1
NILAI-NILAI MORAL SOSIAL DALAM NOVEL IBUK KARYA IWAN SETYAWAN
Aulia Rahmah Bharhayula1 Maryaeni2
Siti Cholisotul Hamidah3
Universitas Negeri Malang, Jalan Semarang 5 Malang 65154 E-mail: [email protected]
ABSTRACT
This study aimed to describe the social moral value based on human relationships with fellow human beings and the human relationship with nature in novel Ibuk by Iwan Setyawan. This research is the analysis of the text with a form of qualitative research and using moral approach . The result of this research indicated that social moral value in novel Ibuk by Iwan Setyawan divided into two, social moral value based on human relationships with fellow human beings and the human relationship with nature. There are eight types of social moral value based on relationship among humans: (1) mutual help, (2) faithful, (3) willing to sacrifice, (4) fair, (5) affection, (6) patient, (7) responsible, and (8) hard worker. On the other hand, there are three types of social moral value based on relationship between humans and nature: (1) maintain healthiness, (2) keep the cleanliness, and (3) think ahead.
Keyword: social moral value, social moral value based on, social moral value based on human relationships with fellow human beings, human relationship with nature, novel Ibuk by IwanSetyawan
ABSTRAK
Penelitian ini dimaksudkan untuk mendeskripsikan nilai-nilai moral sosial berdasarkan hubungan manusia dengan sesesama manusia dan hubungan manusia dengan alam dalam novel Ibuk karya Iwan Setyawan. Penelitian ini merupakan penelitian teks dengan bentuk penelitian kualitatif dan menggunakan pendekatan moral. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa nilai moral sosial di dalam novel Ibuk karya Iwan Setyawa terbagi menjadi dua yaitu nilai moral sosial berdasarkan manusia dengan manusia dan nilai moral sosial berdasarkan hubungan manusia dengan alam. Terdapat delapan wujud nilai moral sosial berdasarkan hubungan manusia dengan manusia yang ditemukan yaitu, (1) suka menolong, (2) setia, (3) rela berkorban,(4) adil, (5) kasih sayang, (6) sabar, (7) bertanggung jawab, dan (8) pekerja keras. Wujud nilai moral sosial berdasarkan hubungan manusia dengan alam ditemukan tiga wujud nilai, yaitu (1) peduli kesehatan, (2) peduli kebersihan, dan (3) berpikir jauh ke depan.
Kata kunci: nilai moral sosial, Hubungan manusia dengan manusia, hubungan manusia dengan alam , novel Ibuk karya Iwan Setyawan.
1
Aulia Rahmah Bharhayula adalah Mahasiswi Program S1 Pendidikan Bahasa Sastra Indonesia dan Daerah Fakultas Sastra Universitas Negeri Malang. Artikel ini diangkat dari skripsi program S1 Pendidikan Bahasa, Sastra Indonesia dan Daerah, 2016.
2
Maryaeni dan Siti Cholisatul Hamidah adalah Dosen Jurusan Sastra Indonesia Universitas Negeri Malang
PENDAHULUAN
Sastra merupakan salah satu cabang ilmu pengetahuan. Karya sastra diciptakan oleh pengarang untuk dinikmati oleh pembaca, sehingga dapat dikatakan bahwa karya sastra berfungsi sebagai media penyampaian pendapat oleh pengarang dan media hiburan untuk pembaca. Berbicara soal sastra tentunya tidak terlepas dari karya fiksi dan imajinatif. Salah satu bentuk karya sastra yakni prosa fiksi.
Prosa fiksi ialah hasil karya imajinasi yang dituliskan dalam bentuk prosa dan memiliki unsur-unsur pembangun sehingga membentuk suatu cerita.Menurut Aminuddin (2004:66) prosa fiksi adalah kisahan atau cerita yang diemban oleh pelaku-pelaku tertentu dengan pemeranan, latar serta tahapan dan rangkaian cerita tertentu yang bertolak dari hasil imajinasi pengarangnya sehingga menjalin suatu cerita. Salah satu bentuk prosa fiksi yakni novel.
Jassin (dalam Dermawan, 2001:7) menyebutkan bahwa novel adalah cerita fiksi yang mengisahkan perjalanan hidup para tokohnya dengan segala lika-liku perjalanan dan perubahan nasibnya.Pelaku dalam novel dapat berupa manusia, binatang, tumbuh-tumbuhan, atau makhluk lain yang diberi sifat manusia. Tokoh dalam novel juga berfungsi sebagai penyampai ajaran moral yang terkandung di dalamnya, entah melalui sikap tokoh, cara pandang tokoh, maupun komentar tokoh lain dalam novel. Moral berasal dari bahasa latin “mos mores”yang berarti kebiasaan, adat. Adat kebiasaan yang dimaksud adalah nilai-nilai dan norma yang menjadi pegangan bagi seseorang atau suatu kelompok masyarakat dalam mengatur tingkah lakunya (Djojosuroto, 2006:10). Moralitas dalam pandangan Djojosuroto merupakan sifat moral atau keseluruhan asas dan nilai yang berkenaan dengan baik dan buruk. Moral sangat berkaitan dengan etika.
Karya sastra fiksi, khususnya novel, tidak hanya sebagai sarana hiburan, melainkan juga sebagai sarana pembelajaran yang dituangkan melalui pesan moral isi cerita. Salah satu wujud nilai moral adalah nilai moral sosial. Dalam karya sastra, nilai moral sosial merupakan nilai-nilai kebenaran yang ingin disampaikan pengarang kepada pembaca yang terkandung makna sosial didalamnya. Nilai moral sosial menyangkut hubungan manusia dengan manusia, maupun hubungan manusia dengan alam semesta.
Novel Ibuk ini sekaligus menjadi novel pilihan penulis untuk mengkaji nilai-nilai moral sosial dalam cerita tersebut. Persoalan yang ingin disampaikan pengarang melalui novel ini ialah ucapan terimakasih untuk pengorbanan seorang ibu dan bapak dalam mengasuh dan mendidik ke lima anaknya hingga sukses meskipun hidup dalam kecukupan dan kesederhanaan. Ibu yang bernama Ngatinah, tidak tamat sekolah dasar dan Bapak yang bernama Abdul Hasyim, hanya bekerja sebagai supir angkot. Namun, berkat kerja keras ibu dan bapaklah, ke lima anaknya dapat beprestasi di sekolah dan membahagiakan ibu bapak di hari tuanya.
3
Penelitian mengenai moral pernah diteliti oleh Nur Kholis (2012) yang berjudul Nilai-nilai Moral dalam Novel Negeri Lima Menara Karya
Ahmad Fuadi. Kajian nilai-nilai moral dalam penelitian ini mendeskripsikan
wujud nilai moral ketuhanan, Wujud nilai moral individual, dan Wujud nilai moral sosial dalam novel Negeri Lima Menara karya Ahmad Fuadi. Peneliti lainnya adalah Annisa Dzulqoidah (2014) dengan judul Nilai Moral dalam
Ranah 3 Warna Karya Ahmad Fuadi. Penelitian ini mendeskripsikan
nilai-nilai moral dalam novel Ranah 3 Warna karya Ahmad Fuadi yang meliputi, (1) nilai moral individu, (2) nilai moral sosial, dan (3) nilai moral ketuhanan.
Dalam penelitian ini, fokus penelitiannya berupa nilai-nilai moral sosial dalam novel Ibuk. Oleh karena itu, peneliti memilih judul Nilai-nilai Moral Sosial dalam novel Ibuk Karya Iwan Setyawan karena aspek moral sosial yang terkandung didalamnya dapat diteladani oleh semua pihak. Selain itu, pesan moral dalam novel ini secara tidak langsung juga dapat memberikan pelajaran tentang moralitas kepada seluruh pembaca novel ini dalam berbagai kalangan.
METODE PENELITIAN
Penelitian ini menggunakan bentuk penelitian kualitatif. Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan moral. Data-data yang dideskripsikan adalah nilai moral sosial dalam novel Ibuk karya Iwan Setyawan. Data dalam penelitian ini berupa kata-kata yang mencerminkan nilai moral sosial dalam teks novel Ibuk karya Iwan Setyawan. Sumber data pada penelitian ini adalah teks novel Ibuk karya Iwan Setyawan. Novel ini diterbitkan oleh penerbit Gramedia Pustaka Utama dan terdiri dari 293 halaman.
Instrumen penelitian merupakan alat atau fasilitas yang digunakan oleh peneliti untuk mengumpulkan data. Dalam mengumpulkan data, peneliti dibantu dengan menggunakan format-format pendamping, yaitu berupa tabel panduan identifikasi data yang berisi nilai moral sosial dan indikator, serta tabel spesifikasi data sebagai instrumen penelitian yang berisi empat aspek yaitu, nilai moral sosial, kutipan, interpretasi data, indikator (temuan dan rujukan).
Data dalam penelitian ini dikumpulkan dengan teknik dokumentasi. Pertama, peneliti membaca secara komprehensif novel Ibuk karya Iwan Setyawan untuk mengetahui nilai moral sosial yang terdapat dalam tokoh novel dan memberi tanda berupa kode-kode pada data yang diperlukan. Kedua, peneliti mencatat paparan bahasa yang terdapat dalam dialog antar tokoh, penjelasan pengarang, serta komentar tokoh lain yang menunjukkan perilaku, pikiran, dan tindakan tokoh yang mengandung nilai moral sosial dalam novel Ibuk karya Iwan Setyawan, dan memasukkannya ke dalam tabel pengumpul data. Ketiga, peneliti mengklasifikasikan data yang telah diidentifikasi berdasarkan pengumpulan data,tidak hanya pada
4
tahap awal penelitian tetapi juga dilakukan sebelum proses analisis data berlangsung sebagai pengumpulan data lanjutan.
wujud data dalam penelitian ini berupa kutipan-kutipan teks novel dalam bentuk dialog antar tokoh, narasi pengarang, serta komentar tokoh lain yang menunjukkan perilaku, pikiran, dan tindakan tokoh yang mengandung nilai moral sosial dalam novel Ibuk karya Iwan Setyawan yang meliputi nilai moral sosial berdasarkan hubungan manusia dengan manusia dan nilai moral sosial berdasarkan hubungan manusia dengan alam.
Kegiatan analisis data dilakukan dengan tiga langkah, yaitu reduksi data, penyajian data, dan penarikan kesimpulan atau verifikasi. Proses reduksi data yang dilakukan oleh peneliti yaitu, (1) membaca berulang-ulang novel Ibuk karya Iwan Setyawan, kemudian memberi tanda berupa kode pada paparan bahasa yang menunjukkan perilaku, pikiran, dan tindakan tokoh yang mengandung nilai moral sosial, (2) mengklasifikasikan data-data tersebut berdasarkan kategorinya, (3) menginterpretasikan data yang telah diklasifikasikan untuk menentukan nilai moral sosial yang sesuai dengan kategori, dan (4)mendeskripsikan hasil interpretasi. Penyajian data yang dilakukan pada tahap ini yaitu, data yang sudah diklasifikasikan kemudian disusun berdasarkan kategorinya dan dimasukkan ke dalam tabel identifikasi data sesuai dengan kelompok aspek moral. Kegiatan analisis yang terakhir adalah verifikasi atau penarikan kesimpulan.
HASIL PENELITIAN
Hasil penelitian pada novel Ibuk karya Iwan Setyawan ditemukan dua nilai moral sosial yaitu, (1) nilai moral sosial berdasarkan hubungan manusia dengan manusia, dan (2) nilai moral sosial berdasarkan hubungan manusia dengan alam. Pada nilai moral sosial berdasarkan hubungan manusia dengan manusia ditemukan delapan nilai moral sosial, yaitu (1) suka menolong, (2) setia, (3) rela berkorban, (4) adil, (5) kasih sayang, (6) sabar, (7) bertanggung jawab, dan (8) pekerja keras.
Dari delapan nilai moral sosial tersebut ditemukan sejumlah 58 kutipan. Pada nilai moral sosial suka menolong ditemukan 20 data, nilai moral setia ditemukan 4 data, nilai moral rela berkorban 8 data, nilai moral adil ditemukan 5 data, nilai moral kasih sayang 12 data, nilai moral sabar 2 data, nilai moral bertanggung jawab 2 data, dan nilai moral sosial pekerja keras 4 data.
Suka menolong. Nilai moral sosial suka menolong yang terdapat dalam novel Ibuk didominasi oleh tokoh Bayek. Perilakunya yang suka membantu keluarga, meringankan beban keluarga, serta sikap saling berbagi rezeki yang ia miliki pada keluarganya dan tanpa pamrih merupakan bentuk nilai moral sosial yang patut dicontoh dan diteladani dalam kehidupan sehari-hari. Perilaku tersebut merupakan bentuk pesan moral agar setiap anggota keluarga saling tolong-menolong. Tolong menolong tidak hanya saat ada yang tertimpa musibah, melainkan juga saling berbagi rezeki yang dimiliki untuk membahagiakan keluarga yang dicintai.
5
Setia. Nilai moral sosial setia yang terdapat dalam novel Ibuk didominasi oleh kesetiaan Ibuk dalam menjaga cinta Bapak dari awal bertemu hingga dipisahkan oleh kematian.Meski Bapak telah tiada, Ibuk tetap menjaga cinta Bapak dengan terus mendoakan Bapak. Ibuk tetap menjaga cinta Bapak hingga 40 tahun lebih meski badai kerap mengempas. Cinta mereka saling menguatkan dan tidak pernah usang.
Rela berkorban. Nilai moral sosial rela berkorban yang terdapat dalam novel Ibuk didominasi oleh tokoh Ibuk. Ibuk rela mengorbankan segala sesuatunya demi kelangsungan hidup anak-anaknya. Ibuk rela menjual perhiasan satu-satunya untuk biaya pendidikan anak-anaknya. Rela menggadaikan barang-barang di rumah untuk memenuhi kebutuhan dapur agar anak-anaknya bisa makan seperti biasanya. Ibuk rela mendahulukan kepentingan keluarganya dan mengesampingkan urusan pribadinya.
Adil. Nilai moral sosial adil yang terdapat dalam novel Ibuk didominasi oleh tokoh Ibuk.Ibuk selalu membagikan segala sesuatunya sama rata kepada anak-anaknya, seperti saat membagikan makanan kepada anak-anaknya, satu anak mendapat satu makanan dan saat membagikan porsi makanan agar tidak ada yang berebut. Ibuk tidak pernah mengajarkan anak-anaknya untuk berebut dan selalu mengajarkan untuk hidup adil.
Kasih Sayang. Nilai moral sosial kasih sayang yang terdapat dalam novel Ibuk didominasi oleh tokoh Ibuk.Ibuk selalu memberikan perhatian, semangat, serta doa untuk kehidupan anak-anaknya. Ibuk memberikan semangat agar anak-anaknya terus melanjutkan sekolah, memberikan doa dan perhatiannya pada Bayek yang bekerja di New York. Bahkan ketika Bapak meninggal, cinta Ibuk selalu ada untuk Bapak dengan mendoakan Bapak setiap hari. Ibuk pula yang menabahkan hati anak-anaknya, bahwa yang di butuhkan Bapak adalah doa. Cinta Ibuk selalu ada untuk keluarganya.
Sabar. Nilai moral sosial sabar yang terdapat dalam novel Ibuk didominasi oleh tokoh Ibuk. Ibuk sangat sabar dalam merawat anak-anaknya. Ibuk tidak pernah merasa lelah dan putus asa saat anak-anaknya bertanya banyak hal agar Bapak dan Ibuk memenuhi kebutuhan mereka. Ibuk dengan sabar menjawab segala pertanyaan anak-anaknya dengan segala siasat agar tidak ada kesedihan di wajah anak-anaknya. Ibuk pula yang menegarkan hati Bapak saat angkot milik Bapak rusak dan uang habis untuk membetulkan angkot. Ibuk tidak pernah mengeluh dan selalu bersabar akan datangnya rezeki di hari esok.
Bertanggung jawab. Nilai moral sosial bertanggung jawab yang terdapat dalam novel Ibuk didominasi oleh tokoh Bapak. Bapak bertanggung jawab untuk kelangsungan hidup keluarganya. Bapak selalu melakukan segalanya yang sudah menjadi tanggung jawabnya sebagaimana yang diinginkan oleh orang lain. Bapak bahkan rela bertanggung jawab keluar sebagai supir angkot saat Lek Giono menabrak mobil karena Bapaklah yang mengajari Lek Giono menyetir angkot hingga Lek Giono mampu narik angkot sendiri.
6
Pekerja keras. Nilai moral sosial pekerja keras yang terdapat dalam novel Ibuk didominasi oleh tokoh Bapak. Bapak bekerja keras hingga tengah malam demi memenuhi kebutuhan hidup rumah tangganya. Bapak bekerja keras hingga mampu menabung lebih dan membeli angkot sendiri untuk bekerja. Bapak bekerja keras narik angkot dengan pantang menyerah demi biaya pendidikan anaknya hingga anak-anaknya kini tumbuh menjadi orang yang sukses dan tidak seperti dirinya yang hanya bekerja sebagai supir angkot.
Pada nilai moral berdasarkan hubungan manusia dengan alam ditemukan tiga nilai moral sosial, yaitu (1) peduli kesehatan, (2) peduli kebersihan, dan (3) berpikir jauh ke depan. Dari tiga nilai moral sosial tersebut ditemukan sejumlah 16 kutipan. Pada nilai moral peduli kesehatan ditemukan 4 data, nilai moral peduli kebersihan ditemukan 10 data dan nilai moral berpikir jauh ke depan ditemukan 2 data.
Peduli kesehatan. Nilai moral peduli kesehatan pada novel Ibuk didominasi oleh tokoh Ibuk. Ibuk selalu peduli dengan kesehatan anggota keluarganya. Ibuk selalu berusaha memberikan pengobatan saat anak-anaknya sakit dan membawa anak-anaknya ke dokter saat sakit, meskipun ketika Ibuk sakit, ia tak pernah meminum obat karena baginya alam akan menyembuhkan. Begitu pula saat Bapak sakit, Ibuk selalu berada di samping Bapak, mendampingi pengobatan Bapak hingga Bapak tutup usia.
Peduli kebersihan. Nilai moral peduli kebersihan pada novel Ibuk didominasi oleh tokoh Nani. Nani selalu menjaga kebersihan rumahnya dengan menyapu dan mengepel lantai, membersihkan kaca jendela, mengelap meja, dan membersihkan got saat hujan. Nani selalu peduli kebersihan lingkungan karena ia ingin menjadikan rumah dan lingkungannya sebagai tempat yang ternyaman.
Berpikir jauh ke depan. Nilai moral berpikir jauh ke depan pada novel Ibuk didominasi oleh tokoh Bayek. Bayek selalu berpikir dengan baik sebelum mengambil keputusan. Bayek berpikir jauh ke depan agar ia tidak salah mengambil keputusan yang sudah menjadi prinsip kehidupannya. Seperti saat ia mendapatkan tawaran kerja di Singapura saat ia sudah kembali keIndonesia. Bayek berpikir jauh ke depan karena ia pulang untuk keluarga dan ingin berbagi inspirasi pada anak supir angkot lainnya agar semangat belajar hingga sukses seperti dirinya,
PEMBAHASAN
Bagian ini berisi uraian pembahasan mengenai nilai moral sosial berdasarkan hubungan manusia dengan manusia dan hubungan manusia dengan alam. Nilai moral sosial berdasarkan hubungan manusia dengan manusia dalam novel Ibuk karya Iwan Setyawan terdiri dari delapan nilai moral sosial, yaitu (1) suka menolong, (2) setia, (3) rela berkorban, (4) adil, (5) kasih sayang, (6) sabar, (7) bertanggung jawab, dan (8) pekerja keras. Pada nilai moral berdasarkan hubungan manusia dengan alam ditemukan tiga nilai moral sosial, yaitu (1) peduli kesehatan, (2) peduli kebersihan, dan
7
(3) berpikir jauh ke depan. Secara lebih rinci akan dijelaskan sebagai berikut.
Nilai moral sosial hubungan manusia dengan manusia, suka menolong. Definisi tolong-menolong sendiri merupakan sikap dan perilaku meringankan beban orang lain dan siap membantu orang lain yang memerlukan pertolongan (Samani dan Hariyanto, 2013:124). Di dalam novel Ibuk karya Iwan Setyawan terdapat beberapa nilai moral sosial suka menolong. Perilaku tolong-menolong dalam novel Ibuk karya Iwan Setyawan meliputi (1) Sikap dan perilaku meringankan beban orang lain (penderitaan, kesukaran, gotong royong), (2) sikap dan sifat untuk siap membantu orang lain yang memerlukan pertolongan, (3) sikap saling berbagi.
Tokoh-tokoh dalam novel Ibuk karya Iwan Setyawan juga memiliki sifat suka menolong berupa sikap membantu meringankan beban orang lain (penderitaan, kesukaran, gotong royong). Hal tersebut terdapat dalam kutipan berikut.
(1) “ Buk, wis tak transfer lagi ya!” tukas Bayek. Hutang pada Lek Tukeri untuk biaya kuliah telah ia kembalikan. “Buk, sisa uangnya buat Mira kuliah dan nabung buat bangun rumah kita nanti,” kata Bayek. Ibuk , di rumah sana, tak beranjak dari kursi di sebelah meja telepon, memandang wajah Bapak beberapa saat. “Buk, ngapain melamun kayak gitu?” tanya Isa. “Sa, adikmu baru transfer lagi. Buat bayar hutang kita ke Lek Tukeri. Kita sudah gak punya hutang lagi sekarang, Sa.” Mata Ibuk berkaca-kaca.
“Surat tanah bapakmu yang buat jaminan itu segera balik ke kita,” lanjutnya.(MSMM-TM/166).
Berdasarkan kutipan (1) dapat diketahui bahwa tokoh Bayek memiliki nilai moral sosial suka menolong berupa membantu meringankan beban penderitaan orang lain. Hal ini dibuktikan dengan dialog Bayek pada Ibuk bahwa Bayek telah mengirim sejumlah uang untuk membayar hutang biaya kuliah Bayek pada Lek Tukeri dan sisa uangnya digunakan untuk biaya kuliah Mira serta menabung membangun rumah di Gang Buntu. Hal tersebut memperlihatkan bahwa perbuatan Bayek dalam membantu keluarganya merupakan sebuah sikap yang muncul dari dalam hati tanpa adanya paksaan dan imbalan apapun. Bayek hanya ingin meringankan beban Bapak dan Ibuk yang berhutang pada Lek Tukeri.
Bantuan yang diberikan oleh Bayek merupakan perwujudan dari nilai moral sosial suka menolong antar sesama manusia dan hal itu termasuk dalam hidup rukun. Sesuai dengan pernyataan Suseno (2003:39) yang menyatakan bahwa rukun adalah keadaan ideal yang diharapkan dapat dipertahankan dalam semua hubungan sosial dan secara tidak langsung tolong-menolong dalam kerukunan adalah perbuatan ikut merasakan penderitaan orang lain, tidak tega melihat orang lain kesusahan, apalagi yang kesusahan adalah keluarga sendiri.
Setia. Definisi setia sendiri merupakan sikap teguh pada pendirian, sikap ketulusan, tidak melanggar janji atau berkhianat serta berupaya sepenuh hati untuk menunjukkan komitmen kepada mereka yang dilayani meskipun dalam situasi sulit (Samani dan Hariyanto,2013:126). Di dalam
8
novel Ibuk karya Iwan Setyawan terdapat beberapa sikap setia sebagai nilai moral sosial yang terkandung di dalamnya. Nilai moral setia meliputi (1)Ketulusan, tidak melanggar janji atau berkhianat, mempertahankan cinta dan menjaga janji bersama, (2) berupaya sepenuh hati untuk menunjukkan komitmen kepada mereka yang dilayani meskipun dalam situasi sulit.Tokoh-tokoh dalam novel Ibuk karya Iwan Setyawan juga memiliki nilai moral sosial setia seperti pada kutipan berikut.
“Gini Nah, kamu pikirkan ya. Iki serius. Iki uripmu. Mbok suka sama si Sim tapi Mbok juga belum yakin. Lek Hari entar malam mau ke rumah, mau nanya langsung ke kamu.” Tinah masih terdiam. Ia teringat permintaan Sim setelah pulang dari pujon kemarin. Nah..kamu mau gak hidup susah sama aku. Kita, hidup berdua.“Mbok, aku gak mau pilih-pilih,” jawab Tinah. "Sim itu hidupnya gak seperti Lek Hari, tapi orangnya apikan.”Kini justru Mbok Pah yang diam. Ia sudah tahu apa yang menjadi pilihan cucunya.( MSMM-ST/22)
Berdasarkan kutipan (04) dapat diketahui bahwa tokoh Tinah memiliki nilai moral sosial setia berupa ketulusan, tidak melanggar janji atau berkhianat, mempertahankan cinta dan menjaga janji bersama dengan alasan Tinah tetap setia memilih Sim sebagai suaminya meskipun hidupnya tidak berkecukupan seperti Lek Hari dan menjaga janji hidup berdua bersama Sim. Tinah tidak pilih-pilih dan tetap mempertahankan cintanya untuk Sim. Hal tersebut memperlihatkan bahwa Tinah memiliki keteguhan hati yang kuat untuk mempertahankan cinta Sim dan tulus menerima cinta seseorang tanpa memandang apapun.
Sikap tersebut memperlihatkan memperlihatkan sisi moral sosial setia seseorang untuk tetap bertahan pada pilihan dan tetap bertahan menunjukkan komitmen dan loyalitas pada pilihannya meskipun dalam situasi yang sulit. Sesuai dengan pendapat Atkin (2006:16) kesetiaan adalah kelompok pergerakan yang menunjukkan kesetiaan atau dedikasi yang tinggi terhadap beberapa orang, ide, atau sesuatu.Sikap setia seperti yang dilakukan tokoh Tinah (Ibuk ) pada Sim (Bapak) yang tetap memilih Sim sebagai suaminya, maupun tokoh Bayek dan Rachel pada perusahaan tempat mereka bekerja memang penting untuk dimiliki dan dapat dijadikan contoh sebagai pembelajaran hidup sehari-hari.Kesetiaan merupakan poin utama untuk membina sebuah hubungan yang sehat, baik dalam hubungan dengan keluarga, teman, maupun kolega.
Rela Berkorban. Rela berkorban merupakan sikap dan perilaku yang tindakannya dilakukan dengan ikhlas (rela, tulus, tidak mengharap imbalan) walaupun akan menimbulkan penderitaan bagi diri sendiri, serta mendahulukan kepentingan orang lain daripada kepentingan sendiri. Di dalam novel Ibuk karya Iwan Setyawan juga terdapat nilai moral sosial rela berkorban sebagaimana yang terdapat pada kutipan berikut.
Setelah enam bulan menyusui Isa, Ibuk hamil anak kedua, Nani.
Semenjak hamil Nani, air susu tak lagi keluar. Isa harus mendapatkan susu sapi segar yang Ibuk beli tiap pagi di Koperasi Unit Desa. Sampai detik-detik kelahiran Nani, Ibuk berjalan kaki setiap hari sekitar 3Km ke Desa Sisir untuk membeli susu segar
9
Berdasarkan kutipan (06) tokoh Ibuk memiliki nilai moral sosial rela berkorban berupa sikap ikhlas yang dilakukan meskipun menimbulkan penderitaan bagi diri, dengan alasan Ibuk tetap rela berjalan kaki sejauh 3Km ke Desa Sisir demi mendapatkan susu sapi segar untuk Isa karena air susu Ibuk sudah tak bisa keluar semenjak hamil anak ke dua Nani, bahkan Ibuk berjalan kaki hingga detik-detik kelahiran Nani. Hal ini terlihat bahwa sikap Ibuk yang rela berlelah-lelah jalan kaki demi mendapatkan susu segar untuk anaknya meskipun dalam keadaan hamil merupakan sikap ikhlas rela berkorban meskipun menimbulkan penderitaan bagi diri sendiri. Ibuk rela melakukan segalanya meski lelah, asalkan kebutuhan anaknya tercukupi.
Sikap tersebut memperlihatkan sisi baik manusia, sisi rela berkorban manusia untuk bersikap ikhlas mendahulukan kepentingan orang lain daripada mendahulukan kepentingan orang lain seperti yang dilakukan Ibuk demi keperluan anak-anaknya tercukupi. Hal ini sesuai dengan pendapat Suseno (1987:131) bahwa prinsip sikap baik menuntut kesadaran agar seseorang hendaknya jangan merugikan siapa saja. Dalam artian, setiap manusia hendaknya hidup saling menguntungkan dengan mengesampingkan urusan pribadi dan mengedepankan urusan orang lain dengan sikap ikhlas.
Adil. Perilaku adil memang perlu ditanamkan sejak dini pada anak-anak agar bisa belajar bagaimana memperlakukan orang lain tanpa mengurangi hak-hak yang harus orang lain dapatkan dan tidak mengambil keuntungan dari orang lain. Definisi adil sendiri merupakan sikap sama berat (dalam arti sempit, membagikan sesuatu yang sudah menjadi haknya secara sama rata), dan sikap tidak memihak. Di dalam novel Ibuk karya Iwan Setyawan juga juga terdapat wujud nilai moral sosial adil seperti pada kutipan berikut.
“Buk, wis luwe iki!” teriak Bayek. “Iya..5 menit lagi,” bujuk Ibuk .
“Dari tadi 5 menit ae!” teriak Bayek lagi. Akhirnya empal selesai digoreng!
“Satu satu ya. Ibuk Cuma punya tujuh iris,” pesan Ibuk . ( MSMM-AD/47).
tokoh Ibuk memiliki nilai moral sosial adil berupa sama berat (membagikan sesuatu sama rata) dan tidak memihak. Hal ini dIbuk tikan dengan perkataan Ibuk yang meminta anak-anaknya mengambil empal satu-satu karena Ibuk hanya punya tujuh iris. Ibuk bersikap adil. Sama berat, semua anak-anaknya kebagian satu empal tanpa berebut. Sikap Ibuk memperlihatkan bahwa Ibuk mengajarkan kepada anak-anaknya untuk bersikap adil dan berbagi hal sekecil apapun dengan sama rata kepada keluarganya.Sikap adil tersebut sejalan dengan pendapat Zubair (1987:68) yang menyebutkan bahwa keadilan adalah memberi dan menerima yang selaras dengan hak dan kewajibannya.
Kasih Sayang. Definisi kasih sayang menurut Samani dan Harianto (2013:116) adalah sikap dan perilaku yang menunjukkan perasaan penuh kasih sayang, dan penuh kelembutan terhadap orang lain. Wujud nilai moral
10
sosial kasih sayang dalam novel Ibuk meliputi (1) sikap dan perilaku yang menunjukkan rasa sayang (perhatian, memberikan semangat dan mendokan), dan (2) sikap penuh kelembutan terhadap orang lain. Nilai moral sosiah kasih sayang pada novel Ibuk dapat dilihat pada kutipan berikut.
Ibuk melihat wajah anaknya satu-satu sebelum akhirnya mengelus rambut Isa yang duduk di sampingnya. “Nduk, sekolah nang SMP iku mesti. Koen
kudu sekolah. Uripmu cek gak soro koyok aku, Nduk! Aku gak lulus SD. Gak iso opo-opo. Aku mek iso masak tok. Ojo koyok aku yo Nduk! Cukup aku ae sing gak sekolah..” kata Ibuk .(MSMM-KS/61)
Berdasarkan kutipan (09) tokoh Ibuk nilai moral sosial kasih sayang berupa sikap dan perilaku yang mencerminkan rasa sayang (perhatian, memberikan semangat) dan sikap penuh kelembutan terhadap orang lain. Hal ini dibuktikan dengan perkataan Ibuk yang memberikan semangat kepada Isa untuk terus sekolah agar hidupnya bisa lebih baik dan tidak seperti Ibuk . Ibuk memberi semangat sambil mengelus rambut isa dengan penuh kelembutan. Hal ini sesuai dengan pendapat Suratman dkk (2013:48) mengemukakan bahwa cinta kasih orang tua terhadap anak adalah suatu cinta yang disertai dengan kasih sayang. Cinta dan kasih sayang tersebut diberikan secara tulus dan ikhlas seolah-olah anak adalah bagian dari dirinya sendiri.
Sabar. Definisi sabar sendiri menurutu Samani dan Harianto (2013:53) merupakan sikap tahan menghadapi cobaan, bersikap tenang, tidak suka tergesa-gesa atau bertindak ceroboh. Di dalam novel Ibuk karya Iwan Setyawan juga terdapat wujud nilai moral sosial sabar yaitu sikap tahan menghadapi cobaan (tidak lekas marah, tidak lekas putus asa, tidak lekas patah hati) dan bersikap tenang. Seperti pada kutipan berikut.
“Buk, sepatuku jebol!” ujar Nani.
“Buk, bayar SPP. Ini sudah tanggal 10..” keluh Bayek. “Buk, aku sekolah SMP ya tahun depan,” Kata Isa. “Buk, masak opo?” tanya Rini..
“Buk…” “Buk..”
Mira termangu dipangku Ibuk . Ia memandangi empat kakaknya satu demi satu. Ibuk sabar menjawab pertanyaan anak-anaknya. Entah siasat apa untuk menjawab mereka semua tapi Ibuk memastikan tidak ada air mata.(MSMM-SB/58).
Tokoh Ibuk memiliki nilai moral sabar berupa tidak lekas marah dan bersikap tenang. Hal ini dIbuk tikan dengan narasi pengarang yang menceritakan sikap Ibuk yang sabar menjawab pertanyaan anak-anaknya. Ibuk berusaha menjawab semua pertanyaan dengan segala siasat yang Ibuk punya karena Ibuk tak ingin anak-anaknya bersedih dan memastikan tidak ada air mata. Sikap sabar merupakan implementasi dari prinsip bersikap baik. Menurut Zubair (1987:72) kaidah sikap baik pada dasarnya mendasari semua norma moral manusia pada dasarnya kecuali ada alasan khusus harus
11
bersikap baik terhadap apa saja. Secara ideal kaidah bersikap baik hanya menghasilkan akibat baik dan sama sekali tidak menghasilkan akibat buruk.
Bertanggung Jawab. Definisi tanggung jawab menurut Samani dan Harianto (2013:51) yakni melakukan tugas sepenuh hati, bekerja dengan etos kerja yang tinggi, berusaha keras untuk mencapai prestasi terbaik, mampu mengontrol diri dan akuntabel terhadap pilihan dan keputusan yang diambil.
Di dalam novel Ibuk karya Iwan Setyawan terdapat nilai moral sosial bertanggung jawab yang meliputi (1) melaksanakan apa yang sudah menjadi kewajibannya sebagaimana yang diharapkan oleh orang lain, (2) Keadaan wajib menanggung segala sesuatunya sebagai akibat sikap pihak sendiri atau pihak lain. Nilai moral sosial tanggung jawab pada novel Ibuk terdapat pada kutipan berikut.
“Buk, Bahasa Inggrisku masih nggak lancar-lancar iki,” kata Bayek. “Bisa, Le. Percaya sama Ibuk . Kamu udah dipercaya ke sana, pasti kamu bisa,” kata Ibuk meyakinkan Bayek.
“Aku gak pingin mereka kecewa, Buk. Sudah datang jauh-jauh tapi
gak bisa ngomong lancar. Gini ae wes Buk, aku akan buktikan kalau aku bisa kerja dulu,” tekad Bayek.(MSMM-TJ/152).
Berdasarkan kutipan menunjukkan sikap dan sifat moral sosial bertanggung jawab berupa sikap mengetahui dan melaksanakan apa yang harus dilakukan sebagaimana diharapkan oleh orang lain.Hal ini dibuktikan dengan dialog Bayek kepada Ibuk bahwa Bayek membuktikan dirinya bisa bekerja dengan baik di perusahaan yang sudah menerimanya sebagai pertanggung jawabannya bekerja disana. Hal ini sesuai dengan pendapat Zubair (1987:67) bahwa tanggung jawab ialah kewajiban menanggung bahwa perbuatan yang dilakukan oleh seorang adalah sesuai dengan tuntutan kodrat manusia
Pekerja Keras. Di dalam novel Ibuk karya Iwan Setyawan juga terdapat nilai moral kerja keras yang meliputi (1) kegiatan yang dikerjakan secara sungguh-sungguh hingga target kerja tercapai dan (2) bekerja dengan pantang menyerah. Nilai moral sosial kerja keras dalam novel Ibuk dapat dilihat pada kutipan berikut.
Hari demi hari, Ibuk menabung untuk biaya sekolah kedua anaknya, Isa dan Bayek. Bapak semakin sering pulang larut malam. Bapak jarang
membawa nasi goreng merah. Berkat kerja keras Bapak dan kelincahan
Ibuk dalam mengatur kebutuhan rumah tangga, Ibuk hampir tak percaya melihat anak sulungnya, Isa akhirnya memakai seragam putih abu-abu.
Seragam Isa terlihat terlalu besar untuk badannya yang kurus.
Berdasarkan kutipan tokoh Bapak dan Ibuk menujukkan sikap moral sosial kerja keras. Hal ini dibuktikan dengan narasi pengarang yang menceritakan bahwa Ibuk dan Bapak bekerja keras demi biaya sekolah Isa dan Bayek hingga akhirnya Isa berhasil masuk SMA Negeri 1 Batu. Ibuk bekerja keras dengan menabung setiap hari dan mengatur kebutuhan rumah tangga sedemikian rupa, sedangkan Bapak bekerja keras dengan
12
bekerjamenarik angkot hingga larut malam. Hal ini sejalan dengan pendapat Samani dan Harianto (2011:133) yang menyatakan bahwa bersemangat adalah bekerja dengan penuh kegairahan dan semangat yang meluap-luap. Seseorang yang bersemangat akan melakukan segala sesuatu dengan penuh gairah, baik itu bekerja maupun belajar.
Nilai moral sosial berdasarkan hubungan manusia dengan alam. Peduli kesehatan. Peduli dan menjaga kesehatan berarti kita menjaga kesehatan diri, lingkungan, kesehatan masyarakat dan kesehatan lingkungan. Di dalam novel Ibukkarya Iwan Setyawan juga terdapat nilai moral sosial alam berupa sikap dan sifat peduli kesehatan yang meliputi (1) Menghargai dan menjaga kesehatan diri, kesehatan masyarakat, dan kesehatan lingkungan, dan (2) menerapkan pola hidup seimbang. Hal ini sejalan dengan pendapat Notoatmodjo (2011:15) bahwa kesehatan masyarakat bertujuan untuk mencegah penyakit, memperpanjang usia hidup, dan meningkatkan kesehatan penduduk (masyarakat). Perilaku hidup menjaga kesehatan para tokoh dalam novel ditunjukkan dengan peduli terhadap kesehatan orang-orang di sekitarnya. Seperti yang dilakukan tokoh Ibuk yang membawa Bayek ke dokter Etik karena Bayek tak sadarkan diri dan tokoh Esther yang peduli pada kesehatan Bayek dengan mengajak Bayek berlatih yoga.
Peduli kebersihan. Peduli kebersihan berarti menjaga lingkungan sekitar agar terhindar dari pencemaran lingkungan. Di dalam novel Ibuk karya Iwan Setyawan juga terdapat nilai moral sosial alam peduli kebersihan yang meliputi (1) membersihkan lingkungan sekitar, (2) menghargai alam lingkungan dengan berkewajiban melestarikan fungsinya, dan (3) menghindari pencemaran lingkungan. Hal ini sesuai dengan pendapat Samani dan Harianto (2013:54) yang menyatakan bahwa menghargai alam lingkungan dengan berkewajiban melestarikan fungsinya agar terjadi kehidupan yang berkelanjutan, jauh dari pencemaran lingkungan.
Berpikir jauh ke depan. Definisi berpikir jauh ke depan merupakan upaya menggunakan pertimbangan-pertimbangan yang baik dan buruk sebelum bertindak yang bertujuan untuk merampungkan sesuatu pada waktu yang tepat.Di dalam novel Ibuk karya Iwan Setyawan juga terdapat nilai moral sosial alam yang meliputi (1) menggunakan pertimbangan-pertimbangan yang baik dan buruk sebelum bertindak, (2) sikap tidak terburu-buru dalam bertindak, dan (3) sikap yang bertujuan merampungkan tujuan yang benar pada waktu yang tepat. Berpikir jauh ke depan merupakan nilai moral sosial alam karena pertimbangan yang kita pikirkan saat ini akan berdampak pada kehidupan kita selanjutnya. Berpikir jauh ke depan pastinya menggunakan ketetapan hati agar tidak salah dalam bertindak. Hal ini sejalan dengan pendapat Samani dan Harianto (2013:120) ketetapan hati adalah sikap betujuan merampungkan tujuan yang benar pada waktu yang tepat, tanpa takut adanya berbagai rintangan. Tanpa ada
13
ketetapan hati, tentunya kita tidak akan bisa mempertimbangkan segala sesuatunya dengan baik sesuai dengan tujuan hidup kita.
SIMPULAN
Sesuai dengan fokus penelitian yang ingin dicapai, dalam penelitian ini diperoleh dua kesimpulan sebagai berikut. Di dalam novel Ibuk karya Iwan Setyawan ditemukan dua nilai moral sosial, yaitu nilai moral sosial berdasarkan hubungan manusia dengan manusia dan nilai moral sosial berdasarkan hubungan manusia dengan alam. Masing-masing nilai moral sosial memiliki wujud nilai yang berbeda-beda.
Nilai moral sosial manusia berdasarkan hubungan manusia dengan manusia yaitu nilai yang mengatur sikap baik manusia terhadap manusia lainnya dalam lingkup sosial. Di dalam novel Ibuk karya Iwan Setyawan ditemukan delapan wujud nilai moral sosial berdasarkan hubungan manusia dengan manusia. Kedelapan wujud nilai moral tersebut, yaitu (1) suka menolong, (2) setia, (3) rela berkorban, (4) adil, (5) kasih sayang, (6) sabar, (7) bertanggung jawab, dan (8) pekerja keras.
Nilai moral sosial berdasarkan hubungan manusia dengan alam yaitu wujud sosial yang membahas persoalan manusia dalam hubungannya dengan alam. Di dalam novel Ibuk karya Iwan Setyawan ditemukan tiga wujud nilai moral sosial berdasarkan hubungan manusia dengan alam yaitu, (1) peduli kesehatan, (2) peduli kebersihan, dan (3) sikap berpikir jauh ke depan. Dari tiga nilai moral sosial tersebut ditemukan sejumlah 16 kutipan. Pada nilai moral peduli kesehatan ditemukan 4 data, nilai moral peduli kebersihan ditemukan 10 data dan nilai moral berpikir jauh ke depan ditemukan 2 data.
SARAN
Peneliti Lain.Novel Ibuk karya Iwan Setyawan merupakan salah satu kisah nyata dari kehidupan pengarang yang memiliki banyak nilai moral di dalamnya. Penelitian ini dapat dijadikan salah satu landasan untuk penelitian lebih lanjut mengenai nilai-nilai moral sosial dengan menggunakan pendekatan moral.
Pembaca Sastra.Penelitian ini meneliti nilai-nilai moral sosial dalam novel
Ibuk karya Iwan Setyawan. Hasil penelitian ini diharapkan dapat menambah
wawasan pembaca mengenai nilai-nilai moral dalam sebuah novel.
Guru.Hasil penelitian ini menjelaskan wujud nilai moral sosial berdasarkan hubungan manusia dengan manusia dan hubungan manusia dengan alam, dalam novel Ibuk karya Iwan Setyawan yang diharapkan dapat menjadi sarana pembelajaran yang berbasis pendidikan karakter.
DAFTAR RUJUKAN
Aminuddin. 2004. Pengantar Apresiasi Karya Sastra. Bandung: Sinar Baru Algesindo.
14
Atkin, Douglas. 2006. Membangun Kesetiaan Merek. Yogyakarta: B first. Dermawan, Taufik. 2001. Apresiasi Prosa Fiksi. Malang: Universitas
Negeri Malang.
Djojosuroto, K. 2006. Analisis Teks Sastra dan Pengajarannya. Yogyakarta: Pustaka.
Notoatmodjo, Soekidjo. 2011.Kesehatan Masyarakat, Ilmu dan Seni. Jakarta: PT Rineka Cipta.
Samani, M. & Harianto. 2011. Konsep dan Model Pendidikan Karakter. Bandung: Remaja Rosdakarya.
Suseno, F. M. 1987. Etika Dasar: Masalah-masalah Pokok Filsafat Moral. Yogyakarta: Kanisius.
Suseno, F. M. 2003. Etika Jawa: Sebuah Analisa Falsafi tentang