• Tidak ada hasil yang ditemukan

LAPORAN AKHIR PRAKTIKUM FISIKA DASAR UMUM I PENGGUNAAN ALAT UKUR DASAR

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "LAPORAN AKHIR PRAKTIKUM FISIKA DASAR UMUM I PENGGUNAAN ALAT UKUR DASAR"

Copied!
32
0
0

Teks penuh

(1)

LAPORAN AKHIR PRAKTIKUM FISIKA DASAR UMUM I

“PENGGUNAAN ALAT UKUR DASAR”

Tanggal Pengumpulan : Sabtu, 24 September 2016 Tanggal Praktikum : Senin, 19 September 2016 Waktu Praktikum : 11.10 - 12.50 WIB

Nama ` : Nur Apriliani Rachman

NIM : 11160162000062

Kelompok/Kloter : 4 (empat)/ 1 (satu) Nama Anggota :

1. Muslihah Amelia (11160162000063) 2. Rifdah Noviyanti (11160162000064) 3. Intan Septia A. (11160162000065)

Kelas : Pendidikan Kimia 1B

LABORATORIUM FISIKA DASAR PROGRAM STUDI PENDIDIKAN KIMIA FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA 2016

(2)

PENGGUNAAN ALAT UKUR DASAR A. Tujuan Praktikum

1. Mahasiswa dapat menggunakan alat-alat ukur dasar fisika dengan benar serta sesuai standar

2. Mahasiswa dapat mengetahui prinsip kerja alat ukur dasar fisika

3. Mahasiswa dapat mengukur benda dengan alat ukur yang sesuai 4. Mahasiswa dapat menentukan ketelitian dan batas ukur dari

setiap alat tersebut

5. Mahasiswa dapat lebih memahami konsep materi besaran pokok dalam perkuliahan Fisika Umum

6. Mahasiswa dapat mengetahui fungsi dan cara menggunakan beberapa alat ukur

7. Mengetahui perhitungan Standar Deviasi (SD)

B. Dasar Teori

Pengukuran adalah membandingkan sesuatu yang sedang diukur dengan besaran lain yang ditetapkan sebagai satuan. Sesuatu yang dapat diukur dan dapat dinyatakan dengan angka disebut besaran, sedangkan pembanding dalam suatu pengukuran disebut satuan. Satuan yang digunakan untuk melakukan pengukuran dengan hasil yang sama atau tetap untuk semua orang

(3)

disebut satuan baku. Satuan yang digunakan untuk melakukan pengukuran dengan hasil berbeda disebut satuan tidak baku. Pengukuran dilakukan untuk mendapatkan informasi data secara kuantitatif. Hasil dari pengukuran mengenai data atau informasi dalam bentuk angka, uraian maupun pernyataan tertentu haruslah akurat. Pengukuran yang akurat merupakan bagian yang penting dalam fisika.

Dalam pengukuran terdapat besaran pokok dan besaran turunan. Besaran pokok yaitu besaran yang satuannya telah didefinisikan terlebih dahulu yang terdiri dari panjang, massa, waktu, suhu, kuat arus, jumlah mol, dan intensitas zat. Besaran turunan yaitu besaran yang satuannya diperoleh dari turunan besaran pokok yang terdiri dari luas, percepatan, kecepatan, tekanan, usaha, massa jenis, momentum, dan volume.

Berikut ini table datanya :

No

Besaran Pokok Satuan Internasional(SI)

Alat Ukur Nama Besaran Simbol Besaran Nama Satuan Simbol satuan Dimensi 1 Panjang L Meter M L Mistar,Jangka Sorong,Mikrometer Sekrup

2 Massa M Kilogram Kg M Neraca

(4)

4 Suhu T Kelvin K Termometer

5

Kuat

Arus I Ampere A I Amperemeter

6

Intentitas

Cahaya J Candela Cd J Lightmeter

7

Jumlah

Zat N Mol Mol N -

Pada saat melakukan pengukuran digunakan alat ukur yang sesuai dengan objek yang akan diukur. Misalnya mengukur massa suatu benda menggunakan neraca Ohauss. Untuk mengukur panjang menggunakan mistar, jangka sorong, dan micrometer sekrup.

1. Pengukuran dengan micrometer sekrup

Micrometer sekrup memiliki ketelitian 0,01 mm atau 0,001 cm. micrometer sekrup digunakan untuk mengukur benda yang mempunyai ukuran kecil dan tipis, seperti mengukur diameter kawat dan ketebalan plat. Bagian-bagian dari micrometer adalah rahang putar, skala utama, skala putar (geser).

2. Jangka sorong

Jangka sorong merupakan alata ukur yang mempunyai batas ukur atau skala maksimal sampai 15 cm dengan ketelitiannya 0,05 cm. Jangka sorong dapat digunakan untuk mengukur

(5)

diameter luar dan diameter dalam suatu benda seperti cincin dan tutup botol, mengukur panjang dan kedalaman suatu benda.

3. Neraca Ohauss

Ada beberapa alat ukur dari besaran pokok massa, salah satunya neraca ohaus. Neraca ini mempunyai fungsi khusus untuk menimbang barang dengan ketelitian mencapai 0,01 gram. Tentu saja berat yang dapat diukur dengan alat ini adalah benda dengan massa yang cukup kecil.

Neraca ini terbagi menjadi 2 jenis yaitu:

1. Neraca Ohaus Dua Lengan Ada dua lengan dengan wadah kecil dari logam untuk

menimbang. Lengan satu digunakan untuk meletakkan benda/logam yang akan ditimbang, lengan dua untuk meletakkann bobot timbangan. Jadi, neraca ini masi hmemerlukan pemberat untuk ukuran timbangannya. Cara menggunakan neraca ohaus dua lengan sama seperti menggunakan timbangan biasa. Yang perlu diperhatikan adalah memastikan bahwa timbangan dalam posisi seimbang sebelum dilakuan pengukuran massa.

2. Neraca Ohauss Tiga Lengan Seperti namanya, neraca ini mempunyai tiga lengan dan

(6)

yang dalam bahasa inggris disebut Ohaus Triple Beam ini mempunyai bagian-bagian sebagai berikut :

1. Lengan Depan. Memiliki anting logam yang dapat digeser dengan skala 0, 1, 2, 3,….., 10 gram. Masing-masing skala bernilai 1 gram.

2. Lengan Tengah. Tiap skala dalam lengan ini bernilai 10 gram. 3. Lengan belakang, sama halnya seperti lengan depan dan tengah dengan nilai tiap skalanya 100 gram dari 100 gram hingga 500 gram (setengah kilogram).

3. Neraca Ohauss Empat lengan. Bagian-bagian neraca ini sama halnya dengan neraca ohauss tiga lengan, hanya saja neraca ini memiliki lengan empat dimana lengan depan memiliki anting logam yang dapat digeser dengan skala 0,1; 0,2; 0,3;…;1,0

(Anonim, 2016, http://www.elsmandagiri.com)

4. Mistar

Anonim (2016, http://www.edu.anashir.com) “Mistar atau

penggaris adalah alat ukur panjang yang sering digunakan . alat ukur ini memiliki skala terkecil 1 mm atau 0,1 cm. mistar memiliki ketelitian setengah dari skala terkecilnya yaitu 0,5 mm. “

(7)

5. Multimeter

Multimeter biasa digunakan untuk mengukur tegangan, kuat arus, dan hambatan. Disebut multimeter karena didalam satu alat ada 3 kegunaan. Ada Voltmeter, Ohmmeter dan Ampermeter.

C. Alat dan Bahan

No. Gambar Nama Alat dan Bahan

1. Mikrometer Sekrup (1

buah)

(8)

3 Neraca 4 lengan (1 buah) 4 Mistar (1 buah) 5

Botol air mineral (1 buah)

(9)

6

Uang logam Rp1.000 (4 buah)

7 Power Supply (1 buah)

(10)

9. Resistor 50 Ω (1 buah) 10. Kabel penghubung (4 buah) D. Langkah Percobaan

Percobaan 1 : Penggunaan micrometer sekrup

1. Tentukan Nilai Skala Terkecil (NST) dan Skala Maksimum (SM) micrometer sekrup

2. Sebelum melakukan percobaan dan pengukuran, lakukan pengenolan pada micrometer sekrup yang digunakan. Caranya dengan memutar skala geser ke atas dan perhatikan

(11)

pada skala utamanya apakah garis panjang angka 0 sudah berimpit pada garis panjang angka 0 pada skala putar.

3. Tentukan Nilai Skala Terkecil (NST) dan Skala Maksimum (SM) micrometer sekrup

4. Putarlah skala nonius ke bawah dan perkirakan diameter uang logam yang akan diukur.

5. Masukkan benda yang akan diukur ke dalam rahang tetap dan putarlah skala nonius (ke atas atau ke bawah) sampai uang logam menemukan titik yang tepat (tidak dapat di putar kembali).

6. Lihat skala utama kemudian catat di table pengamatan (membaca alat ukur harus dengan posisi yang tegak lurus, artinya tidak boleh dari arah serong maupun terbalik agar mendapatkan hasil pengukuran yang akurat)

7. Selanjutnya, lihat skala putar (dengan posisi tegak lurus) dan catat kembali hasilnya di table pengamatan.

8. Lakukan langkah 2-6 sebanyak 3 kali pengulangan.

9. Ukurlah ketebalan uang logam dengan cara dan pengulangan yang sama

Percobaan 2 : Penggunaan Jangka Sorong

1. Tentukan Nilai Skala Terkecil (NST) dan Skala Maksimum (SM) jangka sorong

2. Sebelum melakukan percobaan dan pengukuran, lakukan pengenolan pada jangka sorong yang digunakan. Caranya

(12)

geser skala nonius ke ke kiri dengan memutar kuncinya terlebih dahulu dan perhatikan pada skala utamanya apakah garis panjang angka 0 sudah berimpit pada garis panjang angka 0 pada skala nonius.

3. Tentukan Nilai Skala Terkecil (NST) dan Skala Maksimum (SM) jangka sorong

4. Geserlah skala nonius ke kanan dan perkirakan diameter tutup botol yang akan diukur.

5. Masukkan tutup botol yang akan diukur ke dalam rahang tetap dan geserlah skala nonius (ke kiri atau ke kanan) sampai tutup botol menemukan titik yang tepat (tidak dapat di putar kembali).

6. Lihat skala utama kemudian catat di table pengamatan (membaca alat ukur harus dengan posisi yang tegak lurus, artinya tidak boleh dari arah serong maupun terbalik agar mendapatkan hasil pengukuran yang akurat)

7. Selanjutnya, lihat skala putar (dengan posisi tegak lurus) dan catat kembali hasilnya di table pengamatan.

8. Lakukan langkah 2-6 sebanyak 3 kali pengulangan.

9. Ukurlah dimeter dalam tutup botol dengan cara dan pengulangan yang sama

10. Untuk mengukur kedalaman botol, menggunakan bagian yang ada di ekor jangka sorong bentuknya seperti penggaris

(13)

11. Tarik dan masukkan ke dalam botol (harus tegak lurus) serta catat hasil pengamatannya. Lakukanlah 3 kali pengulangan

Percobaan 3 : Penggunaan Neraca 4 Lengan

1. Tentukan Nilai Skala Terkecil (NST) dan Skala Maksimum (SM) neraca 4 lengan

2. Lakukan pengenolan dilihat dari setimbangnya garis pembatas di sebelah kanan dan catat berapa beratnya saat itu (dilihat dengan posisi tegak lurus)

3. Letakkan benda yang akan ditimbang beratnya dalam percobaan ini uang logam Rp1.000

4. Geser skala terdepan, jika posisi neraca masih belum setimbang, geser ring skala kedua dengan menggeser skala terdepan terlebih dahulu

5. Skala terdepan dijadikan pertimbangan jika letak garis pembatas kurang sedikit tepat

6. Catat hasil pengamatan

7. Lakukan pengulangan langkah 2-6 sebanyak 3 kali

Percobaan 4 : Penggunaan Mistar

1. Tentukan Nilai Skala Terkecil (NST) dan Skala Maksimum (SM) mistar

(14)

2. Letakkan uang logam di atas tempat yang datar atau rata agar data yang didapat bisa akurat

3. Letakkan mistar dengan NST 0,1 cm diatas uang logam dan lihat berapa angka yang didapat (dengan posisi tegak lurus) 4. Catat hasil pengamatan

5. Lakukan pengulangan langkah 2-4 sebanyak 3 kali

6. Lakukan pula pada pengukuranmistar dengan NST 0,5 mm

Percobaan 5 : Penggunaan Multimeter

1. Sebelum melakukan percobaan dan pengukuran, lakukan pengenolan pada multimeter yang digunakan.

2. Tentukan Nilai Skala Terkecil (NST) dan Skala Maksimum (SM) multimeter

3. Rangkailah resistor, kabel penghubung, power supply, dan multimeter

4. Percobaan pertama, rangkaian dipasang seri. Ukurlah tegangan dan arus disetiap resistor menggunakan multimeter 5. Percobaan kedua, memasang resistor secara pararel. Ukurlah

arus dan tegangan disetiap resistor menggunakan multimeter 6. Lakukan pengukuran sebanyak 3 kali pengulangan

7. Catatlah hasil pengamatan pada table

(15)

1. Mikrometer Sekrup

Alat Ukur Nilai Skala Terkecil (NST)

Skala Maksimum (SM)

Micrometer Sekrup 0.01 mm 25 mm

Ulangan Diameter Uang Logam (m) Ketebalan Uang Logam (m) SU SN x NST Diameter SU SN x NST Tebal 1 23,5 x 0,05 x = 0,05 x 23,55 x 0,26 x 1,26 x 2 23,5 x 0,05 x = 0,05 x 23,55 0,26 x 1,26 x 3 23,5 x 5 x 0,01 mm = 0,05 x 23,55 x 0,26 x 1,26 x 2. Jangka Sorong

Alat Ukur Nilai Skala Terkecil (NST)

Skala Maksimum (SM)

Jangka Sorong 0.05 mm 15 cm

Ulangan Diameter Dalam Tutup Botol (m) Diameter luar tutup botol (m) Kedalaman Botol (m) SU + (SN x NST) SU + (SN x NST) SU + (SN x NST) 1 2,4 cm + (1x 0,05 mm) = 2,405 x 3 cm + (7,5 x 0,05) = 3,0375 x 15,6 cm + (5 x 0,05 mm) = 15,625 x 2 2,4 cm + (1x 0,05 mm) = 2,405 x 3 cm + (7,5 x 0,05) = 3,0375 x 15,6 cm + (5 x 0,05 mm) = 15,625 x

(16)

3 2,4 cm + (1x 0,05 mm) = 2,405 x 3 cm + (7,5 x 0,05) = 3,0375 x 15,6 cm + (5 x 0,05 mm) = 15,625 x 3. Neraca 4 Lengan

Alat Ukur Nilai Skala Terkecil (NST)

Skala Maksimum (SM)

Neraca 4 Lengan 0,01 gr 311 gr

Ulangan Massa Uang Logam (kg)

1 20 gr – 9 gr = 11 gr = kg

2 27,1 gr – 10,4 gr = 16,7 gr = kg 3 27,1 gr – 10,4 gr = 16,7 gr = kg

4. Mistar

Alat Ukur Nilai Skala Terkecil (NST)

Skala Maksimum (SM)

Mistar 0,1 cm / 0,5 mm 30 cm

Ulangan Diameter Uang Logam Rp1.000

NST 0,1 cm NST 0,5 mm

1 2,4 cm = 24 x m 2,4 cm = 24 x m 2 2,4 cm = 24 x m 2,4 cm = 24 x m

(17)

3 2,4 cm = 24 x m 2,4 cm = 24 x m

5. Multimeter

Ulangan Tegangan (V) Kuat Arus (A)

1 11,73 V 0,23 A

2 11,62 V 0,23 A

3 11,65 V 0,23 A

F. Pengolahan Data

 Tabel 1 (Penggunaan dengan micrometer sekrup) Diketahui NST Mikrometer Sekrup = 0,01 mm

SD (Standar Deviasi) =

SD pada micrometer sekrup = = 0,005 mm = 0,005 x m

- Pada pengukuran diameter uang logam Rp1.000 Didapatkan hasil :

a) 23,55 x m

b) 23,55 x m

c) 23,55 x m

(18)

= = 23,55 x m Rerata SD

- Pada pengukuran ketebalan uang logam Rp1.000 Didapatkan hasil :

a) 1,26 x m

b) 1,26 x m

c) 1,26 x m

Dari 3 kali pengulangan, rerata ketebalan uang logam :

=

= 1,26 x m

Rerata SD

 Tabel 2 (Penggunaan dengan Jangka Sorong) Diketahui NST Jangka Sorong = 0,05 mm

SD (Standar Deviasi) =

23,55 x m + 0,005 x m = 23,555 x m 23,55 x m - 0,005 x m = 23,495 x m

1,26 x m - 0,005 x m = 1,255 x m 1,26 x m - 0,005 x m = 1,265 x m

(19)

SD pada jangka sorong = = 0,025 mm = 0,025 x m

 Pada pengukuran diameter dalam tutup botol Didapatkan hasil :

a) 2,405 x m

b) 2,405 x

c) 2,405 x

Dari 3 kali pengulangan, rerata diameter dalam tutup botol:

=

= 2,405 x m

Rerata SD

- Pada pengukuran diameter luar tutup botol Didapatkan hasil :

a) 3,0375 x m

b) 3,0375 x m

c) 3,0375 x m

Dari 3 kali pengulangan, rerata diameter luar tutup botol:

= = 9,1125x m 24,05 x m - 0,025 x m = 24,025 x m 24,05 x m + 0,025 x m = 24,075 x m

(20)

Rerata SD

 Pada pengukuran kedalaman botol Didapatkan hasil :

a) 15,625 x m

b) 15,625 x m

c) 15,625 x m

Dari 3 kali pengulangan, rerata kedalaman botol :

= = m

Rerata SD

 Tabel 3 (Penggunaan dengan Neraca 4 Lengan) Diketahui NST Neraca 4 Lengan= 0,05 mm

SD (Standar Deviasi) =

SD pada neraca 4 lengan = = 0,005 mm = 5 x gr

 Pada pengukuran uang logam Rp1.000 Didapatkan hasil :

0,91125 x m - 0,025 x m = 0,88625 x m 0,91125 x m + 0,025 x m = 0,93625 x m

1,5625 x m + 0,025 x m = 1,5875 x m

(21)

a) 11 x gr b) 16,7 x gr c) 16,7 x gr

Dari 3 kali pengulangan, rerata uang logam Rp1.000 :

=

= gr Rerata SD

 Tabel 4 (Pengukuran menggunakan Mistar) Diketahui NST Mistar = 0,1 cm

SD (Standar Deviasi) =

SD pada mistar = = 0,05 cm = 0,5 x m

 Pada pengukuran mistar Didapatkan hasil :

a) 24 m

b) 24 m

c) 24 m

Dari 3 kali pengulangan, rerata mistar :

= = m Rerata SD 14,8 x gr - 5 x gr = 9,8 x gr 14,8 x gr + 5 x gr = 19,8 x gr 24 x m + 0,5 x m = 24,5x m 24 x m - 0,5 x m = 23,5x m

(22)

Diketahui NST Mistar = 0,5 mm

SD (Standar Deviasi) =

SD pada mistar = = 0,25 mm = 0,25 x m

- Pada pengukuran mistar Didapatkan hasil :

a) 24 m

b) 24 m

c) 24 m

Dari 3 kali pengulangan, rerata mistar :

= = m Rerata SD G. Pembahasan

Pada praktikum pemakaian alat ukur dasar kali ini, kami melakukan 4 buah percobaan dengan alat ukur yang berbeda-beda, yaitu mikrometer sekrup, jangka sorong, neraca 4 lengan, dan mistar. Adapun yang kami ukur yaitu ketebalan uang logam, diameter uang logam, diameter dalam tutup botol, diameter luar tutup botol, kedalaman botol, dan massa uang logam.

24 x m + 0,25 x m = 24,25x m

(23)

Sebelum melakukan pengukuran, kami menghitung NST (Nilai Skala Terkecil) pada masing-masing alat ukur tersebut. NST suatu alat ukur adalah jarak antara dua skala berdekatan pada alat ukur. Dengan mengetahui NST nya, dapat diketahui ketelitian alat tersebut. Dimana ketelitian alat merupakan setengah dari skala terkecilnya. Dengan mengetahui ketelitian suatu alat, kita dapat menentukan alat yang mana saja yang sebaiknya dipakai dalam pengukuran yang akan kita lakukan.

Kami telah melakukan pengulangan sebanyak tiga kali pada setiap percobaan dan variabenya. Dimana terdapat beberapa hasil yang berbeda pada pengukuran yang selanjutnya. Hal ini dilakukan untuk mendapat hasil yang akurat. Karena setiap pengukuran selalu memiliki ketidakpastian.

Terdapat suatu ketidakpastian (uncertainty) didalam setiap pengukuran. Diantara sumber-sumber utama ketidakpastian itu, selain kecerobohan tentunya, adalah accuracy (akurasi) terbatas pada setiap instrumen pengukuran dan ketidakmampuan manusia untuk membaca nilai pecahan yang lebih kecil daripada satuan terkecil yang disediakan oleh sebuah instrumen pengukur. Alasannya adalah sulit bagi si pengukur untuk mengestimasi (atau “menginterpolasi”) diantara dua satuan terkecil. (Giancoli. 2013 : 6).

Akibatnya ketika pengukuran dilakukan berulang sebanyak tiga kali, terdapat beberapa hasil yang berbeda. Contohnya ketika kami menghitung massa uang logam dengan neraca 4 lengan, pada pengukuran pertama didapatkan hasil 11 x kg, kedua diperoleh hasil 16,7 x kg dan pada pengulangan ketiga diperoleh hasil 16,7 x kg.

Namun, jika kita amati data, pada percobaan pengukuran diameter uang logam menggunakan mistar, meskipun dilakukan tiga kali pengulangan, hasilnya tetap sama, yaitu 2,4 cm atau 24 x m. Berarti pengukuran

(24)

tersebut sudah benar dan tidak ada kesalahan. Jika hasilnya berbeda pada setiap pengulangan, maka keakuratan data tersebut masih dipertanyakan.

H. Tugas Pasca Praktikum

1. Jelaskan Perbedaan akurasi dengan presisi! Berikan contohnya. Jawab :

Giancoli (2013:12) “Terdapat perbedaan teknis antara ‘presisi’ dan ‘akurasi’. Presisi dalam arti sempit mengacu pada keterulangan suatu pengukuran dengan menggunakan instrument tertentu. Sebagai contoh, jika Anda mengukur lebar suatu papan beberapa kali, mendapatkan hasil 8,81 cm, 8,85 cm, 8,78 cm, 8,82 cm (dengan setiap kali menginterpolasi sebaik mungkin diantar garis-garis 0,1 cm), Anda dapat mengatakan pengukuran-pengukuran itu memberika presisi yang sedikit lebih baik dari pada 0,1 cm. akurasi mengacu pada seberapa dekat suatu pengukuran terhadap nilai yang sebenarnya. Sebagai contoh, jika penggaris pada Gbr. 1-5 dibuat dengan erro 2%, akurasi hasil pengukurannya pada lebar papan (sekitar 8,8 cm) akan sekitar 2% dari 8,8 cm atau sekitar +_ 0,2 cm. estimasi ketidakpastian berarti mempertimbangkan akurasi dan presisi sekaligus.”

2. Sebutkan tragedi di Indonesia yang berkaitan dengan kesalahan pengukuran? Jelaskan! (min. 3 dan sertakan sumbernya)

Jawab :

1. Mantan Pilot : Pesawat Mendarat Terlalu Rendah

VIVAnews - Marsekal Muda TNI (Purnawirawan) Tarigan Siberu yang juga mantan Pilot Hercules pada tahun 1989 menilai penyebab jatuhnya pesawat C-130 B Hercules (A-1325) akibat terlalu rendahnya pesawat saat mendekati ujung landasan.

(25)

Dia menuturkan, jika benar data-data yang dikumpulkan pesawat pada jarak lima kilometer dari ujung landasan jarak terbang lebih rendah dari 1.500 kaki, maka itu bukan hal biasa. "Tidak mungkin pesawat serendah itu," kata dia di Pangkalan TNI AU Halim Perdanakusuma, Kamis 21 Mei 2009.

Selama dirinya menerbangkan Hercules, pesawat umumnya berada pada jarak di atas 1.500 kaki. Kalau lebih rendah, kemungkinan ada yang salah. "Tapi saya tidak bisa menyimpulkan, hanya saja kemungkinanya adalah seperti udara kosong ataupun mungkin adalost power," kata Tarigan.

Namun, Tarigan mengakui, banyak sekali mata rantai yang perlu ditelusuri, sehingga jangan hanya berpatokan karena kurang pemeliharaan atau pesawat tidak layak terbang. "Saya kira, kalau pesawat tak layak terbang maka pesawat tidak akan diterbangkan," ujarnya.

Dia juga menuturkan, kalau soal kesalahan manusia atau human eror maka itu bisa ke mana-mana penulusurannya.

Seperti diberitakan, pesawat Hercules C 130 jenis Long Body jatuh di Desa Geplak, Kecamatan Karas, Magetan, Jawa Timur, Rabu 20 Mei 2009 sekitar pukul 06.25 WIB.

Menurut informasi, pesawat dengan nomor registrasi A1325 itu sempat meledak dua kali. Pesawat itu menimpa dua rumah warga sampai hancur sebelum terbakar dan menyusup di pepohonan bambu.

Pesawat nahas itu memiliki 11 awak dan 98 penumpang, termasuk diantara 10 anak-anak. Sebanyak 99 orang dinyatakan tewas dalam musibah tersebut, termasuk dua warga yang rumahnya dihantam pesawat.

http://nasional.news.viva.co.id/news/read/59688-mantan-pilot-pesawat-mendarat-terlalu-rendah

(26)

2. LPPD Wajib Gunakan Data Valid dan Reliabel

OKU Kabupaten (beritalima) – Banyaknya tunggakan pelanggan yang belum dibayar sehingga Perusahaan Daerah Air Minum (PDAM) Kabupaten Ogan Komering Ulu acap kali selalu bilang mengalami kerugian, belum lagi terkendala pipa penyedot yang sudah dimakan usia sampai sekarang tidak diganti sehingga dapat menghambat pendistribusian air kerumah warga,

Diungkapkan Rudi, salah satu warga Kelurahan Kemelak mengelu, bahwa air PDAM yang ada di boster Kemelak jarang mengalir entah terkendala apa pihak petugas jaga boster PDAM jarang mengalirkan air, akhirnya warga terpaksa mengambil air ke sungai Ogan.

” Air PDAM sering mati padahal warga kemelak semuanya bayar, jarang ada yang menunggak namun air hanya mengalir 2 hari sekali itupun hanya 1 jam lamanya, kemudian air PDAM beberapa hari yang lalu berwarna coklat tidak bening dan tidak layak dikonsumsi.” Keluhnya.

Rudi juga menjelaskan bahwa keluhan warga tersebut pihak PDAM tidak ada respon, meski pihak PDAM berdalih selalu mengalami kerugian padahal sumber air tersebut, di ambil dari Sungai Ogan melalui mesin penyedot namun tetap merugi.

”Jika kami mengeluh PDAM selalu beralasan bahwa perusahaannya selalu merugi, padahal sumber mata air yang diambil dari sungai Ogan, dan kelihatannya sungainya lancar saja alirannya”, Ungkapnya.

(27)

Ketika dikonfirmasi Wartawan Sabtu (24/9/2016) Direktur PDAM Kabupaten Ogan Komering Ulu, Abi Kusno “malas” berkomentar terkait keluhan masyarakat Kabupaten OKU

http://www.beritalima.com/2016/07/26/lppd-wajib-gunakan-data-valid-dan-reliabel/

3. Benarkah Terjadi Kesalahan Pengukuran ?!

BANDUNG, beritalima.com ,- Sebannyak 545 KK warga Kampung Cihideung Desa Cipelah Kecamatan Rancabali Kabupaten Bandung telah memperoleh pelimpahan tanah eks HGU Nomor 6/Desa Cipelah yang sebelumnya dikelola PT Melania Indonesia sekitar ± 84,2 Ha terbagi atas 645 bidang pada tahun 2012 lalu. Sertipikat Hak Milik (SHM) bukti kepemilikan telah diterima para penggarap eks tanah negara tersebut. Namun setelah 4 tahun, PT Melania Indonesia beberapa waktu lalu tiba-tiba menurunkan beberapa petugasnya untuk melakukan pengukuran karena dianggap telah terjadi kesalahan. Spontan warga yang kebetulan tanahnya diklaim masuk wilayah perkebunan berekasi. Kepada beritaLima.com, Sabtu, (17/09/2016), mereka menyesalkan aksi pengukuran itu dan bertekad mempertahankan tanah mereka. apapun yang terjadi. Sementara itu pihak perusahaan ketika disambangi menolak menerima beritaLima.com, petugas security tidak bersedia mempertemukan dengan perwakilan perusahaan. (Pathuroni Alprian).

http://www.beritalima.com/2016/09/17/benarkah-terjadi-kesalahan-pengukuran/

(28)

NST dalam jangka sorong bisa kita cari dengan langkah awal melihat skala noniusnya.

Diambil dari skala nonius 1 mm

Setelah kita lihat skala nonius dari 1-20, lalu kita lihat skala utama ada berapa garis, yang panjang maupun yang pendek didalam lingkup 1-20 pada skala nonius.

= 1,95 mm

Skala utama pada jangka sorong, satu garis pendek berada ditengah garis pada skala nonius. Jadi, satu garis diwakili dua garis nonius.

NST jangka sorong dapat diketahui dengan menguangi perwakilan daris yaitu 2 (dua) dengan 1,95 yang telah kita dapat hasilnya tadi, yaitu :

4. Bagaimana mencari NST dalam micrometer sekrup?

= 0,05 mm

2 mm - 1,95 mm = 0,05 mm

Diambil dari angka maksimal pada skala nonius

Hitungan dari skala utama dengan acuan skala nonius 1-20

(29)

Jawab :

Skala utama berskala ini dilingkup oleh skala pemutarterbagi oleh garis-garis skala menjadi 50 bagian yang sama. Skala putar memiliki ketepatan 0,5 mmartinya kalau diputar satu putaran, akan maju atau mundur 0,5 mm. Mikrometer sekrup mempunyai batas ukur skala utama 25 mm. NST skala utama (tanpa nonius) alat ini adalah 0,5 mm. Karena jarak 25 mm skala utama dibagi dengan 50 skala nonius.

= 0,5 mm

Selanjutnya, batas ukur skala nonius pada micrometer sekrup adalah 50 skala. (didapat dari satu kali putaran skala nonius/skala putarnya). Setiap diputar ke atas atau ke bawah, skala putar akan maju atau mundur dengan satu putaran penuh, maka akan didapat NST skala nonius yang juga NST micrometer sekrup.

= 0,01 mm atau 0,001 cm

5. Mengapa mengukur tegangan harus secara parallel dan arus secara seri?

(30)

Jawab :

Ampermeter adalah alat ukur untuk mengukur arus listrik di suatu titik dalam rangkaian listrik. Dengan demikian, alat harus dirangkai secara seri agar besar arus pada rangkaian seri tetap sama karena ampermeter memiliki hambatan jauh lebih kecil dari rangkaian sehingga ketika dipasang secara seri dengan rangkaian arus yang terukur adalah arus yang mengalir pada rangkaian normal. Voltmeter adalah alat untuk mengukur tegangan dan suatu perbedaan antara satu titik dengan titik yang lain sehingga harus dipasang pararel. Jika dipasang secara seri, maka tidak akanada yang mendeteksi adanya perubahan suatu tegangan.

6. Bagaimana cara mengecek kabel yang masih layak fungsi? Posisikan multimeter dan hubungkan kabel penghubung di resistor. Hubungkan kabel yang sama pada resistor tersebut, jika multimeter berbunyi, maka kabel masih layak fungsi, jika tidak maka sebaliknya, kabel tidak layak fungsi.

I. Kesimpulan

Percobaan yang telah dilakukan diperoleh kesimpulan bahwa :

1. Alat-alat ukur dasar fisika harus digunakan dengan benar sesuai dengan standar agar didapatkan hasil yang benar dan akurat

2. Besaran pokok adalah besaran yang ditentukan lebih dulu berdasarkan kesepakatan para ahli fisika. Adapun besaran pokok yang umum ada 7

(31)

macam yaitu Panjang (m), Massa (kg), Waktu (s), Suhu (K), Kuat Arus Listrik (A), Intensitas Cahaya (cd), dan Jumlah Zat (mol). Besaran pokok mempunyai ciri khusus antara lain diperoleh dari pengukuran langsung, mempunyai satu satuan (tidak satuan ganda), dan ditetapkan terlebih dahulu.

3. Prinsip kerja alat ukur dasar fisika harus diketahui sebelum melakukan pengukuran, seperti Nilai Skala Terkecil, pengenolan masing-masing alat, ketelitian, dan sebagainya.

4. Ketelitian suatu alat ukur dapat dihitung dari setengah nilai skala terkecilnya, dimana nilai skala terkecil adalah jarak antara dua skala yang berdekatan pada alat ukur. Batas ukur suatu alat ukur merupakan skala terbesar yang dapat diukur oleh alat tersebut

5. Mengukur benda haruslah dengan alat ukur yang sesuai, karena jika tidak sesuai, benda tersebut tidak dapat diukur.

6. Standar deviasi dapat dihitung dengan cara nilai skala terkecil dibagi dua 7. Dalam pengukuran dapat terjadi ketidakpastian, karena akurasi yang

terbatas pada setiap pengukuran dan ketidakmampuan manusia untuk membaca nilai pecahan yang lebih kecil daripada satuan terkecil yang disediakan oleh instrumen pengukur.

J. Komentar

1. Alat-alat yang tidak lengkap menghambat jalannya praktikum.

2. Kesalahan dalam pengenolan atau tidak sesuianya pengenolan, menyebabkan ketidakpadtian hasil ukur yang diperoleh.

3. Ketidakpastian pengukuran menyebabkan tidak akuratnya suatu data.

4. Ketersediaan waktu yang sedikit menyebabkan praktikan terlalu cepat menyimpulkan hitungan pengukurannya.

(32)

K. Daftar Pustaka

Alonso, Finn. 1994. Dasar-Dasar Fisika Unversitas. Jakarta : Penerbit Erlangga.

Giancoli, Douglas C. 2013. Fisika : Prinsip dan Aplikasi. Jakarta : Penerbit Erlangga.

Sutarno. 2013. Fisika untuk Universitas. Yogyakarta : Graha Ilmu.

Poerwanto, dkk. 2012. Instrumentasi dan Alat Ukur. Yogyakarta : Graha

Referensi

Dokumen terkait

Ketika sebuah benda tercelup seluruhnya atau sebgian di dalam zat cair, zat cair akan memberikan gaya ke atas (gaya apung) pada benda, dimana besarnya gaya keatas (gaya

8 dari hasil inokulasi stripe dan Zigzag • Analisis Kesalahan ▪ Medium Cair ke Medium Cair Lainnya Pada percobaan Inokulasi dari medium cair ke medium lainnya dengan posisi tegak

Tipe glassware lainnya yaitu glassware yang bukan alat ukur karena biarpun beberapa alat yang termasuk tipe ini memiliki skala ukuran tetapi ukuran itu tidak mempunyai ketelitian yang