• Tidak ada hasil yang ditemukan

PEMETAAN TINGKAT PARTISIPASI ANGKATAN KE

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "PEMETAAN TINGKAT PARTISIPASI ANGKATAN KE"

Copied!
30
0
0

Teks penuh

(1)

PEMETAAN TINGKAT PARTISIPASI ANGKATAN KERJA (TPAK), TINGKAT KESEMPATAN KERJA DAN TINGKAT PENGANGGURAN

PROVINSI JAWA TENGAH TAHUN 2014

Untuk Memenuhi Tugas Matakuliah Sistem Informasi Geografi Terapan Pengembangan Sumber Daya Manusia dan Ketenagakerjaan

yang di bina Oleh : Purwanto, S.Pd, M.Si

LAPORAN

Disusun Oleh :

Nama : Al Istiqomah

NIM : 130722607356

Off/Minat : H/ Kependudukan dan Ketenagakerjan

JURUSAN GEOGRAFI FAKULTAS ILMU SOSIAL UNIVERSITAS NEGERI MALANG

(2)

BAB I PENDAHULUAN

1.1Latar Belakang

Pembangunan di Indonesia kini telah meningkatkan berbagai aspek kehidupan penduduk. Aspek sosial misalnya, dapat ditunjukkan adanya peningkatan pendidikan masyarakat pada umumnya, kependudukan, angka harapan hidup meningkat seiring dengan menurunnya angka kematian bayi dan fertilitas yang cenderung menurun terus. Sebagai akibat keberhasilannya program Keluarga Berencana dan masih banyak lagi. Namun sejak tahun 1997, Indonesia dan juga kawasan Asia dilanda bencana krisis moneter yang mengakibatkan terjadinya krisis ekonomi. (Pitartono,2012)

Pengalaman pada awal-awal terjadinya krisis ekonomi karena kondisi yang tidak memungkinkan banyak pekerja dan pengusaha yang kehilangan pekerjaan. Hal ini disebabkan karena usahanya yang semakin menciut atau bahkan gulung tikar. Kemudian banyak pekerja yang mengalami pemutusan hubungan kerja (PHK).

Masalah ketenagakerjaan adalah salah satu masalah pokok yang harus dihadapi oleh negara-negara berkembang seperti halnya Indonesia. Jumlah penduduk yang terus meningkat tanpa diikuti pertambahan lapangan pekerjaan selalu menjadi pemicu menjamurnya pengangguran.

Tingginya tingkat pengangguran dalam suatu negara dapat membawa dampak negatif terhadap perekonomian negara tersebut. Dimana, pengangguran akan menjadi beban tersendiri, tidak hanya bagi pemerintah, namun juga berdampak terhadap keluarga, lingkungan, dan lain sebagainya. Selain itu, tingginya tingkat pengangguran di suatu negara, dapat pula meningkatkan jumlah kriminilatias, menambah keresahan sosial, serta meningkatkan kemiskinan di dalam suatu Negara.

(3)

dibandingkan tahun 2012. (BPS Jawa Tengah, 2013). Jika tingkat pertumbuhan angkatan kerja lambat dan pertumbuhan lapangan kerja juga lambat, maka akan menyebabkan masalah pengangguran di Jawa Tengah.

Berdasarkan hal tersebut, maka kali ini peneliti akan mengkaji mengenai tingkat pengangguran di Jawa Tengah, dengan menghubungkan antara kesempatan kerja dengan tingkat partisipasi angkatan kerja (TPAK) Jawa Tengah pada tahun 2014. Selain itu juga memproyeksikan ketenagakerjaan di Jawa Tengah untuk mengetahui jumlah pengangguran, TPAK dan kesempatan kerja pada tahun 2014.

1.2Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang tersebut, rumusan masalah dalam penelitian ini adalah:

1.2.1 Bagaimanakah persebaran Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja (TPAK) di Jawa Tengah tahun 2014?

1.2.2 Bagaimanakah persebaran kesempatan kerja di Jawa Tengah tahun 2014? 1.2.3 Bagaimanakah persebaran pengangguran di Jawa Tengah tahun 2014?

1.2.4 Bagaimanakah hubungan antara Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja (TPAK),kesemptan kerja dan tingkat pengangguran di Jawa Tengah tahun 2014?

1.3Tujuan

Berdasarkan rumusan masalah tersebut,tujuan penelitian ini adalah:

1.3.1 Untuk mengetahui persebaran Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja (TPAK) di Jawa Tengah tahun 2014.

1.3.2 Untuk mengetahui persebaran kesempatan kerja di Jawa Tengah tahun 2014. 1.3.3 Untuk mengetahui persebaran pengangguran di Jawa Tengah tahun 2014. 1.3.4 Untuk mengetahui hubungan antara Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja

(4)

1.4Manfaat

Berdasarkan tujuan dari penelitian tersebut, maka manfaat penelitian ini adalah: 1.4.1 Bagi penulis, penelitian ini bermanfaat sebagai sarana untuk berlatih dalam

melakukan penelitian serta peka terhadap permasalahan-permasalahan Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja (TPAK),kesemptan kerja dan tingkat pengangguran di Jawa Tengah tahun 2014.

1.4.2 Bagi masyarakat, penelitian ini bermanfaat untuk mengetahui bagaimana Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja (TPAK),kesemptan kerja dan tingkat pengangguran di Jawa Tengah tahun 2014.

1.4.3 Bagi pemerintah, penelitian ini bermanfaat untuk memberikan informasi mengenai Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja (TPAK),kesemptan kerja dan tingkat pengangguran di Jawa Tengah tahun 2014.

1.5Ruang Lingkup

Ruang lingkup pada penelitian ini adalah:

1.5.1 Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja (TPAK) Jawa Tengah yang diketahui dari perbandingan antara angkatan kerja dengan penduduk usia kerja pada tahun 2014.

1.5.2 Kesempatan kerja di Jawa Tengah, yang diketahui dari selisih antara jumlah angkatan kerja dengan jumlah pengangguran di Jawa Tengah pada tahun 2014.

1.5.3 Tingkat pengangguran, yang diketahui dari perbandingan jumlah

pengangguran dengan jumlah angkatan kerja di Jawa Tengah pada tahun 2014

1.6Definisi Operasional

Definisi Operasional pada penelitian ini adalah: 1.6.1 Pemetaan

(5)

sosial kultural yang memilki ciri khas khusus dalam penggunaan skala yang tepat. (Soekidjo,1994 dalam Sugito, 2013)

1.6.2 Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja (TPAK)

Tingkat partisipasi angkatan kerja (TPAK) adalah perbandingan antara jumlah angkatan kerja dengan penduduk dalam usia kerja. Yang dimaksud dengan penduduk usia kerja adalah penduduk yang telah berusia 15-64 tahun yang berpotensi memproduksi barang dan jasa.

1.6.3 Kesempatan kerja

Kesempatan kerja dapat diartikan sebagai jumlah penduduk yang bekerja atau orang yang sudah memperoleh pekerjaan, semakin banyak orang yang bekerja semakin luas kesempatan kerja. (Esmara,1986 dalam Putu,2008)

1.6.4 Pengangguran

(6)

BAB II KAJIAN TEORI 2.1Pemetaan

Pemetaan adalah pengelompokkan suatu kumpulan wilayah yang berkaitan dengan beberapa letak geografis wilayah yang meliputi dataran tinggi, pegunungan, sumber daya dan potensi penduduk yang berpengaruh terhadap sosial kultural yang memilki ciri khas khusus dalam penggunaan skala yang tepat. (Soekidjo,1994 dalam Sugito, 2013).

Pengertian lain tentang pemetaan yaitu sebuah tahapan yang harus dilakukan dalam pembuatan peta. Langkah awal yang dilakukan dalam pembuatan data, dilanjutkan dengan pengolahan data, dan penyajian dalam bentuk peta (Juhadi dan Liesnoor, 2001 dalam Sugito, 2013)

Jadi, dari dua definisi diatas dan disesuaikan dengan penelitian ini maka pemetaan merupakan proses pengumpulan data untuk dijadikan sebagai langkah awal dalam pembuatan peta, dengan menggambarkan penyebaran kondisi alamiah tertentu secara meruang, memindahkan keadaan sesungguhnya kedalam peta dasar, yang dinyatakan dengan penggunaan skala peta.

Proses pemetaan

Proses pemetaan yaitu tahapan yang harus dilakukandengan perancangan sebuah peta. Menurut Intan Pernanasari (2007) dalam Sugito 2013, mengemukakan bahwa: ada 3 tahap proses dalam pemetaan yang harus dilakukan:

a.Tahap pengumpulan data

(7)

dikelompokkan dahulu menurut jenisnya seperti kelompok data kualitatif atau data kuantitatif.

Pengenalan sifat data sangat penting untuk simbolisasi atau penentuan dan pemilihan bentuk simbol, sehingga simbol tersebut akan mudah dibaca dan dimengerti. Setelah data dikelompokkan dalam tabel–tabel, sebelum diolah ditentukan dulu jenis simbol yang akan digunakan. Untuk data kuantitatif dapat menggunakan simbol batang, lingkaran, arsir bertingkat dan sebagainya, melakukan perhitungan-perhitungan untuk memperoleh bentuk simbol yang sesuai.

b. Tahap penyajian data

Langkah pemetaan kedua berupa panyajian data. Tahap ini merupakan upaya melukiskan atau menggambarkan data dalam bentuk simbol, supaya data tersebut menarik, mudah dibaca dan dimengerti oleh pengguna (users). Penyajian data pada sebuah peta harus dirancang secara baik dan benar supaya tujuan pemetaan dapat tercapai.

c. Tahap pengumpulan data

Tahap penggunaan peta merupakan tahap penting karena menentukan keberhasilan pembuatan suatu peta. Peta yang dirancang dengan baik akan dapat digunakan/dibaca dengan mudah. Peta merupakan alat untuk melakukan komunikasi, sehingga pada peta harus terjalin interaksi antar pembuat peta (map maker) dengan pengguna peta (map users). Pembuat peta harus dapat merancang peta sedemikian rupa sehingga peta mudah dibaca, diinterpretasi dan dianalisis oleh pengguna peta. Pengguna harus dapat membaca peta dan memperoleh gambaran informasi sebenarnya dilapangan (real world).

2.2Sistem Informasi Geografis (SIG)

(8)

menganalisa, dan menampilkan data dalam suatu informasi berbasis geografis. (Sugandi,2009)

SIG mempunyai kemampuan untuk menghubungkan berbagai data pada suatu titik tertentu di bumi, menggabungkannya, menganalisa dan akhirnya memetakan hasilnya. Aplikasi SIG menjawab beberapa pertanyaan seperti: lokasi, kondisi, trend, pola, dan pemodelan. Kemampuan inilah yang membedakan SIG dari sistem informasi lainnya. Dilihat dari definisinya, SIG adalah suatu sistem yang terdiri dari berbagai komponen yang tidak dapat berdiri sendiri-sendiri. (Sugandi,2009)

Jadi secara umum, SIG merupakan suatu sistem komputer yang memiliki empat kemampuan utama dalam menangani data, yakni :

a. memasukan data (Input Data). b. mengeluarkan data / informasi.

c. Manajemen data (penyimpanan dan pemanggilan data). d. Analisis dan manipulasi data.

Komponen Utama

Komponen utama SIG terdiri atas : 1. Hardware

Hardware SIG teridiri dari komputer, GPS, Printer, Plotter, dan lain-lain. Dimana perangkat keras ini berfungsi sebagai media dalam pengolahan/pengerjaan SIG. Mulai dari tahap pengambilan data hingga ke produk akhir baik itu peta cetak, CD, danlain-lain.

2. Software

Software SIG merupakan sekumpulan program applikasi yang dapat memudahkan kita dalam melakukan berbagai macam pengolahan data, penyimpanan, editing, hingga layout, ataupun analisis keruangan.

3. Brainware

(9)

mengolah berbagai macam data keruangan (data spasial) untuk suatu tujuan tertentu.

4. Data Spasial

Data dan Informasi spasial atau keruangan merupakan bahan dasar dalam SIG. Data ataupun realitas di dunia/alam akandiolah menjadi suatu informasi yang terangkum dalam suatu sistem berbasis keruangan dengan tujuan-tujuan tertentu. Tingkat keberhasilan dari suatu kegiatan SIG dengan tujuan apapun itu sangat bergantung dari interaksi ke empat faktor ini. Jika salah satunya pincang maka hasilnyapun tidak akan ada gunanya. (Sugandi,2009)

Data Spasial

Data spasial mempunyai dua bagian penting yang membuatnya berbeda dari data lain, yaitu informasi lokasi dan informasi atribut yang dapat dijelaskan sebagai berikut:

1. Informasi lokasi atau informasi spasial. Contoh yang umum adalah informasi lintang dan bujur, termasuk diantaranya informasi datum dan proyeksi. Contoh lain dari informasi spasial yang bisa digunakan untuk mengidentifikasikan lokasi misalnya adalah Kode Pos.

2. Informasi deskriptif (atribut) atau informasi non spasial. Suatu lokalitas bisa mempunyai beberapa atribut atau properti yang berkaitan dengannya ; contohnya jenis bencana, kependudukan, pendapatan per tahun,dan lain-lain.

Model Aplikasi SIG

Aplikasi SIG sudah hampir menyentuh seluruh sendi-sendi kehidupan, terutama dalam bidang perencanaan pembangunan, kesehatan, pertanian, militer, sosial budaya, hingga politik. (Sugandi,2009). Dibawah ini disajikan beberapa contoh model aplikasi SIG saat ini:

(10)

Penggunaan teknologi SIG dalam bidang kebencanaan paling umum adalah untuk memetakan kawasan-kawasan rawan atau beresiko bencana, peta jalur evakuasi, peta rencana kontigensi, dll.

Bidang Kesehatan

Bidang kesehatan juga telah menggunakan teknologi GIS dalam membantu efektifitas pengambilan kebijakan dalam meningkatkan pelayanan kesehatan ataupun dalam rangka menanggulangi wabah penyakit tertentu. Memetakan sebaran pusat-pusat pelayan kesehatan masyarakat (Rumah sakit, puskesmas, hingga posyandu atau pustu), sebaran kepadatan penduduk, sebaran pemukiman kumuh, dan lain sebagainya.

Bidang Perencanaan Pembangunan

Sektor inilah yang paling giat dalam menggunakan teknologi SIG, dimana hal ini sangat memudahkan para perencana dalam mengelola data dan informasi yang sedemikian banyak dan berseri. Sehingga membantu mereka dalam mengefisienkan biaya, waktu dan tenaga serta memudahkan dalam mengambilk kebijakan-kebijakan yang efektif untuk diterapkan di lingkungan atau daerah perencanaannya. Umumnya mereka menggunakan tenolgi sig untuk membuat peta-peta kondisi eksisting, kemudian peta-peta kesesuaian lahan baik untuk pertanian, penempatan fasilitas tertentu, industri, ataupun perencanaan jaringan jalan.

2.3Pengangguran

Pengangguran merupakan suatu ukuran yang dilakukan jika dalam kegiatan produktif yaitu menghasilkan barang dan jasa. Angkatan kerja ini terdiri dari golongan yang bekerja dan golongan yang menganggur. Golongan yang bekerja (employed persons) merupakan sebagian masyarakat yang sudah aktif dalam kegiatan yang menghasilkan barang dan jasa. Sedangkan sebagian masyarakat lainnya yang tergolong siap bekerja dan mencari pekerjaan termasuk dalam golongan menganggur.

(11)

sesungguhnya tidak terlibat atau tidak berusaha terlibat dalam kegiatan produksi. Kelompok bukan angkatan kerja ini terdiri dari golongan yang bersekolah, golongan yang mengurus rumah tangga, dan golongan lain yang menerima pendapatan. Pekerja tidak dibayar adalah seseorang yang bekerja membantu usaha untuk memperoleh penghasilan/keuntungan yang dilakukan oleh salah seorang rumah tangga atau bukan anggota rumah tangga tanpa mendapat upah/gaji seseorang tidak memiliki pekerjaan tetapi mereka sedang melakukan usaha secara aktif dalam empat minggu terakhir untuk mencari pekerjaan (Kaufman dan Hotchkiss,1999).

Pengangguran merupakan suatu keadaan di mana seseorang yang tergolong dalam angkatan kerja ingin mendapatkan pekerjaan tetapi merekabelum dapat memperoleh pekerjaan tersebut (Sadono Sukirno, 1994). Pengangguran dapat terjadi disebabkan oleh ketidakseimbangan pada pasar tenaga kerja. Hal ini menunjukkan bahwa jumlah tenaga kerja yang ditawarkan melebihi jumlah tenaga kerja yang diminta. Menurut Sadono Sukirno (1994), pengangguran adalah suatu keadaan di mana seseorang yang tergolong dalam angkatan kerja ingin mendapatkan pekerjaan tetapi belum dapat memperolehnya. Seseorang yang tidak bekerja, tetapi tidak secara aktif mencari pekerjaan tidak tergolongsebagai penganggur.

(12)

2.4TPAK (Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja)

Menurut Sadono (2004:18), angkatan kerja adalah jumlah tenaga kerja yang terdapat dalam suatu perekonomian pada suatu waktu tertentu. Angkatan kerja terdiri atas golongan yang bekerja, dan golongan yang menganggur yang sedang mencari pekerjaan, Sedangkan yang dimaksud dengan bukan angkatan kerja adalah mereka yang masih sekolah, golongan yang mengurus rumah tangga, dan golongan lain-lain atau penerima pendapatan. Sedangkan, Tingkat partisipasi angkatan kerja (TPAK) adalah perbandingan antara jumlah angkatan kerja dengan penduduk dalam usia kerja. Yang dimaksud dengan penduduk usia kerja adalah penduduk yang telah berusia 15-64 tahun yang berpotensi memproduksi barang dan jasa. Sebelum tahun 2000, Indonesia menggunakan patokan seluruh penduduk berusia 10 tahun ke atas untuk kategori usia kerja (lihat hasil Sensus Penduduk 1971, 1980 dan 1990). Namun sejak Sensus Penduduk 2000 dan sesuai dengan ketentuan internasional, penduduk usia kerja adalah yang telah berusia 15 tahun atau lebih.

TPAK merupakan ukuran tingkat partisipasi penduduk dalam angkatan kerja yang dapat memberikan gambaran yang jelas sampai seberapa jauh sebenarnya penduduk yang termasuk usia kerja ( sepuluh tahun keatas) benar-benar aktif didalam bekerja dan tidak aktif bekerja. Jadi TPAK perbandingan antara angkatan kerja penduduk dalam usia kerja. Semakin besar jumlah penduduk usia kerja akan menyebabkan semakin besarnya angkatan kerja. Untuk menghitung tingkat partisipasi angkatan kerja (TPAK) dapat digunakan rumus sebagai berikut :

TPAK = � � � � �

� � � � � %

Semakin besar tingkat partisipasi angkatan kerja merupakan dampak dari semakin besar jumlah angkatan kerja. Begitupun sebaliknya, semakin besar jumlah penduduk yang bukan angkatan kerja (masih bersekolah dan mengurus rumah tangga) semakin kecil jumlah angkatan kerja, yang membuat persentase TPAK juga mengecil.

(13)

banyak masyarakat yang produktif, maka akan menghasilkan output yang tinggi pula yang mempengaruhi PDB. Begitu pun pada pendapatan per kapita. meningkatnya TPAK suatu daerah, berarti meningkat pula pendapatan perkapita dan tingkat konsumsi yang mempengaruhi pertumbuhan ekonomi. (Rasydi,2010)

Faktor-faktor yang mempengaruhi tingginya TPAK meliputi :

a. Jumlah penduduk bersekolah dan mengurus rumah tangga hubungan antara TPAK dan jumlah penduduk yang masih berekolah adalah semakin besar jumlah penduduk yang bersekolah, semakin kecil junlah angkatan kerja yang berarti semakin kecil TPAK.Tingkat umur Umur berkaitan dengan TPAK, dengan adanya kenyataan bahwa penduduk berumur muda umumnya mempunyai tanggung jawab yang tidak begitu besar sebagai pencari nafkah untuk keluarga dan mereka umumnya bersekolah.

b. Tingkat upah

Kaitan antara tingkat upah TPAK adalah melalui kenyataan bahwa semakin tinggi tingkat upah dalam masyarakat, semakin banyak anggota keluarga yang tertarik masuk pasar kerja atau dengan kata lain semakin tinggi TPAK.

c. Tinggi pendidikan

Tingkat pendidikan berhubungan dengan TPAK karena semakin tinggi tingkat pendidikan semakin banyak waktu yang disediakan untuk bekerja.

2.5Kesempatan Kerja

Kesempatan kerja secara umum diartikan sebagai suatu keadaan yang mencerminkan jumlah dari total angkatan kerja yang dapat diserap atau ikut serta aktif dalam kegiatan perekonomian. Kesempatan kerja adalah penduduk usia 15 tahun keatas yang bekerja atau disebut pekerja.

(14)

kegiatan ekonomi, dengan demikian kesempatan kerja mencakup lapangan pekerjaan yang sudah diisi dan kesempatan kerja juga dapat diartikan sebagai partisipasi dalam pembangunan.

(15)

BAB III METODE

3.1 Rancangan Penelitian

Rancangan penelitian merupakan segala sesuatu yang mencakup tentang pendekatan yang digunakan dalam penelitian. Penelitian ini menggunakan pendekatan deskriptif kuantitatif, yaitu pengukuran yang cermat terhadap fenomena sosial tersetu. Penggunaan rancangan pendekatan ini diharapkan dapat mengetahui variable-variabel terhadap fenomena yang akan diteliti secara mendalam. Berikut adalah diagram alur dari penelitian ini:

Angkatan

(16)

3.2 Lokasi Penelitian

Penelitian ini dilakukan di Provinsi Jawa Tengah, yang memiliki 35 Kabupaten.

No Kabupaten No Kabupaten

Alat dan bahan yang digunakan adalah : 3.3.1 Alat

1. Data Jumlah Angkatan Kerja Prov. Jawa Tengah tahun 2014 2. Data jumlah pengangguran Prov. Jawa Tengah tahun 2014

(17)

4. Data jumlah tenaga kerja Prov. Jawa Tengah tahun 2014 5. Data penduduk usia kerja Prov. Jawa Tengah tahun 2014

6. Data hasil perhitungan Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja (TPAK) Prov. Jawa Tengah tahun 2014

7. Data hasil perhitungan kesempatan kerja Prov. Jawa Tengah tahun 2014

3.4 Jenis dan Sumber Data 3.4.1 Jenis Data

Jenis data dalam penelitian ini adalah data kuantitatif, yaitu data yang dikumpulkan berupa angka-angka yang berhubungan dengan permasalahan yang dibahas. Misalkan, jumlah angkatan kerja, jumlah tenaga kerja, dan lain-lain. 3.4.2 Sumber Data

Sumber data dalam penelitian ini adalah sumber data sekunder,yaitu data yang diperoleh bukan dari pihak pertama melainkan dari pihak-pihak tertentu yang terkait dengan penelitian ini. data berupa dokumentasi terkait dengan peta Jawa Tengah serta data yang berasal dari instansi pemerintah provinsi jawa tengah,yaitu berasal dari Badan Pusat Statistik Provinsi Jawa Tengah.

3.5 Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data berupa teknik dokumentasi/kepustakaan, yaitu teknik memperoleh data dengan mempelajari dokumen-dokumen yang berhubungan dengan permasalahan yang diteliti.

Teknik pengumpulan data dilakukan karena data yang di peroleh berasal dari dokumen-dokumen yang merupakan data sekunder. Data ini diperoleh dari data BPS Provinsi Jawa Tengah tahun 2014.

3.6 Teknik Analisis Data

(18)

dalam pembuatan Pemetaan Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja (TPAK), Tingkat Kesempatan Kerja Dan Tingkat Pengangguran Provinsi Jawa Tengah Tahun 2015-2020 adalah menggunakan rumus-rumus sebagai berikut:

3.6.1 Rumus menghitung tingkat pengangguran adalah sebagai berikut :

Tingkat Pengangguran : �ℎ � �� �� �

�ℎ � � � � � � %

3.6.2 Rumus menghitung Tingkat Partisiapasi Angkatan Kerja:

TPAK = � � � � �

� � � � � %

3.6.3 Rumus menghitung Kesempatan Kerja

Kesempatan kerja = Jumlah Angkatan Kerja − Jumlah Pengangguran (Rusli, Said. 1989)

3.6.4 Proyeksi dengan menggunakan Software Spektrum 3.6.5 Pemetaan menggunakan ArcMap

Setelah semua data diperoleh, kemudian dipetakan menggunakan ArcMap. Setelah dipetakan maka dapat diketahui persebaran Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja (TPAK), Tingkat Kesempatan Kerja Dan Tingkat Pengangguran Provinsi Jawa Tengah Tahun 2014,yang kemudian nantinya dianalisis hasil dari pemetaan tersebut.

(19)

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Persebaran Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja (TPAK) di Jawa Tengah tahun 2014.

TPAK merupakan ukuran tingkat partisipasi penduduk dalam angkatan kerja yang dapat memberikan gambaran yang jelas sampai berapa jauh sebenarnya penduduk yang termasuk usia kerja (15 tahun ke atas) benar- benar aktif di dalam bekerja dan tidak aktif bekerja. Jadi TPAK perbandingan antara angkatan kerja dan penduduk dalam usia kerja. Semakin besar jumlah penduduk usia kerja akan menyebabkan semakin besarnya angkatan kerja.

TPAK merupakan ukuran tingkat partisipasi penduduk dalam angkatan kerja yang dapat memberikan gambaran yang jelas sampai seberapa jauh sebenarnya penduduk yang termasuk usia kerja ( sepuluh tahun keatas) benar-benar aktif didalam bekerja dan tidak aktif bekerja.Berikut adalah tabel Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja di Jawa Tengah tahun 2014.

Tabel 4.1 Hasil perhitungan angka TPAK Provinsi Jawa Tengah tahun 2014

No Kab/Kota Angkatan Kerja PUK TPAK (%)

1 Kab Cilacap 780.345 1.233.991 63,24

2 Kab Banyumas 779.804 1.213.250 64,27

3 Kab Purbalingga 463.847 653.727 70,95

4 Kab Banjarnegara 500.421 605.440 82,65

5 Kab Kebumen 646.434 866.899 74,57

6 Kab Purworejo 368.602 538.585 68,44

7 Kab Wonosobo 419.388 567.530 73,90

8 Kab Magelang 668.142 931.057 71,76

9 Kab Boyolali 543.310 726.169 74,82

10 Kab Klaten 630.300 894.546 70,46

(20)

12 Kab Wonogiri 534.725 747.653 71,52

13 Kab Karanganyar 449.704 646.348 69,58

14 Kab Sragen 479.572 671.266 71,44

15 Kab Grobogan 751.484 1.006.699 74,65

16 Kab Blora 446.214 651.368 68,50

17 Kab Rembang 322.111 472.756 68,13

18 Kab Pati 649.323 942.338 68,91

19 Kab Kudus 449.416 624.845 71,92

20 Kab Jepara 590.514 866.831 68,12

21 Kab Demak 552.014 813.507 67,86

22 Kab Semarang 568.870 755.120 75,34

23 Kab Temanggung 430.682 561.269 76,73

24 Kab Kendal 501.077 703.513 71,22

25 Kab Batang 395.629 551.993 71,67

26 Kab Pekalongan 436.970 628.597 69,52

27 Kab Pemalang 641.579 927.833 69,15

28 Kab Tegal 652.338 1.024.804 63,65

29 Kab Brebes 844.001 1.294.882 65,18

30 Kota Magelang 64.382 94.007 68,49

31 Kota Surakarta 275.191 401.830 68,48

32 Kota Salatiga 92.268 141.356 65,27

33 Kota Semarang 889.295 1.299.596 68,43

34 Kota Pekalongan 151.553 218.618 69,32

35 Kota Tegal 119.475 183.567 65,09

Jumlah 7.634.941 17.547.026 69,85%

Sumber: Hasil perhitungan

(21)

adalah sebesar 69,85%. Semakin tinggi penduduk usia kerja maka semakin tinggi pula angkatan kerjanya. Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja yang tinggi ada di Kabupaten Banjarnegara, dengan TPAK sebesar 82,65% hal ini disebabkan oleh jumlah angkatan kerjanya tinggi yaitu sebesar 500.421 jiwa dari jumlah penduduk usia kerjanya sebesar 605.440 jiwa. Karena jumlah penduduk yang tidak bekerja sedikit, sedangkan jumlah penduduk usia kerjanya juga sedikit, sehingga tingkat pastisipasi angkatan kerjanya tinggi. Sedangkan penduduk yang memiliki TPAK rendah adalah Kabupaten Cilacap, dengan TPAK sebesar 63,24%, dari jumlah penduduk usia kerja sebesar 1.233.991 jiwa yang angkatan kerja atau yang sudah bekerja hanya sebesar

780.345jiwa, jadi masih banyak penduduk yang belum mendapatkan pekerjaan. Berdasarkan perhitungan tersebut, rata-rata tingkat partisipasi angkatan kerja di Jawa Tengah tahun 2014 adalah sebesar 70,08% yang masuk dalam kategori sedang. Berikut adalah persebaran TPAK di Jawa Tengah tahun 2014.

Gambar 4.1. Peta Persebaran TPAK di Jawa Tengah tahun 2014

(22)

disebabkan karena banyaknya penduduk yang belum bekerja dan jumlah penduduk usia kerjanya tinggi. Sedangkan TPAK yang tinggi menyebar di Jawa Tengah bagian utara yang digambarakan warna biru agak tua, yaitu sekitar Kabupaten Pekalongan,Pemalang dan sekitarnya. Sedangkan yang rendah berada di Jawa Tengah bagian timur yang digambarkan dengan warna biru agak muda, yaitu sekitar Kabupaten Rembang, Pati, Jepara, Kudus, Blora,Demak,Semarang, Karanganyar, Sukoharjo, dll. TPAK sangat tinggi berada di Kabupaten Banjarngara, Grobogan,Kebumen, Kota Semarang,Boyolali dll, yang digambarkan dengan warna biru tua.

Persebaran TPAK yang tinggi sampai sangat tingggi yang digambarkan oleh warna biru sampai biru tua berada di Jawa Tengah bagian tengah, hal ini disebabkan karena jumlah penduduk usia kerjanya yang tingi serta diikuti dengan tingginya angkatan kerja. Sedangkan yang rendah sampai sangat rendah atau sedang berada di Jawa Tengah bagian barat dan timur yang digambarkan dengan warna biru muda, hal ini disebabkan oleh sedikitnya penduduk usia kerja dan rendahnya jumlah angkatan kerja. Jadi, semakin rendah penduduk usia kerja dan diikuti dengan rendahnya tingkat partisipasi angkatan kerja maka TPAKnya rendah. Sedangkan semakin tinggi penduduk usia kerja dan diikuti dengan tinginya angkatan kerja maka akan semakin tinggi pula TPAKnya. Sehingga dapat dikatakan bahwa tinggi rendahnya TPAK itu berbanding lurus antara penduduk usia kerja dengan angkatan kerja.

(23)

Tabel 4.2 Hasil perhitungan angka Kesempatan Kerja Provinsi Jawa Tengah tahun 2014

Jumlah 17.547.026 996.344 16.550.682 100,00%

(24)

Berdasarkan perhitungan kesempatan kerja tersebut dapat diketahui bahwa jumlah pangangguran yang ada di Jawa Tengah sebesar 996.344 jiwa dengan kesempatan kerja sebesar 16.550.682 jiwa. Kesempatan kerja yang tertinggi berada di Kota Semarang, yaitu sebesar 4,96% dari jumlah kesempatan kerja di Jawa Tengah. Angkatan kerja yang terserap di Kota Semarang tersmasuk tinggi yaitu sebesar 889.295 jiwa sedangkan yang menganggur adalah sebesar 68.978 jiwa. Sehingga kesempatan kerjanya tinggi, karena jumlah angkatan kerja yang terserap atau ikut daalam kegiatan perekonomian adalah tinggi. Sedangkan kesempatan kerja yang rendah berada di Kota Magelang yaitu sebesar 0,36% dari jumlah seluruh kesempatan kerja yang ada di Jawa Tengah. Rata-rata kesempatan kerja di Jawa Tengah adalah sebesar 2,86% dengan jumlah kesempatan kerja atau jumlah angkatan kerja yang terserap dalam sebagai tenaga kerja adalah sebesar 16.550.682 jiwa. Berikut adalah peta persebaran kesempatan kerja yang ada di Jawa Tengah tahun 2014.

Gambar 4.2. Peta persebaran Kesempatan Kerja di Jawa Tengah tahun 2014

(25)

Kabupaten yang ada di jawa Tengah bagian barat, yaitu sekitar kabupaten Cilacap, Brebes,Kebumen, Tegal, Pemalang,Banyumas, dan lain-lain. Sedangkan yang memiliki kesempatan kerja rendah adalah berada di Jawa Tengah bagian tengah yang digambarkan dengan warna ungu muda dan terang yang menyebar di Jawa Tengah bagian tengah dan timur, yaitu berada di Kabupaten Pekalongan, Wonosobo, Purbalingga, Purworejo,Rembang, Blora. Tinggi rendahnya kesempatan kerja dipengaruhi oleh jumlah angkatan kerja dan jumlah pengangguran, jika angkatan kerjanya tinggi dan penganggurannya rendah, maka kesempatan kerjanya tinggi. akan tetapi apabila angkatan kerjanya rendah dan penganggurannya tinggi, maka kesempatan kerjanya juga rendah.

4.3 Persebaran Tingkat Pengangguran Provinsi Jawa Tengah tahun 2014

Pengangguran adalah istilah untuk orang yang tidak bekerja sama sekali, sedang mencari kerja, bekerja kurang dari dua hari selama seminggu, atau seseorang yang sedang berusaha mendapatkan pekerjaan. Tingkat pengangguran terbuka diukur sebagai persentase jumlah penganggur/pencari kerja terhadap jumlah angkatan kerja. Berikut adalah tabel perhitungan tingkat pengangguran di Jawa Tengah tahun 2014:

Tabel 4.3 Hasil perhitungan angka Pengangguran Provinsi Jawa Tengah tahun 2014

(26)

14 Kab Sragen 28.954 479.572 6,04%

(27)

sedangkan Berikut adalah peta persebaran tingkat pengangguran di Jawa Tengah tahun 2014.

Gambar 4.3. Peta Persebaran Pegangguran di Jawa Tengah tahun 2014

Peta tersebut menggambarkan tentang persebaran tingkat pengangguran yang ada di Jwa Tengah pada tahun 2014. Berdasarkan peta tersebut dapat diketahui tingkat pengangguran tertinggi berada di Jawa Tengah bagian utara, yaitu berada di Kabupaten Brebes, Tegal, Pekalongan, Pemalang,Batang, Kendal dan lain-lain yang digambarkan dengan menggunakan warna orange tua. Sedangkan tingkat pengangguran yang rendah menyebar di Jawa Tengah bagian selatan, yaitu berada di Kabupaten Wonogiri, Kranganyar,Temanggung, Kebumen, Klaten, dan lain-lain. Sedangkan di Jawa Tengah bagian timur rata-rata memiliki tingkat pengangguran yang sedang, yaitu sekitar Kota Semarang, Grobogan, dan lain-lain. Tingginya tingkat pengangguran dipengaruhi oleh rendahnya kesempatan kerja yang ada di Jawa Tengah.

(28)

4.4 Hubungan antara TPAK, Kesempatan Kerja dan Pengangguran di Provinsi Jawa Tengah tahun 2014

Tingkat partisiapasi angkatan kerja merupakan ukuran tingkat partisipasi penduduk dalam angkatan kerja yang dapat memberikan gambaran yang jelas sampai berapa jauh sebenarnya penduduk yang termasuk usia kerja (15 tahun ke atas) benar- benar aktif di dalam bekerja dan tidak aktif bekerja.

Kesempatan kerja secara umum diartikan sebagai suatu keadaan yang mencerminkan jumlah dari total angkatan kerja yang dapat diserap atau ikut serta aktif dalam kegiatan perekonomian. Kesempatan kerja adalah penduduk usia 15 tahun keatas yang bekera atau disebut pekerja.

Sedangkan pengangguran adalah istilah untuk orang yang tidak bekerja sama sekali, sedang mencari kerja, bekerja kurang dari dua hari selama seminggu, atau seseorang yang sedang berusaha mendapatkan pekerjaan.

(29)

BAB V PENUTUP

5.1 Kesimpulan

Berdasarkan hasil dan pembahasan tersebut, maka kesimpulan dari penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja yang tinggi ada di Kabupaten Banjarnegara, dengan TPAK sebesar 82,65%, sedangkan penduduk yang memiliki TPAK rendah adalah Kabupaten Cilacap, dengan TPAK sebesar 63,24%, dari jumlah penduduk usia kerja sebesar 1.233.991 jiwa yang angkatan kerja atau yang sudah bekerja hanya sebesar 780.345 jiwa, jadi masih banyak penduduk yang belum mendapatkan pekerjaan. Persebaran TPAK yang tinggi sampai sangat tingggi berada di Jawa Tengah bagian tengah.

2. Kesempatan kerja yang tertinggi berada di Kota Semarang, yaitu sebesar 4,96% dari jumlah kesempatan kerja di Jawa Tengah. Sedangkan kesempatan kerja yang rendah berada di Kota Magelang yaitu sebesar 0,36% dari jumlah seluruh kesempatan kerja yang ada di Jawa Tengah. Rata-rata kesempatan kerja di Jawa Tengah adalah sebesar 2,86% dengan jumlah kesempatan kerja atau jumlah angkatan kerja yang terserap dalam sebagai tenaga kerja adalah sebesar 16.550.682 jiwa

3. Tingkat pengangguran yang paling tinggi yaitu berada di Kabupaten Brebes dengan tingkat penganggurannya sebesar 9,53%. Sedangkan untuk tingkat pengangguran yang rendah berada di Kabupaten Temanggung dengan tingkat penganggurannya sebesar 3,19%. Rata-rata pengangguran yang ada di Jawa Tengah adalah sebesar 5,63%, dengan jumlah angkatan kerjanya sebesar 996.344 jiwa dan jumlah angkatan kerjanya sebesar 17.547.026 jiwa.

(30)

DATAR RUJUKAN

Alghofari,Farid.2008. Analisis Tingkat Pengangguran Di Indonesia Tahun 1980-2007. Semarang:Undip

Badan Pusat Statistik, 2008. Jawa Tengah Dalam Angka 2014. Semarang

Irianto,2015. Kajian Tentang Pertumbuhan Penduduk , Angkatan Kerja,

Kesempatan Kerja dan Pengangguran Di Provinsi Nusa Tenggara Barat. GaneÇ Swara Vol. 9 No.1 Maret 2015. NTB: Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi AMM Mataram

Pitartono,Ronny.2012.Analisis Tingkat Pengangguran Di Jawa Tengah Tahun 1997-2012. Semarang: Universitas Diponegoro

Putu, Ayu. 2008. Analisis Kesempatan Kerja Sektoral Di Kabupaten Bangli dengan Pendekatan Pertumbuhan Berbasis Ekspor. Piramida Vol V No. 1. Bali: Jurusan Ekonomi Pembangunan Fakultas Ekonomi Universitas Udayana. Rahman, Abdur. 2011. Inderaja Dan Sistim Informasi Geografis Perairan

(Gmkb604). Banjarbaru: Universitas Lambung Mangkurat.

Rasydi,Anwar. 2010. Pengaruh Produk Domestik Bruto (PDB) Dan Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja (Tpak) Terhadap Kemiskinan Di Indonesia.

Jakarta: Uin Syarif Hidayatullah

Rusli, Said. 1989. Pengantar Ilmu Kependudukan. Jakarta: LP3ES

Sugandi.2009. Sistem Infomasi Geografis. Fakultas Ilmu Pendidikan: Universitas Ilmu Pendidikan.

Sugito, Nanin. 2013. Survey dan Pemetaan. Jakarta: Universitas Pendidikan Inonesia.

Syahruddin, dkk.2003. Perencanaan Kesempatan Kerja Repelita VII Sumatera Barat. Kanwil Depnaker Propinsi Sumatera Barat dan Pusat Studi Kependudukan, Padang.

Gambar

Tabel 4.1 Hasil perhitungan angka TPAK Provinsi Jawa Tengah tahun 2014
Gambar 4.1. Peta Persebaran TPAK di Jawa Tengah tahun 2014
Tabel 4.2 Hasil perhitungan angka Kesempatan Kerja Provinsi Jawa Tengah tahun 2014
Gambar 4.2. Peta persebaran Kesempatan Kerja di  Jawa Tengah tahun 2014
+3

Referensi

Dokumen terkait

TPAK (Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja) yang merupakan ukuran produktivitas penduduk pada Tahun 2008 mencapai 55,83 %. Peningkatan TPAK hanya dapat dilakukan bila

ANALISIS PENGARUH AGLOMERASI INDUSTRI, TINGKAT PARTISIPASI ANGKATAN KERJA (TPAK) DAN NILAI OUTPUT INDUSTRI TERHADAP LAJU PERTUMBUHAN EKONOMI KAB/KOTA DI PROPINSI JAWA TENGAH

Sejalan dengan peningkatan jumlah penduduk bekerja, tingkat partisipasi angkatan kerja (TPAK) mengalami peningkatan sebesar 2,89 persen yaitu dari 67,94 persen pada Februari

responden dengan tingkat partisipasi rendah berjumlah sebanyak 53 persen, penduduk dengan tingkat partisipasi sedang berjumlah 37 persen, dan penduduk dengan tingkat

Fungsi yang terbentuk menyerupai persamaan regresi dengan TPAK perempuan antar kabupaten diduga dipengaruhi oleh variabel pen- duduk mengurus rumah tangga (MRT), usia

Terselesaikannya skripsi dengan judul “Pengaruh Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja (TPAK) dan Pendapatan Asli Daerah (PAD) terhadap Pembiayaan Perbankan Syariah

Secara parsial menunjukkan bahwa tingkat partisipasi angkatan kerja tidak mempunyai pengaruh yang kuat untuk bisa meningkatkan pertumbuhan ekonomi, sedangkan kepadatan

Hasil penelitian dengan taraf signifikansi 5% menunjukkan bahwa variabel PDRB perkapita berpengaruh positif signifikan sedangkan tingkat partisipasi angkatan kerja