• Tidak ada hasil yang ditemukan

SANTIAJI PENDIDIKAN (JSP)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "SANTIAJI PENDIDIKAN (JSP)"

Copied!
68
0
0

Teks penuh

(1)

Jurnal

SANTIAJI PENDIDIKAN (JSP)

Volume 4, Nomor 2, Juli 2014, hlm. 73-133

JSP terbit dua kali setahun pada bulan Januari, dan Juli. JSP berisi tulisan yang diangkat

dari hasil penelitian dan kajian pustaka dalam bidang pendidikan.

Susunan Organisasi Pengelola

Ketua Penyunting

Prof. Dr. Sang Putu Kaler Surata, MS

Wakil Ketua Penyunting

I Nyoman Adi Susrawan, S.Pd., M.Pd.

Penyunting Pelaksana

Ida Bagus Ari Arjaya, S.Pd., M.Pd.

I Gde Putu Agus Pramerta, S.Pd., M.Pd.

Ni Luh Putu Dian Sawitri, S.Pd., M.Pd.

I Made Dharma Atmaja, S.Pd., M.Pd

Pelaksana Administrasi, Distribusi & Keuangan

Dra. Dewa Ayu Puspawati, M.Si.

Dra. Ni Luh Sukanadi, M.Hum.

Kadek Rahayu Puspadewi, S.Pd., M.Pd.

Alamat Penyunting, dan Administrasi : Kantor Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan (FKIP)

Universitas Mahasaraswati Denpasar, Jalan Kamboja 11A Denpasar-Bali. Kode Pos 80000,

Telp/Faks: 0361-240985; email: santiajipendidikan@hotmail.com

JURNAL SANTIAJI PENDIDIKAN, diterbitkan sejak Januari 2011 oleh Fakultas Keguruan

dan Ilmu Pendidikan Universitas Mahasaraswati Denpasar.

Penulisan Naskah JSP. Penyunting menerima sumbangan tulisan yang belum pernah diterbitkan

dalam media lain. Naskah diketik sesuai dengan format yang tercantum pada halaman belakang.

Naskah yang masuk dievaluasi, dan disunting untuk keseragaman format, istilah dan tata cara

lainnya.

(2)
(3)

PRAKATA

Untuk mencapai tujuan pendidikan yang tertera dalam GBHN dan harapan yang tertuang dalam penjelasan Undang-Undang Sistem Pendidikan Nasional Tahun 2013 dapat tercapai, pendidikan hendaknya dikelola secara profesional dengan tenaga yang profesional pula. Salah satu pemegang peranan penting dalam pencapaian tujuan pendidikan adalah guru. Guru sebagai agen dalam mentransformasikan input-input pendidikan hendaknya memiliki rasa tanggung jawab dalam mempersiapkan segala perlengkapan pengajaran sebelum melaksanakan proses pembelajaran. Selain itu, guru juga harus mempertimbangkan metodologi yang digunakan, termasuk alat media pendidikan yang dipakai, serta alat penilaian apa yang digunakan di dalam pelaksanaan evaluasi.

Kurangnya keahlian atau keterampilan dalam memilih metode pembelajaran yang kompleks, kompleks dalam arti memiliki banyak cara, banyak inisiatif, banyak alternatif yang bersifat kreatif dan inovatif berimplikasi terhadap mutu pendidikan. Melihat kecenderungan tersebut, maka kami berupaya menurunkan artikel hasil penelitian dan kajian pustaka yang nantinya dapat digunakan sebagai alternatif dalam peningkatan dan pengembangan kualitas mutu pendidikan, baik yang menyangkut dalam pembelajaran bahasa, matematika, biologi, maupun dalam bidang ilmu lainnya. Kami berharap semoga pengalaman dan hasil penelitian yang terkumpulan dalam JSP edisi ini dapat menginspirasi para pendidik dalam peningkatan dan pengembangan ilmu pengetahuan.

Denpasar, Juli 2014 Ketua Penyunting

(4)

[ii]

Jurnal

SANTIAJI PENDIDIKAN (JSP)

Volume 4, Nomor 2, Juli 2014, hlm. 73-133

DAFTAR ISI

Halaman Prakata ………...……. i Daftar Isi ………...….. ii Improving Speaking Skill And Developing Character Of The Students Through

Collaboration Of Think-Pair-Share And The Concept Of Tri Kaya Parisudha

I Komang Budiarta, Ni Wayan Krismayani..………...………... 73 – 80 Efektivitas Modified Colaborative Strategic Reading Dalam Reading Class Activity

Putu Ayu Paramita Dharmayanti, Dewa Ayu Ari Wiryadi Joni……...…. 81 – 87 Meningkatkan Aktivitas dan Prestasi Belajar Siswa Dalam Pembelajaran Bangun

Ruang Sisi Datar Melalui Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe TGT Pada Siswa Kelas VIII-I SMP Dwijendra Denpasar Tahun Ajaran 2011/2012

Ni Nyoman Maheni, I Gusti Ngurah Nila Putra…………...……… 88 – 93 Pengaruh Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe GI (Group Investigation)

Terhadap Motivasi Belajar Siswa SMA Negeri 1 Kintamani

Ni Wayan Budiani, I Made Diarta... 94 - 100 Ngayah: Model Pendidikan Karakter Berbasis Kearifan Lokal (Perspektif Kajian

Sosiologi Pendidikan)

I Made Legawa... 101 – 107 Upaya Meningkatkan Kemampuan Menulis Laporan Karya Wisata Dengan Menerapkan

Metode Tugas Individual Siswa Kelas VIIIF Sekolah Menengah Pertama Negeri 3 Tabanan Tahun Pelajaran 2012/2013

Ni Made Sueni, Ni Wayan Sri Eka Wahyuni... 108 – 111 Penggunaan Pendekatan Keterampilan Proses dalam Pembelajaran Perkembangan

Peserta Didik Untuk Mengingkatkan Hasil Belajar Mahasiswa Prodi Bahasa Inggris Semester IIC FKIP – Unmas Denpasar tahun Akademik 2012/2013

Putu Sri Astuti... 112 – 117

ISSN 2087-9016

(5)

Bajra Sandhi: Monumen Perjuangan Rakyat Bali Sumbangan Terhadap Tegaknya Kedaulatan Negara Kesatuan Republik Indonesia

Ida Bagus Brata... 118 – 125 Menyikapi Kebertahanan Bahasa Indonesia dalam Menghadapi Globalisasi di Bali

Ni Ketut Pola Rustini, I Nyoman Diarta... 126 – 129 Petunjuk Penulisan Naskah Jurnal Santiaji Pendidikan (JSP) ... 130 Penulisan Daftar Pustaka Berdasarkan APA STYLE... 132

(6)
(7)

IMPROVING SPEAKING SKILL AND DEVELOPING CHARACTER

OF THE STUDENTS THROUGH COLLABORATION OF THINK-PAIR-SHARE

AND THE CONCEPT OF TRI KAYA PARISUDHA

I Komang Budiarta, Ni Wayan Krismayani

English Education Study Program, Faculty of Teacher Training and Education Mahasaraswati Denpasar University

mrbudi@live.com

ABSTRAK

Keterampilan berbicara merupakan salah satu keterampilan yang harus selalu dilatih agar mereka dapat berkomunikasi dengan baik.Di samping itu, karakter juga merupakan salah satu hal yang sangat penting karena orang yang sukses bukan hanya karena hard skill tetapi juga soft skill.Penelitian ini ditujukan untuk mengatasi permasalahan yang dihadapi oleh mahasiswa semester tiga Program Studi Pendidikan Bahasa Inggris yaitu keterampilan berbicara dan karakter.Penelitian dilaksanakan dalam beberapa siklus penelitian tindakan kelas dengan menerapkan model pembelajaran kolaborasi think-pair-share dengan konsep tri kaya parisudha.Setelah beberapa siklus, hasil penelitian menunjukkan terjadinya peningkatan dari pra siklus sampai siklus IV.Hal ini menunjukkan bahwa model pembelajaran yang diterapkan telah berhasil meningkatkan keterampilan berbicara dan mengembangkan karakter disiplin, jujur, kooperatif, kreatif dan saling menghormati.

(8)

Jurnal Santiaji Pendidikan, Volume 4, Nomor 2, Juli 2014 ISSN 2087-9016

74

PENDAHULUAN

Hakikat pentingnya peningkatan keteram-pilan berbicara tidak sejalan dengan proses pembelajaran yang ada di kelas khususnya di Program Studi Pendidikan Bahasa Inggris Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Mahasaraswati Denpasar (PSP Bahasa Inggris FKIP Unmas Denpasar). Para mahasiswa di dalam mata kuliah Speaking (berbicara) belum mampu mengekspresikan ide atau gagasan dalam Bahasa Inggris lisan. Sebagai contoh, mereka terkadang berhenti ditengah pembicaraan tanpa tahu harus berkata apa dan mahasiswa juga kurang berani memulai berbicara dalam bahasa Inggris.

Keterampilan berbicara merupakan salah satu keterampilan yang sangat kurang dikuasai oleh mahasiswa semester III PSP Bahasa Inggris FKIP Unmas Denpasar tahun akademik 2013/2014. Hal ini dapat dilihat dari hasil observasi awal yang peneliti lakukan dengan mewawancarai beberapa dosen yang mengajar di semester III dan berdasarkan hasil dari mata kuliah Speaking II yang telah mereka ambil di semester II. Hasil ini menunjukkan bahwa proses pembelajaran keterampilan berbicara belum berlangsung dengan maksimal. Di samping itu, banyak dosen yang mengeluh tentang bagaimana buruknya perilaku mahasiswa semester II yang sekarang menjadi semester III.

Ketidakmampuan mereka dalam meng-ungkapkan ide dengan bahasa Inggris secara lisan sejalan dengan perilaku mereka yang tidak mencerminkan karakter Bangsa Indonesia yang selalu dibangga-banggakan misalnya berbicara sopan, ramah, jujur, dan lain-lain. Hal ini membuat masyarakat semakin yakin bahwa degradasi moral yang terjadi adalah bukti kegagalan pendidikan

Degradasi moral ini juga sangat terasa di dalam kelas ketika para dosen memasuki kelas-kelas di PSP Bahasa Inggris FKIP Unmas Denpasar. Para mahasiswa tidak disiplin, ketika mengerjakan ujian mereka mencontek, berkata yang tidak sopan, tidak kreatif dan lain-lain. Oleh karena itu, di beberapa kelas, dosen sering mengalami ’intimidasi’ akibat dari tingkah laku para mahasiswa yang tidak berkarakter sehingga para dosen tidak

dapat melakukan proses pembelajaran dengan maksimal untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan.

Hal ini harus segera ditangani karena pendidikan karakter merupakan salah satu hal penting untuk membangun karakter peserta didik dan orang-orang yang memiliki karakter yang baik adalah para calon orang sukses. Seperti yang kita ketahui bahwa kesuksesan seseorang tidak hanya diukur dari pengetahuan akademisnya atau hard skill saja tetapi juga pada soft skill salah satunya karakter. Hal ini mengisyaratkan bahwa proses pembelajaran harus dilakukan secara seimbang

Namun fakta yang terlihat di kelas-kelas PSP Bahasa Inggris FKIP Unmas Denpasar, proses pembelajaran Bahasa Inggris tidak berlangsung secara seimbang. Masih banyak dosen yang hanya menekankan pemberian aspek kognitif dan psikomotorik atau hard skill kepada para peserta didik dan bahkan mengabaikan pentingnya aspek afektif atau soft skill khususnya karakter. Hal ini terjadi karena beberapa faktor dan salah satunya adalah masih kurang kreatifnya para pendidik dalam mencari dan memodifikasi teknik pembelajaran yang mampu mengakomodasi pembelajaran kedua skill tersebut.

Dalam penelitian ini, peneliti menawarkan sebuah model pembelajaran yang dimodifikasi dengan mengkolaborasikan salah satu model pembelajaran kooperatif tipe Think-Pair-Share dengan salah satu konsep kehidupan dalam Agama Hindu yaitu Tri Kaya Parisudha. Dalam model pembelajaran ini, peneliti tidak ingin mencampuri kebebasan beragama peserta didik atau subjek penelitian dan model pembelajaran ini tidak ada kaitannya dengan proses menghindukan peserta didik non-Hindu.

Konsep yang ditawarkan oleh Tri Kaya Parisudha yaitu manacika: berpikir yang bersih dan suci, wacika: berkata yang benar,dan kayika: berbuat yang benar. Konsep Tri Kaya Parisudha yang dikolaborasikan dengan Think-Pair-Share, secara sederhana dapat digambarkan sebagai berikut: peserta didik akan dilatih untuk selalu berpikir yang baik secara individu (Think-Manacika), kemudian mereka akan berdiskusi

(9)

dengan temannya atau pasangannya (Pair-Wacika) dan diakhiri dengan membagikan gagasan hasil diskusi mereka dengan teman-teman yang lain di dalam kelas dan juga akan diharapkan berlanjut di luar kelas (Share-Kayika).

Model ini diharapkan mampu meng-akomodasi proses pembelajaran yang tidak hanya menekankan pada peningkatan keterampilan berbicara peserta didik tetapi juga pengembangan karakter-karakter yang mengarah pada pengem-bangan karakter yang baik. Selain itu, juga diharapkan dapat memberikan atmosfer yang berbeda dibandingkan dengan model pembe-lajaran konvensional yang sering diterapkan oleh para dosen yang cenderung monoton dan kaku.

Dalam penelitian ini permasalahan dibatasi dalam ruang lingkup peningkatan keterampilan berbicara dalam mata kuliah Speaking III dan pengembangan karakter seperti disiplin, jujur, bertanggung jawab, kreatif dan saling menghormati.

METODE PENELITIAN

Penelitian ini menggunakan desain Penelitian Tindakan Kelas (PTK). Penelitian ini akan dilaksanakan dalam beberapa siklus dengan dua sesi untuk setiap siklus danpada setiap sesi terdapat empat kegiatan yang saling berhubungan: Perencanaan (Planning), Aksi (Action), Observasi (Observatio), dan Refleksi (Reflection).

Tempat pelaksanaan penelitian adalah PSP Bahasa Inggris FKIP Unmas Denpasar. Penelitian dilaksanakan di Kampus Soka yang berada di Jalan Soka Nomor 47. Subjek penelitian ini adalah semester IIIA yang berjumlah 30 orang (11 orang laki-laki dan 19 orang perempuan).

Untuk mengumpulkan data-data yang diperlukan dalam penelitian ini, peneliti menggunakan tiga macam instrumen penelitian yaitu tes yang terdiri dari dua jenis tes yang dinilai dengan menggunakan rubrik penilaian analitik dengan kriteria-kriteria seperti kelancaran (fluency/40 poin), pemahaman (comprehension/35 poin), tata bahasa (grammar/15 poin), dan kealamiannya (naturality/10 poin): pre-tes dan post-tes, character checklisti dan kuesioner untuk

mendapatkan data pendukung. Metode pengum-pulan data dilakukan dengan active participatory observation.

Pre-tes diberikan sebelum proses penelitian untuk melihat kemampuan awal dalam berbicara. Setelah proses pembelajaran dilakukan, di akhir setiap siklus, diberikan post-tes yang digunakan untuk mengetahui peningkatan kemampuan subjek dalam berbicara. Sedangkan character checklist diberikan di setiap akhir siklus dan digunakan untuk mendapatkan data tentang perkembangan perilaku subjek penelitian serta kuesioner yang diberikan di akhir siklusuntuk mengetahui respon mereka terhadap model pembelajaran yang diberikan.Data yang didapat kemudian dianalisa dengan menggunakan rumus nilai rata-rata dan prosentase.

Untuk melihat keberhasilan penelitian tindakan kelas ini, ada dua indikator yang digunakan yaitu peningkatan keterampilan berbicara dan perkembangan karakter subjek penelitian.Untuk keterampilan berbicara, subjek penelitian harus mencapai nilai di atas 75 yang merupakan standar kelulusan minimal untuk mata kuliah speaking III. Sedangkan untuk perkem-bangan karakter subjek penelitian, penelitian akan dihentikan jika perkembangan karakter mereka sudah memenuhi prosentase minimal yaitu 50% membudaya konsisten.

HASIL DAN PEMBAHASAN

Hasil

Penelitian tindakan kelas merupakan cyclical proses yang dilakukan secara kontinu. Penelitian ini ditujukan untuk meningkatkan keterampilan berbicara dan mengembangkan karakter peserta didik dengan menggunakan model pembelajaran kolaborasi think-pair-share dengan konsep tri kaya parisudha. Data-data yang terkumpul dapat dideskripsikan sebagai berikut:

Observasi Awal

Penelitian ini didahului dengan melakukan observasi awal terhadap subjek yang akan diamati. Untuk mendapatkan gambaran yang lebih terukur tentang keterampilan berbicara dan perkembangan

(10)

Jurnal Santiaji Pendidikan, Volume 4, Nomor 2, Juli 2014 ISSN 2087-9016

76

karakter subjek penelitian, pre-tes dan character checklist diberikan kepada mereka.

Berdasarkan hasil perhitungan skor pre-tes didapatkan nilai rata-rata 52,33 yang dikategorikan ‘kurang’. Sedangkan untuk mengumpulkan data tentang perkembangan awal karakter peserta didik, character checklist diberikan kepada subjek penelitian.Mereka diminta untuk mengisi ceklist sesuai dengan keadaan mereka tanpa ada rekayasa. Karakter-karakter tersebut antara lain: disiplin, jujur, kooperatif, kreatif, dan saling menghormati.

Berdasarkan hasil perhitungan character checklist didapat prosentase-prosentase karakter yang sudah membudaya konsisten sebagai berikut: karakter disiplin sebesar 5,56%; karakter jujur sebesar 12.50%; karakter kooperatif sebesar 1,39%; karakter kreatif sebesar 0,00%;dan 13,89% karakter saling menghormati. Prosentase ini menunjukkan bahwa kelima karakter tersebut belum membudaya konsisten dalam perilaku subjek penelitian khususnya dalam proses pembelajaran.

Siklus I

Siklus I terdiri dari empat langkah yang secara kontinu harus dilakukan yaitu: perencanaan, aksi, observasi, dan refleksi. Materi yang diajarkan di siklus I adalah Asking and Offering Help.Berdasarkan hasil dari pre-tes, pasangan subjek penelitian juga disiapkan. Pasangan ini diusahakan berbeda dalam konteks tingkat keterampilan berbicara dan jenis kelamin serta latar belakang sosial yang lain. Pada siklus I, subjek penelitian diberikan post-tes dan character checklistdengan hasil sebagai berikut:

Post-tes I diberikan kepada semua subjek penelitian yang hadir yaitu 30 orang. Penampilan mereka dinilai dengan menggunakan rubrik penilaian.Setelah mendapatkan nilai setiap subjek, kemudian nilai rata-rata keterampilan berbicara di siklus I dihitung. Hasi perhitungan ini menghasilkan nilai rata-rata sebesar 59,63 yang dikategorikan ‘cukup’. Hal ini menunjukkan adanya peningkatan dari nilai rata-rata pre-tes yang hanya 52,33 (‘kurang’).

Character checklist II yang diberikan kepada subjek penelitian juga menunjukkan hasil yang

memuaskan karena penerapan model pembelajaran kolaborasi think-pair-share dengan konsep tri kaya parisudha sudah mampu mengubah prosentase karakter yang membudaya konsisten. Hasil ceklist karakter menunjukkan: 36,11% karakter disiplin; 25,00% karakter jujur; 29,17% karakter kooperatif 11,11% karakter kreatif dan 29,17% karakter saling menghormati.

Siklus II

Siklus II tidak jauh berbeda dengan siklus I. Namun berdasarkan hasil dari siklus I, perbaikan-perbaikan yang diperlukan untuk meningkatkan keterampilan berbicara dan mengembangkan karakter subjek penelitian dilakukan di siklus II. Oleh karena itu, siklus II dimulai dengan merevisi perencanaan yang sudah dibuat dan materi yang diajarkan adalah Apologizing. Untuk mengumpul-kan data, instrument yang telah disiapmengumpul-kan diberimengumpul-kan kepada subjek penelitian.

Hasil perhitungan nilai rata-rata psot-tes II menunjukkan peningkatan keterampilan berbicara dari subjek penelitian. Hal ini dapat dilihat dari nilai rata-rata yang diikuti oleh 30 subjek penelitian yang menghasilkan angka 63,63. Meskipun nilai rata-rata yang dihasilkan masih dikategorikan ‘cukup’ namun sudah terjadi peningkatan dari pra siklus, siklus I dan siklus II.

Sementara data tentang perkembangan karakter subjek penelitian character checklist menghasilkan perkembangan prosentase mem-budaya konsisten sebagai berikut: karakter disiplin mengalami peningkatan prosentase menjadi 51,39%; karakter jujur menjadi 45,84%; karakter kooperatif sebesar 44,44%; karakter kreatif bertambah menjadi 45,83% sedangkan karakter saling menghormati menjadi 41,67%. Prosentase ini menunjukkan peningkatan yang cukup signifikan.

Hasil perhitungan prosentase kuesioner menunjukkan bahwa tidak ada subjek atau 0,00% subjek memberikan respon sangat tidak setuju dengan penerapan model pembelajaran kolaborasi think-pair-share dengan konsep tri kaya parisudha; 0,31% subjek penelitian menyatakan tidak setuju; 4,59% tidak berpendapat; 38,53% setuju dengan penerapan model pembelajaran dan setengah lebih

(11)

subjek penelitian atau 56,57% menyatakan sangat setuju.

Siklus III

Meskipun hasil dari siklus II sudah menunjukkan peningkatan yang konsisten dari pra siklus sampai siklus II, penelitian tetap dilanjutkan ke siklus III.Pada siklus ini, kelemahan-kelemahan yang ditemukan pada siklus sebelumnya menjadi fokus utama untuk melakukan perubahan. Perbaikan-perbaikan tersebut dibuat dalam revisi perencanaan untuk siklus III.Materi yang disampaikan di siklus III adalah agreeing and disagreeing. Untuk mendapatkan data, peneliti kembali memberikan instrument penelitian yang telah disiapkan.

Post-tes III yang diberikan oleh peneliti menghasilkan nilai rata-rata sebesar 77,30.Nilai ini dikategorikan ‘baik’ dan mengalami peningkatan dari siklus sebelumnya.Hal ini menunjukkan bahwa keterampilan berbicara subjek penelitian meningkat cukup signifikan.

Sedangkan ceklist karakter menunjukkan perkembangan karakter subjek penelitian semakin berkembang dengan baik. Hal ini dibuktikan dengan prosentase karakter yang membudaya konsisten dan terus mengalami peningkatan yaitu karakter disiplin yang meningkat menjadi 65,28%; 56,94% karakter jujur; 59,72% karakter kooperatif; 52,78% karakter kreatif dan 61,11% karakter saling menghormati.

Meskipun perkembangan karakter sudah memenuhi standar minimal indikator keberhasilan penelitian ini, peneliti belum memutuskan untuk menghentikan penelitian karena keterampilan berbicara subjek penelitian masih belum memenuhi standar kelulusan minimal yang ditetapkan untuk penelitian.Oleh karena itu, penelitian dilanjutkan ke siklus berikutnya yaitu siklus IV.

Siklus IV

Pada siklus ini tidak terjadi perubahan yang signifikan.Pada siklus IV juga terdapat empat tahapan yang harus dilalui untuk mendapatkan data yang diinginkan dalam penelitian ini. Namun berdasarkan hasil dari siklus III, perbaikan-perbaikan yang diperlukan untuk meningkatkan

keterampilan berbicara dan mengembangkan karakter subjek penelitian pun dilakukan di siklus IV. Adapun materi yang diajarkan di siklus IV adalah tentang Advice and Suggestion.Pengumpulan datapun kembali dilakukan dengan memberikan post-tes, ceklist karakter dan kuesioner.

Hasil perhitungan nilai rata-rata keterampilan berbicara juga menunjukkan terjadi peningkatan. Post-tes IV yang diberikan kepada subjek penelitian menghasilkan nilai rata-rata sebesar 82,90. Meski-pun nilai rata-rata ini juga dikategorikan ‘baik’ seperti pada siklus sebelumnya, nilai rata-rata pada siklus IV ini meningkat dari 77,30 menjadi 82,90.

Di samping itu, berdasarkan hasil analisa character checklist, perkembangan yang lebih signifikan juga terjadi pada karakter-karakter yang diamati dalam penelitian yaitu: 73,61% karakter disiplin; 62,50% karakter jujur; 66,67% karakter kooperatif; 59,72% karakter kreatif dan 66,67% karakter saling menghormati. Hal ini menunjukkan bahwa model pembelajaran yang diterapkan mampu mengembangkan karakter subjek penelitian.

Untuk mendapatkan data pendukung mengenai respon subjek penelitian terhadap penerapan model pembelajaran kolaborasi think-pair-share dengan konsep tri kaya parisudha.Dari hasil analisis data yang dihasilkan dari kuesioner, perhitungan prosentase kuesioner II menunjukkan bahwa tidak ada subjek yang memberikan respon sangat tidak setuju dan tidak setuju dengan penerapan model pembelajaran kolaborasi think-pair-share dengan konsep tri kaya parisudha; hanya0,43% subjek penelitian yang menyatakan tidak berpendapat dan 23,58% subjek menyatakan setuju. Di samping itu subjek penelitian yang sangat setuju dengan penerapan model pembelajaran tersebut meningkat dari 56,57% menjadi 75,99%. Pembahasan

Penelitian tindakan kelas ini berangkat dari permasalahan yang dihadapi oleh subjek penelitian khususnya dalam keterampilan berbicara dan karakter. Penelitian ini diperuntukkan untuk memecahkan permasalahan yaitu: bagaimana peningkatan keterampilan berbicara dan bagaimana perkembangan karakter subjek penelitian setelah

(12)

Jurnal Santiaji Pendidikan, Volume 4, Nomor 2, Juli 2014 ISSN 2087-9016

78

diajarkan menggunakan model pembelajaran kolaborasi Think-Pair-Share dengan konsep Tri Kaya Parisudha?

Peningkatan Keterampilan Berbicara

Untuk mengetahui apakah terjadi peningkatan keterampilan berbicara subjek

penelitian, peneliti memberikan beberapa tes yaitu pre-tes dan 4 post-tes di siklus I sampai dengan siklus IV. Hasil analisis pre-tes dan post-tes yang menunjukkan peningkatan signifikan seperti pada grafik berikut:

Grafik di atas menunjukkan bahwa penerapan model pembelajaran kolaborasi think-pair-share dengan konsep tri kaya parisudha mengakibatkan peningkatan yang signifikan dalam keterampilan berbicara subjek penelitian. Hal ini dengan jelas dapat dilihat dari peningkatan nilai rata-rata keterampilan berbicara dari subjek penelitian.

Peningkatan nilai rata-rata keterampilan berbicara pada siklus IV sudah memenuhi indikator keberhasilan sehingga penelitian dapat dihentikan. Pada siklus IV, semua subjek penelitian

mendapatkan nilai di sama atau atas 75 yang merupakan standar kelulusan minimal untuk mata kuliah speaking. Oleh karena itu, penelitian tindakan kelas ini akhirnys dihentikan di siklus IV. Perkembangan Karakter

Data tentang perkembangan karakter yang diamati dari subjek penelitian dikumpulkan dengan menggunakan character checklist yang diberikan pada saat pra-siklus sampai dengan siklus IV dapat dilihat pada grafik di bawah ini:

(13)

Hasil analisis character checklist menunjuk-kan hasil yang sejalan dengan peningkatan nilai rata-rata keterampilan berbicara. Perkembangan karakter yang diamati yaitu karakter disiplin, jujur, kooperatif, kreatif dan saling menghormati dari pra siklus sampai dengan siklus IV terjadi dengan konsisten.Hal ini ditunjukkan oleh prosentase masing-masing karakter yang telah membudaya konsisten. Hal ini membuat perubahan tingkah laku subjek penelitian dalam proses pembelajaran.

Perkembangan karakter yang ditunjukkan dengan peningkatan prosentase yang membudaya konsisten juga mengarah pada indikator keberhasilan penelitian ini. Sesuai dengan indikator yang telah ditentukan, penelitian akan dihentikan jika prosentase analisis ceklist karakter telah mencapai minimal 50% membudaya konsisten. Oleh karena itu, penelitian ini dapat dikategorikan telah berhasil mengembangkan karakter subjek penelitian sehingga penelitian dapat dihentikan.

Data pendukung yang diambil dengan menggunakan kuesioner juga menunjukkan hasil analisis yang positif. Dari hasil analisis, respon subjek penelitian terhadap penerapan model pembelajaran kolaborasi think-pair-share dengan konsep tri kaya parisudha menunjukkan bahwa mereka sangat setuju dengan penerapan model tersebut. Hal ini menunjukkan bahwa model pembelajaran tersebut mampu mengubah atmosfer pembelajaran yang ada di kelas menjadi lebih baik.

KESIMPULAN

Setelah penerapan model pembelajaran kolaborasi think-pair-share dengan konsep tri kaya parisudha, hasil analisis data yang dihasilkan dari instrumen penelitian yang digunakan menunjukkan peningkatan keterampilan berbicara dari subjek penelitian. Tingkat keterampilan berbicara yang awalnya dikategorikan ‘kurang’ pada saat pra-siklus meningkat secara signifikan menjadi kategori ‘baik’ pada siklus IV.Peningkatan ini menunjukkan efektivitas dari model pembelajaran kolaborasi think-pair-share dengan konsep tri kaya parisudha.

Di samping itu, model pembelajaran ini juga memberikan efek yang berbeda terhadap perkembangan karakter subjek penelitian.

Karakter-karakter yang diamati yaitu: Karakter-karakter disiplin, jujur, kooperatif, kreatif dan saling menghormati berkembang secara pelan namun pasti. Hal ini ditunjukkan dengan prosentase oleh tiap-tiap karakter yang membudaya konsisten berada di atas 50% dan hal ini juga semakin meyakinkan bahwa jika hal ini terus dilanjutkan perubahan tingkah laku pada subjek penelitian akan terbentuk secara permanen.

Data pendukung yang diambil dengan menggunakan kuesioner juga menunjukkan bahwa sebagian besar subjek penelitian atau kurang lebih 75% memberikan respon yang positif terhadap penerapan model pembelajaran ini. Hal ini semakin meyakinkan bahwa sebagian besar subjek penelitian sangat setuju dengan penerapan model pembelajaran ini.

DAFTAR PUSTAKA

Arends, R.I. (2007). Learning to Teach (Seventh Edition). New York: the McGraw-Hill Companies.

Baker, J.and Westrup, H.(2003).Essential Speaking Skill: a handbook for Englishlanguage teachers. London: Continuum International Publishing Group.

Brown, H.D. (2004). Language Assessment: Principles and Classroom Practices. White Plains, NY: Pearson Education.

Kayi, H. (2006).Teaching Speaking: Activities to Promote Speaking in Second Language. Nevada, USA: University of Nevada.

Kementerian Pendidikan Nasional (Ditjen Mandikdasmen). (2010). Pendidikan Karakter di Sekolah Menengah Pertama. Jakarta: Kemendiknas Ditjen Mandikdasmen, Direktorat Pembinaan Sekolah Menengah Pertama.

Lawtie, F. (2001). Speaking and Listening Instructional Philosophy and Teaching Suggestions. British Council: Caracas.

Luoma, S. (2004).Assessing Speaking.UK: Cambridge University Press.

(14)

Jurnal Santiaji Pendidikan, Volume 4, Nomor 2, Juli 2014 ISSN 2087-9016

80

Pemerintah Republik Indonesia. (2010). Desain Induk Pembangunan Karakter Bangsa Tahun 2010-2025.____

Richards, J.C. and Rodgers, T.S. (2001).Approaches and Methods in Language Teaching (2nd Edition). New York: Cambridge University Press.

Suhardana, K. (2007). Dan Etika Moralitas Hindu. Surabaya: Paramita

Sumber ilmu. (2013). Tri Kaya Parisudha Sebagai Landasan Pendidikan Dalam Membangun

Akhlak Mulia Peserta Didik diambil pada 8 Maret 2013 dari http://sumberilmu.info/2009/ 01/24/tri-kaya-parisudha-sebagai-landasan- pendidikan-dalam-membangun-akhlak-mulia-peserta-didik

Wiarto, E.D., Suryana, D.A, Sari, I., Mahmud, M., Zahri, M., Hasmawati, R., Hutauruk, R., Rona, R., Wajiyem, R.,& Rakhmat, J.(2010). Pendidikan Karakter, Kumpulan Pengalaman Inspiratif. Jakarta: Kementrian Pendidikan Nasional Republik Indonesia.

(15)

EFEKTIVITAS MODIFIED COLABORATIVE STRATEGIC READING

DALAM READING CLASS ACTIVITY

Putu Ayu Paramita Dharmayanti, Dewa Ayu Ari Wiryadi Joni Program Studi Pendidikan Bahasa Inggris

Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Mahasaraswati Denpasar

ABSTRACT

The study aimed at improving the students’ reading comprehension by implementing Modified Collaborative Strategic Reading (MCSR) technique. The subject was grade eleven students of SMA (SLUA) Saraswati 1 Denpasar, in which the amount was thirty students. There were two cycles (eight meetings), in this Classroom based Action Research. There were three instruments used: test, questionnaire, and diary. From the result of the post-test and analyzed questionnaire, it is shown that there is an increase in every meeting. This can be concluded that MCSR is effective in improving the students’ reading comprehension.

(16)

Jurnal Santiaji Pendidikan, Volume 4, Nomor 2, Juli 2014 ISSN 2087-9016

82

PENDAHULUAN

Membaca adalah alat untuk memperluas pengetahuan pembaca dan membantu pembaca untuk berkomunikasi dengan orang lain. Mengingat betapa pentingnya kegiatan membaca, pengajaran membaca harus diberikan perhatian yang lebih intensif.

Berdasarkan pengamatan yang dilakukan oleh peneliti di kelas XI LAB SMA (SLUA) Saraswati 1 Denpasar, diketahui bahwa nilai pelajaran reading tidak terlalu memuaskan. Hal ini disebabkan oleh metode pembelajaran reading yang diterapkan guru di kelas tersebut masih bersifat tradisional yakni guru hanya meminta siswa untuk membaca text tanpa pemahaman lebih jauh dan hanya mementikan kebenaran dalam mengucapkan kata (bahasa inggris). Melalui wawancara singkat terhadap beberapa siswa, diketahui bahwa sebagian besar siswa merasa matakuliah reading membosan-kan dan cara pengajarannya pun kurang menarik.

Salah satu metode pembelajaran yang dapat digunakan untuk meningkatkan kemampuan membaca siswa adalah MCSR. Modifikasi Membaca Strategis Collaboratif (MCSR) adalah versi modifikasi dari Reading Strategis Collaboratif (CSR).

Alasan memodifikasi CSR adalah untuk menawarkan strategi membaca yang lebih tepat. Zoghi et al. (2006) mendefinisikan bahwa CSR dibatasi oleh kisaran sempit strategi membaca seperti mengaktifkan pengetahuan sebelumnya, meringkas ide utama, dan merumuskan pertanyaan. Teori-teori yang mendasari dari MCSR adalah teori interaktif, kognitif - konstruktivis, dan perspektif konstruktivisme sosial.

Implementasi MCSR berlangsung dalam tiga tahap, yang secara tradisional disebut sebagai presentasi, praktek, dan tahap produksi. Adapun empat strategi yang diterapkan yaitu (a) preview strategy, (b) fix-up strategy, (c) get-the-gist strategy, and (d) wrap-up strategy.

Dengan preview strategy, siswa melakukan 2 kegiatan: brainstorming and predicting. Tujuan preview strategy adalah mengaktifkan latar belakang pengetahuan siswa tentang topik,

membantu siswa untuk memprediksi tentang apa yang mereka akan mereka baca dan memotivasi minat siswa untuk membaca teks.

Pada fix-up strategy, siswa terlibat dalam pembelajaran kooperatif. Instruktur meminta siswa untuk membentuk kelompok-kelompok kecil dengan lima anggota di setiap kelompoknya. Siswa kemudian diminta untuk membaca bahan bacaan yang dipilih sementara mereka bertindak sesuai peran yang telah ditentukan:

1. Pemimpin: Memimpin kelompok dengan mengatakan strategi apa yang harus diterapkan selanjutnya;

2. Monitor: memastikan semua orang dalam kelompok berpartisipasi;

3. Fix-up pro: memonitor pemahaman bacaan kelompok;

4. Encourager: memantau kelompok dan memberikan umpan balik;

5. Reader: Memiliki tanggung jawab membaca. Dalam menggunakan fix-up strategy siswa diharapkan untuk: (a) membaca ulang kalimat untuk menentukan kata yang tidak dikenal, (b) mencari akhiran dalam kata yang tidak dikenal, (c) memecahkan kata yang tidak dikenal, (d) mengidentifikasi struktur teks, dan (e) mengidentifikasi kata-kata penghubung.

Pada langkah berikutnya, siswa beralih untuk menggunakan get-the-gist strategy dimana siswa terlibat dalam proses mengidentifikasi ide pokok, kalimat utama, dan informasi spesifik di bagian teks. Tujuan get-the-gist strategy adalah meningkat-kan memori siswa tentang apa yang telah mereka baca sehingga mereka dapat menyajikan kembali hal paling penting dengan menggunakan kata-kata mereka sendiri sebagai cara untuk memastikan mereka telah memahami apa yang telah mereka baca.

Dengan menggunakan wrap-up strategy, instruktur meminta siswa untuk melakukan kegiatan-kegiatan berikut dalam kelompok mereka setelah seluruh teks dibaca: menghasilkan pertanyaan untuk mewawancarai satu sama lain, menceritakan kembali apa yang telah dibaca berupa ringkasan; dan melakukan perdebatan pro-kontra tentang topic.tujuan wrap-up strategy adalah untuk

(17)

meningkatkan pengetahuan, pemahaman, dan memori dari apa yang dibaca siswa.

METODOLOGI PENELITIAN

Subjek penelitian adalah siswa kelas XI LAB SMA (SLUA) Saraswati 1 pada tahun ajaran 2013/2014 dengan jumlah siswa dalam kelas penelitian adalah 30 siswa.

Penelitian yang dilakukan adalah Penelitian Tindakan Kelas (PTK) / Classroom Action Research (CAR). Penelitian ini termasuk kedalam Penelitian Tindakan Kelas karena peneliti berupaya untuk meningkatkan kinerjanya dalam mengajar untuk meningkatkan kemampuan siswa melalui serangkaian tindakan dalam proses belajar mengajar.

PTK merupakan proses pengkajian suatu masalah pada suatu keals melalui siklus daur ulang dari berbagai kegiatan yang pada pokoknya terdiri dari empat tahapan, yaitu perencanaan (planning), implementasi tindakan (implementation of the action), pengamatan (observation) dan refleksi (reflection).

Instrument yang digunakan untuk pengumpulan data dalam penelitian ini adalah: tes, kuisioner, dan diari. Data yang diperoleh kemudian dianalisis bersama untuk mendapatkan prosentase yang menggambarkan peningkatan pada kemam-puan membaca siswa setelah diberi tindakan.

ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN

Sebelum melakukan penelitian di dalam kelas, tim peneliti mengadakan rapat teknis guna membicarakan persiapan yang perlu dilakukan sebelum terjun meneliti. Setelah itu peneliti membahas silabus serta materi-materi yang akan diajarkan. Sumber ajar yang dipakai bukan hanya diambil dari buku yang sudah tersedia atau yang dipakai oleh guru pengempu mata kuliah tetapi juga diambil dari sumber lainnya seperti buku luaran dan internet.

Setelah mendiskusikan isi silabus dan menentukan materi yang akan diajarkan, tim peneliti bersama-sama merancang bahan ajar.

Bahan ajar dalam penelitian ini berupa teks deskriptif dan ekspositori sesuai dengan materi ajar reading di semester dua. Selanjutnya, tim peneliti merancang SAP (Satuan Acara Perkuliahan). SAP yang dirancang merupakan SAP untuk dua siklus: dimana terdapat delapan kali pertemuan.

Tahapan selanjutnya adalah pembuatan soal dan kuisioner. Post-test dalam penelitian ini di lakukan di setiap akhir pertemuan. Oleh karena itu, tim peneliti menyusun soal untuk delapan kali. Satu kali post-test berisikan 10 butir soal dimana soal tersebut berupa multiple-choice test. Kuisioner yang disusun pun terdiri dari 10 butir pertanyaan yang berkenaan dengan metode yang digunakan dalam proses pembelajaran. Tahapan terakhir dalam persiapan penelitian adalah pengadaan sarana dan media ajar seperti alat tulis dan LCD.

Penelitian ini telah dilaksanakan dalam delapan pertemuan. Dalam pelaksanaannya, tatap muka di dalam kelas dilaksanakan sekali dalam seminggu yang dimulai dari awal bulan mei sampai dengan awal bulan juli. Penelitian ini dilaksanakan di kelas XI dengan jumlah siswa sebanyak 30 orang.

Selama proses penelitian berlangsung, kemampuan membaca siswa perlahan-lahan meningkat. Sampai pada pertemuan di akhir siklus dua, nilai post-test siswa menunjukan peningkatan yang signifikan. Hal ini menjadi pertimbangan tim peneliti untuk hanya melakukan penelitian dalam dua siklus saja.

Setelah pertemuan terakhir di siklus dua berakhir, siswa diminta untuk menjawab beberapa pertanyaan yang terdapat di dalam kuisioner yang telah dibuat oleh tim peneliti.

Data yang diperoleh berupa nilai post-test dan hasil kuisioner akan dianalisis sehingga dapat mengungkapkan tingkat kemajuan subyek dalam kemampuan membaca bahasa Inggris serta respon mereka terhadap pengajaran membaca dalam mata pelajaran Bahasa Inggris di kelas menggunakan strategi MCSR. Ada pun hasil nilai rata-rata post test setiap pertemuan sebagai berikut:

(18)

Jurnal Santiaji Pendidikan, Volume 4, Nomor 2, Juli 2014 ISSN 2087-9016

84

TABEL 1. Ringkasan Nilai Rata-rata Post-Test Tiap Petemuan dan Tiap Siklus

Siklus Post-test ke- Nilai post-test Total

I X1 X2 X3 X4 = 5.1 = 5.8 = 6.3 = 6.7 6 II X5 X6 X7 X8 = 7 = 7.4 = 7.7 = 8.1 7.8

Dari hasil analisis data di atas dapat dilihat bahwa nilai membaca di setiap pertemuan makin meningkat. ada pun nilai rata-rata siswa di siklus pertama secara berturut-turut adalah 5.1; 5.8; 6.3; dan 6.7. Meski pun sudah terlihat ada peningkatan tapi peneliti merasa peningkatannya belum terlalu signifikan sehingga diadakanlah siklus kedua. Ada pun nilai rata-rata siswa di siklus kedua secara berturut-turut adalah 7; 7.4; 7.7; and 8.1. Dari rata-rata siklus pertama dan siklus kedua dapat dilihat adanya perbedaan dimana rata-rata siklus ke dua jauh lebih tinggi dibandingkan siklus pertama yaitu C1 = 6 dan C2 = 7.8. Dari hasil tersebut dapat disimpulkan bahwa pengajaran membaca dalam bahasa Inggris menggunakan teknik MCSR dapat meningkatkan kemampuan membaca siswa.

MCSR. Modifikasi Membaca Strategis Collaborative (MCSR) adalah versi modifikasi dari Reading Strategis Collaborative (CSR) yang merupakan salah satu strategi membaca yang menggabungkan pembelajaran kooperatif dengan strategi pemahaman bacaan (Zoghi, et.al: 2006). MCSR menggabungkan empat strategi pemahaman bacaan yang terdapat dalam CSR, yaitu, (a) preview strategy, (b) fix-up strategy, (c) get-the-gist strategy, and (d) wrap-up strategy dimana implementasinya berlangsung dalam tiga tahap, yang secara tradisional disebut sebagai tahap presentasi, tahap praktek, dan tahap produksi.

Dalam implementasi nyata dari MCSR di kelas, perlahan para siswa bisa memahami teks dengan benar. Dalam pertemuan pertama yang diselenggarakan pada 9 Agustus 2013, strategi MCSR diperkenalkan kepada siswa dengan menjelaskan dan berlatih, sehingga mereka bisa mengerti bagaimana MCSR dilakukan. MCSR diajarkan secara metakognitif dengan prinsip

perencanaan, pemantauan diri, dan evaluasi. Hal ini didukung oleh Elkaumy (2004) yang mendefinisikan strategi metakognitif dalam tiga cara: Perencanaan, self-monitoring dan evaluasi atau berpikir tentang berpikir. Perencanaan adalah memiliki tujuan membaca dalam pikiran untuk membaca teks agar lebih selektif dan fokus pada informasi yang diinginkan. Pemantauan diri adalah mengatur proses membaca dan menggunakan strategi pada waktu yang tepat. Mengevaluasi adalah mengetahui apakah tujuan tercapai atau tidak. Sehubungan dengan menggunakan strategi pada waktu yang tepat, MCSR menggunakan strategi membaca kognitif dalam bentuk preview strategy, fix-up strategy, get-the-gist strategy, and wrap-up strategy.

Tujuan preview strategy adalah mengaktifkan latar belakang pengetahuan siswa tentang topik, membantu siswa untuk memprediksi tentang apa yang akan mereka baca dan memotivasi minat siswa untuk membaca teks. Dalam kenyataannya di kelas, siswa sangat aktif terlibat dalam tahap ini. Siswa sangat termotivasi untuk membagi pengetahuan mereka tentang topic bacaan yang akan mereka baca. Beberapa dari mereka bahkan memberikan pengalaman pribadi tentang topic tersebut. Dalam menjelaskan kata-kata tidak jelas, frasa, atau kalimat, siswa menggunakan fix-up strategy dalam bentuk beberapa kegiatan seperti membaca kalimat untuk menentukan kata yang tidak dikenal, membaca ulang kalimat sebelum dan sesudah kata yang sulit untuk mencari petunjuk, dan mencari awalan atau akhiran dalam kata yang tidak dikenal. Sementara menggunakan fix-up strategy, siswa yang memiliki penguasaan kosakata yang kurang tetap pasif karena mereka tidak merasa yakin dengan sedikitnya jumlah kosakata yang mereka

(19)

miliki. Berdasarkan pengamatan yang digelar di pertemuan kedua, siswa yang memiliki penguasaan kosakata yang baik mulai menyadari peran mereka sebagai pembantu bagi siswa yang memiliki penguasaan kosakata yang kurang.

Dengan menggunakan fix-up strategy, siswa yang memiliki penguasaan kosakata yang baik mampu meningkatkan kualitas kosa kata mereka. Jika awalnya mereka hanya tahu satu arti dari sebuah kata, sekarang mereka tahu beberapa arti dari sebuah kata berdasarkan konteks kalimat serta pengetahuan lainnya dari kata sebagai kelas kata, imbuhan, akar, antonim dan sinonim. Namun, siswa yang memiliki penguasaan kosakata yang kurang baik sangat terbantu dengan fix-up strategy dalam membuat arti sebuah kata dalam teks. Sehingga mereka dapat memahami teks secara keseluruhan. Akibatnya, mereka tidak mengalami banyak kesulitan dalam menemukan gagasan utama atau informasi spesifik yang terkandung dalam teks yang mereka baca dengan menggunakan get-the-gist strategy. Dalam strategi ini siswa terlibat dalam proses mengidentifikasi ide pokok, kalimat utama, dan informasi spesifik di bagian teks.

Dalam menggunakan wrap-up strategy, guru meminta siswa untuk melakukan kegiatan-kegiatan berikut dalam kelompok mereka setelah seluruh teks dibaca: menghasilkan pertanyaan untuk mewawancarai satu sama lain, menceritakan kembali apa yang telah dibaca berupa ringkasan; dan melakukan perdebatan pro-kontra tentang topic. Tujuan wrap-up strategy adalah untuk meningkat-kan pengetahuan, pemahaman, dan memori dari apa yang dibaca siswa. Pada pertemuan keempat, sebagian besar siswa sudah aktif bergabung dalam kegiatan ini. Bahkan siswa yang memiliki penguasaan kosakata yang kurang termotivasi untuk berpartisipasi dalam menyumbangkan ide. Ini merupakan perbaikan sejak pertemuan sebelumnya hanya siswa yang memiliki penguasaan kosakata yang baik berpartisipasi dalam diskusi kelas.

Dalam strategi MCSR, siswa diminta untuk belajar secara berkelompok. Hal ini dilakukan untuk membuat siswa merasa lebih nyaman dalam belajar. Mereka akan lebih merasa bersemangat dalam belajar kelompok dibandingkan dengan belajar secara individual. Belajar secara kelompok

memudahkan siswa untuk belajar mandiri serta berbagi ilmu dengan teman. Sementara itu, dalam proses berinteraksi dengan orang lain, proses belajar berlangsung dalam lingkungan sosial budaya melalui dialog. Hal ini sejalan dengan teori sosiokultural Vygotsky sebagaimana tercantum dalam Graves, Juel, dan Graves (2007), di mana pembelajaran berlangsung di lingkungan yang interaktif. Hal utama adalah bahwa tanpa interaksi dalam rangka membangun makna dan pemahaman, pembelajaran tidak terjadi. Berdasarkan penjelasan tersebut, dialog interaktif antara siswa-guru atau siswa-siswa dalam membangun makna sangatlah penting.

Sebagai tambahan, perbandingan angka persentase dari respon total kuesioner untuk item A, B, C, dan D adalah 58.66% (berarti sangat setuju), 32.60%, (berarti setuju), 8.74% (berarti ragu-ragu) dan 0% (berarti tidak setuju ). Angka ini membuktikan bahwa perilaku siswa menunjukkan perubahan positif dalam pembelajaran membaca menggunakan MCSR dan siswa memiliki pendapat yang positif terhadap MCSR.

KESIMPULAN

Melihat dari peningkatan nilai post-test siswa di setiap pertemuan, dapat disimpulkan bahwa teknik MCSR efektif untuk meningkatkan kemampuan membaca siswa dalam pelajaran reading. Hal ini dikarenakan MCSR memiliki beberapa keunggulan yaitu

1. MCSR memiliki strategi membaca secara spesifik: preview strategy, fix-up strategy, get-the-gist strategy, and wrap-up strategy. 2. MCSR adalah student-centered learning 3. MCSR berlangsung dalam lingkungan sosial

budaya melalui dialog dan belajar berkelompok

Dari hasil kuisioner pun dapat dilihat adanya respon positif dari siswa terhadap teknik MCSR tersebut.

Melihat keberhasilan penggunaan strategi MCSR dalam meningkatkan kemampuan membaca siswa dalam mata pelajaran Bahasa Inggris, penulis menyarankan agar para guru Bahasa Inggris mempertimbangkan MCSR sebagai salah satu

(20)

Jurnal Santiaji Pendidikan, Volume 4, Nomor 2, Juli 2014 ISSN 2087-9016

86

strategy alternative yang bisa digunakan dalam pengajaran di dalam kelas.

PRAKATA

Penulis mengucapkan terimakasih kepada beberapa pihak yang terkait dengan penelitian ini:

1. Kop. Wil. VIII Bali Nusra atas pembiayaan penelitian ini (SPP Hibah Penelitian Nomor 1294/K8/KL/2013 Tanggal 4 Juli 2013); 2. Kepala sekolah serta guru Bahasa Inggris

SMA (SLUA) Saraswati 1 Denpasar atas kerjasamanya hingga penelitian ini dapat berjalan lancar;

3. Rektor Universitas Mahasaraswati Denpasar serta Dekan FKIP Universitas Mahasaraswati Denpasar atas dorongan dan semangatnya.

DAFTAR PUSTAKA

Barnes, Mary. (2004). The use of positioning theory in studying student participationin collaborative learning activities. Paper presented as part of the symposium“Social Positioning Theory as an Analytical Tool”at the Annual Meeting of the Australian Association for Research in Education, Melbourne, November 28-Decmber 2, 2004. Brown, H. Douglas. (1994). Teaching by

Principles: An Interactive Approach to

Language Paedagogy. San Francisco:

Prentice-Hall, Inc.

Brown, R, Rob Warning, and Sangrawee Donkaewbua. (2008). Incidental vocabulary acquisition from reading, reading-while-listening, and listening to stories.Reading in Foreign Language. No. 2, 20, pp. 136-163. Burns, Paul C. et.al. (1996). Teaching Reading in

Today’s Elementary Schools 6th Ed. New Jersey: Houghton Mifflin Company.

Dogan, B. (2002). The effect of strategy teaching on reading comprehension motivation and retention in cooperative and traditional classeses.Unpublished Doctorate thesis, DokuzEylul University.

Fan, Y.C. (2010). Implementing Collaborative Strategic Reading (CSR) in an EFL context in Taiwan. Unpublished Thesis. Retrieved on June 2012, from http://Ira.le.ac.uk/handle/ 2381/434.

Fitri, A. (2010). The effectiveness of Collaborative Strategic Reading (CSR) on the Reading Comprehension Achievement of the Fourth Semester Students of PGSD Suryalaya, West Java, Indonesia.UnpublishedThesis.Post Graduate Program of UM. Retrieved on june 2012, from http://karyai-lmiah.um.ac.id/ index.php/disertasi/article/view/8238/0 Fraenkel, Jack R and Norman E Wallen. (1990).

How to Design and Evaluate Research. New York, NY : MC. Gray- Hill. Inc.

Graves et.al. (2007). Teaching Reading in The 21st Century, fourth edition. USA: Pearson Education. Inc.

Huang, C.Y. (2004). Think to win: An inquiry-based approach via Collaborative Strategic Reading technique to teach reading in a senior high EFL classroom.

Hornby, AS. (2000). Oxford Advance Learners’ dictionary of Current English. New York: Oxford University Press.

Kagan, S. (1994). Cooperative Learning. San Juan Capistrano, CA.

Kemis and Tegart, (1990). The Action Research Planner. Civtoria: Deakin University Press. Klinger, J.K and Vaughn, S. (1988). Using CSR.

Retrieved June 2012, from http://www.idonline.org/id in depth/teaching technique/collab reading.html.

Klingner, J. K., and Vaughn, S. (1996). Reciprocal Teaching of Reading Comprehension Strategies for Students with Learning Disabilities Who Use English as a Second Language. Elementary School Journal.96, pp. 275-293.

Klinger, J.K, Vaughn, S. and Schumn, J.S. (1998) .Collaborative Strategic Reading during social studies in heterogeneous fourth grade

(21)

classroom. The elementary school journal, 99,1, pp. 3-22.

Klingner, J. K., and Vaughn, S. (2000). The helping behaviors of fifth-graders while using collaborative strategic reading (CSR) during ESL content classes. TESOL Quarterly, 34,pp. 69-98.

Klingner, J. K., Vaughn, S., Argüelles, M. E., Hughes, M. T., and Ahwee, S. (2004). Collaborative Strategic Reading: “Real world” lessons from classroom teachers. Remedial and SpecialEducation, 25, pp. 291-302.

Klingner, J. K., Vaughn, S., Dimino, J., Schumm, J. S., & Bryant, D. P. (2001). From clunk toclick: Collaborative Strategic Reading. Longmont, CO: Sopris West.

Laufer, Batia and Jan Hulstijn. (2001). Incidental Vocabulary Acquisition in Second Language: The Construct of Task-Induced Involvement. Applied Linguistics. No.22, 1, pp. 1-26. Oxford University Press.

Masidjo, Ian. (1995). Penelitian Pencapaian Hasil Belajar Siswa di Sekolah Yogyakarta. Kanisius.

Mason, B. and Krashen, S. (1997) Extensive reading in English as a foreign language. System No. 25,1, pp.91-102.

Pitts, M., White, H., and Krashen, S. (1989). Acquiring second language vocabulary through reading: a replication of the Clockwork Orange study using second language acquirers.Reading in a Foreign Language.No.5, 2, pp.271-275.

Slavin, R. E. (1995). Cooperative Learning theory, Research and practice.Boston: Allyn and Bacon.

Walker, B.J. (1992). Diasnostis Teaching of Reading; Technique for Instructional and

Assessment. Secon Edition. New York: Harper Collin Collage Publisher.

Wang, T.H. (2008). The Effect of modified Collaborative Strategic Reading on EFL learners’ Reading Comprehension. Unpublished MA dissertation, National Changhua University of Education, Changhua, Taiwan.

Waring, R. and Takaki, M. (2003). At what rate do learners learn and retain new vocabulary from reading a graded reader?Reading in a Foreign Language.No.15, 2, pp.130-163. Vaughn, S., and Edmonds, M. (2006). Reading

Comprehension for Older Readers. Intervention in School and Clinic. No. 41, 3, pp. 131-137.

Zoghi, M. (2002). Building Reading Skills Up at the Tertiary Level.Roshd FLT Journal.No. 78, 69, pp. 27-37.

Zoghi, M., Hazita A. and Tg Nor Rizan, Tg. M. M. (2006). CSR II: An Instructional Technique for Reading Strategies. The Procceding of SoLLs. INTEC.07.Malaysia: Universiti Kebangsaan Malaysia.

Zoghi, M., Ramlee Mustapha, and Tg Nor Rizan, Tg. (2011). The Effects of Modified Collaborative Strategic Reading (MCSR) Intervention on Reading Performance among Freshmen in Iran. Journal Teknologi (56), 23-46. Malaysia: UTM Press.

(22)

[88]

MENINGKATKAN AKTIVITAS DAN PRESTASI BELAJAR SISWA DALAM

PEMBELAJARAN BANGUN RUANG SISI DATAR MELALUI

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE TGT

PADA SISWA KELAS VIII-I SMP DWIJENDRA DENPASAR

TAHUN AJARAN 2011/2012

Ni Nyoman Maheni, I Gusti Ngurah Nila Putra Program Studi Pendidikan Matematika Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan

Universitas Mahasaraswati Denpasar

ABSTRACT

This study aimed at improving the activities and achievements of students learning. This research is a Class Action Research which was done in three cycles. Based on the result of data analysis, it shows that the student learning activity score of cycle I until cycle III and category in a row are “14,897”, “19,583”, and “20,710” with category are “fairly active”, “active”, and “very active”. The result of data analisys of learning achivement, the average score, mastery learning, and absorptive ability of cycle I until cycle III in a row are “7,67”, “7,77”, and “8,25”; “53,85%”, “71,05%”, and “89,74%”; and “76,7%”, “77,7%”, and “82,5%”. The result of data analisys of implementation of the learning of cycle I until cycle III and category in a row are “79,54%”, “93,175%” and “100%” with category are “good”, “very good”, and “very good”. While for result analisys data of student response, achieving very positive category with an average score of responses student “32,13”. Thus, the application of cooperative learning type TGT in learning the math flat side geometry can improve the activities and achievements of students learning.

Keywords: cooperatif learning type TGT, flat side geometry, learning activities, learning achievement,

(23)

PENDAHULUAN

Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional menyebutkan bahwa pendidikan nasional berfungsi mengembang-kan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk mengembangkan potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga Negara yang demokratis serta bertanggung jawab. Maka dari itu dunia pendidikan selalu mendapat perhatian serius dari pemerintah berkaitan dengan tuntutan menghasilkan Sumber Daya Manusia (SDM) yang berkualitas dan berkompeten. Perubahan dan perkembangan merupakan hal yang seharusnya sejalan dengan perubahan budaya kehidupan. Perubahan budaya yang dimaksud adalah suatu upaya perbaikan sistem pendidikan pada semua tingkat yang secara terus menerus dilakukan sebagai tindak lanjut kepentingan masa depan.

Sekolah sebagai lembaga pendidikan formal, membuka kesempatan bagi peserta didik untuk melakukan berbagai kegiatan belajar, dengan berbagai kesempatan belajar, pertumbuhan dan perkembangan peserta didik diarahkan dan didorong ke pencapaian tujuan yang dicita-citakan. Untuk mencapai tujuan tersebut, sekolah menyelenggarakan kegiatan melalui kegiatan belajar mengajar berdasarkan kurikulum yang ditetapkan. Salah satu pembelajaran yang berkembang adalah pembelajaran matematika. Peran guru sangat penting agar tujuan pembelajaran matematika tercapai. Selama ini pembelajaran matematika masih menerapkan pendekatan konvensional yang cenderung berpusat pada guru (teacher centered). Namun yang terjadi, siswa menjad pasif, karena hanya mendengar dan mencatat penjelasan guru yang akan bermuara pada rendahnya prestasi belajar siswa.

Pendekatan konvensional juga diterapkan di SMP Dwijendra Denpasar. Hal ini terungkap ketika peneliti mengadakan observasi saat guru mengajar dan diperkuat dengan wawancara dengan guru matematika kelas VIII-I SMP Dwijendra Denpasar.

Pada intinya permasalahan yang ditemui yaitu aktivitas siswa kurang yang berdampak siswa enggan untuk bertanya, siswa terkesan pasif, guru tidak pernah memberikan motivasi belajar kepada siswa, komunikasi yang terjadi satu arah, siswa kurang diberikan kesempatan untuk memecahkan masalah, dan siswa bersifat individual.

Penerapan model pembelajaran kooperatif tipe TGT dapat membantu guru untuk menarik minat siswa untuk belajar serta dapat meningkatkan aktivitas dan prestasi belajar siswa yang memungkinkan siswa berperan aktif dalam kegiatan pembelajaran, serta dapat menciptakan interaksi antar siswa yang mengandalkan kerja sama dan melalui kelompok kecil untuk menyelesaikan tugas-tugasnya. Model pembelajaran kooperatif tipe TGT dirancang khusus untuk mengajak siswa berperan aktif dalam pembelajaran. Ciri khusus yang dimiliki dari model pembelajaran kooperatif tipe TGT yaitu belajar kelompok, permainan/turnamen akademik, pemberian penghargaan, dan pemindahan (bumping). Melalui permainan/turnamen akademik, siswa diharapkan mampu bersaing atau berkompetisi untuk memperoleh skor terbaik untuk kelompoknya, selanjutnya dibagi kelompok yang memperoleh skor terbaik akan diberikan penghargaan.

Berdasarkan uraian di atas, peneliti tertarik untuk mengadakan penelitian yang berjudul “Meningkatkan Aktivitas dan Prestasi Belajar Siswa dalam Pembeajaran Bangun Ruang Sisi Datar melalui Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe TGT pada Siswa Kelas VIII-I SMP Dwijendra Denpasar Tahun Pelajaran 2011/2012”

METODE PENELITIAN

Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif, dimana pendekatan ini adalah penelitian yang bermaksud untuk memahami fenomena tentang apa yang dialami oleh subyek penelitian, misalnya perilaku, persepsi, motivasi dan tindakan secara holistik. Kemudian diolah dengan cara deskripsi dalam bentuk kata-kata dan bahasa, pada suatu konteks khusus yang alamiah dan dengan memanfaatkan berbagai metode ilmiah (Moleong, 2011:6).

(24)

Jurnal Santiaji Pendidikan, Volume 4, Nomor 2, Juli 2014 ISSN 2087-9016

90

Jenis penelitian yang dilaksanakan adalah Penelitian Tindakan Kelas (PTK). Suandhi (2006:3) menyatakan penelitian tindakan kelas dapat didefinisikan sebagai suatu bentuk penelitian reflektif dengan melakukan tindakan-tindakan tertentu agar dapat memperbaiki dan atau meningkatkan mutu praktek-praktek pembelajaran di kelas secara lebih profesional. Desain PTK yang digunakan dalam penelitian ini adalah desain PTK model Kemmis dan Mc. Taggart yang mengandung tiga tahap pada setiap siklusnya. Ketiga komponen tersebut adalah: (a) perencanaan, yaitu: rencana tindakan yang akan dilakukan untuk memperbaiki, meningkatkan, atau perubahan perilaku dan sikap sebagai solusinya, (b) tindakan dan observasi, yaitu: apa yang dilakukan oleh guru atau peneliti sebagai upaya perbaikan, peningkatan, atau perubahan yang diinginkan dengan mengamati hasil atau dampak dari tindakan yang dilakukan dan dikenakan terhadap siswa, (c) refleksi, yaitu: peneliti mengkaji, melihat dan mempertimbangkan atas hasil atau dampak dari tindakan tersebut dari berbagai segi.

Penelitian ini direncanakan dalam 3 siklus. Penelitian ini dilaksanakan di SMP Dwijendra Denpasar yang beralamat di Jalan Kamboja No. 17, Desa Dangin puri, Kecamatan Denpasar Barat, Kota Denpasar pada tahun pelajaran 2011/2012 dengan subyek penelitian siswa kelas VIII-B yang terdiri dari 39 orang.

Data yang dikumpulkan dalam penelitian ini meliputi data aktivitas belajar siswa, data prestasi belajar siswa, data keterlaksanaan pembelajaran, data tanggapan siswa dan catatan lapangan. Data aktivitas belajar siswa dikumpulkan dengan teknik observasi berupa instrumen lembar observasi aktivitas belajar. Data prestasi belajar siswa dikumpulkan dengan teknik tes. Tes yang diberikan berupa tes objektif dan uraian. Data keterlaksanaan pembelajaran dikumpulkan dengan menggunakan teknik observasi yang dilakukan selama kegiatan pembelajaran berlangsung pada setiap pertemuan. Data tanggapan siswa terhadap penerapan model pembelajaran kooperatif tipe TGT dikumpulkan dengan metode korespondensi dengan instrumen berupa kuisioner atau angket. Sedangkan catatan lapangan dibuat oleh peneliti dan rekan sejawat

dengan melakukan pencatatan terhadap pelaksanaan pembelajaran.

Data aktivitas belajar siswa dianalisis dengan menggunakan analisis statistik deskriptif komparatif, dan digolongkan berdasarkan kriteria dari Nurkencana dan Sunartana (1992:100). Analisis hasil belajar siswa dilakukan berdasarkan atas rata-rata skor prestasi belajar siswa, ketuntasan belajar dan daya serap (Nurkencana dan Sunartana, 1992:173). Hasil perhitungan rata-rata skor prestasi belajar siswa ( ), ketuntasan belajar (KB) dan daya serap (DS) selanjutnya dikomparasikan dengan standar acuan yang ditetapkan Depdikbud, bahwa proses pembelajaran telah optimal apabila rata-rata skor prestasi elajar siswa ( ), daya serap (DS), dan ketuntasan belajar (KB) masing-masing minimal 6,50%, 65% dan 85% (Depdikbud, 1994:34). Data keterlaksanaan pembelajaran dianalisis dengan menggunakan analisis statistik deskriptif komparatif, yaitu dengan menentukan persentasi keterlaksanaan pembelajaran (KP), dan selanjutnya dikomparasikan ke dalam konversi skor dengan skala lima. Data tanggapan siswa terhadap penerapan model pembelajaran kooperatif tipe TGT dalam pembelajaran bangun ruang sisi datar dianalisis secara statistik deskriptif komparatif.

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

Hasil Penelitian

Berdasarkan hasil analisis data aktivitas belajar siswa maka diperoleh hasil pengolahan data mengenai aktivitas belajar siswa dalam Tabel 01.

Tabel 1. Hasil Analisis Data Aktivitas Belajar Siswa Siklus Pertemuan Mean Skor Aktivitas Belajar Predikat I 1 12,231 Cukup Aktif 2 17,564 Aktif Rata-rata 14,897 Cukup Aktif II

4 18,167 Aktif 5 21,00 Sangat Aktif Rata-rata 19,583 Sangat Aktif III

7 20,052 Sangat Aktif 8 21,368 Sangat Aktif Rata-rata 20,710 Sangat Aktif

(25)

Selanjutnya, hasil analisis data prestasi belajar siswa dan persentase keterlaksanaan pembelajaran dapat dilihat pada Tabel 02 dan Tabel 03 berikut.

Tabel 02. Hasil Analisis Data Prestasi Belajar Siswa

Siklus Rata-rata Nilai Siswa ( ) Ketuntasan Belajar (KB) Daya Serap (DS) I 7,67 53,85% 76,7% II 7,77 71,05% 77,7% III 8,25 89,74% 82,5%

Tabel 03. Hasil Analisis Data Keterlaksanaan Pembelajaran

Siklus Pertemuan Keterlaksanaan

P. (%) Predikat

I

1 77,27 Cukup baik 2 81,81 Baik Rata-rata 79,54 Cukup baik II

4 90,9 Sangat baik 5 95,45 Sangat baik Rata-rata 93,175 Sangat baik III

7 100 Sangat baik 8 100 Sangat baik Rata-rata 100 Sangat baik

Berdasarkan hasil analisis data tanggapan siswa, maka diperoleh skor rata-rata tanggapan siswa pada penerapan model pembelajaran kooperatif tipe TGT yaitu 32, 13 dengan pedikat “sangat positif”.

Pembahasan

Berdasarkan hasil observasi awal di kelas VIII-I SMP Dwijendra Denpasar tahun ajaran 2011/2012 diperoleh informasi tentang aktivitas dan prestasi belajar siswa pada pembelajaran matematika belum mencapai hasil yang optimal. Hal ini ditunjukkan kurang adanya semangat dan motivasi dalam proses pembelajaran serta masih rendahnya nilai ulangan harian matematika siswa yang belum mencapai kriteria keberhasilan minimal yaitu rata-rata skor prestasi belajar siswa ( ≥ 6,5, ketuntasan belajar (KB) ≥ 85%, dan daya serap (DS) ≥ 65%.

Penyebab dari rendahnya aktivitas dan prestasi belajar siswa dalam pembelajaran matematika, antara lain: (a) proses pembelajaran yang cenderung berpusat pada guru dimana guru

dalam menjelaskan materi pelajaran menggunakan metode ceramah, (b) siswa kurang bersemangat dalam mengerjakan tugas yang diberikan oleh guru, karena guru kurang memperhatikan perkembangan kognitif siswa, dan (c) guru tidak pernah memberikan penghargaan untuk siswa sebagai motivasi belajar siswa.

Berdasarkan hasil analisis data pada siklus I diperoleh rata-rata skor aktivitas belajar siswa ( ) 14,897 dengan predikat “cukup aktif”, rata-rata skor prestasi belajar siswa ( ) 7,67, ketuntasan belajar (KB) 53,85%, dan daya serap (DS) 76,7%. Dilihat dari , , KB dan DS, pembelajaran pada siklus I belum memenuhi kriteria minimal yang ditetapkan, yaitu belum mencapai predikat “aktif”, ≥ 6,5 , KB ≥ 85%, dan DS ≥ 65%. Belum tercapainya kriteria minimal yang ditetapkan diduga disebabkan oleh: (a) siswa belum terbiasa dengan model pembelajaran kooperatif tipr TGT, (b) ada beberapa siswa yang bermain saat guru menjelaskan materi, (c) ada beberapa siswa yang kurang aktif dalam kelompok, (d) pendekatan guru dan arahan kepada siswa saat mengerjakan LKS masih kurang intensif, (e) siswa tidak memperhatikan waktu yang tersedia dengan baik saat mengerjakan LKS atau pada saat turnamen akademik, dan (f) siswa yang pandai mendominasi dalam kelompok bekerja dan belajar. Di samping itu, belum optimal proses pembelajaran pada siklus I juga diduga disebabkan oleh belum maksimalnya penerapan model pembelajaran kooperatif tipe TGT. Dimana, hal ini ditunjukkan oleh rata-rata persentase keterlaksanaan pembelajaran ( ) baru mencapai 79,54% dengan predikat “cukup baik” dari predikat minimal yang diharapkan yaitu predikat “sangat baik”.

Selanjutnya, sebelum melaksanakan siklus II, perlu diadakan refleksi sebagai upaya perbaikan agar kendala-kendala yang terjadi pada sikus I tidak akan muncul lagi pada siklus II. Adapun langkah-langkah perbaikan dimaksud, meliputi: (a) guru menjelaskan kembali langkah-langkah model pembelajaran kooperatif tipe TGT, (b) memberikan teguran dan pertanyaan secara spontan kepada siswa yang bermain untuk memfokuskan perhatian siswa, (c) membimbing siswa yang kurang aktif dalam berdiskusi dan menanyakan permasalahan yang

(26)

Jurnal Santiaji Pendidikan, Volume 4, Nomor 2, Juli 2014 ISSN 2087-9016

92

sedang dihadapi dalam melakukan diskusi , (d) guru lebih intensif dalam memberikan bimbingan dan arahan pada tiap kelompok, (e) guru mengingatkan waktu yang tersedia kepada siswa, dan (f) guru mengingatkan siswa aturan-aturan dalam kelompok bekerja dan belajar.

Berdasarkan analisis data aktivitas belajar pada siklus II diperoleh 19,583 dengan predikat “sangat aktif”. Hal ini menunjukkan aktivitas belajar siswa telah mencapai kriteria minimal. Jika dibandingkan dengan pada siklus I telah terjadi peningkatan sebesar 31,45%. Sementara, berdasarkan hasil analisis data prestasi belajar siswa pada siklus II diperoleh , KB dan DS berturut-turut 7,77; 71,05%; dan 77,7%. Apabila dibandingkan prestasi belajar siswa pada siklus I, nampak telah terjadi peningkatan prestasi belajar sebesar 1,30%, , KB sebesar 31,94%, dan DS sebesar 1,30%. Meskipun telah terjadi peningkatan prestasi belajar siswa dari siklus I ke siklus II, namun belum tercapainya kriteria minimal untuk KB. Dilihat dari proses penerapan model pembelajaran kooperatif tipe TGT, sudah mencapai kriteria minimal yaitu 93,175% dengan predikat “sangat baik”. Berdasarkan hasil observasi diperoleh bahwa belum optimalnya proses pembelajaran pada siklus II diduga disebabkan oleh: (a) siswa lebih memperhatikan temannya di kelompok lain saat melakukan turnamen akademik, dan (b) perbedaan pendapat dalam kelompok tidak didiskusikan secara langsung pada kelompok dan bertanya pada guru.

Selanjutnya, berdasarkan hasil observasi dilakukan refleksi sebagai upaya perbaikan agar kendala-kendala yang terjadi pada sikus II tidak akan muncul lagi pada siklus III. Adapun langkah-langkah perbaikan dimaksud, meliputi: (a) menegur siswa secara langsung agar lebih memperhatikan kegiatan turnamen di meja turnamennya sendiri, dan (b) guru lebih memperhatikan kerja siswa dalam kelompok dan memberikan bimbingan sesuai pembelajaran kooperatif.

Berdasarkan hasil yang diperoleh dari siklus I dan siklus II, nampak terlihat bahwa aktivitas belajar siswa terjadi peningkatan sesuai dengan

kriteria minimal yang ditetapkan, prestasi belajar siswa pada dan DS mengalami peningkatan sesuai dengan kriteria minimal yang ditetapkan, serta keterlaksanaan pembelajaran juga terjadi peningkatan sesuai dengan kriteria minimal yang ditetapkan. Namun, pada KB belum mencapai kriteria minimal yang ditetapkan, maka dilaksanakan siklus III sebagai upaya untuk meningkatkan KB agar mencapai kriteria minimal yang ditetapkan.

Berdasarkan hasil analisis aktivitas siswa, prestasi belajar siswa, dan keterlaksanaan pembelajaran, diperoleh data = 20,710; = 8,25; KB = 89,74%; DS = 82,5%; dan KP = 100%. Dari pelaksanaan tindakan pada siklus III terlihat bahwa terjadi peningkatan dan mencapai kriteria minimal yang ditetapkan. Kemudian, pada akhir pembelajaran pada siklus III dilaksanakan pengisian angket sebagai lembar tanggapan siswa dan memperoleh rata-rata skor sebesar 32,13 dengan predikat “sangat positif”. Secara keseluruhan siswa merasa senang dengan penerapan model pembelajaran kooperatif tipe TGT serta pemberian penghargaan menjadi salah satu motivasi siswa dalam belajar. Hasil observasi pada siklus III menunjukkan bahwa: (a) masih adanya siswa yang memperhatikan temannya di kelompok lain saat melakukan turnamen akademik dan (b) siswa merasa senang dengan penerapan model pembelajaran kooperatif tipe TGT. Berdasarkan hasil observasi tersebut menunjukkan bahwa perbaikan yang dilaksanakan sudah berhasil. Ini berarti, pembelajaran dikatakan optimal apabila aktivitas belajar siswa minimal mencapai predikat “aktif”, rata-rata nilai prestasi belajar siswa ( ≥ 6,5, ketuntasan belajar (KB) ≥ 85%,daya serap (DS) ≥ 65%, keterlaksanaan pembelajaran mencapai predikat “sangat baik”, dan tanggapan siswa mencapai predikat “positif”. Dari hasil analisis data yang diperoleh pada siklus III, maka pembelajaran pada siklus III telah optimal karena telah memenuhi semua kriteria keberhasihan minimal yang telah ditetapkan. Oleh karena pembelajaran telah optimal dan hasil yang dicapai pada siklus III ini telah memenuhi kriteria minimal, maka penelitian ini dihentikan sampai pada siklus III.

Gambar

Grafik di atas menunjukkan bahwa penerapan  model pembelajaran kolaborasi think-pair-share  dengan konsep tri kaya parisudha mengakibatkan  peningkatan yang signifikan dalam keterampilan  berbicara subjek penelitian
Tabel 1. Hasil Analisis Data Aktivitas Belajar Siswa
Tabel 1.  Hasil uji Reliabilitas.
Tabel 2. Skor  Aspek Motivasi Belajar Siswa di Kelas Kontrol  No
+5

Referensi

Dokumen terkait

Ini mengindikasikan bahwa meskipun jumlah penduduk miskin berkurang namun rata-rata pengeluaran penduduk miskin cenderung semakin menjauhi garis kemiskinan, dan

Banyak hal yang akan terkena dampak dari terabaikannya penentuan arah kemajuan tambang, yaitu sasaran produksi yang tidak terpenuhi, kadar yang tidak sesuai dengan yang

Hasil penelitian Tossige-Gomes (2014) menyebutkan peningkatan jumlah absolut neutrofil dan monosit, kecuali limfosit, berpendapat bahwa beberapa leukositosis diamati

a.) Obyek yang akan di teliti adalah Communication Privacy Management Anak kepada Orang Tua. Peneliti ingin mengetahui batasan-batasan yang dilakukan anak kepada

Senada yang diungkapkan Runyon & Haber (Siswanto, 2007) bahwa penyesuaian diri yang dilakukan individu memiliki empat aspek yakni (1) persepsi terhadap realitas, mampu

Kawasan pelestarian alam adalah kawasan dengan ciri khas tertentu, baik di darat maupun di perairan yang mempunyai fungsi perlindungan sistem penyangga kehidupan,

mengidentifikasi topik teks; (vi) mengidentifikasi gagasan utama dan pendukung teks; (vii) menebak kata yang tidak diketahui; (viii) referensi pronominal; (ix) meningkatkan

Suprianto 12 menjelaskan bahwa, Pemerintahan yang bersih dan baik, birokrasi yang bersih dan baik, haruslah dibangun secara sistematis dan terus menerus. Pola pikir yang