• Tidak ada hasil yang ditemukan

I. PENDAHULUAN. Sektor Agribisnis Kelapa sawit (Elaeis guineensis Jacq) di Indonesia tercatat memiliki

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "I. PENDAHULUAN. Sektor Agribisnis Kelapa sawit (Elaeis guineensis Jacq) di Indonesia tercatat memiliki"

Copied!
25
0
0

Teks penuh

(1)

I. PENDAHULUAN

A. Latar belakang

Sektor Agribisnis Kelapa sawit (Elaeis guineensis Jacq) di Indonesia tercatat memiliki perkembangan yang sangat pesat. Pada tahun 1980, luas lahan kebun kelapa sawit mencapai 294.560 ha dengan produksi Crude Palm Oil (CPO) sebesar 721.172 ton. Peluang usaha membudidayakan kelapa sawit di Indonesia sangatlah besar.

Kelapa sawit mampu bereproduksi hingga lebih dari 25 tahun. Tentu hal itu sangatlah menguntungkan bagi pelaku usaha budidaya kelapa sawit dalam jangka waktu yang panjang. Luas areal dan produksi kelapa sawit berdasarkan publikasi dari data statistik Ditjen Perkebunan adalah seluas 8,04 juta ha. Lahan seluas itu mampu bereproduksi 19,76 juta ton CPO pada tahun 2010 yang tersebar di seluruh provinsi di Indonesia. Penyebaran paling banyak terdapat di daerah Sumatera. Perkiraan luas areal perkebunan di Sumatera sekitar 5,29 juta ha. Tanaman kelapa sawit akan berproduksi optimal tentunya tidak terlepas dari adanya pemeliharaan tanaman yang baik sejak dari fase Tanaman Belum Menghasilkan (TBM) sampai pada fase Tanaman Menghasilkan (TM). Tanaman Belum Menghasilkan (TBM) merupakan tanaman kelapa sawit sampai umur tiga tahun. Masa pemeliharaan TBM memerlukan cukup banyak tenaga dan biaya. Selain itu masa pemeliharaan TBM sangat menentukan keberhasilan pada saat masa tanaman menghasilkan (TM) diantaranya adalah Kastrasi. Tanaman kelapa sawit termasuk tanamana berumah satu, yang berarti bunga betina dan bunga jantan terdapat dalam satu tanaman yang letaknya terpisah. Tandan bunga terletak pada ketiak pelepah daun yang mulai tumbuh setelah tanaman berumur 12 – 14 bulan, tetapi baru bisa dipanen pada umur 2,5 tahun. Pada saat tersebut buah masih belum ekonomis untuk diolah pabrik karena rata – rata tandan yang dihasilkan beratnya masih < 3 Kg.

(2)

Oleh karena itu dilakukan perlakuan kultur teknis seperti perlakuan kastrasi atau ablasi. Kastrasi adalah kegiatan pembuangan bunga dan buah pasir untuk merangsang pertumbuhan vegtatif serta untuk mencegah infeksi hama dan penyakit. Pembungaan biasanya dimulai pada tanaman berumur 12 – 20 bulan.Tujuan Kastrasi atau Ablasi adalah untuk mengalihkan nutrisi atau energi dari pematangan tandan yang belum ekonomis untuk dipanen kepada pertumbuhan vegetatif. Kastrasi berlangsung hingga 6 bulan sebelum panen pertama.Pelaksanaan kastrasi dimulai bila jumlah bunga hasil monitoring pada suatu blok sudah mencapai 50%.(Buku pintar Mandor,LPP 2010). Kastrasi dilakukan pada tanaman yang mengeluarkan bunga yang buahnya belum memenuhi syarat untuk dipanen. Lamanya perlakuan kastrasi (ablasi) bergantung pada situasi perkebunan dan tindakan budidaya. Kastrasi atau ablasi pada tanah kurang atau daerah yang musim keringnya panjang akan lebih lama daripada di daerah yang subur dengan pemeliharaan yang baik.

(3)

B. Perumusan Masalah

Tanaman kelapa sawit mulai mengeluarkan bunga setelah berumur 14 bulan, tergantung pada pertumbuhannya. Bunga – bunga ini masih belum sempurna membentuk buah sehingga tidak ekonomis. Keadaan demikian berlangsung sampai tanaman berumur sekitar 26 tahun.

Kastrasi bertujuan untuk mendukung pertumbuhan vegetatif kelapa sawit. Tindakan ini dimaksudkan untuk memulihkan penyerapan zat – zat hara bagi pertumbuhan vegetatif, disamping tanaman akan menjadi lebih bersih dan mengurangi adanya serangan hama/penyakit. Tindakan agronomis kastrasi ini terkadang tidak dilakukan para pekebun dengan salah satu pertimbangannya adalah tenaga kerja. (Sinaga, Ronald.E, 2012) Dari hal tersebut diatas, maka peneliti ingin melakukan penelitian tentang kajian biaya yang diperlukan dalam pelaksanaan Kastrasi tanaman kelapa sawit (Elaeis guineensis Jacq).

C. Tujuan Penelitian

Untuk mengetahui biaya kastrasi pada tanaman kelapa sawit (Elaeis guineensis Jacq) di Kebun Air Batu PT. Perkebunan Nusantara IV.

D. Kegunaan Penelitian

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberi pemahaman dan pengetahuan bagi para pembaca dan penulis mengenai biaya untuk melakukan kastrasi pada perkebunaan kelapa sawit.

(4)

II. TINJAUAN PUSTAKA

A. Botani Tanaman Kelapa Sawit

Dalam dunia Botani, semua tumbuhan diklasifikasikan untuk memudahkan dalam identifikasi secara ilmiah. Metode pemberian nama olmiah (latin) ini dikembangkan oleh Carolus Linnaneus. Tanaman kelapa sawit diklasifikasikan sebagai berikut :

Divisi : Embryophita Siphonagama Kelas : Angiospermae

Ordo : Monocotyledonae

Famili : Aracaceae (dahulu disebut Palmae) Subfamili : Cocoideae

Genus : Elaeis

Spesies : Elaeis guineensis Jacq.

Elaeis guineensis Jacq., dengan jumlah kromosom n=16 atau 2n=8A+24C, (menurut Darlington & Wylie, Arasu memiliki 32 kromosom) . Elaeis berasal dari kata Elaion (Yunani=minyak), guineensis berasal dari kata Guinea (Pantai Barat, Afrika) dan Jacq singkatan dari Jacquin,seorang botanist Amerika Varitas dari Elaeis guineensis Jacq. Cukup banyak dan diklasifikasikan dalam berbagai hal. Misalnya :tipe buah, bentuk luar, tabal cangkang, warna buah, dll. Berdasarkan warna buah dikenal varitas :

 Nigrescens : buah berwarna violet sampai hitam waktu muda dan berubah oranye setelah buah matang

(5)

 Virescens : buah berwarna hijau waktu muda dan setelah matang berwarna oranye  Albescens : buah berwarna kuning pucat waktu muda, tembus cahaya karena

mengandung sedikit karotein.

Kelapa sawit yang dibudidayakan terdiri dari dua jenis, yakni Elaeis guineensis dan Elaeis Oleifera. Jenis Elaeis guineensis adalah jenis yang biasa di budidayakan orang . kedua spesies kelapa sawit ini memiliki keunggulan masing – masing. Elaeis guineensis memiliki produksi yang sangat tinggi dan Elaeis oleifera memiliki tinggi tanaman yang rendah. Banyak orang yang meneliti dengan cara menyilangkan kedua spesies ini untuk mendapatkan spesies yang tinggi produksi dan gampang dipanen. Elaeis oleifera sekarang juga sudah mulai dibudidayakan untuk menambah keanekaragaman sumber daya genetik.

Ada banyak jenis varietas kelapa sawit di Indonesia. Varietas – varietas tersebut dapat dibedakan berdasarkan morfologinya. Setiap Varietas mempunyai ciri khas tersendiri. Terdapat 3 jenis varietas kelapa sawit, yaitu :

a. Varietas berdasarkan ketebalan tempurung dan daging buah. Daging buah

Varietas pertama yang dijelaskan disini adalah varietas yang didasarkan pada ketebalan pada tempurung dan daging buah. Berdasarkan ketebalan tempurung dan daging buah, beberapa varietas kelapa sawit di antaranya Dura, Pisifera, Tenera dan Macro carya.

(6)

Adapun penjelasan mengenai varietas – varietas tersebut dapat dibaca dalam tabel berikut : Tabel 1. Jenis varietas berdasarkan ketebalan tempurung dan daging buah

Varietas Deskripsi

Dura

- Tempurung tebal (2-8 mm)

- Tidak terdapat lingkaran serabut pada bagian luar tempurung

- Daging buah relatif tipis, yaitu 35 – 50 % terhadap buah.

- Kernel (daging biji) besar dengan kandungan minyak rendah.

- Dalam persilangan, dipakai sebagai pohon induk batina

Pisifera

- Ketebalan tempurung sangat tipis, bahkan hampir tidak ada.

- Daging buah tebal, lebih tebal daripada daging buah Dura.

- Daging biji sangat tipis

- Tidak dapat diperbanyak tanpa menyilangkan dengan jenis lain dan dipakai sebagai pohon induk jantan.

Tenera

- Hasil dari persilangan Dura dan Pisifera - Tempurung Tipis (0,5 – 4 mm)

- Terdapaat lingkaran serabut di sekeliling tempurung

- Daging buah sangat tebal (60 – 96 % dari buah ) - Tandan buah lebih banyak, tetapi ukurannya relatif

kecil

(7)

Gambar 1. Varietas Dura Gambar 2. Varietas Pisifera

Gambar 3. Varietas Tenera b. Varietas Berdasarkan Warna Kulit Buah

Berdasarkan warna kulit buah, beberapa varietas kelapa sawit di antaranya vaarietas Nigrescens, Virescens, dan Albenscens. Adapun penjelasannya diperhatikan dalam tabel di bawah ini :

Tabel 2. Varietas Berdasarkan Warna Kulit Buah

Varietas Warna buah muda Warna buah masak

Nigrescens Ungu kehitam – hitaman Jingga kehitam – hitaman

Virescens Hijau Jingga kemerahan, tetapi

ujung buah tetap hijau Abescens Keputih – putihan Kekuning – kuningan dan

ujungnya ungu kehitaman.

c. Varietas Unggul

Varietas unggul adalah varietas yang banyak dicari dan ditanam oleh para pembudidaya kelapa sawit untuk memperoleh hasil yang berkualitas dan memuaskan. Varietas unggul kelapa sawit yang dihasilkan melalui prinsip reproduksi sebenarnya dari hibrida terbaik

(8)

dengan melakukan persilangan antara jenis kelapa sawit yang diketahui mempunyai daya gabung yang berdasarkan hasil pengujian progeny dengan mengikuti prosedur seleksi Reciprocal Recurrent Selection (RSS).

B. Morfologi Tanaman Kelapa sawit

Kelapa sawit termasuk tumbuhan pohon. Tingginya dapat mencapai 24 meter. Bunga dan buahnya berupa tandan, serta bercabang banyak. Buahnya kecil dan apabila masak, berwarna kehitaman. Daging buahnya padat. Sama halnya dengan tanaman dari famili Palmae lainnya, tanaman klapa sawit memiliki dua bagian penting, yaitu : bagian vegetatif dan bagian generatif. Bagian vegetatif meliputi akar, batang, dan daun. Bagian generatif yang merupakan alat perkembangbiakan meliputi bunga dan buah.

1. Bagian Vegetatif Tanaman a. Akar (Radix)

Tanaman kelapa sawit mempunyai akar serabut, perakarannya sangat kuat yang keluar dari pangkal batang, tumbuh ke bawah dan ke samping. Berfungsi sebagai penyerap unsur – unsur hara dalam tanah dan respirasi tanaman. Akarnya juga berfungsi sebagai penyanggah berdirinya tanaman. Susunan kelapa sawit terdiri dari serabut primer yang tumbuh vertikal ke dalam tanah dan horizontal ke samping. Serabut primer ini akan bercabang menjadi akar sekunder ke atas dan ke bawah. Akhirnya, cabang – cabang ini juga akan bercabang lagi menjadi akar tersier, begitu seterusnya. Kedalaman perakaran tanaman kelapa sawit bisa mencapai 8 meter dan 16 meter secara horizontal. Kelapa sawit merupakan tumbuhan monokotil yang tidak memiliki akar tunggang. Radikula (bakal calon akar) pada bibit terus tumbuh memanjang kearah bawah selama enam bulan terus – menerus dan

(9)

panjang akarnya mencapai 15 cm. Akar primer kelapa sawit terus berkembang. Susunan akar kelapa sawit terdiri dari serabut primer yang tumbuh vertikal ke dalam tanah dan horizontal ke samping.(wahyuni,2008). Serabut primer ini akan bercabang menjadi akar sekunder ke atas dan ke bawah. Akhirnya, cabang – cabang ini juga akan bercabang lagi menjadi akar tersier , begitu seterusnya.

Penyebaran akar bergantung pada kondisi tanah. Sistem perakaran cenderung tumbuh kearah bawah, tetapi pertumbuhan selanjutnya dibatasi oleh dalamnya permukaan air tanah. Pada tanah yang bertekstur halus, akar sangat rapat, kurang baik bila dibandingkan dengan perkembangan akar pada tanah yang memiliki aerasi baik dan bertekstur longgar. Praktik budidaya tanaman kelapa sawit juga mempengaruhi penyebaran akar, terutama akar – akar tertier dan kuarter yang berfungsi untuk mengabsorbsi zat hara dari dalam tanah.

Perakaran kelapa sawit yang telah terbentuk sempurna umumnya memiliki akar primer dengan diameter 5-10 mm, akar sekunder 2-4 mm, akar tersier 1-2 mm, dan akar kuartener 0,1-0,3 mm. Akar yang paling efektif menyerap air dan unsur hara adalah akar tersier dan kuartener yang berada di kedalaman 0-60 cm dengan jarak 2 – 3 meter dari pangkal pohon.

b. Batang (Caulis)

Tanaman kelapa sawit memiliki batang Lurus, melawan arah gravitasi bumi, dan dapat berbelok jika tanaman tumbang (doyong). Dalam beberapa kondisi, batang kelapa sawit juga dapat bercabang. Fungsi utama batang sebagai sistem pembuluh yang mengangkut air dan hara mineral dari akar melaui xilem serta mengangkut hasil fotosintesis melalui floem.selain itu, batang juga sebagai penyanggah daun, bunga, dan sebagai penyimpan cadangan makanan.

(10)

kondisi lingkungan yang sesuai, pertambahan tinggi dapat mencapai 100 cm/tahun. Pada saat tanaman berumur 25 tahun, tinggi batang kelapa sawit dapat mencapai 13 – 18 meter.

Batang tanaman kelapa sawit diselimuti bekas pelepah hingg1a umur 12 tahun. Setelah itu pelepah yang mengering akan terlepas sehingga menjadi mirip dengan tanaman kelapa. Batang kelapa sawit berbentuk silinder dengan diameter sekitar 10 cm pada tanaman muda hingga 75 cm pada tanaman tua. Bagian bawah batang yang agak membesar disebut bonggol. Bagian ini memiliki diameter lebih besar 10 – 20 % dari batang bagian atas.

Daun pelepah yang menempel dan membalut batang dengan susunan spiral disebut filotaksis atau dikenal juga sebagai “spiral genatik”. Umumnya, spiral genetik dapat memutar ke kanan atau ke kiri mengikuti deret fibonacci dengan kelipatan 8. Namun, ada juga tanaman yang membentuk filotaksis berdasarkan kelipatan 5,13, atau 21. Pangkal pelepah kelapa sawit rontok pada umur 15 tahun. Namun, untuk spesies tertentu, seperti varietas dura, kerontokan pelepahnya mulai saat tanaman berumur 10 tahun.

Tinggi maksimum tanaman kelapa sawit yang ditanam diperkebunan 15-18 meter, sedangkan di alam liar dapat mencapai 30 meter. Laju pertumbuhan tinggi tanaman dipengaruhi oleh komposisi genetik dan lingkungan. Batang mengandung banyak serat dengan jaringan pembuluh yang menunjang pohon dan pengangkutan hara. Perkembangan tinggi batang kelapa sawit yang normal dapat dilihat pada tabel 3.

(11)

Tabel 3. Tinggi Batang Kelapa Sawit Berdasarkan Umur Tanaman

Umur (th) Tinggi (m) Umur (th) Tinggi (m) Umur (th) Tinggi (m)

3 1,6 11 7,5 19 11,5 4 2,2 12 8,4 20 11,9 5 2,6 13 8,9 21 12,2 6 3,8 14 9,8 22 12,4 7 4,5 15 10 23 13 8 5,4 16 10,5 24 13,3 9 5,7 17 11 25 14 10 6,7 18 11,3 Sumber data : PPKS

Berdasarkan pertumbuhan tinggi batangnya, Pusat Penelitian Kelapa Sawit (PPKS) sebagai produsen benih mengadakan pengelompokan sebagai berikut :

a. Sangat cepat >80 cm/tahun :01 – 04 BJ, 05 – 17/30/31 SP, 12 – 57 DS x BJ, 13 – 69 SP x Ds, 22 – 71 SP x BJ, DS – SP 540.

b. Cepat : 70 – 80 cm/tahun : 03 – 65 MA, 04 – 14 CM, 05 – 27/28 SP, 12 – 37 /56/70 DS x BJ c. Lambat 60 – 70 cm/tahun : 02 – 43/50 DS, o4 – 16/17/21/64 CM, 09 – 15/19/21

d. Sangat Lambat 60 cm / tahun: 03-5/48-MA, 04/16/17/21/64/LM, 10 – 36 SP x Ni, DY x P Dump

c. Daun (folium)

Tanaman kelapa sawit memiliki daun yang menyerupai bulu burung atau ayam. Daun pada kelapa sawit terdiri dari pangkal pelepah daun, yaitu bagian daun yang mendukung atau tempat duduknya helaian daun, tangkai daun, duri – duri, helaian anak daun, ujung daun, lidi, tepi daun dan daging daun. Daun ini terdiri dari kumpulan anak daun (leaflet) yang memiliki tulang anak daun (midrib) dengan helai anak daun (lamina). Sementara itu, tangkai

(12)

daun (rachis) yang berfungsi sebagai tempat anak daun melekat akan semakin membesar menjadi pelepah sawit. Pada bagian pangkal pelepah terdapat duri (spine). Awalnya spine merupakan barisan seludang yang gagal membentuk daun sehingga menyempit dan membentuk duri. Urutan daun terbentuk secara teratur dan dinomori sesuai dengan kondisi daun. Daun nomor satu ditandai dengan membuka dan mengembangnya daun secara sempurna.

Susunan daun kelapa sawit membentuk susunan daun majemuk. Daun – daun tersebut akan membentuk suatu pelepah daun yang panjangnya 7,5 – 9 meter dengan jumlah daun yang tumbuh di kedua sisi berkisar 250 – 400 helai. Pohon kelapa sawit normal dan sehatakan dibudidayakan, pada satu batang terdapat 40 – 50 pelepah daun. Luas permukaan daun akan berinteraksi dengan tingkat produktivitas tanaman.

2. Bagian Generatif Tanaman a. Bunga (Flos)

Tanaman kelapa sawit termasuk tanaman berumah satu, yang berarti bunga betina dan bunga jantan terdapat dalam satu tanaman yang letaknnya terpisah. Tandan bunga terletak pada ketiak pelepah daun yang mulai tumbuh setelah tanaman berumur 12 – 14 bulan, tetapi baru bisa dipanen pada umur 2,5 tahun. Bakal bunga terbentuk sekitar 33 – 34 bulan sebelum bunga matang ( siap melaksanakan penyerbukaan).

Pada umumnya kelapa sawit gugur pada fase awal pertumbuhan generatifnya. Tanaman kelapa sawit termasuk monoecious. Karena itu, bunga jantan dan bunga betina terletak pada satu pohon. Bunga sawit muncul dari ketiak daun yang disebut infloresen (bunga majemuk). Bakal bunga tersebut dapat berkembang menjadi bunga jantan atau bunga betina bergantung pada kondisi tanaman. Inflorescen awal terbentuk selama 2 – 3 bulan, lalu pertumbuhan salah satu organ refroduktifnya terhenti dan hanya satu jenis bunga yang dihasilkan dalam satu inflorescen.

(13)

Namun, tidak jarang juga organ betina (gynoecium) dapat berkembang bersama – sama dengan organ jantan (androecium) dan menghasilkan organ hermaprodit.

Pada tanaman kelapa sawit kadang-kadang dijumpai rangkaian bunga yang hermaprodit, terutama pada tanaman yang masih mudah. Hal ini dapat terjadi pada masa transisi antara siklus bunga jantan dan bunga betina. Rangkaian bunga terbentuk secara bervariasi, mulai dari bunga betina dengan beberapa cabang bunga jantan atau sebaliknya.

Bunga jantan atau pun bunga betina biasanya terbuka selama 3-5 hari, tetapi makin lama daya hidupnya makin menurun. Letak bunga betina dan bunga jantan pada satu pohon terpisah dan matangnya pun tidak bersamaan, sehingga tanaman kelapa sawit biasanya menyerbuk secara silang. Setiap

rangkaian bunga muncul dari pangkal pelepah daun dan masing – masing terangkai. Bunga jantan terpisah dengan bunga betina. Bunga jantan dan bunga betina dapat dibedakan berdasarkan bentuknya. Bunga jantan bentuknya lonjong memanjang dengan ujung kelopak meruncing dan garis tengah bunga lebih kecil, sedangkan bunga betina bentuknya agak bulat dengan ujung kelopak agak rata dan garis tengah lebih besar. Tandan bunga jantan dibungkus oleh seludang bunga yang pecah ketika bunga tersebut menjelang matang. Tandan bunga jantan yang masak memiliki bau khas. Pada tanaman kelapa sawit yang masih muda, jumlah bunga jantan lebih sedikit daripada bunga betina, tetapi perbandingan ini akan berubah sesuai dengan bertambahnya umur tanaman. Tiap tandan bunga jantan memiliki 100-200 sepiklet yang panjangnya 10-20 cm dan diameter 1-1,5 m. Tiap sepiklet berisi 500-1500 bunga kecil yang akan menghasilkan tepung sari jutaan banyaknya. Tandan bunga yang sedang anthesis ini berbau amis (kas). Tiap tandan bunga jantan akan dapat menghasilkan tepung sari sebanyak 40-60 gr. Pada tanaman muda jumlah bunga jantan perpokok sedikit dibandingkan dengan tandan bunga betina

(14)

dan perbandingan ini akan berubah sesuai peningkatan umur tanaman.

Perbandingan antara jumlah tandan bunga betina dengan jumlah tandan bunga jantan + tandan bunga betina + tandan bunga hermaprodit dan lain-lain dikenal sebagai sex- ratio dan dinyatakan dalam %. Angka sex-ratio penting diketahui untuk perhitungan bunga dalam estimasi produksi, poliinasi bantuan, pelepasan serangga dan penyerbukan lain-lain. Pada tipe D x P tertentu pada tanaman mudah sex-ratio ini dapat mencapai 90 % pada tahun pertama menghasilkan. Pada tabel 4 dijelaskan perkembangan bunga betina menurut umur tanaman

Tabel 4. Perkembangan Bunga Betina.

Umur (tahun) 3 4 5 6 7 8 9 10

sex-ratio 95 92 76 50 65 57 54 50

Sumber data : Lubis, Adlin U (2008)

Karangan bunga betina dapat mencapai panjang 24 -25 cm, bakal buahnya tebal dan berdaging. Jumlah karangan bunga dalam satu karangan bunga sangat bervariasi. Setiap anak karangan bunga membawa sejumlah bunga betina yang tersusun dengan pola spiral. Tiapa karangan bunga betina dapat diberi adalah bakal buah (ovarium)dan kepala putik (stigma).

(15)

Adapun gambar bunga betina tertera di bawah ini :

Gambar 4. Bunga betina Sedangkan karangan bunga

jantan anak karangannya berbentuk silindris, panjangnya 10 – 20 cm. Dari tiap anak karangan muncul bunga jantan yang jumlahnya berkisar antara 700 – 1200. Bagian terpenting dari bunga jantan adalah kantong sari (anthera), organ yang berisikan serbuk sari.

Adapun gambar bunga jantan tertera di bawah ini :

Gambar 5. Bunga Jantan

(16)

b. Buah (Fructus)

Diperlukan waktu sekitar 5 – 6 bulan sejak penyerbukan untuk menjadi buah yang dewasa, matang, dan siap dipanen. Bunga betina setelah dibuahi akan berkembang menjadi buah. Lama waktu dipanen sedikit berfluktuasi sesuai dengan variasi iklim. Iklim kering yang panjang biasanya memperlambat laju pematangan buah. Buah kelapa sawit bergerombol dalam tandan yang muncul dari tiap pelepah.

Buah kelapa sawit digolongkan sebagai buah drupe. Susunan buah kelapa sawit yaitu pericaep (daging buah) yang terbungkus oleh exocarp (kulit), mesocarp, dan endocarp (cangkang) yang membungkus 1 – 4 inti atau karnel. Sementara itu, inti memiliki testa (kuli), endosperm, dan sebuah embrio. Tandan kelapa sawit terdiri dari dua ribu buah sawit dengan tingkat kematangan yang bervariasi. Secara praktis, tandan yang dianggap matang atau layak panen dicirikan dengan tandan berwarna merah jingga yang menandakan adanya kandungan karotena. Buah yang masih muda berwarna hijau pucat,semakin tua warnanya berubah menjadi hijau hitam hingga kuning.. Buah bergerombol dengan tandan yang muncul dari tiap pelepah. Kandungan minyak bertambah sesuai kematangan buah. Setelah melewati fase matang, kandungan asam lemak bebas (FFA, free fatty acid) akan meningkat dan buah akan rontok dengan sendirinya. Kelapa sawit mengandung kurang lebih 80 persen perikarp dan 20 persen buah yang dilapisi kulit yang tipis, kadar minyak dalam perikarp sekitar 34 – 40 persen. Jumlah buah rata – rata 1600 buah per tandan. Ukuran dan bentuknya bervariasi menurut posisinya dalam tandan. Secara Botani buah adalah “sessile drupe” yang tertekan disekitar bijinya.

(17)

C. Produktivitas Tanaman Kelapa Sawit

Umur ekonomis kelapa sawit yang dibudidayakan umumnya 25 tahun. Pada umur > 25 tahun tanaman sudah tinggi sehingga sulit dipanen, jumlah tandan buah juga sedikit tidak ekonomis lagi. Produktivitas tanaman dipengaruhi oleh tanaman. Pengelompokan taanaman berdasarkan umur tanaman dikelompokan menjadi tiga bagian yaitu :

 3 – 8 tahun : Tanaman Muda  9 – 13 tahun : Tanaman Remaja  14 – 20 tahun : Tanaman Dewasa  < 20 tahun : Tanaman Tua

Potensi produksi tanaman kelapa sawit juga ditentukan oleh jumlah curah hujan setahun. Jika terjadi kemarau panjang, akan menyebabkan gagalnya pembentukan bakal bunga 19 – 21 bulan berikutnya (abortus bunga)dan keguguran buah 5 – 6 bulan berikutnya. Persentase potensi produksi sangat dipengaruhi oleh curah hujan, hal tersebut dapat dilihat pada tabel 5.

(18)

Tabel 5. Pengaruh Curah Hujan Terhadap Persentase Potensi Produksi

Curah Hujan Per Tahun Potensi Produksi

Lebih Dari 2500 Mm 100 %

2500 – 2000 Mm 80 %

2000 – 1500 Mm 70 %

< 1500 Mm 60 %

Curah Hujan Per Tahun Potensi Produksi

Sumber : PPKS Umur

tanaman memiliki peranan yang sangat penting terhadap TBS kelapa sawit. Hasil analisis menunjukkan umur tanaman 7-11 tahun memberikan pengaruh terbaik terhadap produksi TBS. Tanaman kelapa sawit pada umur 7-11 tahun dapat mencapai produksi optimum dengan jumlah TBS yang dihasilkan banyak dan berat janjang yang dihasilkan juga cukup tinggi sehingga berpenngaruh terhadap pencapaian produksi TBS per hektarnya yang tinggi pula. Kerapatan tanaman merupakan salah faktor yang mempengaruhi tingkat produktivitas tanaman kelapa sawit.

(19)

Kualitas bahan tanaman dan lahan sangat mempengaruhi hasil atau produktivitas kelapa sawit. Secara umum produktivitas tanaman kelapa sawit pada lahan kelas S1, S2, dan S3 disajikan pada tabel 6.

Tabel 6.Produktivitas Tanaman Kelapa Sawit

Umur ( th) Kelas S1 Kelas S2 Kelas S3

T RBT TBS T RBT TBS T RBT TBS 3 22 3,2 9 18 3 7 17 3 7 4 19 6 15 18 6 14 17 5 12 5 19 7,5 18 17 7 16 16 7 14 6 16 10 21 15 9,4 18 15 8,5 17 7 16 12,5 26 15 11,8 23 15 11,1 22 8 15 15,1 30 15 13,2 26 15 13 25 9 14 17 31 13 16,5 28 13 15,5 26 10 13 18,5 31 12 17,5 28 12 16 26 11 12 19,6 31 12 18,5 28 12 17 26 12 12 20,5 31 11 19,5 28 11 18,5 26 13 11 21,1 31 11 20 28 10 20 26 14 10 22,5 30 10 21,8 27 10 20 25 15 9 23 28 9 23,1 16 9 21 24 16 8 24,5 27 8 23,1 25 8 22 24 17 8 25 26 8 24,1 25 7 23 22 18 7 26 25 7 25,2 24 7 24 21 19 7 27,5 24 7 26,4 22 6 25 20 20 6 28,5 23 6 27,8 22 5 27 19 21 6 29 22 6 28,6 22 5 27 18 22 5 30 20 5 29,4 19 5 28 17 23 5 30,5 19 5 30,1 18 4 29 16 24 4 31,9 18 4 31 17 4 30 15 25 4 32,4 17 4 32 16 4 34 14 Rata – rata 11 21 24 10 20 22 10 19 20 Sumber : PPKS Medan

Keterangan : T = jumlah tandan/pohon/tahun; RBT = Rata – rata berat tandan (Kg) TBS = Ton TBS/ha/tahun

(20)

D. Kastrasi

Pada umumnya tanaman kelapa sawit mulai mengeluarkan bunga setelah berumur 14 bulan. Namun pada tanah yang subur dan pertumbuhanya yang baik, awal pembungaan bisa lebih cepat (ada umur 8 bulan sudah keluar bunga. Bunga pada pembungaan awal belum bisa membentuk buah yang sempurna dan sangat menekan pertumbuhan vegetatif ( Anonim, 2007).

Bunga muda umumnya masih kecil dan belum sempurna, sering aborsi dan tidak efisien dipertahankan unuk menghasilkan tandan (Lubis, 2008).Oleh sebab itu, semua bunga betina maupun jantan yang masih berbentuk ’’dompet’’ yang keluar sampai umur 24 bulan perlu dibuang atau dikastrasi. Kastrasi merupakan kegiatan yang sangat penting sebelum tanaman beralih dari tanaman belum menghasilkan (TBM) ke tanaman menghasilkan (TM) karena sangat menentukan produktivitas jangka panjang.

1. Cara Kastrasi

Kastrasi merupakan aktivitas membuang semua produk generatif, yaitu bunga jantan dan betina pada saat masih berbentuk ’’dompet’’. Untuk mendukung pertumbuhan vegetatif kelapa sawit. Terakhir tanaman dikastrasi adalah enam bulan sebelum dipanen. Bila panen perdana dilakukan pada umur 30 bulan, maka kastrasi terakhir pada umur 24 bulan setelah tanam, dilanjutkan secara selektif sampai letak bunga 30 cm diatas permukaan tanah.

Kastrasi mulai dilakukan jika lebih dari 50% pokok kelapa sawit dalam satu blok telah mengeluarkan bunga yang mengeluarkan bunga (masih berbentuk ’’dompet’’ atau seludang bunga belum membuka). Pada kondisi bunga seperti ini belum bisa diketahui apakah bunga tersebut jantan atau betina, pangkal bunga masih lunak dan bunga lebih mudah untuk dibuang/dikastrasi (bisa ditarik atau didorong dengan tangan).

(21)

Semakin bertambah umur (walaupun masih berbentuk ’dompet’), semakin susah bunga dilepas karena bunga semakin keras dan harus menggunakan alat (pengait besi). Kastrasi dikatakan terlambat bila dilakukan setelah seludang terbuka (Anonim, 2007).

2. Alat Kastrasi

Peralatan kastrasi yang umum digunakan adalah besi kaki kambing atau chisel berukuran 5-7,5 cm khusus untuk bunga yang telah besar karena terlambat dikastrasi. Tenaga yang diperlukan adalah 1 HK/ ha/ rotasi. Tenaga kastrasi ini dipersiapkan untuk menjadi ”pemanen’’ setelah tanaman memasuki masa TM (Sulistyo, 2010).

Perancangan suatu alat maupun mesin akan terdapat berbagai masalah, baik masalah dari hasil rancangan alat dan mesin sebelumnya maupun masalah dari rancangan alat dan mesin yang akan dibuat. Maka dari itu dilakukan perumusan masalah – masalah yang ada untuk mempermudah pembuatan alat dan mesin selanjutnya. Alat yang dibuat memiliki mekanisme komponen dengan fungsinya, yaitu :

- Mengusahakan bunga terlepas hingga akarnya. - Penggunaannya memudahkan para pekerja. - Sederhana dan praktis.

Dalam alat kastrasi ini terdapat beberapa masalah, yaitu :

- Ukuran Bunga bervariasi, Maka para pekerja harus membawa lebih dari satu alat dengan berbagai ukuran di lapangan. Sedangkan dalam pengerjaannya kurang fleksibel.

- Memperbaharui ukuran standard alat. Karena design alat yang digunakan adalah design lama. Sedangkan saat ini semua bibit sudah di brading, maka perubahan pada ukuran bunga juga terjadi.

(22)

- Capit yang digunakan statis dan tidak ergonomis. Akibatnya para pekerja susah dalam pengerjaannya. Bunga tidak melekat pada alat sehingga tangan pekerja harus mengambil ke dalam dan mendapatkan luka ringan di bagian lengan.

- Gagang yang digunakan terbuat dari Kayu Jati putih. Dalam kurun waktu 1 bulan mereka harus mengganti kayu kembali dikarenakan kayu habis termakan oleh duri – duri tajam yang terdapat pada pelepah pohon. Sedangkan harga kayu tersebut sangat mahal.

- Dodos tidak dapat dibuka tutup. Sehingga apabila pekerja ingin menyepuh / mempipih / mempertajam alat, pekerja harus membawa alat dalam keadaan utuh.

Dari masalah – masalah yang terdapat pada capit udang sebelumnya, diharapkan adanya penyelesaian masalah agar rancangan alat dan mesin selanjutnya lebih baik. Penyelesaian masalah yang ada pada rancangan Capit Udang sebelumnya, yaitu :

- Membuat alat dengan satu ukuran untuk semua jenis bunga yang akan dilepaskan dari pohon.

- Ukuran ditentukan dengan cara mengambil data langsung di lapangan dan mencari nilai tengahnya.

- Menerapkan sistem buka tutup pada capit dan merancang bentuk bulat yang akan digunakan. Dengan cara ini diharapkan agar pekerja dapat menarik bunga dalam keadaan miring, sehingga sisel tidak tersangkut.

d) Gagang dibuat dari besi. Agar umur alat lebih lama dan tidak rusak apabila terkena duri dari pelepah.

- Merancang dodos yang dapat dibuka tutup. Agar pekerja tidak susah saat ingin membawa dodos untuk disepuh.

(23)

Pekerja kastrasi sebaiknya menggunakan sarung tangan kulit yang tebal agar pekerja terlindungi dari duri kelapa sawit. Jika pekerja mengalami banyak kesulitan dalam kastrasi, Gunakan dodos untuk mempermudah kastrasi (Sinaga, 2012).

Bunga yang masih kecil dipatahkan mata pengait sedangkan bunga yang sudah besar dengan alat dodos. Bunga-bunga tersebut dikumpulkan ke jalan pikul kalau sudah kering dibakar (BPM, 2010).

(24)

Adapun Berikut gambar alat Kastrasi, seperti Dodos, kuku kambing dan dodos capit.

Dodos capit

(25)

III. METODOLOGI

A. Tempat dan waktu penelitian

Penelitian dilaksanakan di Kebun Air Batu PT.Perkebun Nusantara IV Afdeling VII. Kegiatan tersebut dilaksanakan mulai bulan Mei – Juni 2013.

B. Metode Penelitian

Metode penelitian yang dilaksanakan adalah dengan menggunakan metode pengumpulan data dan analisa deskriptif, yang dilakukan dengan mengumpulkan data mengenai kajian biaya Kastrasi.

C. Pengamatan Parameter

Pengamatan yang dilakukan pada penelitian ini adalah : 1. Informasi umum

2. Ketentuan Perusahaan tentang kastrasi 3. Kebutuhan tenaga

Gambar

Gambar 3. Varietas Tenera  b.  Varietas Berdasarkan Warna Kulit Buah
Tabel 3. Tinggi Batang Kelapa Sawit Berdasarkan Umur Tanaman
Tabel  4.  Perkembangan  Bunga Betina.
Gambar 4. Bunga betina  Sedangkan  karangan  bunga
+4

Referensi

Dokumen terkait

11 Materi ini dipresentasikan untuk mengajak secara bersama-sama teman-teman dari bidang keilmuan yang terkait untuk melakukan penelitian dan kajian mengenai area-area di

Penelitian ini meneliti perubahan histopatologi pada ginjal di 10 Plasmodium inui terinfeksi Macaca mulatta monyet oleh cahaya dan mikroskop elektron untuk mengembangkan model

Pada penelitian ini uji statistik yang digunakan adalah rumus korelasi Chi Square yaitu untuk mengetahui hubungan antara pola asuh orang tua dengan harga diri

Tesis Pondok pesantren dan perubahan ..... ADLN -

Namun, hasil temuan dari penelitian yang dilakukan pada UMKM Kota Semarang menunjukan bahwa penetrasi pasar memiliki pengaruh positif yang lebih besar dan signifikan terhadap

Rata-rata pendapatan rumah tangga pada peternak non-anggota kelompok tani lebih tinggi dibandingkan dengan peternak anggota kelompok tani, hal ini dapat dikarenakan

Terdapat perbedaan yang nyata antar strata, yaitu pada strata 1 tingkat keberdaanyaan peternaknya relatif lebih tinggi dibandingkan dengan pada strata 2,

Selain menggunakan SMS gateway yang dapat mengirim informasi berupa titik koordinat ke handphone lainnya, kita juga dapat langsung mengunci dan mengamankan data yang