17 Tahun
Berupaya Wujudkan
Kenyamanan Investor
17 Tahun
Berupaya Wujudkan
Kenyamanan Investor
Edisi
Khusus
Alamat Redaksi:
Gedung Bursa Efek Indonesia, Tower I Lt. 5, Jl. Jend. Sudirman Kav 52-53,
Jakarta 12190, Telp. 52991099, Fax. 52991199
Penerbit: 15 ,VTUPEJBO 4FOUSBM &GFL *OEPOFTJB ,4&* t Penanggungjawab:
%JSFLTJ ,4&* t Dewan Redaksi: 6OJU ,PNVOJLBTJ 1FSVTBIBBO ,4&* t Sirkulasi: Unit Komunikasi Perusahaan KSEI
Website KSEI www.ksei.co.id email [email protected] Toll Free 0800 -1- 865734
Call Center KSEI
021 - 515 2855
Dari Redaksi
Berkat upaya tanpa henti PT Kustodian Sentral Efek Indonesia, para inves tor pasar modal kian dipermudah dalam urusan investasi. Selama 17 tahun berkiprah di industri pasar modal, perjalanan KSEI layak disebut sebagai perjalanan berinovasi tanpa henti, untuk terus menyempurnakan pelayanan demi terciptanya industri pasar modal yang wajar, teratur dan makin efisien.
Tonggak penting perjalanan berinovasi KSEI diawali pada era scripless
trading, yang mengantar pasar modal Indonesia mengimplemen tasikan
perdagangan tanpa warkat bagi investor sejak pertengahan tahun 2000. Era scripless juga menandai efisiensi pasar yang signifikan setelah beralih dari saham fisik.
Langkah strategis yang juga wajib dicatat dalam perjalanan pasar modal Indonesia tentu saja era implementasi Single Investor Identification (SID) dan Fasilitas AKSes (Acuan Kepemilikan Sekuritas). Sejak awal tahun 2012, inves tor pasar modal wajib memiliki Kartu AKSes. Dengan fasilitas ini, investor secara real time dapat memantau data mutasi Efek dan dananya.
Kini, para investor pasar modal juga bisa dengan mudah mengecek portofolio investasinya melalui Anjungan Tunai Mandiri (ATM) dan e-channel perbankan, dengan adanya kerja sama Co-Branding Fasilitas AKSes. Fasilitas ini bahkan akan makin diperluas, tidak hanya melibatkan makin banyak bank, tetapi juga dapat digunakan untuk penarikan dana investor, serta kedepan nya untuk melakukan transaksi Efek.
Kemudahan dan kenyamanan bertransaksi bagi investor di pasar modal melalui Fasilitas AKSes yang sudah dilakukan KSEI, menjadi topik utama liput an Fokuss edisi 17 Tahun Perjalanan KSEI. Selain itu ada testimoni dari berba gai pihak tentang 17 tahun perjalanan KSEI dan liputan menarik lainnya.
Selamat Membaca,
Redaksi
Tonggak sejarah pasar modal Indonesia,Berpacu Membangun Infrastruktur Pasar Modal
17 Tahun Berupaya Wujudkan Kenyamanan Investor
Beberapa implementasi pengembangan infrastruktur pasar modal pada satu dekade terakhir menjadi tonggak sejarah yang menandai 17 tahun perjalanan KSEI. Tuntasnya berbagai implementasi tersebut menjadi sumbangan strategis dari KSEI yang menentukan arah perjalanan pasar modal Indonesia menjadi pasar kompeten dan berdaya saing.
KSEI dan Upaya
Peningkatan Jasa dan Layanan
OJK bersama SRO, Asosiasi Pasar Modal, Bank Pembayaran, Perusahaan Efek, Bank Kustodian serta lembaga dan pelaku pasar modal lainnya memberikan apresiasi atas upaya KSEI dalam menyempurnakan layanan jasanya dari tahun ke tahun. Seiring dengan bertambahnya usia KSEI yang ke 17 tahun, keluarga besar pasar modal memberikan ucapan selamat atas kehadiran dan peran besar KSEI di pasar modal Indonesia.
3
Nahkoda KSEI:
Berangkat dari Berbagai Latar Belakang
Ucapan Selamat
Keluarga Besar di Sebuah Kapal Besar
Fakta Seputar Karyawan KSEI
Ulang Tahun KSEI ke-17
Sinergi dengan Perbankan untuk Memberikan Kemudahan Investor
6
3
12
KSEI menggandeng perbankan untuk meng optimalkan Fasilitas AKSes sebagai gerbang menuju financial
hub. Ke depan, jaringan perbankan
akan dioptimalkan sebagai akses bagi masyarakat untuk berinvestasi di pasar modal.
Restrukturisasi Untuk Optimalkan Pelayanan
14
C-BEST, Sistem Utama KSEI yang Tangguh
17
16
18
26
27
StatistikData KSEI per Desember 2014
Rangkaian Kegiatan KSEI 1998 2014
28
30
Seiring pertumbuhan bisnis dan transaksi di industri pasar modal, KSEI tak segan melakukan evaluasi dan perubahan dalam struktur orga nisasi perusahaan. Bagian dari upaya per usahaan dalam meningkatkan kredibilitas.
DAFTAR ISI
Perjalanan 17 Tahun KSEI [1997 - 2014]
Tim Redaksi Fokuss dari kiri ke kanan: Rasmi Maryda Ramyakim, Novian Harry W, Susiyanti, Adisty Widyasari, Dimas Prayoga, Syafruddin, Zylvia Thirda
Pada tahun 2009, regulator pasar modal
telah meletakkan tonggak penting
infrastruktur pasar modal Indonesia yakni
Single Investor Identification, Straight
Through Processing serta data warehouse.
Bangsa ini sebenarnya sudah mengenal pasar modal lebih dari seabad yang lalu. Dimulai pada tahun 1912 ketika pemerintah Belan da mendirikan Bursa Efek di Jakarta (Batavia) sebagai fasilitas dalam memperjualbelikan saham dan obligasi perusahaan per kebunan Belanda yang beroperasi di Indonesia. Aktivitas Bursa Efek hingga periode 1929 sempat semarak, namun Perang Dunia II berakibat pada berkecamuknya resesi ekonomi hingga mengha ruskan Bursa Efek menghentikan aktivitasnya.
Pada era orde lama, tepatnya tanggal 3 Juni 1952, Presiden Soekarno sempat mengaktifkan kembali pasar modal. Namun re volusi yang terjadi dalam memperebutkan Irian Barat dan meng usir penjajah Belanda membuat aktivitas Bursa kembali terhenti. Ini juga dipicu oleh merosotnya kepercayaan investor akibat kon
disi ekonomi yang buruk serta kebijakan nasionalisasi perusahaan a sing kala itu.
Peralihan kekuasaan ke rezim orde baru membuat kebijakan ekonomi berubah, konfrontasi dengan asing tidak lagi dilakukan. Sebaliknya era Presiden Soeharto bahkan mendorong masuknya investasi asing, itu membuat mencuatnya permintaan diaktifkan nya kembali Bursa Efek, yang diwujudkan pemerintah Soeharto pada 10 Agustus 1977. Pengaktifan itu merupakan periode pen ting dan dikenang sebagai lahirnya kembali pasar modal Indone sia. Ini merupakan fase pertama perkembangan pasar modal Indo nesia seperti yang pernah disampaikan Ketua Dewan Komisioner Otoritas Jasa Keuangan (OJK), Mulia man D. Hadad.
Sayangnya sejak 1977 hingga 1987 perkembangan pasar mo dal tidak bergairah, lantaran ketatnya peraturan terutama terkait prosedur emisi saham dan obligasi. Mencermati kondisi itu, pada akhir tahun 1987 pemerintah Orde Baru membuat kebijakan de regulasi atau pelong garan aturan. Dampaknya, pasar modal mulai bergairah. Terlihat dari jumlah Emiten yang listing dari hanya 25 Emiten sebelum deregulasi menjadi 150 Emiten pada tahun 1999, yang merupakan fase kedua.
Berpacu Membangun
“
Sementara fase ketiga, terjadi saat UndangUndang No. 8 Tahun 1995 yang berlaku efektif sejak tanggal 1 Januari 1996 tentang Pasar Modal disahkan. Ketentuan tersebut menurutnya membawa kepastian hukum atas investasi di pasar modal.Pembentukkan OJK di tahun 2011 merupakan tong gak penting bagi pengawasan pasar modal di Indonesia. Lembaga baru tersebut mulai mengambilalih wewenang pengawasan atas pasar modal Indonesia dari Badan Peng awas Pasar Modal & Lembaga Keuangan (BapepamLK) yang kemudian melebur dalam OJK sejak tahun 2012. Sebagai lembaga yang memiliki kewenang an lebih besar karena selain pasar modal dan lembaga keuangan non bank, OJK juga memiliki kewenangan sebagai pengawas industri perbankan. OJK ingin agar di bawah penga wasannya industri pasar modal berkembang lebih pesat.
Untuk itu pendalaman pasar (market deepening) menjadi fokus utama OJK bersama para Self
Regula-tory Organization (SRO) dalam mengembangkan pasar
modal. Regulator dan pelaku pasar paham betul, sejak diaktifkan kembali 37 tahun lalu perkembangan pasar modal belum maksimal, terlihat dari minimnya perusa haan publik (Emiten) yang tercatat di Bursa Efek Indone sia (BEI). Hingga November 2014, tercatat kurang dari 500 perusahaan yang tercatat di bursa dengan nilai kapitali sasi pasar sekitar Rp 5.000 triliun.
Begitu pula dengan jumlah investor lokal yang kon disinya juga minim. Berdasarkan data PT Kustodian Sen tral Efek Indonesia (KSEI), jumlah Sub Rekening Efek di pasar modal mencapai sekitar 360.000 pada akhir 2014. Bandingkan dengan jumlah penduduk Indonesia yang mencapai 250 juta jiwa. Artinya hanya sekitar 0,2% pen duduk Indonesia yang menjadi investor di pasar modal khususnya di equity market.
Berbagai langkah dilakukan regulator untuk mening
dalam rangka market deepening, diantaranya melalui program sosialisasi dan edukasi kepada masyarakat yang dilakukan secara masif bukan hanya di kotakota besar tapi juga ke daerahdaerah di tingkat provinsi maupun kabupaten/kota. Tujuannya tentu saja untuk menarik partisipasi masyarakat sebagai investor pasar mo dal. Ini juga dilakukan kepada perusahaanperusahaan agar mau memanfaatkan pasar modal sebagai sumber pen danaan.
Hal itu tidak cukup tanpa dilakukannya pengem bangan infrastruktur pasar modal. Tonggak penting pengembangan infrastruktur pasar modal dimulai ta hun 2009, kala itu BapepamLK sebagai regulator pasar modal bersama SRO mulai membangun tiga infrastruk tur penting pasar modal Indonesia yaitu Single Investor
Identification (SID), pengembangan Straight Through Pro-cessing (STP) serta program pengembangan data ware-house. Implementasi lain yang telah dilaksanakan adalah
pemisahan Rekening Dana Nasabah (RDN) serta Fasilitas AKSes (Acuan Kepemilikan Sekuritas) yang berfungsi se bagai sarana transpa ransi informasi di pasar modal.
Program pengembangan infrastruktur Pasar Modal tersebut dilakukan melalui beberapa tahapan, mulai dari diskusi kebijakan, penyusunan kerangka bisnis, usulan kebijakan, penyiapan infrastruktur regulasi dan sistem, serta implementasi (live). Program tersebut telah di implementasikan pada akhir tahun 2012. Meski begitu regulator dan pelaku bisnis berkomitmen untuk terus mengembangkan infrastruktur pasar modal, karena disa dari dinamika pasar bergerak demikian cepat.
Pada masa
mendatang,
SID diterapkan
juga pada
investor
pemilik Reksa
Dana maupun
obligasi.”
Di awal tahun 2014, salah satu pengembangan yang siap dilakukan yaitu perluasan cakupan implemen tasi SID. Bila sebelumnya SID hanya berlaku pada investor pasar equity atau saham. Pada masa datang juga akan diterapkan pada investor Reksa Dana maupun obligasi. Margeret M. Tang, yang kala itu menjabat sebagai Pjs. Direktur Utama KSEI mengatakan, penerapan SID Reksa Dana akan menjadi landasan penting untuk mendukung inisiatif OJK dalam mengembangkan infrastruktur yang terintegrasi bagi industri Reksa Dana melalui Sistem Pe ngelolaan Investasi Terpadu.
Terkait itu KSEI telah menjalin kerja sama dengan Direktorat Jenderal Kependudukan dan Catatan Sipil (Ditjen Dukcapil), Kementerian Dalam Negeri untuk pemanfaatan data kependudukan melalui database KTP Elektronik sebagai acuan basis data investor pasar modal. Dengan kerja sama ini, pembentukan SID di pasar modal berdasarkan database investor yang ada di KSEI dapat dilakukan dengan lebih baik sesuai data yang lebih akurat dan selalu terkinikan.
Selain bertujuan untuk membentuk database in vestor pasar modal yang valid dan terkini, perluasan fungsi SID tersebut juga dimaksudkan untuk mendu kung pe ngembangan AKSes Financial Hub. Khusus untuk im plementasi SID investor Reksa Dana, kata Mar geret, masih menunggu peraturan yang diterbitkan oleh OJK. KSEI juga tengah berupaya melakukan kerja sama Co-Branding Fasilitas AKSes dengan fasilitas per bankan. Program ini memberikan kemudahan bagi investor untuk dapat memantau kepe milikan Efek dan saldo dana mereka yang tersimpan di KSEI melalui ja ringan perbankan.
“Sinergi dengan perbankan bertujuan untuk mem buka akses yang luas dan mudah kepada masyarakat ke pasar modal. Sebagai industri yang telah lebih dulu berkembang dan matang, sudah sangat umum bahwa masyarakat kita menjadi nasabah perbankan dan juga familiar untuk menggunakan fasilitas yang disediakan bank, seperti ATM, internet banking dan mobile banking. Penggunaan fasilitasfasilitas perbankan ini sudah men
jadi kebutuhan dan bagian keseharian sehingga sangat ideal bila dikembangkan lebih lanjut guna memberikan kemudahan akses bagi masyarakat untuk masuk ke pa sar modal,” kata Margeret.
Sejak Februari 2014 lalu hingga menjelang akhir ta hun ini, KSEI telah menggandeng 4 (empat) Bank Admi nistrator RDN (Bank Permata, Bank Mandiri, BCA dan CIMB Niaga) dalam menjalin kerja sama Co-Branding Fasilitas AKSes, dimana Bank Permata telah live sejak Juli 2014. Apabila kerja sama Co-Branding dengan bank bank tadi seluruhnya telah dituntaskan, maka 92% investor pasar modal sudah bisa menikmati layanan Fasilitas AKSes le wat jaringan perbankan.
Sebagai antisipasi terhadap peningkatan volume dan kapitalisasi pasar, KSEI juga melakukan pengem bang an generasi selanjutnya terhadap sistem utama CBEST. Pengembangan ini akan meningkatkan kece patan dan kapasitas penyelesaian transaksi Efek hingga enam kali lipat dari 3.000 penyelesaian transaksi Efek per menit menjadi 20.000 per menit.
Program pengembangan infrastruktur pasar modal juga serius dilakukan oleh SRO lain yaitu BEI dan PT Kli ring Penjaminan Efek Indonesia (KPEI). Persiapan dan pengem bangan terbaru yang dilakukan oleh BEI antara lain pelaporan Perusahaan Tercatat dan Anggota Bursa dengan berbasis Extensible Business Reporting Language (XBRL). Dari sisi perdagangan, BEI melakukan perubahan satuan perdagangan (lot size) dan fraksi harga untuk per dagangan Efek ber sifat ekuitas yang diberlakukan pada 6 Januari 2014 lalu. Pengembangan tersebut membuat pergerakan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) men jadi lebih stabil dan tidak terlalu volatile.
Adapun KPEI telah melakukan harmonisasi keten tuan, persyaratan, maupun produk dan layanan. Semua diupayakan agar memenuhi standar yang berlaku secara regional maupun internasional. Salah satunya dengan melakukan assessment untuk pemenuhan prinsip dan rekomendasi yang diterbitkan oleh International
Organi-zation of Securities Commission (IOSCO). Hal ini terkait de
ngan penerap an prinsip dan rekomendasi dari principles
“
Sinergi dengan
perbankan
bertujuan
untuk
membuka
akses yang
luas dan
mudah kepada
masyarakat”
Margeret M. TangBeberapa implementasi pengembangan infrastruktur pasar
modal pada satu dekade terakhir menjadi tonggak sejarah
yang menandai 17 tahun perjalanan KSEI. Tuntasnya berbagai
implementasi tersebut menjadi sumbangan strategis dari KSEI
yang menentukan arah perjalanan pasar modal Indonesia
menjadi pasar kompeten dan berdaya saing.
17 Tahun
Berupaya Wujudkan
Kenyamanan Investor
Di sebuah mall bilangan pusat Jakarta, suasana siang itu tampak lebih ramai dari biasanya. Maklum, waktu makan siang telah tiba. Para pengunjung mall tampak berkerumun di area restaurant yang ada di mall tersebut.
Lima pria baru saja keluar dari lift melintas sambil berbincang. Ada yang tampak riang bercerita tentang saham yaitu salah satu saham blue chips yang baru dibelinya pagi hari, sudah naik sig nifikan. Ternyata mereka para pekerja kantoran yang juga men jadi investor di pasar modal Indonesia.
Begitu melintas di depan deretan ATM bank, seorang pria pamit untuk mampir. “Mau ambil uang dulu, sekalian ngecek investasi sebentar,” ujar salah satu investor sambil mengelu arkan kartu ATM keluaran salah satu bank di Indonesia. Selesai mengambil uang, pria tersebut kemudian mengecek mutasi transaksi Efeknya yang sudah dilakukan tiga hari sebelumnya melalui menu Fasilitas AKSes (Acuan Kepemilikan Sekuritas) yang ada di ATM tersebut.
Fasilitas AKSes memang disediakan untuk memberikan ke mudahan bagi investor untuk memantau data transaksi Efek dan
dana yang dimilikinya, yang sekaligus merupakan perwujudan komitmen atas penyediaan transparansi informasi bagi inves tor di lingkungan pasar modal. Sejak pertengahan tahun 2014, Fasili tas AKSes telah dapat diakses melalui ATM. Sehingga sambil melakukan transaksi perbankan, investor juga dapat mengecek investasinya di pasar modal.
Fasilitas AKSes diluncurkan oleh KSEI pada tahun 2009. Pengembangan lebih lanjut dari Fasilitas AKSes adalah Single
Investor Identification (SID) yang merupakan identitas tunggal
yang wajib dimiliki seluruh investor pasar mo dal Indonesia se jak tahun 2012. Cukup dengan satu SID, investor dapat meman tau saldo dan mutasi Efek di Sub Rekening Efek dan dananya di Rekening Dana Nasabah, yang di bukakan Perusahaan Efek atas nama investor tersebut.
Namun, pekerjaan besar yang ditorehkan KSEI saat ini tentu bukan cerita satu malam. Ada tahapan panjang dan penuh tan tangan telah dilewati selama 17 tahun kiprah KSEI, dalam rangka mendukung terbentuknya pasar modal wajar, teratur dan efisien.
ERA IDENTITAS TUNGGAL
Penerapan scripless trading di pasar modal Indonesia sejak
pasar modal Indonesia. Ketika Efek tanpa warkat sebagian besar selesai bermigrasi menjadi scripless, efisiensi pasar modal Indo nesia menjadi salah satu hal yang semakin terwujud.
Dimulainya era scripless trading, secara langsung dapat mening katkan kepercayaan investor untuk berinvestasi di pasar modal. Efek non warkat yang sebelumnya diproses secara ma nual tidak pelak penuh dengan risiko rusak, hilang atau bahkan dicuri. Scripless memungkinkan portofolio investasi yang dimiliki investor, disimpan dalam bentuk data elektronik, se hingga pro ses transaksi hingga pemindahbukuannya dapat le bih mudah dilakukan. Meski sudah berbentuk elektronik, rupanya industri pasar modal Indonesia harus kembali menelan pil pahit. Catatan kelam perjalanan pasar modal Indonesia harus ternoda dengan kasus penyalahgunaan investasi nasabah oleh oknum Perusa haan Efek terjadi di tahun 2008. Miliaran dana nasabah disele wengkan dalam kasus tersebut.
Berangkat dari pengalaman tersebut, regulator pasar modal Indonesia segera bertindak untuk memulihkan nama baik pasar modal, sekaligus meraih kembali kepercayaan investor. Pada
Juni 2009, KSEI dengan dukungan Self Regulatory Organization (SRO) lainnya, serta BapepamLK, meluncurkan fasilitas
Inves-tor Area, yang kemudian berubah nama menjadi Fasilitas AKSes
yang digunakan investor untuk memantau portofolio Efek dan dana miliknya.
Implementasi Fasilitas AKSes didasarkan pada penerbitan nomor SID yang sudah lebih dahulu dilakukan KSEI, namun pada masa awal diterapkan, masih banyak tugas yang ha rus diselesai kan KSEI dalam hal penerbitan nomor SID. Saat itu, dari sekitar 330 ribu Sub Rekening Efek, belum seluruhnya diterbitkan no mor SID.
Sesuai Peraturan OJK No.V.D.3, sejak 2012 SID merupakan tuntutan wajib bagi investor pemilik Efek yang diperdagang kan di BEI. Nasabah yang belum memiliki SID, tentu tidak dapat bertransaksi. Sebab instruksi jual beli dari Perusahaan Efek harus mencantumkan enam digit Trading ID yang juga merupakan bagian dari SID yang diterbitkan oleh KSEI. Penggunaan SID ini juga menjadi dasar bagi pengembangan dan implementasi tran saksi Straight Through Processing (STP), mulai dari order trading,
netting/kliring, hingga proses settlement.
3
78
6 1 4 3+ %0 0 0 00
0
9
9
9
9
6
6
3
9 7
5
8
7
7
9
7
7 8 9 75 5 0 1PERJALANAN
17 TAHUN KSEI
[1997 - 2014]
l 23 Desember 1997
KSEI mengawali perjalanannya sebagai salah satu Self Regulatory
Organization dalam struktur pasar
modal Indonesia.
l 9 Januari 1998
Dimulainya kegiatan operasional KSEI yaitu kegiatan penyelesaian transaksi Efek, mengambil alih fungsi sejenis dari PT Kiring Deposit Efek Indonesia (KDEI).
l 11 November 1998
Memperoleh izin operasional sebagai Lembaga Penyimpanan dan Penyelesaian oleh BapepamLK melalui surat No. Kep. 54/PM/1998.
l 17 Juli 2000
Awal dimulainya era scripless
trading dimana KSEI melakukan
penyimpanan dan penyelesaian transaksi Efek melalui mekanisme pemindahbukuan dengan menggunakan CBEST.
l 13 September 2001
Mulai beroperasinya pusat penanggulangan bencana yang ditempatkan 30 km dari lokasi kantor KSEI.
10 Desember 2006
Distribusi pertama ORI 001 yang memulai operasional KSEI sebagai penatausahaan surat berharga negara.
6 September 2008
Resmi menjadi anggota aktif dari
The Society for Worldwide Interbank Financial Telecommunication
(SWIFT).
18 Juni 2009
Implementasi Investor Area yang berfungsi sebagai sarana transparansi informasi dari portofolio investor.
23 Desember 2009
Perubahan nama Investor Area menjadi Fasilitas AKSes.
1 Januari 2010
Implementasi peraturan tentang Dormant Account untuk menertibkan Sub Rekening Efek tidak aktif yang tercatat di KSEI.
3 Maret 2011
Penandatanganan Perjanjian Kerja Sama Pemisahan Rekening Dana Nasabah (RDN) dengan 4 bank untuk mewujudkan implementasi pemisahan rekening dana investor pasar modal Indonesia.
l 31 Januari 2012
Kewajiban kepemilikan SID dan pemisahan RDN sesuai persyaratan Peraturan Bapepam LK No.V.D.3
l 18 Juni 2013
Penandatanganan perjanjian kerjasama pemisahan RDN Syariah dengan Bank Syariah Mandiri.
l Oktober 2013
KSEI memperoleh Sertifikasi ISO 27001:2005 mengenai Kebijakan Sistem Keamanan Informasi.
l 27 Desember 2013
Penerapan modul Static Data
Investor pada sistem CBEST.
l Februari 2014
Langkah awal KSEI memulai sinergi Industri pasar modal dengan perbankan sebagai upaya untuk meningkatkan pendalaman pasar
melalui kerja sama pengembangan infrastruktur pasar modal melalui
Co-Branding Fasilitas AKSes dengan
layanan e-channel perbankan. Sosialisasi Fasilitas AKSes
17 TAHUN BERUPAYA
WUJUDKAN KENYAMANAN INVESTOR
3
78
6 1 4 3+ %0 0 0 00
0
9
9
9
9
6
6
3
9 7
5
8
7
7
9
7
7 8 9 75 5 0 1mudahkan proses pendataan investor pasar modal Indonesia, baik dari sisi jumlah maupun jenis nasabah. Saat ini, jumlah SID dijadikan sebagai acuan jumlah investor di pasar modal, yang sekarang telah mencapai sekitar 360.000.
Untuk menunjang implementasi kepemilikan SID bagi se luruh investor pasar modal, KSEI juga mempermudah proses penerbitan nomor SID yang sekarang sudah dilakukan secara otomatis setelah diajukannya permohonan pembukaan Sub Re kening Efek oleh Perusahaan Efek. Proses penerbitan nomor SID kini hanya memerlukan waktu 1 hari, khusus untuk investor indi vidu domestik.
PENINGKATAN LAYANAN
Pada hakekatnya, industri pasar modal merupakan industri yang dinamis. Selalu ada kebutuhan baru yang perlu diakomodir dengan dukungan sistem. Itu sebabnya, kerja keras KSEI tidak berakhir pada keberhasilan proses migrasi dari Efek fisik menjadi Efek elektronik.
Tak dapat dipungkiri, sejak era scripless, aktivitas transaksi dan penyelesaian Efek di pasar modal menjadi serba mudah. Penyelesaian transaksi Efek tersebut turut didukung dengan sistem utama yang digunakan untuk kegiatan operasional KSEI bernama CBEST (The Central and Book Entry Settlement System). Selangkah lebih maju, sistem ini bahkan tengah dikembangkan
menuju generasi berikutnya untuk menunjang performa yang lebih baik. Ini merupakan langkah antisipasi KSEI menjawab tren nilai kapitalisasi pasar, jumlah investor maupun volume transaksi di pasar modal. Semua data catatan kepemilikan Efek dan dana milik investor yang digunakan untuk bertransaksi di Bursa Efek telah berbentuk elektronik. Tak ada lagi tumpukan saham yang keberadaannya sarat dengan aneka risiko.
Dalam perkembangannya, KSEI berupaya menambah layan an jasa yang diberikan, khususnya yang terkait dengan pe nyimpanan dan penyelesaian transaksi pasar modal. Misalnya, ketika pemerintah membutuhkan dukungan untuk anggaran pembangunan melalui penerbitan Surat Utang Negara (SUN), KSEI meresponsnya dengan memperluas layanan dan menjadi
Sub Registry Bank Indonesia pada 2006. Dengan cara itu, KSEI da
pat menjalankan fungsi penyimpanan dan penatausahaan atas SUN, terutama Obligasi Negara Ritel (ORI) yang kala itu sangat diminati masyarakat sebagai alternatif investasi.
Sertifikat Bank Indonesia (SBI) pun ikut menambah keaneka ragaman produk yang dicatatkan pada sistem CBEST sejak Maret 2007. Masuknya instrumen tersebut di KSEI dimungkinkan ka rena CBEST telah terintegrasi dengan BISSSS (Bank Indo nesia
Scripless Securities Settlement System atau BIS4) yang dimiliki
l 9 September 2002
Guna meningkatkan efisiensi, KSEI bersama SRO lainnya mempercepat siklus penyelesaian transaksi dari T+4 menjai T+3.
l 23 Juli 2003
Memperoleh sertifikasi internasional ISO 9001:2000 konversi dari ISO 9002:1994.
1 September 2004
Implementasi aplikasi Online Research and Centralized Historical Data (ORCHiD), yaitu fasilitas online sistem yang menyediakan arsip histori data kegiatan Pemegang Rekening di CBEST.
19 Mei 2006
Resmi ditunjuk sebagai Sub Registry Bank Indonesia untuk mengelola administrasi penyimpanan dan penyelesaian Surat Utang Negara (SUN).
l 25 Agustus 2014
Kerja sama KSEI dengan Ditjen. Kependudukan dan Pencatatan Sipil Kementerian Dalam Ne geri, untuk melakukan proses pengkinian data investor berbasis data KTP elektronik dalam upaya untuk meningkatkan akurasi database investor di pasar modal.
Untuk menunjang implementasi
kepemilikan SID bagi seluruh investor
pasar modal, KSEI juga mempermudah
proses penerbitan nomor SID”
oleh Bank Indonesia, sehingga terbentuk single communication
platform yang ideal bagi perdagangan SUN dan SBI oleh pe
makai jasa KSEI.
Beragam instrumen Efek kemudian berhasil dicatatkan di KSEI pada tahuntahun berikutnya, seperti Efek Beragun Aset (EBA), Surat Berharga Syariah Negara Ritel (Sukuk Ritel) hingga Reksa Dana Penyertaan Terbatas (RDPT). Hingga tahun 2014, terdapat sekitar sepuluh jenis Efek yang proses penyimpanan dan penyelesaiannya dapat dilakukan melalui KSEI.
Sejalan dengan semangat mendorong efisiensi pasar, KSEI terus berupaya mencari terobosan. Penguatan dari sisi internal terus dilakukan dalam rangka membentuk KSEI semakin men jadi Kustodian Sentral dengan kualitas mumpuni sehingga bisa bersaing dengan lembagalembaga sejenis di dunia. Komunika si aktif dan kehadiran dalam forum lembaga Kustodian dunia sa ngat membantu KSEI memasuki dasawarsa kedua dalam men dukung perkembangan industri pasar modal Indonesia.
Kehadiran rutin KSEI pada event-event internasional, seperti keterlibatan dalam Asia Pacific Central Depository Group (ACG), dimana KSEI menjadi salah satu negara pendirinya, dapat mem berikan sumbangsih baik bagi lembaga maupun perkembang an pasar modal. Forum ini bermanfaat untuk saling bertukar in formasi, pengalaman dan mempelajari tentang pengembangan yang terjadi di lembaga masingmasing negara.
Seiring dengan upaya pengembangan CBEST dalam rangka memberikan layanan terbaiknya bagi pemakai jasa serta untuk menerapkan standar internasional terkait format data dan jari ngan komunikasi, sejak tanggal 6 September 2008 KSEI resmi menjadi anggota aktif dari The Society for Worldwide Interbank
Financial Telecommunication (SWIFT). Masuknya KSEI ke SWIFT akan meningkatkan kecepatan KSEI dalam berinteraksi lang sung dengan Pemegang Rekening dan nasabah Pemegang
rekening yang menjadi pengguna SWIFT, terutama nasabah nasabah a sing.
MAKIN ‘TERBUKA’ DENGAN FASILITAS AKSes
Satu lagi babak baru kembali dilalui. Sejak awal Februari 2012, selain kewajiban kepemilikan implementasi SID, investor pasar modal juga wajib dibuatkan Kartu AKSes dan dibukakan RDN di salah satu Bank Pembayaran yang bekerjasama dengan KSEI. SID, Fasilitas AKSes dan RDN pada dasarnya berjalan ber iringan, sebagai elemen perlindungan investor di pasar modal.
Fasilitas AKSes merupakan sarana informasi secara online yang diberikan kepada investor untuk mengakses dan meman tau data posisi serta pergerakan Efek dan dana milik investor. Fasilitas AKSes dapat digunakan oleh investor setiap waktu se cara real time melalui alamat https://akses.ksei.co.id.
Implementasi Fasilitas AKSes merupakan salah satu komit men KSEI untuk memberikan perlindungan investor dengan meningkatkan transparansi informasi atas portofolio investasi mereka yang tersimpan di KSEI. Hal ini pada akhirnya akan me ningkatkan kepercayaan investor untuk berinvestasi di pasar modal Indonesia.
Perubahan nama Investor Area menjadi Fasilitas AKSes di pertengahan tahun 2010, dibarengi harapan bahwa Fasilitas AKSes mampu meningkatkan minat para investor untuk ak tif menggunakan fasilitas tersebut. Pergantian nama tersebut dibarengi dengan kick-off rangkaian sosialisasi Fasilitas AKSes
Forum internasional bermanfaat untuk
saling bertukar informasi, pengalaman dan
mempelajari tentang pengembangan yang
terjadi di negaranegara lain”
yang dilakukan di beberapa kota di Indonesia.
Butuh waktu dan kerja ekstra untuk meyakinkan sekaligus menyadarkan investor tentang manfaat dan pentingnya peng gunaan Fasilitas AKSes. Hingga saat ini, angka investor yang te lah login ke Fasilitas AKSes masih konsisten di angka 13% dari total jumlah investor pasar modal Indonesia.
Namun di sisi lain, KSEI juga berupaya memberikan kemu dah an dan membukakan akses baru bagi investor untuk melaku kan login ke Fasilitas AKSes. Mulai dari peluncuran aplikasi AKSes
Mobile di awal tahun 2013, untuk mengakomodasi penggunaan smart devices di kalangan masyarakat yang cukup tinggi, hingga
penggunaan jaringan ATM perbankan untuk login mulai ta hun 2014. Khusus untuk ATM, kerja sama tersebut dijalin KSEI de ngan Bank Administrator RDN melalui pengembangan
Co-Branding Fasilitas AKSes dengan jaringan perbankan. Berbagai
kemudahan ini diharapkan dapat mendongkrak jumlah investor yang memanfaatkan Fasilitas AKSes. Tidak ha nya dimanfaatkan sesekali, tetapi juga dilakukan pemantauan secara berkala.
WUJUDKAN KEMUDAHAN DAN KENYAMANAN
Dikembangkannya berbagai fasilitas yang memudahkan in vestor untuk mengakses portofolio investasinya, hanyalah me rupakan langkah awal dari dimulainya beberapa rencana besar KSEI. Margeret M. Tang, Pjs. Direktur Utama KSEI yang kala itu menjabat, memaparkan beberapa rencana pengembangan in frastruktur pasar modal yang diprakarsai KSEI, yang ditargetkan akan dilaksanakan pada tiga tahun mendatang.
“Secara umum, inisiatif strategis ini bertujuan untuk men dukung program pendalaman pasar yang diupayakan Otoritas Jasa Keuangan (OJK), dengan menyediakan infrastruktur yang dapat memberikan kemudahan dan kenyamanan bagi investor serta pelaku pasar,” demikian disampaikan Margeret.
Jika sekarang Fasilitas AKSes hanya dapat digunakan seba gai sarana pemantauan portofolio investasi Efek, ke depannya, pengembangan Fasilitas AKSes akan diarahkan menjadi AKSes
Financial Hub untuk memberikan kemudahan akses dan aktivi
tas investasi bagi investor hingga ke pelosok.
Masih didasarkan pada penerapan SID, beberapa tahapan pengembangan AKSes Financial Hub telah dilaksanakan, antara lain penerapan Static Data Investor sejak akhir tahun 2013 serta kerja sama dengan Ditjen. Kependudukan dan Catatan Sipil (Duk capil) agar data SID dapat terkoneksi dengan database kepen dudukan Republik Indonesia. Tahapan selanjutnya adalah pem berian nomor SID kepada pemilik investasi Kolektif, seperti Reksa Dana, dan instrumen invetasi kolektif lain, sehingga dapat terben tuk gambaran investor di pasar modal secara keselu ruhan.
Sedangkan antisipasi peningkatan volume transaksi Bursa, pertumbuhan jumlah investor dan bertambahnya jumlah Emiten dilakukan melalui pengembangan C-BEST Next-G. Ge nerasi be rikut dari sistem utama KSEI tersebut, akan ditingkatkan dari segi kecepatan dan kapasitasnya, yang juga akan ditambahkan beberapa fitur yang nantinya dapat mengakomodir message de ngan format SWIFT ISO 20022 yang berlaku internasional.
“Hal ini akan memudahkan KSEI dalam melakukan Cross
Border Settlement dengan negara lain
kedepannya, serta diharapkan dapat meningkatkan peran KSEI selaku Central
Securities Depository Indonesia di tingkat
regional,” ungkap Mar geret.
Sinergi dunia pasar modal dengan industri perbankan, yang mulai dilaku kan sejak awal tahun 2014 melalui kerja sama pengembang an Co-Branding Fasilitas AKSes, akan dilanjutkan dengan penggunaan fasilitas perbankan untuk membuka akses masyarakat ke pasar modal. Kerja sama ini telah menjadi tonggak dimulainya sinergi antara pasar modal de ngan perbankan.
Salah satu fitur yang sudah dikem bangkan KSEI adalah inquiry Efek serta instruksi penarikan dana. Dengan ini, investor tidak perlu mengirim fax ke pihak broker, tetapi cukup mengguna kan fasilitas ATM. Kelak, fitur pendukung juga bisa diperbanyak dari posisi saat ini untuk inquiry Efek dan instruksi penarikan dana. Misalnya untuk mengakomodasi kepentingan masyarakat di daerah yang ingin membeli saham IPO.
Jika ada sinergi dengan bank, investor bersangkutan cukup mendatangi cabang bank terdekat untuk membeli saham atau melalui jaringan e-channel bank. Jika sistemnya mendukung, bisa juga membeli surat berharga lainnya, seperti ORI. Bahkan telah dipersiapkan juga untuk mengakses kepentingan investor yang ingin bertransaksi Reksa Dana. Sesuai Road Map pengem bangan infrastruktur pasar modal, pada tahun 2018 sudah dapat dilakukan subscribe Reksa Dana maupun ORI.
Berbagai tahapan pengembangan dan program strategis yang ditempuh selalu dengan tujuan yang sama, memberi man faat optimal bagi seluruh jajaran di industri pasar modal, mela lui dukungan membentuk pasar modal yang wajar, teratur dan efisien. Selamat dan sukses untuk 17 tahun perjalanan memberi makna pada kemajuan pasar modal Indonesia. m
Fasilitas AKSes (Acuan Kepemilikan Sekuritas) merupakan fasili tas yang memungkinkan investor untuk melakukan pemantauan portofolio investasi pasar modal secara mandiri. Informasi data kepemilikan Efek dan dana serta mutasinya yang tercatat pada PT Kustodian Sentral Efek Indonesia (KSEI) selaku satusatunya Lembaga Penyimpanan dan Penyelesaian di pasar modal Indo nesia, dapat dilihat secara real time hingga 30 hari terakhir. Kon solidasi data kepemilikan Efek yang disimpan dalam beberapa Sub Rekening Efek di Perusahaan Efek atau Bank Kustodian yang berbeda pun langsung otomatis, sehingga investor dapat meli hat seluruh portofolionya hanya dengan sekali login.
Pada awal peluncurannya, hadirnya Fasilitas AKSes diha rapkan dapat menumbuhkan kepercayaan dan rasa aman da lam berinvestasi di pasar modal. Investor pun diharapkan un tuk melakukan pemantauan secara berkala, agar mencegah penyalah gunaan yang mungkin dilakukan oknum Perusahaan Efek yang tidak bertanggungjawab.
Sejak diluncurkan pada tahun 2009, jumlah investor yang memanfaatkan Fasilitas AKSes melalui login terbilang masih minim, yakni baru sekitar 13% dari total investor di pasar modal Indonesia. Meski jumlah investor terus mengalami pertumbuh an dari tahun ke tahun, namun jumlah penggunaan Fasilitas AKSes oleh investor tetap konsisten dijumlah yang sama. Meng acu pada data Single Investor Identification (SID) yang tercatat di KSEI, jumlah investor meningkat sekitar 20% dari 280 ribu pada 2012 menjadi 338 ribu pada 2014. Sayangnya angka jumlah login
menyelenggarakan sosialisasi Fasilitas AKSes ke beberapa kota besar di Indonesia untuk menyampaikan fungsi dan manfaat Fasilitas AKSes, se kaligus sebagai upaya untuk meningkatkan jumlah login ke Fasilitas AKSes.
Dari sisi internal, pengembangan Fasilitas AKSes pun tidak berhenti dilakukan. Tujuannya, untuk memberikan kemudah an bagi investor untuk menggunakan Fasilitas tersebut. Untuk pengembangan di tahun 2014, KSEI mulai melakukan kerja sama dengan industri perbankan melalui sinergi Fasilitas AKSes de ngan jaringan Automated Teller Machine (ATM).
Frekuensi penggunaan mesin ATM yang cukup tinggi dalam mendukung kegiatan finansial masyarakat, menjadi salah satu la tar belakang KSEI melakukan pengembangan Co-Branding Fasili tas AKSes melalui jaringan perbankan. Dengan menyertakan fitur Fasilitas AKSes ke dalam salah satu menu di mesin ATM, investor yang dibukakan Rekening Dana Nasabah (RDN) sekaligus menja di nasabah di bank yang sama, dapat mengakses informasi saldo Efek dan dana yang tercatat di KSEI melalui Fasilitas AKSes.
Cara ini memberikan alternatif bagi investor untuk login ke Fasilitas AKSes yang sebelumnya dapat dilakukan melalui
person-al computer atau aplikasi AKSes Mobi le. Hambatan dari segi akses
internet yang selama ini dipakai untuk memanfaatkan Fasilitas AKSes pun dapat teratasi. Investor, terutama yang kurang fami liar dalam menggunakan internet atau berada di daerah de ngan koneksi internet belum cukup baik, dapat menjadikan ATM seba gai pilihan.
Sepanjang tahun 2014, kerja sama Co-Branding Fasilitas AKSes dengan jaringan perbankan telah dilaksanakan dengan meng gandeng empat bank yang selama ini telah bekerjasama sebagai Bank Administrator RDN, yaitu PT Bank Permata Tbk (Permata Bank), PT Bank Mandiri Tbk (Bank Mandiri), PT Bank Central Asia Tbk (BCA), dan PT Bank CIMB Niaga Tbk (CIMB Niaga). De ngan demikian, dari enam Bank Administrator RDN yang telah be
Sinergi dengan Perbankan untuk
Memberikan Kemudahan Investor
KSEI menggandeng perbankan untuk meng
optimalkan Fasilitas AKSes sebagai gerbang
menuju financial hub. Ke depan, jaringan
perbankan akan dioptimalkan sebagai akses
bagi masyarakat untuk berinvestasi di pasar
modal.
dilakukan, diharapkan masyarakat memperoleh kemudahan un tuk berinvestasi di pasar modal, dan dengan dukungan pengem bangan infrastruktur Co-Branding seperti ini diharapkan target peningkatan jumlah investor di pasar modal dapat dicapai se jalan dengan visi OJK untuk pendalaman pasar.
Mendukung pernyataan Nurhaida, Heri Sunaryadi yang saat itu menjadi Direktur Utama KSEI mengatakan, infra struktur pasar modal yang baik dibutuhkan agar para pelaku pasar dapat mengembangkan produk dan layanan jasa secara efisien. Untuk itu, KSEI memiliki bebe rapa inisiatif dalam pengembangan infra struktur pasar modal untuk beberapa tahun ke depan, termasuk kerja sama lanjutan dengan perbankan.
Perbankan yang memiliki basis nasabah yang besar dan su dah terpetakan berdasarkan nilai rekening yang dimiliki, serta memiliki infrastruktur jaringan yang lebih matang dibandingkan pasar modal, infrastrukturnya dapat dimanfaatkan untuk mem bukakan akses ke pasar modal. Tujuannya antara lain agar dapat menggaet investor baru. Di sisi lain, berbagai fasilitas layanan perbankan yang umum dan mudah digunakan masyarakat, se hingga dapat dimanfaatkan untuk menunjang aktivitas di pasar modal di tahap selanjutnya. Fasilitas tersebut diharapkan me narik minat masyarakat untuk berinvestasi sehingga jumlah in vestor lokal juga akan meningkat.
Menurut Heri, pengembangan fitur monitoring Efek yang tersim pan di KSEI melalui layanan ATM atau internet banking bank ini merupakan langkah awal untuk pengem bangan fitur fitur lainnya ke depan. Dalam pengem bangannya, Fasilitas AKSes akan memperlebar ca kupan, tidak hanya untuk a cuan kepemi
likan Efek yang tercatat di KSEI, na mun juga sebagai AKSes Financial
Hub. “Kita rencanakan nantinya
dengan pengembangan lebih lan jut layanan dan jaringan perbankan, masyarakat akan lebih mudah dan nyaman dalam berinvestasi di pasar modal seperti melakukan pembelian saham IPO, ORI atau juga melakukan
subcription/redemption Reksa Dana.
Ja ringan infrastruktur perbankan yang mapan dan luas sa ngat ideal dalam mendukung pengembang an ini,” ujar Heri.
Pengembangan ini didasarkan pada penerapan SID yang telah menjadi kewajiban bagi investor pasar modal Indonesia sejak ta hun 2012. Dalam tahapan pe ngembangan AKSes Finan cial Hub, beberapa tahapan pengembangan telah dilaksanakan, antara lain pe nerapan Static Data Investor sejak akhir tahun 2013, serta ter koneksinya data SID dengan database kependudukan Republik Indonesia melalui kerja sama KSEI dan Ditjen. Ke pen dudukan dan Catatan Sipil (Dukcapil), Kementerian Dalam Negeri. Tahapan selanjutnya adalah pemberian nomor SID kepada pemilik investasi Kolektif, seperti Reksa Dana, dan instrumen investasi kolektif lain, sehingga dapat terbentuk gambaran investor di akan mengembangkan Co-Branding Fasilitas AKSes. Khusus un
tuk PermataBank, Fasilitas AKSes melalui jaringan ATM telah da pat digunakan sejak Juli 2014. Sedangkan dengan Bank Mandiri berdasarkan rencana diluncurkan pada awal tahun 2015.
Dari sisi potensi, keempat bank yang telah menjalin ker jasama dengan KSEI ini secara total memiliki sekitar 5.000 kantor cabang, dan lebih dari 30.000 mesin ATM. Khusus untuk layanan melalui internet banking yang akan dikembangkan bersama BCA dan Bank CIMB Niaga, saat ini tercatat ada sekitar 4,5 juta nasa bah yang sudah menjadi pengguna layanan internet banking kedua bank tersebut.
Data KSEI di tahun 2014 mencatat ada sebanyak 358.419 investor yang membuka rekening sebagai nasabah Per usahaan Efek. Dari total jumlah rekening tersebut tersebar di enam Bank Administrator RDN sebanyak 333.778 rekening. Adapun keempat bank yang telah menjalin kerja sama Co-Branding Fasilitas AKSes dapat menyerap 308.000 rekening investor pasar modal.
Kepala Eksekutif Pengawas Pasar Modal Otoritas Jasa Keuang an (OJK) Nurhaida menilai upaya KSEI mengembangkan
Co-Branding Fasilitas AKSes dengan perbankan merupakan lang
kah konkret sinergi perbankan dan pasar modal di bawah OJK untuk mewujudkan infrastruktur yang memudahkan masyarakat melakukan investasi di pasar modal.
Menurutnya, peningkatan jumlah investor pasar modal dapat diupayakan dengan dukungan infrastruktur yang mem buat masyarakat merasa mudah, nyaman, dan aman dalam berinvestasi. “Pengembangan infrastruktur yang mempermu dah ak ses masyarakat ke pasar modal ini melengkapi sosialisasi dan edukasi yang secara masif dan
terus menerus kami lakukan. Kami juga telah melakukan penyesuai an peraturan terkait prinsip me ngenai pengenalan nasabah dimana ke de pannya investor da pat membuka rekening investasi di Perusahaan Efek melalui pihak ketiga, yaitu di antaranya melalui pihak bank”, papar Nurhaida.
Dengan adanya pengembangan infrastruktur yang senantiasa terus
361.038
36.195
(13%)
Jumlah SID Login Fasilitas AKSes
281.256 45.385 (13%)
2014
2012
Perkembangan SID dan Login Fasilitas AKSesSeiring pertumbuhan bisnis dan transaksi di
industri pasar modal, KSEI tak segan melakukan
evaluasi dan perubahan dalam struktur orga
nisasi perusahaan. Bagian dari upaya per
usahaan dalam meningkatkan kredibilitas.
Sebagai penyedia jasa Kustodian Sentral di pasar modal Indonesia, PT Kustodian Sentral Efek Indonesia (KSEI) selalu berupaya untuk melaksanakan kegiatan operasional yang lebih efektif dan efisien. Semua upaya KSEI bermuara pada tujuan untuk memberikan pe layanan yang optimal bagi Pemakai Jasa.Lain dulu lain sekarang. Kondisi dan para pelaku di pasar mo dal Indonesia sudah banyak mengalami perubahan. KSEI yang pada awalnya hanya menyelenggarakan penyelesaian transaksi Efek dengan jumlah tidak lebih 200 institusi dan hanya berhubung an dengan Perusahaan Efek dan Bank Kustodian saja, kini harus menangani para pelaku pasar yang semakin bervariasi, mulai dari Manajer Investasi hingga investor pun kini kerap ha rus berhu bungan dengan KSEI.
Hal tersebut menjadi dasar bagi KSEI untuk melakukan penye suaian organisasi serta mendorong kesiapan sumber daya dalam memberikan layanan. Dengan semangat menjadi Kustodian Sentral yang lebih kredibel sebagai upaya untuk meningkatkan layanan jasanya, KSEI kembali melakukan restrukturisasi orga nisasi internal.
Yang teranyar, KSEI melakukan restrukturisasi yang mulai ber laku sejak 21 Oktober 2013. Restrukturisasi itu
didasarkan atas keputusan Rapat Umum Peme gang Saham (RUPS) KSEI pada tanggal 4 Juni 2013, Surat Keputusan No. S367/PM.22/2013 ter tanggal 16 September 2013 perihal Persetujuan Perubahan Struktur Organisasi KSEI dan Keputu san Direksi No KEP0025/DIR/KSEI/1013 tentang Struktur Orga nisasi KSEI tanggal 8 Oktober 2013.
Heri Sunaryadi yang kala itu menjabat seba gai Direktur Utama KSEI, me nyatakan bahwa re
strukturisasi or ganisasi perlu dilakukan untuk mengikuti perkem bangan industri. Tujuan restruk turisasi adalah memperkuat fungsi KSEI sebagai Self Regulatory Organization (SRO) di pasar modal In donesia serta meningkat kan pelayanan sebagai Lembaga Penyim panan dan Penyelesaian (LPP).
Seperti diketahui, seiring adanya pertumbuhan investor, pe ningkatan frekuensi dan kompleksitas penanganan terkait layanan juga terjadi. Selain Fasilitas AKSes (Acuan Kepemilikan Sekuritas), ada juga pembukaan Sub Rekening Efek, Rekening Dana Nasabah (RDN) dan penerbitan nomor Single Investor Iden tification (SID). Ter lebih lagi, KSEI bertugas sebagai satusatunya institusi yang me ngeluarkan SID sebagai identitas tunggal investor dan persyaratan untuk bertransaksi di pasar modal Indonesia.
Restrukturisasi tersebut sekaligus menjadi jawaban KSEI atas tan tangantantangan yang akan dihadapi di masa mendatang serta memenuhi kebu tuhan para stakeholder, antara lain diper lukannya pengembangan dan pemeliharaan sistem secara terus menerus untuk dapat mengikuti pertumbuhan transaksi dan perkembangan bisnis.
Salah satu concern KSEI saat ini adalah transparansi informasi yang terkait dengan data transaksi investor. Dewasa ini transpa ransi informasi tersebut sangat dibutuhkan dalam meningkatkan kepercayaan investor terhadap pasar modal Indonesia. Dengan demikian dapat memberikan jaminan atas validitas, reliabilitas serta ketepat an waktu terhadap data yang ditampilkan ataupun
diberikan kepada para stakeholder.
Sementara itu tanggung jawab KSEI selaku LPP di pasar modal Indonesia dalam menye diakan fasilitas perlindungan investor sema kin lama semakin meningkat. Beberapa hal yang menjadi perhatian stakeholder KSEI di antaranya peningkatan kuali tas data untuk pembuatan SID, memberikan kemudahan penggunaan Fasilitas AKSes, dan pemantauan pemindahbu kuan Efek untuk mendeteksi adanya kegiatan yang dapat
Restrukturisasi Untuk
Optimalkan Pelayanan
“Restrukturisasi
organisasi dilakukan
untuk memenuhi
kebutuhan para
stakeholder, sekaligus
menjadi jawaban KSEI
atas tantangan yang
akan dihadapi di masa
mengganggu pasar yang teratur, wajar dan efisien. Untuk itu, ke butuhan akan adanya fungsi pusat analisa data dan pengawasan mutasi Efek dan dana di KSEI sangat dibutuhkan, termasuk juga fungsi untuk melakukan edukasi terhadap investor.
Penambahan Dua Divisi
Dengan berlakunya struktur organisasi yang baru pada Oktober 2013, otomatis menyebabkan beberapa perubahan pada struktur divisi yang ada sebelumnya. Divisi yang berjumlah delapan, kini ber tambah menjadi sepuluh divisi. Dua divisi baru diharapkan mem perkuat fungsi perusahaan sebagai regulator pasar modal.
Salah satunya adalah Divisi Pe nyelesaian dan Pengawasan, yang mempunyai tugas melakukan analisa mutasi data transaksi Efek dan dana yang di lakukan investor baik yang me lalui transaksi Bursa maupun transaksi di luar Bursa. Sejalan dengan Peraturan Otoritas Jasa Keuangan, divisi ini bertugas melakukan pemerik saan ke Pemegang Rekening KSEI.
Sementara itu divisi baru lainnya adalah Divisi Komuni kasi dan Perencanaan Strategis. Margeret M. Tang, Pjs Direktur Utama KSEI yang kala itu menjabat menyampaikan bahwa divisi perencanaan strategis perusahaan yang sebelumnya berada di bawah divisi penelitian ini, menjadi perhatian khusus dan digabung dengan komunikasi. “Tujuannya agar terjadi sinergi dan komunikasi yang baik dengan pihak terkait lainnya serta kepentingan sosialisasi dan edukasi
pasar modal kepada masyarakat dan media,” paparnya.
Divisi Komuni kasi dan Perencanaan Strategis mempunyai tugas merumus kan rencanarencana strategis perusahaan ber sama de ngan Direksi, sekaligus berfungsi sebagai pro motor dan pengelola strategi perusahaan serta berperan sebagai Strategic
Manage ment Office yang melakukan monitoring atas seluruh
proyek yang ada di KSEI. Divisi ini juga bertugas untuk membina hubungan dengan media dan masyarakat untuk meningkatkan kesadaran investor tentang pentingnya pemanfaat an Fasilitas AKSes secara berkala.
Menilik kembali perjalanan KSEI dalam mempersiapkan orga nisasi untuk melayani lebih efektif dan efisien, perusahaan bebe rapa kali melakukan penyesuaian dalam struktur organisasi. Awal restrukturisasi organisasi KSEI tercatat saat perusahaan melalui pe nyederhanaan organisasi untuk mengikuti implementasi scripless
trading menggunakan sistem CBEST di tahun 2000. Pada masa da
tang, tentu saja tidak tertutup kemungkinan KSEI kembali melaku kan restrukturisasi, semuanya tentu terpulang pada kondisi dan dinamika pasar yang berkembang.
Kalau itu terjadi, dikatakan Margeret, terbuka peluang dila kukan restrukturisasi lagi misalnya membentuk divisi baru, bahkan mungkin bisa dilakukan upaya lebih strategis mi salnya spin off anak usaha,” ujarnya. Margeret mengingatkan, berbagai per ubahan tersebut, termasuk restrukturisasi organisasi perusahaan, merupa kan dukungan bagi kebutuhan pasar yang semakin berkembang serta untuk memenuhi kepentingan para Pemakai Jasa. m
Direktur Utama
Divisi Komunikasi dan Perencanaan Strategis
Unit Komunikasi
Perusahaan Strategi PerusahaanUnit Manajemen
Direktur I
Divisi Teknologi
Informasi Divisi Jasa Kustodian Divisi Penyelesaian dan Pengawasan Divisi Pengembangan Sistem Informasi
Unit Operasional
Teknologi Informasi Unit Pengelolaan Efek Unit Penyelesaian Transaksi Unit Pengembangan Sistem Unit Dukungan
Aplikasi
Unit Pengelolaan
Rekening Unit Pengawasan Unit BCP dan
Keamanan Informasi Unit Tindakan Korporasi Unit Pemeriksaan
Unit Penjaminan Mutu
Satuan Pemeriksaan Internal dan Pengelolaan Risiko
Direktur II
Divisi Hukum dan Pengembangan Divisi Penelitian Usaha Divisi Pengembangan Sumberdaya Manusia dan Umum Divisi Keuangan Unit Bantuan
Hukum Unit Penelitian Sumberdaya Manusia Unit Pengembangan Unit Keuangan Unit Peraturan dan
Pengenaan Sanksi Unit Pengembangan Usaha Unit Umum Unit Akuntansi dan Perpajakan
Unit Pengembangan Investasi Terpadu
Tugas seorang nahkoda sangat vital dan penting
dalam upaya mengemudikan kapal. Keteram
pilan dan kepemimpinan seorang nahkoda yang
andal menjadi salah satu kunci utama agar kapal
dapat berlayar dan selamat mencapai tujuan.
Tak ubahnya dengan dengan KSEI, kepiawaian
nahkoda alias pemimpin perusahaan menjadi
hal yang sangat krusial.
Berangkat dari berbagai latar belakang, itulah salah satu hal yang terlihat dari profil para pemimpin yang pernah menduduki jabatan Direksi PT Kustodian Sentral Efek Indonesia (KSEI) hingga saat ini. Secara umum, Direksi KSEI di jabat oleh paling sedikit dua orang, dan sesuai ketentuan Peraturan Otoritas Jasa Keuangan (OJK) dahulu BapepamLK Nomor III.C.3 Butir 3 tentang Direktur Lembaga Penyimpanan dan Penyelesaian (LPP), harus bebas konflik kepentingan agar mampu melaksanakan tugas dengan baik.
Hingga tahun 2014, jajaran Direksi KSEI telah berganti hingga sepuluh periode masa kepemimpinan. Di setiap periode, terdapat berbagai perkem bangan berbeda yang telah berhasil diimplementasikan sesuai dengan tren yang tengah marak saat itu.
Awal terbentuknya KSEI di tahun 1997, puncak kepemimpinan didapuk oleh be berapa profil yang sudah tak a sing di dunia pasar modal. Pada masa ini, per alihan fungsi dari PT Kliring Deposit Efek Indone sia (KDEI) menjadi KSEI menjadi awal kisah perjalanan KSEI sebagai LPP. Memasuki tahun 1998, tantang an lain kembali di hadapi ketika penerap an scripless trading mulai diupayakan di te ngah kondisi perekonomian Indonesia yang tengah dilanda krisis.
Bagi Direksi saat itu, pasar modal Indonesia adalah industri yang baik dan masih bertahan di sektor keuangan di Indonesia. Berbagai kondisi yang melanda, termasuk krisis moneter, bukan menjadi alasan bagi KSEI untuk menghentikan pengembangan.
Hingga era kepemimpinan yang sekarang, jajaran Direksi KSEI secara keseluruhan merupakan perwakilan para Pemakai Jasa KSEI. Sebut saja Heri Sunaryadi yang sebelumnya lama berkecimpung di Anggota Bursa, Margeret M. Tang yang berangkat dari Bank Kustodian, serta Sulistyo Budi yang telah lama bekerja di KSEI. Kombinasi berbagai latar belakang tersebut diharapkan dapat memberikan kontribusi yang baik dan seimbang bagi perkembangan pasar modal Indonesia.
Di penghujung tahun 2014, terdapat perubahan susunan Direksi KSEI, dikarenakan adanya penunjukkan Heri Sunaryadi untuk menjadi Direktur di salah satu perusahaan BUMN. Posisi Heri saat itu digantikan Margeret M. Tang sebagai Pjs. Direktur Utama. m
Nahkoda KSEI:
Berangkat dari Berbagai
Latar Belakang
“Hingga tahun 2014,
jajaran Direksi KSEI
telah berganti hingga
tujuh periode masa
kepemimpinan.”
DIREKSI
KSEI
1997 - 1998 1998 - 2000 2000 - 2001 2001 - 2002 2002 - 2004 2004 - 2006 2006 - 2007 2007 - 2010 2010 - 2013 2013 - Des 2014 Ananta Wiyogo Direktur Utama Ananta Wiyogo Direktur Utama Heri Sunaryadi Direktur UtamaBenny Haryanto Djie
Direktur Utama Bambang Indiarto Direktur Utama Trisnaldi Yulrisman Direktur Sulistyo Budi Direktur Sulistyo Budi Direktur Bambang Indiarto
Direktur Trisnaldi Yulrisman Direktur
Trisnaldi Yulrisman
Direktur
Isakayoga C. Hudasmara
Direktur Utama Rita Masoen Direktur DirekturSutito
Erry Firmansyah Direktur Utama Erry Firmansyah Direktur Utama Erry Firmansyah Direktur Utama
Benny Haryanto Djie
Direktur
Benny Haryanto Djie
Direktur
Benny Haryanto Djie
Direktur
Benny Haryanto Djie
Direktur Utama Bambang Indiarto Direktur Bambang Indiarto Direktur Eddy Sugito Direktur Risbadi Purbowo Direktur Margeret M. Tang Direktur Margeret M. Tang Direktur
DIREKSI
KSEI
Sebagai sistem utama untuk kegiatan
penyimpanan dan penyelesaian transaksi Efek
di pasar modal Indonesia, CBEST perlu terus
disempurnakan seiring dengan perkembangan
industri pasar modal tanah air. Berdasarkan
rencana, pada tahun 2016 akan lahir CBEST
Next-G, generasi baru dari CBEST yang kini
tengah dikembangkan KSEI.
Bayangkan, per akhir 2014 saja, ada 3,2 triliun lembar saham ber edar dan 778 perusahaan yang terdaftar di CBEST. Untungnya, sa hamsaham ini sejak era scripless trading yang dimulai pada tahun 2000 sebagian besar tidak berbentuk lembar an sertifikat seperti era sebelumnya. Lembar saham itu kini berbentuk data elektronik yang proses penyelesaian transaksinya menggunakan sistem utama PT Kustodian Sentral Efek Indonesia (KSEI) yang bernama CBEST (The Central Depository and Book Entry Settlement System). Belum lagi data obligasi, produk lain yang tercatat di BEI, serta in strumen lain yang tidak tercatat di BEI, juga menggunakan sistem CBEST.
Berdasarkan data yang dimiliki KSEI, pada tahun 2014, total pe nyelesaian transaksi Bursa melalui CBEST sebesar 1,34 triliun unit dengan frekuensi mencapai 37,5 juta. Jumlah ini mengalami pe ningkatan dari tahun 2013, dengan jumlah penyelesaian transaksi sebesar 1,34 triliun unit dengan frekuensi sebesar 37,5 juta. Pe ningkatan jumlah ini diprediksi akan terus berlanjut setiap tahun.
Aktivitas penyelesaian transaksi Efek baru merupakan salah satu tugas dari CBEST. Setelah proses penyelesaian transaksi Efek selesai dilakukan, sistem yang selalu disesuaikan dengan tren teknologi terkini tersebut, juga berfungsi melakukan aktivitas penyimpanan Efek milik investor pasar modal. Semakin bertam bahnya Efek yang tercatat di Bursa dan meningkatnya aktivitas transaksi yang diikuti dengan kian tingginya frekuensi penyelesai an trans aksi Efek, membuat KSEI mempersiapkan CBEST generasi terbaru yang merupakan pengembangan dari CBEST yang selama ini jadi andalan. Terlebih lagi, sistem CBEST yang digunakan KSEI
saat ini telah berumur le bih dari 10 tahun. Sistem tersebut turut andil pada proses migrasi Efek dari bentuk script menjadi scripless di pasar modal Indonesia.
Pengembangan CBEST menuju generasi selanjutnya tidak hanya untuk menjawab adanya kebutuhan pasar. CBEST Next
Ge neration (Next-G) juga dikembangkan untuk menyesuaikan de
ngan tren perkembangan terkini, serta tren yang digunakan lem baga Central Securities Depository (CSD) dari negaranegara lain.
Pertengahan Oktober 2014, KSEI menyelenggarakan peresmi an pengembangan proyek CBEST Next-G, ditandai dengan pe nandatanganan Perjanjian Kerja Sama antara KSEI yang diwakili Direktur Utama, Heri Sunaryadi dan vendor pengembangan yang terpilih yaitu Nasdaq OMX, yang diwakili Executive Vice President,
Market Technology, Lars Ottersgard.
Prosesi penandatanganan turut disaksikan Nurhaida, Kepala Eksekutif Pengawas Pasar Modal Otoritas Jasa Keuangan (OJK) ser ta Direksi BEI, Direksi KPEI, Direksi dan Komisaris KSEI dan perwakil an asosiasi pasar modal Indonesia yang hadir sebagai undangan.
Pengembangan CBEST Next-G akan menghadirkan performa yang lebih tinggi dan lebih terintegrasi dengan aplikasi pendukung lainnya. Hal ini dilakukan guna mengantisipasi peningkatan nilai kapitalisasi pasar, jumlah investor dan volume transaksi di pasar modal Indonesia pada masa mendatang. “Sistem CBEST yang ada saat ini dapat mengakomodir hingga 3.000 penyelesai an transaksi Efek per menit. Sedangkan CBEST Next-G ditargetkan mampu me nangani hingga 3 juta investor pasar modal Indonesia dengan ka pasitas pemrosesan penyediaan transaksi yang ditingkatkan lebih dari 6 kali lipat kapasitas sebelumnya,” demikian di sampaikan Heri Sunaryadi, Direktur Utama KSEI saat itu. Rencana pengembangan sistem penyelesaian dan penyim pan an transaksi Efek ini merupa kan tindak lanjut dari proses ta hap an pengembang an yang telah dilakukan KSEI sejak tahun 2012, termasuk proses design study yang telah diselesaikan tahun ini.
Proses pemilihan vendor telah dilakukan sejak tahun 2013 dengan proses yang cukup ketat dan mengacu pada spesifikasi dan kebutuhan yang diperlukan. Program CBEST Next-G yang dikembangkan nantinya dapat mengakomodir format SWIFT ISO 20022 yang berlaku internasional. Hal ini akan memudahkan KSEI dalam melakukan Cross Border Settlement dengan negara lain. “Ini juga menjadi upaya untuk mengantisipasi Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA) tahun depan dimana persaingan pasar akan lebih ketat dan berada pada level internasional,” tambah Heri.
Agar sistem terjaga dengan baik, CBEST Next-G akan ditun jang Business Continuity Plan (BCP) serta sistem keamanan terkini untuk memastikan kerahasiaan data. KSEI juga berupaya memasti kan sistem CBEST dapat dioperasikan dalam berbagai kondisi. Un tuk itu, penerapan Disaster Recovery Center (DRC) yang berfungsi untuk menjaga kelangsungan operasional layanan jasa dengan kemampuan meminimalikan down time saat terjadi bencana, menjadi sebuah keharusan bagi sistem CBEST. m
C-BEST,
Sistem Utama KSEI
Otoritas Jasa Keuangan (OJK) bersama Self Regulatory Organization (SRO), Asosiasi Pasar
Modal, Bank Pembayaran, Perusahaan Efek, Bank Kustodian serta lembaga dan pelaku pasar
modal lainnya memberikan apresiasi atas upaya PT Kustodian Sentral Efek Indonesia (KSEI)
dalam menyempurnakan layanan jasanya dari tahun ke tahun. Seiring dengan bertambahnya
usia KSEI yang ke 17 tahun, keluarga besar pasar modal memberikan ucapan selamat atas
kehadiran dan peran besar KSEI di pasar modal Indonesia.
KSEI dan Upaya
Peningkatan Jasa dan Layanan
Nurhaida,
Kepala Eksekutif Pasar Modal,
Otoritas Jasa Keuangan (OJK)
INVESTOR BARU KINI BISA SEGERA BERTRANSAKSI DI BURSA
Dalam menghadapi kondisi transaksi Efek yang senantiasa berfluktuasi sei ring dengan dinamika yang terjadi di Pasar Modal, KSEI selaku Lembaga Pe nyimpanan dan Penyelesaian (LPP) telah mengedepankan kepentingan penggu na jasanya melalui peningkatan kuali tas layanan jasa. Salah satunya adalah implementasi modul Static Data
Inves-tor (SDI) sejak Desember 2013. Melalui
modul ini, Perusahaan Efek dan Bank Kustodian dapat lebih mudah mengaju kan pembukaan Sub Rekening Efek dan pembuatan Single Investor Identification (SID) bagi nasabahnya, serta melakukan
update data nasabah. Selain itu, bagi
investor baru dapat segera bertransaksi
Program Pengembangan Infrastruktur Pasar Modal pada tahun 2009, KSEI te lah berperan aktif dalam inisiatifinisiatif unggulan seperti pengembangan dan penerapan SID, Rekening Dana Nasabah (RDN), dan Fasilitas AKSes. Salah satu tu juan dari inisiatifinisiatif tersebut adalah memperkuat perlindungan kepa da na sabah guna meningkatkan keperca yaan publik dalam melakukan investasi di Pasar Modal Indonesia. KSEI juga melanjutkan inisiatifinisiatif lain seperti memperbaha rui pengembangan CBEST Next-G guna mengantisipasi perkembangan Pasar Modal Indonesia ke depannya. Kerja sama juga dilakukan KSEI dengan Bank Pemba yar dalam program Co-Branding Fasilitas AKSes, untuk mening katkan pemanfaatan Fasilitas AKSes oleh masyarakat pemodal.
OJK mengharapkan kedepannya KSEI dapat senantiasa memenuhi tuntutan dan menjawab tantangan dari perkem bangan pasar modal yang dinamis, de ngan melakukan berbagai inisiatif dan terobosan peningkatan layanan baik da lam bentuk konsepkonsep baru, pem baharuan sistem, maupun kerja sama dengan pihakpihak terkait.
Ito Warsito,
Direktur Utama PT Bursa Efek Indonesia
APRESIASI UNTUK IMPLEMENTASI
StatiC Data inveStor
KSEI telah menunjukkan upaya secara berkesinambungan untuk meningkatkan kualitas layanan jasanya. Salah satunya adalah implementasi modul SDI sejak Desember 2013 yang merupakan lang kah strategis KSEI untuk menyediakan
sehingga dapat dibangun database
inves-tor pasar modal secara lengkap dan mem
berikan informasi demografi. Sebagai LPP, KSEI telah menjalankan inisiatifini siatif yang inovatif sebagai upaya menye diakan jasa Kustodian sentral dan penye lesaian transaksi yang teratur, wajar, dan efisien. Selain implementasi SDI, inisiatif untuk menjalin kerja sama dengan Bank Pembayar melalui program Co-Branding Fasilitas AKSes patut diapresiasi karena akan mempermudah investor melakukan pemantauan portofolio Efek dan dananya, sehingga investor pasar modal Indonesia semakin terlindungi.
Bursa Efek Indonesia sebagai penye dia fasilitas dan sarana front office perda gangan Efek di pasar modal Indonesia, berharap KSEI senantiasa mengembang kan dan mengevaluasi kinerja sistem in formasinya sehingga dapat menunjang operasional pasar modal Indonesia secara keseluruhan dan menunjang pengem bangan pasar yang saat ini sedang giat
Hasan Fawzi,
Direktur Utama PT Kliring
Penjaminan Efek Indonesia
TERUS MEMPERERAT KERJA SAMA
KSEI telah melakukan layanan jasa dengan kualitas yang baik, dan menunjukkan peningkatan yang berkelanjutan. Inisiatif KSEI yang telah dite rapkan dan sangat berdampak pada industri pasar modal adalah penerapan SID. Inisiatif tersebut merupakan salah satu inisiatif utama dari program pengembangan infrastruktur pasar modal 20102013. Dengan dukungan pengembangan SID tersebut, KPEI juga telah dapat mengembangkan proses kliring dan penyelesaian serta peman tauan risiko hingga tingkat nasabah.
Saat ini, berbagai inisiatif pengembangan pasar modal Indonesia yang telah berjalan sejak tahun 20132016 tengah dikoordinasikan KSEI seperti pengembangan lebih lanjut SID untuk BAE dan Reksa dana, pengembangan CBEST Next-G, pengembangan penyelesaian melalui Bank Sentral, pasar REPO, inisiatif dan pengawasan atas aset nasabah (unclaimed asset dan pengawasan mutasi Efek antar rekening), yang akan menjadi tumpuan pertumbuh an berbagai produk pasar modal dan pening katan keamanan dalam berin vestasi. Kami berharap KSEI dan KPEI dapat terus mempererat kerja sama dan hubungan baik dalam berbagai inisiatif pengembangan maupun dalam kegiatan opera sional rutin seperti yang telah
Benny Haryanto,
Direktur KSEI periode 1998 - 2001
dan Direktur Utama KSEI periode
2001 - 2004 & 2004 - 2006
TANTANGAN MEMBANGUN JARINGAN TEKNOLOGI INOVATIF
KSEI telah menjalankan fungsinya dengan melakukan changing the way we do
busi-ness dalam sistem penyelesaian transaksi
di pasar modal di Indonesia. Dalam usia yang menginjak dewasa, KSEI layaknya da pat mengemban tugas yang diamanatkan oleh pengguna jasa dengan melakukan transformasi atas pelayanan yang diberi kan untuk pasar Modal Indonesia. Guna meningkatkan value preposition kepada pelaku pasar modal di Indonesia, KSEI ha rus berani melakukan sebuah inovasi yang membantu meningkatkan efektivitas dan mempunyai nilai baru, yang pada akhirnya memperbaiki pasar dengan membangun jaringan teknologi yang lebih inovatif.
Bambang Indiarto,
Direktur KSEI
periode 2001 - 2004 dan
Direktur Utama KSEI
periode 2006 - 2007
MENCIPTAKAN SINERGI POSITIF
KSEI mampu menjalankan kewajiban se bagai LPP dengan baik serta berperan ak tif dalam menciptakan terselenggaranya pasar modal Indonesia yang teratur, wa jar dan efisien. Pada era scripless trading tahun 2000 KSEI telah merombak total pelaksana an kegiatan operasional, dima na Pemanfaatan kemajuan Teknologi In formasi mendominasi berbagai tugas dan kegiatan KSEI.
Isakayoga,
Direktur Utama KSEI periode 1997 - 1998
IKUT BERPERAN MENJARING INVESTOR RITEL
KSEI selalu memberikan kemudahan dan kenyamanan bagi investor dalam bertran saksi di pasar modal. Untuk mendukung hal tersebut, melalui teknologi CBEST dan Fasili tas AKSes yang sudah berjalan de ngan baik, maka perlu dikembangkan lagi kapasitas dan kecepatan serta akurasinya.
Disisi lain yang perlu disikapi adalah po tensi investor, baik domestik maupun asing, dan bagaimana memberikan edukasi dalam menjaring investorinvestor ritel baru di pasar modal. Dengan diberlakukannya Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA), tentunya tantangan
ini akan semakin berat, karena pelaku pasar modal akan semakin kompleks. Untuk itu, sa ngat diperlukan dukungan atas pengembangan teknologi dan kapasitas internal KSEI.