Kelainan Degeneratif
SPINE
Proses degeneratif sendi
(1)• Dimulai pada usia dewasa, terus mengalami progresifitas lambat sepanjang hidup
• Terjadi perubahan bertahap permukaan
cartilago sendi (licin, bening kasar dan granulasi)
• Kemampuan cartilago untuk regenerasi ; terbatas proses degeneratif irreversible
LUMBER DEGENERATIVE
DISEASE
• DEGENERATION OF THE STRUCTURE OF THE SPINE IS A PROCESS
ASSOCIATED WITH AGING
• IT MAY BE ACCELERATED IN PATIENTS WITH PREVIOUS TRAUMA OR INJURY TO THE LUMBAR SPINE
• L4-L5 AND L5-S1 IS THE MOST
• DEGENERATIVE PROCESSES MAY AFFECT SEVERAL ANATOMIC
STRUCTURES, RESULTING IN
Proses degeneratif sendi
• Secara biokimiawi; Proteoglycan (komponen dasar matrix cartilago) matrix melemah serabut kolagen berkurang kartilago
terobek-robek (fibrilasi)
• Cartilago sendi menjadi tidak efektif (fungsi
shock absorber dan lubrikasi) bertambah
rusak dengan adanya pembebanan dan friksi berulang yang terjadi pada aktivitas normal
Kelainan degeneratif spine
(1)
• Lebih sering terjadi pada columna vertebralis (spine) dibandingkan pada ekstremitas
• Karena beban tekanan (stress)/regangan
(strain) yang besar saat aktivitas sepanjang hidup
• Komponen pertama yang terkena: Discus intervertebralis
• Segmen cervical dan lumbal lebih sering menderita dibanding segmen thoracal
Fungsi sendi spine
(1,2)• Tersusun oleh tulang vertebra yang tiap ruas memiliki 2 persendian, yaitu: – Sendi discus intervertebralis – Sepasang facies articularis (facet joint)
Moore KL, Dalley AF. Back. Clinically Oriented Anatomy. 5th ed. Lippincott William&Wilkins: Baltimore, 2006; 450
Sendi discus intervertebralis
• Termasuk sendi symphysis
• Membentuk sambungan antar 2 corpus vertebra
• Terdiri dari 3 bagian:
– Nucleus pulposus – Annulus fibrosis – Carilago hyaline
Moore KL, Dalley AF. Back. Clinically Oriented Anatomy. 5th ed. Lippincott William&Wilkins: Baltimore, 2006; 450
Moore KL, Dalley AF. Back. Clinically Oriented Anatomy. 5th ed. Lippincott William&Wilkins: Baltimore, 2006; 450
Facies articularis (facet
joint)
• Jenis sendi synovial ; diarthrosis memiliki:
– Capsula fibrosa
– Membrana synovial – Cartilago articularis
Degenerative joint disease in SPINE
(1) Pada: Discus intervertebralis Facet joint Adanya cedera Deformitas Bertambah usiaGejala semakin berat (LOW BACK PAIN)
LOW BACK PAIN (LBP) (1,3)
• Low back; area di bawah costae sampai lipatan gluteal • Keluhan musculoskeletal paling sering terutama pada
pekerja dewasa penyebab disability no 1
• Sekitar 80% populasi pernah mengalami selama masa kehidupan ½ mengalami lebih dari 1 episode LBP • Sebagian besar “benigna” sembuh sendiri dalam 4
minggu
Etiologi
• Faktor mekanik; kelemahan otot trunk, obesitas, postur buruk, kebiasaan kerja yang salah
• Faktor kimia ; perokok
• Cedera spesifik : jatuh, KLL, cedera OR, mengangkat benda berat
• Kelainan struktur tulang belakang (Disc herniation/HNP, spondylosis, spondylolisthesis, spinal stenosis)
• Infeksi; osteomyelitis, epidural abses • Neoplasma ; primer, metastase
Disc Herniation /
Hernia Nucleus Pulposus
(3)• Pada discus intervertebra yang mengalami degenerasi terjadi prolaps nucleus pulposus mendorong annulus fibrosus yang lemah
• Sering terjadi ke arah posterolateral • Pada imaging; bulging atau protrusi
• Sering terdapat pada individu dewasa yang asymptomatis • Hanya terdapat 1% pada penderita LBP
HNP
1. Dixit RK. Approach to the Patient with Low Back Pain. In: Imboden J, Hellmann DB, Stone JH.eds. Current Rheumatology
HNP
• 95% terjadi pada L4-L5 atau L5-S1
• Jika terjadi jepitan saraf dapat terjadi sciatica / ischialgia
• Perlu menggali riwayat penyakit dengan cermat • Diagnosis penunjang : MRI
• Hanya 10% penderita dengan penekanan saraf yang perlu operasi
• Sangat jarang terjadi usia >55 tahun (discus sudah mengeras)
Cauda equina syndrome
• Herniasi discus yang masiv pada
posteromedial menekan cauda equina • Menyebabkan Cauda equina syndrome;
ischialgia bilateral, kelemahan otot, defisit sensoris pada saddle distribution
Lumbar spondylosis
(3)• = osteoarthritis (OA) lumbal
• Dapat kronis eksaserbasi akut atau kronis
• Facet joint OA; nyeri radiasi ke paha posterior dan bertambah jika lateral bending ke arah sakit (= facet
syndrome)
• Insiden meningkat dengan bertambah usia
Pemeriksaan radiologi spondylosis
• Imaging; perubahan degeneratif (penyempitan facet atau disc,
osteophyt, subchondral sclerosis) • Relasi gambaran radiologi dengan
LBP cukup kompleks
– LBP berat abnormalitas radiologi minimal
– Asymptomatis abnormalitas radiologi nyata
Internal disc disruption
(3)(masih kontroversi)
• Diagnosis menggunakan “discography” dengan injeksi zat kontras pada discus
• Yang dianalisa; gambaran radiografi dan rangsang nyeri yang ditimbulkan
• Sering hasil (+) pada orang normal
(asymptomatis) ; nyeri discogenic disebabkan kerusakan temporer pada discus yang akan
SPONDYLOLISTHESIS
(3)• Bergesernya corpus vertebra ke anterior di banding corpus di
bawahnya
• Terjadi akibat:
– Perubahan degeneratif pada discus dan
facet joint (degenerative spondylolisthesis)
– Defect pada pars interarticularis (Isthmic
Spondylolisis
• Dapat menyebabkan spondylolisthesis
• Pemeriksaan fisik khusus :STORK test • Gambaran radiologi :scottie dog sign
Defect interarticularis
Derajat Spondylolisthesis
• Derajat : 1. <25 % 2. 26-50% 3. 51-75% 4. 76-100% 5. >100%Sering terjadi pada level
(tingkat)
• Isthmic tersering pada L5 - S1
• Degenerative tersering pada L4 – L5
Gejala
• Kebanyakan penderita spondylolisthesis derajat ringan; asymptomatis
• Sebagian mengalami LBP
• Derajat tinggi dapat menyebabkan;
penekanan saraf (biasanya L5), spinal stenosis
Spinal stenosis
(3) • Penyempitan canalis spinalis • Dapat menekan radix saraf lumbosacral• Dapat terjadi pada beberapa tingkat • Dapat asymetris
Dixit RK. Approach to the Patient with Low Back Pain.
In: Imboden J, Hellmann DB, Stone JH.eds. Current Rheumatology Diagnosis&Treatment. Mc Graw Hill: Boston, 2005; 90
Gejala
• Dapat asymptomatis
• 20% individu asymptomatis usia > 60th;
gambaran spinal stenosis (radio imaging) (+) • Gejala khas; pseudoclaudication (neurogenic
claudication), biasanya bilateral ; nyeri dan tak
nyaman disertai kelemahan dan parestesi
daerah bokong serta tungkai, dapat terjadi pola jalan yang tidak stabil
Neurogenic claudication
• Neurogenic claudication timbul saat berdiri
dan berjalan, berkurang saat duduk atau flexi ke depan (fleksi anterior meningkatkan
diameter canal)
• Gejala akan berkurang bertahap, tetapi ada yang bertambah berat
• Beberapa hipotesa penyebab:
– Terjadi karena berkurangnya suplai arteri ke cauda equina
Penyebab spinal stenosis
Dixit RK. Approach to the Patient with Low Back Pain.
In: Imboden J, Hellmann DB, Stone JH.eds. Current Rheumatology Diagnosis&Treatment. Mc Graw Hill: Boston, 2005; 89
Pemeriksaan neurogenic claudication
• Pemeriksaan fisik sering tidak nyata
• Tidak ditemukan defisit neurologis yang serius • Lingkup gerak Lumbal : normal atau sedikit
berkurang
• Straight leg raising test ; (-) • Reflex tendo; dapat turun • Kelemahan otot ringan • Konfirmasi dengan MRI
Straight leg raising
• Normal: > 700 ; tanpa
gejala
• (+) :< 700; sensasi
Idiopatik LBP
(3)• Ditemukan pada 80% penderita LBP • Tidak ada relasi antara symptom,
sign dan hasil imaging
• Istilah lain; lumbago, strain, sprain • Kebanyakan akan sembuh sendiri