• Tidak ada hasil yang ditemukan

2.7 Asuhan Keperawatan A. Pengkajian

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "2.7 Asuhan Keperawatan A. Pengkajian"

Copied!
54
0
0

Teks penuh

(1)

ASKEP DPD

2.7 Asuhan Keperawatan

A.

Pengkajian

1. Identitas klien

Nama : Tn. A Jenis kelamin : Laki-laki Umur : 35 Tahun tinggal :

Status :

2. Riwayat kesehatan

 RKS :lelah,badan bau,rambut kotor dan pemalas

 RKD : apakah pernah sebelumnya mengalami deficit perawatan diri,dan

apa-apa

saja cara yang digunakan untuk mengatasi masalah ini.

 RKK : adakah keluarga mengalami deficit perawatan diri sebelumnya.

3. Keluhan utama

Penurunan kemampuan dan motivasi merawat diri,Defisit perawatan diri dan Isolasi Sosial

B.Analisa Data

Data yang biasa ditemukan dalam deficit perawatan diri adalah :

1. Data subyektif

 Klien mengatakan dirinya malas mandi karena airnya dingin atau di

RS tidak

tersedia alat mandi.

 Klien mengatakan dirinya malas berdandan.  Klien mengatakan ingin di suapi makan.

(2)

 Klien mengatakan jarang membersihkan alat kelaminnya setelah BAK atau

BAB.

 Pasien merasa lemah  Malas untuk beraktivitas  Merasa tidak berdaya.

2. Data obyektif

 Ketidakmampuan mandi/membersihkan diri ditandai dengan rambut

kotor, gigi

kotor, kulit berdaki, dan berbau, serta kuku panjang dan kotor.

 Ketidakmampuan berapakaian/berhias ditandai dengan rambut

acak-acakan, pakaian

kotor dan tidak rapi, pakaian tidak sesuai, tidak bercukur (laki-laki), atau tidak

berdandan (wanita).

 Ketidakmampuan makan secara mandiri ditandai dengan

ketidakmampuan

mengambil makan sendiri

 Ketidakmampuan BAB/BAK secara mandiri ditandai BAB/BAK tidak

pada

tempatnya, tidak membersihkan diri dengan baik setelah BAB/BAK

 Rambut kotor, acak – acakan  Badan dan pakaian kotor dan bau  Mulut dan gigi bau.

 Kulit kusam dan kotor

 Kuku panjang dan tidak terawat

C. Diagnosa Keperawatan

Menurut Depkes (2000: 32) diagnosa keperawatan yang muncul pada pasien defisit perawatan diri yaitu:

(3)

1. Penurunan kemampuan dan motivasi merawat diri

2. Defisit perawatan diri.

3. Isolasi Sosial.

D. Intervensi Keperawatan

Diagnosa keperawatan: penurunan kemampuan dan motivasi merawat diri.

Tujuan Umum

Klien dapat meningkatkan minat dan motivasinya untuk memperhatikan

kebersihan diri.

Tujuan Khusus

TUK I : Klien dapat membina hubungan saling percaya dengan perawat.

Kriteria evaluasi

Dalam berinteraksi klien menunjukan tanda-tanda percaya pada perawat: a. Wajah cerah, tersenyum

b. Mau berkenalan c. Ada kontak mata

d. Menerima kehadiran perawat

e. Bersedia menceritakan perasaannya

Intervensi :

a. Berikan salam setiap berinteraksi.

b. Perkenalkan nama, nama panggilan perawat dan tujuan perawat berkenalan. c. Tanyakan nama dan panggilan kesukaan klien.

d. Tunjukan sikap jujur dan menepati janji setiap kali berinteraksi. e. Tanyakan perasaan dan masalah yang dihadapi klien.

f. Buat kontrak interaksi yang jelas.

g. Dengarkan ungkapan perasaan klien dengan empati. h. Penuhi kebutuhan dasar klien.

(4)

TUK II : klien dapat mengenal tentang pentingnya kebersihan diri.

Kriteria evaluasi

Klien dapat menyebutkan kebersihan diri pada waktu 2 kali pertemuan, mampu menyebutkan kembali kebersihan untuk kesehatan seperti mencegah

penyakit dan klien dapat meningkatkan cara merawat diri. Intervensi

a. Bina hubungan saling percaya dengan menggunakan prinsip komunikasi terapeutik.

b. Diskusikan bersama klien pentingnya kebersihan diri dengan cara menjelaskan pengertian tentang arti bersih dan tanda- tanda bersih.

c. Dorong klien untuk menyebutkan 3 dari 5 tanda kebersihan diri.

d. Diskusikan fungsi kebersihan diri dengan menggali pengetahuan klien terhadap hal yang berhubungan dengan kebersihan diri.

e.Bantu klien mengungkapkan arti kebersihan diri dan tujuan memelihara kebersihan diri.

f. Beri reinforcement positif setelah klien mampu mengungkapkan arti kebersihan diri.

g. Ingatkan klien untuk memelihara kebersihan diri seperti: mandi 2 kali pagi dan sore, sikat gigi minimal 2 kali sehari (sesudah makan dan sebelum tidur), keramas dan menyisir rambut, gunting kuku jika panjang.

TUK III : Klien dapat melakukan kebersihan diri dengan bantuan perawat.

Kriteria evaluasi

Klien berusaha untuk memelihara kebersihan diri seperti mandi pakai sabun dan disiram pakai air sampai bersih, mengganti pakaian bersih sehari–hari, dan merapikan penampilan.

Intervensi

a. Motivasi klien untuk mandi.

b. Beri kesempatan untuk mandi, beri kesempatan klien untuk mendemonstrasikan cara memelihara kebersihan diri yang benar.

c. Anjurkan klien untuk mengganti baju setiap hari.

(5)

e. Kolaborasi dengan perawat ruangan untuk pengelolaan fasilitas perawatan kebersihan diri, seperti mandi dan kebersihan kamar mandi.

f. Bekerjasama dengan keluarga untuk mengadakan fasilitas kebersihan diri seperti odol, sikat gigi, shampoo, pakaian ganti, handuk dan sandal.

TUK IV : Klien dapat melakukan kebersihan perawatan diri secara mandiri.

Kriteria evaluasi

Setelah satu minggu klien dapat melakukan perawatan kebersihan diri secara rutin dan teratur tanpa anjuran, seperti mandi pagi dan sore, ganti baju setiap hari, penampilan bersih dan rapi.

Intervensi

Monitor klien dalam melakukan kebersihan diri secara teratur, ingatkan untuk mencuci rambut, menyisir, gosok gigi, ganti baju dan pakai sandal.

TUK V : Klien dapat mempertahankan kebersihan diri secara mandiri.

Kriteria evaluasi

Klien selalu tampak bersih dan rapi.

Intervensi

1. Beri reinforcement positif jika berhasil melakukan kebersihan diri.

TUK VI : Klien dapat dukungan keluarga dalam meningkatkan kebersihan diri.

Kriteria evaluasi

Keluarga selalu mengingatkan hal–hal yang berhubungan dengan kebersihan diri, keluarga menyiapkan sarana untuk membantu klien dalam menjaga kebersihan diri, dan keluarga membantu dan membimbing klien dalam menjaga

kebersihan diri.

Intervensi

a. Jelaskan pada keluarga tentang penyebab kurang minatnya klien menjaga kebersihan diri.

(6)

b. Diskusikan bersama keluarga tentang tindakanyang telah dilakukan klien selama di RS dalam menjaga kebersihan dan kemajuan yang telah dialami di RS.

c. Anjurkan keluarga untuk memutuskan memberi stimulasi terhadap kemajuan yang telah dialami di RS.

d. Jelaskan pada keluarga tentang manfaat sarana yang lengkap dalam menjaga kebersihan diri klien.

e. Anjurkan keluarga untuk menyiapkan sarana dalam menjaga kebersihan diri. f. Diskusikan bersama keluarga cara membantu klien dalam menjaga kebersihan diri g. Diskusikan dengan keluarga mengenai hal yang dilakukan misalnya:

mengingatkan pada waktu mandi, sikat gigi, mandi, keramas, dan lain-lain.

E. Implementasi.

DX. a. Memberikan salam setiap berinteraksi.

b. Memperkenalkan nama, nama panggilan perawat dan tujuan perawat berkenalan.

c. Menanyakan nama dan panggilan kesukaan klien.

d. Menunjukan sikap jujur dan menepati janji setiap kali berinteraksi. e. Menanyakan perasaan dan masalah yang dihadapi klien.

f. Membuat kontrak interaksi yang jelas.

g. Mendengarkan ungkapan perasaan klien dengan empati. h. Memenuhi kebutuhan dasar klien.

DX. a. Membina hubungan saling percaya dengan menggunakan prinsip komunikasi

terapeutik.

b. Bediskusikan bersama klien pentingnya kebersihan diri dengan cara

menjelaskan pengertian tentang arti bersih dan tanda- tanda bersih. c. Mendorong klien untuk menyebutkan 3 dari 5 tanda kebersihan diri. d. Diskusikan fungsi kebersihan diri dengan menggali pengetahuan klien terhadap

hal yang berhubungan dengan kebersihan diri.

e. Membantu klien mengungkapkan arti kebersihan diri dan tujuan memelihara

(7)

kebersihan diri.

f. Memberi reinforcement positif setelah klien mampu mengungkapkan arti

kebersihandiri.

g. Mengingatkan klien untukmemelihara kebersihandiri seperti: mandi 2 kali pagi dan

sore, sikat gigi minimal 2 kali sehari (sesudah makan dan sebelum tidur), keramas

dan menyisir rambut, gunting kuku jika panjang. DX. a. Memotivasi klien untuk mandi.

b.Memberi kesempatan untuk mandi, beri kesempatan klien untuk

mendemonstrasikan cara memelihara kebersihan diri yang benar. c. Menganjurkan klien untuk mengganti baju setiap hari.

d. Mengkaji keinginan klien untuk memotong kuku dan merapikan rambut. e. Berkolaborasi dengan perawat ruangan untuk pengelolaan fasilitas perawatan

kebersihan diri, seperti mandi dan kebersihan kamar mandi.

f. Bekerjasama dengan keluarga untuk mengadakan fasilitas kebersihan diri seperti

odol, sikat gigi, shampoo, pakaian ganti, handuk dan sandal.

DX. Memonitor klien dalam melakukan kebersihan diri secara teratur, ingatkan untuk

mencuci rambut, menyisir, gosok gigi, ganti baju dan pakai sandal. DX . 1. Memberi reinforcement positif jika berhasil melakukan kebersihan diri. DX. a. Menjelaskan pada keluarga tentang penyebab kurang minatnya klien menjaga

kebersihan diri.

b. Berdiskusikan bersama keluarga tentang tindakanyang telah dilakukan klien

(8)

selama di RS dalam menjaga kebersihan dan kemajuan yang telah dialami di RS.

c. Menganjurkan keluarga untuk memutuskan memberi stimulasi terhadap kemajuan

yang telah dialami di RS.

d.Menjelaskan pada keluarga tentang manfaat sarana yang lengkap dalam menjaga

kebersihan diri klien.

e. Menganjurkan keluarga untuk menyiapkan sarana dalam menjaga kebersihan diri.

f. Berdiskusikan bersama keluarga cara membantu klien dalam menjaga kebersihan

diri

g. Berdiskusikan dengan keluarga mengenai hal yang dilakukan misalnya: mengingatkan pada waktu mandi, sikat gigi, mandi, keramas, dan lain-lain.

F. Evalusi

Setelah diberikan asuhan keperawatan terhadap klien, kebutuhan perawatan diri klien terpenuhi

(9)

sampun68

A topnotch WordPress.com site

Menu Cari

ASKEP JIWA DENGAN DEFISIT

PERAWATAN DIRI

LAPORAN PENDAHULUAN

1. Masalah Utama

Defisit Perawatan Diri

2. Proses Terjadinya Masalah a. Pengertian

Perawatan diri adalah salah satu kemampuan dasar manusia dalam memenuhi kebutuhannya guna memepertahankan kehidupannya, kesehatan dan kesejahteraan sesuai dengan kondisi kesehatannya, klien dinyatakan terganggu keperawatan dirinya jika tidak dapat melakukan perawatan diri ( Depkes 2000). Defisit perawatan diri adalah gangguan kemampuan untuk melakukan aktifitas perawatan diri (mandi, berhias, makan, toileting) (Nurjannah, 2004).

Menurut Poter. Perry (2005), Personal hygiene adalah suatu tindakan untuk memelihara kebersihan dan kesehatan seseorang untuk kesejahteraan fisik dan psikis, kurang perawatan diri adalah kondisi dimana seseorang tidak mampu melakukan perawatan kebersihan untuk dirinya ( Tarwoto dan Wartonah 2000). b. Tanda dan Gejala :

 Gangguan kebersihan diri, ditandai dengan rambut kotor, gigi kotor, kulit berdaki dan

bau, serta kuku panjang dan kotor

 Ketidakmampuan berhias/berpakaian, ditandai dengan rambut acak-acakan, pakain kotor

dan tidak rapi, pakaian tidak sesuai, pada pasien laki-laki bercukur, pada pasien perempuan tidak berdandan.

(10)

 Ketidakmampuan makan secara mandiri, ditandai oleh ketidakmampuan mengambil

makan sendiri, makan berceceran, dan makana tidak pada tempatnya

 Ketidakmampuan eliminasi sevara mandiri, ditandai dengan buang air besar atau buang

air kecil tidak pada tempatnya, dan tidak membersihakan diri dengan baik setelah BAB/BAK

b. Penyebab

Menurut Tarwoto dan Wartonah, (2000) Penyebab kurang perawatan diri adalah sebagai berikut :kelelahan fisikdan penurunan kesadaran.

Tanda dan Gejala

Menurut Depkes (2000: 20) Tanda dan gejala klien dengan defisit perawatan diri adalah: a)Fisik

Badan bau, pakaian kotor. Rambut dan kulit kotor. Kuku panjang dan kotor Gigi kotor disertai mulut bau Penampilan tidak rapi

b) Psikologis

 Malas, tidak ada inisiatif.

 Menarik diri, isolasi diri.

 Merasa tak berdaya, rendah diri dan merasa hina.

c) Sosial

Interaksi kurang Kegiatan kurang

Tidak mampu berperilaku sesuai norma. Cara makan tidak teratur

BAK dan BAB di sembarang tempat 1. Pohon Masalah

(11)

Perawatan diri tidak efektif (BAB / BAK / PH / Nutrisi dan cairan ) Defisit Perawatan Diri

Penurunan motivasi dan kemampuan

1. Masalah keperawatan dan data yang perlu dikaji

a) Penurunan kemampuan dan motivasi merawat diri

Data subyektif

a. Klien mengatakan saya tidak mampu mandi, tidak bisa melakukan apa-apa,

Data obyektif

a. Klien terlihat lebih kurang memperhatikan kebersihan, halitosis, badan bau,

kulit kotor b) Isolasi Sosial

Data subyektif

a. Klien mengatakan saya tidak mampu, tidak bisa, tidak tahu apa-apa, bodoh,

mengkritik diri sendiri, mengungkapkan perasaan malu terhadap diri sendiri. Data obyektif

b. Klien terlihat lebih suka sendiri, bingung bila disuruh memilih alternatif

tindakan, ingin mencederai diri/ingin mengakhiri hidup, Apatis, Ekspresi sedih, Komunikasi verbal kurang, Aktivitas menurun, Posisi janin pada saat tidur, Menolak berhubungan, Kurang memperhatikan kebersihan

c) Defisit Perawatan Diri

Data subyektif

a. Pasien merasa lemah

b. Malas untuk beraktivitas

c. Merasa tidak berdaya.

Data obyektif

a. Rambut kotor, acak – acakan

b. Badan dan pakaian kotor dan bau

c. Mulut dan gigi bau.

d. Kulit kusam dan kotor

(12)

2. Diagnosa Keperawatan

a. Penurunan kemampuan dan motivasi merawat diri

b. Isolasi Sosial

c. Defisit Perawatan Diri : kebersihan diri, berdandan, makan, BAB/BAK

3. Rencana Tindakan Keperawatan

Diagnosa 1 : Penurunan kemampuan dan motivasi merawat diri Tujuan Umum:Klien dapat meningkatkan minat dan motivasinya untuk

memperhatikan kebersihan diri

Tujuan Khusus : TUK I :

Klien dapat melakukan kebersihan diri dengan bantuan perawat.

Intervensi

a. Berikan salam setiap berinteraksi.

b. Perkenalkan nama, nama panggilan perawat dan tujuan perawat berkenalan.

c. Tanyakan nama dan panggilan kesukaan klien.

d. Tunjukan sikap jujur dan menepati janji setiap kali berinteraksi.

e. Tanyakan perasaan dan masalah yang dihadapi klien.

f. Buat kontrak interaksi yang jelas.

g. Dengarkan ungkapan perasaan klien dengan empati.

h. Penuhi kebutuhan dasar klien.

TUK II :

klien dapat mengenal tentang pentingnya kebersihan diri.

Intervensi

a. Bina hubungan saling percaya dengan menggunakan prinsip komunikasi

(13)

b. Diskusikan bersama klien pentingnya kebersihan diri dengan cara

menjelaskan pengertian tentang arti bersih dan tanda- tanda bersih. c. Dorong klien untuk menyebutkan 3 dari 5 tanda kebersihan diri.

d. Diskusikan fungsi kebersihan diri dengan menggali pengetahuan klien

terhadap hal yang berhubungan dengan kebersihan diri.

e. Bantu klien mengungkapkan arti kebersihan diri dan tujuan memelihara

kebersihan diri.

f. Beri reinforcement positif setelah klien mampu mengungkapkan arti

kebersihan diri.

g. Ingatkan klien untuk memelihara kebersihan diri seperti: mandi 2 kali pagi

dan sore, sikat gigi minimal 2 kali sehari (sesudah makan dan sebelum tidur), keramas dan menyisir rambut, gunting kuku jika panjang.

TUK III :

Klien dapat melakukan kebersihan diri dengan bantuan perawat.

Intervensi

a. Motivasi klien untuk mandi.

b. Beri kesempatan untuk mandi, beri kesempatan klien untuk

mendemonstrasikan cara memelihara kebersihan diri yang benar.

c. Anjurkan klien untuk mengganti baju setiap hari.

d. Kaji keinginan klien untuk memotong kuku dan merapikan rambut.

e. Kolaborasi dengan perawat ruangan untuk pengelolaan fasilitas perawatan

kebersihan diri, seperti mandi dan kebersihan kamar mandi.

f. Bekerjasama dengan keluarga untuk mengadakan fasilitas kebersihan diri

seperti odol, sikat gigi, shampoo, pakaian ganti, handuk dan sandal.

TUK IV :

Klien dapat melakukan kebersihan perawatan diri secara mandiri.

Intervensi

a. Monitor klien dalam melakukan kebersihan diri secara teratur, ingatkan untuk

mencuci rambut, menyisir, gosok gigi, ganti baju dan pakai sandal.

TUK V :

(14)

Intervensi

a. Beri reinforcement positif jika berhasil melakukan kebersihan diri.

TUK VI :

Klien dapat dukungan keluarga dalam meningkatkan kebersihan diri.

Intervensi

a. Jelaskan pada keluarga tentang penyebab kurang minatnya klien menjaga

kebersihan diri.

b. Diskusikan bersama keluarga tentang tindakanyang telah dilakukan klien

selama di RS dalam menjaga kebersihan dan kemajuan yang telah dialami di RS.

c. Anjurkan keluarga untuk memutuskan memberi stimulasi terhadap kemajuan

yang telah dialami di RS.

d. Jelaskan pada keluarga tentang manfaat sarana yang lengkap dalam menjaga

kebersihan diri klien.

e. Anjurkan keluarga untuk menyiapkan sarana dalam menjaga kebersihan diri.

f. Diskusikan bersama keluarga cara membantu klien dalam menjaga kebersihan

diri.

g. Diskusikan dengan keluarga mengenai hal yang dilakukan misalnya:

mengingatkan pada waktu mandi, sikat gigi, mandi, keramas, dan lain-lain.

Diagnosa 2 : Isolasi sosial

Tujuan Umum :klien tidak terjadi perubahan sensori persepsi Tujuan Khusus :

TUK I :

Klien dapat membina hubungan saling percaya

Intervensi

a. Bina hubungan saling percaya: salam terapeutik, memperkenalkan diri,

jelaskan tujuan interaksi, ciptakan lingkungan yang tenang, buat kesepakatan dengan jelas tentang topik, tempat dan waktu.

(15)

c. Dengarkan dengan empati: beri kesempatan bicara, jangan terburu-buru,

tunjukkan bahwa perawat mengikuti pembicaraan klien.

TUK II :

Klien dapat menyebutkan penyebab menarik diri

Intervensi

a. Kaji pengetahuan klien tentang perilaku menarik diri dan tanda-tandanya

b. Beri kesempatan kepada klien untuk mengungkapkan perasaan penyebab

menarik diri atau mau bergaul

b. Diskusikan bersama klien tentang perilaku menarik diri, tanda-tanda serta

penyebab yang muncul

c. Berikan pujian terhadap kemampuan klien mengungkapkan perasaannya

TUK III :

Klien dapat menyebutkan keuntungan berhubungan dengan orang lain dan kerugian tidak berhubungan dengan orang lain.

Intervensi

A. Kaji pengetahuan klien tentang manfaat dan keuntungan berhubungan dengan

orang lain

a. Beri kesempatan kepada klien untuk mengungkapkan perasaan tentang

keuntungan berhubungan dengan prang lain

b. Diskusikan bersama klien tentang manfaat berhubungan dengan orang lain

c. Berireinforcement positif terhadap kemampuan mengungkapkan perasaan

tentang keuntungan berhubungan dengan orang lain

B. Kaji pengetahuan klien tentang kerugian bila tidak berhubungan dengan orang

lain

a. Beri kesempatan kepada klien untuk mengungkapkan perasaan dengan

orang lain

b. Diskusikan bersama klien tentang kerugian tidak berhubungan dengan

orang lain

c. Beri reinforcement positif terhadap kemampuan mengungkapkan

(16)

TUK IV :

Klien dapat melaksanakan hubungan sosial

Intervensi

a. Kaji kemampuan klien membina hubungan dengan orang lain b. Dorong dan bantu kien untuk berhubungan dengan orang lain c. Beri reinforcement positif terhadap keberhasilan yang telah dicapai d. Bantu klien untuk mengevaluasi manfaat berhubungan

e. Diskusikan jadwal harian yang dilakukan bersama klien dalam mengisi waktu f. Motivasi klien untuk mengikuti kegiatan ruangan

g. Beri reinforcement positif atas kegiatan klien dalam kegiatan ruangan

TUK IV :

Klien dapat mengungkapkan perasaannya setelah berhubungan dengan orang lain

Intervensi

a. Dorong klien untuk mengungkapkan perasaannya bila berhubungan dengan

orang lain

b. Diskusikan dengan klien tentang perasaan masnfaat berhubungan dengan

orang lain

c. Beri reinforcement positif atas kemampuan klien mengungkapkan perasaan

manfaat berhubungan dengan oranglain

Diagnosa 3 :

Defisit Perawatan Diri : kebersihan diri, berdandan, makan, BAB/BAK Tujuan Umum :

 Pasien tidak mengalami defisit perawatan diri

(17)

 Pasien mampu melakukan kebersihan diri secara mandiri

 Pasien mampu melakukan berhias/berdandan secara baik

 Pasien mampu melakukan makan dengan baik

 Pasien mampu melakukan BAB/BAK secara mandiri

Intervensi

1) Melatih pasien cara-cara perawatan kebersihan diri

a) Menjelasan pentingnya menjaga kebersihan diri. b) Menjelaskan alat-alat untuk menjaga kebersihan diri c) Menjelaskan cara-cara melakukan kebersihan diri

d) Melatih pasien mempraktekkan cara menjaga kebersihan diri 2) Melatih pasien berdandan/berhias

Untuk pasien laki-laki latihan meliputi : a) Berpakaian

b) Menyisir rambut c) Bercukur

Untuk pasien wanita, latihannya meliputi : a) Berpakaian

b) Menyisir rambut c) Berhias

3) Melatih pasien makan secara mandiri

a) Menjelaskan cara mempersiapkan makan b) Menjelaskan cara makan yang tertib

c) Menjelaskan cara merapihkan peralatan makan setelah makan d) Praktek makan sesuai dengan tahapan makan yang baik 4) Mengajarkan pasien melakukan BAB/BAK secara mandiri

a) Menjelaskan tempat BAB/BAK yang sesuai

b) Menjelaskan cara membersihkan diri setelah BAB dan BAK c) Menjelaskan cara membersihkan tempat BAB dan BAK

Referensi

Carpenito, Lynda Juall. 2001. Buku Saku Diagnosa Keperawatan. Edisi 8. Jakarta : EGC.

(18)

Depkes. 2000. Standar Pedoman Perawatan jiwa.Kaplan Sadoch. 1998. Sinopsis

Psikiatri. Edisi 7. Jakarta : EGC

Keliat. B.A. 2006. Modul MPKP Jiwa UI . Jakarta : EGC Keliat. B.A. 2006. Proses Keperawatan Jiwa. Jakarta : EGC

Nurjanah, Intansari S.Kep. 2001. Pedoman Penanganan Pada Gangguan Jiwa. Yogyakarta : Momedia

Perry, Potter. 2005 . Buku Ajar Fundamental Keperawatan. Jakarta : EGC

Rasmun S. Kep. M 2004. Seres Kopino dan Adaptasir Toors dan Pohon Masalah

Keperawatan. Jakarta : CV Sagung Seto

Stuart, Sudden, 1998. Buku Saku Keperawatan Jiwa edisi 3. Jakarta : EGC

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Perawatan diri adalah salah satu kemampuan dasar manusia dalam memenuhi kebutuhan hidupnya, kesehatan dan kesejahteraan sesuai dengan kondisi kesehatannya.

Defisit perawatan diri merupakan suatu kondisi pada seseorang yang mengalami kelemahan kemampuan dalam melakukan/melewati aktivitas perawatan diri secara mandiri. 1.2 Tujuan Penulisan

1. Untuk membahas tentang Defisit Perawatan Diri

2. Untuk Pengetahuan Dasar Praktek Lapangan

3. Untuk membahas Asuhan Keperawatan Jiwa dengan Defisit Perawatan Diri

1.3 Metode Penulisan

Dalam penulisan makalah ini menggunakan penulisan metode studi pustaka, diskusi kelompok dan browsing internet.

BAB II PEMBAHASAN

2. 1 Masalah Utama

(19)

2.2 Proses Terjadinya Masalah

2.2.1 Pengertian

Perawatan diri adalah salah satu kemampuan dasar manusia dalam memenuhi kebutuhannya guna memepertahankan kehidupannya, kesehatan dan kesejahteraan sesuai

dengan kondisi kesehatannya, klien dinyatakan terganggu keperawatan dirinya jika tidak

dapat melakukan perawatan diri (Depkes 2000).

Defisit perawatan diri adalah gangguan kemampuan untuk melakukan aktifitas perawatan diri (mandi, berhias, makan, toileting) (Nurjannah, 2004).

Menurut Poter. Perry (2005), Personal hygiene adalah suatu tindakan untuk memelihara kebersihan dan kesehatan seseorang untuk kesejahteraan fisik dan psikis, kurang perawatan diri adalah kondisi dimana seseorang tidak mampu melakukan perawatan kebersihan untuk dirinya (Tarwoto dan Wartonah 2000).

2.2.2 Jenis–Jenis Perawatan Diri

1. Kurang perawatan diri : Mandi / kebersihan

Kurang perawatan diri (mandi) adalah gangguan kemampuan untuk melakukan aktivitas mandi/kebersihan diri.

2. Kurang perawatan diri : Mengenakan pakaian / berhias

Kurang perawatan diri (mengenakan pakaian) adalah gangguan kemampuan memakai pakaian dan aktivitas berdandan sendiri.

3. Kurang perawatan diri : Makan

Kurang perawatan diri (makan) adalah gangguan kemampuan untuk menunjukkan aktivitas makan.

4. Kurang perawatan diri : Toileting

Kurang perawatan diri (toileting) adalah gangguan kemampuan untuk melakukan atau menyelesaikan aktivitas toileting sendiri (Nurjannah : 2004, 79).

2.2.3 Etiologi

Menurut Tarwoto dan Wartonah (2000), Penyebab kurang perawatan diri adalah sebagai berikut :

1. Kelelahan fisik

2. Penurunan kesadaran

Menurut DepKes (2000: 20) Penyebab kurang perawatan diri adalah : 1. Faktor Predisposisi

 Perkembangan

Keluarga terlalu melindungi dan memanjakan klien sehingga perkembangan inisiatif terganggu.

 Biologis

(20)

 Kemampuan realitas turun

Klien dengan gangguan jiwa dengan kemampuan realitas yang kurang menyebabkan ketidakpedulian dirinya dan lingkungan termasuk perawatan diri.

 Sosial

Kurang dukungan dan latihan kemampuan perawatan diri lingkungannya. Situasi lingkungan mempengaruhi latihan kemampuan dalam perawatan diri.

2. Faktor Presipitasi

Yang merupakan faktor presiptasi defisit perawatan diri adalah kurang penurunan motivasi, kerusakan kognisi atau perseptual, cemas, lelah/lemah yang dialami individu sehingga menyebabkan individu kurang mampu melakukan perawatan diri.

Menurut Depkes (2000: 59) Faktor – faktor yang mempengaruhi personal hygiene adalah: 1. Body Image

Gambaran individu terhadap dirinya sangat mempengaruhi kebersihan diri misalnya dengan adanya perubahan fisik sehingga individu tidak peduli dengan kebersihan dirinya.

2. Praktik Sosial

Pada anak – anak selalu dimanja dalam kebersihan diri, maka kemungkinan akan terjadi perubahan pola personal hygiene.

3. Status Sosial Ekonomi

Personal hygiene memerlukan alat dan bahan seperti sabun, pasta gigi, sikat gigi, shampo, alat mandi yang semuanya memerlukan uang untuk menyediakannya.

4. Pengetahuan

Pengetahuan personal hygiene sangat penting karena pengetahuan yang baik dapat

meningkatkan kesehatan. Misalnya pada pasien penderita diabetes mellitus ia harus menjaga kebersihan kakinya.

5. Budaya

Di sebagian masyarakat jika individu sakit tertentu tidak boleh dimandikan. 6. Kebiasaan Seseorang

Ada kebiasaan orang yang menggunakan produk tertentu dalam perawatan diri seperti penggunaan sabun, sampo dan lain – lain.

7. Kondisi Fisik atau Psikis

Pada keadaan tertentu / sakit kemampuan untuk merawat diri berkurang dan perlu bantuan untuk melakukannya.

Dampak yang sering timbul pada masalah personal hygiene. 1. Dampak Fisik

Banyak gangguan kesehatan yang diderita seseorang karena tidak terpeliharanya kebersihan perorangan dengan baik, gangguan fisik yang sering terjadi adalah : gangguan integritas kulit, gangguan membran mukosa mulut, infeksi pada mata dan telinga dan gangguan fisik pada kuku.

(21)

2. Dampak Psikososial

Masalah sosial yang berhubungan dengan personal hygiene adalah gangguan kebutuhan rasa nyaman, kebutuhan dicintai dan mencintai, kebutuhan harga diri, aktualisasi diri dan gangguan interaksi sosial.

2.2.4 Tanda dan Gejala

Menurut Depkes (2000: 20), Tanda dan gejala klien dengan defisit perawatan diri adalah : 1. Fisik

Badan bau, pakaian kotor, rambut dan kulit kotor, kuku panjang dan kotor, gigi kotor disertai, mulut bau, penampilan tidak rapi.

2. Psikologis

Malas, tidak ada inisiatif, menarik diri, isolasi diri, merasa tak berdaya, rendah diri dan merasa hina.

3. Sosial

Interaksi kurang, kegiatan kurang, tidak mampu berperilaku sesuai norma, cara makan tidak teratur, BAK dan BAB di sembarang tempat, gosok gigi dan mandi tidak mampu mandiri.

2.2.5 Pohon Masalah

Penurunan kemampuan dan motivasi merawat diri Isolasi sosial

Defisit perawatan diri : mandi, berdandan

Harga diri rendah 2.2.6 Masalah Keperawatan

1. Penurunan kemampuan dan motivasi merawat diri

2. Defisit perawatan diri : mandi, berdandan

3. Isolasi sosial

2.2.7 Data yang Perlu Dikaji 1) Data Subyektif

(22)

Mengatakan malas mandi, tak mau menyisir rambut, tak mau menggosok gigi, tak mau memotong kuku, tak mau berhias, tak bisa menggunakan alat mandi / kebersihan diri. 2) Data Obyektif

Badan bau, pakaian kotor, rambut dan kulit kotor, kuku panjang dan kotor, gigi kotor, mulut bau, penampilan tidak rapih, tak bisa menggunakan alat mandi. 2.2.8 Diagnosa Keperawatan

1) Penurunan kemampuan dan motivasi merawat diri 2) Defisit perawatan diri

2.2.9 Strategi Pelaksanaan 1) Proses Keperawatan

1. Kondisi Klien  Data Sujektif

Klien mengatakan sudah mandi tapi tidak pakai sabun.

 Data Objektif

- Klien tampak kurang rapi

- Kumis tampak berserakan

- Rambut tidak rapi

- Baju belum diganti

2. Diagnosa Keperawatan

Defisit perawatan diri : berdandan

3. Tujuan Umum : klien dapat mandiri dalam perawatan diri

Tujuan Khusus :

 Klien dapat membina hubungan saling percaya  Klien dapat mengetahui pentingnya perawatan diri  Klien mampu melakukan berhias / berdandan

4. Tindakan Keperawatan

 Menjelaskan pentingnya kebersihan diri  Menjelaskan cara menjaga kebersihan diri

 Membantu klien mempraktekkan cara menjaga kebersihan diri  Menganjurkan klien memasukkan dalam jadwal kegiatan sehari-hari

2) Strategi Keperawatan

1. Fase Orientasi

Selamat pagi bu, masih ingat dengan saya ? Ayo siapa nama saya ? Bagus... Bagaimana keadaan hari ini ? Nyenyak tidurnya tadi malam ?

2. Fase Kerja

Ibu sudah mandi, bagus... sudah ganti baju ? Tapi mandinya pakai sabun gak ? Sikat gigi gak ? Menurut bapak kalau mandi itu harus bagaimana ? Apa untungnya mandi ? Kenapa kukunya panjang ? Terus bajunya kenapa belum diganti ? Ibu mau jika saya ajak mengganti baju dan memotong kuku ? Sekalian nanti saya ajarkan ibu cara mandi yang benar ya ? Kan ibu sudah rajin mandi, nanti kalau udah masuk dalam jadwal ya... mari kita ganti baju dan potong kuku.

(23)

3. Fase Terminasi  Evaluasi Subjektif

Bagaimana perasaan ibu setelah berbincang-bincang tadi ?

 Evaluasi Objektif

Coba ibu lakukan apa yang sudah kita pelajari tadi !

 Rencana Tindak Lanjut

Jadi nanti kalau saya tidak ada diruangan, ibu bisa melakukan apa yang sudah kita pelajari tadi, dan jangan lupa memasukkannya dalam kegiatan harian ibu.

4. Kontrak yang akan datang  Topik

Bagaimana kalau besok siang kita bertemu lagi untuk melatih kemampuan berdua yang ibu miliki ?

 Waktu

Jam berapa kita akan bertemu ? Bagaimana kalau jam 11.00 wib ?

 Tempat

Bagaimana kalau diruangan ini saja bu ? Sampai bertemu besok ya bu... 2.2.9 Rencana Tindakan Keperawatan

Diagnosa 1 : Penurunan kemampuan dan motivasi merawat diri.

Tujuan Umum : Klien dapat meningkatkan minat dan motivasinya untuk memperhatikan kebersihan diri.

Tujuan Khusus :

TUK I : Klien dapat membina hubungan saling percaya dengan perawat Intervensi :

1. Berikan salam setiap berinteraksi.

2. Perkenalkan nama, nama panggilan perawat dan tujuan perawat berkenalan.

3. Tanyakan nama dan panggilan kesukaan klien.

4. Tunjukan sikap jujur dan menepati janji setiap kali berinteraksi.

5. Tanyakan perasaan dan masalah yang dihadapi klien.

6. Buat kontrak interaksi yang jelas.

7. Dengarkan ungkapan perasaan klien dengan empati.

8. Penuhi kebutuhan dasar klien.

TUK II : Klien dapat mengenal tentang pentingnya kebersihan diri. Intervensi :

1. Bina hubungan saling percaya dengan menggunakan prinsip komunikasi terapeutik.

2. Diskusikan bersama klien pentingnya kebersihan diri dengan cara menjelaskan pengertian

tentang arti bersih dan tanda- tanda bersih.

3. Dorong klien untuk menyebutkan 3 dari 5 tanda kebersihan diri.

4. Diskusikan fungsi kebersihan diri dengan menggali pengetahuan klien terhadap hal yang

berhubungan dengan kebersihan diri.

5. Bantu klien mengungkapkan arti kebersihan diri dan tujuan memelihara kebersihan diri.

(24)

7. Ingatkan klien untuk memelihara kebersihan diri seperti: mandi 2 kali pagi dan sore, sikat

gigi minimal 2 kali sehari (sesudah makan dan sebelum tidur), keramas dan menyisir rambut, gunting kuku jika panjang.

TUK III : Klien dapat melakukan kebersihan diri dengan bantuan perawat. Intervensi :

1. Motivasi klien untuk mandi.

2. Beri kesempatan untuk mandi, beri kesempatan klien untuk mendemonstrasikan cara

memelihara kebersihan diri yang benar.

3. Anjurkan klien untuk mengganti baju setiap hari.

4. Kaji keinginan klien untuk memotong kuku dan merapikan rambut.

5. Kolaborasi dengan perawat ruangan untuk pengelolaan fasilitas perawatan kebersihan diri,

seperti mandi dan kebersihan kamar mandi.

6. Bekerjasama dengan keluarga untuk mengadakan fasilitas kebersihan diri seperti odol, sikat

gigi, shampoo, pakaian ganti, handuk dan sandal.

TUK IV : Klien dapat melakukan kebersihan perawatan diri secara mandiri. Intervensi :

1. Monitor klien dalam melakukan kebersihan diri secara teratur, ingatkan untuk mencuci

rambut, menyisir, gosok gigi, ganti baju dan pakai sandal.

TUK V : Klien dapat mempertahankan kebersihan diri secara mandiri. Intervensi :

1. Beri reinforcement positif jika berhasil melakukan kebersihan diri.

TUK VI : Klien dapat dukungan keluarga dalam meningkatkan kebersihan diri. Intervensi :

1. Jelaskan pada keluarga tentang penyebab kurang minatnya klien menjaga kebersihan diri.

2. Diskusikan bersama keluarga tentang tindakanyang telah dilakukan klien selama di RS

dalam menjaga kebersihan dan kemajuan yang telah dialami di RS.

3. Anjurkan keluarga untuk memutuskan memberi stimulasi terhadap kemajuan yang telah

dialami di RS.

4. Jelaskan pada keluarga tentang manfaat sarana yang lengkap dalam menjaga kebersihan diri

klien.

5. Anjurkan keluarga untuk menyiapkan sarana dalam menjaga kebersihan diri.

6. Diskusikan bersama keluarga cara membantu klien dalam menjaga kebersihan diri.

7. Diskusikan dengan keluarga mengenai hal yang dilakukan misalnya: mengingatkan pada

waktu mandi, sikat gigi, mandi, keramas, dan lain-lain.

Diagnosa 2 : Defisit Perawatan Diri (kebersihan diri, berdandan, makan, BAB/BAK). Tujuan Umum : Pasien tidak mengalami defisit perawatan diri.

Tujuan Khusus :

1. Pasien mampu melakukan kebersihan diri secara mandiri

(25)

3. Pasien mampu melakukan makan dengan baik

4. Pasien mampu melakukan BAB/BAK secara mandiri

Intervensi :

1. Melatih pasien cara-cara perawatan kebersihan diri

a. Menjelasan pentingnya menjaga kebersihan diri

b. Menjelaskan alat-alat untuk menjaga kebersihan diri

c. Menjelaskan cara-cara melakukan kebersihan diri

d. Melatih pasien mempraktekkan cara menjaga kebersihan diri

2. Melatih pasien berdandan/berhias

Untuk pasien laki – laki, latihannya meliputi : a. Berpakaian

b. Menyisir rambut

c. Bercukur

Untuk pasien wanita, latihannya meliputi :

a. Berpakaian

b. Menyisir rambut

c. Berhias

3. Melatih pasien makan secara mandiri

a. Menjelaskan cara mempersiapkan makan

b. Menjelaskan cara makan yang tertib

c. Menjelaskan cara merapihkan peralatan makan setelah makan

d. Praktek makan sesuai dengan tahapan makan yang baik

4. Mengajarkan pasien melakukan BAB/BAK secara mandiri

a. Menjelaskan tempat BAB/BAK yang sesuai

b. Menjelaskan cara membersihkan diri setelah BAB dan BAK

c. Menjelaskan cara membersihkan tempat BAB dan BAK

Diagnosa 3 : Isolasi Sosial

Tujuan Umum : Klien tidak terjadi perubahan sensori persepsi. Tujuan Khusus :

TUK I : Klien dapat membina hubungan saling percaya. Intervensi :

1. Bina hubungan saling percaya: salam terapeutik, memperkenalkan diri, jelaskan tujuan

interaksi, ciptakan lingkungan yang tenang, buat kesepakatan dengan jelas tentang topik, tempat dan waktu.

2. Beri perhatian dan penghaargaan: temani klien walau tidak menjawab.

3. Dengarkan dengan empati: beri kesempatan bicara, jangan terburu-buru, tunjukkan bahwa

perawat mengikuti pembicaraan klien.

TUK II : Klien dapat menyebutkan penyebab menarik diri. Intervensi :

1. Kaji pengetahuan klien tentang perilaku menarik diri dan tanda-tandanya.

2. Beri kesempatan kepada klien untuk mengungkapkan perasaan penyebab menarik diri atau

(26)

3. Diskusikan bersama klien tentang perilaku menarik diri, tanda-tanda serta penyebab yang

muncul.

4. Berikan pujian terhadap kemampuan klien mengungkapkan perasaannya.

TUK III : Klien dapat menyebutkan keuntungan berhubungan dengan orang lain dan kerugian tidak berhubungan dengan orang lain.

Intervensi :

1. Kaji pengetahuan klien tentang manfaat dan keuntungan berhubungan dengan orang lain.

2. Beri kesempatan kepada klien untuk mengungkapkan perasaan tentang keuntungan

berhubungan dengan prang lain.

3. Diskusikan bersama klien tentang manfaat berhubungan dengan orang lain.

4. Beri reinforcement positif terhadap kemampuan mengungkapkan perasaan tentang

keuntungan berhubungan dengan orang lain.

5. Kaji pengetahuan klien tentang kerugian bila tidak berhubungan dengan orang lain.

6. Beri kesempatan kepada klien untuk mengungkapkan perasaan dengan orang lain.

7. Diskusikan bersama klien tentang kerugian tidak berhubungan dengan orang lain.

8. Beri reinforcement positif terhadap kemampuan mengungkapkan perasaan tentang kerugian

tidak berhubungan dengan orang lain.

TUK IV : Klien dapat melaksanakan hubungan sosial. Intervensi :

1. Kaji kemampuan klien membina hubungan dengan orang lain.

2. Dorong dan bantu kien untuk berhubungan dengan orang lain.

3. Beri reinforcement positif terhadap keberhasilan yang telah dicapai.

4. Bantu klien untuk mengevaluasi manfaat berhubungan.

5. Diskusikan jadwal harian yang dilakukan bersama klien dalam mengisi waktu.

6. Motivasi klien untuk mengikuti kegiatan ruangan.

7. Beri reinforcement positif atas kegiatan klien dalam kegiatan ruangan.

TUK IV : Klien dapat mengungkapkan perasaannya setelah berhubungan dengan orang lain.

Intervensi :

1. Dorong klien untuk mengungkapkan perasaannya bila berhubungan dengan orang lain.

2. Diskusikan dengan klien tentang perasaan masnfaat berhubungan dengan orang lain.

3. Beri reinforcement positif atas kemampuan klien mengungkapkan perasaan manfaat

berhubungan dengan oranglain.

2.2.9 Kasus

Klien Ny. R berumur 59 tahun datang ke Rumah Sakit Jiwa Bogor diantar oleh keluarganya. Keluarga klien mengatakan klien malas untuk mandi dan berdandan, merasa lebih nyaman dengan kondisi seperti ini (tidak mau mandi). Klien mengatakan bila mandi

(27)

rasanya dingin dan badan kaku semua. Klien tampak rambut acak-acakan dan banyak kutu, kuku panjang dan hitam. Kulit kotor, tampak malas untuk menyisir rambut dan ganti pakaian harus disuruh petugas.

A. Pengkajian a) Identitas Klien

1) Nama klien : Ny. R 2) Umur : 59 tahun 3) Jenis kelamin : Perempuan 4) Agama : Islam

5) Alamat : Jl. Ir. Soekarno, Bogor, Jawa Barat b) Riwayat Kesehatan

1) Riwayat Kesehatan Sekarang

Keluarga klien mengatakan klien malas untuk mandi dan berdandan, merasa lebih nyaman dengan kondisi seperti ini (tidak mau mandi). Klien mengatakan bila mandi rasanya dingin dan badan kaku semua. Klien tampak rambut acak-acakan dan banyak kutu, kuku panjang dan hitam. Kulit kotor, tampak malas untuk menyisir rambut dan tidak pernah mau ganti pakaian.

2) Riwayat Kesehatan Dahulu

Keluarga klien mengatakan klien tidak mau mandi dan mengurus diri sejak 3 bulan yang lalu, semenjak terjadi peristiwa perselingkuhan antara

suaminya dan rekan kerja suaminya. 3) Riwayat Kesehatan Keluarga

Keluarga klien mengatakan tidak ada anggota keluarga yang mengalami gangguan kesehatan jiwa seperti ini.

(28)

. B. Analisa Data

Data Problem Etiologi

DS:

Pasien mengatakan malas untuk mandi

dan berdandan, merasa lebih nyaman dengan kondisi seperti ini ( tidak mau mandi).

Pasien mengatakan bila mandi rasanya

dingin dan badan kaku semua.

Pasien mengatakan malas mandi dan

berdandan sebab pasangan saya selingkuh dengan orang lain, buat apa saya mandi dan cantik.

DO:

Bila diminta mandi klien marah –

marah.

Keadaan pasien tampak bau,

kebutuhan mandi pasien selalu dimandikan oleh petugas dengan dimotivasi bahkan sambil dipaksa.

Pasien tampak rambut acak-acakan

dan banyak kutu, kuku panjang dan hitam.

Kulit kotor, tampak malas untuk

menyisir rambut dang anti pakaian harus disuruh petugas.

Defisit perawatan diri : mandi, berdandan dan berpakaian

Penurunan Motivasi

C. Pohon Masalah

Penurunan kemampuan dan motivasi merawat diri

Isolasi sosial

Defisit perawatan diri : mandi, berdandan

(29)

. D. Diagnosa Keperawatan Utama

Defisit perawatan diri : mandi, berdandan dan berpakaian

E. Intervensi pada Kasus Utama

Tujuan Umum : Klien mampu melakukan perawatan diri : higiene. Tujuan Khusus :

1) Klien dapat menyebutkan pengertian dan tanda tanda kebersihan diri Tindakan :

1.1. Diskusikan bersama klien tentang pengertian bersih dan tanda tanda bersih 1.2. Beri reinforcement positif bila klien mampu melakukan hal yang positif. 2) Klien dapat menyebutkan penyebab tidak mau menjaga kebersihan diri Tindakan :

2.1. Bicarakan dengan klien penyebab tidak mau menjaga kebersihan diri 2.2. Diskusikan akibat dari tidak mau menjaga kebersihan diri

3) Klien dapat menyebutkan manfaat higiene Tindakan :

3. 1. Diskusikan bersama klien tentang manfaat higiene

3.2. Bantu klien mengidentifikasikan kemampuan untuk menjaga kebersihan diri 4) Klien dapat menyebutkan cara menjaga kebersihan diri

Tindakan :

4. 1. Diskusikan dengan klien cara menjaga kebersihan diri : mandi 2x sehari (pagi dan sore) dengan memakai sabun mandi, gosok gigi minimal 2x sehari dengan pasta gigi, mencuci rambut minimal 2x seminggu dengan sampo, memotong kuku minimal 1x seminggu, memotong rambut minimal 1 x sebulan.

4.2. Beri reinforcement positif bila klien berhasil

5) Klien dapat melaksanakan perawatan diri higiene dengan bantuan minimal Tindakan :

(30)

5.2. Dorong klien untuk melakukan kebersihan diri dengan bantuan minimal 6) Klien dapat melakukan perawatan diri higiene secara mandiri

Tindakan :

6. 1. Beri kesempatan klien untuk membersihkan diri secara bertahap

6.2. Dorong klien untuk mengungkapkan perasaannya setelah membersihkan diri 6.3 Bersama klien membuat jadwal menjaga kebersihan diri

6.4. Bimbing klien untuk melakukan aktivitas higiene secara teratur 7) Klien mendapat dukungan keluarga

Tindakan :

7. 1. Beri pendidikan kesehatan tentang merawat klien untuk kebersihan diri melalui pertemuan keluarga

7.2. Beri reinforcement positif atas partisipasi aktif keluarga F. Catatan Perkembangan

Nama klien : Ny. R Umur : 59 tahun Ruangan : Utari

Catatan Perkembangan

No Diagnosa Kep Implementasi Evaluasi / SOAP

1. Defisit perawatan diri

Jum’at, 15/3/2013 Pukul 13.00 wib SP 1 1. Menjelaskan pentingnya kebersihan diri. 2. Membantu pasien mempraktekkan cara menjaga kebersihan. 3. Menjelaskan cara menjaga kebersihan. 4. Menganjurkan klien memasukkan dalam jadwal kegiatan harian.

S : saat ditanya, klien

mengatakan tidak pernah mau mandi.

O : - penampilan klien tidak rapi

- rambut acak-acakan - wajah kusam - tercium bau badan A : - klien belum mampu merawat diri - klien belum terlalu mengerti tentang

pentingnya merawat diri P :

PK : menganjurkan klien untuk menjaga kebersihan dirinya PP : membantu klien cara membersihkan dirinya

(31)

2. 3. 4. Pukul 13.45 wib Sabtu, 16/3/2013 Pukul 10.15 wib

Defisit perawatan diri Rabu, 20/03/2012 Pukul 12. 30 wib

1. Mengevaluasi jadwal kegiatan harian klien. 2. Membantu klien mempraktekkan cara makan yang baik. 3. Menganjurkan klien memasukkan dalam jadwal kegiatan harian.

SP III

1. Mengevaluasi jadwal kegiatan harian pasien 2. Menjelaskan cara eliminasi yang baik 3. Membantu klien mempraktekkan cara eliminasi yang baik

SP IV

1. Mengevaluasi jadwal kegiatan harian klien 2. Menjelaskan cara berdandan 3. Membantu klien mempraktekkan cara berdandan 4. Menganjurkan klien memasukkan dalam jadwal kegiatan harian

S : keluarga mengatakan sebelum dan sesudah makan klien tidak mau cuci tangan O : - tampak klien makan berserakan

- klien tidak mencuci tangan setelah makan

A : - SP I belum sepenuhnya - klien belum mampu melakukan SP II P :

PK : praktekkan cara makan yang baik

PP : membantu klien

mempraktekkan evaluasi S : saat ditanya seputar BAB/BAK, klien

mengatakan melakukan pada tempatnya

O : - klien sudah sedikit tampak rapi

- gigi klien masih kuning - BAB/BAK tertib, bersih A : SP I, II, III, sudah mulai mampu dilakukan

P : menganjurkan klien untuk tetap melakukan SP I tanpa mengabaikan SP II dan SP III S : klien mengatakan tidak mau mandi dan sikat gigi

O : - klien tampak lusuh - rambut terlihat acak acakan

A : klien sudah mulai mampu melakukan SP I, II, III, IV tetapi belum sepenuhnya P : - menganjurkan klien untuk memasukkan dalam jadwal harian

- berikan reinforment atas usaha yang klien lakukan

(32)

BAB III PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Defisit perawatan diri merupakan suatu kondisi pada seseorang yang mengalami kelemahan kemampuan dalam melakukan/melewati aktivitas perawatan diri secara mandiri.

Perawatan diri adalah salah satu kemampuan dasar manusia dalam memenuhi kebutuhannya guna memepertahankan kehidupannya, kesehatan dan kesejahteraan sesuai

dengan kondisi kesehatannya, klien dinyatakan terganggu keperawatan dirinya jika tidak

dapat melakukan perawatan diri (Depkes 2000).

3.2 Saran

1) Sebagai mahasiswa/mahasiswi calon perawat agar dapat lebih memperdalam ilmu serta wawasan mengenai gangguan jiwa pada klien dengan defisit perawatan diri

dan dapat mengaplikasikannya dalam dunia keperawatan.

2) Bagi masyarakat agar lebih peduli dan berpartisipasi dalam menjaga kesehatan dan jangan mengabaikan tanda dan gejala yang muncul sebagai penyakit yang wajar tetapi segera periksakan kedokter atau pelayanaan kesehatan yang terdekat untuk mencegah komplikasi dan prognosis yang buruk.

(33)

ASKEP DEFISIT PERAWATAN DIRI

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Perawatan diri adalah salah satu kemampuan dasar manusia dalam memenuhi

kebutuhan hidupnya, kesehatan dan kesejahteraan sesuai dengan kondisi

kesehatannya.

Defisit perawatan diri merupakan suatu kondisi pada seseorang yang mengalami

kelemahan kemampuan dalam melakukan/melewati aktivitas perawatan diri

secara mandiri.

B. Tujuan Penulisan

1. Untuk membahas tentang Defisit Perawatan Diri

2. Untuk Pengetahuan Dasar Praktek Lapangan

3. Untuk membahas Asuhan Keperawatan Jiwa dengan Defisit Perawatan Diri

C. Metode Penulisan

Dalam penulisan makalah ini menggunakan penulisan metode studi pustaka,

diskusi kelompok dan browsing internet.

(34)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Pengertian

Perawatan diri adalah salah satu kemampuan dasar manusia dalam memenuhi

kebutuhannya guna memepertahankan kehidupannya, kesehatan dan

kesejahteraan sesuai dengan kondisi kesehatannya, klien dinyatakan terganggu

keperawatan dirinya jika tidak dapat melakukan perawatan diri (Depkes 2000).

Defisit perawatan diri adalah gangguan kemampuan untuk melakukan aktifitas

perawatan diri (mandi, berhias, makan, toileting) (Nurjannah, 2004).

Menurut Poter. Perry (2005), Personal hygiene adalah suatu tindakan untuk

memelihara kebersihan dan kesehatan seseorang untuk kesejahteraan fisik dan

psikis, kurang perawatan diri adalah kondisi dimana seseorang tidak mampu

melakukan perawatan kebersihan untuk dirinya (Tarwoto dan Wartonah 2000).

Defisit Perawatan Diri adalah Suatu kondisi pada seseorang yang mengalami

kelemahan kemampuan dalam melakukan/melewati aktivitas perawatan diri

secara mandiri.

B. Jenis–jenis Perawatan Diri

1. Kurang perawatan diri : Mandi / kebersihan

Kurang perawatan diri (mandi) adalah gangguan kemampuan untuk melakukan

aktivitas mandi/kebersihan diri.

2. Kurang perawatan diri : Mengenakan pakaian / berhias.

Kurang perawatan diri (mengenakan pakaian) adalah gangguan kemampuan

memakai pakaian dan aktivitas berdandan sendiri.

3. Kurang perawatan diri : Makan

Kurang perawatan diri (makan) adalah gangguan kemampuan untuk

menunjukkan aktivitas makan.

4. Kurang perawatan diri : Toileting

Kurang perawatan diri (toileting) adalah gangguan kemampuan untuk

melakukan atau menyelesaikan aktivitas toileting sendiri (Nurjannah : 2004,

79 ).

C. Etiologi

Menurut Tarwoto dan Wartonah, (2000) Penyebab kurang perawatan diri adalah

sebagai berikut :

1. Kelelahan fisik.

2. Penurunan kesadaran.

Menurut Depkes (2000: 20), penyebab kurang perawatan diri adalah:

1. Faktor prediposisi

(35)

a. Perkembangan

Keluarga terlalu melindungi dan memanjakan klien sehingga perkembangan

inisiatif terganggu.

b. Biologis

Penyakit kronis yang menyebabkan klien tidak mampu melakukan perawatan

diri.

c. Kemampuan realitas turun

Klien dengan gangguan jiwa dengan kemampuan realitas yang kurang

menyebabkan ketidakpedulian dirinya dan lingkungan termasuk perawatan diri.

d. Sosial

Kurang dukungan dan latihan kemampuan perawatan diri lingkungannya.

Situasi lingkungan mempengaruhi latihan kemampuan dalam perawatan diri.

2. Faktor presipitasi

Yang merupakan faktor presiptasi deficit perawatan diri adalah kurang

penurunan motivasi, kerusakan kognisi atau perceptual, cemas, lelah/lemah

yang dialami individu sehingga menyebabkan individu kurang mampu

melakukan perawatan diri.

Menurut Depkes (2000: 59) Faktor – faktor yang mempengaruhi personal

hygiene adalah:

1. Body Image

Gambaran individu terhadap dirinya sangat mempengaruhi kebersihan diri

misalnya dengan adanya perubahan fisik sehingga individu tidak peduli dengan

kebersihan dirinya.

2. Praktik Sosial

Pada anak–anak selalu dimanja dalam kebersihan diri, maka kemungkinan akan

terjadi perubahan pola personal hygiene.

3. Status Sosial Ekonomi

Personal hygiene memerlukan alat dan bahan seperti sabun, pasta gigi, sikat

gigi, shampo, alat mandi yang semuanya memerlukan uang untuk

menyediakannya.

4. Pengetahuan

Pengetahuan personal hygiene sangat penting karena pengetahuan yang baik

dapat meningkatkan kesehatan. Misalnya pada pasien penderita diabetes

mellitus ia harus menjaga kebersihan kakinya.

5. Budaya

Di sebagian masyarakat jika individu sakit tertentu tidak boleh dimandikan.

6. Kebiasaan seseorang

Ada kebiasaan orang yang menggunakan produk tertentu dalam perawatan diri

seperti penggunaan sabun, sampo dan lain–lain.

7. Kondisi fisik atau psikis

Pada keadaan tertentu/sakit kemampuan untuk merawat diri berkurang dan

perlu bantuan untuk melakukannya.

(36)

Dampak yang sering timbul pada masalah personal hygiene.

1. Dampak fisik

Banyak gangguan kesehatan yang diderita seseorang karena tidak terpeliharanya

kebersihan perorangan dengan baik, gangguan fisik yang sering terjadi adalah :

Gangguan integritas kulit, gangguan membran mukosa mulut, infeksi pada mata

dan telinga dan gangguan fisik pada kuku.

2. Dampak psikososial

Masalah sosial yang berhubungan dengan personal hygiene adalah gangguan

kebutuhan rasa nyaman, kebutuhan dicintai dan mencintai, kebutuhan harga

diri, aktualisasi diri dan gangguan interaksi sosial.

D. Tanda dan Gejala

Menurut Depkes (2000: 20) Tanda dan gejala klien dengan defisit perawatan

diri adalah :

1. Fisik

a. Badan bau, pakaian kotor.

b. Rambut dan kulit kotor.

c. Kuku panjang dan kotor.

d. Gigi kotor disertai mulut bau.

e. Penampilan tidak rapi.

2. Psikologis

a. Malas, tidak ada inisiatif.

b. Menarik diri, isolasi diri.

c. Merasa tak berdaya, rendah diri dan merasa hina.

3. Sosial

a. Interaksi kurang.

b. Kegiatan kurang .

c. Tidak mampu berperilaku sesuai norma.

d. Cara makan tidak teratur BAK dan BAB di sembarang tempat, gosok gigi

dan mandi tidak mampu mandiri.

Data yang biasa ditemukan dalam deficit perawatan diri adalah :

1. Data subyektif

a. Pasien merasa lemah

b. Malas untuk beraktivitas

c. Merasa tidak berdaya.

2. Data obyektif

a. Rambut kotor, acak – acakan

b. Badan dan pakaian kotor dan bau

c. Mulut dan gigi bau.

(37)

e. Kuku panjang dan tidak terawat

E. Mekanisme Koping

1. Regresi

2. Penyangkalan

3. Isolasi diri, menarik diri

4. Intelektualisasi

F. Rentang Respon Kognitif

Asuhan yang dapat dilakukan keluarga bagi klien yang tidak dapat merawat diri

sendiri adalah :

1. Meningkatkan kesadaran dan kepercayaan diri

a. Bina hubungan saling percaya.

b. Bicarakan tentang pentingnya kebersihan.

c. Kuatkan kemampuan klien merawat diri.

2. Membimbing dan menolong klien merawat diri.

a. Bantu klien merawat diri

b. Ajarkan ketrampilan secara bertahap

c. Buatkan jadwal kegiatan setiap hari

3. Ciptakan lingkungan yang mendukung

a. Sediakan perlengkapan yang diperlukan untuk mandi.

b. Dekatkan peralatan mandi biar mudah dijangkau oleh klien.

c. Sediakan lingkungan yang aman dan nyaman bagi klien misalnya, kamar

mandi yang dekat dan tertutup.

G. Pohon Masalah

Resiko tinggi isolasi

Harga diri rendah Kronis

H. Diagnosa Keperawatan

Menurut Depkes (2000: 32) diagnosa keperawatan yang muncul pada pasien

defisit perawatan diri sesuai dengan bagan 1.1 yaitu:

1. Penurunan kemampuan dan motivasi merawat diri

2. Defisit perawatan diri.

3. Isolasi Sosial.

I. Data yang perlu Dikaji

Masalah Perawatan Data yang perlu Dikaji

Defisit perawatan diri Subjektif

(38)

• Klien mengatakan dirinya malas mandi karena airnya dingin atau di RS tidak

tersedia alat mandi.

• Klien mengatakan dirinya malas berdandan.

• Klien mengatakan ingin di suapi makan.

• Klien mengatakan jarang membersihkan alat kelaminnya setelah BAK atau

BAB.

Objektif

• Ketidakmampuan mandi/membersihkan diri ditandai dengan rambut kotor,

gigi kotor, kulit berdaki, dan berbau, serta kuku panjang dan kotor.

• Ketidakmampuan berapakaian/berhias ditandai dengan rambut acak-acakan,

pakaian kotor dan tidak rapi, pakaian tidak sesuai, tidak bercukur (laki-laki),

atau tidak berdandan (wanita).

• Ketidakmampuan makan secara mandiri ditandai dengan ketidakmampuan

mengambil makan sendiri…….

• Ketidakmampuan BAB/BAK secara mandiri ditandai BAB/BAK tidak pada

tempatnya, tidak membersihkan diri dengan baik setelah BAB/BAK

J. Rencana Tindakan Keperawatan

1. Tujuan

Klien mampu melakukan aktivitas perawatan diri secara mandiri seperti

mandi/membersihkan diri, berpakaian/berhias, makan, dan BAB/BAK

2. Tindakan Keperawatan untuk Klien

a. Mengkaji kemampuan melakukan perawatan diri yang meliputi

mandi/membersihkan diri, berpakaian/berhias, makan, dan BAB/BAK secara

mandiri.

b. Memberikan latihan cara melakukan mandi/membersihkan diri,

berpakaian/berhias, makan dan BAB/BAK secara mandiri.

c. Keluarga mampu merawat anggota keluarga yang mengalami masalah kurang

perawatan diri.

3. Tindakan Keperawatan untuk Keluarga Klien

Keluarga dapat meneruskan melatih klien dan mendukung agar kemampuan

klien dalam perawatan dirinya meningkat. Serangkaian intervensi ini dapat

dilakukan dengan cara sebagai berikut.

a. Diskusikan dengan keluarga tentang fasilitas kebersihan diri yang dibutuhkan

oleh klien agar dapat menjaga kebersihan diri.

b. Anjurkan keluarga untuk terlibat dalam merawat dan membantu klien dalam

merawat diri (sesuai jadwal yang telah disepakati)

c. Anjurkan keluarga untuk memberikan pujian atas keberhasilan klien dalam

merawat diri.

(39)

BAB III

PEMBAHASAN

A. Kasus

An.Cinta umur 15 tahun dibawa ke RSJ Magelang karena menurut keluarga

An.Cinta sudah 1 bulan ini tidak mau makan, tidak mau mandi, gosok gigi, dan

menata rambut. Hal ini dialami An.Cinta sejak diputuskan oleh pacarnya.

B. Analisa Kasus

Pada kasus An.Cinta masalah dimulai sejak An.Cinta diputuskan oleh pacarnya.

Hal tersebut membuat An.Cinta mengalami harga diri rendah kronis dengan kata

lain putus cinta merupakan faktor pencetus atau presipitasi dari masalah harga

diri rendah kronis. Dari kasus tidak kami temukan faktor predisposisi, sehingga

kami mengambil bahwa tidak adanya dukungan keluarga sebagai faktor

predisposisi. Jika di lapangan ditemukan kasus seperti An.Cinta kami perlu

pengkajian lebih lanjut menemukan faktor predisposisi.

Pokok masalah dari kasus An.Cinta yang dapat kami diskusikan, sebagai berikut

:

Resiko Tinggi Isolasi Sosial

Tidak mau makan, mandi, gosok gigi,

menata rambut.

Harga diri rendah kronis putus cinta

Kesimpulan masalah keperawatan yang mungkin muncul :

1. Harga diri rendah kronis.

2. Defisit perawatan diri.

3. Resiko tinggi isolasi sosial.

Dari ketiga masalah keperawatan tersebut, kami mengambil diagnosa

keperawatan defisit perawatan diri masalah utama An.Cinta, yang kemudian

dibuat strategi pelaksanaan .

Tanda dan Gejala

a. Mandi/Higiene

An.Cinta mengalami ketidaksamaan dalam membersihkan badan, dan

memperoleh perlengkapan untuk mandi.

b. Berhias

(40)

atau berhias (menyisir rambut).

c. Makan

An.Cinta mempunyai ketidakmampuan dalam keinginan untuk makan

Faktor presipitasi : diputus pacarnya.

Faktor presdisposisi : tidak ada dukungan keluarga.

Masalah Defisit perawatan diri yang mungkin muncul :

Tidak mau makan

Masalah Higiene (tidak mau mandi dan gosok gigi).

Tidak mau berhias

Pohon Masalah

Resiko Tinggi Isolasi Sosial

Defisit Perawatan Diri

Harga Diri Rendah (diputus pacarnya)

STRATEGI PELAKSANAAN TINDAKAN KEPERAWATAN

Masalah : Defisit Perawatan Diri

Pertemuan : Ke – I (pertama)

A. Proses Keperawatam.

1. Kondisi klien :

Klien sudah satu bulan tidak mau makan, tidak mau mandi dan tidak mau

menata rambut.

2. Diagnosa Keperawatan : Defisit Perawatan Diri.

3. Tujuan khusus/SP I.

a. Klien dapat membina hubungan saling percaya, dengan kriteri sebagai berikut

:

1. Ekspresi wajah bersahabat

2. Menunujukan rasa senang

3. Klien bersedia berjabat tangan

4. Klien bersedia menyebutkan nama

5. Ada kontak Mata

6. Klien bersedia duduk berdampingan dengan perawat

7. Klien bersedia mengutarakan masalah yang dihadapinya

b. Mengidentifikasi kebersihan diri, berdandan, dan makan.

c. Menjelaskan pentingya kebersihan diri.

(41)

d. Menjelaskan peralatan yang digunakan untuk menjaga kebersihan diri dan

cara melakukan kebersihan diri.

e. Memasukkan dalam jadwal kegiatan klien.

4. Rencana tindakan keperawatan.

a. Bina hubungan saling percaya dengan prinsip komunikasi terapeutik.

1. Sapa klien dengan ramah baik verbal maupun nonverbal

2. Perkenalkan diri dengan sopan

3. tanyakan nama lengkap klien dan nama panggilan

4. Jelaskan tujuan peremuan

5. jujur dan menempati janji

6. tunjukan sikap empati dan menerima klien apa adanya

7. Beri perhatian pada pemenuhan kebutuhan dasar klien

b. Identifikasi kemampuan klien dalam melakukan kebersihan diri, berdandan,

dan makan.

c. Jelaskan pentingnya kebersihan diri dengan cara memberikan penjelasan

terhadap pentingnya kebersihan diri, selanjutnya minta klien menjelaskan

kembali pentingnya kebersihan diri.

d. Jelaskan peralatan yang dibutuhkan dan cara membersihkan diri, dengan

tahapan tindakan berikut.

1. Jelaskan alat yang dibutuhkan dan cara membersihkan diri

2. peragakan cara membersihkan diri dan mempergunakan alat untuk

membersihkan diri

3. Minta klien untuk memperagakan ulang alat dan cara kebersihan diri

e. Memasukkan dalam jadwal kegiatan klien.

B. Strategi Komunikasi dan Pelaksanaan

1. Orientasi

a. Salam terapeutik.

“Assalamualaikum … Boleh saya kenalan dengan adik?

Nama saya … adik boleh panggil saya … saya mahasiswa keperawatan … saya

sedang praktek disini. Kalau boleh saya tahu nama adik siapa, dan senangnya

dipanggil dengan sebutan apa?”

b. Evaluasi/Validasi

c. Kontrak

2. Topik : “Apakah adik tidak keberatan untuk mengobrol dengan saya?

Menurut adik sebaiknya kita ngobrol tentang apa? Bagaimana kalau kita

ngobrol tentang kebersihan diri?”

3. Waktu : “Berapa lama kira-kira bisa ngobrol? Adik maunya berapa menit?

bagaimana kalau 10 menit? Bisa?”

4. Tempat : “Dimana kita duduk? Diteras, dikursi panjang itu, atau dimana?”

2. Kerja

(42)

“Apakah adik suka berdandan?”

“Alat apa yang adik gunakan pada saat makan, menggunakan sendok atau

tangan?”

“Apakah adik tahu pentingya kebersihan diri?”

“Bagaimana cara adik menjaga kebersihan diri?”

“Apakah adik tahu tentang alat-alat yang digunakan untuk membersihkan diri?”

“Bagaimana cara adik membersihkan diri?”

“Pertama lepaskan seluruh baju yang dikenakan, lalu siramkan pada seluruh

bagian tubuh dan bilas sampai bersih. Setelah itu menggosok gigi, keringkan

badan dengan handuk dan ganti pakaian dengan pakaian bersih.”

3. Terminasi

a. Evaluasi Subjektif

“Bagaimana perasaan adik dengan obrolan kita tadi? Adik merasa senang tidak

dengan latihan tadi?”

b. Evaluasi Objektif

“Setelah kita berdiskusi panjang lebar, sekarang coba adik simpulkan

pembicaraan kita tadi? Coba sebutkan cara menjaga kebersihan diri?”

c. Rencana tindak lanjut

“kalau adik sudah tahu cara membersihkan diri, nanti saat jam 10.00 coba adik

praktek penjelasan saya tadi?”

d. Kontrak yang akan datang :

1. Topik : “Adik, bagaimana kalau besok kita ngobrol lagi tentang bagaimana

cara menjaga kebersihan mulut?”

2. Waktu : “Kira-kira waktuya kapan ya? Bagaimana kalau besok jam 09.30

WIB, bisa?”

3. Tempat : “Kira-kira tempat yang enak buat kita ngobrol besok dimana ya, apa

masih disini atau cari tempat lain? Sampai jumpa.”

Masalah : Defisit Perawatan Diri

Pertemuan : Ke -2 (dua)

Hari/tanggal :

Waktu :

A. Proses Keperawatan

1. Kondisi klien :

Klien sudah satu bulan tidak mau makan, tidak mau mandi dan tidak mau

menata rambut.

2. Diagnosa Keperawatan : Defisit Perawatan Diri

3. Tujuan Khusus/SP 2

a. Mengevaluasi jadwal kegiatan harian pasien

b. Menjelaskan cara mandi yang benar

Referensi

Dokumen terkait

Padahal dalam kenyataannya, sebuah artikel dapat memuat lebih dari satu kategorisehingga label dokumen yang diberikan dapat berjumlah lebih dari satu.Untuk itulah,

[r]

Walaupun belum ada standar yang secara khusus mengatur pengukuran biaya lingkungan, pengukuran yang dilakukan oleh kedua rumah sakit telah sesuai dengan dasar pengukuran yang

Berdasarkan hasil penelitian dan uji hipotesis yang telah dilakukan menunjukkan bahwa pembelajaran dengan menggunakan bahan ajar muatan lokal mengenal potensi

Simpati terhadap teman sebaya terjadi gunakan metode distance learning dalam ketika teman mereka sedang menghadapi menjalin hubungan dengan teman sebaya

Pendidikan anak merupakan kewajiban bagi orang tua dan merupakan hak dari setiap anak. Banyak dari orang tua yang tidak mengerti bagaimana cara mendidik anak. Melihat

Indofood Sukses Makmur Cabang Pekanbaru merupakan salah satu faktor yang paling penting karena adanya pembagian kerja akan dapat memberikan kejelasan bagi para

Asosiasi ini merupakan hubungan antara bulan ke 7 dengan program pendidikan, kategori bulan ke 7 sebagai pemicu muncul dengan 70 transaksi dari 1466 transaksi,