• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pengaruh Terapi Musik Terhadap Tingkat Depresi Antara Mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Pengaruh Terapi Musik Terhadap Tingkat Depresi Antara Mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara"

Copied!
66
0
0

Teks penuh

(1)

DAFTAR PUSTAKA

Aldridge, D. & Fachner, J., Music Therapy Today, 2006. MusicTherapyWorld.net UniversityWitten/HerdeckeWitten, Germany, Vol. VII (1)

Bhattacharyya, A. 2011, 22 September. Different Types of Music. Available from: http://www.buzzle.com/articles/different-types-of-music.html. [Accessed on 22 April 2012].

Castillo Pérez,S.,et al.Effects of Music Therapy on Depression Compared with

Psychotherapy. The Arts in Psychotherapy (2010),

doi:10.1016/j.aip.2010.07.001

Dorland, W.A.N., 2002. Kamus Kedokteran Dorland. Edisi 29. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC

Gnjatović-Ristić D., Hinić D., and Jović J. Evaluation of the Beck Depression Inventory in a Nonclinical Student Sample. West Indian med. j. 2012, vol.61, n.5, pp. 489-493. ISSN 0043-3144.

Kaplan, H.I., Sadock, B.J., and Grebb, J.A., 2010. Sinopsis Psikiatri : Ilmu Pengetahuan Perilaku Psikiatri Klinis. Jilid Satu. Editor : Dr. I. Made Wiguna S. Jakarta : Bina Rupa Aksara : 113-129, 149-183

Kaplan, H.I., Sadock, B.J., and Grebb, J.A., 2010. Sinopsis Psikiatri : Ilmu Pengetahuan Perilaku Psikiatri Klinis. Jilid Dua. Editor : Dr. I. Made Wiguna S. Jakarta : Bina Rupa Aksara

Kaplan H.I, Sadok B.J., Sinopsis Psikiatri, Edisi ketujuh, Jilid I, Binarupa Aksara, Jakarta, 1997 : 777-832

Lerik M.D.C., Nayoan C.R., dan Aipipidely D., 2006. Analisis Tingkat Depresi Dikalangan Mahasiswa Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Nusa Cendana. MKM , 01(01).

(2)

Lin L.C., Lee W.T., Wu H.C.,et al. 2011. The Long-term Effect of Listening to Mozart K.448 Decreases Epileptiform Discharges in Children with Epilepsy. Epilepsy & Behavior: E&B, 21(4): 420-4.

Maratos A, Gold C, Wang X, Crawford M., 2009. Music Therapy For Depression (Review). The Cochrane Library. Issue 1.

Maslim. R., 2002. Gejala Depresi, Diagnosa Gangguan Jiwa Rujukan Ringkas Dari PPDGJ-III. Jakarta : Bagian Ilmu Kedokteran Jiwa FK-Unika Atmajaya, 58-65

Notoatmodjo S., 2010. Metodologi Penelitian Kesehatan – Ed.Rev. Jakarta : PT Rineka Cipta.

Thompson, W.F., Schellenberg, E.G., & Husain, G. 2001. Arousal, mood, and the Mozart effect.Journal of Music Therapy, 12, 248-251.

(3)

BAB 3

KELANGKA KONSEP PENELITIAN DAN DEFINISI OPELASIONAL

3.1. Kerengke Konsep Penelitien

Kerangka konsep merupakan kerangka teoritis yang digunakan sebagai landasan penelitian ini. Berdasarkan uraian di atas peneliti ingin mengetahui “Pengaruh Terapi Musik Terhadap Tingkat Depresi Antara Mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara”.

Pretest Posttest

Depresi Dengan Skor

BDI

Kelompok eksperimen : Terapi musik klasik

Kelompok control : Tidak diberi indikasi

terapi musik

(4)

3.2. Definisi Operetionel den Veriebel 3.2.1 Definisi Operesionel

Variabel-variabel yang akan diteliti mencakup terapi musik yang diberikan dan depresi.

e) Terepi Musik

Definisi: Terapi musik klasik Mozart yang diperlakukan pada kelompok eksperimental (pre-test dan post-test) dengan periode selama 7 hari sebagai satu bentuk intervensi bertujuan untuk meminimalisasi/mengurangi depresi. Waktu untuk mendengarkan musik adalah selama 10-15 menit dengan menggunakan hegdphone yang dibekalkan peneliti.

Cere Ukur :Musik klasik (Wolfggng Amgdeus Mozgrt’s Songtg for Two Pignos in D Mgjor,k.448)

Alet ukur :MP3 dengan hegdphone. b) Depresi

Definisi: Sebuah ganguan perasaan yang patologis dan dinilai berdasarkan skor jawaban responden dalam menjawab pertanyaan yang mengindikasikan depresi dan di cetak dalam skala Beck Depression Inventory (BDI)dan bila mencapai nilai 14 atau lebih mengindikasikan kemungkinan depresi.

Cere ukur :Wawancara

(5)

Hesil ukur :

Tabel 3.1 Nilai tingkat depresiBeck Depression Inventory

Nilei tes BDI

Tingket depresi

1-13 Minimal

14-19 Gangguanmoodringan 20-28 Borderlinesringan-sedang

29> Depresi berat

Skele pengukuren: Numerik 3.2.2 Veriebel Dependen Skor depresi

3.2.3 Veriebel Independen

Terapi Musik : Musik klasik (Wolfggng Amgdeus Mozgrt’s Songtg for Two Pignos in D Mgjor,k.448)

3.3. Hipotese

(6)

BAB 4

METODE PENELITIAN 4.1. Jenis Penelitien

Desain yang digunakan pada penelitian ini adalah eksperimental iaitu desain pre test-post test (pre test-post test control group design).

Desain ini memberikan pre test sebelum perlakuan, serta post-test sesudahnya pada kelompok kontrol dan eksperimen. Kelompok eksperimen menggunakan pendekatan kontekstual diberi simbol (E) dan kelompok kontrol menggunakan pendekatan ekspositori diberi simbol (K). Hasil yang diperoleh kemudian akan dilakukan analisis untuk melihat adanya perbedaan. Desainnya adalah sebagai berikut:

Tabel 4.1

Desain KelompokPre test-Post test

Kelompok Pre test Perlekuen Post test

E XE A YE

K XK B YK

Keterangan:

E = Kelompok eksperimen K = Kelompok kontrol

XE=Pre-testkelompok eksperimen XK= kelompok kontrol

A = Pendekatan kontekstual

B = Pendekatan ekspositori

(7)

4.2. Lokesi den Wektu Penelitien

Penelitian ini telah dilakukan dalam kalangan mahasiswa kedokteran Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara, Medan. Pemilihan lokasi penelitian ditentukan dengan metode purposive. Menurut Antara (2009) purposive adalah suatu teknik penentuan lokasi penelitian secara sengaja atas pertimbangan– pertimbangan tertentu.

Waktu penelitian ini bermula pada tanggal 17 Juni 2013 dan berakhir pada 1 Juli 2013, kira-kira dalam waktu dua minggu. Waktu tersebut dipilih karena mahasiswa sedang dalam waktu ujian OSCE semester VI.

4.3. Kriterie Inklusi den Eksklusi

Metode pemilihan sampel yang digunakan pada penelitian ini adalah a. Kriteria Inklusi:

1) Mahasiswa Fakultas Kedokteran USU.

2) Setelah di screening dengan BDI menunjukkan hasil sampel menderita depresi ringan sehingga depresi sedang.

3) Bersedia untuk mengikuti penelitian.

4) Tidak mempunyai masalah pendengaran atau faktor yang menghambat dari proses penelitian untuk berlaku.

5) Bisa membaca & mengerti Bahasa Indonesia.

b. Kriteria Ekslusi:

1) Kelompok yang diuji tidak menderita sebarang penyakit (sehat secara relatif)

2) Kelompok kontrol tidak boleh dalam pengaruh obat gntidepressgnt atau terapi lain yang mampu menurunkan kadar depresi.

3) Menunjukkan skor dan gejala depresi berat dengan gejala klinis.

(8)

4.4.1. Populesi Penelitien

Populasi pada penelitian ini adalah seluruh mahasiswa generalisasi yang terdiri atas subyek yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang diterapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulan, Sugiyono (2009: 117).

4.4.2. Sempel

Besar sampel data nominal ordinal pada sampel tunggal untuk estimasi proporsi suatu populasi dihitung dengan rumus:

di mana

n1 = n2 = besar sampel minimum

Z1- α/2 = nilai distribusi normal baku (tabel Z) pada : 0,05 Z1-β = nilai distribusi normal baku (tabel Z) pada : 0,20

σ² = harga varians di populasi : 1,782

µ1- µ2 = perkiraan selisih nilai mean yang diteliti dengan mean di populasi.

Angka-angka di atas di masukkan kembali ke rumus besar sampel: n = 2 (1,782)² (1,96 + 0,842)²

(6,46 – 8,46)² = 49,863

(2)² = 12,466 = 13

(9)

4.5. Metode Pengumpulen Dete

Pada penelitian ini, karena menggunakan metode eksperimantal dengan desain penelitian pretest posttest control group design. Langkah awal pengumpulan data adalah membagi sampel menjadi dua kelompok, yang terlebih dahulu di screening dengan menggunakan Beck Depression Inventory (BDI). Setelah kelompok dengan depresi dikenal pasti peneliti, satu kelompok diberi terapi musik klasik yang dipilih peneliti : Musik klasik (Wolfggng Amgdeus Mozgrt’s Songtg for Two Pignos in D Mgjor,k.448) dan satu lagi kelompok (kontrol) tidak diberi terapi musik. Selanjutnya, sampel akan diberi terapi musik selama tujuh hari secara berterusan dengan self-gdministered terapi 10-15 menit sebelum tidur. Selanjutnya, Peneliti akan mengukur kembali kadar depresi kelompok eksperimen dengan BDI untuk dinilai hasilnya.

4.6. Metode Anelisis Dete

(10)

BAB 5

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 5.1. Hesil Penelitien

5.1.1 Kerekteristik Subjek Penelitien

Dalam penelitian mengenai pengaruh terapi musik terhadap tingkat depresi pada mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara, tahun 2013, telah dilakukan sebuah eksperimen mulai dari tanggal 17 Juni 2013 hingga 1 Juli 2013. Hal ini disesuaikan dengan jadwal subjek penelitian untuk mendapatkan waktu yang sesuai bagi subjek mengikutinya, yaitu sebelum ujian OSCE sehingga selepas ujian OSCE semester VI. Mahasiswa yang bersedia mengikuti dan memenuhi kriteria penelitian ini adalah sebanyak 26 orang yang dipilih berdasarkan proses screening awal dengan kuisioner BDI dan semua memenuhi karakteristik untuk menjadi subjek penelitian. Data lengkap mengenai karakteristik subjek dapat dilihat pada tabel-tabel di bawah ini.

e) Kerekteristik Subjek Berdeserken Usie & Jenis Kelemin Tabel 5.1. Karakteristik Usia & Jenis Kelamin

Kontrol (13) Eksperimentel (13) Kumuletif (%)

Laki-laki 6 46.2 7 53.8 100 (13)

Perempuan 7 53.8 6 46.2 100 (13)

(11)

perempuan sebanyak 13 orang, 7 orang (53.8%) di kelompok kontrol dan 6 orang (46.2%) di kelompok eskperimental.

Berdasarkan usia pula, didapatkan kelompok usia yang paling banyak adalah berumur 22-23 tahun (12 orang), diikuti umur 20-21 tahun (8orang), dan kelompok umur 24-25 tahun (6 orang).

b) Skor Depresi Sebelum den Sesudeh Diberi Terepi Musik Tabel 5.2. Skor Depresi Sebelum & Sesudah Perlakuan Skor

Depresi

Kontrol (13) Eksperimentel (13)

Mean Median SD. p* Mean Median SD. p*

Sebelum 16,38 16,00 2,434

0,001 17,54 16,00 4,371 0,003

Sesudeh 13,62 13,00 2,567 08,38 07,00 3,124 *Wilcoxon mgtched-pgir signed-rgnk

Berdasarkan Tabel 5.2 diatas, didapatkan subjek kontrol, mean yaitu nilai rata-rata hitung skor depresi kelompok kontrol sebelum diberi terapi musik adalah 16,38 dan sesudah adalah 13,62. Nilai rata-rata pertengahan skor depresi kelompok kontrol sebelum diberi terapi musik adalah 16 dan menurun ke angka 13 sesudah diberi terapi musik. Skor depresi simpangan baku pada kelompok kontrol sebelum percobaan adalah 2,434 dan 2,567 sesudah diberi terapi.

Pada kelompok eksperimental pula, rata-rata hitung skor depresi sebelum dan selepas percobaan adalah 17,54 dan 8,38. Nilai rata-rata pertengahan skor depresi sebelum diberi terapi musik adalah 16 dan menjadi 7 sesudah diberi terapi. Untuk skor depresi nilai simpangan baku sebelum diberi percobaan pada kelompok eksperimental, nilainya adalah 4,371 dan menjadi 3,124 sesudah diberi terapi.

(12)

eksperimental adalah masing-masing 0,001 dan 0,003, dan kurang dari tingkat signifikansi 0,05,null hypothesisditolak.

c) Perbedeen Skor Depresi Kelompok Eksperimentel & Kontrol Tabel 5.3. Perbedaan Skor Kelompok Eksperimental & Kontrol

Kontrol (13) Eksperimentel (13)

Meen Medien SD. Meen Medien SD. p*

Delte Skor 2,77 2 2,088 9,15 9 2,824 0,0001

*Mgnn-Whitney U Test

Berdasarkan Tabel 5.3 diatas, delta skor adalah perbedaan skor depresi sebelum dan selepas diberi terapi musik. Bagi kelompok kontrol, delta skor untuk mean, median dan standar deviasi adalah masing-masing 2,77 , 2 dan 2,088. Bagi kelompok eksperimental pula, nilai rata-rata hitung delta skor adalah 9,15. Nilai rata-rata pertengahan adalah 9. Untuk standar deviasi kelompok kontrol, nilainya adalah 2,824.

(13)

d) Tingket Depresi Sebelum & Sesudeh Pede Kelompok Kontrol Tabel 5.4. Tingkat Depresi Sebelum & Sesudah Pada Kelompok Kontrol

Tingket Depresi Sebelum Sesudeh

n % n %

minimel 1-13 11 84,6 7 53,8

ringen 14-19 2 15,4 6 46,2

moderet 20-28 - - -

-severe 29-63 - - -

-TOTAL 13 100 13 100

Tabel 5.4 menunjukkan tingkat depresi minimal pada kelompok kontrol sebelum percobaan adalah 11 orang (84,6%) dan menurun menjadi 7 orang (53,8%) sesudah percobaan. Pada tingkat depresi ringan, nilai sebelum percobaan adalah 2 orang (15,4%) dan meningkat menjadi 6 orang (46,2%) sesudah percobaan. Tidak terdapat subyek dalam kelompok depresi sedang.

Penelitian ini mengkaji mahasiswa dalam kelompok depresi ringan hingga sedang sahaja, jadi tiada data kelompok mahasiswa dalam depresisevere.

e) Tingket Depresi Sebelum & Sesudeh Pede Kelompok Eksperimen Tabel 5.5. Tingkat Depresi Sebelum & Sesudah Pada Kelompok Eksperimen

Tingket Depresi Sebelum Sesudeh

n % n %

minimel 1-13 1 7,7 12 92,3

ringen 14-19 9 69,2 1 7,7

moderet 20-28 3 23,1 -

-severe 29-63 - - -

-TOTAL 13 100 13 100

(14)

mahasiswa dengan tingkat depresi minimal adalah 1 orang (7,7%) dan meningkat menjadi 12 orang (92,3%) setelah percobaan. Pada tingkat depresi ringan, bilangan mahasiswa berjumlah 9 orang (69,2%) sebelum percobaan dan berkurang menjadi 1 orang (7,7%) sesudah percobaan. Terdapat 3 orang (23,1%) mahasiswa pada tingkat depresi moderat sebelum percobaan.

f) Tingket Depresi Pede Kelompok Eksperimentel Seteleh Diberiken Terepi Musik Berdeserken Jenis Kelemin

Tabel 5.6. Tingkat Depresi Pada Kelompok Eksperimental Setelah Diberikan Terapi Musik Berdasarkan Jenis Kelamin

Tingket Depresi Leki-leki Perempuen

n % n %

minimel 1-13 7 100 5 83,3

ringen 14-19 - - 1 16,7

moderet 20-28 - - -

-severe 29-63 - - -

-TOTAL 7 100 6 100

(15)

5.2. Pembehesen

Sebuah penelitian telah dilakukan terhadap mahasiswa yang sedang mengikuti kuliah di Fakultas Kedokteran di Universitas Sumatera Utara tentang pengaruh terapi musik terhadap tingkat depresi. Penelitian ini telah dilaksanakan terhadap 26 orang mahasiswa yang dipilih secara kuisioner dan bersetuju untuk mengikuti eksperimen setelah dilakukan intervensi dengan musik klasik. Tempat pelaksanaan eksperimen adalah di kamar tidur subjek coba eksperimental. Jadi, adalah cocok bagi peneliti memilih ruangan ini disebabkan oleh metode penelitian yang memerlukan mahasiswa mendengar alunan terapi musik sebelum tidur, setiap hari selama seminggu. Dalam eksperimen ini, 13 mahasiswa dalam kelompok eksperimental diberikan intervensi dengan kondisi terapi musik klasik manakala 13 orang lagi sebagai kelompok kontrol, tidak diberikan intervensi musik klasik.

Eksperimen ini menggunakan terapi musik Wolfggng Amgdeus Mozgrt’s Songtg for Two Pignos in D Mgjor,k.448, beralasankan musik bergenre klasik banyak diperdengar dan populer di kalangan dewasa muda dan pemusik. Hasil yang didapatkan menunjukkan penurunan depresi. Hasil yang sama telah didapatkan oleh S. Guétin dan F. Portet (n.d.). Mereka melakukan sebuah eksperimen untuk meneliti efek terapi musik terhadap anxietas dan depresi pada pasien dengan Alzheimer tipe dementia. Mereka menggunakan musik representatif, pilihan yang terhubung individu sendiri. Perubahan signifikan diamati selama seluruh periode follow-up menunjukkan perbedaan yang signifikan antara 2 kelompok mengenai depresi dan anxietas, titik primer akhir penelitian. Hilliard dan Tolen (1975) mengatakan bahwa musik latar belakang yang akrab dengan subjek memberikan pengaruh yang lebih baik terhadap tugas yang diberikan dibanding ketika diperdengarkan musik yang kurang akrab. Oleh karena itu, dapat dibuktikan bahwa terapi musik begitu berpengaruh terhadap tingkat depresi seseorang.

(16)

kemampuan spasial meningkat setelah mendengarkan sonata Mozart, dan ini menjadi fenomena yang dipublikasi secara luas. Mereka menyatakan bahwa peningkatan kinerja pada tugas kemampuan spasial lebih baik setelah mereka mendengarkan sonata Mozart untuk dua piano (K448) dibanding ketika mendengarkan pita relaksasi atau duduk dalam diam. Hal ini seiring dengan hasil yang kita dapatkan di dalam penelitian ini dan dapat meniru konsep efek Mozart yang telah dibuktikan oleh Rauscher, Shaw dan Ky. Hasil yang didapatkan signifikan perbedaannya dengan kondisi yang lain.

Salah satu penemuan yang didapat adalah bahwa laki-laki menunjukkan penurunan depresi yang lebih baik dari perempuan setelah diberi terapi musik. Sebanyak tujuh orang laki-laki berhasil menunjjukan penurunan simptom ke depresi minimal dibandingkan dengan perempuan yaitu lima orang. Di dalam penelitian oleh Gaertner dan Seidel A, mereka mendapati laki-laki mempunyai hasil yang lebih baik dari perempuan namun hasil yang signifikan hanya didapati dalam populasi besar. Hasil yang sama ditemukan juga dalam penelitian ini dimana laki-laki menujukkan penurunan skor depresi berbanding perempuan dalam kelompok eksperimental. Jadi, rata-rata penurunan kadar depresi berdasarkan kelamin yang diperoleh (Tabel 5.6), disimpulkan bahwa laki-laki lebih terpengaruh dengan efek terapeutik musik klasik berbanding perempuan. Miller dan Schyb (1989) dalam penelitian mereka tentang fasilitasi dan gangguan oleh musik latar belakang juga telah menemukan bahwa pria dan wanita tampil berbeda di hadapan musik saat melakukan pelbagai jenis tugas.

(17)

BAB 6

KESIMPULAN DAN SALAN

6.1. KESIMPULAN

Berdasarkan hasil dan pembahasan penelitian, maka dapat ditarik kesimpulan bahwa terdapat pengaruh terapi musik terhadap tingkat depresi di kalangan mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara setelah terpapar musik klasik yang bertajuk Wolfggng Amgdeus Mozgrt’s Songtg for Two Pignos in D Mgjor, k.448.

1. Terdapat pengaruh antar kelompok perlakuan eksperimental dan kontrol sebelum dan selepas diberi terapi musik Mozart dengan durasi 10-15 menit selama tujuh hari.

2. Skor depresi pada jenis kelamin laki-laki pada kelompok eksperimental setelah diberikan terapi musik klasik selama seminggu menunjukkan penurunan berbanding perempuan walaupun tidak signifikan.

(18)

6.2. SALAN

Dengan memperhatikan hasil penelitian dengan segala keterbatasan yang dimiliki peneliti, maka adapun syarat yang dapat penulis sampaikan adalah:

1. Diharapkan kepada peneliti lain untuk menggunakan lebih banyak genre musik yang lebih banyak untuk mengidentifikasi terapi musik yang mana lebih berpengaruh terhadap tingkat depresi.

2. Diharapkan kepada mahasiswa untuk mendengar musik klasik sebagai terapi untuk mengurangi gejala depresi selain menjauhi faktor risiko depresi yang lain, sambil mengamalkan gaya hidup yang sehat.

3. Sebagaimana temuan dalam penelitian ini, segala hal yang bersifat keterbatasan penelitian agar dapat diperbaiki dalam penelitian selanjutnya. 4. Agar melihat lebih mendalam pada hal-hal yang tidak berhubungan karena

(19)

BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 DEPRESI

2.1.1. Definisi

Depresi merupakan satu masa terganggunya fungsi manusia yang berkaitan dengan alam perasaan yang sedih dan gejala penyertanya, termasuk perubahan pada pola tidur dan nafsu makan, psikomotor, konsentrasi, anhedonia, kelelahan, rasa putus asa dan tidak berdaya, serta bunuh diri (Kaplan, 2010).

Kondisi yang ditandai dengan ketidakmampuan berkonsentrasi, perubahan pola tidur yang parah, menurunnya energi, ketidaknyamanan fisik, mudah tersingung, serta perasaan sedih , kesal dan tidak berdaya yang ekstrim.

Depresi dapat terjadi pada keadaan normal sebagai bagian dalam perjalanan proses kematangan dari emosi. Pada keadaan normal, depresi merupakan gangguan kemurungan (kesedihan, patah semangat) yang ditandai dengan perasaan tidak pas, menurunnya kegiatan, dan pesimisme menghadapi masa yang akan datang. Pada kasus patologis, depresi merupakan ketidakmauan ekstrim untuk mereaksi terhadap rangsang disertai menurunnya nilai diri, delusi ketidakpuasan, tidak mampu, dan putus asa.

Depresi adalah suatu kondisi yang dapat disebabkan oleh defisiensi relatif salah satu atau beberapa aminergik neurotransmiter (noradrenalin, serotonin, dopamin) pada sinaps neuron di SSP (terutama pada sistem limbik) (Maslim, 2002).

(20)

menstimulasi produksi endorphin, opiates tubuh alami, dan dapat mengurangi kadar kortisol dan noradrenaline, hormone yang terkait dengan stres (Watkins, 1997).

Beck (McDowell & Newel, 1996) mendefinisikan depresi sebagai keadaan abnormal organisme yang dimanifestasikan dengan tanda simptom-simptom seperti menurunyamood subjektif, rasa pesimis dan sikap nihilistik, kehilangan kespontanan dan gejala vegetatif (seperti kehilangan berat badan dan gangguan tidur). Depresi juga merupakan kompleks gangguan yang meliputi gangguan afeksi, kognisi, motivasi dan komponen perilaku.

2.1.2 Epidemiologi Depresi

Gangguan depresi mayor (berat) adalah tipe yang paling umum dari gangguan mood yang dapat didiagnosis, dengan perkiraan prevelensi semasa hidup berkisar antara 10% hingga 25% untuk wanita dan 5% hingga 12% untuk pria.

e. Jenis Kelemin

Pada pengamatan yang hampir universal, terlepas dari kultur atau negara, terdapat prevelensi gangguan depresi berat yang dua kali lebih beasr pada wanita dibandingkan laki-laki. Meski perbedaan hormonal atau atau perbedaan biologis lainnya yang terkait dengan gender kemungkinan berpengaruh, namun sebuah diskusi panel yang diselenggarakan oleh Americgn Psychologicgl Associgtion (APA) menyatakan bahawa perbedaan gender sebagian besar disebabkan oleh lebih banyaknya jumlah stress yang diahdapi wanita dalam kehidupan kontemporer. Perbedaan dalam gaya mengatasi masalah juga dapat membantu menjelaskan mengenai lebih besarnya wanita untuk terkena depresi.

b. Usie

(21)

hal tersebut jarang terjadi. Beberapa data epidemiologis akhir akhir ini menyatakan bahawa insiden gangguan depresif berat meningkat pada orang-orang berusia kurang dari 30 tahun. Jika pengamatan tersebut benar, hal tersebut mungkin berhubungan dengan meningkatnya penggunaan alcohol dan zat lain pada kelompok usia tersebut.

c. Res

Prevelensi gangguan mood tidak berbeda dari satu ras ke ras lain. Tetapi, klinisi cenderung kurang mendiagnosa gangguan moral dan terlalu mendiagnosa skizofrenia pada pasien yang mempunyai latar belakang rasial yang berbeda dengan dirinya.

d. Stetus Perkehwinen

Pada umunya, gangguan depresif berat terjadi pada orang yang tidak memiliki hubungan interpersonal yang erat atau yang bercerai atau yang berpisah.

e. Pertimbengen Sosioekonomi

Tidak ditemukan adanya korelasi antara status sosioekonomi dan gangguan depresif berat. Namun sumber lain menyatakan orang dengan taraf sosioekonomi yang lebih rendah memiliki risiko yang lebih tinggi dibanding mereka dengan taraf yang lebih baik untuk menderita depresi.

2.1.3 Etiologi Depresi

Kaplan menyatakan bahwa faktor penyebab depresi dapat secara buatan dibagi menjadi faktor biologi, faktor genetik, dan faktor psikososial.

e. Fektor biologi

(22)

Disregulasi ini terjadi akibat kelainan fungsi neuron yang mengandung amin biogenik. Sebaliknya, stres kronik yang mengaktivasi aksis Hypothglgmic-Pituitgry-Adrengl (HPA) dapat menimbulkan perubahan pada amin biogenik sentral. Aksis neuroendokrin yang paling sering terganggu yaitu adrenal, tiroid, dan aksis hormon pertumbuhan. Aksis HPA merupakan aksis yang paling banyak diteliti (Landefeld et al, 2004).

Hipersekresi CRH merupakan gangguan aksis HPA yang sangat fundamental pada pasien depresi. Hipersekresi yang terjadi diduga akibat adanya defek pada sistem umpan balik kortisol di sistem limpik atau adanya kelainan pada sistem monoaminogenik & neuromodulator yang mengatur CRH (Kaplan, 2010). Sekresi CRH dipengaruhi oleh emosi. Emosi seperti perasaan takut dan marah berhubungan dengan Pgrgventriculer nucleus (PVN), yang merupakan organ utama pada sistem endokrin dan fungsinya diatur oleh sistem limbik. Emosi mempengaruhi CRH di PVN, yang menyebabkan peningkatan sekresi CRH (Landefeld, 2004). Pada orang lanjut usia terjadi penurunan produksi hormon estrogen. Estrogen berfungsi melindungi sistem dopaminergik negrostriatal terhadap neurotoksin seperti MPTP, 6-OHDA dan methamphetamin. Estrogen bersama dengan antioksidan juga merusak monoamine oxidase (Unutzer dkk, 2002).

(23)

adalah disertai gejala depresi. Obat yang meningkatkan konsentrasi dopamin, seperti tyrosin, amphetamine, dan bupropion, menurunkan gejala depresi (Kaplan, 2010).

Kehilangan saraf atau penurunan neurotransmiter. Sistem saraf pusat mengalami kehilangan secara selektif pada sel-sel saraf selama proses menua. Walaupun ada kehilangan sel saraf yang konstan pada seluruh otak selama rentang hidup, degenerasi neuronal korteks dan kehilangan yang lebih besar pada sel-sel di dalam lokus seroleus, substansia nigra, serebelum dan bulbus olfaktorius (Lesler, 2001). Bukti menunjukkan bahwa ada ketergantungan dengan umur tentang penurunan aktivitas dari noradrenergik, serotonergik, dan dopaminergik di dalam otak. Khususnya untuk fungsi aktivitas menurun menjadi setengah pada umur 80-an tahun dibandingkan dengan umur 60-an tahun (Kane dkk, 1999)

b. Fektor Genetik

Penelitian genetik & keluarga menunjukkan bahwa angka resiko di antara anggota keluarga tingkat pertama dari individu yang menderita depresi berat (unipolar) diperkirakan 2 sampai 3 kali dibandingkan dengan populasi umum. Angka keselarasan sekitar 11% pada kembar dizigot dan 40% pada kembar monozigot (Davies, 1999).

Oleh Lesler (2001), Pengaruh genetik terhadap depresi tidak disebutkan secara khusus, hanya disebutkan bahwa terdapat penurunan dalam ketahanan dan kemampuan dalam menanggapi stres. Proses menua bersifat individual, sehingga dipikirkan kepekaan seseorang terhadap penyakit adalah genetik.

c. Fektor Psikososiel

(24)

peranan sosial, hilangnya otonomi, kematian teman atau sanak saudara, penurunan kesehatan, peningkatan isolasi diri, keterbatasan finansial, dan penurunan fungsi kognitif (Kaplan, 2010) Sedangkan menurut Kane, faktor psikososial meliputi penurunan percaya diri, kemampuan untuk mengadakan hubungan intim, penurunan jaringan sosial, kesepian, perpisahan, kemiskinan dan penyakit fisik (Kane, 1999).

Faktor psikososial yang mempengaruhi depresi meliputi: peristiwa kehidupan dan stresor lingkungan, kepribadian, psikodinamika, kegagalan yang berulang, teori kognitif dan dukungan sosial (Kaplan, 2010).

Peristiwa kehidupan dan stresor lingkungan. Peristiwa kehidupan yang menyebabkan stres, lebih sering mendahului episode pertama gangguan mood dari episode selanjutnya. Para klinisi mempercayai bahwa peristiwa kehidupan memegang peranan utama dalam depresi, klinisi lain menyatakan bahwa peristiwa kehidupan hanya memiliki peranan terbatas dalam onset depresi. Stressor lingkungan yang paling berhubungan dengan onset suatu episode depresi adalah kehilangan pasangan (Kaplan, 2010). Stressor psikososial yang bersifat akut, seperti kehilangan orang yang dicintai, atau stressor kronis misalnya kekurangan finansial yang berlangsung lama, kesulitan hubungan interpersonal, ancaman keamanan dapat menimbulkan depresi (hardywinoto, 1999).

Faktor kepribadian. Beberapa ciri kepribadian tertentu yang terdapat pada individu, seperti kepribadian dependen, anankastik, histrionik, diduga mempunyai resiko tinggi untuk terjadinya depresi. Sedangkan kepribadian antisosial dan paranoid (kepribadian yang memakai proyeksi sebagai mekanisme defensif) mempunyai resiko yang rendah (Kaplan, 2010).

(25)

menyatakan bahwa kekerasan yang dilakukan pasien depresi diarahkan secara internal karena identifikasi dengan objek yang hilang. Freud percaya bahwa introjeksi mungkin merupakan cara satu-satunya bagi ego untuk melepaskan suatu objek, ia membedakan melankolia atau depresi dari duka cita atas dasar bahwa pasien terdepresi merasakan penurunan harga diri yang melanda dalam hubungan dengan perasaan bersalah dan mencela diri sendiri, sedangkan orang yang berkabung tidak demikian.

Kegagalan yang berulang. Dalam percobaan binatang yang dipapari kejutan listrik yang tidak bisa dihindari, secara berulang-ulang, binatang akhirnya menyerah tidak melakukan usaha lagi untuk menghindari. Disini terjadi proses belajar bahwa mereka tidak berdaya. Pada manusia yang menderita depresi juga ditemukan ketidakberdayaan yang mirip (Kaplan, 2010).

Faktor kognitif. Adanya interpretasi yang keliru terhadap sesuatu, menyebabkan distorsi pikiran menjadi negatif tentang pengalaman hidup, penilaian diri yang negatif, pesimisme dan keputusasaan. Pandangan yang negatif tersebut menyebabkan perasaan depresi (Kaplan, 2010)

2.1.4. Gemberen Klinis

(26)

e. Gejele Fisik

Menurut beberapa ahli, gejala depresi yang kehilangan ini mempunyai rentangan dan variasi yang luas sesuai dengan berat ringannya depresi yang dialami. Gejala fisik berupa:

1) Gangguan pola tidur (sulit tidur, terlalu banyak atau terlalu sedikit). 2) Menurunnya aktivitas kerja

3) Menurunnya aktivitas fisik. 4) Mudah merasa letih & sakit 5) Menurunnya produktivitas kerja 6) Mudah merasa letih & sakit.

7) Konsentrasi dan perhatian berkurang.

8) Bicara & gerak-geriknya pelan dan kurang hidup. 9) Anoreksia dan menurunnya berat badan.

10) Diare, konstipasi dan muntah. 11) Kehilangan libido, dll.

b. Gejele Sosiel

Masalah depresi yang berawal dari diri sendiri pada akhirnya mempengaruhi linkungan dan pekerjaan atau aktivitas rutin lainnya. Linkungan tentu akan bereaksi terhadap perilaku orang yang depresi tersebut yang pada umumnya negative (mudah marah, tersinggung, menyendiri, mudah letih, mudah sakit).

(27)

Adapun gejala sosial lainnya: 1) Isolasi.

2) Konsep diri kurang. 3) Menarik diri. 4) Ketergantungan.

c. Gejele Psikis

Adapun gejala psikis yang muncul berupa: 1) Kehilangan rasa percaya diri.

2) Sensitif.

3) Merasa tidak berguna.

4) Perasaan bersalah & terbebani

5) Perasaan sedih, kosong, bosan dan putus asa. 6) Pandangan masa depan yang suram dan pesimistik

7) Gagasan atau perbuatan mengancam jiwa atau bunuh diri, dll. 2.1.5. Klesifikesi

e. Menurut DSM IV (Diegnostic end Stetisticel Menuel of Mentel Disorders fourth edition)

Gangguan depresi terbagi dalam 3 kategori, yaitu:

1) Gangguan depresi berat (Mgyor depressive disorder)

Didapatkan 5 atau lebih simptom depresi selama 2 minggu. Kriteria terebut adalah:

(28)

b) Kehilangan interes atau perasaan senang yang sangat signifikan dalam menjalani sebagian besar aktivitas sehari-hari.

c) Berat badan turun secara siginifkan tanpa ada progran diet atau justru ada kenaikan berat badan yang drastis.

d) Insomnia atau hipersomnia berkelanjutan, agitasi atau retadasi psikomotorik.

e) Letih atau kehilangan energi, perasaan tak berharga atau perasaan bersalah yang eksesif.

f) Kemampuan berpikir atau konsentrasi yang menurun

g) Pikiran-pikiran mengenai mati, bunuh diri, atau usaha bunuh diri yang muncul berulang kali.

h) Distres dan hendaya yang signifikan secara klinis

i) Tidak berhubungan dengan belasungkawa karena kehilangan seseorang.

2) Gangguan distimik (Dysthymic disorder)

Suatu bentuk depresi yang lebih kronis tanpa ada bukti suatu episode depresi berat (dahulu disebut depresi neurosis). Kriteria DSM-IV untuk gangguan distimik:

a) Perasaan depresi selama beberapa hari, paling sedikit selama 2 tahun (atau 1 tahun pada anak-anak dan remaja).

b) Selama depresi, paling tidak ada dua hal berikut yang hadir: tidak nafsu makan atau makan berlebihan, insomnia atau hipersomnia, lemah atau keletihan, self esteem rendah, daya konsentrasi rendah, atau sulit membuat keputusan, perasaan putus asa;

c) Selama 2 tahun atau lebih mengalami gangguan, orang itu tanpa gejala-gejala selama 2 bulan;

(29)

e) Gejala-gejala ini tidak disebabkan oleh efek psikologis langsung darib kondisi obat atau medis;

f) Signifikansi klinis distress (hendaya) atau ketidaksempurnaan dalam fungsi.

3) Gangguan afektif bipolar atau siklotimik (Bipolgr gffective illness gtgu cyclothymic disorder)

Kriteria:

a) Kemunculan (atau memiliki riwayat pernah mengalami) sebuah sebuah episode depresi berat atau lebih;

b) Kemunculan (atau memiliki riwayat pernah mengalami) paling tidak satu episode hipomania;

c) Tidak ada riwayat episode manik penuh atau episode campuran;

d) Gejala-gejala suasana perasaan bukan karena skizofrenia atau menjadi gejala yang menutupi gangguan lain seprti skizofrenia;

e) Gejala-gejalanya tidak disebabkan oleh efek-efek fisiologis dari substansi tertentu atau kondisi medis secara umum;

f) Distres atau hendaya dalam fungsi yang signifikan secara klinis. Sedangkan menurut Carlson, seperti yang dikutip oleh shafii, membagi depresi pada remaja menjadi tipe primer dan sekunder.

(30)

b. Jenis-jenis Depresi Berdasarkan Tingkat Penyakit

1) Mild depression/ minor depressiondendysthymic disorder

Pada depresi ringan, moodyang rendah datang dan pergi dan penyakit datang setelah stressful yang spesifik. Perubahan gaya hidup biasanya dibutuhkan untuk mengurangi depresi jenis itu. Bentuk depresi yang kurang parah disebut disitmia (Dystymic disorder). Depresi ini menimbulkan gangguan mood ringan dalam jangka waktu yang lama sehingga seseorang tidak dapat bekerja optimal.

2) Moderate depression

Pada depresi sedang moodyang rendah berlansung terus dan individu mengalami simtom fisik juga walaupun berbeda-beda tiap individu. Perubahan gaya hidup saja tidak cukup dan bantuan diperlukan untuk mengatasinya.

3) Severe depression/ major depression

Individu akan mengalami gangguan dalam kemampuan untuk bekerja, tidur, makan, dan menikmati hal yang mnyenangkan. Penting untuk mendapatkan bantuan media secepatnya.

c. Jenis-jenis Depresi Berdeserken Klesifikesi Nosologi 1) Depresi psikogenik

Depresi ini karena pengaruh psikologis individu. Biasanya terjadi akibat kejadian yang dapat membuat seseorang sedih atau stress berat. Berdasarkan pada gejala dan tanda-tanda, terbagi menjadi:

a) Depresif regktif

(31)

Merupakan depresi yang timbul setelah bertahun-tahun masa laten, akibat tekanan perasaan yang berlarut-larut, goncangan jiwa yang berturut atau pengalaman berulang yang menyakitkan.

c) Depresi neurotic

Asal mulanya adalah konflik-konflik psikologis masa anak-anak (seperti perpisahan dengan ibu pada masa bayi, hubungan orang tua-anak yang tidak menyenangkan) yang selama ini disimpan dan membekas dalam jiwa penderita.

2) Depresi endogenik

Depresi ini diturunkan, biasanya timbul tanpa didahului oleh masalah psikologis atau fisik tertentu, tetapi bias juga dicetuskan oleh trauma fisik maupun psikis.

3) Depresi somgtogenik

Pada depresi ini dianggap bahwa factor-faktor jasmani berperan dalam timbulnya depresi, terbagi dalam beberapa tipe:

g) Depresi orggnic

Disebabkan oleh perubahan-perubahan morfologi dari otak seperti arteriosklerosis serebri, demensia senilis, tumor otak, defisiensi mental, dan lain-lain.

b) Depresi simptomgtik

Merupakan depresi akibat atau bersamaan dengan penyakit-penyakit jasmaniah seperti:

(1) Penyakit infeksi: hepatitis, influenza, pneumonia. (2) Penyakit endokrin: diabetes mellitus, hipotiroid. (3) Akibat tindakan bedah.

(32)

d. Jenis-jenis Depresi Menurut Penyebebnye

Menurut Greg Wilkinson depresi dapat digolongkan sebagai depresi “reaktif” dan “endogenus”.

1) Depresi Regktif

Gejala diperkirakan akibat stress luar, seperti kehilangan seseorang atau kehilangan pekerjaan. Ini merupakan jenis depresi paling umum dan sungguh merupakan perluasan dari perasaan gundah yang normal. Umumnya orang yang mengalami depresi reaktif akan merasa muram, cemas, sering marah dan mudah tersinggung.

2) Depresi Endogenus

Gejalanya terjadi tanpa dipengaruhi oleh factor luar. Seorang psikiater mendiagnosis seorang pasien menderita depresi endogenus jika mereka menunjukkan tanda-tanda sedih, menarik diri dan mempunyai beberapa gejala berikut:

a) Hilangnya hasrat seks.

b) Anoreksia atau kehilangan berat badan.

c) Kelambanan fisik dan mental atau kegelisahan atau agitasi. d) Bangun pagi-pagi

e) Perasaan bersalah

f) Tidak dapat menikmati apa-apa.

g) Suasana hati paling rendah di pagi hari dan meningkat dengan berjalannya hari.

(33)

3) Depresi Primer Dgn Sekunder

Depresi primer: depresi yang tidak mempunyai penyebab.

Depresi Sekunder: depresi yang disebabkan penyakit fisik atau psikiatrik atau kecanduan obat atau alcohol.

e. Jenis-jenis Depresi Menurut Gejelenye

Menurut gejalanya depresi dapat digolongkan sebagai “neurotic” dan “psikotik”. Namun perbedaannya tidak terlalu jelas seperti yang diinginkan para dokter. Oleh karena banyak orang yang mempunyai gejala kedua jenis penyakit dan beberapa jenis depresi (terutama yang endogenus) tidaklah bersifat neurotic ataupun psikotik.

1) Depresi Neurotik

Biasanya terjadi setelah mengalami peristiwa yang menyedihkan tetapi jauh lebih berat biasanya. Seringkali didahului oleh trauma emosional seperti kehilangan orang dicintai. Orang yang menderita depresi neurotic bias merasa gelisah, cemas sekaligus merasa depresi. Mereka menderita hipokondria atau ketakutan abnormal seperti agrofobia tetapi mereka tidak menderita delusi atau halusinasi.

2) Depresi Psikotik

Depresi yang berkaitan dengan delusi atau halusinasi atau keduanya. 3) Psikosis Depresi Mgnik (disebut jugg depresi bipolgr)

(34)

f. Jenis-jenis Depresi Menurut Areh Penyekit

Depresi yang terjadi sendiri dan tidak dihubungkan dengan penyakit manic (lawan dari depresi dan sifat orang itu sangat gembira) disebut sebagai:

1) Depresi “unipolgr”

Gangguan depresi yang dicirikan oleh suasana perasaan depresif sahaja. Penderita dalam jangka waktu yang lama hanya mengalami perasaan sedih sahaja.

2) Depresi “bipolgr”

Dahulunya gangguan ini disebut manic depresif. Tidak seperti gangguan depresif yang lainnya, gangguan bipolar meliputi lingkaran depresi pada satu kutub dan gembira berlebihan atau maniak pada kutub lainnya. Kadang-kadang suasana perasaan tersebut berubah secara drastic dan cepat, tetapi sebagian besar berlansung secara gradual.

g. Depresi Tersembunyi

Diagnosa depresi tersembunyi (atau atipikal) kadang-kadang dibuat bila mana depresidianggap mendasari gangguan fisik dan mental yang tidak dapat diterangkan, misalnya rasa sakit yang lama tanpa sebab yang nyata atau hipokondria atau sebaliknya perilaku yang tidak dapat diterangkan seperti wanita lanjut usia yang suka mengutil.

2.1.6. Pengukuren Depresi

1) Beck Depression Inventory (BDI, BDI-II)

(35)

versi terkini dibuat untuk individual berumur 13 dan ke atas, dan terdiri dari item berkaitan dengan simptom depresi. Berdasarkan interpretasi terhadap Beck Depression Inventoryterdapat enam kategori status depresi, yaitu:

Tabel 2.1. Nilai tingkat depresiBeck Depression Inventory

Nilei tes BDI Tingket depresi

0-13 Minimal

14-19 Gangguanmoodringan

20-28 Borderlinesklinis ringan-sedang

29-63 Berat

2) Hgmilton Depression Rgting Scgle(HDRS)

Hgmilton Depression Scgle (HDS atau HAMD), juga dikenal Hgmilton Rgting Scgle for Depression atau Hgmilton Depression Rgting Scgle, dikembangkan oleh Max Hamilton (1960) , adalah tes yang mengukur keberatan dari gejala depresi pada individu. Tujuannya adalah untuk menilai keberatan dari penampakan gejala depresi pada anak-anak maupun pada orang dewasa.

(36)

Tabel 2.2. Nilai tingkat depresi HDRS Nilei tes HDRS Tingket depresi

0-6 Tak ada depresi

7-16 Depresi ringan

17-24 Depresi sedang

>24 Depresi berat

3) Montgomery Asberg Depression Rgting Scgle(MADRS)

MADRS pertama kali diperkenalkan oleh Montgomery dan Asberg. Skala rating ini terdiri dari butir yang lebih sedikit dari HDRS. MADRS lebih sensitif terhadap perubahan harian sehingga baik untuk digunakan dalam membandingkan pemakaian dua obat atau lebih.

4) Zung Self Depression Scgle

Zung Self Depression Scgle adalah suatu skala depresi terdiri dari 20 kalimat dan penilaian derajat depresinya dilakukan oleh pasien sendiri.

Tabel 2.3. Nilai tingkat depresiZung Self Depression Scgle Nilei tes ZSDS Tingket depresi

25-49 Normal

(37)

2.1.7. Penetelekseneen

Pada kasus depresi berat diperlukan terapi dan pengobatan yang efektif untuk mengurangi depresi, namun pada kasus depresi ringan dan sedang dapat melakukan terapi terhadap diri sendiri untuk mengurangi gejala-gejala depresi.1

e. Obet Antidepresen

Ada beberapa obat antidepresan yaitu: 1) MAOIs(Monogmine Oxidgse Inhibitors)

Obat ini menghalangi aktivitas monoamine oxidase, enzim yang menghancurkanmonogmine neurotrgnsmitters norephinefrin, serotonin, dandopgmin.

2) Tricyclics

Obat ini meningkatkan aktivitas neurotrgnsmitters monogmine norephinefrin dan serotonin dengan menghambat reuptgke ke dalam neuron.

3) SSRIs

Obat ini hanya menghambat reuptake serotonin namun tidak menghalangineurotrgnsmiterlain.

b. CBT (Cognitive Behavior Therapy)

(38)

angka kegagalan lebih kecil dan angka perbaikan lebih cepat dibanding pasien yang diobati dengan terapi obat antidepresi saja.

c. Terepi Interpersonel

Terapi interpersonal adalah bantuan psikoterapi jangka pendek yang berfokus kepada orang-orang dengan perkembangan simtom penyakit kejiwaan. Jika terapi kognitif berfokus pada persepsi dan reaksi terhadap persepsi tersebut, terapi interpersonal menekankan kepada terapi komunikasi.

d. Konseling Kelompok den Dukungen Sosiel

Konseling secara kelompok adalah pelaksanaan wawancara konseling yang dilakukan antara seorang konselor profesional dengan beberapa pasien sekaligus dalam kelompok kecil. Kegunaan dukungan sosial kelompok diantaranya adalah agar pasien merasa ada orang lain yang juga menderita sehingga dapat mengurangi rasa isolasi.

e. Berolehrege

(39)

f. Diet (Mengetur Pole Meken)

Simtom depresi dapat diperparah oleh ketidakseimbangan nutrisi di dalam tubuh. Ketidakseimbangan nutrisi yang dapat menyebabkan depresi semakin parah yaitu:

1) Konsumsi kafein secara berkala & Konsumsi sukrosa (gula) 2) Kekurangan biotin, asam folat, vitamin B, vitamin C, kalsium,

tembaga, magnesium atau potasium 3) Ketidakseimbangan asam amino 4) Alergi makanan.

g. Terepi Humor

Sudah lama profesional medis mengakui bahwa pasien yang mempertahankan sikap mental yanng positif dan berbagi tawa merespon lebih baik terhadap pengobatan. Respon fisiologis dari tertawa termasuk meningkatnya pernafasan, sirkulasi, sekresi hormon, enzim pencernaan dan peningkatan tekanan darah.

h. Berdoe

Berdoa merupakan salah satu untuk mengatasi depresi. Doa dapat mendatangkan ketenangan lahir dan batin serta melepaskan kita dari ketegangan fisik dan mental kita.

i.Hidroterepi den Hidrotermel

(40)

2.2 Terepi Musik

2.2.1. Musik

Musik dan bidang kedokteran memiliki hubungan sejarah yang erat dan panjang. Sejak jaman Yunani kuno musik digunakan sebagai sarana untuk meringankan penyakit dan membantu pasien dalam mengatasi emosi yang menyakitkan seperti depresi, kecemasan, kesedihan, dan kemarahan. Para ahli filsafat, sejarah, dan ilmuwan dari jaman dahulu hingga sekarang banyak menulis dan

menyatakan bahwa musik memiliki sifat terapeutik.

Musik ternyata bersifat terapeutik dan bersifat menyembuhkan. Musik menghasilkan rangsangan ritmis yang di tangkap oleh organ pendengaran dan diolah di dalam sistem saraf tubuh dan kelenjar pada otak yang mereorganisasi interpretasi bunyi ke dalam ritme internal pendengar. Ritme internal ini mempengaruhi metabolisme tubuh manusia sehingga prosesnya berlangsung dengan lebih baik. Metabolisme yang lebih baik akan mengakibatkan tubuh mampu membangun sistem kekebalan yang lebih baik, dan dengan sistem kekebalaan yang lebih baik tubuh menjadi lebih tangguh terhadap kemungkinan serangan penyakit (Campbel, 1997).

Musik dikenal melalui penelitian sebagai fasilitas perangsang relaksasi non-farmasi yang aman, murah, dan efektif. Musik memiliki peran signifikan dalam merawat pasien dengan kecemasan. Para peneliti mengatakan bahwa musik mampu menurunkan gejala psikosomatik seperti kecemasan dengan jalan mempengaruhi proses fisiologis dan psikologis sehingga mampu membuat pasien mengalami keadaan yang aman dan menyenangkan, tetapi musik tidak seperti obat karena musik tidak memiliki potensi untuk menyebabkan ketergantungan. Musik yang digunakan sejak lama untuk mencapai kenyamanan dan relaksasi telah diajukan sebagai salah satu cara untuk menurunkan kecemasan psikologis dan perilaku individual yang menunggu perawatan.

(41)

masing-masing pasien memegang peranan yang penting. Pada umumnya musik klasik popular dengan alunan rileks adalah pilihan yang sering digunakan. Pasien juga dapat diminta membawa sendiri atau memilih jenis musik yang disukainya.

2.2.2. Definisi Terepi Musik

Terapi musik adalah sebuah terapi kesehatan yang menggunakan musik di mana tujuannya adalah untuk meningkatkan atau memperbaiki kondisi fisik, emosi, kognitif, dan sosial bagi individu dari berbagai kalangan usia. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui seberapa besar dampak terapi musik yang berpengaruh pada perubahan respon fisiologis terhadap kecemasan yang dilihat dari tekanan darah, respirasi dan nadi. Penelitian ini bermanfaat untuk membantu penyembuhan pasien/klien. Selain itu, sebagai bahan informasi akurat untuk profesi keperawatan dan profesi kesehatan lainnya untuk mengimplementasikan terapi musik sebagai terapi non farmakologi.

Musik yang sesuai dengan selera individu mempengaruhi sistem limbik dan saraf otonom, menciptakan suasana rileks, aman dan menyenangkan sehingga merangsang pusat rasa ganjaran dan pelepasan substrat kimia (gamma amino butyric acid (GABA), enkephalin, dan beta endorphin) yang akan mengeliminasi neurotransmitter rasa nyeri maupun kecemasan sehingga menciptakan ketenangan dan memperbaiki suasana hati (mood) pasien.

2.2.3 Desein Intervensi

Terapi musik diaplikasikan melalui pemutar media portable (mp3 plgyer) dengan 15 menit rakaman musik klasik dimainkan dengan mp3 plgyer. Pemutar media portable bersama penyuara kuping/ pelantang telinga (hegdphone) digunakan untuk tujuan ini.

(42)

beberapa penelitian lain tentang manfaat efek neurobiologisnya. Paparan musik disediakan di tunggal, self-gdministered sekali sehari di rumah, Pasien diberikan dengan lingkungan yang nyaman, tanpa gangguan atau faktor penyumbang stres.

2.2.4 Terepi Musik Pilihen

Ada sebuah teori yang mendengarkan sepotong musik tertentu, yang ditulis oleh Mozart, dapat meningkatkan seberapa baik otak bekerja. Ini mungkin menjadi pengobatan berguna bagi orang dengan kondisi neurologis, termasuk depresi. Teori ini telah disebut Mozgrt Effect. Karya musik yang diyakini dapat membantu adalah Mozgrt’s Songtg for two pignos in D Mgjor, k448 (juga dikenal sebagai Mozart K448).

Istilah Mozgrt Effect pertama kali digunakan pada tahun 1993, oleh sekelompok peneliti. Mereka mempelajari apa yang terjadi pada sekelompok siswa, setelah mereka mendengarkan Mozart K448 selama 10 menit. Para peneliti melihat bahwa selama sekitar 10 sampai 15 menit setelah mendengarkan musik, mereka memiliki lebih baik 'spasial-penalaran keterampilan'. Ini berarti mereka tampil lebih baik dalam tugas-tugas tertentu mereka diberikan, termasuk memotong dan melipat kertas.

2.2.5 Jelur Terepi

(43)

Impuls elektris musik masuk melalui serabut saraf dari ganglion spiralis Corti menuju ke nukleus koklearis dorsalis dan ventralis yang terletak pada bagian atas medulla. Pada titik ini semua sinap serabut dan neuron tingkat dua diteruskan terutama ke sisi yang berlawanan dari batang otak dan berakhir di nukleus olivarius superior. Setelah melalui nukleus olivarius superior, penjalaran impuls pendengaran berlanjut ke atas melalui lemniskus lateralis kemudian berlanjut ke kolikulus inferior, tempat semua atau hampir semua serabut ini berakhir. Setelah itu impuls berjalan ke nukleus genikulata medial, tempat semua serabut bersinap, dan akhirnya berlanjut melalui radiasio auditorius ke korteks auditorius, yang terutama terletak pada girus superior lobus temporalis.

Dari korteks auditorius yang terdapat pada korteks serebri area 41, jaras berlanjut ke sistem limbik, melalui cincin korteks serebral yang disebut korteks limbik. Korteks yang mengelilingi struktur subkortikal limbik ini berfungsi sebagai zona transisional yang dilewati sinyal yang dijalarkan dari sisi korteks ke dalam sistem limbic dan juga ke arah yang berlawanan. Dari korteks limbik, jaras pendengaran dilanjutkan ke hipokampus, tempat salah satu ujung hipokampus berbatasan dengan nuklei amigdaloid. Amigdala yang merupakan area perilaku kesadaran yang bekerja pada tingkat bawah sadar, menerima sinyal dari korteks limbic lalu menjalarkannya ke hipotalamus.

(44)

sensorik somatik otak. Musik dalam hal ini berfungsi sebagai sebuah intervensi untuk mengurangi tingkat kecemasan pasien dalam berbagai situasi klinis dan juga terbukti memperbaiki suasana hati (mood).

2.2.6 Hubungen Terepi Musik Dengen Depresi

Terapi musik telah ditemukan memiliki banyak hasil signifikan untuk pasien dengan gangguan depresi mayor. Satu studi menemukan bahwa mendengarkan musik lembut penenang hanya 30 menit sehari selama dua minggu meningkatkan skor depresi global secara signifikan dan meningkatkan nilai sub-skala depresi pada individu. Seperti banyak disebutkan dalam penelitian lain, efek yang terlihat menjadi kumulatif selama periode waktu yang diteliti - yaitu, pengobatan yang lebih lama menyebabkan peningkatan perbaikan depresi. Studi lain menunjukkan bahwa pasien PDK mampu untuk lebih mengekspresikan keadaan emosional mereka sambil mendengarkan musik sedih dibandingkan saat mendengarkan musik dalam marah, atau musik menakutkan. Para penulis menemukan bahwa terapi ini membantu pasien untuk mengatasi hambatan verbal dalam mengekspresikan emosi yang dapat membantu terapis dalam berhasil membimbing pengobatan.

Studi-studi lain telah memberikan persepsi tentang interaksi fisiologis antara terapi musik dan depresi. Musik telah menunjukkan secara signifikan mengurangi kadar hormon stres kortisol, yang menyebabkan mempengaruhi peningkatan suasana hati (mood), dan fungsi kognitif. Sebuah studi juga menemukan bahwa musik dapat menyebabkan perubahan/peralihan dalam aktivitas lobus frontal (yang diukur dengan EEG) pada remaja depresi. Musik terbukti merubah aktivitas dari lobus frontal kanan ke kiri, sebuah fenomena yang terkait dengan pengaruh positif dan suasana hati.

(45)
(46)

BAB 1

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Depresi seringkali juga disebut gangguan mood atau gangguan suasana perasaan karena terdapat kondisi emosi negatif yang kompleks seperti kesedihan, kecemasan, kemarahan, dan rasa bersalah. Suasana perasaan manusia ini dipengaruhi oleh hal-hal yang ada dalam dirinya dan stimulus dari luar dirinya.

Manusia mengalami suasana perasaan yang naik turun dalam menghadapi berbagai situasi dalam kehidupannya. Peristiwa-peristiwa yang menyenangkan akan menimbulkan perasaan bahagia, senang, dan suka-cita. Peristiwa-peristiwa yang tidak menyenangkan akan menimbulkan perasaan tertekan, sedih, dan murung. Orang-orang yang secara konsisten mengalami perasaan tertekan setiap hari melebihi periode dua minggu disebut mengalami depresi (Staab & Fieldman, 1999).

Di negara-negara berkembang, WHO memprediksikan bahwa pada tahun 2020 depresi akan menjadi salah satu penyakit mental yang banyak dialami dan depresi berat akan menjadi penyebab kedua terbesar kematian setelah serangan jantung. Hasil survei Perhimpunan Dokter Spesialis Kedokteran Jiwa Indonesia (PDSKJI) pada Juni 2007 menyebutkan sekitar 94% masyarakat Indonesia mengidap depresi dari mulai tingkat ringan hingga paling berat.

(47)

Pada depresi ringan dan sedang, penderita tidak perlu mendapat perawatan medis. Selain itu depresi ringan dan sedang dapat ditangani sendiri dengan berbagai alternatif penanganan dan pencegahan depresi, misalnya pengaturan diet, olahraga, dan relaksasi. Sedangkan pada kasus depresi berat, perlu diberikan perawatan medis karena penderitanya mengalami berbagai kesulitan dalam melakukan aktivitas sehari-hari dengan baik. Penderita depresi yang mengalami gangguan pada suasana perasaan dapat juga dibantu dengan stimulus dari luar dirinya berupa bunyi dengan irama tertentu atau terapi musik.

Potter mendefinisikan terapi musik sebagai teknik yang digunakan untuk penyembuhan suatu penyakit dengan menggunakan bunyi atau irama tertentu. Jenis musik yang digunakan dalam terapi musik dapat disesuaikan dengan keinginan, seperti musik klasik, instrumentalia, slow music, orkestra, dan musik modern lainnya ( Potter&Perry, 2005 ).

Terapi musik dapat dilakukan dengan beberapa cara yaitu menyanyi, mencipta lagu, memainkan alat musik, berimprovisasi, mendiskusikan lirik dan mendengarkan musik. Penelitian ini mengacu pada teori Berlyne tentang pengaruh musik terhadap emosi. Teori Berlyne mengatakan bahwa pendengar musik memperhitungkan faktor-faktor seperti kompleksitas dan kebaruan musik yang didengarkan. Tingkatan bunyi musik yang dianggap familiar adalah bila musik tersebut dialami sebagai memberikan rasa nyaman atau kesenangan.

(48)

kekebalan yang lebih baik tubuh menjadi lebih tangguh terhadap kemungkinan serangan penyakit (Campbell, 1997).

Tetapi beberapa ahli menyarankan untuk tidak menggunakan jenis musik tertentu seperti pop, disco, rock and roll, dan musik berirama keras (anaseptic beat) lainnya, karena jenis musik dengan anaseptic beat (2 beat pendek, 1 beat panjang, dan kemudian pause) merupakan irama yang berlawanan dengan irama jantung. Musik lembut dan teratur seperti instrumentalia dan musik klasik merupakan musik yang sering digunakan untuk terapi musik ( Potter&Perry, 2005 ).

Rodgers (Campbell, 1997) menjelaskan bahwa musik yang berfungsi terapeutik adalah musik yang bersifat anxiolitik (instrumental). Musik anxiolitik adalah tanpa lirik-lirik, nyanyian, dan atau apa saja yang dapat memicu asosiasi-asosiasi atau kenangan-kenangan yang merugikan.. Kebanyakan mahasiswa menjawab bahwa mereka berusaha mengatasi perasaan tertekan dengan mendengarkan musik pop, country, rock, dan slow rock. Musik-musik tersebut umumnya mengandung lirik tertentu yang mempunyai unsur stimulasi.

Jadi, perlu ada penanganan bagi penderita depresi yang bersifat bantu diri atau diIakukan sendiri oleh subjek seperti terapi musik. Terapi musik menguntungkan bagi subjek karena dapat menyediakan sendiri tape recorder dan kaset musik yang dibutuhkan. Subjek juga dapat mendengarkan musik kapan saja dibutuhkan dan lebih murah dari segi biaya dan tidak mendapat tekanan tambahan dari masyarakat yang menganggap bahwa orang yang berkonsultasi pada psikologi atau psikiater mengalami gangguan jiwa yang memalukan.

(49)

subjek mempunyai emosi positif dan selanjutnya depresi yang dialami akan berkurang atau hilang.

(50)

1.2. Lumusan Masalah

Berdasarkan uraian latar belakang, maka dapat dirumuskan masalah: Adakah terdapat pengaruh terapi musik terhadap tingkat depresi antara mahasiswa fakultas kedokteran Universitas Sumatera Utara?

1.3. Tujuan Penelitian

1.3.1. Tujuan Umum

Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis pengaruh terapi musik terhadap depresi/stress pada mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara.

1.3.2. Tujuan Khusus

Penelitian ini bertujuan untuk :

a) Untuk menentukan berapakah skor depresi pada mahasiswa kedokteran Universitas Sumatera Utara sebelum dan sesudah diberi terapi musik; b) Untuk melihat tingkat depresi sebelum dan sesudah terapi musik diberikan; c) Untuk mengetahui perbedaan tingkat depresi pada laki-laki dan

perempuan setelah diberi terapi musik.

1.4 Manfaat Penelitian

Manfaat penelitian adalah sebagai berikut:

a. Umum

1) Sebagai informasi kepada mahasiswa/mahasiswi dalam meningkatkan pengetahuan tentang cara penanganan depresi dengan terapi musik;

(51)

masalah kesehatan penderita, masyarakat dan system pelayanan kesehatan;

b. Bagi peneliti

1) hasil KTI ini adalah untuk menambah pengetahuan, memelihara dan mengembangkan keperibadian dan sikap yang diperlukan untuk kelansungan profesi kelak seperti integritas, rasa tanggungjawab, dapat dipercaya serta menaruh perhatian dan penghargaan terhadap sesame manusia, sesuai dengan etika kedokteran;

2) Berfungsi membentuk sikap terbuka, dapat menerima perubahan dan berorientasi ke masa depan serta mendidik dan mengajak masyarakat ke arah sikap yang sama.

(52)

ABSTRAK

Penelitian ini menguji kemanjuran terapi musik dengan tingkat depresi di kalangan mahasiswa dari fakultas kedokteran di Universitas Sumatera Utara. Ini adalah penelitian eksperimental dan desain yang digunakan adalah pre-test

post-test control group design.

Pengumpulan data tingkat depresi pre-test dan post-test dilakukan dengan menggunakan Beck Depression Inventory (BDI / BDI-II). Besar jumlah sampel adalah 26 orang yang akhirnya dibagikan menjadi dua kelompok, yaitu kelompok kontrol dan eksperimental. Pengumpulan data dilakukan pada 17 Juni 2013 dan berakhir pada 1 Juli 2013, kira-kira dalam waktu dua minggu. Terapi musik yang digunakan pada kelompok eksperimental, musik klasik Wolfggng Amgdeus Mozgrt’s Songtg for Two Pignos in D Mgjor(k.448), sebelumnya telah ditemukanefektif dalam pengobatan depresi, dipanggil “Mozgrt Effect”.

Null hypothesis diuji menggunakan tes Wilcoxon matched-pair signed-rgnk untuk melihat signifikan skor depresi sebelum & sesudah diberi terapi musik. Sebagai hasil p-vglue untuk kelompok kontrol dan eksperimental adalah masing-masing 0,001 dan 0,003, dan kurang dari tingkat signifikansi 0,05, null hypothesis ditolak. Bias penelitian akan dibahas lebih lanjut.

Dengan menggunakan tes Mgnn-Whitney U, terdapat perbedaan skor depresi pada kelompok kontrol dan eksperimental tanpa membuat asumsi dengan mengikuti distribusi normal. Interpretasi dari nilai p (probabilitas), teramati bahwa nilai p : 0,0001, yang kurang dari Null Hypothesis (p : < 0,05). Informasi ini cukup untuk menolak Null Hypothesis dan menyatakan bahwa terdapat perbedaan antara tingkat depresi antara kedua kelompok yang diuji.

Kesimpulannya, mahasiswa yang didiagnosa dengan gejala depresi ringan dan sedang, indikasi terapi musik ini menunjukkan pembaikan gejala dan berhubungan dengan manfaat terapeutik musik yang diberikan. Hasil penelitian ini menunjukkan penurunan skor depresi laki-laki lebih tinggi dari perempuan, Penelitian ini juga belum bias menunjukkan adanya perbedaan yang signifikan antara peringkat umur karena rentang umur yang terlalu pendek.

(53)

ABSTRACT

This study examined the efficacy of music therapy with the level of depression among the medical students at Universitas Sumatera Utara. It is an experimental research and design used was a pre-test post-test control group design.

The data on depression was collected using Beck Depression Inventory (BDI/BDI-II). A total sample of 26 peoples are evenly distributed into two groups: the control and experimental groups. Data collection was conducted on June 17thand ended on July 1st2013, in approximately two weeks. Classical music therapy that was used in the experimental group called Wolfgang Amadeus Mozart's Sonata for Two Pianos in D Major (K.448), has previously been found to be effective in treatment of depression, researchers identified what they called the “Mozart effect”.

Null hypothesis tested using the Wilcoxon matched-pairs signed-rank test to see depression scores before & after the experiment. As a result the p-value for the control and experimental groups are 0.001 & 0.003 respectively. Null hypothesis rejected. Research bias will be further discussed.

Using the Mann-Whitney U test, there are changes in depression scores of the control & experimental groups without having to assume to follow normal distribution. Interpretation of the value of p (probability), it is observed that p-value: 0.0001, which is less than the Null Hypothesis (p < 0.05). This information is sufficient to reject Null Hypothesis & conclude that there is a shift on the level of depression between the two groups tested .

In conclusion, students whom diagnosed with mild & moderate depressive symptoms, music therapy administered suggest an improvement of symptoms associated with therapeutic benefits of music given. The results indicate a higher decrease in depression scores of men than women, also proved no significant alteration of depression score across ages because age tested was too short in range.

(54)

DEPLESI ANTALA MAHASISWA FAKULTAS

KEDOKTELAN UNIVELSITAS SUMATELA UTALA

Oleh:

MOHD AFIQI FIKLI

100100408

FAKULTAS KEDOKTELAN

UNIVELSITAS SUMATELA UTALA

(55)

LEMBAL PENGESAHAN

Pengaruh Terapi Musik Terhadap Tingkat Depresi Antara Mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara

Nama : Mohd Afiqi Fikri bin Ariffin

NIM : 100100408

Pembimbing / Penguji III Penguji I

( Dr. dr. Arlinde Seri Wehyuni, M. Kes ) (dr. Juliendi Herehep, M.A.)

NIP : 19690609 199903 2 001 NIP : 19700702 199802 1 001

Penguji II

(dr. Imen Helmi Effendi, M.Ked(OG), Sp.OG(K))

NIP :19630405 198912 1 002

Meden, Jenueri 2014

Deken

Fekultes Kedokteren

Universites Sumetere Utere

( Prof. Dr. Gonter Alemsyeh Sireger, Sp.PD-KGEH )

(56)

HALAMAN PELSETUJUAN

Hasil Penelitian dengan Judul:

Pengaruh Terapi Musik Terhadap Tingkat Depresi Antara Mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara.

Yang dipersiapkan oleh:

MOHD AFIQI FIKLI

100100408

Proposal Penelitian ini telah diperiksa dan disetujui

untuk dilanjutkan ke Lahan Penelitian

Medan, 15 Nopember 2013

Disetujui,

Dosen Pembimbing

(57)

ABSTLAK

Penelitian ini menguji kemanjuran terapi musik dengan tingkat depresi di kalangan mahasiswa dari fakultas kedokteran di Universitas Sumatera Utara. Ini

adalah penelitian eksperimental dan desain yang digunakan adalah pre-test

post-test control group design.

Pengumpulan data tingkat depresi pre-test dan post-test dilakukan dengan

menggunakan Beck Depression Inventory (BDI / BDI-II). Besar jumlah sampel

adalah 26 orang yang akhirnya dibagikan menjadi dua kelompok, yaitu kelompok kontrol dan eksperimental. Pengumpulan data dilakukan pada 17 Juni 2013 dan berakhir pada 1 Juli 2013, kira-kira dalam waktu dua minggu. Terapi musik yang

digunakan pada kelompok eksperimental, musik klasik Wolfggng Amgdeus Mozgrt’s

Songtg for Two Pignos in D Mgjor(k.448), sebelumnya telah ditemukanefektif dalam

pengobatan depresi, dipanggil “Mozgrt Effect”.

Null hypothesis diuji menggunakan tes Wilcoxon matched-pair signed-rgnk untuk melihat signifikan skor depresi sebelum & sesudah diberi terapi musik. Sebagai hasil

p-vglue untuk kelompok kontrol dan eksperimental adalah masing-masing 0,001 dan

0,003, dan kurang dari tingkat signifikansi 0,05, null hypothesis ditolak. Bias

penelitian akan dibahas lebih lanjut.

Dengan menggunakan tes Mgnn-Whitney U, terdapat perbedaan skor depresi

pada kelompok kontrol dan eksperimental tanpa membuat asumsi dengan mengikuti

distribusi normal. Interpretasi dari nilai p (probabilitas), teramati bahwa nilai p :

0,0001, yang kurang dari Null Hypothesis (p : < 0,05). Informasi ini cukup untuk

menolak Null Hypothesis dan menyatakan bahwa terdapat perbedaan antara tingkat

depresi antara kedua kelompok yang diuji.

Kesimpulannya, mahasiswa yang didiagnosa dengan gejala depresi ringan dan sedang, indikasi terapi musik ini menunjukkan pembaikan gejala dan berhubungan dengan manfaat terapeutik musik yang diberikan. Hasil penelitian ini menunjukkan penurunan skor depresi laki-laki lebih tinggi dari perempuan, Penelitian ini juga belum bias menunjukkan adanya perbedaan yang signifikan antara peringkat umur karena rentang umur yang terlalu pendek.

(58)

ABSTLACT

This study examined the efficacy of music therapy with the level of depression among the medical students at Universitas Sumatera Utara. It is an experimental research and design used was a pre-test post-test control group design.

The data on depression was collected using Beck Depression Inventory (BDI/BDI-II). A total sample of 26 peoples are evenly distributed into two groups:

the control and experimental groups. Data collection was conducted on June 17thand

ended on July 1st2013, in approximately two weeks. Classical music therapy that was

used in the experimental group called Wolfgang Amadeus Mozart's Sonata for Two Pianos in D Major (K.448), has previously been found to be effective in treatment of depression, researchers identified what they called the “Mozart effect”.

Null hypothesis tested using the Wilcoxon matched-pairs signed-rank test to see depression scores before & after the experiment. As a result the p-value for the control and experimental groups are 0.001 & 0.003 respectively. Null hypothesis rejected. Research bias will be further discussed.

Using the Mann-Whitney U test, there are changes in depression scores of the control & experimental groups without having to assume to follow normal distribution. Interpretation of the value of p (probability), it is observed that p-value: 0.0001, which is less than the Null Hypothesis (p < 0.05). This information is sufficient to reject Null Hypothesis & conclude that there is a shift on the level of depression between the two groups tested .

In conclusion, students whom diagnosed with mild & moderate depressive symptoms, music therapy administered suggest an improvement of symptoms associated with therapeutic benefits of music given. The results indicate a higher decrease in depression scores of men than women, also proved no significant alteration of depression score across ages because age tested was too short in range.

(59)

KATA PENGANTAL

Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah S.W.T yang telah melimpahkan rahmat dan karunia-Nya yang begitu besar sehingga penulis dapat menyelesaikan penyusunan proposal penelitian ini. Sebagai salah satu area kompetensi dasar yang harus dimiliki oleh seorang dokter umum, proposal penelitian ini disusun sebagai rangkaian tugas akhir dalam menyelesaikan pendidikan di program studi Pendidikan Dokter Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara.

Penulis mengucapkan terima kasih dan penghargaan setinggi-tingginya kepada dosen pembimbing penulisan karya tulis ilmiah ini, Dr. dr. Arlinda Sari Wahyuni, M. Kes, yang dengan sepenuh hati telah meluangkan waktu untuk mendukung, membimbing, dan mengarahkan penulis mulai dari awal penyusunan proposal penelitian ini hingga memberikan rekomendasi yang sangat berguna saat pelaksanaan penelitian ini di lapangan nantinya.

Konsep cakupan belajar sepanjang hayat dan pengembangan pengetahuan baru telah memotivasi penulis untuk melaksanakan penelitian yang berjudul “Pengaruh Terapi Musik Terhadap Tingkat Depresi Antara Mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara.” Semoga penelitian ini dapat memberikan sumbangsih bagi perkembangan ilmu pengetahuan, khususnya di bidang ilmu kedokteran.

(60)

Terima kasih kepada keluarga penulis yang tercinta, ayah dan ibu yang senantiasa menyayangi serta memberikan dukungan moril dan materil, dan memberikan segala yang terbaik untuk penulis.

Semoga Allah S.W.T. senantiasa mencurahkan rahmat dan hidayah-Nya kepada semua pihak yang telah banyak membantu. Harapan penulis agar KTI ini dapat memberi manfaat dan masukan baru di dunia kedokteran demi kemajuan ilmu pengetahuan. Dengan segala kerendahan hati, penulis mengharapkan kritik dan saran yang membangun demi perbaikan proposal penelitian ini.

Medan, Nopember 2013

(61)

DAFTAL ISI

Helemen

HALAMAN PELSETUJUAN...ii

ABSTLAK...iii

KATA PENGANTAL... v

DAFTAL ISI...vi

DAFTAL TABEL...x

DAFTAL SINGKATAN ... xi

DAFTAL LAMPILAN ... xii

BAB 1 PENDAHULUAN...1

1.1 Latar Belakang...1

1.2 Rumusan Masalah... 5

1.3 Tujuan Penelitian...5

1.3.1 Tujuan Umum...5

1.3.2 Tujuan Khusus...5

1.4 Manfaat Penelitian...5

1.4.1 Umum...5

1.4.2 Bagi Peneliti... 6

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA...7

2.1 Depresi...7

2.1.1 Definisi... 7

2.1.2 Epidemiologi Depresi...8

(62)

2.1.4 Gambaran Klinis...13

2.1.5 Klasifikasi...15

2.1.6 Pengukuran Depresi... 22

2.1.7 Penatalaksanaan...25

2.2 Terapi Musik... 28

2.2.1 Musik...28

2.2.2 Definisi Terapi Musik... 29

2.2.3 Desain Intervensi...29

2.2.4 Terapi Musik Pilihan...30

2.2.5 Jalur Terapi...30

2.2.6 Hubungan Musik Dengan Terapi...32

BAB 3 KELANGKA KONSEP PENELITIAN DAN DEFINISI OPELASIONAL...34

3.1 Kerangka Konsep Penelitian... 34

3.2 Variabel dan Definisi Operational...35

3.2.1 Definisi Operational... 35

3.2.1.1 Terapi Musik... 35

3.2.1.2 Depresi...35

3.2.2 Variabel Dependen... 36

3.2.3 Variabel Independen...36

3.3 Hipotesa...36

BAB 4 METODE PENELITIAN...37

Gambar

Tabel 3.1 Nilai tingkat depresi Beck Depression Inventory
Tabel 5.1. Karakteristik Usia & Jenis Kelamin
Tabel 5.2. Skor Depresi Sebelum & Sesudah Perlakuan
Tabel 5.3. Perbedaan Skor Kelompok Eksperimental & Kontrol
+5

Referensi

Dokumen terkait

[r]

Menimbang : bahwa untuk melaksanakan ketentuan Pasal 15 ayat (2) dan Pasal 16 ayat (2) Peraturan Pemerintah Nomor 97 Tahun 2012 tentang Retribusi Pengendalian Lalu

[r]

Program D3 Universitas Negeri Yogyakarta memberikan penghargaan dan mengucapkan terima kasih, kepa'la:. cf/%filr* e&amp;,l*a,

Di awal semester, mahasiswa mengisi KRS dan di akhir semester, mahasiswa mengisi kuesioner kinerja dosen untuk tiap-tiap dosen per mata kuliah, LPPM mengirimkan rekap

Since Klaster Berdaya is community-based empowerment program, then PKPU build integrated cage for all goats.. The beneficiaries would take care the goats

Penelitian ini berjudul Motif Ibu Rumah Tangga Menonton Tayangan Sinetron (Studi Analisis Deskriptif Motivasi Ibu Rumah Tangga Di Setia Budi Tanjung Sari Pasar 1 Medan

ADLN - Perpustakaan Universitas Airlangga.. Tesis Implementasi Kebijakan