• Tidak ada hasil yang ditemukan

JURNAL SKALA HUSADA ISSN X Volume 11 Nomor 1 April 2014 Halaman 1-106

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "JURNAL SKALA HUSADA ISSN X Volume 11 Nomor 1 April 2014 Halaman 1-106"

Copied!
108
0
0

Teks penuh

(1)

JURNAL SKALA HUSADA

ISSN 1693-931X

Volume 11 Nomor 1 April 2014 Halaman 1 - 106 PENGARUH IMBALAN, KEPUASAN KERJA DAN IKLIM ORGANISASI TERHADAP KINERJA DOSEN JURUSAN KEPERAWATAN POLTEKES DENPASAR

I Gusti Ayu Ari Rasdini, I Wayan Githa, Ketut Gama 1 - 5

EFEKTIVITAS KUMUR-KUMUR AIR REBUSAN KULIT BUAH MANGGIS PASCA ORAL FISIOTERAPI UNTUK PENYEMBUHAN GINGIVITIS

Ni Wayan Arini, Sagung Agung Putri Dwi Astuti, Maria Martina Nahak 6 - 10

PENINGKATAN PENGETAHUAN DAN KOMITMEN IBU HAMIL UNTUK MENYUSUI DALAM UPAYA PENCAPAIAN KEBERHASILAN PEMBERIAN ASI EKSKLUSIF

A.A. Ngurah Kusumajaya, I G.A. Ari Widarti, N.N. Ariati 11 - 17

TERAPI MUSIK KLASIK DAN MUSIK BALI MENURUNKAN INTENSITAS NYERI PERSALINAN KALAI I FASE AKTIF

NK Somoyani, NW Armini, NLP Sri Erawati 18 - 23

KARAKTERISTIK GIZI DAN FISIK TEPUNG UBI JALAR DAN TALAS TERMODIFIKASI DENGAN FERMENTASI ENZIM AMILASE

Badrut Tamam, Ni Putu Agustini, AA Nanak Antarini 24 - 28

STATUS FUNGSIONAL PASIEN DIABETES MELITUS TIPE II DI RUMAH SAKIT UMUM PUSAT SANGLAH DENPASAR

VM Endang S.P Rahayu, I Dewa Putu Gede Putra Yasa, I Made Widastra 29 - 33

PENGARUH AKTIVITAS PERTANIAN TERHADAP KUALITAS AIR IRIGASI DI SUBAK TEGALAMPIT PAYANGAN GIANYAR

I Wayan Jana, I Gede Sudarmanto, Ni Ketut Rusminingsih 34 - 40

EFEKTIVITAS BERKUMUR AIR REBUSAN KULIT BUAH MANGGIS UNTUK PENYEMBUHAN GINGIVITIS PADA PASIEN PASCA SCALING

Ni Nengah Sumerti, I Gusti Agung Ayu Putu Swastini, I Nyoman Gejir 41 - 45

HUBUNGAN FAKTOR RESIKO H.E.A.L.T.H DENGAN KEJADIAN HIPERKOLESTEROLEMIA PADA PEJABAT ESELON DI PEMDA GIANYAR PROVINSI BALI

Ida Ayu Eka Padmiari, Ni Made Yuni Gumala, Lely Cintari 46 - 51

PEMANFAATAN JEMPENG DALAM PENGOLAHAN AIR BERSIH DI DESA TEGAL MENGKEB KECAMATAN SELEMADEG TIMUR KABUPATEN TABANAN

I N Gd Suyasa 52 - 58

JUS BUAH NAGA MERAH MENURUNKAN KADAR GLUKOSA DARAH PENDERITA DMT2

Ni Komang Wiardani, Yenny Moviana, I G.P. Sudita Puryana 59 - 66 HUBUNGAN FAKTOR PREDISPOSISI, PEMUNGKIN DAN PENGUAT DENGAN PRAKTEK

CUCI TANGAN SERTA KEBERADAAN MIKROORGANISME PADA PENJAMAH MAKANAN DI PANTAI KEDONGANAN

Cok. Dewi Widhya Hana Sundari, I Wayan Merta, I G.A. Dewi Sarihati 67 - 73

PERBEDAAN PERILAKU HIDUP BERSIH DAN SEHAT (PHBS) RUMAH TANGGA PADA WILAYAH PERKOTAAN DAN PEDESAAN DI KABUPATEN BADUNG

I Made Bulda Mahayana, I Gede Wayan Darmadi, Nengah Notes 74 - 78

EFEKTIVITAS PEMANFAATAN UMBI GADUNG DIOSCOREA HISPIDA DENNUST) PADA UMPAN SEBAGAI RODENTISIDA NABATI DALAM PENGENDALIAN TIKUS

D.A.A Posmaningsih, I Nyoman Purna, I Wayan Sali 79 - 85

PERAN DUKUNGAN SUAMI DALAM PELAKSANAAN INISIASI MENYUSU DINI

Ni Gusti Kompiang Sriasih, Ni Nyoman Suindri, Ni Wayan Ariyani 86 - 90

EFEKTIVITAS PEMBERIAN JUS KULIT MANGGIS TERHADAP KADAR HORMON KORTISOL PADA MENCIT (Mus musculus) YANG MENGALAMI STRES

Windu Astutik, Elfi Kuswati 91 - 95

PENGGUNAAN DOUBLE HYGROBAC PADA VENTILATOR EFEKTIF

MEMPERTAHANKAN TEKANAN KARBONDIOKSIDA PADA PASIEN CEDERA KEPALA

I Made Sukarja, I Made Mertha, Ni Made Wedri 96 - 100

PENGGUNAAN AIR REBUSAN DAUN SIRIH TERHADAP KEPUTIHAN FISIOLOGIS DI KALANGAN REMAJA PUTRI MAHASISWA POLTEKES DENPASAR

(2)

Editorial

Subyek penelitian kesehatan memiliki spektrum sangat luas, karena memang kesehatan merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari kehidupan itu sendiri. Permasalahan kesehatan memang terjadi pada setiap tahapan perkembaqngan manusia mulai dari usia dini hingga usia lanjut. Bahkan ketika masih tahap konsepsi permasalahan sudah muncul seperti yang dikaji oleh Somoyani, dkk yang meneliti tentang terapi musik untuk mengatasi nyeri persalinan; Kusumajaya, dkk yang berupaya membangun komitmen pemberian ASI Eksklusif pada ibu hamil; serta

Sriasih, dkk yang memaparkan peran suami dalam pelaksanaan inisiasi menyusui

dini. Permasalahan kesehatan juga dapat terjadi pada usia remaja seperti disajikan oleh Mustika, dkk yang meneliti masalah keputihan pada remaja putri; dan orang dewasa seperti hasil penelitian Eka Padmiari, dkk yang meneliti faktor risiko HEALTH pada pejabat eselon Pemda Gianyar; dan Endang SP Rahayu, dkk yang meneliti status fungsional pasien diabetes mellitus di RS Sanglah Denpasar. Disamping permasalahan menurut kelompok usia, isu lingkungan menjadi topik paling banyak yang dibahas pada edisi kali ini. Terdapat lima karya bertema lingkungan yaitu Jana, dkk, yang membahas pengaruh aktifitas pertanian terhadap kualitas air irigasi; Dewi Widya HS, dkk yang meneliti cemaran mikroorganisme pada penjamah makanan; perilaku hidup bersih dan sehat pada keluarga perkotaan dan pedesaan yang dibahas oleh Bulda Mahayana, dkk; pengelolaan air bersih yang digagas oleh Suyasa, dan Posmaningsih, dkk yang memaparkan manfaat umbi gadung sebagai rodentisida pengendali hama tikus.

Selain subyek manusia, penelitian kesehatan juga mencakup subyek bukan manusia, isu mutakhir yang banyak dibahas adalah peran antioksidan pada sayur dan buah dalam mempertahankan kesehatan. Kulit buah manggis ternyata juga efektif untuk menjaga kesehatan mulut, seperti hasil penelitian yang dilakukan oleh Arini, dkk, yang mempelajari efektivitas berkumur air rebusan kulit manggis dalam penyembuhan gingivitis dan Smerti, dkk yang membahas hal yang sama pada gingivitis paska skaling; dan bahkan dalam bentuk jus, berdasarkan hasil penelitian Astutik, dkk, kulit buah manggis juga berperan dalam pengendalian stres. Jenis buah lainnya yang banyak mendatangkan manfaat bagi kesehatan adalah buah naga, seperti terungkap pada hasil penelitian Wiardani, dkk, yang memaparkan efektifitas jus buah naga dalam pengendalian gula darah penderita DM.

Untuk lebih mempertegas pemahaman tentang luasnya bidang kajian penelitian kesehatan pada edisi kali ini, juga disajikan penelitian dengan kajian yang bersifat khusus yaitu pembuatan tepung modifikasi dari bahan ubi jalar hasil penelitian

Tamam, dkk, yang dapat dimanfaatkan sebagai pengganti tepung terigu pada

penderita autis, Hasil kajian Sukarja, dkk tentang penggunaan double hygrobac sebagai ventilator efektif pada pasien cidera kepala; dan hasil penelitian Ari Rasdini,

dkk yang mengkaji kinerja dosen berdasarkan imbalan, kepuasan kerja, dan iklim

organisasi . Harapan kami semoga di edisi mendatang, akan banyak muncul beragam visi penelitian yang pada akhirnya akan memperkaya khasanah pengembangan ilmu pengetahuan bagi seluruh civitas akademika Poltekkes Denpasar.

(3)

PENGARUH IMBALAN, KEPUASAN KERJA DAN IKLIM ORGANISASI TERHADAP KINERJA DOSEN JURUSAN KEPERAWATAN

POLITEKNIK KESEHATAN DENPASAR I Gusti Ayu Ari Rasdini1, I Wayan Githa2, Ketut Gama3

Abstract. The study was carried out in order to find out : payment system, working satisfaction, and organization climate towards the lecturers performances at Nursing Departement Poltekes Denpasar. The study involved the total number of 30 lecturers of Nursing Departement Poltekes Denpasar. The result showed that, 1) there was a positive and significant contribution of payment system (R Square=62,7%); the impact of working satisfaction (R Square=69,9%); organization climate (R Square=68,7% ) to wards the lecturers performances at Nursing Departement Poltekes Denpasar, and there was a significant impact of payment system, working satisfaction, organization climate simultaneously towards the lecturers performances at Nursing Departement Poltekes Denpasar ( R Square=81,15%). On the basis of the result, it can be concluded that payment system, working satisfaction, and organization climate contribute positively and significantly to ward the lecturers performances at Nursing Departement Poltekes Denpasar. Accordingly it was recommended that the headmaster of Nursing Departement Poltekes Denpasar should provide greater attention towards the payment system, working satisfaction, and organization climate to improve the lecturers working performances at Nursing Departement Poltekes Denpasar

Keywords : payment system, working satisfaction, organization climate and lecturers performances

Abstrak. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui: pengaruh imbalan, kepuasaan kerja, dan iklim organisasi terhadap kinerja dosen di Jurusan Keperawatan. Penelitian dilakukan di Jurusan Keperawatan Poltekes Denpasar. Sampel adalah dosen tetap jurusan Keperawatan yang tidak sedang tugas belajar sebanyak 30 orang. Dari hasil uji didapatkan bahwa ada pengaruh yang positif dan signifikan antara imbalan dengan kinerja dosen (R2=62,7%). antara kepuasan kerja dengan kinerja dosen (R2=69,9%). antara iklim organisasi dengan kinerja dosen (R2=68,7 %) dan antara imbalan, kepuasan kerja dan iklim organisasi secara bersama sama dengan kinerja dosen (R2=81.15%). Dari hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa ada pengaruh yang positif dan signifikan antara imbalan, kepuasan kerja dan iklim organisasi dengan kinerja dosen jurusan keperawatan Poltekes Denpasar. Disarankan kepada pimpinan untuk tetap memperhatikan dan meningkatkan semua variabel tersebut agar meningkatkan kinerja dosen.

Kata Kunci : Imbalan, kepuasan kerja, iklim organisasi, kinerja dosen.

1,2,3 Dosen Jurusan Keperawatan Politeknik Kesehatan Denpasar

menyesuaikan metode pelajaran; mengaktif-kan mahasiswa dalam belajar serta menghubungkan pelajaran dengan kebutuhan mahasiswa. Institusi pendidikan dituntut mempunyai keunggulan bersaing baik dalam hal kualitas pelayanan dan fasilitas pendidikan, kualitas lulusan maupun kualitas sumber daya manusia (SDM) profesional.2

SDM dosen memegang peranan penting, untuk itu institusi pendidikan harus mampu menciptakan kondisi yang dapat mendorong dosen untuk mengembangkan kemampuan Kinerja dosen memegang peran penting

dalam menentukan kualitas lulusan. Mutu pendidikan, tidak terlepas dari kinerja dosen. Kinerja ditentukan berdasarkan penilaian, jika semua tugas yang dilaksanakan benar-benar dijabarkan dengan baik dan dapat menggambarkan keseluruhan tugas1. Kinerja mengajar

dosen tidak terlepas dari kualitas dosen. Dosen yang baik akan mengidentifikasi; memahami dan menghormati mahasiswa; memahami bahan pelajaran yang diberikan;

(4)

yang dimiliki secara optimal. Guna mencapai hal tersebut, banyak faktor yang berpenga-ruh antara lain imbalan yang diperolehnya, kepuasan kerja dan iklim organisasi sebagai pemberi pelayanan.

Kinerja dipengaruhi oleh faktor imbalan, kepuasan kerja, iklim organisasi, motivasi, pendidikan, dan kepribadian.3 Imbalan

adalah fungsi manajemen SDM yang berkaitan dengan bentuk penghargaan yang dijanjikan akan diterima sebagai kompensasi pelaksanaan tugas dalam upaya mencapai tujuan organisasi.4 Kepuasan kerja diartikan

sebagai sikap terhadap pekerjaan yang dihasilkan dari persepsi berdasarkan faktor lingkungan kerja seperti gaya supervisi, prosedur dan kebijakan, hubungan antar karyawan, kondisi kerja dan kepentingan yang diperoleh serta tingkah laku pegawai terhadap pekerjaannya.5 Sikap ini bisa

disebabkan oleh perasaan puas dan tidak puas atas penghargaan yg diberikan. Pegawai yang merasa puas terhadap keberadaan organisasi, perlakuan orang dalam organisasi akan berdampak pada motivasi kerja, sehingga dapat meningkatkan kinerja, sebaliknya ketidakpuasan bisa berdampak terhadap rendahnya kinerja. Dosen menjadi pelaku penunjang tercapai-nya tujuan pendidikan, memputercapai-nyai pikiran, perasaan dan keinginan yang dapat mempengaruhi sikapnya. Sikap akan menentukan kinerja, dedikasi, dan kecintaan terhadap pekerjaan. Iklim organisasi adalah suatu atribut organisasi yang disebabkan cara organisasi atau sub sistem terhadap anggota lainnya. Iklim organisasi juga merupakan sarana untuk melakukan pendekatan dengan lingkungan kerja dengan pandangan positif.6 Jika iklim organisasi

kondusif, suasana lingkungan yang familiar, akan membuat motivasi kerja meningkat. Kinerja dosen sangat erat kaitannya dengan keberhasilan tujuan organisasi dimana dosen sebagai pelaku utama. Dosen selalu dituntut untuk meningkatkan kinerjanya agar tujuan organisasi dapat tercapai secara optimal.

Masalah dalam penelitian ini adalah seberapa besar pengaruh imbalan, kepuasan kerja dan iklim organisasi terhadap kinerja dosen jurusan keperawatan. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh imbalan terhadap kinerja dosen, pengaruh kepuasan kerja terhadap kinerja dosen pengaruh iklim organisasi terhadap kinerja dosen, dan pengaruh simultan antara imbalan, kepuasan kerja dan iklim organisasi terhadap kinerja dosen.

Metode

Penelitian ini bersifat ex post facto karena tidak melakukan manipulasi terhadap gejala yang diteliti.7 Penelitian ex post facto dimulai

dari mengekspresikan situasi sekarang yang diasumsikan sebagai akibat dari faktor yang telah terjadi atau bereaksi sebelumnya. Pendekatan yang digunakan adalah pendekatan kuantitatif dengan rancangan kausal korelasional karena dalam penelitianini mencoba untuk mengetahui hubungan sebab akibat yang titik beratnya pada variabel yang dikorelasikan. Metode yang digunakan adalah survei analitik cross

sectional. Instrumen penelitian dalam

penelitian ini berupa kuesioner tentang imbalan, kepuasan kerja, iklim organisasi dan kinerja dosen. Sampel adalah seluruh dosen jurusan keperawatan. Tehnik analisis yang digunakan adalah analisis regresi sederhana dan regresi ganda.8

Hasil dan Pembahasan

Data imbalan yang diperoleh dari hasil pengukuran seluruh dosen keperawatan sebagai responden disajikan pada tabel 1. Berdasarkan tabel 1, skor tertinggi yang dicapai 108 dan terendah 38, skor yang berada di sekitar rata-rata adalah 30 %, diatas rata rata 23,33 % dan dibawahnya 46,66 %. Jadi pengamatan terbanyak adalah skor dibawah rata rata.

(5)

Data Kinerja dosen disajikan pada tabel 4. Berdasarkan tabel 4, menunjukan bahwa skor tertinggi 128 dan terendah 94. Skor yang di sekitar rata rata 13,33 %, diatas rata rata 10 % dan dibawahnya 76,67 %.

Terdapat hubungan positif dan signifikan antara imbalan dan kinerja dosen (ry(x1) = 0,792; Fhitung = 47.139), hasil tersebut signifikan ( Fhitung > Ftabel) dengan koefisien determinasi (R Square)=0.627 atau 62,7%. Ini berarti sumbangan atau pengaruh imbalan terhadap kinerja dosen jurusan keperawatan sebesar 62,7 %.

Kinerja dipengaruhi beberapa faktor seperti imbalan, kepuasan kerja, iklim organisasi, motivasi, pendidikan, kepribadian.3

Hasil penelitian menunjukan bahwa faktor imbalan besar pengaruhnya terhadap kinerja seseorang. Hal tersebut sesuai dengan teori, bahwa imbalan sangat berpengaruh terhadap kinerja.9 (Semakin sesuai imbalan

yang dirasakan maka makin tingggi tingkat kinerja seseorang). Namun kinerja seseorang juga dipengaruhi oleh faktor lainnya.10

Data Kepuasan kerja yang diperoleh disajikan pada tabel 2. Berdasarkan tabel 2, menunjukan bahwa skor tertinggi 200 dan terendah 55. Skor yang berada di sekitar rata rata 56,67 %, diatas rata rata 13,33 % dan dibawahnya 30%.

Data Iklim Organisasi yang diperoleh disajikan pada tabel 3.

Dari tabel 3 menunjukan bahwa skor tertinggi 165 dan terendah 49. Skor yang berada di sekitar rata rata 36,67 %, diatas rata rata 40 % dan dibawahnya 23,24 %.

(6)

Terdapat hubungan positif antara kepuasan kerja dan kinerja dosen. dengan koefien korelasinya r=.0.836 dan determinasi (R

Square=0.699 atau 69,9%). Ini berarti

pengaruh kepuasan kerja terhadap kinerja dosen jurusan keperawatan sebesar 69,9 %. Kepuasan kerja diartikan sebagai sikap yang dimiliki mengenai pekerjaannya.11Pegawai

yg merasa puas terhadap keberadaan organisasi, perlakuan orang dalam organisasi akan berdampak pada motivasi kerja. Kepuasan akan menimbulkan motivasi dan meningkatkan kinerja, sebaliknya ketidak puasan bisa berdampak terhadap rendahnya kinerja. Dari hasil penelitian diperoleh 69,9 % kepuasan mempengaruhi kinerja dosen. Dosen mempunyai tugas pokok yang jelas. Dalam melaksanakan tugasnya diperlukan dukungan dana atau imbalan yang sesuai. Disamping imbalan, kepuasan kerja akan mempengaruhi motivasi seseorang dalam bekerja sehingga akan berpengaruh terhadap hasil kerja atau kinerja.

Terdapat hubungan positif antara Iklim Organisasi dan Kinerja Dosen. Dari hasil analisis diperoleh nilai korelasi sebesar r=.0.829 Koefisien determinasi (R Square)=0.687 atau 68,7%.

Ini berarti sumbangan atau pengaruh Iklim organisasi terhadap kinerja dosen jurusan keperawatan sebesar 69,7 %. Iklim organisasi merupakan sarana untuk melakukan pendekatan dengan lingkungan kerja dengan pandangan positif. Jika iklim organisasi kondusif, suasana lingkungan yang familiar, maka akan membuat motivasi kerja meningkat.. Dalam penelitian ini 69,7 % pengaruh iklim organisasi berpengaruh

Terdapat hubungan positif antara Imbalan, Kepuasan Kerja, dan Iklim Organisasi dengan Kinerja Dosen. Kuat hubungan antara imbalan, kepuasan kerja dan iklim organisasi dan kinerja dosen dengan product moment, diperoleh koefien krelasinya sebesar r=0.903. Koefisien determinasi ( R Square)=0.815 atau 81,5%. terhadap kinerja dosen.

Ini berarti sumbangan atau pengaruh imbalan, kepuasan kerja dan iklim organisasi terhadap kinerja dosen jurusan keperawatan sebesar 81.5 %. Sesuai teori bahwa kinerja dipengaruhi oleh beberapa faktor yaitu imbalan, kepuasan kerja dan iklim organisasi. Faktor lainya yang berpengaruh adalah kepribadian pendidikan, motivasi yang pengaruhnya lebih kecil. Hasil penelitian menunjukan bahwa pengaruh ketiga variabel imbalan, kepuasan kerja dan iklim organisasi terhadap kinerja dosen sebesar 81,5 %. Bila Imbalan yang diperoleh sesuai dengan pekerjaannya akan meningkatkan motivasi kerja. Motivasi kerja juga dipengaruhi oleh lingkungan kerja yang

(7)

memadai, familier, sehingga menciptakan lingkungan yang kondusif. Dengan demikian imbalan , kepuasan kerja dan iklim organisasi merupakan variabel yang sangat perpengaruh dalam meningkatkan kinerja seseorang/dosen.

Kesimpulan dan Saran

Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa, ada pengaruh yang positif dan signifikan antara imbalan (R square =0,627); kepuasan kerja (R square=0,699); dan iklim organisasi (R square=0,687); terhadap kinerja dosen Jurusan Keperawatan. Secara bersama sama pengaruh imbalan; kepuasan kerja; dan iklim organisasi; terhadap kinerja dosen Jurusan Keperawatan memiliki koefisien determinasi =0,815. Berarti pengaruh imbalan, kepuasan kerja dan iklim organisasi secara bersama sama terhadap kinerja dosen jurusan keperawatan sebesar 81,5 %. Residunya dipengaruhi oleh variabel lainnya. Disarankan kepada pimpinan (ketua jurusan) Keperawatan agar tetap memperhatikan faktor- faktor imbalan, kepuasan kerja dan iklim organisasi untuk meningkatkan kinerja dosen jurusan keperawatan, disamping faktor lainnya seperti motivasi berprestasi, kepemimpinan, supervisi dan lain-lain, yang belum diteliti dalam penelitian ini. Dosen diharapkan untuk meningkatkan kinerja karena imbalan dan kinerja sangat kuat pengaruhnya.

Daftar Pustaka

1. Achmad S. R, 2002, Sistem Manajemen Kinerja. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama

2. Riduan, 2009, Managemen Pendidikan, Alfabeta, Bandung 3. Istijanto , 2010, Riset Sumber Daya

Manusia, Jakarta, PT Gramedia Pustaka Utama.

4. Gary,1998, Manajemen Sumber daya manusia Jakarta, Gramedia 5. Simamora,H,2000, Manajemen

Sumber Daya Manusia, jogyakarta, penerbit STIE YKPN

6. Sartika, Ikke Dewi, 1999, Kontribusi Budaya organisasi yang berorientasi menajemen mutu total, Kepuasan kerja dan tahapan mutu terhadap kinerja pengelola Dosen Tetap STPDN, Disertasi, FPS IKIP Bandung..

7. Kerlinger, FN. 2002, Foundation of Behavioral Research, NewYork, Holt Rinehard and Winston

8. Sugiyono,2011. Statistika untuk penelitian, Bandung, alfabeta 9. Dedi. S, 1998, Mengangkat Citra dan

Martabat Guru. Yogyakarta : Adicita Karya Nusa

10. Suryo,2000, Analisis Dampak imbalan, Kepuasan Kerja terhadap kinerja pegawai skretariat kabupaten Kutai.

11. Sartika, Ikke Dewi, 1999, Kontribusi Budaya organisasi yang berorientasi menajemen mutu total, Kepuasan kerja dan tahapan mutu terhadap kinerja pengelola Dosen Tetap STPDN, Disertasi, FPS IKIP Bandung..

(8)

BUAH MANGGIS PASCA ORAL FISIOTERAPI UNTUK PENYEMBUHAN GINGIVITIS

Ni Wayan Arini1, Sagung Agung Putri Dwi Astuti2, Maria Martina Nahak3

Abstract. Gum disease affects nearly every person and its prevalence in children is more than 80 %. Inflammation of the gums called gingivitis disease has the highest prevalence of the disease among other supporting tissue of the teeth, and therefore requires special attention of the sufferer from becoming more severe. The purpose of this study was to analyze the effectiveness of the mouth rinsing using water boiled of mangosteen rind after oral physiotherapy to cure gingivitis. This research was experimental study with a pre post test control group design. The population of this study was all students in SMP Kertha Mas, Ubud District, who suffering from gingivitis. Sample was determined by simple random sampling with a sample size for each treatment group and control as many as 16 people. Data was collected and then analyzed statistically with the Wilcoxon test, and then the Chi square test. The result of Wilcoxon test shown that both the mangosteen rind boiled water and 1 % povidone iodine to cure gingivitis are significant with p = 0.000 or p < 0.05. Chi Square test result shown that the mangosteen rind boiled water effective to cure gingivitis significantly with p = 0.003 or P <0.05.

Keywords : Water boiled mangosteen rind, gingivitis cured

Abstrak. Penyakit gigi dan mulut menyerang hampir setiap orang. Prevalensi penyakit ini pada anak-anak mencapai lebih dari 80%. Keradangan gusi (gingivitis) memiliki prevalensi paling tinggi diantara penyakit jaringan penyangga gigi lainnya, oleh karena itu memerlukan perhatian khusus agar tidak menjadi lebih parah. Tujuan penelitian ini adalah untuk menganalisis efektivitas kumur-kumur air rebusan kulit buah manggis pasca oral fisioterapi untuk penyembuhan gingivitis. Penelitian ini merupakan penelitian eksperimen dengan rancangan completely randomized with pre-post test control group design. Populasi penelitian adalah seluruh siswa SMP Kertha Budaya Mas, Ubud, Gianyar yang menderita gingivitis. Sampel ditentukan dengan simple random sampling dengan besar sampel untuk masing-masing kelompok perlakuan dan kontrol sebanyak 16 orang. Data yang terkumpul selanjutnya dianalisis menggunakan uji wilcoxon dan uji chi-square. Hasil uji wilcoxon menunjukkan bahwa baik air rebusan kulit buah manggis maupun povidone iodine 1% siginifikan untuk menyembuhkan gingivitis dengan nilai p = 0.000 (p< 0.05). Hasil uji Chi Square menunjukkan bahwa air rebusan kulit buah manggis efektif untuk menyembuhkan gingivitis secara signifikan dengan nilai p = 0.003 (p< 0.05). Kata Kunci: Air rebusan kulit buah manggis, penyembuhan gingivitis

1,2,3 Dosen Jurusan Kesehatan Gigi Politeknik Kesehatan Denpasar

Di negara berkembang penyakit gigi dan mulut pada orang dewasa lebih buruk keadaannya, karena akumulasi penyakit yang tidak diobati1. Yang paling sering diderita adalah karies gigi dan periodontal, karena prevalensi dan insidensinya yang tinggi di semua tempat di seluruh dunia1 . Keradangan gusi (gingivitis) merupakan salah satu kelainan rongga mulut yang memiliki prevalensi paling tinggi dari penyakit jaringan periodontal lainnya. Gingivitis merupakan kelainan jaringan penyangga Kesehatan mulut merupakan bagian

fundamental dari kesehatan secara umum dan mampu meningkatkan kualitas hidup. Kesehatan mulut yang pada mulanya disebut kesehatan gigi adalah kesejahteraan rongga mulut, termasuk gigi geligi, serta jaringan pendukungnya, yang dapat berfungsi secara optimal dan bebas dari rasa sakit. Statistik menunjukkan bahwa penyakit gigi dan mulut hampir menyerang setiap orang. Penyakit ini mencapai lebih dari 80% anak-anak di negara maju maupun negara berkembang.

(9)

yang hampir selalu tampak pada segala bentuk kelainan gingiva2. Beberapa faktor

dapat mempengaruhi gingivitis, seperti: kebersihan gigi dan mulut yang kurang terpelihara, aktivitas racun yang dihasilkan oleh bakteri rongga mulut, atau karena kekurangan vitamin C3.

Kesehatan rongga mulut sangat penting, karena itu kebersihan gigi dan mulut harus dijaga4. Tujuan membersihkan gigi adalah menghilangkan plak. Plak adalah lapisan tipis, tidak berwarna, mengandung banyak bakteri dan lekat pada permukaan gigi. Plak dapat terbentuk kapan saja, meski gigi sudah dibersihkan. Plak ikut berperan pada patogenitas karies dan penyakit periodontal. Pencegahan teratur dari timbunan plak merupakan metode terbaik untuk meng-hindari penyakit periodontal. Tindakan pencegahan yang penting adalah penggunaan sikat gigi yang efektif. Penyikatan gigi yang efektif merupakan metode utama untuk menghilangkan plak5.

Oral fisioterapi merupakan upaya untuk mencegah terjadinya penyakit gigi dan mulut dengan cara menyikat gigi yang efektif6. Di samping itu, penggunaan obat kumur juga merupakan upaya untuk mengurangi dan mencegah pembentukan plak pada permukaan gigi. Dewasa ini obat kumur dengan berbagai merk dagang tersedia di pasaran, serta dipromosikan melalui media massa diantaranya adalah Povidon Iodine 1% yang dapat mencegah gigi berlubang dan penyembuhan gusi bengkak. Namun beberapa hasil penelitian dan artikel ilmiah memperkenalkan pemanfaatan kulit manggis sebagai upaya pengobatan berbagai jenis penyakit. Kulit manggis mengandung anti oksidan tinggi, dan bermanfaat menangkal radikal bebas. Salah satu kandungan kulit manggis adalah anti-periodontic yang mempunyai khasiat menyembuhkan radang gusi atau gingivitis7. Kesehatan gusi dapat diukur berdasarkan Gingival Index 6. Hasil penelitian menunjukkan kulit manggis

(Garcinia mangostana L.), memiliki

Arini, N.W., Dwi Astuti, S.A.P, Nahak, M.M. (Efektivitas kumur-kumur...)

aktivitas farmakologi. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui efektivitas kumur air rebusan kulit buah manggis pasca oral fisioterapi untuk penyembuhan gingivitis

Metode

Penelitian ini adalah penelitian eksperimen dengan rancangan Completely randomized

with pre-post test control group design9. Penelitian ini dilaksanakan pada Juli s/d Agustus 2013 bertempat di SMP Kertha Budaya Mas, Ubud, Gianyar.

Instrumen pengumpul data yang digunakan antara lain : 1) Alat-alat: Alat-alat Diagnostik (Kaca mulut, sonde, pinset, excavator),

Periodontal Probe; 2) Bahan-bahan :Air

rebusan kulit buah manggis, Povidon Iodine 1 %, Disclosing Solution, Sikat gigi ,Pasta Gigi, Alkohol 70 %, Handschoen, Masker dan Kapas dan Kartu status.

Populasi adalah seluruh siswa SMP Kertha Budaya Mas, Ubud, Gianyar, menderita

gingivitis dengan kategori sedang. Besar

sampel ditentukan menggunakan rumus Frederer, W,T (1977) sebagai berikut : (t– 1)(r–1) ≥15 10. Sehingga mendapatkan sampel sebanyak 32 orang dengan simple

random sampling yang dikelompokkan

masing-masing 16 orang pada kelompok perlakuan dan kontrol.

Prosedur penelitian : 1) Mempersiapkan air rebusan kulit buah manggis dengan cara : a) Buah manggis masak diambil kulitnya 200 g dicuci hingga bersih; b) Kulit buah manggis diiris menjadi beberapa bagian, direbus dengan 600 ml air, hingga volumenya tinggal 300 ml; c) Air rebusan didinginkan, kemudian disaring; d) Air rebusan kulit buah manggis digunakan untuk kumur sebanyak 15 ml selama 30 detik; e) Kumur air rebusan kulit buah manggis dilakukan 2 kali sehari pagi dan malam, setelah menyikat gigi. Pada kelompok kontrol, sampel diedukasi untuk menyikat gigi dengan benar kemudian dilanjutkan berkumur povidone iodine 1% sebanyak 15 ml selama 30 detik, dilakukan 2 kali sehari, pagi setelah sarapan dan malam

(10)

sebelum tidur, setelah menyikat gigi selama 3 hari berturut-turut. Pada hari ke 4 baik kelompok perlakuan (berkumur air rebusan kulit manggis) maupun kontrol (berkumur

povidone iodine 1%). Hasil pengukuran

kemudian dicatat dan diolah menggunakan program komputer dan dianalisis secara deskriptif dan uji komparatif menggunakan uji wilcoxon. Selanjutnya untuk mengetahui khasiat air rebusan kulit buah manggis terhadap penyembuhan gingivitis dilakukan uji Chi -Square.

Hasil dan Pembahasan

Jumlah sampel sebanyak 32 orang, terdiri dari perempuan 19 orang (59,37%) dan laki- laki 13 orang (40,63%). Rerata usia sampel 14,75 tahun, paling muda 14 tahun dan paling tua 16 tahun. Baik kelompok perlakuan maupun kontrol mempunyai keadaan gingiva sama yaitu gingival index = 2, atau dikategorikan gingivitis sedang. Distribusi frekuensi keadaan gingiva sebelum dan setelah berkumur dengan air rebusan kulit buah manggis dan Povidon Iodine 1% dapat dilihat pada tabel 1.

Hasil penelitian pada kelompok kontrol menunjukkan bahwa 93,8% (15 sampel) yang sebelumnya menderita gingivitis

mengalami penyembuhan setelah 3 hari berkumur dan sebelumnya telah menyikat gigi terlebih dahulu. Satu sampel (6,3%) tidak mendapat penyembuhan gingivitis secara total tetapi tingkat keparahan

gingivitisnya menurun dari kategori sedang

menjadi ringan.

Povidone iodine (polyvinyl pirrolidone – iodine) adalah antiseptik golongan iodofar

yang mempunyai aktifitas antibakteri spektrum luas11. Antiseptik ini juga digunakan sebagai obat kumur sebelum prosedur perawatan gigi dengan tujuan untuk mengurangi koloni bakteri untuk mencegah infeksi12. Penggunaan povidone iodine di bidang kedokteran gigi yang lain adalah untuk menghambat aktivitas bakteri plak, juga digunakan untuk bahan irigasi saluran akar karena antiseptik ini mempunyai spektrum antibakteri luas13. Mekanisme antibakteri dari antiseptik ini, adalah menyebabkan kerusakan membran sel bakteri sehingga terjadi ketidakseimbangan struktur sel, sehingga merusak rantai respirasi sel yang mengakibatkan kematian bakteri14. Melihat khasiat povidone iodine 1% dengan efek antimikroba luas, maka antiseptik ini dapat juga mengurangi bakteri gingivitis, sehingga mempercepat penyembuhannya.

(11)

Diketahui bahwa tindakan oral fisioterapi dengan menyikat gigi dengan cara yang benar dan pada waktu yang tepat akan menurunkan jumlah plak pada permukaan gigi dan mencegah akumulasi plak6. Hasil penelitian pada kelompok perlakuan menunjukkan bahwa 14 sampel (87,5%) mengalami kesembuhan, dan hanya 2 sampel (12,5%) yang masih menunjukkan tanda-tanda radang (dikategorikan gingivitis ringan). Manggis (Garcinia mangostana L) selain mempunyai nilai komersial tinggi, juga mempunyai khasiat bagi kesehatan karena metabolit sekundernya mengandung senyawa aktif (xanthones) yang mempunyai aktivitas inflamasi, bakteri, anti-virus juga berkhasiat sebagai anti oksidan, mencegah agregasi platelet dan banyak khasiat yang lain15.

Hasil Uji perbedaan efektifitas berkumur menggunakan povidon iodine 1% dibandingkan dengan air rebusan kulit buah manggis disajikan pada Tabel 2.

Hasil Uji perbedaan efektivitas berkumur menggunakan povidone iodine 1% dibandingkan air rebusan kulit buah manggis menunjukkan bahwa kedua jenis bahan berkumur ini mempunyai khasiat sama untuk menyembuhkan gingivitis. Artinya air rebusan kulit buah manggis mempunyai kemampuan menyembuhkan gingivitis setara dengan povidone iodine 1%. Hasil penelitian menunjukkan bahwa komponen aktif kulit buah manggis berkhasiat untuk menyembuhkan gingivitis. Hasil penelitian membuktikan air rebusan kulit buah manggis efektif untuk menyembuhkan gingivitis.

Arini, N.W., Dwi Astuti, S.A.P, Nahak, M.M. (Efektivitas kumur-kumur...)

Penelitian terdahulu menunjukkan bahwa metabolit sekunder dari ekstrak buah, kulit, kulit buah manggis mengandung zat aktif yaitu senyawa xanthones, beberapa diantaranya yang terbanyak adalah α-mangostin, β-mangostin, γ-mangostin dan methoxy-β-mangostin. Zat-zat ini mempunyai aktifitas anti-inflamasi, anti- bakteri, anti-virus, anti oksidan, anti-tumor, mencegah agregasi platelet, mencegah pembentukan trombus dan sebagai relaksan pembuluh darah16 Khasiat air rebusan kulit buah manggis yang digunakan untuk berkumur dapat menyem-buhkan gingivitis diduga karena kandungan zat aktif dalam kulit buah manggis ditambah dengan tindakan oral fisioterapi untuk menghilangkan plak secara mekanik. Hasil penelitian ini juga menunjukkan bahwa air rebusan kulit buah manggis mempunyai khasiat untuk menyembuhkan gingivitis setara dengan povidone iodine 1% sehingga air rebusan kulit buah manggis ini dapat dijadikan obat kumur alternatif pengganti

povidone iodine 1 % yang mempunyai efek

samping merugikan yaitu menghilangnya rasa kecap dan menyebabkan pewarnaan staining pada gigi.

Kesimpulan dan Saran

Hal yang dapat disimpulkan dari hasil penelitian pada kelompok yang berkumur menggunakan povidon iodine 1%, menunjukkan sebanyak 15 sampel (93,8%) mengalami penyembuhan dan satu responden (6,3%) tingkat keparahan

gingivitisnya menurun dari kategori sedang

menjadi ringan.

Pada kelompok perlakuan yang berkumur menggunakan air rebusan kulit buah manggis menunjukkan bahwa 14 sampel (87,5%) mengalami penyembuhan dan dua sampel (12,5%) tingkat keparahan gingivitisnya menurun dari kategori sedang menjadi ringan. Dengan demikian berkumur dengan air rebusan kulit buah manggis pasca oral fisioterapi, efektif menyembuhkan

(12)

9. Pocock S J, 2008, Clinical Trials A Practical Approach. John Willy& Sons. Ltd. West Sussex-England.p. 50-87

10. Frederer W T, 1977, Experimental Design Theory and Application, 3 rd Edition New Delhi, Bombay Calcuta Oxford and IBH Publis.co.p.544. 11. Kumar S, Babu R dan Redi J, 2011,

Povidone Iodine, International Journal Of Dental Assosiation, .Vol III Issue 03, IJDA

12. Fine D H, Furgang D, Korik I, et al,1993, Reduction of Viable Bacteria In Dental Aerosols By Preprocedural Rinsing With an Antiseptic Mouth Range, AM J Dent; 6:219-221 13. Athanassiadis B, Abbott PV, Walsh LJ,

2007, The Use of Calcium Hydroxide, Antibiotics and biocides as anti-microbial medicament in endodontics , Aust Dent J ;52:564-582

14. Boudouma M, Enjalbert L, Didier J, 1984, A Simple Method for The Evaluation of Antiseptic and Disinfectant Virucidial Activity, J Virol Meth;9: 271-276

15. Johnson dkk, á-Mangostin, a xanthone from mangosteen fruit, promotes cell cycle arrest in prostate cancer and decreases xenograpt tumor growth, 2011(online) available : http:// carcin.oxfordjournals.org/content/33/ 2/413.long Diakses: 2 oktober 2013 16. Chin YW, Jung H, Chai H, Keller

WJ, Kinghorn AD, 2008, Xamthones With Quinone Reductase-inducing Activity From the Fruits of Garcinia mangostana (Mangosteen), Phytochemistry;69(3):754-758 Komponen aktif yang terkandung dalam

kulit buah manggis yakni α-mangostin, β-mangostin, γ-mangostin dan methoxy-β-mangostin, diduga berkhasiat untuk menyembuhkan gingivitis.

Saran yang dapat diberikan adalah : Air rebusan kulit buah manggis terbukti memiliki kemampuan menyembuhkan radang gusi atau gingivitis setara dengan Povidone

iodine 1% oleh karena itu masyarakat dapat

mengggunakan air rebusan kulit buah manggis sebagai obat kumur alternatif.

Daftar Pustaka

1. Sriyono N W., 2009, Pencegahan Penyakit gigi dan Mulut Guna meningkatkan Kwalitas Hidup, Yogyakarta: Gajah Mada University 2. Musaikan S W, Leni K, Lydia M, dan

Soedjoko, 2003, Gambaran Gingivitis pada Ibu Hamil di Puskesmas, Pegirian Kecamatan Simampir Surabaya Tahun 2002, Majalah Kedokteran Gigi, Edisi Khusus Temu Ilmiah Nasional III ISSN 0852-9027, Surabaya.

3. Tarigan R., 1995, Karies Gigi, Jakarta, EGC

4. Manson J D., dan Eley D M., 1993, Buku Ajar Periodonti, Alih Bahasa Anastasya S. Edisi II, Jakarta: Hipócrates.

5. Forest J O., 1995, Pencegahan Penyakit Mulut, Jakarta: Hipokrates. 6. Putri dkk., 2010, Ilmu Pencegahan Penyakit Jaringan Keras dan Jaringan Pendukung Gigi, Jakarta : EGC 7. Hardian, 2011, Khasiat Buah

Manggis (online), available : http:// www.xamthone-international. com / 75-manfaat-xamthone/khasiat-dan-manfaat-buah-manggis/ Diakses : 20 Februari 2013

8. Nugroho A E, 2011, Manggis (Garcinia mangostana L): Dari Kulit Buah Yang Terbuang Hingga menjadi Suatu Obat, Traditional Medicine Journal, ISSN : 1410-5918

(13)

PENINGKATAN PENGETAHUAN DAN KOMITMEN IBU HAMIL UNTUK MENYUSUI DALAM UPAYA PENCAPAIAN KEBERHASILAN

PEMBERIAN ASI EKSKLUSIF

A.A. Ngurah Kusumajaya1, I G.A. Ari Widarti2, N.N. Ariati3

Abstract. The study aim is to determine the effect of exclusive breastfeeding educational program to increase knowledge and commitment of pregnant women for exclusive breastfeeding until 6 months after giving a birth. This was a quasi-nonrandomized experiment control group with pre-post test. Independent Sample t-Test is used to determine the difference between groups. Paired sample t-test is used to determine the effect of intervention in intervention group. Linier regression is also used to determine factors influence the knowledge and commitment. The study found that there was a significant increase of knowledge in intervention group (p<0,01). The knowledge and commitment score increase in the intervention group after implementation of intervention. The study suggests that a comprehensive educational program could be an effective strategy to increase knowledge and commitment of pregnant women in exclusively breastfeeding for 6 months.

Keywords: knowledge, commitment, exclusive breastfeeding

Abstrak. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui peningkatan pengetahuan dan komitmen ibu hamil untuk menyusui bayinya setelah dilahirkan sampai usia 6 bulan dalam upaya pencapaian keberhasilan pemberian ASI Eksklusif melalui paket intervensi program penyuluhan. Penelitian ini menggunakan rancangan kuasi-eksperimen dengan kelompok kontrol dan intervensi pre-post test. Untuk menentukan perbedaan antar kelompok digunakan analisis statistik uji Independent Sample t-Test, sedangkan untuk mengetahui pengaruh perlakuan pada kelompok intervensi digunakan uji statistik Paired Sample t-Test. Analisis Regresi Linier digunakan untuk mengetahui lebih lanjut pengaruh murni variabel terhadap pengetahuan dan komitmen ibu hamil untuk menyusui. Hasil penelitian menemukan terdapat peningkatan pengetahuan yang signifikan pada kelompok intervensi (p<0,01). Terdapat peningkatan skor pengetahuan dan komitmen pada kelompok intervensi setelah diberikan paket program penyuluhan. Hasil penelitian menunjukkan program penyuluhan yang komprehensif dapat menjadi strategi yang efektif untuk meningkatkan pengetahuan dan komitmen ibu hamil untuk menyusui saat melahirkan secara eksklusif selama 6 bulan.

Kata kunci: pengetahuan, komitmen dan ASI eksklusif

1,2,3 Dosen Jurusan Gizi Poltekkes Denpasar Air susu ibu (ASI) merupakan makanan utama untuk tumbuh kembang bayi, serta dapat memberikan keuntungan kepada ibunya. Secara global pola makan optimal untuk bayi adalah ASI eksklusif sampai usia enam bulan, dilanjutkan dengan pemberian makanan tambahan yang aman dan sesuai dengan umur bayi dengan tetap memberikan ASI sampai umur 2 tahun.1 Pemberian ASI esklusif sampai usia enam bulan masih sulit dilaksanakan saat ini. Hasil penelitian Riset Kesehatan Dasar (Risbinakes) 2010 menemukan rendahnya pemberian ASI Eksklusif sampai usia 6 bulan.

Persentase bayi yang menyusui eksklusif sampai dengan 6 bulan hanya 15,3%.2 Data Susenas (2009) menunjukkan di Bali ASI eksklusif sampai 6 bulan sebanyak 20,2%. Angka ini jauh dari target yang ditetapkan di Bali yaitu ASI eksklusif sampai 6 bulan sebesar 80%. Inisiasi menyusu dini (IMD) kurang dari satu jam setelah bayi lahir di Indonesia adalah 29,3%. Sedangkan di Bali tingkat IMD 33,7%.meskipun sudah melebihi tingkat nasional namun masih tergolong rendah, bahkan diketahui terdapat 10,6% ibu memberikan ASI pertama kalinya ≥48 jam.2

(14)

Banyak faktor yang mempengaruhi waktu dan lamanya pemberian ASI seperti pendidikan ibu, tempat melahirkan, berat badan bayi lahir, status sosial ekonomi, dan dukungan suami. Dua faktor penting yang perlu mendapat perhatian serta bisa ditingkatkan adalah faktor berkaitan dengan pengetahuan dan komitmen ibu untuk menyusui bayinya. Notoatmojo mengemu-kakan pengetahuan sebagai faktor penentu perilaku seseorang.3 Ibu yang mengetahui besarnya manfaat menyusui, memungkinkan mereka untuk mengupayakan pemberian ASI untuk bayinya. Pemberian ASI juga tidak terlepas dari komitmen ibu untuk menyusui. Sebuah penelitian di kalangan wanita Amerika, Kaukasia, dan Afrika4), menemukan keberhasilan menyusui ditentu-kan oleh komitmen percaya diri (confident

commitment), yang meliputi : a) keyakinan

dalam proses menyusui, b) kepercayaan pada kemampuan mereka untuk menyusui, dan c) komitmen untuk membuat menyusui berhasil meski ada kendala. Ini menunjukkan bahwa menyusui merupakan keterampilan yang dapat dipelajari. Jika ibu memiliki “komitmen percaya diri” sebelum melahirkan, mereka mampu menyusui meskipun kurang mendapat dukungan dan ada tantangan saat memulai menyusui. Promosi pemberian ASI perlu diberikan sejak awal termasuk didalamnya wanita usia subur atau ibu saat hamil. Hasil studi menunjukkan lebih banyak ibu yang memutuskan untuk menyusui anaknya telah memiliki komitmen untuk menyusui anaknya sebelum hamil.5 Di Indonesia promosi pemberian ASI hanya menyasar ibu menyusui dan jarang menyasar target lebih awal seperti remaja atau ibu saat hamil. Ibu hamil merupakan target promosi pemberian ASI guna mewujudkan keberhasilan pemberian ASI Eksklusif selama 6 bulan nantinya setelah mereka memiliki bayi. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui peningkatan pengetahuan dan komitmen ibu hamil untuk menyusui dalam upaya

pencapaian keberhasilan pemberian ASI Eksklusif melalui paket intervensi penyuluhan yang disertai dengan konseling peningkatan komitmen ibu hamil untuk menyusui.

Metode

Penelitian ini menggunakan metode kuasi eksperimen dengan rancangan non

randomized control group design with pretest and posttest. Penelitian ini

dilaksanakan di Wilayah Puskesmas II Denpasar Barat Kota Denpasar.Dipilihnya lokasi ini dengan pertimbangan tersedianya jumlah sampel dan belum pernah dilakukan penelitian yang sama. Rendahnya cakupan pemberian ASI eksklusif di lokasi penelitian juga menjadi bahan pertimbangan.Penelitian dilakukan selama 6 bulan mulai Juni sampai dengan Nopember 2013.

Populasi adalah seluruh ibu hamil yang memeriksakan kehamilannya di wilayah Puskesmas II Denpasar Barat. Sedangkan sampel ditentukan secara purposive dan dipilih dengan metode simple random

sampling, dengan rasio 1:1 yaitu total

sampel 60 orang, ditentukan kelompok perlakuan sebanyak 30 orang dan kontrol sebanyak 30 orang.

Pada kelompok perlakuan diberikan intervensi berupa penyuluhan disertai pemutaran video “Ibu Malaikatku” dan bimbingan/konseling untuk lebih meyakinkan keputusan ibu untuk menyusui bayinya. Penyampaian paket penyuluhan terdiri dari pertemuan kelas 2 x 45 menit untuk materi pentingnya menyusui dan kedua masalah dan hambatan menyusui eksklusif disertai pemutaran video “Ibu Malaikatku”, sedang untuk meningkatkan komitmen ibu hamil untuk menyusui eklsklusif dilakukan dengan bimbingan/konseling idividu atau kelompok kecil.Sedangkan untuk kelompok kontrol diberikan penyuluhan tentang makanan sehat untuk ibu hamil.

Data pengetahuan dan komitmen ibu hamil sebelum dan sesudah intervensi (pretest dan posttest) dikumpulkan menggunakan

(15)

6,6% pada kelompok kontrol dan 13,3% pada kelompok perlakuan. Sebagian sampel baik pada kelompok perlakuan maupun kontrol (50,0%) berpendidikan menengah. Dilihat dari pekerjaan sampel, sebagian besar sampel tidak bekerja baik kelompok perlakuan maupun kontrtol masing-masing 53,3% dan 60,0%.

Umur kehamilan rata-rata untuk seluruh sampel (n=60) adalah 23,72±6,92 minggu dengan umur kehamilan minimum 8 minggu dan maksimum 30 minggu.Sedangkan untuk kelompok perlakuan umur kehamilan rata-rata sebesar 24,90±7,24 minggu dan kelompok kontrol sebesar 22,53±6,50 minggu. Dilihat dari sebaran umur kehamilannya diketahui umur kehamilan terbanyak untuk kelompok perlakuan adalah trimester III 53,3% dan kontrol pada trimester II 53,3%. Dilihat dari kehamilan saat ini terbanyak merupakan kehamilan pertama, masing-masing 46,7% untuk kelompok perlakuan dan 43,3% untuk kelompok kontrol. Hasil penelitian menemukan sebagian besar sampel belum pernah mendapatkan informasi tentang ASI dan menyusui, baik pada kelompok perlakuan (50,0%) dan kontrol (60,0%). Bagi sampel yang pernah mendapat informasi tentang ASI dan menyusui mengatakan mendapatkannya dari dokter, bidan, ahli gizi atau sumber lainnya seperti orang tua/keluarga, sekolah, media cetak/ TV. Lebih lanjut saat digali tentang makanan terbaik yang akan diberikan kepada calon bayinya setelah lahir, sebagian besar sampel mengatakan pernah sebanyak 56,7% pada Keinginan suami yang terbanyak untuk makanan bayinya saat lahir nanti adalah diberikan ASI eksklusif sampai usia 6 bulan masing-masing 46,8% pada kelompok perlakuan dan 40,0% pada kelompok kontrol. Untuk data lebih rinci dapat dilihat pada Tabel 1.

Kusumajaya, A.A.N, Ari Widarti I G.A, Ariati, N.N.. (Peningkatan pengetahuan dan...)

kuesioner sebanyak 26 pertanyaan tertutup dengan pilihan jawaban Ya, Tidak atau Tidak Tahu. Total skor merupakan prosentase jawaban seluruh pertanyaan yang benar. Untuk keperluan analisis deskriptif, persentase diklasifikasikan menjadi 3 kategori yaitu: Kurang≤60%; Cukup= 60 – 79,9%; Baik≥ 80 %. Komitmen untuk menyusui bayi setelah dilahirkan dicari dengan menggunakan 18 pernyataan dengan lima skala likert terdiri dari 14 pernyataan positif dan 4 pernyataan negatif dengan nilai skor terendah adalah 18 dan tertinggi adalah 90. Selanjutnya data disajikan dengan menggunakan tabel distribusi frekuensi dan tabel kontingensi. Untuk menentukan perbedaan skor sebelum dan sesudah intervensi dianalisis dengan uji statistik Paired Sample T-Test. Untuk uji beda rata-rata antara kelompok digunakan uji beda Independent Sample t-Test. 6). Untuk memberikan gambaran lebih lanjut pengaruh perlakuan terhadap pengetahuan tentang ASI Eksklusif, dilakukan juga Uji statistik Regresi Linier. Untuk mengontrol pengaruh faktor-faktor yang diduga berhubungan dengan tingkat pengetahuan, variabel umur sampel, pekerjaan, pendidikan, nomor kehamilan, akses informasi tentang ASI dan menyusui, dan keinginan suami untuk makanan bayi setelah lahir dimasukkan sebagai variabel bebas (independent variable).

Hasil dan Pembahasan

Karakteristik Sampel, Informasi Tentang ASI, Keinginan Suami pada Makanan Anak

Berdasarkan karakteristik demografi sampel diketahui rata-rata umur sampel sebesar 27,25±5,67 tahun, dimana kelompok perlakuan memiliki rata-rata 28,33±5,62 tahun dan kelompok kontrol memiliki rata-rata 26,17±5,60 tahun. Dilihat dari sebarannya diketahui masih terdapat ibu hamil dengan resiko tinggi masing-masing

(16)

Pengetahuan Tentang ASI Sebelum dan Sesudah Perlakuan

Hasil pre-test pengetahuan diperoleh rata-rata jawaban yang benar 54,2±27,1% dengan nilai terendah 3,9% dan tertinggi sebesar 96,2%. Sedangkan pada hasil post-test, diperoleh rata-rata jawaban yang benar meningkat menjadi 69,2±21,9 % dimana nilai terendah 7,7 % dan tertinggi 100,0 %. Perbandingan hasil pre dan post test dapat dilihat pada gambar 1.

Gambar 1

Perbandingan hasil pre dan post test

Tampaknya pengaruh perlakuan terhadap sampel kelompok perlakuan menyebabkan peningkatan skor jawaban yang benar dari 58,9±25,9 % menjadi 82,1±12,3% (SD=) dengan peningkatan sebesar 23,2 %. Sedangkan pada kelompok kontrol hanya terjadi sedikit peningkatan skor 49,5±27,9 % menjadi 56,3±22,0 %.

Pada awal penelitian (pre-test) menunjukkan nilai kurang pada kelompok kontrol lebih besar dibandingkan dengan kelompok perlakuan (masing-masing 46,7% dan 36,7%). Namun di akhir penelitian terdapat peningkatan pada kelompok perlakuan dimana nilai dengan kategori kurang menurun dari 36,7% menjadi 10,0% dan terdapat peningkatan nilai baik dari 20,0% menjadi 73,3%. Sedangkan kelompok kontrol meskipun terjadi penurunan persentase nilai kurang dari 46,7% menjadi 36,7%, namun persentase yang mendapat nilai baik juga berkurang dari 16,7% menjadi 10,0% . Lebih lengkap dapat dilihat pada tabel 2.

(17)

Hasil uji statistik menunjukkan pemberian perlakuan secara signifikan meningkatkan tingkat pengetahuan (p<0,01) setelah mengontrol variabel lain yang diduga memberi kontribusi terhadap tingkat pengetahuan. Hasil selengkapnya dapat dilihat pada tabel 4.’

Kusumajaya, A.A.N, Ari Widarti I G.A, Ariati, N.N.. (Peningkatan pengetahuan dan...)

Hasil uji beda t-test menemukan tidak ada perbedaan yang signifikan pada persentase jawaban yang benar antara kelompok kontrol dan perlakuan diawal penelitian (p>0,05).Namun di akhir penelitian, kelompok perlakuan secara signifikan memiliki skor lebih tinggi dibandingkan dengan kontrol (p<0,01). Hasil penelitian menunjukkan pada kelompok perlakuan di awal penelitian rata-rata persentase jawaban yang benar sebesar 58,9% dan meningkat menjadi 82,1%. Hasil ini menunjukkan adanya peningkatan sebanyak 23,1% setelah diberikan intervensi.Untuk lebih detail dapat dilihat pada tabel 3.

Analisis selanjutnya menunjukkan ada perbedaan pengetahuan yang signifikan antara akhir dan awal penelitian (p<0.01). Hal ini berarti terdapat pengaruh intervensi terhadap peningkatan pengetahuan tentang ASI Eksklusif pada ibu hamil. Untuk memberikan gambaran lebih lanjut mengenai peningkatan pengetahuan tentang ASI Eksklusif, hasil analisis regresi menunjukkan nilai R2=0,420 yang artinya seluruh variabel yang diteliti dapat menjelaskan variabel pengetahuan tentang ASI Eksklusif sebanyak 42%, sedangkan sisanya yaitu 58% berasal dari pengaruh variabel lain yang tidak dianalisis dalam penelitian ini.

(18)

Rendahnya pengetahuan sampel tentang ASI dan menyusui cukup memprihatinkan dan perlu menjadi kajian penentu kebijakan. Banyak faktor yang menyebabkan hal tersebut, namun jika dilihat dari akses informasi tentang ASI dan menyusui, sebagian besar kelompok perlakuan dan kontrol tidak pernah menerima informasi tentang ASI eksklusif dan menyusui. Menjadi wajar bila pengetahuan mereka relatif rendah, hal ini terjadi karena kurangnya akses informasi tentang ASI eksklusif dan menyusui. Keadaan ini disebabkan selama ini program yang berkaitan dengan ASI eksklusif dan MP-ASI lebih banyak menyasar ibu menyusui dan belum menyasar ibu hamil.

Komitmen Menyusui Setelah Melahirkan Sebelum dan Sesudah Perlakuan

Secara keseluruhan ada peningkatan skor komitmen untuk menyusui bayi setelah dilahirkan nanti, dimana di awal penelitian rata-rata skor komitmen keseluruhan adalah 67,5±13,4 meningkat menjadi 73,5±11,7. Komitmen pada kelompok perlakuan setelah intervensi untuk jawaban sangat setuju yang ≥80% pada pernyataan positif antara lain adalah pada komitmen berkaitan dengan keyakinan ASI lebih baik untuk bayi, keputusan menyusui pilihan individu ibu yang paling tepat untuk bayi, kepercayaan mampu menyusui dan mengeluarkan ASI sesuai kebutuhan bayi, menyusui memberi arti lebih menjadi seorang ibu, keyakinan sebagai malaikat penyelamat bayi dengan menyusui, memberikan perasaan aman buat anak dan ibu, menyusui menumbuhkan tali cinta dengan anak dan menyusui lebih hemat secara ekonomi.

Hasil penelitian menemukan peningkatan skor komitmen pada kelompok perlakuan lebih tinggi dibandingkan kontrol. Pada kelompok perlakuan terjadi peningkatan 9,1 dimana di awal memiliki skor 70,0±13,1 meningkat menjadi 79,1±6,7, sedangkan

pada kontrol meningkat hanya 2,9 dimana skor diawal peneltian 65,0±13,2 meningkat menjadi 67,9±12,9. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada gambar 2.

Gambar 2

Nilai Komitmen Sampel untuk Menyusui Bayi Setelah Dilahirkan Sebelum dan Sesudah

diberikan Perlakuan

Berdasarkan hasil komparasi diketahui tidak ada perbedaan yang signifikan antara kelompok kontrol dan perlakuan (p>0,05). Namun setelah diberikan perlakuan, kelompok perlakuan memiliki rata-rata skor komitmen lebih tinggi dibandingkan kontrol (p<0,01). Hasil penelitian pada kelompok perlakuan rerata skor komitmen menyusui sebesar 70 di awal penelitian dan meningkat menjadi 79,1. Untuk lebih detail dapat dilihat pada tabel 5.

(19)

Hasil analisis menunjukkan ada perbedaan antara rata-rata skor komitmen untuk menyusui pada akhir dan awal kelompok perlakuan (p<0.01). Pemberian penyuluhan yang disertai dengan konseling peningkatan komitmen ibu hamil memberikan hasil yang positif terhadap peningkatan komitmen untuk menyusui bayinya setelah lahir. Dari analisis lebih lanjut mengenai pengaruh intervensi terhadap komitmen menyusui diperoleh nilai R2=0,289 yang artinya variabel perlakuan, dapat menjelaskan variabel komitmen menyusui sebanyak 28,9%, sisanya variabel lain yang tidak diteliti. Hasil uji statistik menunjukkan pemberian perlakuan secara signifikan meningkatkan komitmen untuk menyusui (p<0,01) setelah mengontrol variabel lain yang diduga memberi kontribusi.

Pemberian ASI tidak terlepas dari komitmen ibu untuk menyusui. Hasil studi menunjukkan lebih banyak ibu yang memutuskan untuk menyusui anaknya telah memiliki komitmen untuk menyusui sebelum hamil5).Pentingnya komitmen dalam keberhasilan menyusui juga ditunjukkan oleh penelitian lain. Sebuah penelitian di kalangan wanita Amerika Kaukasia dan Afrika(4), menemukan keputusan dan keberhasilan dalam menyusui sangat ditentukan oleh komitmen percaya diri meliputi beberapa komponen yaitu keyakinan dalam proses menyusui; kepercayaan pada kemampuan untuk menyusui; dan c) komitmen untuk membuat menyusui berhasil meskipun ada kendala. Penelitian ini juga menunjukkan bahwa menyusui merupakan keterampilan yang dapat dipelajari. Ibu yang memiliki “komitmen percaya diri” sebelum melahirkan, akan mampu menyusui meskipun kurang mendapat dukungan orang lain dan ada tantangan umum yang terjadi saat mereka mulai menyusui. Jika ditelaah lebih lanjut hasil penelitian ini menemukan, komitmen sampel pada kelompok perlakuan setelah intervensi untuk jawaban sangat setuju yang ≥80% pada pernyataan positif .

Kusumajaya, A.A.N, Ari Widarti I G.A, Ariati, N.N.. (Peningkatan pengetahuan dan...) Kesimpulan dan Saran

Paket intervensi penyuluhan yang disertai dengan konseling peningkatan komitmen ibu hamil untuk menyusui secara signifikan meningkatkan pengetahuan ibu hamil tentang ASI dan menyusui. Di akhir penelitian pengetahuan kelompok perlakuan lebih tinggi dibanding kontrol.

Perlu dilakukan penyuluhan tentang ASI eksklusif dan menyusui menggunakan metode yang lebih komprehensif dengan gabungan media penyuluhan. Ibu hamil merupakan sasaran strategis penyuluhan tentang ASI dan menyusui serta peningkatan komitmen yang diperlukan untuk keberhasilan pemberian ASI eksklusif sampai 6 bulan.Penelitian lanjutan perlu dipertimbangkan untuk dilakukan untuk mengetahui apakah ibu hamil yang memiliki komitmen yang baik memberikan ASI Eksklusif kepada bayinya setelah dilahirkan.

Daftar Pustaka

1. WHO, 2002. Infant and young child nutrition: Global strategy on infant and young child feeding. Fifty-fifth World Health Assembly A55/15, Provisional agenda item 13.10.

2. Riskesdas, 2010. Riset Kesehatan Dasar - Riskesdas 2010. Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan, Kementerian Kesehatan RI.

3. Notoatmodjo, S. 2003. Pendidikan Dan Perilaku Kesehatan. Rineka Cipta. Jakarta.

4. Avery, A., K. Zimmermann, et al.,2009. “Confident commitment is a key factor for sustained breastfeeding.” Birth36(2): 141-148. 5. Shepherd, C. K., K. G. Power, et al.,

2000. “Examining the correspond-ence of breastfeeding and bottle-feeding couples’ infant bottle-feeding attitudes.” Journal of Advanced Nursing31(3): 651-660.

6. Sugiyono, 2010. Statistik Untuk Penelitian. Alfabeta, Bandung.

(20)

INTENSITAS NYERI PERSALINAN KALAI I FASE AKTIF NK Somoyani1, NW Armini 2, NLP Sri Erawati3

Abstract. Pain is perceived maternal physiological, but sometimes cause discomfort, especially during contractions. One effort to reduce labor pain by listening to music. The purpose of this study was to determine the effect of classical music and Bali music therapy on pain intensity active phase of the first stage of labor at maternal health center Dauh Puri in 2013 and the first Community Health Center of East Denpasar. The study was a pre - post test control group design. Large sample of 27 people with consecutive sampling technique. Hypothesis testing used t-test paired the music of Bali since the data were normally distributed , whereas classical music and control the Wilcoxon test was used because the data are not normally distributed. Further analysis of variance test ( ANOVA ) with the value of p = 0.000, followed by the Mann Whitney test with a result between classical music and control group p = 0.001, Balinese music group with the control value of p = 0.020. It showed no difference in labor pain after listening to Mozart classical music than the control group, as well as listening to the music of Bali than the control group. Results of this study have a good impact, so the researchers advise health workers to use music therapy in providing maternity care.

Keywords : classical music ; bali Music ; intensity of labor pain

Abstrak. Rasa nyeri yang dirasakan ibu bersalin adalah fisiologis, namun terkadang menimbulkan rasa tidak nyaman, terutama saat kontraksi. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh terapi musik klasik dan musik Bali terhadap intensitas nyeri persalinan kala I fase aktif pada ibu bersalin di Puskesmas Pembantu Dauh Puri tahun 2013 dan Puskesmas I Denpasar Timur. Rancangan penelitian adalah pre-post test control group design. Besar sampel 27 orang dengan teknik consecutive sampling. Uji Hipotesis yang digunakan uji- t dua sampel berpasangan pada musik Bali karena data berdistribusi normal, sedangkan musik klasik dan kontrol digunakan uji Wilcoxon karena data tidak berdistribusi normal. Selanjutnya dilakukan uji analysis of variance (ANOVA) dengan hasil nilai p=0,00, dilanjutkan dengan analisis post hoc, yaitu uji Mann Whitney dengan hasil antara kelompok musik klasik dan kontrol nilai p=0,001, kelompok musik Bali dengan kontrol nilai p=0.020. Hal tersebut menunjukkan ada perbedaan nyeri persalinan setelah mendengarkan musik klasik Mozart dibandingkan kelompok kontrol, sama halnya setelah mendengarkan musik Bali dibandingkan kelompok kontrol.. Hasil penelitian ini memiliki dampak yang baik, sehingga peneliti menyarankan kepada para petugas kesehatan untuk menggunakan terapi musik dalam memberikan asuhan persalinan.

Kata Kunci : Musik klasik; Musik Bali; Intensitas Nyeri persalinan

1,2,3 Dosen Jurusan Kebidanan Poltekkes Denpasar

Puri dari Oktober 2012 sampai Pebruari 2013, mendapatkan tiga orang ibu bersalin mengalami nyeri skala sedang (skala 4-6), dua ibu mengalami nyeri skala berat (skala 7-9), dan dua ibu nyeri skala hebat (skala 10). Skala nyeri yang digunakan adalah

numerical rating scale (NRS). yang

secara umum digunakan sebagai pengganti alat pendeskripsi kata. Perasaan ketidak-nyamanan dapat berkurang bahkan hilang, jika musik digunakan sebagai terapi. Persalinan adalah proses pengeluaran hasil

konsepsi dari uterus melalui vagina ke dunia luar1. Pada beberapa kasus, kelahiran bukan peristiwa membahagiakan tetapi menjadi suatu masa penuh rasa nyeri, rasa takut, penderitaan bahkan kematian2. Nyeri adalah pengalaman sensori atau emosional tidak menyenangkan akibat kerusakan jaringan potensial atau aktual3. Hasil studi pendahuluan yang dilakukan terhadap tujuh ibu bersalin di Puskesmas Pembantu Dauh

(21)

Terapi musik dilaksanakan dengan mendengarkan musik secara terpadu untuk membimbing ibu selama kehamilan dengan tujuan agar ibu hamil merasa rileks, stimulasi dini pada janin, dan menjalin hubungan emosional antar ibu dan janinnya4.

Musik adalah seni yang mempengaruhi pusat fisik dan jaringan saraf. Musik juga mempengaruhi sistem saraf parasimpatis atau sistem saraf automatis, baik secara langsung maupun tidak langsung. Salah satu jenis musik yang biasa dipakai sebagai terapi kesehatan adalah musik klasik. Musik klasik adalah komposisi musik zaman klasik (1750-1825) dengan komposer paling terkenal adalah Wolfgang Amadeus Mozart dan Ludwig Van Beethoven5. Indonesia juga memiliki musik tradisional yang mengalun lembut sehingga dapat digunakan sebagai terapi, yaitu gamelan Jawa, degung Sunda, serta beberapa jenis musik Bali.

Bali memiliki beberapa lagu dengan irama lembut yang bisa digunakan sebagai penghantar tidur anak. Salah satu lagu yang biasa dinyanyikan orangtua adalah Cening Putri Ayu. Saat ini lagu Cening Putri Ayu telah diaransemen ulang oleh komposer Gus Teja dalam bentuk musikal menggunakan perangkat gamelan Bali digabung dengan beberapa peralatan musik modern.

Atas dasar uraian ini, maka disusunlah suatu rumusan masalah yaitu,”Bagaimanakah pengaruh terapi musik klasik dan musik Bali terhadap intensitas nyeri persalinan kala I fase aktif pada ibu bersalin primigravida?” Dengan demikian penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh terapi musik klasik dan musik Bali terhadap intensitas nyeri persalinan kala I fase aktif pada ibu bersalin primigravida di Puskesmas Pembantu Dauh Puri dan Puskesmas I Denpasar Timur.

Metode

Penelitian ini adalah eksperimental semu dengan rancangan pre-post control group

design dengan pendekatan prospektif.6

Populasi adalah semua ibu bersalin di Puskesmas Pembantu Dauh Puri dan Puskesmas I Denpasar Timur. Unit analisis adalah ibu bersalin pada Mei sampai Agustus 2013, yang memenuhi kriteria inklusi yakni: persalinan primigravida dengan usia kehamilan 37–42 minggu, janin tunggal normal, hidup, letak kepala, ibu inpartu kala I fase aktif, pembukaan (O ) 4–9 cm. Ibu hamil normal, dapat membaca, menulis, dan dapat berkomunikasi dengan baik, tidak mengalami rasa takut dan kecemasan berlebih, dan menggunakan program Jampersal, JKBM atau mandiri. Teknik sampling yang digunakan adalah

conse-cutive sampling, dengan besar sampel 27

sampel.

Ibu hamil yang memenuhi kriteria inklusi kemudian dibagi menjadi tiga kelompok. Kelompok pertama diperdengarkan musik klasik Mozart, kelompok kedua musik Bali, dan kelompok ketiga sebagai kontrol tidak mendapat perlakuan. Pengukuran nyeri dilakukan dua kali (repeated measure). pertama, dilakukan pada saat ibu sudah berada pada fase aktif, yaitu sebelum diberi perlakuan, dan kedua setelah mendapat perlakuan mendengarkan musik sampai akhir kala I persalinannya. Pengukuran nyeri menggunakan numerical rating scale (NRS) baku, dengan kategori nyeri skala 0 ( tidak nyeri), skala 1–3 (nyeri ringan), Skala 4–6 (nyeri sedang), Skala 7–9 (nyeri berat), dan kala 10 (nyeri hebat)3.

Teknis analisis meliputi : deskriptif, uji normalitas data dengan Shapiro Wilk. Hasil uji kelompok kontrol dan musik klasik didapatkan data tidak berdistribusi normal, sedangkan untuk kelompok musik Bali didapatkan data berdistribusi normal. Berdasarkan hasil Levene’s test diketahui varian antar kelompok homogen. Karena tidak berdistribusi normal uji antara kelompok kontrol dan musik klasik menggunakan uji Wilcoxon Signed Rank. Sedangkan uji untuk kelompok musik Bali. dengan uji- t dua sampel berpasangan.

(22)

Untuk mengetahui adanya pengaruh musik klasik Mozart dan musik Bali terhadap intensitas nyeri persalinan kala I fase aktif, dilakukan uji analysis of variance (ANOVA) karena data berdistribusi normal, karena varians sama maka dipilih uji one way ANOVA, yang dilanjutkan dengan uji Mann Whitney.

Hasil

Ibu bersalin primigravida yang memenuhi kriteria inklusi dibagi dalam tiga kelompok penelitian dengan karakteristik masing-masing ditampilkan pada tabel 1.

Karakteristik Nyeri Persalinan

Karakteristik nyeri persalinan ibu pada semua kelompok ditampilkan pada Tabel 2.

Dari Tabel 2 nampak perubahan nyeri sebelum dan sesudah mendengarkan musik. Intensitas nyeri sebelum perlakuan pada kelompok musik klasik memiliki median 8 dengan rentang 7–10 mengalami penurunan menjadi 5(2–9). Begitu pula dengan kelompok musik Bali dengan median 7(6– 9) menjadi median 5(2-8). Namun, intensitas nyeri pada kelompok kontrol mengalami peningkatan, yaitu dengan nilai median 6(5–9) menjadi 9(6–9).

Perbandingan Nyeri Persalinan Kala I Fase Aktif pada Kelompok Musik Klasik, Musik Bali dan Kontrol Berdasarkan tabel 3 didapatkan perbedaan nyeri sebelum dan sesudah mendengarkan musik klasik Mozart (p=0,007) dan musik Bali (p=0,006). Jadi dapat disimpulkan ada perbedaan nyeri yang bermakna sebelum dan sesudah perlakuan antara kelompok perlakuan dan kontrol (p=0,017).

(23)

Perbedaan Nyeri Persalinan Kala I Fase Aktif pada Penilaian I dan Penilaian II pada Kelompok Musik Klasik, Musik Bali, dan Kontrol Dari hasil uji perbedaan nyeri persalinan antar kelompok (one way anova) dengan derajat kepercayaan 95%. Didapatkan hasil p<0,05, maka dapat diambil kesimpulan bahwa “paling tidak terdapat perbedaan nyeri persalinan antara dua kelompok”.

Tabel 4 didapatkan hasil p=0,114 yang menjelaskan bahwa tidak terdapat perbedaan bermakna antara musik klasik Mozart dan musik Bali pada pengurangan nyeri persalinan kala I fase aktif pada primigravida. Perbedaan nyeri persalinan antara kelompok musik klasik dan kontrol dengan p=0,001. Hal ini menyimpulkan bahwa terdapat perbedaan nyeri persalinan

antara kelompok Mozart dan kontrol. Hasil uji komparatif perbedaan nyeri persalinan antara kelompok musik Bali dan kontrol, didapatkan hasil p=0,020 yang mengandung arti terdapat perbedaan nyeri persalinan sesudah perlakuan antara kelompok musik Bali dan kontrol.

Pembahasan

Nyeri persalinan sebelum dan sesudah perlakuan mendengarkan musik pada subjek penelitian mengalami penurunan. Frekuensi nyeri sebelum perlakuan pada kelompok musik klasik memiliki nilai median 8 dengan rentang 7-10 mengalami penurunan menjadi median 5 (2–8). Terjadinya penurunan nyeri disebabkan saat mendengarkan irama musik klasik membuat orang merasa rileks. Konsentrasi nyeri terganggu karena adanya alunan musik yang menenangkan yang membuat pasien nyaman dan tidak terlalu terfokus pada nyeri yang dirasakannya7. Kelompok musik Bali juga mengalami penurunan nyeri, yaitu dari median 7 (6–9) menjadi 5 (3–8). Keadaan ini menandakan bahwa musik Bali mampu menurunkan intensitas nyeri seperti pada kelompok musik klasik, dan dapat mencegah peningkatan nyeri persalinan seiring dengan penambahan pembukaan dan peningkatan his ibu. Intensitas nyeri pada kelompok kontrol mengalami peningkatan tetapi tidak ada yang berada pada skala nyeri hebat. Kelompok kontrol merupakan kelompok yang tidak diperdengarkan musik, baik musik klasik maupun bali. Persalinan normal secara fisiologis ibu akan mengalami nyeri yang makin lama makin kuat seiring dengan kemajuan pembukaan serviks. Tidak jarang ibu yang di akhir kala I persalinan ibu akan berada pada skala nyeri berat atau hebat. Menurut Sherwen dkk. dalam Yuliatun8 dinyatakan bahwa primigravida akan mengalami intensitas nyeri lebih berat daripada multigravida, terutama pada kala I persalinan karena effacement biasanya terjadi lebih dulu daripada dilatasi serviks.

(24)

Di samping itu pada ibu primigravida, proses persalinan yang dihadapinya adalah yang pertama sehingga belum ada pengalaman sebelumnya yang dapat menyebabkan ketegangan emosi, cemas, dan takut yang tentunya dapat memperberat persepsi nyeri tersebut. Ini terlihat pada kelompok kontrol dengan intensitas nyeri yang meningkat pada akhir fase aktif persalinan.

Perbandingan keadaan nyeri yang dialami pada kelompok Musik klasik Mozart, musik Bali, dan kontrol, dianalisis secara statistik dengan uji komparatif antar kelompok. Didapatkan hasil dengan p=0,007 pada kelompok musik klasik yang berarti bahwa terdapat perbedaan bermakna antara nyeri sebelum dan sesudah mendengarkan musik klasik Mozart. Hal ini terjadi karena intensitas nyeri pada kelompok Mozart mengalami penurunan, begitu pula pada kelompok musik bali didapatkan nilai p=0,06 yang berarti terdapat perbedaan bermakna antara nyeri sebelum dan sesudah mendengarkan musik Bali. Pada kelompok kontrol didapatkan perbedaan bermaknan (p=0,017) namun yang terjadi pada kelompok kontrol justru peningkatan intensitas nyeri pada semua subjek penelitian ketika pembukaan serviks semakin besar dan his yang semakin kuat . Hal ini menandakan bahwa persalinan normal secara fisiologis ibu akan mengalami nyeri yang makin lama makin kuat seiring dengan penambahan pembukaan serviks1.

Dari hasil analisis perbedaan intensitas nyeri pada kelompok musik klasik Mozart, musik Bali, dan kontrol, dapat disimpulkan bahwa “paling tidak terdapat perbedaan intensitas nyeri sebelum dan sesudah antara dua kelompok”. Berdasarkan uji Mann

Whitney antara kelompok Musik klasik dan

kontrol dihasilkan p=0,001, kelompok musik Bali dengan kontrol didapatkan nilai p= 0.020. Hasil tersebut menyimpulkan ada perbedaan nyeri persalinan setelah mendengarkan musik klasik Mozart dibandingkan kontrol, begitu pula setelah

mendengarkan musik Bali dibandingkan kontrol. Kesimpulan tersebut sesuai dengan penelitian Phumdoung dan Good dimana skor nyeri sebelum perlakuan memiliki nilai yang sama dengan kontrol, namun sesudah mendengarkan musik, skor nyeri mengalami pengurangan. Penelitian yang dilakukan dengan memperdengarkan musik selama tiga jam dan penilaian nyeri setiap jam dengan menggunakan visual analog scale (VAS). Satu jam pertama menurun menjadi 95%, 89% pada jam kedua, dan 73% pada jam ketiga 9.

Otak berperan mengubah kondisi fisik tubuh dalam responsnya terhadap musik. Pada musik relaksasi, ritme musik dapat memandu tubuh menjadi bernapas lebih lambat, sehingga memberikan efek menenangkan. Efek musik seperti yang telah dijelaskan di atas membuat ibu yang sedang dalam kala I fase aktif persalinan dapat menikmati musiknya jika musik tersebut tepat. Pada nyeri kronik dan akut, suasana kejiwaan dan emosional penderita memberikan pengaruh kuat terhadap persepsi nyeri yang dihasilkan dan kemampuan mengatasinya 2,9.

Musik Bali merupakan salah satu jenis musik yang mengalun lembut sehingga tergolong sebagai musik relaksasi. Musik yang dihasilkan oleh berbagai jenis alat musik tradisional seperti gamelan Bali dipadukan dengan musik modern, dikatakan sebagai musik yang dihasilkan oleh kreativitas budaya yang tinggi karena keanekaragaman alat, irama, dan nada yang dihasilkan 10. Musik klasik dan musik Bali dapat membuat ibu bertahan pada kondisi nyeri ketika memasuki fase aktif dalam kala I persalinan. Berbeda dengan kontrol, yang justru mengalami peningkatan nyeri. Pada awal memasuki fase aktif, 50% ibu dengan nyeri sedang dan 50% mengalami nyeri berat mengalami peningkatan menjadi 10% nyeri sedang, 40% nyeri berat, dan 50% nyeri hebat pada akhir kala I persalinannya. Linton (1999) dalam artikelnya menyatakan musik dapat melakukan apapun.

Gambar

Tabel 4 didapatkan hasil p=0,114 yang menjelaskan bahwa tidak terdapat perbedaan bermakna antara musik klasik Mozart dan musik Bali pada pengurangan nyeri persalinan kala I fase aktif pada primigravida
Tabel 2 menunjukkan rerata  gingival indeks hari pertama 1,467±0,516, kedua 1,133±0,516 dan ketiga 0,466±0,516.
Tabel 1 menunjukkan sampel berjenis kelamin laki – laki 64,7%.  Dilihat dari umur, paling banyak sampel berumur 46-55 tahun (48,5%)
Tabel 3  menunjukkan  bahwa  penurunan kadar glukosa darah  tertinggi  terdapat pada kelompok  2  dengan perlakuan pemberian terapi jus buah naga 200 g  pada program diet
+2

Referensi

Dokumen terkait

Penempatan bidan di desa merupakan salah satu strategi pemerintah untuk meningkatkan pelayanan kesehatan ibu dan anak dengan tugas utama bidan yaitu pelayanan kesehatan

1, Tahun 2014 Halaman 117 Dari diagram kontrol Mnp fase I yang baru sebanyak 25 pengamatan terlihat bahwa semua pengamatan berada diantara batas kontrol atau semua

Penerapan analisis diskriminan kuadratik robust lebih sesuai dengan data Potensi Desa 2011 Kabupaten Semarang yang mengandung pencilan karena mampu memberikan ketepatan

Populasi dalam penelitian ini adalah penderita diabetes melitus tipe 2 yang tercatat dalam wilayah kerja Puskesmas Banjarsari Metro Tahun 2013, dan didapatkan 32

memberikan dukungan kepada lansia agar dapat meningkatkan kesehatannya yang optimal, sedangkan untuk kader posyandu diharapkan dapat meningkatkan perannya dalam

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mendeskripsikan proses pembelajaran dan kemampuan pemahaman bacaan siswa di kelas tujuh di SMP Negeri 18 Padang dengan

Analisa data yang digunakan adalah uji T dependen dan uji T independen Hasil penelitian menunjukan peningkatan fungsi paru (VEP1) pada pasien asma lebih besar pada pasien

Dari hasil analisis diperoleh pula nilai OR 6.833 yang artinya Ibu bersalin yang tidak mendapat dukungan keluarga beresiko tidak lancar 6.833 dibandingkan dengan