251 PERILAKU PROSOSIAL PADA MAHASISWA
(Prosocial Behavior Among Student) Eva Nuari Lensus
Fakultas Psikologi Universitas Semarang Abstrak
Penelitian ini bertujuan untuk menguji secara empiris perilaku prososial pada mahasiswa. Hipotesis yang diajukan dalam penelitian ini adalah mahasiswa Psikologi Pendidikan & Bimbingan IKIP PGRI Semarang memiliki perilaku prososial yang tinggi. Subjek dalam penelitian ini berjumlah 292 mahasiswa Fakultas Psikologi Pendidikan & Bimbingan IKIP PGRI Semarang. Teknik pengambilan sampel yang digunakan adalah teknik incidental sampling.
Data penelitian dikumpulkan dengan menggunakan Skala Perilaku Prososial. Analisis data dilakukan dengan menggunakan teknik analisis deskriptif, yaitu menghitung mean (rata-rata) dan prosentase dari perilaku prososial. Hasil penelitian menunjukkan bahwa variabel perilaku prososial pada kategori sedang dengan Mean Empirik 50,69 yang berarti bahwa mahasiswa Fakultas Psikologi Pendidikan & Bimbingan IKIP PGRI Semarang cukup dapat menunjukkan kesediaan untuk memberikan bantuan kepada orang lain.
Kata Kunci : perilaku prososial pada mahasiswa
Abstract
This study aimed to empirically examine prosocial behavior in students. Subjects in this study were 292 students Faculty of Psychology of Education & Guidance Teachers' Training College IKIP PGRI Semarang. The hypothesis of this study is prosocial behavior of the sample student of the Faculty of Psychology of Education & Guidance Teachers' Training College IKIP PGRI Semarang is high. This study used an incidental sampling technique.
This research data was collected using Prosocial behavior Scale. Data analysis used descriptive analysis techniques, which calculate the mean and percentage of prosocial behavior. The results showed that prosocial behavior was in average level with ME 50,69 which means that the students of the Faculty of Psychology of Education & Guidance Teachers' Training College PGRI Semarang enough to demonstrate a willingness to provide help another persons. Key words: prosocial behavior in student
252 Pendahuluan
Perilaku prososial tidak akan lepas dari kehidupan manusia dalam interaksinya di masyarakat. Proses interaksi manusia ini tidak lepas dari perbuatan tolong-menolong, begitu juga seorang mahasiswa di lingkungan kampus. Pada kehidupan sehari-hari, seseorang yang dikatakan mandiri dan pintar, pada suatu saat pasti akan membutuhkan pertolongan atau bantuan dari orang lain.
Oleh karena itu, salah satu bentuk dorongan untuk berinteraksi dengan individu lain adalah perilaku saling tolong-menolong, berbagi dan peduli. Staub (dalam Desmita, 2012: 237) menyatakan bahwa perilaku prososial sebagai tindakan sukarela dengan mengambil tanggung jawab menyejahterakan orang lain. Tindakan sukarela tersebut penting karena secara langsung memengaruhi individu dan kelompok sosial secara keseluruhan, dalam situasi interaksi akan menghilangkan kecurigaan, menghasilkan perdamaian, dan meningkatkan toleransi hidup terhadap sesama, meskipun tidak membawa keuntungan bagi diri individu si pemberi pertolongan.
Berdasarkan contoh kasus baru-baru ini pada artikel yang dimuat oleh Lusia di Kompas pada hari Rabu, 29 Februari 2012 menyatakan bahwa remaja saat ini lebih berkarakter egois dengan lingkungan sekitar karena telah mengikuti perkembangan jaman yang canggih, yaitu ponsel
dan media sosial yang lain. Dalam penelitian yang dilakukan terhadap para mahasiswa dan mahasiswi pengguna ponsel itu, sikap kurang peduli terhadap lingkungan sosial terlihat ketika para partisipan diminta untuk membantu menyelesaikan soal. Kebanyakan merasa enggan membantu meski tahu jawabannya.
Selain itu, terdapat kasus yang dialami oleh bangsa kita sendiri yang diungkapkan dalam artikel Galih Irawan, 30 April 2012 menyatakan bahwa karakter mahasiswa cenderung egois, mahasiswa lebih mementingkan kepentingan pribadi daripada kepentingan bersama. Seringkali seorang mahasiswa menganggap teman yang lain sebagai pesaing yang harus “dikalahkan”. Dikalahkan dalam hal ini ialah ilmu, dan yang sering dilakukan yaitu mahasiswa enggan berbagi ilmu dengan mahasiswa lain. Akibatnya yang timbul adalah persaingan yang tidak sehat (Galih, 2012).
Berdasarkan hasil wawancara yang dilakukan penulis terhadap mahasiswa salah satu perguruan tinggi swasta yang ada di Semarang, diketahui bahwa mahasiswa menyadari sebagai makhluk sosial yang membutuhkan pertolongan dan kehadiran orang lain. Namun, mahasiswa mengaku lebih sering berkumpul dengan sahabat masing-masing dan berteman sesuai dengan daerah asal. Selain itu, mahasiswa mengaku sulit untuk memberikan bantuan secara langsung pada mahasiswa yang lain karena berbagai alasan. Alasannya yaitu merasa tidak mengenal baik, atau
253 bukan sahabat sendiri, serta mahasiswa yang
memang sedang sibuk dan merasa tidak ada timbal balik. Mahasiswa mengaku lebih berhati-hati dalam bertindak, apalagi bagi mahasiswa pendatang karena tidak ingin hanya dimanfaatkan. Mahasiswa juga lebih senang bekerja sendiri dan tidak berkenan bermurah hati dalam hal materi. Dalam mempertahankan kelangsungan hidup di lingkungan kampus, mahasiswa harus bekerjasama dan berinteraksi dengan baik terhadap individu lain serta lingkungannya.
Dalam psikologi, perilaku manusia adalah obyek kajiannya. Perilaku yang sering terlihat di sekitar lingkungan masyarakat adalah perilaku prososial. Manusia sebagai makhluk sosial, seharusnya bukan hanya mengedepankan ego akan tetapi juga memperhatikan kebutuhan dan kepentingan orang lain. Dalam kehidupan sehari-hari, manusia tidak bisa lepas dari tolong menolong. Setinggi apapun kemandirian seseorang, pada saat-saat tertentu dia akan membutuhkan orang lain. Selain itu, perilaku prososial juga diartikan sebagai perilaku yang memberi konsekuensi positif pada orang lain (Faturochman, 2006:73-74). Perilaku prososial sangat dibutuhkan dalam kehidupan sehari-hari, karena dalam mekanisme kehidupan bersama, prososial berperan menyeimbangkan kehidupan bersama (Nashori, 2008: 38-39). Setiap mahasiswa yang melanjutkan studi di universitas bukan hanya memiliki masalah yang berbeda, tetapi juga memiliki latar belakang
sosial budaya yang berbeda pula. Kesediaan untuk menunjukkan perilaku prososial dapat menjadikan hubungan yang terjalin antara mahasiswa dengan lingkungan menjadi terjaga.
Menurut Rushton (dalam Sears, Fredman, dan Peplau, 1985: 47) perilaku prososial adalah perilaku yang berkisar dari tindakan altruisme yang tidak mementingkan diri sendiri atau tanpa pamrih sampai tindakan menolong yang sepenuhnya di motivasi oleh kepentingan diri sendiri. Perilaku prososial mencakup kategori yang lebih luas meliputi segala bentuk tindakan yang dilakukan atau direncanakan untuk menolong orang lain tanpa memperdulikan motif-motif si penolong. Perilaku prososial lebih dimaksudkan untuk membantu orang lain, agar individu yang mendapat pertolongan menjadi lebih baik dari keadaan sebelumnya. Mahasiswa sebagai insan intelek diharapkan dapat menunjukkan perilaku prososial ketika ada orang lain yang membutuhkan pertolongan.
Menurut Sears, dkk (1985: 61-69) terdapat beberapa faktor yang memengaruhi perilaku prososial, salah satunya adalah suasana hati (mood). Ada sejumlah bukti bahwa orang lebih terdorong untuk memberikan bantuan bila mereka berada dalam suasana hati yang baik. Suasana hati yang baik mendorong individu dalam memberikan bantuan kepada orang lain dikarenakan adanya perasaan bahagia, gembira, ataupun senang yang ada dalam diri individu, sehingga dengan
254 mudahnya individu akan memberikan bantuan
kepada orang lain yang membutuhkan.
Kenyataannya, mahasiswa masih saja menunjukkan kurangnya perilaku prososial yang ditunjukkan dengan kurangnya kepedulian terhadap kesulitan yang dialami oleh orang lain di lingkungan. Berdasarkan pada perumusan masalah yang telah di jelaskan di atas, maka peneliti tertarik untuk mengetahui apakah ada hubungan antara suasana hati dengan perilaku prososial pada mahasiswa?
Perilaku Prososial
Menurut Mahmudah (2010: 86) perilaku prososial mencakup kategori yang lebih luas lagi. Perilaku prososial adalah perilaku yang mencakup segala bentuk tindakan yang dilakukan atau direncanakan untuk menolong orang lain, tanpa memperdulikan motif-motif si penolong. Menurut pendapat Baron & Byrne (2005: 92) tingkah laku prososial adalah segala tindakan apapun yang menguntungkan orang lain tanpa harus menyediakan suatu keuntungan langsung pada orang yang melakukan tindakan tersebut, dan bahkan mungkin mengandung derajat risiko tertentu bagi yang menolong.
Kartono dan Gulo (2003: 380) menyatakan bahwa perilaku prososial adalah suatu perilaku sosial yang menguntungkan, dimana didalamnya terdapat unsur-unsur kebersamaan, kerjasama, kooperatif, dan altruisme. Menurut Dayakisni dan
Hudaniah (2001: 87) perilaku prososial adalah segala bentuk perilaku yang memberikan konsekwensi positif bagi si penerima, baik dalam bentuk materi, fisik ataupun psikologis tetapi tidak memiliki keuntungan yang jelas bagi pemiliknya. Menurut Nashori (2008: 38) perilaku prososial meliputi semua bentuk tindakan yag dilakukan atau direncanakan untuk menolong orang lain, tanpa memperdulikan motif-motif si penolong. Pandangan tentang perilaku prososial juga diungkapkan oleh Faturochman (2006: 74) yakni sebagai perilaku yang memiliki konsekuensi positif pada orang lain, bentuk yang paling jelas ialah perilaku menolong. Lebih lanjut Desmita (2012: 237) mendefinisikan perilaku prososial sebagai tingkah laku sosial yang positif yang menguntungkan atau membuat kondisi fisik atau psikis orang lain lebih baik, yang dilakukan atas dasar sukarela tanpa mengharapkan rewards eksternal.
Berdasarkan uraian tersebut diketahui bahwa perilaku prososial adalah perilaku yang mencakup segala bentuk tindakan yang dilakukan atau direncanakan untuk menolong orang lain, tanpa memperdulikan motif-motif si penolong demi menjalin hubungan dan kepedulian terhadap lingkungan di sekitar.
Menurut Kartono dan Gulo (2003: 380), perilaku prososial adalah suatu perilaku sosial atau perilaku menolong yang menguntungkan, dimana
255 di dalamnya terdapat beberapa aspek-aspek, antara
lain:
a. Kebersamaan b. Kerjasama c. Kooperatif d. Altruisme
Steinberg, dkk (2011: 304) menyatakan bahwa aspek dari perilaku prososial, antara lain:
a. Berbagi b. Bekerja sama c. Menolong d. Menghibur
Berdasarkan uraian diatas maka dapat disimpulkan bahwa ada beberapa aspek yang terdapat pada perilaku perilaku prososial antara lain, menolong, berbagi, kerjasama, berderma (menyumbang), peduli, dan kejujuran.
Metode Penelitian
Populasi dalam penelitian ini adalah mahasiswa. Teknik pengambilan sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah teknik incidental sampling. Skala yang digunakan dalam penelitian ini adalah Skala Perilaku Prososial. Analisis data dilakukan dengan menggunakan teknik analisis deskriptif, yaitu menghitung mean (rata-rata) dan prosentase dari perilaku prososial pada mahasiswa.
Hasil dan Pembahasan
Berdasarkan hasil penelitian diketahui bahwa variabel perilaku prososial diperoleh Mean Empirik sebesar 50,69, Mean Hipotetiknya sebesar 43,5 dan Standar Deviasi Hipotetiknya sebesar
14,5. Mean Empirik variabel perilaku prososial pada area (-) 1SD hingga (+) 1SD. Hal ini mengindikasikan bahwa perilaku prososial pada kategori sedang, bahwa mahasiswa cukup dapat menunjukkan kesediaan untuk memberikan bantuan kepada orang lain yang sedang membutuhkan bantuan.
Bartal (dalam Desmita, 2012: 249-252) menyatakan bahwa perilaku prososial dipengaruhi oleh beberapa faktor, salah satunya adalah suasana hati. Suasana hati yang baik mendorong individu dalam memberikan bantuan kepada orang lain.
Menurut Mahmudah (2010: 86) perilaku prososial mencakup kategori yang lebih luas lagi. Perilaku prososial adalah perilaku yang mencakup segala bentuk tindakan yang dilakukan atau direncanakan untuk menolong orang lain, tanpa memperdulikan motif-motif si penolong. Perilaku prososial mencakup kategori yang lebih luas meliputi segala bentuk tindakan yang dilakukan atau direncanakan untuk menolong orang lain tanpa memperdulikan motif-motif si penolong. Perilaku prososial lebih dimaksudkan untuk membantu orang lain, agar individu yang mendapat pertolongan menjadi lebih baik dari keadaan sebelumnya. Mahasiswa sebagai insan intelek diharapkan dapat menunjukkan perilaku prososial ketika ada orang lain yang membutuhkan pertolongan.
256 Kartono dan Gulo (2003: 380) menyatakan
bahwa perilaku prososial adalah suatu perilaku sosial yang menguntungkan, dimana didalamnya terdapat unsur-unsur kebersamaan, kerjasama, kooperatif, dan altruisme. Perilaku prososial pada mahasiswa akan dapat menjadikan mahasiswa bersedia memberikan bantuan ketika ada orang lain yang membutuhkan tanpa harus mengharapkan umpan balik dari orang yang ditolongnya.
Eisenberg & Mussen, 1989 (dalam Dayaksini dan Hudaniah, 2001: 87) menyatakan bahwa perilaku prososial tercermin dari aspek-aspek menolong, berbagi, kerjasama, berderma (menyumbang), peduli, dan kejujuran. Perilaku prososial tidak hanya terlihat dari kesediaan memberikan bantuan langsung kepada orang yang membutuhkan, melainkan juga dapat berupa bekerjasama dengan mahasiswa yang lain serta kesediaan untuk saling berbagi mengenai perasaan yang sedang dirasakan oleh orang lain. Individu akan bersedia mendengarkan setiap keluh kesah yang dirasakan oleh orang lain sebagai bentuk perilaku prososialnya.
Perilaku prososial yang ditunjukkan individu juga dapat berupa kejujuran yang ditunjukkan kepada orang lain yang meminta pendapat mengenai dirinya. Kejujuran yang ditunjukkan ketika ada orang lain yang meminta pendapat mengenai dirinya akan dapat membantu dalam proses evaluasi yang dilakukan orang tersebut. Masing-masing aspek dalam perilaku prososial
apabila dapat ditunjukkan oleh individu dalam suatu interaksi sosial akan dapat menunjang proses sosialisasi yang dilakukan, sehingga tercapai keharmonisan dalam hubungan sosial yang dilakukan individu. Kesediaan memberikan bantuan tanpa mengharapkan imbalan tersebut dapat semakin memperkuat hubungan sosial yang ditunjukkan individu terhadap orang lain dalam lingkungan sosial.
Simpulan
Simpulan dari hasil penelitian ini adalah perilaku prososial mahasiswa pada kategori sedang. Hal ini mengindikasikan bahwa mahasiswa cukup dapat menunjukkan kesediaan untuk memberikan bantuan langsung kepada orang lain yang sedang membutuhkan pertolongan. Mahasiswa juga mampu mengesampingkan perbedaan yang ada dan tergerak untuk memberikan bantuan secara langsung tanpa melihat latar belakang ataupun imbalan.
Daftar Pustaka
Baron and Byrne. 2005. Psikologi Sosial 1. Alih Bahasa: Ratna Djuwita. Jakarta: Erlangga. Dayakisni, T., dan Hudaniah. 2001. Psikologi
Sosial. Malang: UMM Press.
Desmita. 2012. Psikologi Perkembangan Peserta Didik. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya. Faturochman. 2006. Pengantar psikologi Sosial.
257 Galih, Irawan. 2012. Karakter “Sang Pemegang
Tongkat Estafet” Bangsa.
Blog.djarumbeasiswaplus.org. diakses pada tanggal 9 Mei 2012.
Kartono, K. & Gulo. 2003. Kamus Psikologi. Bandung: PT Eresco.
Mahmudah, Siti. 2010. Psikologi Sosial Sebuah Pengantar. Malang: UIN-Maliki Press.
Nashori, Fuad. 2008. Psikologi Sosial Islami. Bandung: PT. Refika Aditama.
Sears, D.O, Fredman, J. L., dan Peplau, L.A. 1985. Psikologi Sosial. Edisi Kelima. Jilid 1. Alih Bahasa: Michael Adryanto. Jakarta: Erlangga. Steinberg, L., Bornstein, M. H., Vandell, D. L., dan
Rook, K. S. 2011. Life Span Development. USA: Wadsworth Cengange Learning.
http://books.google.co.id/books?id=Rayh9SosA IMC&pg=PA305&dq=type+of+prosocial+beha viors+are+helping,+sharing,+generosity,+donati ng&hl=id&sa=X&ei=MQGxULbNO8uIrAe474 H4BQ&ved=0CDwQ6AEwBTgU#v=onepage& q=type%20of%20prosocial%20behaviors%20ar e%20helping%2C%20sharing%2C%20generosi ty%2C%20donating&f=false. Diakses pada tanggal 28 Mei 2013.