• Tidak ada hasil yang ditemukan

PROSIDING INOVASI PGSD Volume 1 Edisi 1 November Robiatul Munajah,

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "PROSIDING INOVASI PGSD Volume 1 Edisi 1 November Robiatul Munajah,"

Copied!
8
0
0

Teks penuh

(1)

STRATEGI PENGEMBANGAN PENDIDIKAN KARAKTER SECARA TERINTEGRASI DI SATUAN PENDIDIKAN

(Sebuah Tinjauan Ilmiah Pelaksanaan Pendidikan Karakter Di Sekolah Dasar) Robiatul Munajah,

Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar Universitas Trilogi

nengrobiatulmunajah@trilogi.ac.id

AbstrakSekolah sebagai lembaga pendidikan memiliki fungsi yang strategis dalam pembangunan karakter yang merupakan upaya perwujudan amanat Pancasila dan Pembukaan UUD 1945 yang terimplementasikan dalam tujuan pendidikan nasional. Melalui kajian secara mendalam, dapat dideskripsiskan bahwa strategi pendidikan karakter terintegrasi merupakan salah satu solusi dalam meningkatkan peran dan fungsi sekolah dalam mengembangkan karakteritik siswa secara mendasar, dengan metode penelitian evaluasi program akan diketahui kesesuaian terintegrasinya semua mata pelajaran, pengembangan diri, dan budaya sekolah dalam pendidikan karakter diawali perencanaan dan pelaksanaan pendidikan karakter dilakukan oleh kepala sekolah, guru, tenaga kependidikan (konselor) secara terintegrasi sebagai suatu komunitas pendidik dan diterapkan ke dalam kurikulum. Pengembangan nilai-nilai pendidikan karakter diintegrasikan dalam setiap pokok bahasan dari setiap mata pelajaran. Nilai-nilai tersebut dicantumkan dalam silabus dan RPP, kemudian Dalam program pengembangan diri, perencanaan dan pelaksanaan pendidikan karakter dilakukan secara terintegrasi melalui kegiatan sehari-hari sekolah baik kegiatan rutin, spontan, pengkondisian dan keteladanan. Sedangkan melalui budaya sekolah cakupannya sangat luas, umumnya mencakup ritual, harapan, hubungan, demografi, kegiatan kurikuler, kegiatan ekstrakurikuler, proses mengambil keputusan, kebijakan maupun interaksi sosial antarkomponen di Sekolah. Dalam mengimplementasikan strategi ini sebaiknya didasari oleh ekosistem pendidikan yang kondusif. Strategi pengembangan pendidikan karakter secara terintegrasi di satuan pendidikan, maka secara terprogram dan berkesinambungan sekolah dapat berperan aktif mewujudkan siswa yang tangguh, kompetitif, berakhlak mulia, bermoral, bertoleran, bergotong royong, berjiwa patriotik, berkembang dinamis, berorientasi ilmu pengetahuan dan teknologi yang semuanya dijiwai oleh iman dan takwa kepada Tuhan yang Maha Esa berdasarkan Pancasila. Kata Kunci : Strategi Pengembangan, Pendidikan Karakter.

Abstract

Schools as educational institutions have a strategic function in the development of character which is an effort to realize the mandate of Pancasila and the Preamble of the 1945 Constitution which is implemented in national education objectives. Through the in-depth study, it can be described that integrated character education strategy is one of the solutions in improving the role and function of the school in developing the fundamental characteristic of students, with the method of program evaluation research to know the suitability of the integration of all subjects, self-development, and school culture in education the character begins the planning and implementation of character education conducted by principals, teachers, educators (counselors) are integrated as a community of educators and applied into the curriculum. The development of character education values is integrated in every subject of each subject. The values are included in the syllabus and RPP, then In the self-development program, the planning and implementation of character education is done in an integrated way through the daily activities of the school both routine, spontaneous, conditioning and exemplary activities. While the culture of the school coverage is very broad, generally includes rituals, expectations, relationships, demographics, curricular activities, extracurricular activities, decision-making processes, policies and social interactions among schools in the school. In implementing this strategy should be based on a conducive educational ecosystem. Character development strategy of integrated character in education unit, hence programmed and continuous school can play an active role to realize student that is strong, competitive, morality, moral, polite, mutual cooperation, patriotic spirited, dynamic, science-oriented and technology that all imbued by faith and piety to the One God based on Pancasila.

(2)

192

Persoalan karakter bangsa kini menjadi sorotan tajam masyarakat. Sorotan itu mengenai berbagai aspek kehidupan, tertuang dalam berbagai tulisan di media cetak, wawancara, dialog, dan gelar wicara di media elektronik. Selain di media massa, para pemuka masyarakat, para ahli, dan para pengamat pendidikan, dan pengamat sosial berbicara mengenai persoalan karakter bangsa di berbagai forum seminar, baik pada tingkat lokal, nasional, maupun internasional. Persoalan yang muncul di masyarakat seperti korupsi, kekerasan, kejahatan seksual, perusakan, perkelahian massa, kehidupan ekonomi yang konsumtif, kehidupan politik yang tidak produktif, dan sebagainya menjadi topik pembahasan hangat di media massa, seminar, dan di berbagai kesempatan. Berbagai alternatif penyelesaian diajukan seperti peraturan, undang-undang, peningkatan upaya pelaksanaan dan penerapan hukum yang lebih kuat.

Alternatif lain yang banyak dikemukakan untuk mengatasi, paling tidak mengurangi, masalah karakter bangsa yang dibicarakan itu adalah pendidikan. Pendidikan dianggap sebagai alternatif yang bersifat preventif karena pendidikan membangun generasi baru bangsa yang lebih baik. Sebagai alternatif yang bersifat preventif, pendidikan diharapkan dapat mengembangkan kualitas generasi muda

bangsa dalam berbagai aspek yang dapat memperkecil dan mengurangi penyebab berbagai masalah karakter bangsa. Memang diakui bahwa hasil dari pendidikan akan terlihat dampaknya dalam waktu yang tidak segera, tetapi memiliki daya tahan dan dampak yang kuat di masyarakat.

Kurikulum adalah jantungnya pendidikan (curriculum is the heart of

education). Oleh karena itu, sudah

seharusnya kurikulum, saat ini, memberikan perhatian yang lebih besar pada pendidikan karakter bangsa dibandingkan kurikulum masa sebelumnya. Pendapat yang dikemukakan para pemuka masyarakat, ahli pendidikan, para pemerhati pendidikan dan anggota masyarakat lainnya di berbagai media massa, seminar, dan sarasehan yang diadakan oleh Kementerian Pendidikan Nasional pada awal tahun 2010 menggambarkan adanya kebutuhan masyarakat yang kuat akan pendidikan karakter bangsa. Apalagi jika dikaji, bahwa kebutuhan itu, secara imperatif, adalah sebagai kualitas manusia Indonesia yang dirumuskan dalam Tujuan Pendidikan Nasional.

Kepedulian masyarakat mengenai pendidikan karakter bangsa telah pula menjadi kepedulian pemerintah. Berbagai upaya pengembangan pendidikan budaya dan karakter bangsa telah dilakukan di

(3)

193

berbagai direktorat dan bagian di berbagai lembaga pemerintah, terutama di berbagai unit Kementrian Pendidikan Nasional. Upaya pengembangan itu berkenaan dengan berbagai jenjang dan jalur pendidikan walaupun sifatnya belum menyeluruh. Keinginan masyarakat dan kepedulian pemerintah mengenai pendidikan karakter bangsa, akhirnya berakumulasi pada kebijakan pemerintah mengenai pendidikan karakter bangsa dan menjadi salah satu program unggulan pemerintah, paling tidak untuk masa 5 (lima) tahun mendatang. Pedoman sekolah ini adalah rancangan operasionalisasi kebijakan pemerintah dalam pendidikan karakter bangsa.

Undang-Undang Republik Indonesia nomor 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional (UU Sisdiknas) merumuskan fungsi dan tujuan pendidikan nasional yang harus digunakan dalam mengembangkan upaya pendidikan di Indonesia. Pasal 3 UU Sisdiknas menyebutkan, “Pendidikan nasional berfungsi mengembangkan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap,

kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab”. Tujuan pendidikan nasional itu merupakan rumusan mengenai kualitas manusia Indonesia yang harus dikembangkan oleh setiap satuan pendidikan. Oleh karena itu, rumusan tujuan pendidikan nasional menjadi dasar dalam pengembangan pendidikan karakter bangsa.

Karakter adalah watak, tabiat, akhlak, atau kepribadian seseorang yang terbentuk dari hasil internalisasi berbagai kebajikan (virtues) yang diyakini dan digunakan sebagai landasan untuk cara pandang, berpikir, bersikap, dan bertindak. Kebajikan terdiri atas sejumlah nilai, moral, dan norma, seperti jujur, berani bertindak, dapat dipercaya, dan hormat kepada orang lain. Interaksi seseorang dengan orang lain menumbuhkan karakter masyarakat dan karakter bangsa. Oleh karena itu, pengembangan karakter bangsa hanya dapat dilakukan melalui pengembangan karakter individu seseorang. Akan tetapi, karena manusia hidup dalam ligkungan sosial dan budaya tertentu, maka pengembangan karakter individu seseorang hanya dapat dilakukan dalam lingkungan sosial dan budaya yang bersangkutan. Artinya, pengembangan karakter bangsa hanya dapat dilakukan dalam suatu proses pendidikan yang tidak melepaskan peserta didik dari lingkungan sosial, budaya masyarakat, dan

(4)

194

budaya bangsa. Lingkungan sosial dan budaya bangsa adalah Pancasila; jadi pendidikan karakter bangsa haruslah berdasarkan nilai-nilai Pancasila. Dengan kata lain, mendidik karakter bangsa adalah mengembangkan nilai-nilai Pancasila pada diri peserta didik melalui pendidikan hati, otak, dan fisik.

Pendidikan adalah suatu usaha yang sadar dan sistematis dalam mengembangkan potensi peserta didik. Pendidikan adalah juga suatu usaha masyarakat dan bangsa dalam mempersiapkan generasi mudanya bagi keberlangsungan kehidupan masyarakat dan bangsa yang lebih baik di masa depan. Keberlangsungan itu ditandai oleh pewarisan karakter yang telah dimiliki masyarakat dan bangsa. Oleh karena itu, pendidikan adalah proses pewarisan dan karakter bangsa bagi generasi muda dan juga proses pengembangan karakter bangsa untuk peningkatan kualitas kehidupan masyarakat dan bangsa di masa mendatang. Dalam proses pendidikan karakter bangsa, secara aktif peserta didik mengembangkan potensi dirinya, melakukan proses internalisasi, dan penghayatan nilai-nilai menjadi kepribadian mereka dalam bergaul di masyarakat, mengembangkan kehidupan masyarakat yang lebih sejahtera, serta mengembangkan kehidupan bangsa yang bermartabat.

Atas dasar pemikiran itu, pengembangan pendidikan karakter sangat strategis bagi keberlangsungan dan keunggulan bangsa di masa mendatang. Pengembangan itu harus dilakukan melalui perencanaan yang baik, pendekatan yang sesuai, dan metode belajar serta pembelajaran yang efektif. Sesuai dengan sifat suatu nilai, pendidikan karakter bangsa adalah usaha bersama sekolah; oleh karenanya harus dilakukan secara bersama oleh semua guru dan pemimpin sekolah, melalui semua mata pelajaran, dan menjadi bagian yang tak terpisahkan dari budaya sekolah.

METODE

Dalam penelitian ini penulis menggunakan model penelitian Evaluasi Program dengan model CIPP. Sasaran dalam penelitian ini terdiri dari 15 Sekolah Dasar (SD) di kecamatan Kaduhejo Pandeglang dengan pelaksanaan kegiatan dilakukan secara terprogram selama 3 bulan penelitian. Model evaluasi merupakan penjabaran teori evaluasi dalam praktek melaksanakan evaluasi. Suatu model evaluasi mengemukakan pengertian mengenai evaluasi dan proses bagaimana melaksanakannya. Sesuai model tersebut maka langkah kegiatannya adalah : (a) permintaan izin; (b) observasi dan wawancara untuk mengetahui kondisi pelaksanan Program Strategi Pendidikan Karakter Terintegrasi di Kabupaten

(5)

195

Pandeglang; (c) mengidentifikasi permasalahan dalam pelaksanan Program Strategi Pendidikan Karakter Terintegrasi di Kabupaten Pandeglang; (d) merumuskan spesifikasi evaluasi kontek, evaluasi input, evaluasi proses dan evaluasi produk (hasil) dari pelaksanaan Program Strategi Pendidikan Karakter Terintegrasi di Kabupaten Pandeglang; dan (e) memberikan masukan untuk meningkatkan program pelaksanaan Program Strategi Pendidikan Karakter Terintegrasi di Kabupaten Pandeglang.

Instrumen penelitian ini dalam metode evaluasi CIPP (context, input, process and output) untuk membantu pengambil keputusan dalam pelaksanaan Program Strategi Pendidikan Karakter Terintegrasi di Kabupaten Pandeglang. untuk menjawab empat pertanyaan dasar mengenai;

1. Apa yang harus dilakukan (What should we do?) lembaga dalam melaksanakan Program Strategi Pendidikan Karakter Terintegrasi di Kabupaten Pandeglang? (mengumpulkan dan menganalisa needs assessment data untuk menentukan tujuan, prioritas dan sasaran pelaksanaan Program Strategi Pendidikan Karakter Terintegrasi di Kabupaten Pandeglang di Sekolah) .

2. Bagaimana program Program Strategi Pendidikan Karakter Terintegrasi di Kabupaten Pandeglang dilaksanakannya

(How should we do it?); (sumber daya dan langkah-langkah yang diperlukan untuk mencapai sasaran dan tujuan dan mungkin meliputi identifikasi program eksternal dan material dalam mengumpulkan informasi pelaksanaan Program Strategi Pendidikan Karakter Terintegrasi di Kabupaten Pandeglang di Sekolah) .

3. Apakah Program Strategi Pendidikan Karakter Terintegrasi di Kabupaten Pandeglang dikerjakan sesuai rencana (Are we doing it as planned?);

(informasi tentang seberapa baik program Program Strategi Pendidikan Karakter Terintegrasi di Kabupaten Pandeglang diterapkan Dengan secara terus-menerus monitoring program, pengambil-keputusan mempelajari seberapa baik pelaksanaan telah sesuai petunjuk dan rencana, konflik yang timbul, dukungan staff dan moral, kekuatan dan kelemahan material, dan permasalahan penganggaran)

4. Apakah Program Strategi Pendidikan Karakter Terintegrasi di Kabupaten Pandeglang yang dilaksanakan di beberapa SD berhasil (Did it work?); (mengukur outcome dan membandingkannya pada hasil yang diharapkan, pengambil-keputusan menjadi lebih mampu memutuskan jika

(6)

196

program harus dilanjutkan, dimodifikasi, atau dihentikan sama sekali ).

Penelitian ini dilaksanakan di kabupaten Pandeglang tentang program pelaksanaan strategi pendidikan karakter terintegrasi, pelaksanaan penelitian telah dimulai sejak bulan Agustus sampai Oktober 2017.

HASIL DAN PEMBAHASAN

Berdasarkan hasil kajian lapangan pelaksanaan pendidikan karakter belum terintegrasi dengan baik. Pendidikan karakter dilaksanakan oleh lembaga akan tetapi bersifat parsial. Sehingga kurang terbentuk gerakan pendidikan karakter yang masif dan efektif, sehingga pendidikan karakter seharusnya dilaksanakan secara terintegral dan terpadu melalui pendidikan mata pelajaran yang kemudian dikembangkan dalam aktifitas sehari-hari. Pada prinsipnya, pengembangan karakter bangsa tidak dimasukkan sebagai pokok bahasan tetapi terintegrasi ke dalam mata pelajaran, pengembangan diri, dan budaya sekolah. Oleh karena itu, guru dan sekolah perlu mengintegrasikan nilai-nilai yang dikembangkan dalam pendidikan karakter ke dalam kurikulum, Silabus dan Rencana Program Pembelajaran (RPP) yang sudah ada.

Prinsip pembelajaran yang digunakan dalam pengembangan pendidikan karakter mengusahakan agar

peserta didik mengenal dan menerima nilai-nilai karakter sebagai milik mereka dan bertanggung jawab atas keputusan yang diambilnya melalui tahapan mengenal pilihan, menilai pilihan, menentukan pendirian, dan selanjutnya menjadikan suatu nilai sesuai dengan keyakinan diri. Dengan prinsip ini, peserta didik belajar melalui proses berpikir, bersikap, dan berbuat. Ketiga proses ini dimaksudkan untuk mengembangkan kemampuan peserta didik dalam melakukan kegiatan sosial dan mendorong peserta didik untuk melihat diri sendiri sebagai makhluk sosial.

Berikut prinsip-prinsip yang digunakan dalam pengembangan pendidikan karakter. 1. Berkelanjutan; dilakukan proses

pengembangan nilai karakter dimulai dari awal peserta didik masuk sampai selesai dari suatu satuan pendidikan kelanjutan dari proses yang telah terjadi selama 9 tahun.

2. Melalui semua mata pelajaran, pengembangan diri, dan budaya sekolah; pengembangan nilai karakter dilakukan melalui setiap mata pelajaran, dan dalam setiap kegiatan kurikuler dan ekstrakurikuler. Pengembangan nilai karakter melalui berbagai mata pelajaran.

3. Nilai tidak diajarkan tapi dikembangkan; nilai itu tidak dijadikan pokok bahasan yang dikemukakan

(7)

197

seperti halnya ketika mengajarkan suatu konsep, teori, prosedur, ataupun fakta. Materi pelajaran biasa digunakan sebagai bahan atau media untuk mengembangkan nilai karakter. Oleh karena itu, guru tidak perlu mengubah pokok bahasan yang sudah ada, tetapi menggunakan materi pokok bahasan itu untuk mengembangkan nilai karakter. Juga, guru tidak harus mengembangkan proses belajar khusus untuk mengembangkan nilai. Suatu hal yang selalu harus diingat bahwa satu aktivitas belajar dapat digunakan untuk mengembangkan kemampuan dalam ranah kognitif, afektif, dan psikomotor. 4. Proses pendidikan dilakukan peserta didik secara aktif dan menyenangkan; Guru menerapkan prinsip ”tut wuri handayani” dalam setiap perilaku yang ditunjukkan peserta didik. Prinsip ini juga menyatakan bahwa proses pendidikan dilakukan dalam suasana belajar yang menimbulkan rasa senang dan tidak indoktrinatif.

Diawali dengan perkenalan terhadap pengertian nilai yang dikembangkan maka guru menuntun peserta didik agar secara aktif. Hal ini dilakukan tanpa guru mengatakan kepada peserta didik bahwa mereka harus aktif, tapi guru merencanakan kegiatan belajar yang menyebabkan peserta didik aktif

merumuskan pertanyaan, mencari sumber informasi, dan mengumpulkan informasi dari sumber, mengolah informasi yang sudah dimiliki, merekonstruksi data, fakta, atau nilai, menyajikan hasil rekonstruksi atau proses pengembangan nilai, menumbuhkan nilai-nilai budaya dan karakter pada diri mereka melalui berbagai kegiatan belajar yang terjadi di kelas, sekolah, dan tugas-tugas di luar sekolah.

SIMPULAN

Pelaksanaan Pendidikan Karakter memerlukan berbagai perubahan dalam pelaksanaan proses pendidikan yang terjadi di sekolah pada saat sekarang. Perubahan yang diperlukan tidak mengubah kurikulum yang berlaku tetapi menghendaki sikap baru dan keterampilan baru dari para guru, kepala sekolah dan konselor sekolah. Sikap dan keterampilan baru tersebut merupakan persyaratan yang harus dipenuhi (conditio

sine qua non) untuk keberhasilan

implementasi Pendidikan Karakter. Perubahan sikap dan penguasaan keterampilan yang dipersyaratkan tersebut hanya dapat dikembangkan melalui pendidikan dalam jabatan yang terfokus, berkelanjutan, dan sistemik. Dalam program pengembangan diri, perencanaan dan pelaksanaan pendidikan karakter

(8)

198

dilakukan melalui pengintegrasian mata pelajaran, aktifitas sekolah ke dalam kegiatan sehari-hari sekolah.

DAFTAR PUSTAKA

Arikunto Suharsimi., Prosedur Penelitian.

Rineka cipta :

2010.

Dharma Kesuma, Cepi Triatna, Johar Permana., Pendidikan Karakter Kajian Teori Dan Praktik Di Sekolah. Remaja Rosdakarya : 2014.

Kemendikbud., Panduan Pelaksanaan

Pendidikan Karakter Bangsa.

Puskurbuk : 2011.

Khan Yahya., Pendidikan Karakter

Berbasis Potensi Diri.

Mendongkrak Kualitas

Pendidikan. Pelangi Publishing : 2010.

Noor Rohinah M., Pendidikan Karakter Berbasis Sastra, SolusiPendidikan Moral yang Efektif. Ar-Ruzz Media : 2011.

Tayibnafis Farida Yusuf., Evaluasi Program dan Instrumen Evaluasi untuk Program Pendidikan dan Penelitian. Rineka cipta : 2000.

Referensi

Dokumen terkait

Penulis menggunakan metode angket untuk mengetahui sejauh mana hubungan pendidikan orang tua dengan minat belajar IPS dari peserta didik kelas V SD Negeri Sukun

Bentuk tanduk yang paling dominan pada sapi jantan adalah Silak Bajeg (54,28%) sedangkan pada sapi betina yaitu Silak Manggulgangsa (75,56%).Pada penelitian

Berdasarkan hasil penelitian tindakan kelas yang dilaksanakan melalui beberapa tindakan, dari siklus I, II bahwa dapat diambil kesimpulan dengan metode bermain kartu angka

Selanjutnya Anak Saksi an.SOZISOKHI LAIA Alias OZI meletakkan dan menyimpan pisang tersebut di sawah milik korban, lalu Anak Saksi an.SOZISOKHI LAIA Alias OZI

Untuk menghindari kesalah pahaman dan kekeliruan demi terarahnya penelitian ini maka dalam hal ini penulis merasa perlu memberikan batasan terhadap judul ini,

Berdasarkan tujuan penulisan karya tulis ini, maka manfaat yang diharapkan yaitu tulisan ini mampu memberikan paradigma baru bagi pemerintah dan masyarakat dalam

ini sebagai penggerak, pendorong menuju tujuan sebagai mana tercantum dalam pasal 4 Undang-Undang Gerakan Pramuka. Berangkat dari situasi dan kondisi bangsa saat ini

PEMBELAJARAN KETERAMPILAN PRAVOKASIONAL PEMBUATAN KERIPIK ENYE PADA ANAK TUNARUNGU TINGKAT SMALB DI SLBN HANDAYANI KABUPATEN SUKABUMI.. Universitas Pendidikan Indonesia