksin guna menciptakan herd immunity secara tepat.
Grafik 5. Cakupan Vaksinasi 2 Dosis, 1 Dosis dan 0 Dosis Terhadap Target Sasaran Vaksinasi (per 3 September 2021)
Keterangan:
%Vaksin 2 dosis : persentase penduduk yang sudah mendapatkan vaksin dosis ke satu dan dua. %Vaksin 1 dosis : persentase penduduk yang baru mendapatkan vaksin dosis ke satu.
%0 dosis : persentase penduduk yang belum mendapatkan vaksin berdasarkan target.
• DKI Jakarta adalah satu-satunya provinsi yang berdasarkan target tidak lagi terdapat masyarakat yang belum mendapatkan vaksin sama sekali. Bahkan capaian DKI Jakarta untuk masyarakat yang telah mendapatkan vaksin dosis pertama melebihi 100% (Gambar 3). Syarat administrasi untuk mendapatkan vaksin dilonggarkan, hanya dengan menunjukkan kartu identitas penduduk
-20% 0% 20% 40% 60% 80% 100% DK I J AK AR TA BA LI KE P. RI AU DIY SU LU T JA M BI JA W A TI MU R BA NT EN KE P. BA BE L KA LT IM KA LTE NG JA W A BAR AT JAW A TE NG AH KAL TAR A GO RO NT AL O PA PU A BA RA T SU LSE L SU LTR A SU M UT RI AU NTT SU LB AR SU M SEL M ALU KU BE NG KU LU AC EH SU LTE NG KA LS EL KAL BAR PA PU A NT B M AL UK U UT AR A SU M BA R LA M PU NG
Vaksin 2 Dosis Vaksin 1 Dosis 0 Dosis
Grafik 6. Cakupan Vaksinasi 2 Dosis, 1 Dosis dan 0 Dosis Terhadap Target Sasaran Vaksinasi (per 3 September 2021)
Keterangan:
%Vaksin 2 dosis : persentase penduduk yang sudah mendapatkan vaksin dosis ke satu dan dua. %Vaksin 1 dosis : persentase penduduk yang baru mendapatkan vaksin dosis ke satu.
%0 dosis : persentase penduduk yang belum mendapatkan vaksin berdasarkan target.
• DKI Jakarta adalah satu-satunya provinsi yang berdasarkan target tidak lagi terdapat masyarakat yang belum mendapatkan vaksin sama sekali. Bahkan capaian DKI Jakarta untuk masyarakat yang telah mendapatkan vaksin dosis pertama melebihi 100% (Grafik 6). Syarat administrasi untuk mendapatkan vaksin dilonggarkan, hanya dengan menunjukkan kartu identitas penduduk maka mereka yang beralamat di luar DKI Jakarta bisa mendapatkan layanan vaksin di area DKI Jakarta. Mengingat DKI Jakarta adalah wilayah dengan lalu lintas penduduk yang sangat tinggi, maka persentase ini dapat terus bertambah. Saat ini hanya DKI Jakarta dan Bali yang mencapai lebih dari 50% penduduknya sudah mendapatkan vaksin dosis 2.
maka mereka yang beralamat di luar DKI Jakarta bisa mendapatkan layanan vaksin di area DKI Jakarta. Mengingat DKI Jakarta adalah wilayah dengan lalu lintas penduduk yang sangat tinggi, maka persentase ini dapat terus bertambah. Saat ini hanya DKI Jakarta dan Bali yang mencapai lebih dari 50% penduduknya sudah mendapatkan vaksin dosis 2.
Grafik 6. Stok dosis vaksin per 4 September 2021 dibandingkan dengan penduduk yang belum mendapatkan vaksin berdasarkan target4.
• Vaksin Covid-19 bekerja sangat baik dalam mencegah keparahan penyakit, rawat inap, dan kematian, bahkan terhadap varian Delta. Namun, pakar kesehatan masyarakat mulai melihat berkurangnya perlindungan terhadap kesakitan tingkat ringan dan sedang dengan adanya varian Delta. Untuk menambah perlindungan, vaksin 3 diutamakan bagi petugas layanan kesehatan. Selain petugas layanan kesehatan, Centers for Disease Control and Prevention (CDC) merekomendasikan orang dengan gangguan kekebalan yang sedang hingga parah untuk diberikan dosis ketiga dari vaksin mRNA
https://vaksin.kemkes.go.id/#/alokasi_vaksin diakses 4 September 2021. Data tergantung pada pelaksanaan input data oleh Faskes di SMILE dan PCARE. Jika input data tidak dilaksanakan secara rutin dan lengkap maka berpengaruh pada perkiraan stok dosis vaksin dan ketepatan waktu data.
(2,000,000) 3,000,000 8,000,000 13,000,000 18,000,000 23,000,000 28,000,000 Jaw a Bar at Jaw a Te ng ah La m pung Su law es i S el at an Su m at er a Se lat an Ri au Su m at er a Bar at Ac eh Nu sa Te ng gar a… Kal im an tan B ar at Nu sa Te ng gar a… Jaw a Ti m ur Pa pua Kal im an tan T im ur Su la w esi T en ga h Su la w esi T en gg ar a Kal im an tan T en gah Su law es i U tar a Be ng kul u M al uk u Su m at er a Ut ar a Su law es i B ar at Ke pul aua n Ba ng ka … M al uk u Ut ar a Go ro nt al o Ba nt en Pap ua Bar at Kal im an tan U tar a Ke pul aua n Ri au Kal im an tan Se lat an Bali Ja mb i Yo gyak ar ta DK I J ak ar ta
Stok Dosis Vaksin Penduduk dengan Vaksin Dosis 0
Grafik 7. Stok dosis vaksin per 4 September 2021 dibandingkan dengan penduduk yang belum mendapatkan vaksin berdasarkan target 4.
• Vaksin COVID-19 bekerja sangat baik dalam mencegah keparahan penyakit,
rawat inap, dan kematian, bahkan terhadap Varian Delta. Namun, pakar kesehatan masyarakat mulai melihat berkurangnya perlindungan terhadap kesakitan tingkat ringan dan sedang dengan adanya Varian Delta. Untuk menambah perlindungan, vaksin 3 diutamakan bagi petugas layanan kesehatan. Selain petugas layanan kesehatan, Centers for Disease Control and Prevention (CDC) merekomendasikan orang dengan gangguan kekebalan yang sedang hingga parah untuk diberikan dosis ketiga dari vaksin mRNA COVID-19 (Moderna) setidaknya 28 hari setelah penyelesaian seri vaksin mRNA COVID-19 dari 2 dosis awal 5.
• Saat ini pemberian vaksin dosis 3 hanya kepada petugas layanan Kesehatan yang sehari-hari dihadapkan dengan risiko tinggi penularan COVID-19. Pemberian dosis 3 untuk populasi umum perlu dipertimbangkan karena masih ada wilayah di Indonesia ataupun di dunia yang belum mendapatkan vaksin yang cukup, sehingga vaksin masih diutamakan untuk mereka. Jumlah stok vaksin yang tersedia di provinsi di Indonesia sebagian besar kurang dari jumlah penduduk yang belum mendapatkan vaksin dosis 1 maupun 2 (Grafik 7). Khusus untuk DKI Jakarta, penduduk yang belum mendapatkan vaksin bernilai minus karena penduduk yang mendapatkan vaksin
4 https://vaksin.kemkes.go.id/#/alokasi_vaksin diakses 4 September 2021. Data tergantung pada pelaksanaan input data oleh Faskes di SMILE dan PCARE. Jika input data tidak dilaksanakan secara rutin dan lengkap maka berpengaruh pada perkiraan stok dosis vaksin dan ketepatan waktu data.
5 https://www.cdc.gov/coronavirus/2019-ncov/vaccines/booster-shot.html diakses pada tanggal 5 September 2021.
melebihi dari yang ditargetkan. Jawa Timur, Banten, Kepulauan Riau, Sumatera Utara, Bali, Jambi dan DIY merupakan provinsi yang memiliki stok lebih dari penduduk yang belum mendapatkan vaksin dosis 1 dan 2. Pemerataan pemberian vaksin di Indonesia sesegera mungkin penting untuk mewujudkan tujuan pemberian vaksin, yaitu menciptakan herd immunity.
SEKUENSING VIRUS SARS-COV-2 DI INDONESIA
• Hasil sekuensing dapat diindentifikasi Variant of Concern (VoC) Delta sebanyak 96,3% (26/27) kasus yang diambil sampelnya pada bulan Agustus 2021. Tidak ada penambahan kasus VoC Alpha, Beta, maupun Variant B.1.466.2 pada minggu ke-35. Distribusi sekuens, VOC dari tiap provinsi pada minggu ke-35 dapat dilihat pada gambar 1 dan tabel 1.Varian Delta mendominasi di provinsi Jakarta, Sumatra Utara, Sumatra Barat, Jawa Barat, Jawa Tengah, Kalimantan Timur, dan Nusa Tenggara Timur (Gambar 3)
Gambar 3. Sebaran sekuens virus SARS-CoV-2 dan VoC di Indonesia pada minggu ke-35. Pengelompokan lineage, VoC, maupun VoI dianalisis dengan aplikasi Pangoline (github.com/ cov-lineages/pangolin) v.3.1.11. Hasil analisis dapat berubah seiring waktu dengan adanya pertambahan data genom dan perbaharuan aplikasi Pangoline. Sumber : Jejaring Surveilans
Sumber: Pusdatin, Kemenkes
Gambar 4. Distribusi VOC Delta pada minggu ke-35
Tabel 1. Distribusi penambahan jumlah sekuens dan VoC Alpha, Beta, dan Delta di setiap provinsi pada minggu ke-35 (28 Agustus – 3 September 2021) berdasarkan tanggal publikasi GISAID. Penambahan sekuens dan VoC di minggu ke-35 ditandai dengan huruf merah.
No Provinsi
TOTAl Sekuens Total Variant Alpha Total Variant beta Total Variant Delta 28 Agust 2021 3 Sept 2021 28 Agust 2021 3 Sept 2021 28 Agust 2021 3 Sept 2021 28 Agust 2021 3 Sept 2021 1 Aceh 48 48 0 0 0 0 18 18 2 Bali 459 459 1 1 1 1 23 23 3 Bangka Belitung 28 28 0 0 0 0 27 27 4 Banten 178 178 0 0 0 0 22 22 5 Bengkulu 8 8 0 0 0 0 3 3 6 DI Yogyakarta 79 79 0 0 0 0 20 20 7 Gorontalo 3 3 0 0 0 0 1 1 8 Jakarta 1421 1448 37 37 12 12 751 777 9 Jambi 359 359 0 0 0 0 1 1 10 Jawa Barat 854 854 10 10 2 2 322 322 11 Jawa Tengah 285 285 1 1 0 0 191 191 12 Jawa Timur 190 190 2 2 2 2 20 20 13 Kalimantan Barat 58 58 0 0 0 0 28 28 14 Kalimantan Selatan 88 88 1 1 0 0 28 28 15 Kalimantan Tengah 38 38 0 0 0 0 3 3 16 Kalimantan Timur 364 364 0 0 0 0 299 299 17 Kalimantan Utara 30 30 0 0 0 0 16 16 18 Kep Riau 184 184 7 7 0 0 3 3 19 Lampung 13 13 1 1 0 0 3 3 20 Maluku 13 13 0 0 0 0 10 10 21 Maluku Utara 31 31 0 0 0 0 30 30 22 Nusa Tenggara Barat 62 62 0 0 0 0 46 46 23 Nusa Tenggara Timur 139 139 0 0 0 0 102 102
24 Papua 25 25 0 0 0 0 12 12 25 Papua Barat 28 28 0 0 0 0 12 12 26 Riau 54 54 1 1 0 0 30 30 27 Sulawesi Barat 23 23 0 0 0 0 0 0 28 Sulawesi Selatan 68 68 0 0 0 0 14 14 29 Sulawesi Tengah 34 34 0 0 0 0 20 20 30 Sulawesi Tenggara 23 23 0 0 0 0 20 20 31 Sulawesi Utara 21 21 0 0 0 0 8 8 32 Sumatera Barat 269 269 0 0 0 0 75 75 33 Sumatera Selatan 43 43 1 1 0 0 9 9 34 Sumatera Utara 268 268 2 2 0 0 73 73 Total 5788 5815 64 64 17 17 2240 2266
Sumber : Jejaring Surveilans Genom
• Berdasarkan Keputusan Menteri Kesehatan (KMK) No. HK.01.07/Menkes/4842/2021
tentang Jejaring Laboratorium Surveilans Genom Virus SARS-COV-2, disebutkan dalam bahwa untuk memperoleh data genom SARS-COV-2 yang tepat dan adekuat, diperlukan spesimen yang representatif baik jumlah maupun periode pengambilannya. Untuk memperoleh sampel yang representatif, target spesimen untuk WGS berasal dari spesimen positif RT-PCR SARS-COV-2 yang dikumpulkan dari (1) surveilans rutin pada setiap propinsi sesuai dengan analisa epidemiologi dan (2) target kasus tertentu.
• Kriteria spesimen untuk target kasus tertentu adalah sebagai berikut:
1. pelaku perjalanan internasional atau pekerja migran yang tiba di Indonesia; 2. orang dari daerah perbatasan Indonesia dengan negara tetangga;
3. area dimana terjadi peningkatan kasus dan kluster/penularan yang cepat; 4. orang yang berpartisipasi dalam uji coba vaksin dan atau telah divaksinasi
secara lengkap (full dose);
5. orang dengan riwayat infeksi dan infeksi ulang
6. orang dengan gangguan kekebalan tubuh (autoimmune disorder) dan penyakit komorbid seperti HIV, TB, dan lainnya;
7. anak-anak dengan usia < 18 tahun pada daerah yang terjadi peningkatan kasus pada anak;
8. orang dengan sakit parah yang berusia <60 tahun dan tidak memiliki penyakit penyerta; dan/atau
13
Ikhtisar Mingguan COVID-19 di Indonesia
dari kriteria surveillans (5-10 spesimen/minggu/provinsi) maupun kriteria target kasus tertentu dari semua provinsi di Indonesia. Distribusi jumlah spesimen yang dikirimkan dari setiap provinsi bisa dilihat dari sebaran spesimen yang dilakukan pemeriksaan WGS di Gambar 1. Masih perlu dilakukan intensifikasi pemeriksaan WGS terutama dari provinsi dengan hasil pemeriksaan spesimen WGS < 100
• Sebagaimana telah disampaikan dalam laporan minggu ke 33, terdapat Variant
Under Investigation (VUI) B.1.621 yang menjadi pusat perhatian terutama di Eropa.
Varian B.1.621 dan turunan lineage B.1621.1 ini kemudian oleh WHO diklasifikasikan sebagai Variant of Interest (VOI) dengan nama baru “Mu” pada tanggal 30 Agustus 2021.
• Varian Mu yang pertama kali ditemukan di Colombia pada bulan Januari 2021, hingga 4 September 2021, telah menyebar ke 46 negara. Untuk kawasan Asia, Varian ini telah diidentifikasi di 3 negara (China, Jepang, dan Korea selatan). Distribusi Varian ini dapat dilihat pada gambar 3 di bawah ini. Varian Mu ini memiliki mutasi yang kemungkinan menyebabkan penghindaran terhadap sel imun manusia. Hasil penelitian dari Kelompok Kerja Evolusi Virus menunjukkan penurunan kapasitas netralisasi serum baik konvalesen maupun setelah vaksinasi. (WHO,2021) Penelitian lebih lanjut untuk mengetahui karakter fenotipik dan karakter klinis dari Varian ini masih perlu dilakukan.
Sumber : https://outbreak.info
Sumber : https://outbreak.info
Gambar 6. Sebaran kasus Varian Mu di Dunia
• Selain penetapan VOI baru, terdapat publikasi (belum peer-review) dari peneliti di Afrika Selatan yang melaporkan munculnya Varian C.1.2 yang merupakan turunan dari Varian C.1 pada bulan Mei 2021 di Afrika Selatan. Berdasarkan pengamatan peneliti tersebut, varian ini memiliki susunan mutasi yang merupakan gabungan dari beberapa mutasi yang terdapat pada Varian Alfa, Beta, Gamma, Delta dan Lambda (R190S, D215G, N484K, N501Y, H655Y and T859N dan delesi (Y144del, L242-A243del)), serta mutasi baru (C136F, Y449H and N679K) yang kemungkinan berimpak pada transmissibilitas dan sensitifitas netralisasi. Namun penelitian dan monitoring lebih lanjut terhadap varian ini perlu dilakukan untuk mengetahui karakter fenotipik yang berimpak pada epidemiologinya 6.
URGENSI PENGETATAN REKA PERjAlANAN
INTERNASIONAl
• Dalam mengatasi isu manajemen lintas perbatasan, Kelley Lee dari Universitas Simon Fraser di Canada membuat penelitian mengenai manajemen perbatasan, dimana dibuat sebuah gambar yang memberikan tipologi tindakan kesehatan lintas batas
• Organisasi Internasional untuk Migrasi (IOM) memberikan lima rekomendasi untuk petugas imigrasi dan perbatasan: (a) Memberikan Pelatihan COVID-19 kepada Staf Imigrasi dan Kesehatan Perbatasan. (b) Memberikan Informasi Kesehatan kepada Wisatawan dan Meningkatkan Infrastruktur Kebersihan. (c) Memastikan ketersediaan infrastruktur dan peralatan di Titik Masuk. (d) Memantau penempatan infrastruktur dan peralatan. (e) Terapkan langkah-langkah untuk mendukung pelancong yang tidak sehat.8
• Tipologi menetapkan banyak pilihan yang harus dibuat ketika mempertimbangkan
manajemen perbatasan. Hal ini dimulai dengan mengidentifikasi tujuan kebijakan yang ingin dicapai, mengakui bahwa tujuan kebijakan kesehatan dan non-kesehatan berjalan dengan selaras dan mempengaruhi pilihan tindakan, bagaimana penerapannya, dan kadar kefektifitasnya, dan pada akhirnya mengakui bahwa secara umum akan ada pertukaran, batasan, dan kompromi untuk dinavigasi setiap kali tindakan kesehatan lintas batas dipertimbangkan.
Gambar 3. Cross Border Health Measure
• Pembatasan mobilitas, di antaranya ukuran terkait perjalanan, merupakan landasan kebijakan baru di era pandemi ini, termasuk di antaranya larangan perjalanan luar
negeri/internasional9. Beberapa negara telah mengimplementasikan larangan
perjalanan luar negeri secara responsif sejak awal negara mereka terinfeksi. Beberapa dari mereka telah berhasil menurunkan kasus baru mereka dengan signifikan. Hasil tinjauan sistematis yang dilakukan oleh Grépin et.al (2020) atas 29 studi tentang bukti-bukti efektivitas implementasi reka perjalanan di awal fase pandemi terhadap dampak epidemiologi, menyimpulkan bahwa reka perjalanan sangat berperan penting dalam dinamika transmisi awal pandemi COVID-19 dan akan lebih efektif jika diterapkan di awal wabah terjadi 10. Berikut adalah tabel efek dari reka perjalanan internasional
yang diterapkan sejak awal di beberapa negara yang ditemukan studi tersebut.
Tabel 2. Efek Reka Perjalanan Internasional di Beberapa Wilayah/Negara 11
Wilayah/Negara Reka Perjalanan/Skenario Intervensi Efek Ternilai
Global Pembatasan perjalanan dari Wuhan. Pembatasan efektif per 23 Januari 2020
Dari 28 Januari – 6 Februari terjadi pengurangan kasus yang diekspor secara global sebesar 70%
Jepang
Pembatasan perjalanan dari Wuhan dengan 10%/30%/50% dari kontak dilacak dan diisolasi
R0 (2.2): pengurangan risiko absolut adalah 7%, 12% dan 20% untuk tingkat pelacakan kontak 10%, 30% dan 50%. Efek terbesar ketika R0 (1,5) dan 50% dari kontak yang dilacak, menyebabkan pengurangan risiko absolut sebesar 37%
Australia
Larangan terbang Australia dari Cina dipadukan dengan karantina rumah para pendatang. Larangan perjalanan lengkap dari 2 Februari hingga 8 Maret 2020, lalu pencabutan larangan sepenuhnya
Kasus impor: 32, 43 dan 36 kasus yang terinfeksi setiap 2 minggu akan dihindari mulai 26 Januari dan seterusnya
Total kasus dan kematian : diperkirakan terjadi pengurangan kasus dan
kematian sebesar 87%. Uni Eropa
Pembatasan perjalanan diperkenalkan di Uni Eropa (eksternal dan beberapa internal), efektif per 17 Maret 2020
Pembatasan perjalanan memperlambat penyebaran virus lebih cepat, terutama di Eropa Tengah, Spanyol dan Perancis.
• Berikut adalah ringkasan skenario pembatasan/larangan perjalanan beberapa negara ASEAN di awal pandemi dan dibandingkan dengan total kematian terendah hingga
Tabel 3. Ringkasan Larangan/Pembatasan Perjalanan Beberapa Negara ASEAN, Karantina/ Lockdown dan Total Kematian Terkini 12
Negara Perlintasan Penutupan
Perbatasan Skenario Pembatasan/ larangan Karantina/lockdown Total Kematian13 Brunei
Darussalam Ditutup oleh Malaysia
Semua perjalanan masuk ke Brunei dilarang sejak 24 Maret 2020 dan keluar Brunei dilarang sejak 16 Maret 2020
Penerapan karantina selama 14 hari untuk semua warga negara dan pengunjung mulai 6 April 2020
12
Singapura Ditutup oleh Malaysia
Larangan pengunjung dari Cina pada 31 Januari 2020 dan diperluas pada semua pengunjung jangka pendek pada 22 Maret 2020
Karantina pada 20.000 pekerja migran yang berada di asrama mulai 5 April 2020
55
Kamboja Ditutup oleh negara tetangga terdekat
Larangan wisatawan dari negara-negara berisiko per 17 Maret 2020. Penangguhan sementara semua jenis visa per 30 Maret. Larangan perjalanan dalam negeri termasuk kabupaten dan batas provinsi per 10 April 2020
Karantina untuk semua pengunjung yang memasuki wilayah Kamboja per 8 April 2020
1.940
Thailand Semua perbatasan ditutup pada 22 Maret 2020
Pengunjung luar negeri dilarang sejak 22 Maret 2020
Jam malam nasional (pukul 22.00 s.d 04.00) diterapkan mulai 3 April 2020 12.370 Vietnam Perbatasan antara Kamboja dan Laos ditutup sejak 31 Maret 2020
Melarang
pernerbangan ke dan dari Cina sejak 1 Februari 2020
Karantina benar-benar diberlakukan di beberapa daerah berisiko tinggi sejak pertengahan Februari.
Lockdown nasional
selama 15 hari dimulai per 1 April 2020 12.450 Malaysia Menutup perbatasan pada 16 Maret 2020 (negara pertama yang menutup perbatasan di wilayahnya) Melarang semua pengunjung dan semua warganya bepergian ke luar negeri sejak 16 Maret 2020
Memberlakukan karantina per 18 Maret
2020 17.520
Negara Perlintasan Penutupan Perbatasan Skenario Pembatasan/ larangan Karantina/lockdown Total Kematian13
Filipina Tidak ada pembagian perbatasan
Semua penerbangan dibatalkan hingga 14 April 2020. Orang asing dilarang masuk kecuali warga negara Filipina dan petugas khusus.
Menutup pulau secara bertahap mulai dari Pulau Luzon (termasuk Manila) pada 16 Maret 2020
33.870
Indonesia Penutupan batas daratan Papua dan Timor-Leste Larangan kepada semua pengunjung pada 2 April 2020 Belum diterapkan karantina/lockdown nasional 134.930
• Kebijakan Perjalanan Indonesia Terkini
Indonesia telah melakukan adendum terkait beberapa ketentuan yang tertera di Surat Edaran Satgas Penanganan COVID-19 Nomor 8 Tahun 2021 tentang Protokol Kesehatan Perjalanan Internasional pada Masa Pandemi Corona Virus Disease 2019 (COVID-19), salah satunya lama karantina pelaku perjalanan internasional (WNI/ WNA) yang semula hanya 5 hari menjadi 8 hari13 14.
REKOMENDASI
• Indonesia harus waspada terhadap kondisi terbaru ini agar tidak terjadi peningkatan kasus, di saat Varian Delta masih terus menyebar di seluruh wilayah Indonesia. Perlu diterapkan strategi respon cepat salah satunya pengetatan travel-related measures (reka perjalanan) menuju dan berasal dari negara-negara terinfeksi (Amerika Selatan dan Eropa). Indonesia tidak boleh mengulang kesalahan di awal kemunculan pandemi dengan tidak adanya larangan perjalanan dari dan ke wilayah terinfeksi secara responsif.
• Informasi mengenai munculnya VOI baru seperti yang telah disampaikan di atas
diperlukan kebijakan kontrol batas negara antara lain dengan monitoring varian melalui pemeriksaan genom sekuensing pada pelaku perjalanan dari luar negeri terutama negara yang sudah mempunyai kasus VOI dan mempunyai penerbangan langsung ke Indonesia (targeted). Dalam KMK No HK/01.07/4842/2021, telah disebutkan bahwa perlu koordinasi dengan Direktorat Surveilans dan Karantina Kesehatan
• Diperlukan system control, standarisasi dan kewajiban pelaporan bagi seluruh fasilitas pelayanan pemeriksaan COVID-19 berbasis antigen baik untuk tujuan tracing maupun screening,
• Penguatan format hasil tunggal untuk testing (PCR dan antigen) dalam satu aplikasi “Peduli Lindungi” dengan barcode dengan demikian akan banyak keuntungannya, memudahkan masyarakat (paperless), standarisasi hasil, kepatuhan laboratorium atau fasilitas pemeriksa akan meningkat serta rekam jejak seseorang terhadap kasus COVID akan sangat mudah di deteksi.
ANNEx
Tabel Kasus-Kematian baru 7 Hari Terakhir Per Regional Indonesia
Regional Kasus baru 7 Hari Terakhir
Perubahan Kasus baru dalam 7 Hari
Terakhir Kematian baru 7 Hari Terakhir Perubahan Kematian baru dalam 7 Hari Terakhir
jumlah Persen jumlah Persen jumlah Persen jumlah Persen
Sumatera 15.766 26,0% -7.965 -33,6% 969 23,4% -312 -24,4% jawa-bali 27.644 45,7% -27.758 -50,1% 2.408 58,0% -1.986 -45,2% Kalimantan 8.509 14,1% -4.188 -33,0% 335 8,1% - 264 -44,1% Sulawesi 5.229 8,6% -3.582 -40,7% 313 7,5% -76 -19,5% Nusa Tenggara-Maluku-Papua 3.388 5,6% -2.021 -37,4% 124 3,0% -13 -9,5% INDONESIA 60.536 100,0% -45.514 - 42,9% 4.149 100,0% - 2.651 -39,0% Sumatera
Provinsi Kasus baru 7 Hari Terakhir
Perubahan Kasus baru dalam 7 Hari
Terakhir Kematian baru 7 Hari Terakhir Perubahan Kematian baru dalam 7 Hari Terakhir
jumlah Persen jumlah Persen jumlah Persen jumlah Persen
Aceh 2.131 13,5% - 285 -11,8% 141 14,6% 2 1,4% Sumatera Utara 4.534 28,8% -2.357 -34,2% 167 17,2% -48 -22,3% Sumatera barat 1.316 8,3% -1.195 -47,6% 67 6,9% -9 -11,8% Riau 2.440 15,5% - 1.240 -33,7% 172 17,8% -36 -17,3% jambi 781 5,0% - 523 -40,1% 47 4,9% -14 -23,0% Sumatera Selatan 624 4,0% -871 -58,3% 87 9,0% -54 -38,3% bengkulu 255 1,6% -262 -50,7% 13 1,3% -43 -76,8% lampung 1.218 7,7% -542 -30,8% 154 15,9% -59 -27,7% Kep. bangka belitung 1.843 11,7% -556 -23,2% 68 7,0% -45 -39,8% Kepulauan Riau 624 4,0% -134 -17,7% 53 5,5% -6 -10,2% SUMATERA 15.766 100,0% -7.965 -33,6% 969 100,0% -312 -24,4%
jawa-bali
Provinsi Kasus baru 7 Hari Terakhir
Perubahan Kasus baru dalam 7 Hari
Terakhir Kematian baru 7 Hari Terakhir Perubahan Kematian baru dalam 7 Hari Terakhir
jumlah Persen jumlah Persen jumlah Persen jumlah Persen
DKI jakarta 3.128 11,3% -1.432 -31,4% 82 3,4% -17 -17,2% jawa barat 6.104 22,1% -15.444 -71,7% 320 13,3% -963 -75,1% jawa Tengah 5.227 18,9% -1.564 -23,0% 655 27,2% -410 -38,5% D I Yogyakarta 2.906 10,5% -2.418 -45,4% 195 8,1% -26 -11,8% jawa Timur 6.454 23,3% -4.124 -39,0% 922 38,3% -396 -30,0% banten 1.246 4,5% -686 -35,5% 29 1,2% -19 -39,6% bali 2.579 9,3% -2.090 -44,8% 205 8,5% -155 -43,1% jAWA-bAlI 27.644 100,0% -27.758 -50,1% 2.408 100,0% -1.986 -45,2% Kalimantan
Provinsi Kasus baru 7 Hari Terakhir
Perubahan Kasus baru dalam 7 Hari
Terakhir Kematian baru 7 Hari Terakhir Perubahan Kematian baru dalam 7 Hari Terakhir
jumlah Persen jumlah Persen jumlah Persen jumlah Persen
Kalimantan barat 1.472 17,3% -426 -22,4% 23 6,9% -61 -72,6% Kalimantan Tengah 850 10,0% -561 -39,8% 45 13,4% -7 -13,5% Kalimantan Selatan 1.816 21,3% -1.307 -41,9% 91 27,2% -88 -49,2% Kalimantan Timur 3.090 36,3% -1.469 -32,2% 133 39,7% -100 -42,9% Kalimantan Utara 1.281 15,1% -425 -24,9% 43 12,8% -8 -15,7% KAlIMANTAN 8.509 100,0% -4.188 -33,0% 335 100,0% -264 -44,1% Sulawesi
Provinsi Kasus baru 7 Hari Terakhir
Perubahan Kasus baru dalam 7 Hari
Terakhir Kematian baru 7 Hari Terakhir Perubahan Kematian baru dalam 7 Hari Terakhir
jumlah Persen jumlah Persen jumlah Persen jumlah Persen
Sulawesi Utara 811 15,5% -473 -36,8% 42 13,4% 2 5,0% Sulawesi Tengah 1.818 34,8% -1.299 -41,7% 102 32,6% -32 -23,9% Sulawesi Selatan 1.880 36,0% -1.206 -39,1% 113 36,1% -13 -10,3% Sulawesi Tenggara 187 3,6% -296 -61,3% 9 2,9% -7 -43,8% Gorontalo 229 4,4% -169 -42,5% 28 8,9% -5 -15,2% Sulawesi barat 304 5,8% -139 -31,4% 19 6,1% -21 -52,5% SUlAWESI 5.229 100,0% -3.582 -40,7% 313 100,0% -76 -19,5%
Nusa Tenggara-Maluku-Papua Provinsi Kasus baru 7 Hari Terakhir
Perubahan Kasus baru dalam 7 Hari
Terakhir Kematian baru 7 Hari Terakhir Perubahan Kematian baru dalam 7 Hari Terakhir
jumlah Persen jumlah Persen jumlah Persen jumlah Persen
NTb 687 20,3% -531 -43,6% 30 24,2% -11 -26,8% NTT 1.515 44,7% -1.037 -40,6% 79 63,7% 24 43,6% Maluku 59 1,7% -29 -33,0% 3 2,4% -5 -62,5% Maluku Utara 145 4,3% -185 -56,1% 3 2,4% -14 -82,4% Papua barat 337 9,9% 9 2,7% 5 4,0% -8 -61,5% Papua 645 19,0% -248 -27,8% 4 3,2% 1 33,3% NUSA TENGGARA-MAlUKU-PAPUA 3.388 100,0% -2.021 -37,4% 124 100,0% -13 -9,5%