PROPINSI KALIMANTAN TIMUR
Oleh
DIAN RATNA RIYANTI
NIM. 100500101
PROGRAM STUDI BUDIDAYA TANAMAN PERKEBUNAN
JURUSAN MANAJEMEN PERTANIAN
POLITEKNIK PERTANIAN NEGERI SAMARINDA
SAMARINDA
Tanaman Perkebunan di Dinas Pertanian
Perkebunan dan Kehutanan Propinsi Kalimantan
Timur.
Nama
: Dian Ratna Riyanti
NIM
: 100500101
Program Studi
: Budidaya Tanaman Perkebunan
Jurusan
: Manajemen Pertanian
Pembimbing,
Penguji I,
Penguji II,
Jamaluddin, SP, M.Si
NIP. 197206122001121003
Faradilla, SP, M.Sc
NIP. 197401092000122001
Ir. Syarifuddin, MP
NIP. 196507062001121001
Menyetujui/Mengesahkan,
Ketua Program Studi Budidaya Tanaman Perkebunan
Politeknik Pertanian Negeri Samarinda
Ir. Syarifuddin, MP.
NIP. 196507062001121001
telah melimpahkan rahmat dan karuniaNya, sehingga penulis dapat
menyelesaikan laporan Praktek Kerja Lapang (PKL). Laporan PKL ini
disusun berdasarkan hasil PKL di Dinas Pertanian Perkebunan dan
Kehutanan Kota Samarinda selama 2 bulan, yaitu mulai tanggal 5 April
sampai dengan 27 Mei 2013.
Keberhasilan dan kelancaran dalam pelaksanaan PKL ini juga tidak
terlepas dari peran serta dan bantuan dari berbagai pihak oleh karena itu
dalam kesempatan ini penulis ucapkan terma kasih kepada:
1. Bapak Jamaluddin SP, M.Si selaku Dosen Pembimbing PKL. 2. Ibu Faradilla, SP, M.Sc Dosen Penguji PKL.
3. Bapak Ir. Syarifuddin, MP selaku Ketua Program Studi Budidaya Tanaman Perkebunan, dan juga selaku Dosen Penguji PKL.
4. Bapak Ir. Hasanudin, MP selaku ketua jurusan Manajemen Pertanian. 5. Bapak Ir. Wartomo, MP selaku Direktur Politeknik Pertanian Negeri
Samarinda.
6. Para staf pengajar, administrasi dan teknisi di Program Studi Budidaya Tanaman Perkebunan.
7. Orang tua dan para keluarga yang telah banyak memberi dukungan dan motivasi serta do’a kepada penulis selama ini.
Kampus Sei Keledang, juni 2013
DAFTAR ISI
Halaman
KATA PENGANTAR……….
iii
DAFTAR ISI………..………. iv
DAFTAR LAMPIRAN………..…….
vii
I. PENDAHULUAN ………..………... 1
A. Latar belakang... 1
B. Tujuan kegiatan... 3
C. Hasil yang diharapkan………... 3
II. KEADAAN UMUM PERUSAHAAN INTI RAKYAT...…….... ... 4
A. Tinjuan umum organisasi pemerintahan..………... 4
B. Struktur organisasi pemerintahan………... 4
C. Tempat dan waktu kegiatan PKL………... 6
D. Visi dan misi distanbunhut………... 7
III. HASIL PRAKTEK KERJA LAPANG…...………….……... 9
A. Tanaman Belum Menghasilkan (TBM)………... 9
1. Pengendalian gulma………... 9
2. Perawatan piringan………... 11
3. Pemupukan………. 13
B. Tanaman Menghasilkan (TM)……….... 15
1. Tunas Pemeliharaan (Pruning)..………... 15
2. Pemupukan………. 17
3. Pengendalian Hama dan Penyakit… ……….. 20
C. Panen………... 23
1. Potong buah….………... 23
2. Pengangkutan……….. 25
IV. KESIMPULAN DAN SARAN ………... 28
A. Kesimpulan……… ... 28
B. Saran……….. 29
DAFTAR PUSTAKA……….
viii
DAFTAR LAMPIRAN
Nomor
Halaman
1
2
Struktur Organisasi……….……...
Foto Kegiatan Praktek Budidaya di Kebun PIR…...
29
30
I.
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Kelapa sawit merupakan tanaman komoditas perkebunan yang cukup penting di Indonesia dan masih memiliki prospek pengembangan yang cukup cerah. Komoditas kelapa sawit, baik berupa bahan mentah maupun hasil olahannya, menduduki peringkat ketiga penyumbang devisa non migas terbesar bagi negara setelah karet dan kopi (Sastrosayono, 2006).
Minyak nabati merupakan produk utama yang bisa dihasilkan dari kelapa sawit. Potensi produksinya per hektar mencapai 6 ton per tahun, bahkan lebih. Jika dibandingkan dengan tanaman penghasil minyak lainnya (4,5 ton per tahun), tingkat produksi ini termasuk tinggi (Satrosayono, 2006).
Dengan melihat perkebunan kelapa sawit menghasilkan keuntungan yang cukup tinggi, banyak perusahaan asing berbondong-bondong berinvestasi di bidang perkebunan ini. Para investor tersebut diantaranya RCMA (Inggris), Uni Royal (Amerika Serikat), SIPEF (Belgia), dan Lonsum (Inggris). Selain itu, pemerintah pun tertarik mendirikan PTP I – X di Aceh (kini Nanggroe Aceh Darussalam), dan Irian Jaya (kini Papua). Di Pulau Jawa, ada PTP XI (Banten) dan PT Condong Garut (Garut) (Sastrosayono, 2006).
Ketika pemerintahan orde baru, pembangunan perkebunan diarahkan dalam rangka menciptakan tenaga kerja, meningkatkan kesejahteraan masyarakat, dan sebagai sektor penghasil devisa negara. Sampai pada tahun 2010 luas lahan mencapai 7.824.623 ha dengan produksi CPO sebesar 19.844.901ton (Ditjenbun,
2010). Sejak saat itu lahan perkebunan kelapa sawit Indonesia berkembang pesat
melaksanakan program perkebunan inti rakyat perkebunan (PIR-bun). Dalam pelaksanaanya, perkebunan besar sebagai inti membina dan menampung hasil perkebunan rakyat di sekitarnya yang menjadi plasma (Fauzi et al. 2007).
Perkembangan perkebunan semakin pesat lagi setelah pemerintah mengembangkan program lanjutan yaitu PIR-Transmigrasi sejak tahun 1986. program tersebut berhasil menambah luas lahan dan produksi kelapa sawit. Selanjutnya, pemerintah melakukan penyempurnaan dengan mengembaangkan pola perkebunan kelapa sawit seperti tertuang dalam SK Menteri Kehutanan dan Perkebunan No. 107/Kpts-II/1999. Penyempurnaan pola perkebunan kelapa sawit dimaksudkan untuk meningkatkan produksi dan menyejahterahkan kehidupan petani (Fauzi et al. 2007). Sehubungan dengan hal tersebut maka Politeknik Pertanian Negeri Samarinda mempunyai program Praktek Kerja Lapang ke perkebunan dengan harapan agar para lulusannya memiliki keterampilan yang bisa diandalkan untuk mengembangkan pengetahuan dan keterampilan selama PKL di dunia kerja khususnya perkebunan nantinya.
B. Tujuan Kegiatan
1. Mengembangkan wawasan mahasiswa berdasarkan pengetahuan teori yang dimiliki dan untuk memberikan kesempatan pada mahasiswa agar dapat secara langsung melihat masalah yang terjadi di lapangan dan membandingkannya dengan ilmu yang diperoleh dibangku kuliah.
2. Meningkatkan keterampilan teknis budidaya tanaman kelapa sawit.
3. Melatih mahasiswa untuk dapat menganalisa dan memberi solusi terhadap masalah – masalah yang terjadi di lapangan.
C. Hasil Yang Diharapkan
Mahasiswa dapat memahami kegiatan prinsip kerja yang dilaksanakan oleh perkebunan kelapa sawit, dan dapat menjadi tenaga kerja yang terlatih, serta menjadi mahasiswa yang terampil dan mempunyai kedisiplinan dalam melakukan pekerjaan.
II. KEADAAN UMUM PERUSAHAAN INTI RAKYAT
A. Tinjauan Umum Organisasi Pemerintahan
Dinas Pertanian Perkebunan dan Kehutanan (DISTANBUNHUT)
merupakan unsur pelaksana pemerintah yang berada diwilayah kota
Samarinda. Organisasi ini dibentuk berdasarkan Peraturan Daerah
(PERDA) Kota Samarinda Nomor 11 Tahun 2008 Tentang Organisasi
Tata Kerja Dinas Pertanian, Perkebunan dan Kehutanan Kota Samarinda.
Serta memiliki tugas pokok membantu Kepala Daerah dalam
melaksanakan sebagian unsur pemerintahan yang menjadi kewenangan
Pemerintah Daerah Berdasarkan asas otonomi dan pembantu di bidang
Tanaman Pangan dan Hortikultura, Perkebunan serta Kehutanan.
Dinas Pertanian Perkebunan dan Kehutanan (DISTANBUNHUT)
memiliki suatu program untuk mensejahterahkan petani diwilayah kota
Samarinda dengan mengadakan suatu program yakni Perusahaan Inti
Rakyat. Yang mulai dilaksanakan pada tahun 2005. Dimana didalamnya
terdapat kelompok tani (Tangen Tuyang) yang di tujukan untuk
memudahkan administrasi penyaluran bantuan dari pemerintah. Bantuan
tersebut berupa bibit, pupuk maupun alat perkebunan. Perusahaan Inti
Rakyat mendapatkan pengawasan dari Bidang Produksi, Prasarana dan
Sarana. PIR juga mendapatkan bantuan areal seluas 65 Ha yang
nantinya terjadi pemutihan dan menjadi hak milik kelompok tani.
B. Struktur Organisasi Pemerintah
Dalam rangka Penyelenggaraan pemerintahan, pembangunan dan pelayanan masyarakat, Dinas Pertanian, Perkebunan dan Kehutanan Kota Samarinda ditunjang dengan struktur organisasi berdasarkan Peraturan Daerah Kota Samarinda Nomor 11 Tahun 2008 Pasal 62, sebagai berikut :
1. Kepala Dinas
Merupakan pimpinan atau jabatan tertinggi dalam organisasi pemerintahan di Dinas Pertanian, Perkebunan dan Kehutanan, Kepala Dinas menjadi pusat pengambil keputusan dan kebijakan serta penanggung jawab penuh dalam segala kegiatan/program di lingkungan organisasi dinas (Distanbunhut) Kota Samrinda.
2. Sekertaris membawahi : a. Sub Bagian Umum b. Sub Bagian Keuangan
c. Sub Bagian Perencanaan Program
3. Bidang Konservasi dan Rehabilitasi Sumber Daya Alam (SDA), membawahi : a. Seksi Konservasi Sumber Daya Alam (SDA)
b. Seksi Rehabilitasi Sumber Daya Alam (SDA)
4. Bidang Produksi, Sarana dan Prasarana, membawahi : a. Seksi Pengembangan Teknologi
b. Seksi Perlindungan Tanaman dan Prasarana
5. Bidang Bimbingan Usaha dan Perlindungan membawahi : a. Seksi Pelayanan Usaha
b. Seksi Pengembangan Mutu / Pengolahan Hasil dan Pemasaran 6. Unit Pelayanan Teknis Dinas (UPTD) (Lampiran 1).
C. Tempat dan Waktu Kegiatan PKL
Tempat PKL berada di Distanbunhut Kota Samarinda di PIR Kelompok Tani Tangen Tuyang yang berada :
Desa : Pampang
Kelurahan : Sei Siring
Kecamatan : Samarinda Utara
Kota : Samarinda
Provinsi : Kalimantan Timur
Kelompok Tani Tangen Tuyang di ketuai oleh Ling Ajan yang beranggotakan sejumlah 24 orang petani. Mengelola kebun sawit PIR seluas 65 Ha dimana 40 Ha merupakan tanaman belum menghasilkan dan 15 Ha lagi merupakan tanaman menghasilkan yang telah berproduksi selama 2 tahun. Hasil produksi dari PIR dibagi 70 % untuk petani dan 30 % untuk dinas, hasil yang diberikan untuk dinas ditujukan untuk memenuhi kredit petani atas penggantian bantuan bibit yang telah diberikan. Dan pembagian hasil tersebut tidak berlangsung selamanya melainkan hingga petani telah memenuhi semua kredit yang diberikan setelah itu semua hasil produksi dilimpahkan pada petani. Mengenai kredit yang diberlakukan hanya untuk penggantian bibit saja seharga lima belas ribu rupiah per bibit.
Kegiatan PKL dilakukan sejak tanggal 5 April sampai dengan tanggal 27 Mei 2013.
D. Visi dan Misi Distanbunhut 1. Visi
“Pertanian Perkebunan dan Kehutanan yang tangguh berwawasan
Penjelasan mengenai visi tersebut dapat diterangkan sebagai berikut :
a. Pertanian Terpadu maksudnya Pertanian, Perkebunan dan Kehutanan bersinergi dalam menumbuhkembangkan pola agribisnis yang efektif dan efisiensi guna membuka lapangan dan kesempatan kerja, berusaha membangkitkan partisipasi, ekstensifikasi, rehabilitasi dan diversifikasi sesuai dengan potensi yang tersedia di Kota Samarinda dalam pembangunan pertanian, perkebunan dan kehutanan.
b. Berwawasan Lingkungan maksudnya memaksimalkan pengelolaan sumber daya lahan, meningkatkan koordinasi antar lembaga yang ada dalam pembinaan pembangunan pertanian, perkebunan dan kehutanan dengan mencegah, mengurangi serta meminimalisasi kemungkinan akan dampak lingkungan.
c. Masyarakat Tani Sejahtera maksudnya meningkatkan kualitas sumber daya manusia dalam penggunaan ilmu pengetahuan dan teknologi bagi petugas dan petani melaluipelatihan di Balai / Diklat Agribisnis, sehingga dapat meningkatkan kesejahteraan petani.
2. Misi
a. Meningkatkan partisipasi masyarakat dalam pembangunan Pertanian, Perkebunab dan kehutanan.
b. Meningkatkan pemberdayaan masyarakat dalam pembangunan pertanian. c. Meningkatkan potensi / produktivitas sumber daya alam.
d. Pengembangan manajemen usaha tani bagi pelaku agribisnis. e. Memulihkan / memperbaiki kerusakan sumber daya alam. f. Meningkatkan daya dukung lahan dan ketersediaan air tanah.
h. Mengembangkan kelembagaan dan kemitraan dalam pelaksanaan pertanian terpadu.
i. Meningkatkan kemampuan sumber daya manusia aparat dan petani.
III. HASIL PRAKTEK
A. Perawatan Tanaman Belum Menghasilkan
Di tanaman belum menghasilkan perawatan tanaman merupakan salah satu tindakan yang sangat penting dan menentukan masa produktif tanaman. Perawatan bukan hanya ditujukan terhadap tanaman, etapi juga pada media tumbuh (tanah). Walaupun tanaman dirawat dengan baik, tetapi perawatan tanah diabaikan maka tidak akan banyak memberi manfaat.
Perawatan yang ada di tanaman belum menghasilkan di antaranya sebagai berikut :
1. Pengendalian gulma secara kimiawi a. Tujuan
Dalam budidaya tanaman kelapa sawit, pengendalian gulma harus dilakukan karena bertujuan untuk mengurangi persaingan dalam unsur hara, penyerapan air, dan sinar matahari. Karena hal tersebut dapat merugikan tanaman pokok, bahkan dapat menurunkan hasil produksi.
Selain itu pegendalian gulma juga bertujuan untuk mengurangi serangan hama, karena gulma bisa menjadi inang (host) bagi hama. Gulma juga akan menghambat jalan para pekerja (terutama gulma – gulma berduri) (Fauzi et al. 2007).
b. Dasar teori
Pengendalian gulma adalah kegiatan mengendalikan atau menekan tanaman yang tidak dikehendaki keberadaannya (tumbuh) oleh petani tanaman kelapa sawit, karena gulma adalah salah satu tumbuhan ruderal.
Tumbuhan ruderal adalah tumbuhan yang tidak dibudidayakan oleh manusia, tumbuh pada habitat alami yang terganggu(Pahan 2006).
Pemberantasan gulma secara kimiawi dilakukan dengan menggunakan herbisida. Keuntungan cara ini adalah penggunaan tenaga kerja yang relatif sedikit. Namun, cara ini dapat mengganggu organisme lain dan kelestarian alam (Fauzi et al. 2007).
c. Alat dan bahan
Alat : Kap solo, takaran dosis, ember Bahan : Clean up, ally, agristic, air.
d. Prosedur kerja
1) Alat bahan dan tenaga kerja disiapkan untuk proses kegiatan, lalu
dilakukan identifikasi gulma di lapangan yang akan disemprot untuk menentukan jenis herbisida yang akan digunakan.
2) Pencampuran bahan herbisida kedalam satu kap solo
a) Air sebanyak 5 liter dimasukkan kedalam kap.
b) Semua bahan dicampur dan dimasukkan di dalam kap dengan dosis clean up 20 ml ally 5 ml dan agristic 10 g.
c) Ketiga campuran tersebut dimasukkan didalam kap yang sudah terisi 5 liter air tadi.
d) Dan ditambah 5 liter lagi, lalu digoncang agar bahan tercampur rata.
3) Pengaplikasian menggunakan nozzle dengan lebar semprotannya 1,5
e. Hasil yang dicapai
Frekuensi kerja untuk dua hari kerja, mahasiswa melakukan penyemprotan sebanyak 8 kap solo.
f. Pembahasan
Kegiatan pengendalian gulma diperkebunan ini telah sesuai dengan pedoman perawatan tanaman kelapa sawit. karena kegiatan ini mengendalikan atau menekan tanaman yang tidak dikehendaki keberadaannya (tumbuh) oleh petani kelapa sawit.
2. Perawatan piringan
a. Tujuan
Adalah untuk memudahkan dalam perawatan, pemupukan
dan mengurangi perebutan unsur hara tanaman dan memudahkan
dalam pemanenan.
b. Dasar teori
Menurut Anonim (2005), Salah satu hal yang terpenting
dalam perawatan adalah perawatan piringan, hal ini perlu agar
memudahkan dalam pemupukan, mengurangi perebutan unsur
hara yang disebabkan oleh gulma, mengurangi timbulnya hama
dan penyakit.
Piringan berfungsi sebagai tempat untuk menyebarkan pupuk.
Selain itu, piringan juga merupakan daerah jatuhnya tandan buah
dan brondolan (Pahan 2006).
c. Alat dan bahan
Bahan
: Gulma dan pelepah kelapa sawit yang mati yang ada di
piringan pokok kelapa sawit.
d. Prosedur kerja
1) Lokasi pembuatan piringan ditentukan.
2) Alat dan bahan disiapkan.
3) Semua gulma yang terdapat dipiringan dipotong dengan parang
atau arit.
4) Lalu disekitar pohon atau pokok tanaman dibersihkan dengan
cangkul dengan jarak dari pokok sampai sepanjang ujung tajuk
tanaman sekitar 1,5 – 2 m (Lampiran 2).
e. Hasil kerja
Frekuensi kerja untuk tiga hari kerja, mahasiswa melakukan perawatan piringan sebanyak 90 pokok.
f. Pembahasan
Kegiatan perawatan piringan yang dilakukan diperkebunan ini telah sesuai dengan pedoman yang ada. Karena agar memudahkan dalam pemupukan, mengurangi perebutan unsur hara yang disebabkan oleh gulma, mengurangi timbulnya hama dan penyakit.
3. Pemupukan
a. Tujuan
Adalah agar tanaman tumbuh dengan baik, menghasilkan
tanaman yang produktif, meningkatkan produksi, dan tetap
menjaga stabilitas tanaman.
b. Dasar teori
Kebutuhan unsur hara bagi tanaman kelapa sawit pada
setiap fase pertumbuhannya berbeda – beda. Jumlah unsur hara
yang ditambahkan melalui pupuk harus memperhatikan
kehilangan hara akibat pencucian, penguapan, penambahan hara
dari tanaman penutup tanah (cover crop), serta penambahan
unsur hara yang terikat dari udara (Pahan 2006).
Penambahan dosis pupuk terhadap tanaman kelapa sawit
ada batasnya. Diatas batas dosis tersebut akan berpengaruh
negatif terhadap produksi atau menimbulkan kerugian ekonomi.
Berdasarkan hasil penelitian di Sumatera Utara, unsur – unsur
hara yang berpengaruh positif terhadap pertumbuhan dan
produksi tanaman kelapa sawit adalah nitrogen (N), fosfor (P),
kalium (K), magnesium (Mg), serta unsur mikro boron (B)
(Sastrosayono 2008).
Menurut Pahan (2006), Pemupukan memberikan kontribusi
yang sangat luas dalam meningkatkan produksi dan kualitas
produk yang dihasilkan. Salah satu efek pemupukan yang sangat
bermanfaat yaitu meningkatnya kesuburan tanah yang
menyebabkan tingkat produksi tanaman menjadi relatif stabil serta
meningkatkan daya tahan tanaman terhadap serangan hama dan
penyakit serta pengaruh iklim yang tidak menguntungkan.
c. Alat dan bahan
Alat
: Ember, Mangkuk penakar.
Bahan : Pupuk majemuk NPK mg (12 : 12 : 17 : 2).
d. Prosedur kerja1) Lokasi pemupukan ditentukan.
2) Alat, bahan dan tenaga kerja disiapkan.
3) Pupuk dari karung di gudang penyimpanan dibawa di kebun
dan diletakkan didalam ember lalu diambil dengan mangkuk
penakar yang bervolume 1 kg.
4) Lalu pupuk ditaburkan disekitar piringan sebanyak 1 mangkuk
per pokok tanaman dengan jarak 50 cm dari tanaman atau
sepanjang ujung tajuk tanaman (Lampiran 2).
e. Hasil kerja
Frekuensi kerja untuk tiga hari kerja, mahasiswa melakukan kegiatan pemupukan sebanyak 75 pokok.
f. Pembahasan
Kegiatan pemupukan yang dilakukan petani telah sesuai dengan pedoman yang ada. Karena salah satu efek pemupukan yang sangat bermanfaat yaitu meningkatnya kesuburan tanah yang menyebabkan tingkat produksi tanaman menjadi relatif stabil serta meningkatkan daya tahan tanaman terhadap serangan hama dan penyakit serta pengaruh iklim yang tidak menguntungkan.
B. Perawatan Tanaman Menghasilkan (TM)
Di tanaman menghasilkan perawatan tanaman merupakan salah satu tindakan yang sangat penting dan menentukan masa produktif tanaman. Perawatan bukan hanya ditujukan terhadap tanaman, tetapi juga pada media tumbuh (tanah). Walaupun tanaman dirawat dengan baik, tetapi perawatan tanah diabaikan maka tidak akan banyak memberi manfaat.
Kegiatan perawatan tanaman menghasilkan di antaranya adalah sebagai berikut :
1. Tunas Pemeliharaan (Pruning)
Pemangkasan atau disebut juga penunasan adalah pembuangan daun – daun tua atau yang tidak produktif pada tanaman kelapa sawit. Pada tanaman muda sebaiknya tidak dilakukan pemangkasan kecuali dengan maksud mengurangi penguapan oleh daun pada saat tanaman akan dipindahkan dari pembibitan ke areal perkebunan (Fauzi et al. 2007).
a. Tujuan
Tujuan dari pruning atau pemangkasan adalah sebagai
berikut :
1) Memperbaiki sirkulasi udara di sekitar tanaman sehingga dapat
membantu proses penyerbukan secara alami.
2)Mengurangi penghalangan perkembangan buah dan kehilangan
brondolan buah terjepit pada pelepah daun.
3) Membantu dan mempermudah aktivitas panen.
4) Mengurangi perkembangan epifit.
5) Proses metabolisme tanaman dapat berjalan lancar, terutama proses fotosintesis dan respirasi (Fauzi et al. 2007).
b. Dasar teori
Tunas pemeliharaan adalah kegiatan pemotongan pelepah daun dengan alat dodos atau egrek, dengan rotasi sebaiknya 8 bulan sekali. Pada saat penunasan harus diusahakan sampai batas songgo 2 sehingga setelah penunasan pelepah daun masih tersisa 48 - 56 pelepah. Bekas tunasan harus dekat dengan pokok kelapa sawit (Fauzi
et al. 2007). c. Alat dan bahan
Alat
: Dodos.
Bahan
: Pelepah kelapa sawit yang melebihi songgo 2.
d. Prosedur kerja
1) Penentuan lokasi yang pokoknya akan ditunas.
2) Lalu alat, bahan dan tenaga kerja disiapkan.
3) Pelaksanaannya :
a) Pelepah yang gondrong dipotong dengan menggunakan
dodos dengan hanya menyisakan songgo 2, potongan
pelepah dekat dengan pohon sekitar ±5 cm.
b) Lalu pelepah yang sudah terpotong disusun di gawangan
mati dengan arah membujur.
e. Hasil yang dicapai
Mahasiswa melaksanakan pengawasan penunasan dengan frekuensi tiga hari kerja, selama pengawasan petani berhasil menyelesaikan penunasan seluas 1 ha.
f. Pembahasan
Kegiatan penunasan (pruning) yang dilakukan dikebun ini telah sesuai dengan pedoman yang ada, karena menggunakan sistem 2 songgo sehingga setelah penunasan pelepah daun masih tersisa 48 - 56 pelepah.
2. Pemupukan
Pemupukan adalah salah satu tindakan perawatan tanaman
yang berpengaruh besar terhadap pertumbuhan dan produksi
tanaman. Pemupukan bertujuan untuk menambah ketersediaan unsur
hara di dalam tanah untuk kesuburan tanah. Selain itu pemupukan
juga bertujuan untuk menambah unsur hara yang dibutuhkan oleh
tanaman pada proses pertumbuhan vegetatif maupun generatif, serta
menambah daya tahan tanaman terhadap penyakit dan pengaruh
iklim yang tidak menguntungkan (Pahan, 2008).
Menurut Risza (2004), jenis pupuk yang dianjurkan dalam
budidaya kelapa sawit adalah : Pemupukan di TM ditentukan
berdasarkan rekomendasi pemupukan oleh balai penelitian PPM
dengan konsep keseimbangan hara (nutrien blance), dengan
faktor-faktor yang digunakan dalam penapsiran pemberian pupuk adalah :
Hasil analisa daun dan tanah, hasil pengamatan lapangan, potensi
produksi, pelaksanaan pemupukan sebelumnya, hasil percobaan
pemupukan pada tanaman kelapa sawit dan aspek finansial
Pelaksananan pemupukan akan mencapai sasaran apabila
dilakukan dengan prinsip 5T yaitu : Tepat jenis (sesuai kebutuhan),
tepat dosis (sesuai rekomendasi), tepat waktu (curah hujan 100-200
ml/bulan), tepat cara dengan penebaran merata melingkari piringan ±
30 cm dari tajuk tanaman serta terpupuk tuntas dan Tepat tempat.
Aplikasi Pupuk NPK Batang
Pupuk sawit NPK batang adalah pupuk khusus yang
diformulasikan untuk tanaman sawit, mengandung unsur hara makro
primer dan sekunder yang sangat dibutuhkan oleh tanaman sawit
dalam pertumbuhan dan produktivitas minyak nabati.
a. Tujuan
Pupuk NPK batang bersifat slow released dengan tujuan
agar terhindar dari resiko pupuk hilang akibat hanyut terbawa air
sehingga dapat dilakukan dalam segala cuaca. Selain itu pupuk
tersebut juga bertujuan untuk memudahkan pengecekan
lapangan, dengan melakukan test acak, maka akan terlihat jelas
bila pemukan dilakukan dengan benar atau tidak, dimana dengan
tabur akan sangat susah mengecek apakah pupuk telah ditabur
sesuai dengan berat yang direkomendasikan.
b. Dasar teori
Unsur N pada pupuk NPK batang merangsang pertumbuhan
tanaman secara keseluruhan, dan pembentukan zat hijau daun
yang berguna dalam fotosintesis. Uns ur P mempercepat
pembungaan, pemasakan buah dan biji. Unsur K banyak
terkandung dalam berbagai bagian tanaman. BA katalisator
dalam berbagai reksi biokimia. Bagian tanaman yang banyak
mengandung K adalah tandan buah terutama gagang, serabut
dan cangkang. Kekurangan K akan membatasi produksi
(Anonim, 2009).
c. Alat dan bahan
Alat
: Cangkul, gerobak roda tiga.
Bahan : Pupuk NPK batang 15 -15 -15.
d. Prosedur kerja1) Lokasi yang akan dipupuk ditentukan, dan ditentukan ditentukan berdasarkan rotasi pemupukan per semester.
2) Alat dan bahan disiapkan.
3) Pelaksanaan pemupukan :
a) Kardus - kardus pupuk diangkut dari gudang ke lahan menggunakan gerobak roda tiga.
b) Kardus berisi pupuk diecer ke pohon, 1 kardus berisi 60
batang pupuk, 1 pohon memerlukan 6 batang pupuk, jadi 1
kardus untuk 10 pohon. Berat pupuk per kardus adalah 10
kg, jika per batang seberat 0,6 g.
c) Pemupukan dilakukan dengan cara dibenamkan ke dalam
tanah, ± 15 – 20 cm dengan menggunakan cangkul sebagai
sarana pembuatan lubang. Kemudian pupuk dimasukka dan
ditutup kembali. Pemupukan dilakukan dengan cara pupuk
dimasukkan di dalam lubang dengan jarak 2/3 dari pelepah
daun terluar sebanyak 6 lubang (Lampiran 2).
e. Hasil yang dicapai
Mahasiswa melaksanakan kegiatan dan pengawasan
pemupukan selama tiga hari kerja. Selama kegiatan mahasiswa
melaksanakan pemupukan sebanyak 100 pokok, sedangkan
petani mampu melaksanakan pemupukan sebanyak 200 pokok.
f. PembahasanPemupuka di perkebunan ini telah sesuai dengan pedoman perawatan tanaman menghasilkan. Karena menggunakan pupuk yang di anjurkan, yang telah direkomendasikan oleh dinas terkait.
3. Pengendalian Hama dan Penyakit
Hama dan penyakit adalah salah satu faktor penting yang harus
diperhatikan dalam pembudidayaan tanaman kelapa sawit. Akibat
yang ditimbulkannya sangat besar, seperti penurunan produksi
bahkan kematian tanaman. Hama dan penyakit dapat menyerang
tanaman kelapa sawit mulai dari pembibitan hingga tanaman
menghasilkan. Sebagian besar hama yang menyerang adalah
golongan serangga (insekta) dan sebagian lagi golongan mamalia,
sedangkan penyakit yang menyerang kelapa sawit disebabkan oleh
mikroorganisme jamur, bakteri, dan virus (Fauzi et al. 2007).
Hama yang dikendalikan di PIR yaitu Insekta dan Larva Kumbang Tanduk (Oryctes Rhinoceros). Dan penyakit yang dikendalikan yaitu busuk tandan buah, busuk batang dan busuk akar.
a. Tujuan
Dalam kegiatan pengendalian hama dan penyakit bertujuan untuk mengendalikan populasi penyebaran hama dan penyakit didalam tanaman menghasilkan.
b. Dasar teori
Menurut Sastrosayono (2008), hama Kumbang Tanduk (Oryctes rhinoceros) dikendalikan dengan penyemprotan larutan Azodrin yang bersifat sistemik.
Penyakit busuk tandan buah menyerang tanaman yang berumur 3 – 10 tahun. Yang disebabkan jamur Marasmius palmivorous sharples. Menyerang pada buah yang matang dan dapat menembus daging buah, sehingga menurunkan kualitas minyak sawit. Pengendalian dengan disemprot Difolatan atau Actidone dengan konsentrasi 0,2% atau sebanyak 0,7 liter/ha dengan interval waktu 2 minggu sekali (Fauzi et al.
2007).
Penyakit busuk batang disebabkan oleh jamur Ganoderma, jamur ini akan menular ke tanaman yang sehat jika akrnya bersinggungan dengan tunggul – tunggul pohon yang sakit. Namun pengendaliannya sampai saat ini serangan penyakit tersebut belum mamapu diatasi dengan menggunakan pestisida (Fauzi et al. 2007).
Penyakit busuk akar disebabkan oleh jamur Phytium sp. Dikendalikan dengan cara memperhatikan media atau tanah untuk pembibitan, pemupukan, dan pemeliharaan (Fauzi et al. 2007).
c. Alat dan bahan
Bahan : Karbofuran / kapur barus, Jamur metarrhizium anisopline, Biofungisida Marfu – P, Difolatan 4 F dan air.
d. Prosedur kerja
1) Alat dan bahan disiapkan.
2) Sanitasi atau pembersihan sekitar piringan.
3) Pengendalian insektisida dengan pengaplikasian karbofuran
sebanyak 0,3 g ba / pohon atau 3 butir kapur barus dengan cara ditaburkan disekitar pohon.
4) Pengendalian Larva Kumbang Tanduk (Orycetes rhinoceros) dengan
pengaplikasian jamur merrhizium anisopline sebanyak 0,3 g ba / pohon dengan cara ditaburkan disekitar pohon.
5) Pengendalian penyakit Busuk Tandan Buah dengan menaburkan
Biofungisida Marfu – p sebanyak 500 g lalu ditimbun di dekat pokok batang atau disemprot dengan Difolatan 4 F dengan dosis 150 cc / kap solo (15 L air) dengan cara disemprotkan disekitar tanaman. 6) Pengendalian penyakit Busuk Batang dengan digunakan juga
Biofugisida Marfu – P dengan cara dan dosis yang sama.
7) Pengendalian busuk akar dengan pengaplikasian Tapak Timbun
(Lampiran 2).
e. Hasil yang dicapai
Frekuensi kerja untuk lima hari kerja, mahasiswa melakukan kegiatan pengendalian hama dan penyakit sebanyak 2 ha.
f. Pembahasan
Kegiatan pengendalian hama dan penyakit di kebun ini kurang sesuai dengan pedoman yang ada, dikarenakan pengendalian hama
dan penyakit tersebut telah ada yang sesuai dengan anjuran dan ada pula yang belum sesuai dengan anjuran.
C. Panen
Panen dan pengolahan hasil merupakan rangkaian terakhir dari kegiatan budidaya kelapa sawit. Kegiatan ini memerlukan teknik tersendiri untuk mendapatkan hasil yang berkualitas. Hasil panen utama dari tanaman kelapa sawit adalah buah kelapa sawit, sedangkan hasil pengolahan buah adalah minyak sawit.
Persiapan panen yang harus dilakukan sebelum melakukan pemanenan adalah :
- Persiapan alat
- Persiapan tenaga kerja - Persiapan areal
Ada beberapa tahapan dalam kegiatan memanen buah kelapa sawit adalah :
1. Potong Buah
a. Tujuan
Untuk memperoleh keuntungan dari hasil penjualan tandan
buah segar atau penjualan minyak kelapa sawit (MKS) dan inti
kelapa sawit (IKS) (Fadli dkk 2006).
b. Dasar teori
Menurut Fadli dkk (2006), panen adalah kegiatan berurut
yang meliputi pemotongan tandan buah segar (TBS), pengutipan
brondol, pemotongan dan penyusunan pelepah serta
pengangkutan dan penyusunan tandan dan brondol ke tempat
penumpukan hasil (TPH).
Untuk mencapai tujuan panen, kualitas dan kuantitas yang
tinggi, maka pelaksanaan ketentuan panen mencakup sistem
panen, rotasi panen, kriteria matang panen, persentase matang
panen dan persentase brondola n serta pelaksanaan angkut dan
pengolahan secepat mungkin (Sam’ani, 2008).
c. Alat dan bahan
Alat
: Dodos, pikulan, dan gerobak roda 3.
Bahan : Tandan buah segar (TBS), brondolan dan pelepah
kelapasawit.
d. Prosedur kerja
1) Pohon yang akan dipanen dibagi.
2) Alat dan Bahan disiapkan.
3) Pelaksanaan panen :
a) Petani memasuki kebun ke kelompok pohon yang telah
dibagi, pembagian didasarkan pada jumlah pohon yang
siap dipanen, sambil mengamati brondolan yang ada.
b) Jika dijumpai buah matang, maka pelepah dipotong dan
disisakan songgo 2 dan pelepah ditumpuk jadi satu.
c) Selanjutnya memotong buah dengan dodos lalu dipikul
menggunakan pikulan atau lagsung ditumpuk digerobak
roda 3 dan di bawa ke TPH.
d) Berondolan yang tersisa dikumpulkan dan ikut dibawa ke
TPH (Lampiran 2).
e. Hasil yang dicapai
Mahasiswa melaksanakan pengawasan panen selama tiga hari kerja. Selama pengawasan petani mampu memanen 2 ha.
f. Pembahasan
Kegiatan panen yang dilakukan diperkebunan ini kurang sesuai dengan pedoman panen pada budidaya tanaman kelapa sawit, karena langsung mengambil cara termudah yang memudahkan pekerjaan petani di lapangan tanpa mempraktekkan sesuai dengan teori yang ada.
2. Pengangkutan
a. Tujuan
Kegiatan pengangkutan bertujuan untuk mengangkut segera
mungkin Tandan Buah Segar (TBS) beserta berondolanya untuk
diolah di pabrik, sehingga diharapkan tidak terjadi restan buah.
b. Dasar teori
Pengangkutan buah (TBS dan brondolan) dari lapangan ke
pabrik harus segera dilakukan pada hari itu juga setelah buah
dipanen. Operasi pengangkutan saling mendukung dengan
operasi panen dan pengolahan, karena sipat pengoprasianya
merupakan 3 sub sistem induk yaitu Panen-Angkut-Olah (PAO).
Buah yang sudah ada di TPH harus sesegera mungkin diangkut
ke pabrik karena kalau buah sampai bermala m di kebun akan
menyebapkan Asam Lemak Bebas (ALB) meningkat dan
kandungan rendemen minyak menurun (Sam’ani, 2008)
c. Alat dan bahan
Alat
: Gerobak roda tiga, motor pikulan, mobil pick up, truk, dan
timbangan gantung.
Bahan
: TBS yang ada di TPH.
d. Prosedur kerja1) Alat dan bahan disiapkan.
2) Pelaksanaan pengangkutan :
a) TBS dan brondolan dari kebun dibawa ke penumpukan
menggunakan gerobak roda tiga atsu motor pikulan, lalu di
pindah ke pick up untuk dibawa di penumpukan di luar
kebun.
b) TBS dan brondolan yang telah tertumpuk di luar kebun
ditimbang menggunakan timbangan gantung apalbila dijual
ke pengumpul. Jika dijual ke pabrik langsung diangkat ke
truk untuk dibawa ke pabrik pengolahan di Muara Badak.
c) Penimbangan dan penghitungan hasil di lakukan di pabrik
(Lampiran 2).
e. Hasil yang dicapaiPengawasan pemuatan TBS dan brondolan dilaksanakan selama tiga hari kerja , selama pengawasan tidak semua TBS berhasil diangkut ke pabrik setiap hari melainksn ada yang bermalam di lokasi penumpukan buah atau di TPH.
f. Pembahasan
Kegiatan pengangkutan TBS dikebun ini kurang sesuai dengan pedoman pengangkutan budidaya tanaman kelapa sawit. Yaitu TBS sempat bermalam di TPH tidak langsung diangkut ke pabrik akan tetapi hal ini dikarenakan faktor jalan serta sarana transportasi yang agak sukar sehingga terjadi penundaan.