• Tidak ada hasil yang ditemukan

GAYA BAHASA KIASAN DAN MAKSUD DALAM LIRIK LAGU KARYA BAND BARASUARA. Skripsi. Diajukan untuk menyusun tugas akhir pada Program Studi Sastra Indonesia

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "GAYA BAHASA KIASAN DAN MAKSUD DALAM LIRIK LAGU KARYA BAND BARASUARA. Skripsi. Diajukan untuk menyusun tugas akhir pada Program Studi Sastra Indonesia"

Copied!
82
0
0

Teks penuh

(1)

GAYA BAHASA KIASAN DAN MAKSUD DALAM LIRIK LAGU KARYA BAND BARASUARA

Skripsi

Diajukan untuk menyusun tugas akhir pada Program Studi Sastra Indonesia

Oleh

DAMIANUS SURYO PRIASTO 174114009

PROGRAM STUDI SASTRA INDONESIA FAKULTAS SASTRA

UNIVERSITAS SANATA DHARMA YOGYAKARTA

(2)

i

HALAMAN JUDUL

GAYA BAHASA KIASAN DAN MAKSUD DALAM LIRIK LAGU KARYA BAND BARASUARA

Skripsi

Diajukan untuk menyusun tugas akhir pada Program Studi Sastra Indonesia

Oleh

DAMIANUS SURYO PRIASTO 174114009

PROGRAM STUDI SASTRA INDONESIA FAKULTAS SASTRA

UNIVERSITAS SANATA DHARMA YOGYAKARTA

(3)
(4)
(5)

iv

Lembar Keaslian Karya

HALAMAN PERNYATAAN KEASLIAN KARYA

Saya menyatakan dengan sesungguhnya bahwa skripsi yang saya tulis ini tidak memuat karya atau bagian karya orang lain, kecuali yang telah disebutkan dalam kutipan dan daftar pustaka sebagaimana layaknya karya ilmiah.

Yogyakarta, 8 April 2021

Penulis

(6)

v

Lembar Pernyataan Persetujuan Publikasi

Yang bertanda tangan di bawah ini, saya mahasiswa Universitas Sanata Dharma

Nama : Damianus Suryo Priasto

NIM : 174114009

Demi pengembangan dan ilmu pengetahuan, saya memberikan kepada Perpustakaan Universitas Sanata Dharma karya ilmiah Saya yang berjudul “Gaya Bahasa Kiasan dan Maksud dalam Lirik Lagu Band Barasuara”.

Dengan demikian, saya memberikan kepada Universitas Sanata Dharma hak menyimpan, mengalihkan dalam bentuk lain, mengelolanya dalam bentuk pangkalan data, mendistribusikannya secara terbatas dan mempublikasikannya di internet atau media lain untuk kepentingan akademis tanpa perlu meminta izin dari saya maupun memberikan royalti kepada saya selama mencantumkan nama saya sebagai penulis.

Demikian pernyataan ini saya buat dengan sebenarnya.

Dibuat di Yogyakarta Pada tanggal 8 April 2021 Yang menyatakan

(7)

vi

HALAMAN PERSEMBAHAN

Karya ini kupersembahkan untuk kedua orang tuaku

Paulus Noritriyanto dan Inocentia Irene Indriyati

Kedua saudara kandungku

(8)

vii MOTO

“… janganlah kamu kuatir akan hari besok, karena hari besok mempunyai kesusahannya sendiri. Kesusahan sehari cukuplah untuk sehari.”

(Matius 6: 34)

(9)

viii

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa atas segala berkat, rahmat, dan penyertaan-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul ”Gaya Bahasa Kiasan dan Maksud dalam Lirik Lagu Band Barasuara” ini dengan baik.

Penulis menyadari bahwa skripsi ini tidak dapat diselesaikan tanpa adanya bantuan, bimbingan, dan motivasi dari berbagai pihak. Oleh karena itu, penulis ingin mengucapkan terima kasih kepada pihak-pihak yang telah membantu dalam proses penyusunan skripsi ini.

Pertama, penulis mengucapkan terima kasih kepada keluarga, Paulus Noritriyanto dan Inocentia Irene Indriyati selaku orang tua yang setiap hari menanyakan proses penyusunan skripsi. Terima kasih pula penulis ucapkan kepada Gerardus Teguh Prasetyo Wibowanto dan Natalia Putri Kirana selaku kakak dan adik yang senantiasa mendukung dalam proses penyusunan skripsi dan tak lupa memberi doa dan semangat agar dapat menyelesaikan dengan baik.

Kedua, penulis mengucapkan terima kasih kepada Prof. Dr. Praptomo Baryadi Isodarus, M.Hum. dan Ibu Maria Magdalena Sinta Wardani, S.S., M.A., selaku dosen pembimbing yang dengan sabar membimbing dan meluangkan waktunya agar penulis dapat menyelesaikan skripsi ini.

Ketiga, penulis mengucapkan terima kasih kepada seluruh komunitas Sastra Indonesia Sanata Dharma, baik Bapak/Ibu dosen maupun karyawan yang telah

(10)

ix

memberikan ilmu dan pembelajaran dengan sepenuh hati sehingga penulis dapat berkembang.

Keempat, penulis mengucapkan terima kasih kepada teman-teman Prodi Sastra Indonesia Sanata Dharma, baik kakak-kakak Prodi, para alumni, satu angkatan maupun teman-teman yang masih berjuang di Prodi Sastra Indonesia Universitas Sanata Dharma yang selama ini menjalin relasi dengan baik dan saling berbagi ilmu serta pengalaman sehingga penulis dapat berkembang.

Kelima, penulis mengucapkan terima kasih kepada Krisensia Rena Devania yang selalu memberi semangat dan motivasi dengan penuh kasih sayang sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi dengan baik.

Penulis menyadari bahwa ada banyak pihak yang mendukung penulis dalam proses menyelesaikan skripsi, tanpa mengurangi rasa hormat penulis mengucapkan terima kasih atas segala bentuk dukungannya kepada pihak-pihak tersebut.

Yogyakarta, 8 April 2021

(11)

x ABSTRAK

Priasto, Damianus Suryo. 2021. “Gaya Bahasa Kiasan dan Maksud dalam Lirik Lagu Band Barasuara”. Skripsi Strata Satu (S-1). Program Studi Sastra Indonesia, Fakultas Sastra, Universitas Sanata Dharma.

Penelitian ini membahas gaya bahasa kiasan dan maksud yang terkandung dalam lirik lagu band Barasuara. Permasalahan yang dibahas adalah (i) gaya bahasa kiasan dalam lirik lagu band Barasuara dan (ii) maksud yang terkandung dalam lirik lagu band Barasuara.

Metode yang digunakan untuk mengumpulkan data dalam penelitian ini adalah metode simak. Peneliti menyimak gaya bahasa kiasan dan maksud dalam lirik lagu band Barasuara menggunakan data lirik lagu yang dikumpulkan dari internet. Kemudian dicatat dan diklasifikasikan. Metode yang digunakan dalam menganalisis data dilakukan dengan metode padan intralingual.

Hasil penelitian ini menunjukkan gaya bahasa kiasan dalam lirik lagu band Barasuara terdapat lima empat, yaitu (i) persamaan atau simile, (ii) personifikasi atau prosopopoeia, (iii) metafora, dan (iv) pun atau paronomasia. Maksud yang terkandung dalam lirik lagu band Barasuara terdapat dua belas jenis yaitu (i) maksud ajakan mewujudkan keinginan, (ii) maksud mengubah cara berkomunikasi, (iii) maksud menyampaikan pesan toleransi, (iv) maksud ajakan melepas keraguan, (v) maksud mengungkapkan rasa terbelenggu dalam dendam, (vi) maksud menceritakan sebuah proses, (vii) maksud melupakan kenangan buruk, (viii) maksud mengingatkan, (ix) maksud menyatakan keraguan, (x) maksud menyarankan, (xi) maksud menyindir/sarkasme, dan (xii) maksud menyampaikan keresahan.

(12)

xi ABSTRACT

Priasto, Damianus Suryo. 2021. "Figurative Language Style and Meaning in the Barasuara Band Song Lyrics". Undergraduate Thesis (S-1). Indonesian Literature Study Program, Faculty of Letters, Sanata Dharma University.

This study discusses the figurative language style and meanings contained in the lyrics of the Barasuara band songs. The problems discussed are (i) figurative language style in Barasuara band song lyrics and (ii) the meaning contained in Barasuara band song lyrics.

This study used observation method to collect the data. The researcher listened to all the albums from Barasuara band. Then the researcher analyzes the figurative language style and the meanings of the Barasuara band song lyrics. The method used in analyzing the data was done by using the intralingual matching method.

The results of this study indicate that there are four types of figurative language style in the lyrics of the Barasuara band song, namely (i) equations or similes, (ii) personification or prosopopoeia, (iii) metaphor, and (iv) pun or paronomasia. The meanings contained in the Barasuara band song lyrics are of twelve types, namely (i) the intention of the invitation to realize the wish, (ii) the intention to change the way of communication, (iii) the intention of conveying a message of tolerance, (iv) the intention of the invitation to release doubts, (v) the intention of expressing feeling shackled in resentment, (vi) the intention of telling a process, (vii) the intention of forgetting bad memories, (viii) the intention of reminding, (ix) the intention of expressing doubt, (x) the intention of suggesting, (xi) the intention of insinuating/sarcasm, and (xii ) the intention of conveying restlessness.

(13)

xii DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ... i

HALAMAN PENGESAHAN PEMBIMBING ... ii

HALAMAN PENGESAHAN ... iii

HALAMAN PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ... iv

HALAMAN PERSETUJUAN ... Error! Bookmark not defined. HALAMAN PERSEMBAHAN ... vi

MOTO ... vii

KATA PENGANTAR ... viii

ABSTRAK ... x

ABSTRACT ... xi

DAFTAR ISI ... xii

BAB I PENDAHULUAN ... 1

1.1. Latar Belakang ... 1

1.2. Rumusan Masalah ... 5

1.3. Tujuan Penelitian ... 5

1.4. Manfaat Hasil Penelitian ... 6

1.5. Tinjauan Pustaka ... 6

1.6. Landasan Teori ... 10

1.6.1. Gaya Bahasa ... 10

1.6.2. Gaya Bahasa Kiasan ... 11

1.6.3. Maksud ... 16

1.7. Metode Penelitian ... 17

1.7.1. Metode dan Teknik Pengumpulan Data ... 17

(14)

xiii

1.7.3. Penyajian Hasil Analisis Data ... 18

1.8. Sistematika Penyajian ... 18

BAB II JENIS GAYA BAHASA KIASAN DALAM LIRIK LAGU KARYA BAND BARASUARA ... 20

2.1. Pengantar ... 20

2.2. Gaya Bahasa Kiasan Persamaan atau Simile ... 20

2.3. Gaya Bahasa Personifikasi atau Prosopopoeia ... 21

2.4. Gaya Bahasa Kiasan Metonimia ... 27

2.5. Gaya Bahasa Kiasan Pun atau Paronomasia ... 35

BAB III MAKSUD DALAM LIRIK LAGU BAND BARASUARA ... 44

3.1. Pengantar ... 44

3.2. Maksud Ajakan Mewujudkan Keinginan ... 44

3.3. Maksud Mengubah Cara Berkomunikasi ... 45

3.4. Maksud Menyampaikan Pesan Toleransi ... 47

3.5. Maksud Ajakan Melepas Keraguan ... 48

3.6. Maksud Mengungkapkan Rasa Terbelenggu dalam Dendam ... 49

3.7. Maksud Menceritakan Sebuah Proses ... 51

3.8. Maksud Melupakan Kenangan Buruk ... 53

3.9. Maksud Mengingatkan ... 54

3.10. Maksud Menyatakan Keraguan ... 57

3.11. Maksud Menyarankan... 58

3.12. Maksud Menyindir/Sarkasme ... 60

3.13. Maksud Menyampaikan Keresahan ... 62

Bab IV PENUTUP ... 64

4.1. Kesimpulan ... 64

4.2. Saran ... 65

(15)
(16)

1 BAB I

PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

Penelitian ini membahas gaya bahasa kiasan dan maksud pada lirik lagu karya band Barasuara. Grup musik asal Indonesia ini terbentuk pada tahun 2012. Personel band Barasuara ini beranggotakan enam orang yakni Iga Massardi sebagai vokalis dan gitaris, Sandi “TJ” Kusumaningtyas sebagai gitaris, Marco Steffiano sebagai drummer, Cabrini Asteriska Widiantini dan Puti Chitara sebagai vokalis. Barasuara terlah merilis dua album yang berjudul Taifun (2015) dan Pikiran dan Perjalanan (2019). Dalam setiap album terdiri dari Sembilan lagu. Pada album pertama dengan tajuk Taifun, lagu yang dirilis berjudul ”Nyala Suara”, “Sendu Melagu”, “Bahas Bahasa”, “Hagia”, “Api dan Lentera”, “Menunggang Badai”, “Tarintih”, “Mengunci Ingatan”, dan “Taifun”. Pada album kedua dengan tajuk Pikiran dan Perjalanan, lagu yang dirilis berjudul “Seribu Racun”, “Pikiran dan Perjalanan”, “Guna Manusia”, “Pancarona”, “Tentukan Arah”, “Masa Mesias Mesias”, “Haluan”, “Samara”, dan “Tirai Cahaya”. Barasuara tidak pernah mengungkapkan maksud dari lirik lagu-lagunya. Mereka membiarkan pendengarnya untuk menginterpretasikan lagu itu masing-masing (Djaya, Andi Baso, 2015 “Barasuara Menuai Pujian Berkat Album Taifun,”

(17)

https://beritagar.id/artikel/seni-hiburan/barasuara-menuai-pujian-berkat-album-taifun. Diunduh: 13/11/2015, 14.01).

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia V, lagu merupakan ragam suara yang berirama, nyanyian, ragam nyanyi, dan tingkah laku. Secara luas, lirik merupakan ekspresi seseorang yang dituangkan dalam bentuk tulisan. Dalam mengekspresikannya, pencipta atau penulis lagu melakukan permainan kata-kata sehingga memunculkan kekhasan dan daya tarik kepada pendengar atau penikmatnya. Permainan bahasa ini dapat dilakukan dengan permainan kata-kata, vokal, maupun penyimpangan makna dan diperkuat dengan alunan melodi yang mengiringi sehingga membuat pendengar terbawa dengan pemikiran pengarang pada lagu tersebut.

Gaya bahasa kiasan dibentuk berdasarkan perbandingan dengan mencari kesamaan pada suatu hal yang memiliki dua pengertian. Pada mulanya gaya bahasa yang berkembang adalah analogi. Analogi dipakai dengan pengertian proporsi yang hanya menyatakan hubungan kuantitatif. Namun sejak zaman Aristoteles, kata analogi digunakan pula untuk menyatakan hubungan kualitatif. Dalam pengertian kuantitatif, analogi memiliki arti sebagai kemiripan atau relasi identitas antara dua pasang istilah berdasarkan sejumlah besar ciri yang sama. Dalam pengertian kualitatif, analogi menyatakan kemiripan hubungan sifat antara dua pasang istilah (Keraf, 1984: 137).

Alasan penulis memilih topik gaya bahasa kiasan pada lirik lagu band Barasuara yakni karena sejauh ini belum ada penelitian mengenai gaya bahasa

(18)

kiasan pada lirik lagu tersebut. Selain itu, lirik lagu Barasuara ini memiliki ciri khas pada gaya bahasa yang menarik untuk diteliti.

Hal pertama yang dibahas dalam penelitian ini yaitu gaya bahasa kiasan yang terdapat dalam lirik lagu band Barasuara seperti pada data berikut ini.

(1) Nyala Suara

(a) Baramu padam, baramu padam (b) Lara menyala tanpa suara (c) Bara dalam sekam

(d) Bara dalam sekam (e) Bara dalam sekam (f) Bara dalam sekam (g) Kala merdeka ada suara (h) Riak melebur, peluh membaur (i) Karam dalam diam

(j) Karam dalam, karam dalam (k) Bara dalam sekam

(l) Bara dalam sekam (m) Bara dalam sekam (n) Bara dalam sekam (o) Bara dalam sekam

Pada data (1) lirik lagu band Barasuara yang berjudul “Nyala Suara” ini mengandung jenis gaya bahasa kiasan personifikasi atau prosopopoiea dan gaya bahasa kiasan epitet. Gaya bahasa kiasan personifikasi ditunjukkan pada data (h) riak melebur, peluh membaur. Frase itu menggambarkan benda mati yang seolah-olah memiliki sifat kemanusiaan karena peluh dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia V artinya air yang keluar dari lubang pada kulit (pori); keringat. Kata peluh yang seolah-olah dapat membaur seperti manusia.

Gaya bahasa kiasan epitet merupakan acuan yang menyatakan suatu sifat yang khusus dari seseorang atau suatu hal ditunjukkan pada data (a) baramu padam,

(19)

baramu padam. Kata tersebut menunjukkan sifat khusus berupa ‘semangat’ seseorang yang ‘hilang’.

Hal kedua yang dibahas dalam penelitian ini adalah maksud yang terkandung dalam lirik lagu band Barasuara seperti pada data berikut ini.

(2) “Sendu Melagu” (a) Semua yang kau rindu (b) Semua menjadi abu (c) Langkahmu tak berkawan (d) Kau telah sia-siakan (e) Waktu yang kau tahu (f) Waktu yang berlalu (g) Ingatmu kau merayu (h) Ingatnya kau berlalu (i) Sendu melagu (j) Sendu melagu (k) Sendu melagu

(l) Semua yang kau rindu (m) Semua menjadi abu (n) Langkahmu tak berkawan (o) Kau telah sia-siakan (p) Waktu yang kau tahu (q) Waktu yang berlalu (r) Ingatmu kau merayu (s) Ingatnya kau berlalu (t) Ingatnya kau berlalu (u) Ingatnya kau berlalu (v) Sendu melagu (w) Sendu melagu (x) Sendu melagu

(y) Semua yang kau rindu (z) Ingatnya kau berlalu (aa) Sendu melagu

(bb) Semua yang kau rindu (cc) Ingatnya kau berlalu (dd) Sendu melagu

(ee) Semua yang kau rindu (ff) Ingatnya kau berlalu (gg) Sendu melagu

(hh) Semua yang kau rindu (ii) Ingatnya kau berlalu

(20)

Data (2) lirik lagu “Sendu Melagu” memiliki maksud penyesalan seseorang terhadap sesuatu yang tidak dapat terulang kembali. Maksud tersebut ditunjukkan pada data (a) semua yang kau rindu dan data (b) semua menjadi abu. Pada data (b) digambarkan bahwa semua sudah menjadi abu, artinya tidak dapat menjadi utuh seperti sebelumnya.

1.2.Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas, penelitian ini membahas gaya bahasa kiasan dan maksud yang terkandung dalam lirik lagu band Barasuara. Masalah tersebut dapat dirinci sebagai berikut.

1.2.1. Apa saja jenis gaya bahasa kiasan yang terdapat dalam lirik lagu band Barasuara?

1.2.2. Apa saja maksud yang terkandung dalam lirik lagu band Barasuara?

1.3.Tujuan Penelitian

Secara umum, penelitian ini mendeskripsikan gaya bahasa pada lirik lagu band Barasuara. Secara khusus, tujuan penelitian ini dirinci dengan data sebagai berikut.

1.3.1. Mendeskripsikan jenis gaya bahasa kiasan yang terdapat dalam lirik lagu band Barasuara.

1.3.2. Mendeskripsikan maksud yang terkandung dalam lirik lagu band Barasuara.

(21)

1.4. Manfaat Hasil Penelitian

Hasil penelitian ini berupa deskripsi jenis gaya bahasa kiasan dalam lirik lagu karya band Barasuara. Penelitian ini memberikan manfaat teoretis dan manfaat praktis. Hasil penelitian ini memberikan manfaat teoretis dalam bidang stilistika dan pragmatik. Dalam bidang stilistika, hasil penelitian ini mengembangkan teori gaya bahasa. Dalam bidang pragmatik, hasil penelitian ini mengembangkan teori jenis-jenis maksud.

Manfaat praktis dari hasil penelitian ini adalah dapat menjadi panduan bagi penikmat lagu untuk memahami isi dan makna lagu karya band Barasuara. Selain itu, hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai bahan pengayaan materi gaya bahasa pada pembelajaran bahasa Indonesia.

1.5.Tinjauan Pustaka

Penelitian mengenai objek formal pernah dilakukan oleh Sekarsari (2019), Pratiwi (2018), dan Adriana (2013). Penelitian mengenai objek material pernah dilakukan oleh Purwito (2018), dan Safitri (2020)

Sekarsari (2018) dalam skripsinya yang berjudul “Jenis dan Fungsi Gaya Bahasa Kiasan Pada Lirik Lagu Band RAN” ini mendeskripsikan jenis dan fungsi gaya bahasa kiasan pada lirik lagu band RAN. Teori yang digunakan dalam penelitian adalah teori gaya bahasa kiasan dan fungsi gaya bahasa kiasan. Pengumpulan data dilakukan dengan metode simak dari media internet dan aplikasi Spotify. Data yang digunakan adalah lirik lagu band RAN. Metode yang digunakan penulis adalah metode agih, sedangkan teknik yang digunakan adalah teknik

(22)

perluas. Dari hasil penelitian, penulis menemukan enam jenis gaya bahasa kiasan dalam lirik lagu band RAN, diantaranya; simile, metafora, personifikasi, alusi, epitet, dan ironi. Sedangkan fungsi gaya bahasa kiasan yang ditemukan terdapat enam fungsi yaitu; menciptakan suasana tertentu, mengajak, mengekspresikan rasa malas, memberi harapan, berduka, dan puitis.

Pratiwi (2018) dalam skripsinya yang berjudul “Jenis dan Fungsi Gaya Bahasa Kiasan Pada Lirik Lagu Band Naif dan Payung Teduh” ini mendeskripsikan jenis dan fungsi gaya bahasa kiasan pada lirik lagu band Naif dan Payung Teduh. Penulis menggunakan data penelitian berupa lirik lagu band Naif dan Payung Teduh bersumber dari internet. Pengumpulan data dilakukan dengan metode simak. Analisis data dilakukan dengan metode agih dan metode padan. Dari penelitian ini penulis menemukan empat jenis gaya bahasa kiasan; personifikasi, simile, metafora, dan ironi. Terdapat lima fungsi gaya bahasa kiasan; memperindah lirik lagu, menyamarkan sesuatu, menciptakan suasana tertentu, mempunyai tujuan untuk membujuk, mengingatkan atau meyakinkan, dan menyindir.

Adriana (2018) dalam skripsinya yang berjudul “Gaya Bahasa Kiasan dalam Lirik Lagu Iwan Fals” membahas gaya bahasa kiasan yang terdapat dalam lirik lagu Iwan Fals dan fungsi gaya bahasa kiasan yang terdapat dalam lirik lagu Iwan Fals. Penulis menggunakan data penelitian berupa lirik lagu Iwan Fals berjumlah delapan puluh empat dari seratus empat belas lagu yang terbagi dalam sembilan belas album. Metode dan teknik yang digunakan penulis dalam pengambilan data dilakukan dengan metode simak dan teknik simak libat cakap. Data yang telah diperoleh kemudian dicatat dan dianalisis menggunakan metode agih. Teknik dasar

(23)

yang digunakan penulis yaitu teknik bagi unsur langsung dan teknik yang digunakan dalam analisis data yaitu teknik ganti dan teknik baca markah.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa gaya bahasa kiasan dalam lirik lagu Iwan Fals terdiri dari lima jenis yaitu, gaya bahasa persamaan atau simile, metafora, personifikasi, sinekdoke, dan metonimia. Gaya bahasa kiasan persamaan atau simile dibagi menjadi lima ditandai dengan kata seperti, sama, bagai, bagaikan, dan bak. Ada juga gaya bahasa kiasan sinekdoke totum pro parte dan sinekdoke pars pro toto. Penulis juga menemukan tiga macam fungsi gaya bahasa kiasan dalam lirik lagu Iwan Fals yaitu fungsi kepuitisan, fungsi memperhalus maksud dan fungsi menyindir. Fungsi kepuitisan dibagi menjadi enam jenis yaitu rima, aliterasi, asonansi, anaphora, kakafoni, eufoni. Rima dibagi menjadi tiga jenis yaitu rima merata, berselang, dan berangkat. Fungsi memperhalus maksud terdiri dari empat jenis yaitu persamaan atau simile, metafora, personifikasi, dan sinekdoke.

Purwito (2018) dalam skripsinya yang berjudul “Puitika Lirik Lagu Barasuara Sebuah Kajian Stilistika” ini membahas tentang unsur-unsur pembentuk dalam lirik lagu band Barasuara. Lirik lagu dapat dikategorikan sebagai puisi karena lirik lagu merupakan bentuk karya sastra yang memiliki unsur pembentuk seperti puisi. Unsur yang terdapat dalam puisi adalah unsur fisik dan unsur batin. Puisi adalah salah satu bentuk karya sastra imajinatif yang mengutamakan bunyi, bentuk, dan makna yang ingin disampaikan. Lirik lagu yang dinyanyikan oleh Barasuara dianggap sarat akan makna yang ditampilkan melalui kata tiap baitnya. Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan struktur puisi dan menjelaskan makna lirik lagu band Barasuara. Penulis menggunakan metode penelitian deskriptif. Pengumpulan data dilakukan

(24)

menggunakan studi pustaka. Teknik yang digunakan ialah teknik simak, baca, dengar, dan catat. Data dikumpulkan dari sembilan lirik lagu Barasuara pada album berjudul Taifun yang diidentifikasi memiliki kesamaan dengan unsur-unsur yang ada pada puisi. Hasil penelitian menunjukkan bahwa dalam lirik lagu Barasuara secara keseluruhan terdapat dua unsur pembentuk, yaitu struktur fisik dan struktur batin. Pada struktur fisik terdapat diksi berupa makna denotatif dan konotatif, bentuk simbol kosong dan simbol khusus, serta terdapat majas dan versifikasi. Pada struktur batin terdapat lirik dengan tema cinta, kritik sosial, dan pencarian jati diri. Selain itu, lirik lagu Barasuara ini juga mengandung amanat berupa nasihat dan motivasi yang ditujukan kepada masyarakat. Penulis juga menyampaikan bahwa gaya bahasa yang digunakan Barasuara dalam menulis lirik merupakan gaya bahasa sederhana, gaya bahasa nada mulia dan bertenaga, dan gaya bahasa nada menengah. Safitri (2020) dalam skripsinya yang berjudul “Pesan Dakwah dan Kritik Sosial Pada Lirik Lagu (analisis Semiotika Rolland Barthes Pada Lirik Lagu “Haluan” Barasuara” ini membahas mengenai pesan dakwah dan kritik sosial yang terdapat dalam lirik lagu Barasuara berjudul Haluan. Penulis menggunakan metode analisis semiotika Rolland Barthes dengan proses pengumpulan data menggunakan metode observasi dan dokumentasi. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa grup band Barasuara ingin menyampaikan keresahan dan kepeduliannya terhadap persebaran berita atau informasi yang diakibatkan oleh perubahan zaman dan pemikiran. Melalui berbagai diksi dan kiasan pada lirik yang berjudul “Haluan” ini, Barasuara merepresentasikan realitas kehidupan sosial masyarakat yang terjebak pada penyebaran berita hoax. Pesan dakwah yang terdapat dalam lirik tersebut berupa

(25)

ajakan kepada pendengarnya untuk dapat menahan diri dari konflik dengan saling menghargai perbedaan dan tidak mudah percaya pada suatu informasi yang belum jelas kebenarannya.

Penelitian yang menggunakan teori gaya bahasa kiasan sudah pernah dilakukan oleh peneliti sebelumnya, begitu pula dengan penelitian yang menggunakan lirik lagu band Barasuara. Namun sejauh ini belum ada penelitian gaya bahasa kiasan yang menggunakan lirik lagu band Barasuara. Oleh karena itu objek lirik lagu band Barasuara dijadikan topik pada penelitian ini.

1.6. Landasan Teori

1.6.1. Gaya Bahasa

Gaya bahasa dikenal dalam retorika dengan istilah style. Kata style diturunkan dari bahasa Latin stilus. Gaya bahasa menjadi bagian dari diksi atau pemilihan kata yang mempersoalkan cocok tidaknya pemakaian kata, frasa, atau klausa dalam situasi tertentu. Bahkan terdapat kemungkinan bahwa gaya bahasa dapat menilai pribadi seseorang. Hal itu dapat dilihat dari pemilihan gaya bahasa. Pada intinya, gaya bahasa atau style dapat dibatasi sebagai cara mengungkapkan pikiran melalui bahasa secara khas yang memperlihatkan jiwa dan kepribadian pemakai bahasa (Keraf, 1984: 112-113).

Gaya bahasa merupakan bahasa indah yang digunakan untuk meningkatkan efek dengan membandingkan suatu hal atau benda tertentu dengan hal atau benda yang lebih khusus (Tarigan, 2013:4). Dengan kata lain, penggunaan gaya bahasa tertentu dapat menimbulkan konotasi tertentu pula.

(26)

1.6.2. Gaya Bahasa Kiasan

Gaya bahasa kiasan dibentuk berdasarkan perbandingan dengan mencari kesamaan pada suatu hal yang memiliki dua pengertian yakni perbandingan gaya bahasa langsung atau polos, dengan perbandingan gaya bahasa kiasan.

Sebagai contoh, di bawah ini (1) adalah kalimat dengan gaya bahasa langsung dan (2) adalah kalimat dengan gaya bahasa kiasan.

(1) Perjuangannya gigih seperti ayahnya Tenaga kerbau sama kuat dengan sapi (2) Larinya kencang sekali seperti kuda

Wajahnya bersinar seperti Mentari di pagi hari

Perbandingan di atas terdapat perbedaan kelas. Perbandingan pertama mencakup dalam kelas yang sama, sedangkan perbandingan ke dua sebagai bahasa kiasan mencakup dua hal yang termasuk dalam kelas yang berbeda. Bahasa kiasan yang berkembang pertama kali adalah analogi. Analogi digunakan untuk menyatakan hubungan kuantitatif. Dalam memecahkan banyak persamaan, nilai suatu kuantitas yang tidak diketahui dapat ditetapkan jika diberi relasi dengan sebuah kuantitas yang diketahui.

Perbandingan menggunakan analogi ini diuraikan oleh (Keraf 1984: 138) sebagai berikut.

1) Persamaan atau Simile

Persamaan atau simile adalah perbandingan yang sifatnya eksplisit. Maksudnya, perbandingan ini langsung menyatakan suatu hal sama dengan hal lain. Untuk itu, ia memerlukan upaya

(27)

secara eksplisit untuk menunjukkan kesamaannya (Keraf, 1984: 138). Contoh; mereka selalu bertengkar seperti anjing dan kucing.

2) Metafora

Menurut Keraf (1984: 139), metafora adalah analogi yang membandingkan dua hal secara langsung dalam bentuk singkat. Perbandingan langsung dilakukan dengan menghubungkan pokok pertama dengan pokok kedua. Contoh; lelaki itu buaya darat.

3) Alegori, Parabel, dan Fabel

Alegori merupakan cerita singkat yang mengandung makna kiasan. Dalam alegori, nama tokoh bersifat abstrak namun memiliki tujuan yang jelas tersurat (Keraf, 1984:140) Contoh: anak bayi diibaratkan selembar kertas putih. Ia belum mengetahui apapun dan belum memiliki dosa. Orang tua berperan penting dalam menentukan masa depan anaknya.

Parabel adalah suatu kisah dengan tokoh manusia yang selalu mengandung pesan moral untuk menyampaikan suatu kebenaran (Keraf, 1984: 140). Contoh: Malin Kundang.

Fabel adalah suatu kisah dengan tokoh hewan dan benda mati yang seolah-olah seperti manusia yang bisa berbicara.

(28)

Fabel menyampaikan suatu prinsip tingkah laku melalui analogi yang transparan (Keraf, 1984: 140). Contoh: Kisah Buaya Yang Serakah.

4) Personifikasi atau Prosopopoeia

Personifikasi adalah gaya bahasa kiasan yang menggambarkan kehidupan pada benda-benda mati (Keraf, 1984: 140). Contoh; matahari terbangun dari tidurnya setelah hujan berhari-hari.

5) Alusi

Alusi adalah semacam acuan untuk mensugesti kesamaan antara orang, tempat, atau peristiwa secara implisit atau eksplisit dalam kehidupan nyata (Keraf, 1984: 141). Contoh: Kartini kecil itu sedang memperjuangkan haknya.

6) Eponim

Eponim adalah suatu gaya bahasa dari sesorang yang namanya sering dihubungkan dengan sifat tertentu (Keraf, 1984:141). Misalnya, Superman dipakai untuk mengaitkan kekuatan.

7) Epitet

Epitet adalah acuan untuk menyatakan suatu sifat atau ciri khusus dari seseorang atau suatu hal (Keraf, 1984: 141). Misalnya, anak bau kencur untuk menyebutkan anak kecil.

(29)

8) Sinekdoke

Sinekdoke adalah bahasa figuratif yang mempergunakan sebagian untuk menyatakan keseluruhan (pars pro toto) atau keseluruhan untuk menyatakan sebagian (totum pro parte) (Keraf, 1984: 142). Contoh: Per kepala dikenakan biaya Rp20.000,-

9) Metonimia

Metonimia adalah suatu gaya bahasa dari sebuah kata yang digunakan untuk menyatakan suatu hal yang lain karena memiliki pertalian yang sangat dekat. Hubungan itu dapat berupa pemilik untuk barang yang dimiliki, penemu untuk hasil penemuan, sebab-akibat, dan lain-lain (Keraf, 1984: 142). Contoh: ucapanmu tajam seperti sebilah pedang.

10) Antonomasia

Antonomasia merupakan bentuk khusus dari sinekdoke yang digunakan untuk menggantikan sebuah nama diri, gelar resmi, atau jabatan untuk menggantikan nama diri (Keraf, 1984: 142). Contoh: Sri Sultan sudah tiba di Kasultanan Yogyakarta.

(30)

Hipalase adalah kebalikan dari suatu relasi alamiah antara dua komponen gagasan untuk menerangkan sebuah kata (Keraf, 1984: 142). Contoh: Tak lama setelah persidangan itu usai ia memasuki jeruji besi penyesalan.

12) Ironi, Sinisme, dan Sarkasme

Ironi diturunkan dari kata eironeia yang berarti pura-pura yang bersifat sindiran untuk mengatakan sesuatu dengan makna yang berlainan dengan rangkaian kata-katanya (Keraf, 1984: 143). Contoh: tulisanmu bagus sekali, sampai aku tak bisa membacanya.

Sinisme diartikan sebagai bentuk sindiran bersifat kesangsian yang mengandung ejekan terhadap keikhlasan dan ketulusan hati (Keraf, 1984: 143). Contoh: saya bisa gila mendengar ucapanmu yang mengada-ada.

Sarkasme adalah suatu acuan yang mengandung kepahitan dan celaan yang menyakitkan hati. Sarkasme diturunkan dari bahasa Yunani sarkasmos atau sarkasein yang berarti “merobek-robek daging seperti anjing” (Keraf, 1984: 143). Contoh: kau ini manusia tetapi berhati iblis.

13) Satire

Satire adalah ungkapan yang menertawakan atau menolak sesuatu. Satire mengandung kritik tentang kelemahan manusia

(31)

dengan tujuan perbaikan secara estetis maupun etis (Keraf, 1984: 144). Contoh: minum teh ini seperti sedang berada di pabrik gula.

14) Inuendo

Inuendo merupakan sindiran dengan mengecilkan kenyataan yang sebenarnya. Menyatakan kritik dengan tidak langsung dan tampak tidak menyakitkan hati (Keraf, 1984: 144). Contoh: ia menjadi kaya karena mengadakan sedikit komersialisasi jabatan.

15) Antifrasis

Antifrasis adalah semacam ironi berupa penggunaan sebuah kata dengan makna sebaliknya yang dipakai untuk menangkal kejahatan (Keraf, 1984: 144-145). Contoh: ini dia si pejantan tangguh itu (maksudnya adalah seorang penakut).

16) Pun atau Paronomasia

Pun atau paronomasia merupakan kiasan yang mempergunakan kemiripan bunyi, namun terdapat perbedaan besar pada maknanya (Keraf, 1984: 145). Contoh: tanggal dua gigi saya tinggal dua.

1.6.3. Maksud

Maksud merupakan sesuatu yang bersifat luar-ujaran. Maksud dilihat dari orang yang berbicara. Orang yang berbicara itu mengujarkan frase atau kalimat

(32)

dengan maksud yang berbeda dari makna lahiriahnya. Contoh; Ayah menegur kakak karena nilainya jelek dengan berkata, ”Bagus sekali nilai ujianmu ini, Kak!” kalimat di atas terkesan memuji tetapi pada kenyataannya bermaksud menyindir kakak yang nilainya jelek. Maksud banyak digunakan pada bentuk gaya bahasa seperti metafora, ironi, dan litotes (Chaer 2009: 35).

Baryadi (2019: 62) mengemukakan jenis-jenis maksud dalam kalimat tak berklausa. Jenis maksud tersebut meliputi; memuji, mengucapkan selamat atau bela rasa, berterima kasih, meminta maaf, memaafkan, menyampaikan salam, menyapa

atau memanggil, menyetujui, memekikkan, menyampaikan informasi,

menyampaikan konfirmasi, menolak, memerintah, memaki, dan mengancam. Dalam komunikasi verbal terlibat dua pihak, yaitu penutur (speaker) dan mitra tutur (listener). Proses komunikasi verbal bermula dari penutur yang memiliki maksud, kemudian dilambangkan dan diucapkan sehingga menghasilkan tuturan yang menjadi transisi hubungan penutur dan mitra tutur. Tuturan didengar dan ditafsirkan sehingga menjadi pemahaman maksud (Baryadi 2012:14).

1.7. Metode Penelitian

Langkah-langkah penelitian bahasa ini meliputi metode dan teknik pengumpulan data, analisis data, dan penyajian hasil analisis data.

1.7.1. Metode dan Teknik Pengumpulan Data

Metode pengumpulan data dari penelitian ini menggunakan metode simak atau observasi. Metode ini digunakan untuk memperoleh data yang dilakukan dengan cara menyimak (Mahsun, 2007: 92). Peneliti menyimak data berupa lirik

(33)

lagu band Barasuara. Setelah menyimak, Teknik yang digunakan dalam penelitian ini adalah teknik catat. Teknik catat dilakukan dengan mencatat beberapa bentuk yang relevan bagi penelitiannya dari penggunaan bahasa secara tertulis (Mahsun, 2007: 94) berupa gaya bahasa kiasan dan maksud dalam lirik lagu karya band Barasuara.

1.7.2. Metode Analisis Data

Penelitian ini menggunakan analisis data metode padan intralingual dengan cara menghubung-bandingkankan unsur-unsur lingual yang terdapat dalam satu atau beberapa bahasa (Mahsun, 2007:118). Penerapan metode padan intralingual dilakukan dengan mencari kata-kata kunci yang menjadi penanda gaya bahasa dan maksud lirik lagu Barasuara.

Data penelitian bahasa yang digunakan berupa data primer dan data sekunder. Data primer berupa lirik Barasuara berjumlah 18 lagu yang bersumber dari internet, sedangkan data sekunder yakni data yang digunakan untuk mendukung penelitian ini yang berasal dari buku, majalah, artikel, maupun jurnal.

1.7.3. Penyajian Hasil Analisis Data

Setelah selesai menganalisis data, penyajian hasil analisis data dilakukan dengan metode informal dengan menggunakan kata-kata biasa (Mahsun, 2007:224). Hasil berupa gaya bahasa kiasan dan maksud dari lirik lagu band Barasuara.

(34)

Tugas akhir ini terdiri dari empat bab. Pada bab I diuraikan latar belakang, rumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat hasil penelitian, tinjauan pustaka, landasan teori, dan metode penelitian. Pada bab II diuraikan jenis gaya bahasa kiasan yang terdapat dalam lirik lagu band Barasuara. Pada bab III diuraikan maksud yang terkandung dalam lirik lagu band Barasuara. Pada bab IV berisi kesimpulan dan saran dari hasil penelitian.

(35)

20 BAB II

JENIS GAYA BAHASA KIASAN DALAM LIRIK LAGU

KARYA BAND BARASUARA

2.1. Pengantar

Pada bab II ini diuraikan mengenai jenis gaya bahasa yang digunakan pada lirik lagu band Barasuara. Berdasarkan hasil penelitian, jenis gaya bahasa kiasan pada lirik lagu band Barasuara dibagi menjadi lima jenis, yaitu (i) persamaan atau simile, (ii) personifikasi atau prosopopoeia, (iii) metafora, dan (iv) pun atau paronomasia.

2.2. Gaya Bahasa Kiasan Persamaan atau Simile

Persamaan atau simile adalah perbandingan yang sifatnya eksplisit. Maksudnya, perbandingan ini langsung menyatakan sesuatu sama dengan hal lain (Keraf, 1984: 138). Lirik lagu yang menggunakan jenis gaya bahasa persamaan atau simile yaitu berjudul “Hagia”.

(3) “Hagia”

(a) Sempurna yang kau puja (b) Dan ayat-ayat yang kau baca (c) Tak kurasa berbeda

(d) Kita bebas untuk percaya (e) Sempurna yang kau puja (f) Dan ayat-ayat yang kau baca (g) Tak kurasa berbeda

(h) Kita bebas untuk percaya (i) Sempurna yang kau puja

(36)

(j) Dan ayat-ayat yang kau baca (k) Tak kurasa berbeda

(l) Kita bebas untuk percaya (m) Sempurna yang kau puja (n) Dan ayat-ayat yang kau baca (o) Tak kurasa berbeda

(p) Kita bebas untuk percaya (q) Kita bebas untuk percaya (r) Kita bebas untuk percaya

(s) ""Seperti kami pun mengampuni yang bersalah kepada kami"" (t) ""Seperti kami pun mengampuni yang bersalah kepada kami"" (u) ""Seperti kami pun mengampuni yang bersalah kepada kami"" (v) ""Seperti kami pun mengampuni yang bersalah kepada kami"" Pada data (3) dalam lirik berjudul “Hagia” yang diambil dari album pertama Barasuara, jenis gaya bahasa kiasan yang digunakan adalah persamaan atau simile. Data (3s) sampai (3v) seperti kami pun mengampuni yang bersalah kepada kami ini diambil dari potongan doa “Bapa Kami” umat Nasrani yang berbunyi “Ampunilah kesalahan kami seperti kami pun mengampuni yang bersalah kepada kami.” Gaya bahasa kiasan persamaan atau simile ditunjukkan dengan penggunaan kata seperti pada data tersebut.

2.3. Gaya Bahasa Personifikasi atau Prosopopoeia

Gaya bahasa kiasan personifikasi adalah gaya bahasa yang menggambarkan kehidupan seperti manusia pada benda-benda mati. Lirik lagu yang berjenis gaya bahasa personifikasi terdapat pada kedua album antara lain “Sendu Melagu”, “Api dan Lentera”, “Tarintih”, “Taifun”, “Seribu Racun”, “Pikiran dan Perjalanan”, “Pancarona”, “Masa Mesias Mesias”, dan “Bahas Bahasa”.

(4) “Sendu Melagu”

(a) Semua yang kau rindu (b) Semua menjadi abu (c) Langkahmu tak berkawan

(37)

(d) Kau telah sia-siakan (e) Waktu yang kau tahu (f) Waktu yang berlalu (g) Ingatmu kau merayu (h) Ingatnya kau berlalu (i) Sendu melagu (j) Sendu melagu (k) Sendu melagu

(l) Semua yang kau rindu (m) Semua menjadi abu (n) Langkahmu tak berkawan (o) Kau telah sia-siakan (p) Waktu yang kau tahu (q) Waktu yang berlalu (r) Ingatmu kau merayu (s) Ingatnya kau berlalu (t) Ingatnya kau berlalu (u) Ingatnya kau berlalu (v) Sendu melagu (w) Sendu melagu (x) Sendu melagu (5) “Api dan Lentera”

(a) Sampaikan mereka bara dan suara (b) Sampaikan mereka bara dan suara (c) Berlalu, lalu kini kau menunggu (d) Serap seram di pundakmu

(e) Lambat laun kan menari, kan berlari

(f) Memori yang dulu kau hapuskan akan berlari (g) Saranku kau berhenti menyiksa diri

(h) Waktu yang akan mengobatimu (i) Yang kau perlu kau mendewasakan itu (j) Sampaikan mereka bara dan suara (k) Sampaikan mereka bara dan suara (l) Lepaskan rantai yang membelenggu (m) Nyalakan api dan lenteramu

(n) Lepaskan rantai yang membelenggu (o) Nyalakan api dan lenteramu

(p) Kita kan pulang dengan waktu yang terbuang (q) Dan kenangan yang berjalan bersama

(r) Kita kan pulang dengan waktu yang terbuang (s) Dan kenangan yang berjalan bersama

(t) Kita kan pulang dengan waktu yang terbuang (u) Dan kenangan yang berjalan bersama

(38)

Pada data (4) berjudul “Sendu Melagu” menggunakan gaya bahasa kiasan personifikasi yang ditunjukkan pada data (4c) langkahmu tak berkawan mengandaikan kata langkah memiliki perasaan sehingga dapat berkawan seperti manusia.

Data (5) berjudul “Api dan Lentera” menggunakan gaya bahasa kiasan personifikasi yang ditunjukkan pada data (5f) memori yang kau hapuskan akan berlari mengandaikan memori dapat berlari seperti manusia. Data (5h) waktu yang akan mengobatimu mengandaikan bahwa waktu dapat ‘mengobati’ seperti manusia. Data (5q) dan kenangan yang berjalan bersama menghidupkan kata kenangan yang seolah-olah dapat berjalan seperti manusia.

(6) “Tarintih”

(a) Keras serapah dari semua yang kau tahu (b) Apa pun yang 'kan kamu cari adalah bisikanku (c) Tak engkau ingat tajam hujam aksaramu (d) Tak kau tahu tak kau mau sandarkan di bahuku (e) Bertabur buih air mata yang terluka

(f) Belati itu belati tebar pedih tebar perih (g) Berbunga-bunga ketika lihatmu ada

(h) Menari-nari merintih redam sedih redam sedih (i) Keras serapah dari semua yang kau tahu (j) Apa pun yang 'kan kamu cari adalah bisikanku (k) Tak engkau ingat tajam hujam aksaramu (l) Menari-nari merintih redam sedih redam sedih (m) Terlambatkah sudah surga di telapak kakimu? (n) Keras serapah dari semua yang kau tahu (o) Apa pun yang 'kan kamu cari adalah bisikanku (p) Tak engkau ingat tajam hujam aksaramu (q) Tak kau tahu tak kau mau sandarkan di bahuku (7) “Taifun”

(a) Di dalam hidup ada saat untuk berhati-hati (b) Atau berhenti berlari

(c) Tawamu lepas dan tangis kau redam (d) Di dalam mimpi yang kau simpan sendiri (e) Sumpah serapah yang kau ucap

(39)

(f) Tak kembali, tak kembali

(g) Di dalam hidup ada saat untuk berhati-hati (h) Atau berhenti berlari

(i) Tawamu lepas dan tangis kau redam (j) Di dalam mimpi yang kau simpan sendiri (k) Semua harap yang terucap

(l) Akan kembali, akan kembali (m) Saat kau menerima dirimu (n) Dan berdamai dengan itu (o) Kau menari dengan waktu (p) Tanpa ragu yang membelenggu

Pada data (6) berjudul ”Tarintih” menggunakan jenis gaya bahasa kiasan personifikasi yang ditunjukkan pada data (6e) bertabur buih air mata yang terluka mengandaikan bahwa air mata dapat terluka seperti manusia.

Data (7) berjudul “Taifun” menggunakan jenis gaya bahasa kiasan personifikasi yang ditunjukkan pada data (7o) kau menari dengan waktu menganggap seolah-olah waktu dapat diajak menari seperti manusia.

(8) “Seribu Racun”

(a) Kuberjalan arungi seribu malam (b) Kusembunyi di tirai tirai Mentari (c) Ragu di dalam jantungku

(d) Bergemuruh merobek langit (e) Sepi yang terus kulawan

(f) Yang membunuh dalam pikiran (g) Meracuniku..

(h) Tambatkan hati tambatkan hatimu (i) Gila terus datang menyiksa (j) Aku berjuang untuk tenang (k) Di dalam pikiran ku dikalahkan (l) Di dalam pikiran dipermainkan (m) Di dalam pikiran aku melawan (n) Di dalam pikiran mencari kawan (9) “Pikiran dan Perjalanan”

(a) Di pikiranku

(b) Ada pikiranmu mereka rencana (c) Tentang masa depan

(40)

(d) Tabur harapan (e) Alpa kepastian

(f) Dari dalam gelap amarahmu (g) Buta melaju

(h) Dari dalam hitam ingatanmu (i) Buta meraja

(j) Marabahaya

(k) Terjebak larut dalam (l) Halusinasi

(m) Belantara masa depan (n) Pikiran dan perjalanan (o) Biar kami yang tentukan (p) Biar kami yang tentukan (q) Melaju dengan hatimu (r) Dengan apa yang kau tau (s) Tekanan di sekitarmu (t) menemanimu

(u) Menari nari walau terluka tak kau tangisi (v) Berdiri lagi di dalam sepi menari-nari (10) “Pancarona”

(a) Kau mulai meragu akan isi hatimu (pancarona) (b) Segala perubahan dan ketidakpastian (pancarona) (c) Melarutkan anganku

(d) Hati yang meninggalkanmu (e) Membiru, membisu

(f) Mereka lambat laun (g) Kan merasa tak kuasa (h) Menahan geram batinmu (i) Angkasa, samudra (j) Terhampar (jawaban)

(k) //Kesunyian melagukan kerinduan, kesepian, melankolia\\ (l) Kau mulai meragu akan isi hatimu (pancarona)

(m) Segala perubahan dan ketidakpastian (pancarona) (n) Jauh berlari dari apa yg kau cari (pancarona) (o) Lekaslah pulang

(11) “Masa Mesias Mesias” (a) Masa, mesias mesias (b) Masa, mesias mesias (c) Guna guna, adu domba (d) Devide et impera

(e) Mantra, marah di angkasa (f) Suci, sembunyi-sembunyi

(g) Dalam pikiran, dalam pikiran, dalam pikiranmu (h) Merajut, melaju, melagukan geram

(41)

(12) “Bahas Bahasa

(a) O! Itu tak kau lihat tak kau ragu (b) Peluh dan peluru hujam memburu (c) Bahasamu bahas bahasanya (d) Lihat kau bicara dengan siapa (e) Lihat kau bicara dengan siapa (f) Lidah kian berlari tanpa henti (g) Tanpa disadari tak ada arti (h) Bahasamu bahas bahasanya (i) Lihat kau bicara dengan siapa (j) Lihat kau bicara dengan siapa (k) Makna-makna dalam aksara (l) Makna mana yang kita bela (m) Makna-makna dalam aksara (n) Makna mana yang kita bela (o) O! Itu tak kau lihat tak kau ragu (p) Peluh dan peluru hujam memburu (q) Bahasamu bahas bahasanya (r) Lihat kau bicara dengan siapa (s) Lihat kau bicara dengan siapa (t) Makna-makna dalam aksara (u) Makna mana yang kita bela (v) Makna-makna dalam aksara (w) Makna mana yang kita bela (x) Berlabuh lelahku

(y) Di kelambu jiwamu (z) Berlabuh lelahku (aa) Di kelambu jiwamu

Pada data (8) berjudul “Seribu Racun” menggunakan gaya bahasa kiasan personifikasi yang ditunjukkan pada data (8b) kusembunyi di tirai-tirai mentari ini mengandaikan tentang seseorang yang enggan beranjak saat pagi menjelang. Kata mentari diibaratkan pada suasana pagi hari.

Pada data (9) berjudul “Pikiran dan Perjalanan” menggunakan gaya bahasa kiasan personifikasi yang ditunjukkan pada data (9q) melangkah dengan hatimu mengandaikan bahwa hati dapat melangkah seperti manusia.

(42)

Pada data (10) berjudul “Pancarona” menggunakan gaya bahasa kiasan personifikasi yang ditunjukkan pada data (10d) hati yang meninggalkanmu mengandaikan bahwa hati memiliki kaki untuk melangkah seperti manusia sehingga dapat meninggalkan. Arti sesungguhnya yakni seseorang yang ditinggalkan orang yang dicintai.

Pada data (11) berjudul “Masa Mesias Mesias” menggunakan gaya bahasa kiasan personifikasi yang ditunjukkan pada data (11e) mantra, marah di angkasa, (11f) suci, sembunyi-sembunyi, (11g) dalam pikiran, dalam pikiran, dalam pikiranmu, dan (11h) merajut, melaju, melagukan geram (11e) mengandaikan bahwa mantra yang dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia V memiliki arti perkataan atau ucapan yang memiliki kekuatan gaib (misalnya dapat menyembuhkan, mendatangkan celaka, dan sebagainya), susunan kata berunsur puisi (seperti rima, irama), dan atau kata atau frase yang diulang-ulang untuk tujuan pengobatan ini dapat meluapkan kemarahan seperti manusia.

Data (12) yang berjudul “Bahas Bahasa” menggunakan gaya bahasa kiasan personifikasi yang ditunjukkan pada data (12f) lidah kian berlari tanpa henti mengandaikan bahwa lidah dapat berlari seperti manusia.

2.4. Gaya Bahasa Kiasan Metafora

Gaya bahasa kiasan metafora adalah analogi yang membandingkan dua hal secara langsung dalam bentuk singkat. Perbandingan langsung dilakukan dengan menghubungkan pokok pertama dengan pokok. Lirik lagu band Barasuara yang menggunakan jenis gaya bahasa kiasan ini yaitu berjudul, “Tarintih”, “Mengunci

(43)

Ingatan”, “Pikiran dan Perjalanan”, “Pancarona”, “Haluan”, “Tirai Cahaya”, “Samara”, “Seribu Racun”, dan “Sendu Melagu”

(13) “Tarintih

(a) Keras serapah dari semua yang kau tahu (b) Apa pun yang 'kan kamu cari adalah bisikanku (c) Tak engkau ingat tajam hujam aksaramu (d) Tak kau tahu tak kau mau sandarkan di bahuku (e) Bertabur buih air mata yang terluka

(f) Belati itu belati tebar pedih tebar perih (g) Berbunga-bunga ketika lihatmu ada

(h) Menari-nari merintih redam sedih redam sedih (i) Keras serapah dari semua yang kau tahu (j) Apa pun yang 'kan kamu cari adalah bisikanku (k) Tak engkau ingat tajam hujam aksaramu (l) Menari-nari merintih redam sedih redam sedih (m) Terlambatkah sudah surga di telapak kakimu? (n) Keras serapah dari semua yang kau tahu (o) Apa pun yang 'kan kamu cari adalah bisikanku (p) Tak engkau ingat tajam hujam aksaramu (q) Tak kau tahu tak kau mau sandarkan di bahuku

(14) “Mengunci Ingatan”

(a) Sembuhkan lukamu yang membiru (b) Serpihan hatimu yang berdebu (c) Pagimu yang terluka

(d) Malammu yang menyiksa (e) Hal yang ingin kau lupa (f) Justru semakin nyata

(g) Sembuhkan lukamu yang membiru (h) Serpihan hatimu, serpihan hatimu (i) Pagimu yang terluka

(j) Malammu yang menyiksa (k) Hal yang ingin kau lupa (l) Justru semakin nyata (m) Pagimu yang terluka (n) Malammu yang menyiksa (o) Hal yang ingin kau lupa (p) Justru semakin nyata (q) Pagimu yang terluka (r) Malammu yang menyiksa (s) Hal yang ingin kau lupa (t) Justru semakin nyata (u) Pagimu yang terluka

(44)

(v) Malammu yang menyiksa (w) Hal yang ingin kau lupa (x) Justru semakin nyata (y) Mengunci ingatanmu (z) Menahan masa lalu (aa) Memori yang membisu (bb) Harapan yang berdebu (cc) Mengunci ingatanmu (dd) Menahan masa lalu (ee) Memori yang membisu

(ff) Harapan yang berdebu (15) “Pikiran dan Perjalanan”

(a) Di pikiranku

(b) Ada pikiranmu mereka rencana (c) Tentang masa depan

(d) Tabur harapan (e) Alpa kepastian

(f) Dari dalam gelap amarahmu (g) Buta melaju

(h) Dari dalam hitam ingatanmu (i) Buta meraja

(j) Marabahaya

(k) Terjebak larut dalam (l) Halusinasi

(m) Belantara masa depan (n) Pikiran dan perjalanan (o) Biar kami yang tentukan (p) Biar kami yang tentukan (q) Melaju dengan hatimu (r) Dengan apa yang kau tau (s) Tekanan di sekitarmu (t) menemanimu

(u) Menari nari walau terluka tak kau tangisi (v) Berdiri lagi di dalam sepi menari nari (16) “Pancarona”

(a) Kau mulai meragu akan isi hatimu (pancarona) (b) Segala perubahan dan ketidakpastian (pancarona) (c) Melarutkan anganku

(d) Hati yang meninggalkanmu (e) Membiru, membisu

(f) Mereka lambat laun (g) Kan merasa tak kuasa (h) Menahan geram batinmu (i) Angkasa, samudra

(45)

(j) Terhampar (jawaban)

(k) //Kesunyian melagukan kerinduan, kesepian, melankolia\\ (l) Kau mulai meragu akan isi hatimu (pancarona)

(m) Segala perubahan dan ketidakpastian (pancarona) (n) Jauh berlari dari apa yg kau cari (pancarona) (o) Lekaslah pulang

(17) “Haluan”

(a) Menari melibas antara (b) Huru hara, huru hara (c) Bersulang untuk perbedaan (d) Satukan haluan

(e) Api di sana (f) Di tengah lautan (g) Ooooo

(h) Satu haluan

(i) Muatan, bualan, paksaan, ancaman (j) Yang benar diredam, diputar haluan (k) Deras berita, beda cerita

(l) Uuuuuuu (m) Membakar kita (n) Mencari peranku (o) Mencari peranmu

(p) Memahami peranan zaman dan pikiran (q) Ooo bersulang di lautan keberagaman (r) Matahari, manusia, langit yang sama (18) “Tirai cahaya”

(a) Membelah tiraimu (b) Menyalakan hati ibumu (c) Merekah suara

(d) Dunia jagad semesta

(e) Tertunduk, bersimpuh menyambut hidup (f) Kau mulai perjalananmu

(g) Waktu berlalu dan raga menua (h) Tirai ingatan kan terkoyak

(i) Cinta dipupuk jadi bekal yang kekal (j) Sendiri jalan kau tempuh

(k) Tubuhmu bersimbah peluh (l) Di awan kami memandangmu (m) Merajut menenun rasa

(n) Merawat cinta di dada (o) (Tirai tirai merajut warna) (19) “Samara”

(46)

(b) Surya tenggelam kau tak padam (c) Senyummu dalam kegelapan (d) Tawanya larut dalam diam (e) Gelapmu jadi kediaman

(f) Yang benderang yang kau harapkan (g) Di dalammu, di dalammu

(h) Ada dendam melagu

(i) Sinar terang yang kau harapkan (j) Senjamu yang kian temaram (k) Surya tenggelam kau tak padam (l) Gelapmu jadi kediaman

(m) Di dalammu dendam melagu (n) Samara, Ani, Jiyana

(o) Senjamu yang kian temaram (p) Surya tenggelam kau tak padam (q) Samara, Ani, Jiyana

(r) Kita bisa tenggelam dan bisa padam (s) Atau bangkit berjalan lalu melawan

(20) “Seribu Racun”

(a) Kuberjalan arungi seribu malam (b) Kusembunyi di tirai tirai Mentari (c) Ragu di dalam jantungku

(d) Bergemuruh merobek langit (e) Sepi yang terus kulawan

(f) Yang membunuh dalam pikiran (g) Meracuniku..

(h) Tambatkan hati tambatkan hatimu (i) Gila terus datang menyiksa (j) Aku berjuang untuk tenang (k) Di dalam pikiran ku dikalahkan (l) Di dalam pikiran dipermainkan (m) Di dalam pikiran aku melawan (n) Di dalam pikiran mencari kawan (21) “Sendu Melagu”

(a) Semua yang kau rindu (b) Semua menjadi abu (c) Langkahmu tak berkawan (d) Kau telah sia-siakan (e) Waktu yang kau tahu (f) Waktu yang berlalu (g) Ingatmu kau merayu (h) Ingatnya kau berlalu (i) Sendu melagu (j) Sendu melagu

(47)

(k) Sendu melagu

(l) Semua yang kau rindu (m) Semua menjadi abu (n) Langkahmu tak berkawan (o) Kau telah sia-siakan (p) Waktu yang kau tahu (q) Waktu yang berlalu (r) Ingatmu kau merayu (s) Ingatnya kau berlalu (t) Ingatnya kau berlalu (u) Ingatnya kau berlalu (v) Sendu melagu (w) Sendu melagu (x) Sendu melagu

(y) Semua yang kau rindu (z) Ingatnya kau berlalu (aa) Sendu melagu

(bb) Semua yang kau rindu (cc) Ingatnya kau berlalu (dd) Sendu melagu

(ee) Semua yang kau rindu (ff) Ingatnya kau berlalu (gg) Sendu melagu

(hh) Semua yang kau rindu (ii) Ingatnya kau berlalu

Pada data (13) berjudul “Tarintih” yang diambil dari album pertama Barasuara, jenis gaya bahasa kiasan yang digunakan adalah metafora ditunjukkan dengan data (13c) tak engkau ingat tajam hujam aksaramu dan (13g) berbunga-bunga ketika lihatmu ada. Kata tajam, hujam, dan aksaramu masih hidup dengan arti aslinya yaitu aksara mengandaikan ucapan seseorang, sedangkan tajam dan hujam mengandaikan bahwa ucapan seseorang itu sungguh menyakitkan bagi orang lain. Kata berbunga-bunga merupakan ungkapan kebahagiaan ketika melihat kehadiran sang anak.

Berikutnya pada data (14) berjudul “Mengunci Ingatan” yang diambil dari album pertama Barasuara ini, gaya bahasa kiasan metafora ditunjukkan dengan data

(48)

(14b) serpihan hatimu yang berdebu. Kata debu memiliki arti serbuk halus (dari tanah dan sebagainya); abu; duli; lebu (Kamus Besar Bahasa Indonesia Daring). Kalimat hati yang berdebu mengungkapkan sebuah luka batin yang terjadi dalam waktu yang panjang sehingga diibaratkan dengan berdebu.

Data (15) berjudul “Pikiran dan Perjalanan” menggunakan jenis gaya bahasa kiasan metafora yang ditunjukkan pada data (15f) dari dalam gelap amarahmu dan (15h) dari dalam hitam ingatanmu. Penulis membandingkan kata gelap dengan amarah dan hitam dengan ingatan. Kata gelap memiliki arti tidak ada cahaya; kelam; tidak terang (Kamus Besar Bahasa Indonesia Daring). Kata gelap amarah memiliki arti kiasan bahwa seseorang sedang berada dalam amarah yang tidak terbendung. Kata hitam memiliki arti warna dasar yang serupa dengan arang (Kamus Besar Bahasa Indonesia). Kata hitam ingatan memiliki arti kiasan bahwa seseorang yang sedang dalam amarahnya tidak dapat mengingat kebaikan orang lain.

Data (16) berjudul “Pancarona” menggunakan jenis gaya bahasa kiasan metafora yang ditunjukkan pada data (18c) melarutkan anganku dan (18k) kesunyian melagukan kerinduan, kesepian, melankolia. Kata angan disamakan dengan kesunyian yang artinya seseorang sedang barangan-angan dalam situasi yang sunyi.

Data (17) berjudul “Haluan” menggunakan jenis gaya bahasa kiasan metonimia yang ditunjukkan pada data (17j) yang benar diredam, diputar haluan, dan (17k) deras berita, beda cerita. Kata deras memiliki arti sangat cepat (tentang

(49)

aliran, gerakan, dan sebagainya) (Kamus Besar Bahasa Indonesia) Membandingkan antara derasnya berita yang diputar haluan memiliki arti kiasan tentang maraknya berita bohong yang tidak sesuai dengan kenyataannya.

Data (18) berjudul “Tirai Cahaya” menggunakan jenis gaya bahasa kiasan metafora yang ditunjukkan pada data (18b) menyalakan hati ibumu dan (17h) tirai ingatan kan terkoyak. Kalimat (18b) membandingkan hati yang dapat menyala seperti lampu dan kalimat (18h) membandingkan tirai dengan ingatan yang dapat terkoyak.

Data (19) berjudul “Samara” menggunakan jenis gaya bahasa kiasan metafora yang ditunjukkan pada data (18d) tawanya larut dalam diam menyamakan antara larut dengan tawa. Kata larut memiliki arti hanyut makin jauh; bertambah lama (jauh dan sebagainya) (Kamus Besar Bahasa Indonesia Daring). Kata larut memiliki arti kiasan tawa yang berubah menjadi diam.

Pada data (20) yang berjudul “Seribu Racun” menggunakan jenis gaya bahasa kiasan metafora yang ditunjukkan pada data (20a) kuberjalan arungi seribu malam. Menyamakan antara berjalan dengan arungi. Kata berjalan berarti melangkahkan kaki bergerak maju (Kamus Besar Bahasa Indonesia Daring), sedangkan kata arungi berarti berlayar menjelajahi (lautan) (Kamus Besar Bahasa Indonesia) memiliki arti kiasan bahwa seseorang sudah atau sedang menjalani malam yang panjang.

(50)

Data (21) yang berjudul “Sendu Melagu” menggunakan jenis gaya bahasa kiasan metafora yang ditunjukkan dengan data (20a) semua yang kau rindu dan (20b) semua menjadi abu menyamakan antara rindu yang hilang menjadi abu.

2.5. Gaya Bahasa Kiasan Pun atau Paronomasia

Pun atau paronomasia merupakan kiasan yang mempergunakan kemiripan bunyi, namun terdapat perbedaan besar pada maknanya (Keraf, 1984: 145). Lirik lagu band Barasuara yang menggunakan jenis gaya bahasa kiasan pun atau paronomasia antara lain “Sendu Melagu”, “Bahas Bahasa”, “Menunggang Badai”, “Api dan Lentera”, “Taifun”, “Seribu Racun”, “Pancarona”, “Tentukan Arah”, “Masa Mesias Mesias", “Haluan”, dan “Tirai Cahaya”.

(22) “Sendu Melagu” (a) Semua yang kau rindu (b) Semua menjadi abu (c) Langkahmu tak berkawan (d) Kau telah sia-siakan (e) Waktu yang kau tahu (f) Waktu yang berlalu (g) Ingatmu kau merayu (h) Ingatnya kau berlalu (i) Sendu melagu (j) Sendu melagu (k) Sendu melagu

(l) Semua yang kau rindu (m) Semua menjadi abu (n) Langkahmu tak berkawan (o) Kau telah sia-siakan (p) Waktu yang kau tahu (q) Waktu yang berlalu (r) Ingatmu kau merayu (s) Ingatnya kau berlalu (t) Ingatnya kau berlalu (u) Ingatnya kau berlalu (v) Sendu melagu (w) Sendu melagu

(51)

(x) Sendu melagu

(y) Semua yang kau rindu (z) Ingatnya kau berlalu (aa) Sendu melagu

(bb) Semua yang kau rindu (cc) Ingatnya kau berlalu (dd) Sendu melagu

(ee) Semua yang kau rindu (ff) Ingatnya kau berlalu (gg) Sendu melagu

(hh) Semua yang kau rindu (ii) Ingatnya kau berlalu (23) “Bahas Bahasa”

(a) O! Itu tak kau lihat tak kau ragu (b) Peluh dan peluru hujam memburu (c) Bahasamu bahas bahasanya (d) Lihat kau bicara dengan siapa (e) Lihat kau bicara dengan siapa (f) Lidah kian berlari tanpa henti (g) Tanpa disadari tak ada arti (h) Bahasamu bahas bahasanya (i) Lihat kau bicara dengan siapa (j) Lihat kau bicara dengan siapa (k) Makna-makna dalam aksara (l) Makna mana yang kita bela (m) Makna-makna dalam aksara (n) Makna mana yang kita bela (o) O! Itu tak kau lihat tak kau ragu (p) Peluh dan peluru hujam memburu (q) Bahasamu bahas bahasanya (r) Lihat kau bicara dengan siapa (s) Lihat kau bicara dengan siapa (t) Makna-makna dalam aksara (u) Makna mana yang kita bela (v) Makna-makna dalam aksara (w) Makna mana yang kita bela (x) Berlabuh lelahku

(y) Di kelambu jiwamu (z) Berlabuh lelahku (aa) Di kelambu jiwamu (24) “Menunggang Badai”

(a) Di dalammu dendam parah bersarang (b) Perih mencekam, perih mencekam (c) Pedih bersulang, pedih bersulang

(52)

(d) Lara bersarang, lara bersarang (e) Dalam peraduan dendammu melagu (f) Dalam perasaan diammu memburu (g) Dalam kesunyian gerammu bertalu (h) Dalam keraguan lantas kau berseru (i) Dalam peraduan dendammu melagu (j) Dalam perasaan diammu memburu (k) Dalam kesunyian gerammu bertalu (l) Dalam keraguan lantas kau berseru (m) Di dalammu dendam parah bersarang (n) Perih mencekam, perih mencekam (o) Pedih bersulang, pedih bersulang (p) Lara bersarang, lara bersarang (q) Dalam peraduan dendammu melagu (r) Dalam perasaan diammu memburu (s) Dalam kesunyian gerammu bertalu (t) Dalam keraguan lantas kau berseru (u) Dalam peraduan dendammu melagu (v) Dalam perasaan diammu memburu (w) Dalam kesunyian gerammu bertalu (x) Dalam keraguan lantas kau berseru

Pada data (23) berjudul “Sendu Melagu” menggunakan gaya bahasa kiasan pun atau paronomasia yang ditunjukkan pada data (23a) semua yang kau rindu dan (23b) semua menjadi abu. Kemiripan bunyi pada data terdapat pada kata rindu dan abu yang memiliki vokal /u/ untuk memberikan kesan puitis pada lirik lagu.

Data (24) berjudul “Bahas Bahasa” menggunakan gaya bahasa pun atau paronomasia yang ditunjukkan pada data (24f) lidah kian berlari tanpa henti dan (24g) tanpa disadari tak ada arti. Kata henti dan arti memiliki kemiripan bunyi namun berbeda makna.

Data (25) berjudul “Menunggang Badai” menggunakan gaya bahasa kiasan pun atau paronomasia yang ditunjukkan pada data (25e) dalam peraduan dendammu melagu , (25f) dalam perasaan diammu memburu, (25g) dalam

(53)

kesunyian gerammu bertalu, dan (25h) dalam keraguan lantas kau berseru. Kemiripan bunyi terdapat pada kata peraduan, perasaan, kesunyian, dan keraguan yang masing-masing memiliki kata imbuhan -an dengan makna yang berbeda.

(25) “Api dan Lentera”

(a) Sampaikan mereka bara dan suara (b) Sampaikan mereka bara dan suara (c) Berlalu, lalu kini kau menunggu (d) Serap seram di pundakmu

(e) Lambat laun kan menari, kan berlari

(f) Memori yang dulu kau hapuskan akan berlari (g) Saranku kau berhenti menyiksa diri

(h) Waktu yang akan mengobatimu (i) Yang kau perlu kau mendewasakan itu (j) Sampaikan mereka bara dan suara (k) Sampaikan mereka bara dan suara (l) Lepaskan rantai yang membelenggu (m) Nyalakan api dan lenteramu

(n) Lepaskan rantai yang membelenggu (o) Nyalakan api dan lenteramu

(p) Kita kan pulang dengan waktu yang terbuang (q) Dan kenangan yang berjalan bersama

(r) Kita kan pulang dengan waktu yang terbuang (s) Dan kenangan yang berjalan bersama

(t) Kita kan pulang dengan waktu yang terbuang (u) Dan kenangan yang berjalan bersama

(v) Kita kan pulang (26) “Taifun”

(a) Di dalam hidup ada saat untuk berhati-hati (b) Atau berhenti berlari

(c) Tawamu lepas dan tangis kau redam (d) Di dalam mimpi yang kau simpan sendiri (e) Sumpah serapah yang kau ucap

(f) Tak kembali, tak kembali

(g) Di dalam hidup ada saat untuk berhati-hati (h) Atau berhenti berlari

(i) Tawamu lepas dan tangis kau redam (j) Di dalam mimpi yang kau simpan sendiri (k) Semua harap yang terucap

(l) Akan kembali, akan kembali (m) Saat kau menerima dirimu (n) Dan berdamai dengan itu (o) Kau menari dengan waktu

(54)

(p) Tanpa ragu yang membelenggu (27) “Seribu Racun”

(a) Kuberjalan arungi seribu malam (b) Kusembunyi di tirai tirai Mentari (c) Ragu di dalam jantungku

(d) Bergemuruh merobek langit (e) Sepi yang terus kulawan

(f) Yang membunuh dalam pikiran (g) Meracuniku..

(h) Tambatkan hati tambatkan hatimu (i) Gila terus datang menyiksa (j) Aku berjuang untuk tenang (k) Di dalam pikiran ku dikalahkan (l) Di dalam pikiran dipermainkan (m) Di dalam pikiran aku melawan (n) Di dalam pikiran mencari kawan

Data (26) berjudul “Api dan Lentera” mengandung gaya bahasa kiasan pun atau paronomasia yang ditunjukkan pada data (26f) memori yang dulu kau hapuskan akan berlari dan (26g) saranku kau berhenti menyiksa diri. Kemiripan bunyi terdapat pada kata berlari dan diri namun memiliki makna yang berbeda.

Data (27) berjudul “Taifun” menggunakan gaya bahasa pun atau paronomasia ditunjukkan pada data (27a) di dalam hidup ada saat untuk berhati-hati dan (27b) atau berhenti berlari. Kemiripan bunyi terdapat pada vokal /i/ pada kata berhati-hati dan berhenti berlari dengan makna yang berbeda.

Data (28) berjudul “Seribu Racun” menggunakan gaya bahasa kiasan pun atau paronomasia yang ditunjukkan pada data (28k), di dalam pikiran ku dikalahkan (28l) di dalam pikiran dipermainkan, (28m) di dalam pikiran aku melawan, dan (28n) di dalam pikiran mencari kawan. Kemiripan bunyi terdapat

(55)

pada kata dikalahkan, dipermainkan, melawan, dan kawan yang memiliki perbedaan arti.

(28) “Pancarona”

(a) Kau mulai meragu akan isi hatimu (pancarona) (b) Segala perubahan dan ketidakpastian (pancarona) (c) Melarutkan anganku

(d) Hati yang meninggalkanmu (e) Membiru, membisu

(f) Mereka lambat laun (g) Kan merasa tak kuasa (h) Menahan geram batinmu (i) Angkasa, samudra (j) Terhampar (jawaban)

(k) //Kesunyian melagukan kerinduan, kesepian, melankolia\\ (l) Kau mulai meragu akan isi hatimu (pancarona)

(m) Segala perubahan dan ketidakpastian (pancarona) (n) Jauh berlari dari apa yg kau cari (pancarona) (o) Lekaslah pulang

(29) “Tentukan Arah” (a) Meraja, merasa, merana (b) Taburi jalan dengan duri (c) Kau adu pahammu, pahamku (d) Kau benar, kau benar, kau benar (e) Menyulam taringmu

(f) Aumanmu berseru

(g) Tentukan arah, tentukan arahmu (h) Tentukan arah, redam amarahmu (i) Tentukan arah, tentukan arahmu (j) Tentukan arah, redam amarahmu (k) Kita teracuni, racuni

(l) Kita teracuni, racuni (m) Kita teracuni, racuni (n) Kita teracuni, racuni (o) Kita teracuni, racuni (p) Kita teracuni, racuni (q) Kita teracuni, racuni (r) Kita teracuni, racuni

(s) Tentukan arah, tentukan arahmu (t) Tentukan arah, redam amarahmu (u) Tentukan arah,…

(30) “Masa Mesias Mesias” (a) Masa, mesias mesias

(56)

(b) Masa, mesias mesias (c) Guna guna, adu domba (d) Devide et impera

(e) Mantra, marah di angkasa (f) Suci, sembunyi sembunyi

(g) Dalam pikiran, dalam pikiran, dalam pikiranmu (h) Merajut, melaju, melagukan geram.

Data (29) berjudul “Pancarona” menggunakan gaya bahasa pun atau paronomasia yang ditunjukkan pada data (29e) membiru, membisu memiliki kemiripan bunyi pada kata biru dan bisu dengan arti yang berbeda.

Data (30) berjudul “Tentukan Arah” menggunakan gaya bahasa kiasan pun atau paronomasia yang ditunjukkan pada data (30g) tentukan arah, tentukan arahmu, dan (30h) tentukan arah, redam amarahmu memiliki kemiripan bunyi pada kata arah dan amarah dengan perbedaan makna.

Data (31) berjudul “Masa Mesias Mesias” menggunakan gaya bahasa pun atau paronomasia yang ditunjukkan pada data (31c) guna guna, adu domba dan (31d) devide et impera memiliki kemiripan bunyi vokal /a/ pada kata domba dan impera dengan perbedaan makna.

(31) “Haluan”

(a) Menari melibas antara (b) Huru hara, huru hara (c) Bersulang untuk perbedaan (d) Satukan haluan

(e) Api di sana (f) Di tengah lautan (g) Ooooo

(h) Satu haluan

(i) Muatan, bualan, paksaan, ancaman (j) Yang benar diredam, diputar haluan

(57)

(k) Deras berita, beda cerita (l) Uuuuuuu

(m) Membakar kita (n) Mencari peranku (o) Mencari peranmu

(p) Memahami peranan zaman dan pikiran (q) Ooo bersulang di lautan keberagaman (r) Matahari, manusia, langit yang sama (32) “Tirai Cahaya”

(a) Membelah tiraimu (b) Menyalakan hati ibumu (c) Merekah suara

(d) Dunia jagad semesta

(e) Tertunduk, bersimpuh menyambut hidup (f) Kau mulai perjalananmu

(g) Waktu berlalu dan raga menua (h) Tirai ingatan kan terkoyak

(i) Cinta dipupuk jadi bekal yang kekal (j) Sendiri jalan kau tempuh

(k) Tubuhmu bersimbah peluh (l) Di awan kami memandangmu (m) Merajut menenun rasa

(n) Merawat cinta di dada (o) (Tirai tirai merajut warna)

Data (32) berjudul “Haluan” menggunakan gaya bahasa kiasan pun atau paronomasia yang ditunjukkan pada data (32i) muatan, bualan, paksaan, ancaman. Kemiripan bunyi terdapat pada tiap kata yang berimbuhan -an dengan perbedaan makna.

Data (33) berjudul “Tirai Cahaya” memakai gaya bahasa kiasan pun atau paronomasia yang ditunjukkan pada data (33i) cinta dipupuk jadi bekal yang kekal, (33j) sendiri jalan kau tempuh, dan (33k) tubuhmu bersimbah peluh. Kemiripan bunyi terdapat pada kata antara bekal dan kekal dan antara tempuh dan peluh dengan perbedaan makna.

(58)

Referensi

Dokumen terkait