• Tidak ada hasil yang ditemukan

Kelainan Degeneratif SPINE Dr. Nuryani Sidarta,SpRM

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Kelainan Degeneratif SPINE Dr. Nuryani Sidarta,SpRM"

Copied!
55
0
0

Teks penuh

(1)

Kelainan Degeneratif

SPINE

(2)
(3)

Proses degeneratif sendi

(1)

• Dimulai pada usia dewasa, terus mengalami progresifitas lambat sepanjang hidup

• Terjadi perubahan bertahap permukaan

cartilago sendi (licin, bening  kasar dan granulasi)

• Kemampuan cartilago untuk regenerasi ; terbatas  proses degeneratif irreversible

(4)

LUMBER DEGENERATIVE

DISEASE

• DEGENERATION OF THE STRUCTURE OF THE SPINE IS A PROCESS

ASSOCIATED WITH AGING

• IT MAY BE ACCELERATED IN PATIENTS WITH PREVIOUS TRAUMA OR INJURY TO THE LUMBAR SPINE

• L4-L5 AND L5-S1 IS THE MOST

(5)

• DEGENERATIVE PROCESSES MAY AFFECT SEVERAL ANATOMIC

STRUCTURES, RESULTING IN

(6)

Proses degeneratif sendi

• Secara biokimiawi; Proteoglycan (komponen dasar matrix cartilago)  matrix melemah  serabut kolagen berkurang  kartilago

terobek-robek (fibrilasi)

• Cartilago sendi menjadi tidak efektif (fungsi

shock absorber dan lubrikasi) bertambah

rusak dengan adanya pembebanan dan friksi berulang yang terjadi pada aktivitas normal

(7)
(8)

Kelainan degeneratif spine

(1)

• Lebih sering terjadi pada columna vertebralis (spine) dibandingkan pada ekstremitas

• Karena beban tekanan (stress)/regangan

(strain) yang besar saat aktivitas sepanjang hidup

• Komponen pertama yang terkena: Discus intervertebralis

• Segmen cervical dan lumbal lebih sering menderita dibanding segmen thoracal

(9)

Fungsi sendi spine

(1,2)

• Tersusun oleh tulang vertebra yang tiap ruas memiliki 2 persendian, yaitu: – Sendi discus intervertebralis – Sepasang facies articularis (facet joint)

Moore KL, Dalley AF. Back. Clinically Oriented Anatomy. 5th ed. Lippincott William&Wilkins: Baltimore, 2006; 450

(10)

Sendi discus intervertebralis

• Termasuk sendi symphysis

• Membentuk sambungan antar 2 corpus vertebra

• Terdiri dari 3 bagian:

– Nucleus pulposus – Annulus fibrosis – Carilago hyaline

(11)
(12)

Moore KL, Dalley AF. Back. Clinically Oriented Anatomy. 5th ed. Lippincott William&Wilkins: Baltimore, 2006; 450

(13)

Moore KL, Dalley AF. Back. Clinically Oriented Anatomy. 5th ed. Lippincott William&Wilkins: Baltimore, 2006; 450

(14)

Facies articularis (facet

joint)

• Jenis sendi synovial ; diarthrosis  memiliki:

– Capsula fibrosa

– Membrana synovial – Cartilago articularis

(15)

Degenerative joint disease in SPINE

(1) Pada: Discus intervertebralisFacet jointAdanya cederaDeformitasBertambah usia

Gejala semakin berat (LOW BACK PAIN)

(16)
(17)

LOW BACK PAIN (LBP) (1,3)

• Low back; area di bawah costae sampai lipatan gluteal • Keluhan musculoskeletal paling sering terutama pada

pekerja dewasa  penyebab disability no 1

• Sekitar 80% populasi pernah mengalami selama masa kehidupan  ½ mengalami lebih dari 1 episode LBP • Sebagian besar “benigna” sembuh sendiri dalam 4

minggu

(18)

Etiologi

• Faktor mekanik; kelemahan otot trunk, obesitas, postur buruk, kebiasaan kerja yang salah

• Faktor kimia ; perokok

• Cedera spesifik : jatuh, KLL, cedera OR, mengangkat benda berat

• Kelainan struktur tulang belakang (Disc herniation/HNP, spondylosis, spondylolisthesis, spinal stenosis)

• Infeksi; osteomyelitis, epidural abses • Neoplasma ; primer, metastase

(19)

Disc Herniation /

Hernia Nucleus Pulposus

(3)

• Pada discus intervertebra yang mengalami degenerasi terjadi prolaps nucleus pulposus mendorong annulus fibrosus yang lemah

• Sering terjadi ke arah posterolateral • Pada imaging; bulging atau protrusi

• Sering terdapat pada individu dewasa yang asymptomatis • Hanya terdapat 1% pada penderita LBP

(20)

HNP

1. Dixit RK. Approach to the Patient with Low Back Pain. In: Imboden J, Hellmann DB, Stone JH.eds. Current Rheumatology

(21)
(22)

HNP

• 95% terjadi pada L4-L5 atau L5-S1

• Jika terjadi jepitan saraf dapat terjadi sciatica / ischialgia

• Perlu menggali riwayat penyakit dengan cermat • Diagnosis penunjang : MRI

• Hanya 10% penderita dengan penekanan saraf yang perlu operasi

• Sangat jarang terjadi usia >55 tahun (discus sudah mengeras)

(23)
(24)

Cauda equina syndrome

• Herniasi discus yang masiv pada

posteromedial  menekan cauda equina • Menyebabkan Cauda equina syndrome;

ischialgia bilateral, kelemahan otot, defisit sensoris pada saddle distribution

(25)

Lumbar spondylosis

(3)

• = osteoarthritis (OA) lumbal

• Dapat kronis eksaserbasi akut atau kronis

• Facet joint OA; nyeri radiasi ke paha posterior dan bertambah jika lateral bending ke arah sakit (= facet

syndrome)

• Insiden meningkat dengan bertambah usia

(26)

Pemeriksaan radiologi spondylosis

• Imaging; perubahan degeneratif (penyempitan facet atau disc,

osteophyt, subchondral sclerosis) • Relasi gambaran radiologi dengan

LBP cukup kompleks

– LBP berat  abnormalitas radiologi minimal

– Asymptomatis  abnormalitas radiologi nyata

(27)

Internal disc disruption

(3)

(masih kontroversi)

• Diagnosis menggunakan “discography” dengan injeksi zat kontras pada discus

• Yang dianalisa; gambaran radiografi dan rangsang nyeri yang ditimbulkan

• Sering hasil (+) pada orang normal

(asymptomatis) ; nyeri discogenic disebabkan kerusakan temporer pada discus yang akan

(28)

SPONDYLOLISTHESIS

(3)

• Bergesernya corpus vertebra ke anterior di banding corpus di

bawahnya

• Terjadi akibat:

– Perubahan degeneratif pada discus dan

facet joint (degenerative spondylolisthesis)

– Defect pada pars interarticularis (Isthmic

(29)

Spondylolisis

• Dapat menyebabkan spondylolisthesis

• Pemeriksaan fisik khusus :STORK test • Gambaran radiologi :scottie dog sign

(30)

Defect interarticularis

(31)
(32)

Derajat Spondylolisthesis

Derajat : 1. <25 % 2. 26-50% 3. 51-75% 4. 76-100% 5. >100%

(33)

Sering terjadi pada level

(tingkat)

• Isthmic tersering pada L5 - S1

• Degenerative tersering pada L4 – L5

(34)

Gejala

• Kebanyakan penderita spondylolisthesis derajat ringan; asymptomatis

• Sebagian mengalami LBP

• Derajat tinggi dapat menyebabkan;

penekanan saraf (biasanya L5), spinal stenosis

(35)

Spinal stenosis

(3) • Penyempitan canalis spinalis • Dapat menekan radix saraf lumbosacral

• Dapat terjadi pada beberapa tingkat • Dapat asymetris

Dixit RK. Approach to the Patient with Low Back Pain.

In: Imboden J, Hellmann DB, Stone JH.eds. Current Rheumatology Diagnosis&Treatment. Mc Graw Hill: Boston, 2005; 90

(36)

Gejala

• Dapat asymptomatis

• 20% individu asymptomatis usia > 60th;

gambaran spinal stenosis (radio imaging) (+) • Gejala khas; pseudoclaudication (neurogenic

claudication), biasanya bilateral ; nyeri dan tak

nyaman disertai kelemahan dan parestesi

daerah bokong serta tungkai, dapat terjadi pola jalan yang tidak stabil

(37)

Neurogenic claudication

• Neurogenic claudication timbul saat berdiri

dan berjalan, berkurang saat duduk atau flexi ke depan (fleksi anterior  meningkatkan

diameter canal)

• Gejala akan berkurang bertahap, tetapi ada yang bertambah berat

• Beberapa hipotesa penyebab:

– Terjadi karena berkurangnya suplai arteri ke cauda equina

(38)

Penyebab spinal stenosis

Dixit RK. Approach to the Patient with Low Back Pain.

In: Imboden J, Hellmann DB, Stone JH.eds. Current Rheumatology Diagnosis&Treatment. Mc Graw Hill: Boston, 2005; 89

(39)

Pemeriksaan neurogenic claudication

• Pemeriksaan fisik sering tidak nyata

• Tidak ditemukan defisit neurologis yang serius • Lingkup gerak Lumbal : normal atau sedikit

berkurang

• Straight leg raising test ; (-) • Reflex tendo; dapat turun • Kelemahan otot ringan • Konfirmasi dengan MRI

(40)

Straight leg raising

• Normal: > 700 ; tanpa

gejala

• (+) :< 700; sensasi

(41)

Idiopatik LBP

(3)

• Ditemukan pada 80% penderita LBP • Tidak ada relasi antara symptom,

sign dan hasil imaging

• Istilah lain; lumbago, strain, sprain • Kebanyakan akan sembuh sendiri

(42)
(43)
(44)
(45)
(46)
(47)
(48)
(49)
(50)
(51)
(52)
(53)
(54)
(55)

Referensi

Dokumen terkait

OPEC menyatakan bahwa permintaan atas minyak akan lebih tinggi dari perkiraan permintaan pada 2018, tetapi OPEC juga mengamati adanya kelebihan persediaan minyak pada 2018 yang

Model yang digunakan tersusun atas 2 faktor perlakuan, faktor A terdiri atas 3 taraf dan faktor B terdiri atas 3 taraf dengan ulangan sebanyak 3 kali sehingga disebut

Penelitian ini dapat menjadi bahan masukan bagi pihak pegawai PT.Super Hero Indonesia Jakarta khususnya pada General Manager (GM) tentang gaya kepemimpinan yang dapat

Kecenderungan defisit yang terjadi ini menunjukkan bahwa di Kota Palu memiliki curah hujan yang rendah, evapotranspirasi yang tinggi, sehingga ketersediaan air

DM tipe 2 adalah suatu penyakit dengan metabolisme karbohidrat yang tidak normal, muncul oleh karena defisiensi dan malfungsi reseptor insulin, dimana insulin menjadi hormon kunci

1.1 Dalam pelaksanaannya, peserta/asesi harus dilengkapi dengan peralatan/perlengkapan, dokumen, bahan serta fasilitas asesmen yang dibutuhkan serta dilakukan pada

Hasil wawancara yang dilakukan kepada pasien mengenai kendala pasien dalam melakukan teknik relaksasi nafas dalam untuk mengurangi nyeri pasca operasi fraktur

Perakaran dari LCC ini dapat meningkatkan aktifitas mikro organisme tanah yang mengakibatkan terbentuknya porositas tanah yang baik. Tajuk tanaman kelapa sawit juga