• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB I PENDAHULUAN 1. PERMASALAHAN

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB I PENDAHULUAN 1. PERMASALAHAN"

Copied!
8
0
0

Teks penuh

(1)

BAB I PENDAHULUAN

1. PERMASALAHAN

1.1. Latar Belakang Permasalahan

Salah satu tugas panggilan Gereja adalah memelihara iman umat-Nya. 1 Dengan mengingat bahwa yang menjadi bagian dari warga Gereja bukan hanya orang dewasa saja, akan tetapi anak-anak juga merupakan bagian dari warga Gereja dan harus dipelihara. 2 Panggilan Gereja (Tri Tugas Gereja) antara lain mewujudkan persekutuan (koinonia) dan melaksanakan tugas panggilannya yaitu kesaksian (marturia) dan pelayanan (diakonia). Oleh karenanya setiap Gereja (khususnya Gereja-GKJ) memiliki bentuk dan susunan organisasi yang bertujuan untuk mewujudkan tugas panggilan Gereja yaitu bersekutu, bersaksi dan melayani.

Sebagai suatu kehidupan bersama religius, maka sebuah Gereja juga memerlukan pimpinan. Pimpinan itu berbentuk dewan yang memiliki kedaulatan sendiri (yang dipimpin oleh Majelis Gereja yang terdiri atas Tua-tua, Pendeta dan Diaken). 3 Selain itu dalam rangka mendukung terwujudnya tugas pelayanan Gereja secara lebih luas, maka Majelis Gereja membentuk dan menetapkan pembantu atau pelayan-pelayan yang lain sebagai kawan kerja. Salah satu pembantu atau pelayan-pelayan itu disebut sebagai komisi-komisi. 4

Pada sidang sinode GKD tahun 1967 : disarankan kepada jemaat-jemaat setempat dan Klasis-klasis untuk membentuk Komisi Sekolah Minggu/KSM (Akta X / 1967. Art. 75.). 5 Berdasarkan keputusan sidang sinode tersebut dan atas dasar kepeduliannya terhadap pelayanan anak, maka GKJ Gondokusuman membentuk Komisi Sekolah Minggu (KSM) guna memberikan pemeliharaan iman anak. Namun pemakaian nama KSM hanya sampai tahun 1996 saja, sebab

1

Pokok-Pokok Ajaran Gereja (PPAG) Gereja Kristen Jawa (GKJ), Sinode GKJ, Salatiga, 1997, p. 37-38.

2

Tata Gereja-Gereja Kristen Jawa (GKJ), pasal 6 butir 3, Sinode GKJ, Salatiga, 1999, 7.

3

Tata Gereja-Gereja Kristen Jawa (bagian Mukadimah), Sinode GKJ, Salatiga, 1999, p.2.

4

Majelis dapat mengangkat pembantu dalam pelaksanaan tugasnya yaitu komisi, baik komisi yang tetap maupun tidak tetap sesuai dengan kebutuhan Gereja, disertai uraian tugas yang jelas dan konkret. (Lih. Tata Gereja-GKJ, pasal 1, Sinode GKJ, Salatiga, 1999, p. 20).

5

Siwandargo, Himpunan Pokok-pokok Akta Sinode Gereja-GKJ, bagian I, Kantor Sinode Gereja-gereja Kristen Jawa, Salatiga, 1976, p. 240.

(2)

sejak (bulan Januari tahun 1997) nama KSM GKJ Gondokusuman diubah namanya menjadi Komisi Anak GKJ Gondokusuman. 6 Perubahan nama Komisi Sekolah Minggu (KSM) menjadi Komisi Anak ini berdasarkan keputusan Sinode XXII Gereja GKJ, yang tertulis di dalam AKTA Sinode XXI Gereja GKJ, arikel 85 tentang Pembinaan Anak yang isinya adalah : “agar jemaat-jemaat mengubah nama Komisi Sekolah Minggu (KSM) menjadi Komisi Anak (KOMNA) dengan pertimbangan untuk memperluas cakupan pelayanan/pembinaan kepada anak”. 7

Namun sejak awal dibentuknya KOMNA hingga kepengurusan KOMNA periode tahun 2004-2006, ternyata KOMNA belum memiliki uraian tugas yang jelas dan konkret. Berdasarkan kenyataan ini, jelas saja bahwa orang-orang yang duduk di dalam kepengurusan KOMNA tidak mengerti tugas dan tanggung jawabnya masing-masing. 8 Ternyata hal yang serupa bukan hanya dirasakan oleh pengurus KOMNA saja, akan tetapi Majelis Gereja yang namanya tercantum sebagai Pendeta pendamping KOMNA maupun sebagai Majelis pendamping KOMNA juga tidak mengerti tugas dan tanggung jawabnya masing-masing. 9 Tidak adanya uraian tugas yang jelas dan konkret berdampak pula pada pelayanan kepada anak. Seperti contoh konkret yang terjadi pada salah satu Sekolah Minggu (SM) wilayah yang mulai dari pertengahan tahun 2004 sampai tahun 2006 ini tidak terlayani lagi. Jika keadaan ini terus menerus terjadi, maka akan mengakibatkan vitalisasi Gereja (KOMNA GKJ Gondokusuman) menjadi tidak bergairah lagi. 10 Oleh karena itu perlu adanya Pembangunan Jemaat (PJ) agar vitalisasi Gereja dapat kembali bergairah. 11

Dr. P.G. van Hooijdonk berbicara mengenai Pembangunan Jemaat (PJ) yang pada dasarnya adalah pekerjaan Allah (karya Allah) yang melibatkan manusia dengan berbagai disiplin ilmunya. Secara teologis, semua manusia adalah obyek pembangunan jemaat, sedangkan subyeknya adalah Allah dan orang-orang yang dipanggil Allah serta dilibatkan dalam

6

Buku Kehidupan Jemaat Tahun 1996 dan Rencana Kerja Tahun 1997 GKJ Sawokembar Gondokusuman, Majelis Gereja Kristen Jawa Sawokembar Gondokusuman, Yogyakarta, p. 101.

7

Akta Sinode XXI GKJ, Sinode Gereja-GKJ, Salatiga, 1994, p. 38.

8

Hasil wawancara dengan beberapa pengurus KOMNA periode tahun 2004-2006, tanggal 29 Oktober 2005 dan penelitian arsip KOMNA GKJ Gondokusuman Yogyakarta.

9

Hasil wawancara dengan Pendeta pendamping KOMNA GKJ Gondokusuman, tanggal 11 November 2005 dan penelitian arsip Gereja GKJ Gondokusuman Yogyakarta.

10

Vitalisasi Gereja dalam hal ini adalah proses yang berupaya agar jemaat mampu menjalankan fungsinya sebagai individu yang aktif menghayati perannya sebagai umat-Nya. Maksudnya ialah bahwa setiap jemaat mampu untuk berperan serta, baik secara mandiri maupun dalam koordinasi dengan Gereja, dalam pemberitaan Injil, pemeliharan iman jemaat, berpersembahan demi pertumbuhan dan pengembangan Gereja bagi kemuliaan-Nya. (bdk. Jan Hendriks, Jemaat Vital dan Menarik, p. 28 dan Sinode Gereja GKJ, Tata Gereja GKJ, P. 7).

11

Dengan kata lain, PJ adalah upaya agar jemaat (KOMNA GKJ Gondokusuman Yogyakarta) menjadi vital dan keberadaannya dapat dirasakan, baik oleh jemaat yang melayani maupun jemaat yang dilayani.

(3)

membangun. Oleh karenanya, upaya vitalisasi merupakan suatu respon positif yang dilakukan oleh jemaat untuk menjalankan Tri tugas Gereja.

Ada berbagai macam teori PJ yang dapat digunakan untuk melakukan vitalisasi jemaat, salah satunya adalah teori Lima Faktor Vitalisasi yang dikemukakan oleh Jan Hendriks. Kelima faktor vitalisasi pendorong terwujudnya jemaat vital dan menarik yang dikemukakan oleh Jan Hendriks antara lain yaitu : iklim, kepemimpinan, struktur, tujuan dan tugas, serta identitas. 12 Kelima faktor ini dapat digunakan untuk melihat dan mengukur sejauh mana upaya vitalisasi yang telah dilakukan oleh KOMNA GKJ Gondokusuman dan sekaligus juga menjadi sarana perwujudan vitalisasi KOMNA GKJ Gondokusuman.

1.2. Rumusan Permasalahan

Dari kelima faktor yang mempengaruhi vitalitas KOMNA GKJ Gondokusuman dan berdasarkan hasil survei yang penyusun lakukan dengan menggunakan instrumen analisis vitalitas, 13 maka didapatkan indikasi masalah. Indikasi masalah tersebut terlihat jelas pada pokok-pokok keprihatinan yang ada pada faktor identitas. Oleh sebab itulah penyusun merumuskan bahwa permasalahannya yaitu terletak pada faktor identitas. 14 Oleh karena tidak adanya konsepsi identitas yang jelas pada diri KOMNA GKJ Gondokusuman, maka muncul pertanyaan, yaitu : “apa indikatornya (petunjuk/keterangan) yang menyebabkan ketidakjelasan konsepsi identitas pada diri KOMNA GKJ Gondokusuman dan langkah-langkah apa yang harus dilakukan agar KOMNA GKJ Gondokusuman memiliki identitas yang jelas”. Kedua pertanyaan itulah yang akan dikaji lebih lanjut.

12

Kelima faktor tersebut saling terkait dalam satu sistem, oleh sebab itu kelima faktor ini terikat erat satu dengan lainnya dan merupakan satu kesatuan yang utuh.

13

Yang dimaksud dengan survei, yaitu teknik riset dengan memberi batas yang jelas atas data; penyelidikan; peninjauan. Oleh karena itu, penyusun dibantu dengan Instrumen analisis vitalitas sebagai alat yang dipakai untuk menganalisis vitalitas KOMNA GKJ Gondoksuman.

14

Rumusan ini didapatkan dari pertanyaan-pertanyaan yang terdapat dalam instrumen Analisis Vitalitas (lih. Bab III, bagian 4, mengenai Analisis Vitalitas KOMNA GKJ Gondokusuman). Contoh-contoh pertanyaan tersebut penyusun dapatkan dari kegiatan “Pelatihan Pembangunan Jemaat Tahap I (tanggal 27-29 Juli 2005) dan tahap II (tanggal 23-25 November 2005) di LPP Sinode GKJ dan GKI Jateng. Sumber pertanyaan-pertanyaan dalam instrumen tersebut dimodifikasi dari teori Jan Hendriks (Jemaat Vital dan Menarik, Kanisius, Yogyakarta, 2002) dan teori James P. Spradley (Participant Observation, Holt Reinhart and Winston, 1980).

(4)

1.3. Batasan Permasalahan

Penyusun menyadari bahwa permasalahan Pembangunan Jemaat (PJ) GKJ Gondokusuman Yogyakarta begitu luas, oleh karenanya penyusun akan membatasi permasalahan dengan penekanan pada pelayanan anak dengan mengambil subyek adalah KOMNA GKJ Gondokusuman Yogyakarta, dengan melihat pola PJ berdasarkan Teori Lima Faktor dari ahli PJ bernama Jan Hendriks. Teori yang penyusun gunakan ini dimaksudkan untuk memberikan satu skema mengenai faktor-faktor yang mempengaruhi vitalitas jemaat serta cara untuk mengoperasionalisasikan upaya vitalitas dengan menggunakan Teori Lima Faktor dari Jan Hendriks. Melalui batasan permasalahan ini, maka yang dikaji dalam penyusunan skripsi ini hanyalah KOMNA GKJ Gondokusuman saja. 15

2. PENJELASAN JUDUL

Berdasarkan batasan permasalahan yang telah penyusun paparkan di atas, maka skripsi ini diberi judul :

VITALISASI KOMISI ANAK

GKJ GONDOKUSUMAN YOGYAKARTA

1. “Vitalisasi”

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, “Vital” berarti sangat penting, sedangkan “Vitalitas” sendiri berarti daya hidup; kemampuan untuk bertahan hidup. 16 Dalam buku Jemaat Vital & Menarik, Jan Hendriks menjelaskan bahwa “Vital” berarti penuh daya hidup serta kreativitas, sedangkan “Vitalisasi” berarti proses menjadikan jemaat berdaya, hidup dan kreatif. Dan yang dimaksud dengan Jemaat yang vital yaitu dimana orang berpartisipasi dengan senang dan dengan merasakan manfaat (efek) bagi mereka sendiri

15

Karena yang hendak dikaji dalam penyusunan skripsi ini adalah KOMNA GKJ Gondokusuman, maka (agar kajian pembahasan tidak melebar) penyusun membatasi masalah hanya pada lingkup KOMNA GKJ Gondokusuman saja. Namun bukan berarti komisi-komisi yang lain diabaikan, karena biar bagaimanapun Gereja merupakan satu kesatuan.

16

Tim Penyusun Kamus Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa, Kamus Besar Bahasa Indonesia, Balai Pustaka, Jakarta, ed. 2., cet. 3., 1994.

(5)

dan bagi jemaat.17 Sedangkan menurut Rob van Kessel, “Vitalisasi” merupakan tujuan segala bentuk dan proses Pembangunan Jemaat sedangkan vitalitas merupakan hasil vitalisasi. 18

2. “Komisi Anak”

Komisi adalah sekelompok orang yang ditunjuk (diberi wewenang) oleh pemerintah, rapat untuk menjalankan fungsi (tugas) tertentu dan Anak adalah manusia yang masih kecil (belum dewasa). 19 Sedangkan arti “Komisi” menurut pemahaman GKJ adalah sekelompok orang yang ditunjuk (diberi wewenang) untuk menjalankan fungsi/ tugas tertentu. Selama ini, di dalam lingkup GKJ, dibentuknya komisi-komisi yaitu sebagai pembantu Majelis Gereja, untuk melaksanakan suatu tugas khusus menurut bidang masing-masing (kategorial). Untuk pengangkatan anggota komisi dilakukan oleh Majelis Gereja dan Komisi bertanggung jawab kepada Majelis. Jadi, dibentuknya “Komisi Anak” adalah untuk melayani jemaat yang masih tergolong kanak-kanak (usia kecil, yaitu umur 0 “masa bayi” sampai umur 12 “usia Sekolah Dasar”).

3. “GKJ Gondokusuman Yogyakarta”

GKJ Gondokusuman Yogyakarta dikukuhkan dan diresmikan menjadi sebuah jemaat yang dewasa yaitu pada tanggal 23 Nopember 1913 dan beralamat di Jl. Dr. Wahidin No. 40, Yogyakarta. Sampai saat ini (tahun 2005/2006) GKJ Gondokusuman masuk dalam Klasis Yogyakarta Selatan.

3. TUJUAN PENULISAN

Melalui penyusunan skripsi ini, tujuan yang hendak dicapai penyusun adalah :

1. Memahami lebih mendalam mengenai peran Komisi Anak yang sesungguhnya dan mengupayakan vitalisasi Komisi Anak dengan menggunakan Teori Lima Faktor dari Jan

17

Jan Hendriks, Jemaat Vital dan Menarik (Terj. dari buku : Een vitale en aantrekkelijke gemeente. Model en

methode van gemeenteopbouw, Kampen, 1990), F. Heselaars Hartono S.J. (Ed.), Kanisius, Yogyakarta, 2002, p. 17

& 28.

18

Rob van Kessel, Enam Tempayan Air : Pokok-pokok Pembangunan Jemaat (Terj. dari buku : Zes Kruiken Water; Enkele theologische bijdragen voor Kerkopbouw, Rob van Kessel, Gooi & Sticht, Hilversum, 1989), F.Heselaars Hartono S.J. (Ed.), Kanisius, Yogyakarta, 1997, p. 7.

19

Tim Penyusun Kamus Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa, Kamus Besar Bahasa Indonesia, Balai Pustaka, Jakarta, ed. 2., cet. 3., 1994.

(6)

Hendriks. Vitalisasi yang diupayakan, kiranya dapat menghidupkan kembali Komisi Anak yang sesungguhnya dan membuat bermakna bagi si anak (yang dilayani) maupun bagi Gereja (yang melayani).

2. Diharapkan melalui penulisan skripsi ini dapat memberikan sumbangan kepada Gereja-Gereja (terkhusus bagi GKJ) untuk memperhatikan dan memberikan serta meningkatkan pelayanan kepada anak. Sebab mengingat bahwa anak-anak merupakan generasi penerus bagi Gereja di masa depan, untuk itu Gereja hendaklah mengupayakan pelayanan kepada anak agar menjadi hidup kembali dan jangan lagi “menomor-duakan” pelayanaan kepada anak.

4. METODOLOGI

Pendekatan yang penyusun lakukan dalam penyusunan skripsi ini menggunakan 2 metode, yaitu Metode Obsevasi Partisipatif dan Metode Deskripsi Analisis.

Dalam melakukan penelitian di lapangan, penyusun menggunakan Metode Observasi Partisipatif. 20 Metode ini penyusun pakai dalam pengamatan untuk memperoleh data gambaran secara empiris KOMNA GKJ Gondokusuman Yogyakarta. Observasi dan partisipasi dilakukan oleh penyusun, selama kepengurusan KOMNA GKJ Gondokusuman periode 2004-2006. Penyusun juga melakukan konfirmasi dengan Majelis Gereja, Pendeta pendamping KOMNA dan mantan pengurus KOMNA mulai dari periode tahun 1993-2004 melalui wawancara terbuka. Selain itu penyusun juga mencari data-data yang dimiliki oleh Gereja (mengenai KOMNA GKJ Gondokusuman) sesuai dengan keperluan penyusun.

Hasil observasi yang telah diperoleh kemudian dianalisa dengan menggunakan Metode Deskripsi Analisis. Metode ini digunakan untuk menggambarkan dan menganalisa KOMNA GKJ Gondokusuman, dengan menggunakan instrumen Analisis Vitalitas KOMNA GKJ Gondokusuman.

20

Maksudnya : penyusun ikut ambil bagian secara aktif sambil melakukan observasi/pengamatan dengan menggunakan instrumen/alat observasi (Instrumen Deskripsi Praksis dan Instrumen Evaluasi Kegiatan KOMNA GKJ Gondokusuman).

(7)

5. SISTEMATIKA PENULISAN

BAB I. PENDAHULUAN

Bab ini memuat uraian yang menggambarkan permasalahan skripsi. Uraian tersebut memuat permasalahan yang meliputi latar belakang permasalahan, rumusan permasalahan dan batasan permasalahan. Dalam bab ini juga mencakup : penjelasan judul, tujuan penulisan, metodologi serta sistematika penulisan.

BAB II. KOMISI ANAK GKJ GONDOKUSUMAN YOGYAKARTA

Dalam bab ini penyusun akan memaparkan mengenai gambaran umum GKJ Gondokusuman Yogyakarta, gambaran tentang pelayanan anak di GKJ Gondokusuman, deskripsi praksis Komisi Anak GKJ Gondokusuman dan kesimpulan sementara.

BAB III. ANALISIS VITALITAS KOMISI ANAK GKJ GONDOKUSUMAN

YOGYAKARTA

Bab ini akan dipaparkan mengenai alasan penyusun menggunakan Metode Lima Faktor dari Jan Hendriks dan membahas tentang Teori Pembangunan Jemaat dari Jan Hendriks berdasarkan lima faktor vitalisasi, yakni : iklim, kepemimpinan, struktur, tujuan dan tugas, serta identitas. Selanjutnya akan dilakukan evaluasi kegiatan KOMNA GKJ Gondokusuman berdasarkan kenyataan dan harapan (didukung oleh data yang diperoleh melalui instrumen evaluasi kegiatan KOMNA GKJ Gondokusuman). Sebagai pelengkap dari analisis vitalitas dari teori Jan Hendriks tersebut akan disajikan gambaran situasi KOMNA GKJ Gondokusuman berdasarkan pendekatan sistem lima faktor tersebut. Dari hasil analisis vitalitas tersebut, kemudian akan dipaparkan mengenai pokok-pokok keprihatinan dan ditutup dengan kesimpulan yang berisi rangkuman pokok-pokok keprihatinan serta indikasi masalah.

BAB IV. UPAYA MENUJU VITALISASI KOMISI ANAK GKJ GONDOKUSUMAN

Setelah melakukan analisa terhadap data yang penyusun peroleh dan meninjaunya dengan Teori Lima faktor dari Jan Hendriks, ternyata yang menjadi indikasi masalah yaitu terletak pada faktor konsepsi identitas. Maka dalam bab ini, penyusun akan memaparkan mengenai konsepsi identitas, pentingnya penghayatan identitas, upaya memperdalam penghayatan identitas, dan langkah-langkah dalam mewujudkan penghayatan identitas.

(8)

BAB V. KESIMPULAN

Bab terakhir ini menjadi penutup keseluruhan skripsi yang berisi kesimpulan dari seluruh pemikiran yang telah penyusun paparkan.

Referensi

Dokumen terkait

carlett Whitening merupakan brand lokal perawatan kecantikan asal Indonesia yang didirikan pada tahun 2017 oleh artis Indoneisa yang bernama Felicya

Saya dengan ini mengesahkan bahawa pemeriksaan telah dijalankan seperti diatas dan memperakukan maklumat tersebut adalah benar...

Reformasi Birokrasi Republik Indonesia Nomor 30 Tahun 2013 Tentang Jabatan Fungsional Perekam Medis dan Angka Kreditnya, perekam medis memiliki jabatan fungsional

Merujuk pada hal ini maka usulan penelitian mengenai aplikasi lapisan a-C berbasis bioproduk (gula siwalan) dengan variasi jenis sambungan sebagai sel surya

[r]

Interpretasi politik kekuasaan KPK dan Polri dalam foto headline tiga surat kabar harian nasional pada penelitian ini yaitu Kompas, Koran Tempo, dan Media Indonesia

(3) kedisiplinan belajar santri berpengaruh terhadap tingkat keberhasilan menghafal al- Qur’an santri pondok pesantren Al-Aziz Lasem Rembang, hal ini terbukti

Skripsi berjudul “PENGARUH RASIO KERENGGANGAN KATUP ISAP DAN KATUP BUANG TERHADAP UNJUKKERJA MOTOR BENSIN EMPAT LANGKAH” telah diuji dan disahkan oleh Fakultas