• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB IV PEMECAHAN MASALAH

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB IV PEMECAHAN MASALAH"

Copied!
40
0
0

Teks penuh

(1)

BAB IV 

PEMECAHAN MASALAH 

 

4.1. Metodologi Pemecahan Masalah 

Untuk  dapat  mencapai  hasil  yang  diinginkan  dalam  menentukan  parameter  kinerja  bagi  PT  Indonesia  Power  Unit  Bisnis  Pembangkitan  Kamojang  sehingga  parameter  tersebut  dapat  digunakan  dalam  mengendalikan  kinerja  perusahaan  yang  bermuara  pada  peningkatan  daya  saing  perusahaan,  maka  diperlukan  suatu  metodologi  pemecahan  masalah  yang  tersistematis  yang  mampu  menghasilkan  solusi  atau  rekomendasi yang paling sesuai dengan kondisi lingkungan PT Indonesia Power baik  internal maupun eksternal. 

 

Langkah  awal  dari  penelitian  ini  adalah  melakukan  diagnosa  terhadap  PT.  Indonesia  Power  mengenai  permasalahan  dalam  perusahaan  ataupun  terhadap  kondisi  kondisi  yang  dapat  menimbulkan  potensi  permasalahan.  Langkah  ini  dapat  dibagi  menjadi  dua,  pertama,  formulasi  profil  serta  proses  bisnis  perusahaan  yang  bertujuan  untuk  mendapatkan  pemahaman  integral  tentang  PT  Indonesia  Power  pada  umumnya  dan  UBP  Kamojang  pada  khususnya.  Formulasi  tersebut  disusun  dengan  menggunakan  teknik pengumpulan data data primer maupun skunder yang dimiliki oleh perusahaan.  Selanjutnya  formulasi  permasalahan  dapat  disusun  dalam  bentuk  pertanyaan  mengenai  sistem  pengukuran  kinerja  pada  unit  bisnis  serta  indikator  yang  dapat  mendukung sistem pengukuran kinerja tersebut. 

 

Untuk  dapat  menjawab  permasalahan  tersebut,  dasar  teori  yang  akan  digunakan  sebagai  referensi  adalah  Performance  Prism  dan  juga  pustaka  pustaka  lainnya  yang  terkait dengan manajemen kinerja. Berdasar referensi tersebut, metode penelitian yang  digunakan  adalah  performance  prism,  dengan  pertimbangan  metode  ini  merupakan   sistem  pengukuran  kinerja  yang  paling  komprehensif  sampai  dengan  saat  ini  dan  mencakup  berbagai  aspek  kepentingan  stakeholders,  satu  hal  yang  dipandang  paling 

(2)

sesuai  dengan  bentuk  perusahaan  PT  Indonesia  Power  yang  tercatat  sebagai  satu  Badan Usaha Milik Negara anak perusahaan PT. PLN (Persero).     Performance prism mengharuskan adanya pengidentifikasian terhadap stakeholder utama  mengenai aspek aspek berikut (Neely, Adams, & Kennerley, 2002):  1. Stakeholders Satisfaction, dilakukan untuk mengetahui faktor faktor apa saja yang  mampu menimbulkan nilai tambah bagi stakeholders. 

2. Stakeholders  Contribution,  dilakukan  untuk  mengetahui  kontribusi  yang  dapat  diberikan oleh stakeholders kepada perusahaan. 

3. Strategy, dilakukan untuk mengetahui strategi apakah yang sesuai untuk dapat  mewujudkan kepuasan bagi stakeholders, dan di sisi lain dapat mengoptimalkan  kontribusi stakeholders tersebut bagi perusahaan. 

4. Process,  dibutuhkan  untuk  mengetahui  proses  yang  mendukung  pencapaian  strategi yang telah ditetapkan. 

5. Capability,  dibutuhkan  untuk  menentukan  kapabilitas  yang  perlu  dimiliki  agar  dapat melaksanakan proses mendukung strategi yang diimplementasikan.   

Setelah  lima  aspek  tersebut  telah  diidentifikasi  maka  akan  dilakukan  identifikasi  terhadap  Key  Performance  Indicator  (KPI)  yang  akan  digunakan  sebagai  parameter  kinerja  PT.  Indonesia  Power  UBP  Kamojang.  Hasil  identifikasi  tersebut  akan  diverifikasi  dan  divalidasi  oleh  para  ahli  yang  telah  tergabung  dalam  tim  evaluator  kinerja unit bisnis. 

 

Pembobotan  terhadap  parameter  kinerja  dilakukan  oleh  wakil‐wakil  sesuai  bidang  tugasnya dalam struktur organisasi melalui media kuesioner. Hasil tabulasi kuesioner  yang ada diolah lebih lanjut berdasar metode Analytic Hierarchy Process (AHP) dengan  menggunakan  perangkat  lunak  “Expert  Choice  V.11”.  Bobot  yang  didapat  akan  diterapkan dalam sistem pengukuran kinerja dipadu dengan scoring berdasar metode  Objective  Matrix  (OMAX).  Diharapkan  dari  hasil  pengolahan  data  ini  akan  diperoleh  pembobotan  dan  scoring  KPI  yang  sesuai  dengan  lingkungan  bisnis  PT.  Indonesia 

(3)

Power  UBP  Kamojang.  Berikut  di  bawah  ini  adalah  skema  metodologi  pemecahan  masalah. 

Diagnosis Perusahaan

Analisa deskriptif permasalahan ataupun kondisi kondisi yang dapat menimbulkan potensi permasalahan

dalam perusahaan

Formulasi Profil & Proses Bisnis Perusahaan

Bertujuan untuk mendapatkan pemahaman integral tentang perusahaan. Formulasi disusun menggunakan teknik pengumpulan data primer

dan skunder yang dimiliki oleh perusahaan

Formulasi Permasalahan

Permasalahan perusahaan dapat dirumuskan dalam bentuk pertanyaan berikut: Bagaimanakah

perencanaan dan desain sistem pengukuran kinerja pada unit bisnis berdasar performance prism, serta parameter apa saja yang akan

digunakan dalam sistem tersebut?

Studi Pustaka

Literatur yang digunakan adalah; The Performance Prism (Neely et al,

2002), Manajemen Kinerja (Wibisono, 2006), dan referensi

lainnya yang relevan

Perumusan Metode Penelitian

Metode penelitian yang digunakan adalah performance prism, dengan pertimbangan metode ini merupakan metode pengukuran

kinerja yang komprehensif dan mencakup berbagai aspek kepentingan stakeholders

Identifikasi Stakeholders Satisfaction

Dilakukan untuk mengetahui faktor faktor apa sajakah yang mampu

menimbulkan value bagi stakeholders

Identifikasi Proses

Dibutuhkan untuk mengetahui proses proses yang dapat mendukung pencapaian strategi yang telah ditetapkan oleh perusahaan

Identifikasi Kapabilitas

Dibutuhkan untuk menentukan kapabilitas yang perlu dimiliki agar dapat melaksanakan proses guna mendukung implementasi strategi

Identifikasi Strategi

Dilakukan untuk mengetahui strategi apakah yang sesuai untuk dapat mewujudkan kepuasan stakeholder dan mengoptimalkan kontribusinya

Identifikasi Stakeholders Contribution

Dilakukan untuk mengetahui kontribusi yang dibutuhkan perusahaan dari para stakeholdernya

Identifikasi dan Verifikasi Parameter Kinerja

Identifikasi dilakukan dengan melakukan wawancara dengan responden dan studi terhadap sistem pengukuran kinerja yang telah

dijalankan perusahaan, selanjutnya akan dilakukan verfikasi untuk memilah parameter kinerja yang sesuai

Pembobotan dan Scoring Parameter Kinerja

Bobot masing masing parameter kinerja ditentukan melalui tabulasi kuesioner terhadap responden ahli yang diolah lebih lanjut dengan GAP Analysis dan AHP. Bobot tersebut akan digunakan dalam pola

penilaian kinerja unit dengan menggunakan metode OMAX

Rekomendasi dan Saran

Diharapkan penelitian ini menghasilkan rekomendasi yang dapat dipergunakan oleh perusahaan dalam penerapan sistem manajemen kinerja secara lebih terarah guna mendukung pencapaian tujuan dan

(4)

4.2. Analisa dan Pembahasan

Sesuai dengan tema penulisan yakni redesain sistem pengukuran kinerja, maka terdapat beberapa tahapan fundamental yang harus ditempuh sebagaimana dikemukakan oleh Wibisono (2006a). Tahap-tahap tersebut adalah tahap fondasi, tahap informasi dasar, tahap perancangan, tahap penerapan, dan tahap penyegaran, yang digambarkan dalam bagan berikut.

                                      Gambar 4.2. Tahapan Fundamental Perancangan Sistem Manajemen Kinerja   

Fondasi : Pedoman Prinsip INFO RM ASI LIN GK UN G AN USAH A

VISI M ISI STR ATE GI

K ERAN GK A K ERJ A (FR AM E WO RK) SISTEM M ANAJEM EN K INERJA

INDUSTRI, PEM ERINT AH DAN M ASY AR AK AT PASAR DAN PESAIN G PRODUK DAN JASA VARIAB EL

K INERJA KETERK AIT A N KAJI B ANDIN G (BENCHM ARK ) K E L U ARA N O R G A NIS A S I K E MA MP U A N S U MBE R P R O S ES INT E RNAL S E B A B AK IB AT BO BO T K E BE RP E N G A RUH AN INT E RNAL E K S T ER N A L

PENG K AJIAN ULANG DAN PEM UTAK HIRAN

TA HAP 0 IN F O RMAS I DAN P E NG ETA HU AN TERK IN I TA H A P 2 : P E R ANCAN G AN TA H A P 3 : P E NE RAP AN TA H A P 4 : P E NYE G A RA N TA H A P 1 : INF O RM ASI DA S A R TIND AK L ANJU T SOSIAL ISASI P E LATIHAN

L AP ORAN SUM B ER DAYA PM S SA AT INI DIS P L A Y RAS IO M /B MO D IF IK A S I PR OS E S E VALU AS I P E NG U K URAN DIA G NO S IS TINDAK LANJUT

(5)

Tampak  dalam  gambar tersebut, tahap  0  adalah pembentukan  fondasi atau pedoman  prinsip.  Wibisono  (2006a)  lebih  lanjut  menjelaskan  bahwa  fondasi  yang  dimaksud  adalah  Kemitraan,  Pemberdayaan,  Perbaikan  kinerja  yang  terintegrasi,  dan  Tim  yang  mandiri.  Dalam  hal  ini,  sistem  pengukuran  kinerja  berbasis  Performance  Prism  pun  secara  tersirat  mengutamakan  fondasi  kemitraan  terutama  di  antara  para  stakeholder  perusahaan.  Ini  dapat  dilihat  pada  lima  perspektif  yang  terdapat  pada  Performance  Prism yang bersinergi secara bersama untuk pencapaian kinerja perusahaan.  

 

Tahap  selanjutnya  adalah  Informasi  Dasar,  penulis  memandang  pada  tahapan  inilah  “state  of  the  art”  sebuah  sistem  pengukuran  kinerja  terletak  karena  pembentukan  informasi dasar akan sangat mempengaruhi apakah sebuah sistem pengukuran kinerja  berada  pada  jalur  yang  semestinya  dan  dapat  membantu  pencapaian  tujuan  sebuah  perusahaan. Sebuah perumusan informasi yang salah mungkin akan membuat waktu  yang  digunakan  dalam  pencapaian  tujuan  menjadi  lebih  lama  atau  bahkan  tidak  tercapai  sama  sekali,  sebaliknya  apabila  informasi  tersebut  diperoleh  dari  hasil  perumusan  dan  pengolahan  yang  tepat.  Performance  Prism  memberikan  kerangka  informasi  inti  yang  harus  didapat  oleh  perusahaan  dari  para  stakeholder‐nya  untuk  kemudian  dijabarkan  dalam  sistem  pengukuran  kinerja.  Perumusan  informasi  dalam  kerangka  Performance  Prism  (Neely,  Adams,  &  Kennerley,  2002)  diawali  dengan  melakukan  identifikasi  terhadap  stakeholder  perusahaan  mengenai  Stakeholders  Satisfaction dan Stakeholders Contribution.  

 

Tahap Ketiga merupakan tahap penerapan dengan menuangkan informasi dasar untuk  membentuk  visi  dan  misi  perusahaan  dan  menjalankan  strategi  yang  sesuai,  yang  selanjutnya  disusun  secara  sistematis  pada  kerangka  kerja  (framework)  sistem  pengukuran kinerja. Sejalan pula dengan hal tersebut, pada kerangka kerja Performance  Prism,  Stakeholder  Satisfaction  dan  Stakeholders  Contribution  berusaha  dicapai  dengan  melakukan identifikasi strategi yang sesuai, melakukan pengendalian terhadap proses  proses  terkait  strategi  tersebut  dan  memenuhi  kapabilitas  yang  dipersyaratkan  untuk 

(6)

pembuatan  variabel  atau  parameter  pengukuran  dapat  disusun  dengan  tetap  mempertahankan  keterkaitan  antara  parameter  dengan  hasil  identifikasi  serta  melakukan  benchmark  sebagai  bahan  pembanding  kinerja  perusahaan.  Pada  saat  penerapan  ini  harus  diuji  apakah  Sistem  Manajemen  Kinerja  tersebut  telah  dapat  mengakomodasikan  4  hal  utama  yaitu  pengukuran,  evaluasi,  diagnosis  dan  tindak  lanjut  yang  diperlukan  jika  kinerja  perusahaan/organisasi  menyimpang  dari  standar  yang telah ditetapkan (Wibisono; 2006a).  

 

Tahap  terakhir dari siklus sistem pengukuran kinerja adalah Tahap Penyegaran yang  merupakan  evaluasi  berkelanjutan  terhadap  sistem  yang  sedang  berjalan  yang  ditujukan  untuk  melihat  apakah  sistem  yang  ada  masih  sesuai  dengan  perubahan  perubahan yang terjadi di lingkungan stakeholder perusahaan.  

 

4.2.1.   Identifikasi  5  Sisi  Performance  Prism  pada  PT.  Indonesia  Power  UBP  Kamojang 

Sebelum dilakukan identifikasi performance prism, terlebih dahulu harus diketahui siapa  saja  yang menjadi  stakeholder  sebuah  perusahaan,  dan secara  umum stakeholder  dibagi  dalam  lima  kelompok  utama  yaitu;  Investor,  Pelanggan,  Pegawai,  Supplier,  serta  Pemerintah  dan  Lingkungan  sekitar.  Berikut  adalah  gambar  stakeholder  PT.  Indonesia  Power UBP Kamojang.                    Gambar 4.3. Stakeholder PT Indonesia Power UBP Kamojang  PT. Indonesia Power UBP Kamojang Kantor Pusat PENDANAAN PT. PLN P3B PELANGGAN Karyawan UBP Kamojang & Pers.

Pegawai PEGAWAI Mitra dan pabrikan

penyedia barang & jasa SUPPLIER Pemerintah & masyarakat sekitar pembangkitan PEMERINTAH & LINGKUNGAN

(7)

Selanjutnya identifikasi lima sisi Performance Prism akan dilakukan berdasar kelompok  stakeholder  tersebut,  yang  masing  masing  akan  meliputi  identifikasi  Stakeholder  Satisfaction, identifikasi Stakeholder Contribution, identifikasi Strategy, identifikasi Process,  dan identifikasi Capability. Adapun proses identifikasi tersebut dapat dipandu berdasar  lima pertanyaan berikut;  

1.  Apakah yang diinginkan serta dibutuhkan kelompok stakeholder dari PT. Indonesia  Power UBP Kamojang? 

2.   Apakah  yang  diinginkan  serta  dibutuhkan  PT.  Indonesia  Power  UBP  Kamojang  dari kelompok stakeholder ini? 

3.   Strategi apakah yang dapat digunakan untuk memenuhi keinginan dan kebutuhan  tersebut? 

4.   Proses manakah yang berhubungan dengan pelaksanaan strategi di atas? dan  5.   Kapabilitas  apa  yang  harus  dikembangkan  dan  dipelihara  oleh  PT.  Indonesia 

Power UBP Kamojang?   

4.2.1.1. Kelompok Stakeholder 1: Kantor Induk 

Sebagai  sebuah  unit  bisnis  pembangkitan,  PT  Indonesia  Power  UBP  Kamojang  tidak  memiliki  hubungan  langsung  dengan  investor,  dan  untuk  kepentingan  perancangan  sistem manajemen kinerja, kelompok stakeholder investor digantikan oleh Kantor Induk  PT. Indonesia Power yang dalam hubungan kerjanya merupakan penyedia dana bagai  proses  operasional  unit  bisnis.  Pun  demikian  secara  tidak  langsung  Kantor  Induk  memiliki  kepentingan  terhadap  performa  unit  salah  satunya  untuk  menarik  Investor  dalam melakukan investasi di bidang pembangkitan listrik.  

Berikut  adalah  tabel  yang  berisikan  identifikasi  terhadap  Kantor  Induk  sebagai  kelompok stakeholder pertama. 

       

(8)

Tabel 4.1. Identifikasi Performance Prism terhadap Kelompok Kantor Induk 

A.

• Konsistensi pemenuhan harapan oleh manajemen • Distribusi hasil kegiatan dan kinerja

• Optimalisasi laba

• Ketaatan terhadap kebijaksanaan perusahaan

B. • Modal kerja dan modal pengembangan (Anggaran)

• Pembagian resiko secara bersama • Sumbang saran dan umpan balik

C. • Efisiensi dan efektivitas biaya

• Penciptaan pembangkit prima • Penyusunan RKA unit jangka panjang

• Pengelolaan sumber daya untuk menghasilkan laba • Evaluasi pemenuhan kewajiban terhadap pusat

D.

• Tata administrasi dan keuangan perusahaan • Perencanaan dan tata kelola perusahaan •

• Pengelolaan aneka usaha

E. • Kepemimpinan

• Manajemen resiko

• Fokus pasar dan positioning • Manajemen pemeliharaan (ProHAR)

• Pengendalian administrasi (Teleska; ProDIN)

Kelengkapan dan ketepatan data sebagai alat evaluasi Apakah yang diinginkan serta

dibutuhkan kelompok stakeholder

dari PT. Indonesia Power UBP Kamojang?

KANTOR INDUK

NO URAIAN KELOMPOK STAKEHOLDER

Apakah yang diinginkan serta

dibutuhkan PT. Indonesia Power UBP Kamojang dari kelompok

stakeholder ini?

Strategi apakah yang dapat digunakan

untuk memenuhi keinginan dan kebutuhan tersebut?

Proses manakah yang berhubungan

dengan pelaksanaan strategi di atas?

Pemeliharaan dan perawatan peralatan pembangkitan

Kapabilitas apa yang harus

dikembangkan dan dipelihara oleh PT. Indonesia Power UBP Kamojang?

Tinjauan dan evaluasi manajemen terhadap kinerja perusahaan

Sistem Pengendalian keuangan (APARCM, ProTAN, ProANG, ProMON)

 

4.2.1.2. Kelompok Stakeholder 2: Pelanggan 

Kelompok  berikutnya  adalah  pelanggan.  Dalam  sistem  Single Buyer Multi Seller  yang  diberlakukan  di  Indonesia, pelanggan  tunggal  sistem  jual  beli  energi  listrik tidak lain  adalah  PT.  PLN  (Persero)  yang  dalam  hal  ini  ditangani  langsung  oleh  P3B  sebagai  penyalur  dari  pembangkitan  kepada  bagian  distribusi.  Sedangkan  pelanggan  lainnya  merupakan pelanggan dari sektor non‐core business dan jumlahnya sangatlah sedikit. Di  dalam  UBP  Kamojang,  pelanggan  tersebut  merupakan  pelanggan  tidak  tetap  dari  bisnis aneka usaha, antara lain penginapan, penyewa peralatan, dan lain‐lain. Berikut  tabel identifikasi pelanggan.  

(9)

Tabel 4.2. Identifikasi Performance Prism terhadap Kelompok Pelanggan 

A. • Ketepatan - Kualitas produk sesuai harapan

• •

• Mudah - Kemudahan untuk melakukan transaksi

B. • Laba - margin keuntungan untuk re-investasi

• Pertumbuhan - peningkatan penjualan •

C. • Peningkatan jam operasi pembangkit

• Perumusan harga secara tepat • Pelayanan terhadap pelanggan utama • Peningkatan kualitas produk

• Peningkatan keandalan pembangkit

D. • Tata operasional dan niaga pembangkitan

• Pemeliharaan pembangkitan

• Bidding energi dan kontrak kapasitas pembangkit • Pembinaan jaringan kerja

• Perencanaan dan tata kelola perusahaan

E. • Sistem manajemen mutu

• Sistem operasi dan niaga (ProNIA) • Manajemen hubungan pelanggan • Manajemen harga

• Pelayanan teknis

Proses manakah yang berhubungan

dengan pelaksanaan strategi di atas?

Kapabilitas apa yang harus

dikembangkan dan dipelihara oleh PT. Indonesia Power UBP Kamojang? Apakah yang diinginkan serta

dibutuhkan PT. Indonesia Power UBP Kamojang dari kelompok

stakeholder ini?

Strategi apakah yang dapat digunakan

untuk memenuhi keinginan dan kebutuhan tersebut?

Opini - umpan balik dan saran untuk kemajuan perusahaan

Kepercayaan - akses terhadap informasi yang dibutuhkan perusahaan

NO URAIAN

Murah - harga yang wajar sesuai dengan produk dan jasa

Apakah yang diinginkan serta

dibutuhkan kelompok stakeholder

dari PT. Indonesia Power UBP Kamojang?

PELANGGAN

Cepat - Ketepatan atau kecepatan serta keandalan pengiriman produk

KELOMPOK STAKEHOLDER

   

4.2.1.3. Kelompok Stakeholder 3: Pegawai 

Pegawai  merupakan  aset  yang  sangat  berharga  bagi  perusahaan,  dalam  hal  ini  yang  termasuk dalam kelompok stakeholder PT Indonesia Power UBP Kamojang adalah 325  karyawan  dan  karyawati  yang  tercatat  sebagai  pegawai  tetap  perusahaan.  Pegawai  tersebut  terikat  dalam  sebuah  wadah  yakni  Persatuan  Pegawai  UBP  Kamojang,  yang  berdiri  sebagai  mitra  bagi  perusahaan.  Suara  pegawai  seringkali  diwakili  oleh  perwakilan  mereka  dalam  Persatuan  Pegawai,  dan  komunikasi  intens  antara  Perusahaan  dan  Pegawai  terbina  dalam  wadah  ini.  Adapun  identifikasi  terhadap  kelompok stakeholder ini dapat dilihat pada tabel di halaman berikut. 

(10)

Tabel 4.3. Identifikasi Performance Prism terhadap Kelompok Pegawai 

A.

• •

• Upah - Total paket kompensasi

B. • Tenaga - Keahlian, produktivitas, fleksibilitas • Hati - Loyalitas, komitmen, pengalaman, moral • Pikiran - Kualifikasi, pengetahuan, kerjasama •

C. • Membangun budaya perusahaan yang dibutuhkan

• Mempertahankan dan membentuk SDM unggul • Menarik dan merekrut SDM terbaik

• Pengembangan saluran komunikasi pegawai • Penciptaan iklim kondusif dalam bekerja

D. • Monitoring penerapan budaya perusahaan

• Pendidikan dan pelatihan pegawai • Mentoring calon calon pegawai (Co-OP) • Pembangunan dan pemeliharaan KKC

• Pengawasan keamanan dan keselamatan kerja • Pengukuran dan Penilaian kinerja pegawai

E. • Sistem Pengelolaan SDM (P3JJ)

• IP-HAPPPI

• Training Need Analysis • Punish & Reward System • Standar rekruitmen

• Sistem keamanan dan keselamatan kerja • 360oemployee valuation

• Sistem renumerasi

KELOMPOK STAKEHOLDER

Tujuan - minat kerja, desain pekerjaan, kebanggaan terhadap pencapaian, dukungan perusahaan

Suara - sumbang saran, kontribusi, keragaman, budaya Keahlian - Keahlian yang bermanfaat, Ketersediaan dan kualitas diklat, akses terhadap pengetahuan dan bimbingan

Perhatian - penghargaan, perlakuan wajar dan pasti, lingkungan fisik, kebijakan, moral dan prospek

PEGAWAI

NO URAIAN

Apakah yang diinginkan serta

dibutuhkan kelompok stakeholder

dari PT. Indonesia Power UBP Kamojang?

Apakah yang diinginkan serta

dibutuhkan PT. Indonesia Power UBP Kamojang dari kelompok

stakeholder ini?

Strategi apakah yang dapat digunakan

untuk memenuhi keinginan dan kebutuhan tersebut?

Proses manakah yang berhubungan

dengan pelaksanaan strategi di atas?

Kapabilitas apa yang harus

dikembangkan dan dipelihara oleh PT. Indonesia Power UBP Kamojang?

 

4.2.1.4. Kelompok Stakeholder 4: Supplier 

Supplier  yang  dimaksud  di  sini  terdiri  dari  dua  golongan  yaitu  pabrikan  atau  vendor  material  pemeliharaan  dan  atau  peralatan  serta  mitra  mitra  penyedia  barang  &  jasa  yang  bertindak  sebagai  broker  dalam  pengadaan  barang  dan  jasa  tersebut.  Sebagai  BUMN,  ini  sejalan  dengan  amanat  pemerintah  untuk  mengangkat  rekanan  dalam  rangka menaikkan taraf hidup masyarakat utamanya golongan ekonomi menengah ke  bawah. 

   

(11)

Tabel 4.4. Identifikasi Performance Prism terhadap Kelompok Supplier 

A. • Laba - margin keuntungan untuk re-investasi

• Pertumbuhan - peningkatan penjualan •

B. • Ketepatan - Kualitas produk sesuai harapan

• •

• Mudah - Kemudahan untuk melakukan transaksi

C.

• Kepastian dan keamanan pengadaan barang/jasa •

D. • Realisasi kebutuhan belanja barang dan jasa

• Penerimaan dan pelunasan tagihan • Pengukuran dan penilaian kinerja suplier • Permintaan anggaran tunai

• Penerimaan pekerjaan dan atau barang

E. • Keahlian negosiasi pembelian

• E-procurement

• Sistem pengelolaan pembayaran (APARCM) • Akreditasi dan audit suplier

• Database harga pengadaan barang/jasa KELOMPOK STAKEHOLDER

Opini - umpan balik dan saran untuk kemajuan perusahaan

Pengembangan performa supplier - kualitas, pengiriman, pelayanan

Kepercayaan - akses terhadap informasi yang dibutuhkan perusahaan

Murah - harga yang wajar sesuai dengan produk dan jasa

Cepat - Ketepatan atau kecepatan serta keandalan pengiriman produk

SUPLIER

Percepatan waktu pemenuhan kewajiban terhadap suplier dan rekanan

NO URAIAN

Apakah yang diinginkan serta

dibutuhkan kelompok stakeholder

dari PT. Indonesia Power UBP Kamojang?

Apakah yang diinginkan serta

dibutuhkan PT. Indonesia Power UBP Kamojang dari kelompok

stakeholder ini?

Strategi apakah yang dapat digunakan

untuk memenuhi keinginan dan kebutuhan tersebut?

Proses manakah yang berhubungan

dengan pelaksanaan strategi di atas?

Kapabilitas apa yang harus

dikembangkan dan dipelihara oleh PT. Indonesia Power UBP Kamojang?

 

4.2.1.5. Kelompok Stakeholder 5: Pemerintah & Komunitas Lainnya 

Stakeholder kelima terdiri dari dua golongan yaitu Pemerintah dan Lingkungan sekitar  PT  Indonesia  Power  UBP  Kamojang.  Seiring  dengan  semangat  otonomi  daerah,  pemerintah  dan  lingkungan  yang  dimaksud  adalah  Pemerintah  Daerah  di  mana  PT  Indonesia  Power  UBP  Kamojang  berlokasi  serta  masyarakat  dan  organisasi  sekitar  pembangkitan.  Namun  demikian,  Pemerintah  Indonesia  dan  badan  regulator  lainnya  pun tidak bisa turut diabaikan mengingat dua kelompok ini juga memegang peranan  penting dalam perkembangan dan kelangsungan usaha perusahaan.  

(12)

Tabel 4.5. Identifikasi Performance Prism terhadap Kelompok Pemerintah &  Komunitas Lainnya. 

A. • Hukum - Perusahaan taat terhadap peraturan

• •

• Kerja - Porsi pekerjaan terhadap komunitas sekitar

• • •

B.

• Berdasar - peraturan memiliki dasar penerapan

• Jelas - peraturan tidak membingungkan

• Saran - saran penerapan dari badan pengatur

• Reputasi - Reputasi positif dan kuat di lingkungan

• Keahlian - keahlian khusus yang dimiliki komunitas

• Supplier - Ketersediaan suplier handal dari komunitas

C. • Pengembangan community development

• Ketaatan terhadap peraturan yang berlaku

• Kepedulian dan tanggung jawab

• Pembinaan dan pengawasan lingkungan sekitar

D.

• Seleksi pendanaan dan donasi

• Pemutakhiran peraturan yang berlaku

• Review dan persiapan peraturan yang akan berlaku

• Pemeliharaan saluran komunikasi eksternal

• Perencanaan kebutuhan sumber daya lokal

E. • Sistem manajemen lingkungan

• Standar seleksi pendanaan dan donasi

• •

• Database peraturan peraturan terkini

Proses manakah yang berhubungan

dengan pelaksanaan strategi di atas?

Kapabilitas apa yang harus

dikembangkan dan dipelihara oleh PT. Indonesia Power UBP Kamojang? Apakah yang diinginkan serta

dibutuhkan PT. Indonesia Power UBP Kamojang dari kelompok

stakeholder ini?

Strategi apakah yang dapat digunakan

untuk memenuhi keinginan dan kebutuhan tersebut?

Penegakan hukum - peraturan diterapkan dan dapat menjamin usaha

Dukungan - dari komunitas terhadap usaha dan proses bisnis perusahaan

NO URAIAN

Apakah yang diinginkan serta

dibutuhkan kelompok stakeholder

dari PT. Indonesia Power UBP Kamojang?

Hubungan dengan regulator, pemda, tokoh komunitas serta lembaga penekan lainnya (LSM)

PEMERINTAH DAN KOMUNITAS LAINNYA

Keamanan - Perusahaan menjamin elemennya tidak membahayakan

Jujur - Perusahaan mengkomunikasikan apa yang dikerjakan dan melaksanakan komitmennya Konsisten - Perusahaan mempertahankan dan menumbuhkan sumbangsih terhadap komunitas

Penyediaan dan pengembangan keahlian dan lapangan pekerjaan

Perencanaan kebutuhan program community development

KELOMPOK STAKEHOLDER

Sejahtera - Perusahaan berperan dalam peningkatan kesejahteraan komunitas sekitar

Integritas - Perusahaan berprilaku secara jujur, bertanggungjawab, dan dermawan

   

4.2.2. Identifikasi dan Verifikasi KPI 

Setelah  identifikasi  stakeholder  berdasar  kerangka  performance  prism  selesai  dilakukan,  langkah  berikutnya  adalah  menuangkan  identifikasi  tersebut  dalam  indikator  atau  parameter  pengukuran  kinerja.  Langkah  pertama,  penulis  mengumpulkan  berbagai  pendapat  mengenai  KPI  yang  seharusnya  diukur  dalam  usaha  mencapai  kinerja  perusahaan  yang  baik.  Data  ini  diperoleh  dengan  jalan  melakukan  brainstorming 

(13)

terhadap responden yang dianggap kompeten dan memiliki pengetahuan pada masing  masing  fungsi  manajemen  di  dalam  PT  Indonesia  Power  UBP  Kamojang  sesuai  bidangnya.  

 

Berdasar  hasil  brainstorming  tersebut  dan  dengan  mempertimbangkan  parameter  pengukuran kinerja yang selama ini dijalankan di PT Indonesia Power UBP Kamojang,  penulis  mengumpulkan  beberapa  item  KPI  dan  melakukan  pengklasifikasian  sesuai  dengan kerangka dasar performance prism yang telah dibentuk sebelumnya. 

 

Sedangkan  sebagai  validasi  dalam  rangka  mendapatkan  hasil  penelitian  yang  akurat  dan  handal,  kerangka  KPI  yang  telah  dirumuskan  oleh  penulis  didiskusikan  kembali  dengan  tim  ahli  yang  selama  ini  ditunjuk  untuk  melakukan  pemantauan  terhadap  kinerja  UBP  Kamojang,  sehingga  didapat  suatu  daftar  KPI  dengan  batasan  batasan  yang saling terkait sebagai suatu proses untuk menciptakan nilai bagi para stakeholder.  Adapun daftar KPI setelah divalidasi oleh tim ahli PT Indonesia Power UBP Kamojang  adalah sebagaimana tertera dalam halaman berikutnya. 

(14)

46

Tabel. 4.6. Daftar Parameter Kinerja PT Indonesia Power UBP Kamojang berdasar Performance Prism 

A. • • Tingkat kepuasan pelanggan (Survey) • Tingkat kepuasan pegawai (Survey)

• Benchmark daya kompetisi (kualitas/layanan/nilai) • Perputaran pegawai keluar dan masuk

• Tingkat kegagalan berulang • Tingkat komplain pelanggan • Profil alasan pegawai keluar (interview)

• Jumlah dan bobot temuan audit dari Pusat • Tingkat penghematan pembelian • Tingkat keluhan pegawai

• Tingkat pencapaian laba • Retur atau kegagalan pembelian • Relevansi dan kualitas pendidikan dan pelatihan

• Performa laporan keuangan

B. • Deviasi persetujuan anggaran oleh kantor pusat • Analisa profitabilitas pelanggan • Penjualan per biaya kepegawaian

• • Loyalitas pelanggan • Output / Produktivitas pegawai

• Nilai bisnis yang hilang (akibat kompetitor) • Absensi pegawai

• • Umpan balik dan saran dari customer • Umpan balik dari pegawai / PP

• Penerimaan data forecast permintaan energi • Pengembangan performa pegawai

• Tingkat sosialisasi peraturan dan kebijakan pusat • Akurasi forecast permintaan • Kemauan untuk menambah keahlian

C. • • Tren penyediaan energi listrik • Tingkat penerapan budaya perusahaan

• Tren kenaikan penjualan / Rencana Operasi Harian • Tingkat keahlian pegawai • Jam kerja operasi pembangkit dalam setahun • Tingkat kualitas tegangan dan frekuensi • Tingkat penerimaan pegawai baru

• Pembuatan dan evaluasi RJP unit dalam laporan • • Tingkat inovasi pegawai

• Jumlah pemakaian sendiri energi listrik • Tren temuan audit bidang kepegawaian & SDM

• Rasio laba bersih dengan biaya • Tingkat gangguan/derating operasi pembangkitan • Tingkat performa saluran komunikasi pegawai • Jumlah kewajiban yang berhasil diselesaikan • Deviasi negatif capacity factor thd load factor

D. • Tingkat kerusakan berulang • Ketersediaan Energi Listrik (EAF) • Laporan dan kuesioner budaya perusahaan

• Tingkat kecepatan masa pemeliharaan • • Tingkat pendidikan dan pelatihan pegawai

• • Hasil uji calon calon pegawai (CoOP)

• Tingkat ketidaksiapan tak terencana (EFOR) • Tingkat penggunaan KKC • Respon per bagian dlm penyelesaian masalah • Frekuensi ketidaksiapan mendadak (SOF) • Tingkat kecelakaan kerja

• Jumlah penghasilan aneka usaha • Temuan audit internal bidang operasi dan niaga • Pencapaian target kinerja per pegawai • Tingkat biaya operasi dan pemeliharaan per KwH • Penambahan nilai penjualan energi / ROH

E. • Konsistensi penggunaan sistem dan aplikasi • Tingkat penerapan SMM • Tingkat pemanfaatan sistem P3JJ

• Laporan manajemen resiko • Tingkat penerapan ProNIA • Konsistensi penerapan IP HAPPPI

• Penilaian terhadap brand • Penerimaan kas dari penjualan • Konsistensi penyusunan TNA

• Tren temuan audit pusat • Harga jual komparatif (benchmark) • Tingkat penerapan punish & reward system

• Tingkat respon teknis terhadap keluhan pelanggan • Pemenuhan standar rekrutment • Tingkat penerapan SMK3 Ketepatan penyampaian laporan per bagian sesuai

permintaan kantor pusat

Stakeholder Contribution Measures

Stakeholder-related Strategy Measures

Stakeholder-related Process Measures

Stakeholder-related Capability Measures

Ketepatan permintaan pengiriman alokasi tunai minggu I & III / bulan

Deviasi realisasi dengan anggaran biaya & pengeluaran lainnya

Temuan audit internal bidang pemeliharaan dan administrasi keuangan

NO URAIAN INDUK PERUSAHAAN DAN INVESTORKELOMPOK STAKEHOLDER PT INDONESIA POWER UBP KAMOJANGPELANGGAN PEGAWAI

Faktor terencana terhadap ketidaksiapan energi (POF) Tingkat kecepatan masuk dalam jaringan interkoneksi Stakeholder Satisfaction Measures

Sumbang saran atau bimbingan permasalahan pada unit oleh pusat

(15)

A. • Tingkat kepuasan supplier (Survey) • Tingkat pengulangan ketidakpatuhan peraturan • Tren pembelanjaan rata rata per rekanan • Tingkat dukungan terhadap komunitas lokal • Rata rata retensi suplier (masa kerja) • Tingkat aktivitas kelompok penekan • Tingkat perubahan kontrak/spesifikasi • Persepsi masyarakat terhadap perusahaan

• Tingkat investasi infrastruktur lokal •

B. • Kontribusi supplier terhadap efisiensi dan penerimaan • Tingkat respon terhadap permintaan perusahaan

• Tingkat komplain terhadap performa supplier • Tingkat sumbangsih pemerintah thd pengembangan

• Tingkat ketidaktepatan kualitas • Tingkat sumbangsih komunitas thd pengembangan

• Tingkat keterlambatan pengiriman • Jumlah dan kualitas rekruitmen lokal

• Tingkat permasalahan purna jual • Nilai dan kualitas pengadaan lokal

• Tingkat sumbang saran supplier terhadap perbaikan • Tingkat gangguan dari komunitas lokal

C. • Tren performa supplier • Jumlah dan nilai program community development

• Tingkat pembatalan kontrak • Tren temuan audit kepatuhan

• Tren waktu pembayaran • Tingkat respon perusahaan terhadap lingkungan

• Tren waktu penyelesaian kontrak •

D. • Tingkat penyelesaian rencana kebutuhan •

• Jangka waktu pembayaran

• Jangka waktu proses pembuatan kontrak • Proporsi pengalokasian dana dan donasi • Jangka waktu penyelesaian berita acara • Temuan atas audit kepatuhan

• Tingkat kelengkapan anggaran tunai • Tingkat respon terhadap peraturan yang baru

• Tingkat respon terhadap supplier • Tingkat kemudahan penyampaian inf. eksternal

• Temuan internal audit terkait proses logistik • Tingkat penggunaan sumber daya lokal

E. • Nilai tambah dari negosiasi pembelian • Tingkat penerapan SML

• Jumlah kontrak diproses melalui e-proc • Pemenuhan standar seleksi pendanaan & donasi

• Tingkat kepatuhan prosedur APARCM •

• Raport suplier

• Tingkat kelengkapan database harga • Tingkat kelengkapan database peraturan

• Jumlah keahlian dan lapangan kerja bagi lingkungan Stakeholder-related Capability Measures

Stakeholder Satisfaction Measures

Stakeholder Contribution Measures

Stakeholder-related Strategy Measures

Stakeholder-related Process Measures

Kualitas hubungan dengan lingkungan sekitar dan regulator

Jumlah deviasi rencana & realisasi program community development

Tren temuan internal audit terkait proses pengadaan barang & jasa

Tingkat pemenuhan kewajiban perusahaan terhadap lingkungan dan pemerintah

SUPLIER DAN REKANAN PEMERINTAH DAN KOMUNITAS LAINNYA

Tingkat penciptaan pekerjaan (langsung/tak langsung)

KELOMPOK STAKEHOLDER PT INDONESIA POWER UBP KAMOJANG

NO URAIAN

(16)

Adapun  batasan‐batasan  sebagai  kriteria  yang  akan  digunakan  sebagai  validasi  hasil  kuesioner  adalah  peta  hubungan  antar  parameter  kinerja  dengan  kerangka  dasar  performance  prism  (terlampir).  Bagan  ini  dirancang  untuk  menentukan  apakah  KPI  berdasar tabulasi penilaian yang diberikan oleh para responden ahli melalui kuesioner  dapat  digunakan  lebih  lanjut  atau  tidak.  Apabila  salah  satu  KPI  ternyata  tidak  konsisten terhadap kriteria tersebut maka KPI terkait tidak akan digunakan, sebaliknya  KPI  akan  diberikan  bobot  berdasar  metode  Analytic  Hierarchy  Process  (AHP)  apabila  memenuhi  kriteria.  Namun  untuk  lebih  mengerucutkan  KPI  pada  kerangka  yang  sesuai,  sebelumnya  penulis  menggunakan  model  Gauging  Absence  Pre‐requisite  (GAP)  analysis untuk menentukan tingkat kebutuhan perusahaan terhadap KPI tersebut pada  masa ini. Sebagaimana dijelaskan oleh Wibisono (2006b) bahwa analisa tersebut dapat  digunakan  untuk  menentukan  perbedaan  antar  prasyarat  yang  diinginkan  terhadap  kondisi lingkungan perusahaan. 

 

4.2.3. Pembobotan KPI dan Pengukuran Kinerja 

Parameter  parameter  kinerja  yang  telah  dirumuskan  dituangkan  dalam  bentuk  kuesioner dan disebarkan kepada tujuh responden ahli yang masing masing mewakili  fungsi  manajemen  yaitu  fungsi  Operasi  dan  Niaga,  fungsi  Pemeliharaan,  fungsi  Perencanaan dan Enjiniring, fungsi Logistik, fungsi Keuangan, fungsi Sistem dan SDM,  serta  fungsi  Humas.  Guna  mencegah  bias  terhadap  pertanyaan  pertanyaan  dalam  kuesioner,  maka  dalam  pola  pengisian  kuesioner  penulis  mengadakan  wawancara  langsung terhadap masing masing responden, dan responden melakukan pembobotan  terhadap  isi  kuesioner  pada  saat  yang  bersamaan.  Tabulasi  dalam  hal  ini  dilakukan  setelah seluruh kuesioner telah terkumpul sebagaimana dalam lampiran. Pada tabulasi  tersebut,  bobot  rata  rata  masing  masing  KPI  dapat  dtentukan  dan  dilakukan  pengolahan  lebih  lanjut  dengan  menggunakan  GAP  Analysis  untuk  menentukan  prioritas kebutuhan perusahaan terhadap masing‐masing parameter kinerja. 

(17)

Penulis  membagi  masing  masing  dimensi  performance  prism  pada  lima  interval  yang  mewakili lima kategori permasalahan menurut Kochtar sebagaimana dikutip Wibisono  (2006b): 

Kategori  1  :  Ini  mengindikasikan  permasalahan  serius  yang  harus  segera  dipecahkan  dalam  jangka  pendek,  dan  pemecahan  masalahnya  akan  segera  berdampak  terhadap  keuntungan perusahaan. 

Kategori  2  :  Mengindikasikan  permasalahan  serius  sebagai  prasyarat  dan  karenanya  akan  lebih  tepat  diselesaikan  dengan  pengembangan  yang  sesuai  dan  logis  serta  rencana implementasi. 

Kategori  3  :  Bukan  merupakan  permasalahan  serius,  dan  dapat  segera  diselesaikan.  Jika berhasil, akan mendatangkan keuntungan jangka pendek. 

Kategori 4 : Bukan merupakan permasalah serius, meskipun dapat segera dipecahkan  memiliki kecenderungan tidak akan mendatangkan keuntungan dalam jangka pendek.  Oleh karenanya, ini akan diselesaikan apabila merupakan prasyarat dari hal lainnya.  Kategori  5  :  Ini  bukanlah  titik  permasalahan  sesungguhnya,  merupakan  pertanyaan  yang berhubungan dengan identifikasi terhadap situasi tertentu yang dapat digantikan  oleh pertanyaan lainnya. 

 

Dengan demikian, parameter kinerja dengan bobot yang tertinggi akan masuk dalam  ketegori  1,  sebaliknya  parameter  kinerja  dengan  bobot  yang  terkecil  masuk  dalam  kategori  5,  dan  parameter  lainnya  sesuai  intervalnya  akan  dialokasikan  pada  masing  masing kategori lainnya. Berikut adalah hasil pengkategorian parameter kinerja di UBP  Kamojang.             

(18)

Tabel 4.7. Kategori GAP Analysis terhadap Parameter Kinerja 

   

(19)

Tabel 4.7. (Lanjutan) Kategori GAP Analysis terhadap Parameter Kinerja 

(20)

Tabel 4.7. (Lanjutan) Kategori GAP Analysis terhadap Parameter Kinerja 

 

Sesuai  dengan  GAP  Analysis,  KPI  yang  akan  diolah  lebih  lanjut  adalah  yang  masuk  dalam  kategori  1  dan  2.  Akan  tetapi  parameter  yang  lolos  pun  masih  harus  diuji  konsistensinya  terhadap  peta  performance  prism  PT  Indonesia  Power  UBP  Kamojang  yang telah dibuat sebelumnya, dan diperoleh 67 KPI sebagaimana dalam bagan bagan  berikut: 

(21)

Deviasi realisasi dengan anggaran biaya & pengeluaran lainnya

Jam kerja operasi pembangkit dalam setahun

Pembuatan dan evaluasi RJP unit dalam laporan

Jumlah pemakaian sendiri energi listrik

Rasio laba bersih dengan biaya / Harga Pokok Produksi

Jumlah kewajiban yang berhasil diselesaikan

Tingkat kerusakan berulang

Tingkat kecepatan masa pemeliharaan

Temuan audit internal bidang pemeliharaan

dan keuangan

Respon per bagian dlm penyelesaian masalah

Jumlah penghasilan aneka usaha

Tingkat biaya operasi dan pemeliharaan per

KwH PROCESS STRATEGY

STAKEHOLDER SATISFACTION

Ketepatan penyampaian laporan per bagian sesuai peraturan Tingkat kegagalan berulang Jumlah dan bobot temuan audit dari

Pusat Tingkat pencapaian laba Performa laporan keuangan

STAKEHOLDER CONTRIBUTION

Deviasi persetujuan anggaran oleh kantor pusat

Ketepatan permintaan pengiriman alokasi tunai minggu I & III / bln Sumbang saran atau bimbingan permasalahan pada unit oleh pusat

Tingkat sosialisasi peraturan dan kebijakan pusat CAPABILITY Konsistensi penggunaan sistem dan aplikasi Laporan manajemen resiko Penilaian terhadap brand

Tren temuan audit pusat

(22)

54

Tren penyediaan energi listrik

Tren kenaikan penjualan / Rencana Operasi Harian

Tingkat kualitas tegangan dan frekuensi

Tingkat kecepatan masuk dalam jaringan interkoneksi

Tingkat gangguan dan derating operasi pembangkitan

Deviasi negatif capacity factor terhadap load factor Ketersediaan Energi Listrik (EAF) Faktor terencana terhadap ketidaksiapan energi (POF) Tingkat ketidaksiapan tak terencana (EFOR)

Frekuensi ketidaksiapan mendadak (SOF)

Temuan audit internal bidang operasi dan

niaga

Penambahan nilai penjualan energi / ROH

PROCESS STRATEGY

STAKEHOLDER SATISFACTION

Tingkat kepuasan pelanggan (Survey)

Benchmark daya kompetisi (kualitas/layanan/nilai) Tingkat komplain pelanggan Tingkat penghematan pembelian Retur atau kegagalan pembelian

CAPABILITY Tingkat penerapan SMM Tingkat penerapan ProNIA Penerimaan per penjualan

Harga jual komparatif (benchmark)

STAKEHOLDER CONTRIBUTION

Analisa profitabilitas pelanggan Loyalitas pelanggan Nilai bisnis yang hilang (akibat

kompetitor) Umpan balik dan saran dari

customer Penerimaan data forecast

permintaan energi Akurasi forecast permintaan

Tingkat respon teknis terhadap keluhan

pelanggan

(23)

  Gambar 4.6. Peta Konsistensi antar KPI pada Lingkup Stakeholder Pegawai 

(24)

56

  Gambar 4.7. Peta Konsistensi antar KPI pada Lingkup Stakeholder Supplier 

(25)

  Gambar 4.8. Peta Konsistensi antar KPI pada Lingkup Stakeholder Pemerintah & Komunitas Lainnya 

(26)

Nampak  dalam  peta  konsistensi  antar  KPI  pada  Lingkup  Stakeholder  Pelanggan  dilakukan pencoretan satu KPI yaitu penerimaan data forecast permintaan energi. Ini  dikarenakan  KPI  tersebut  tidak  terkait  dengan  salah  satu  strategi  ataupun  proses  dalam mewujudkan kebutuhan pelanggan. Daftar KPI yang akan dipergunakan dalam  sistem  pengukuran  kinerja  UBP  Kamojang  dengan  demikian  dapat  disusun  sebagai  berikut: 

Tabel 4.8. Parameter Kinerja PT Indonesia Power UBP Kamojang 

STAKEHOLDER : KANTOR INDUK

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 STAKEHOLDER : PELANGGAN 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29

Jam kerja operasi pembangkit dalam setahun

Tingkat biaya operasi dan pemeliharaan per KwH Tingkat kerusakan berulang

Tingkat kecepatan masa pemeliharaan

Rasio laba bersih dengan biaya / Harga Pokok Produksi

NO

Performa laporan keuangan Tingkat pencapaian laba

Tingkat kepuasan pelanggan (Survey)

Benchmark daya kompetisi (kualitas/layanan/nilai)

KEY PERFORMANCE INDICATOR

Ketepatan permintaan pengiriman alokasi tunai minggu I & III / bln

Tren temuan audit pusat

Jumlah kewajiban yang berhasil diselesaikan Tingkat sosialisasi peraturan dan kebijakan pusat

Konsistensi penggunaan sistem dan aplikasi Laporan manajemen resiko

Respon per bagian dlm penyelesaian masalah

Tingkat komplain pelanggan Tingkat penghematan pembelian Tingkat kualitas tegangan dan frekuensi Nilai bisnis yang hilang (akibat kompetitor)

Faktor terencana terhadap ketidaksiapan energi (POF) Tingkat ketidaksiapan tak terencana (EFOR)

Frekuensi ketidaksiapan mendadak (SOF)

Tingkat kecepatan masuk dalam jaringan interkoneksi Tingkat gangguan dan derating operasi pembangkitan Ketersediaan Energi Listrik (EAF)

Harga jual komparatif (benchmark) Tingkat penerapan SMM

(27)

Tabel 4.8. (Lanjutan) Parameter Kinerja PT Indonesia Power UBP Kamojang  STAKEHOLDER : PEGAWAI 30 31 32 33 34 35 36 37 38 39 40 41 42 43 44 STAKEHOLDER : SUPPLIER 45 46 47 48 49 50 51 52 53 54 55 56

STAKEHOLDER : PEMERINTAH & LINGKUNGAN

57 58 59 60 61 62 63 64 65 66 67

Tingkat inovasi pegawai

NO KEY PERFORMANCE INDICATOR

Tingkat penerapan budaya perusahaan Tingkat keahlian pegawai

Penjualan per biaya kepegawaian Output / Produktivitas pegawai

Tingkat pendidikan dan pelatihan pegawai Tingkat kepuasan pegawai (Survey)

Relevansi dan kualitas pendidikan dan pelatihan Pengembangan performa pegawai

Kemauan untuk menambah keahlian

Pemenuhan standar rekrutment Tingkat penerapan SMK3

Tingkat penerapan punish & reward system Tingkat kecelakaan kerja

Pencapaian target kinerja per pegawai

Tingkat ketidaktepatan kualitas Tingkat keterlambatan pengiriman Tingkat perubahan kontrak/spesifikasi Tingkat kepuasan supplier (Survey)

Tren temuan internal audit terkait proses pengadaan barang & jasa Tingkat penyelesaian rencana kebutuhan

Jangka waktu pembayaran Tren performa supplier Tren waktu pembayaran

Persepsi masyarakat terhadap perusahaan Tingkat pengulangan ketidakpatuhan peraturan Temuan internal audit terkait proses logistik Nilai tambah dari negosiasi pembelian Jumlah kontrak diproses melalui e-proc

Tingkat respon perusahaan terhadap lingkungan

Tingkat pemenuhan kewajiban prshn thd lingkungan & pemerintah Tingkat gangguan dari komunitas lokal

Tingkat penciptaan pekerjaan (langsung/tak langsung) Tingkat sumbangsih pemerintah thd pengembangan

Tingkat penerapan SML

Kualitas hubungan dengan lingkungan sekitar dan regulator Temuan atas audit kepatuhan

Tingkat respon terhadap peraturan yang baru

Pembobotan  akhir  terhadap  KPI  dilakukan  terhadap  67  item  tersebut  di  atas  dengan  menggunakan model AHP yang diselenggarakan dengan software bantuan yaitu expert  choice  versi  11.  Pada  model  ini  terlebih  dahulu  disusun  hirarki  performance  prism  sebagaimana gambar di bawah ini. 

(28)

60

(29)

Selanjutnya  responden  ahli  kembali  diminta  untuk  melakukan  pengisian  kuesioner  expert choice pada tingkat satu guna membedakan pembobotan kepentingan di antara  kelima stakeholder PT Indonesia Power UBP Kamojang dengan hasil sebagai berikut.    Gambar 4.10. Hasil Pembobotan Hirarki Performance Prism Level Satu   

Tampak  dalam  grafik  tersebut,  pembobotan  kelima  stakeholder  PT  Indonesia  Power  UBP  Kamojang  memiliki  inkonsistensi  0,01  dan  dengan  demikian  tingkatan  tersebut  masih  dapat  diterima  karena  berada  dibawah  batas  inkonsistensi  matriks  sebesar  0,1.  Dari  grafik  juga  dapat  dilihat  bahwa  stakeholder  yang  dianggap  memiliki  posisi  terpenting  adalah  pelanggan,  kantor  induk,  pegawai,  dan  selanjutnya  berturut  turut  adalah  pemerintah  &  komunitas  lainnya  serta  supplier  dan  rekanan  atau  mitra  kerja  lainnya. 

 

Bobot  masing  masing  KPI  akan  didapat  dengan  mengkombinasikan  masing  masing  hirarki, sebagaimana gambar di bawah ini. 

(30)

 

Gambar 4.11. Hasil Pembobotan Parameter Kinerja PT. Indonesia Power UBP 

Kamojang   

(31)

 

Gambar 4.11. (Lanjutan) Hasil Pembobotan Parameter Kinerja PT. Indonesia Power 

UBP Kamojang   

Dapat  dilihat  inkonsistensi  KPI  di  atas  masih  di  bawah  0,1  atau  tepatnya  0,01  yang  berarti  bahwa  KPI  tersebut  dapat  diterima  konsistensinya.  EAF  dalam  hal  ini  merupakan  parameter  kinerja  dengan  bobot  yang  paling  tinggi  sedangkan  parameter  kinerja dengan bobot terendah tersebar pada stakeholder rekanan dan mitra kerja, yaitu  terdiri  dari  tingkat  kepuasan  supplier,  tingkat  perubahan  kontrak,  tren  performa  supplier,  tren  temuan  audit  bidang  pengadaan,  jangka  waktu  pembayaran,  dan  nilai  tambah yang didapat dari negosiasi pembelian.  

 

Parameter  kinerja  di  atas  dapat  digunakan  sebagai  patokan  awal  untuk  menentukan  pencapaian  kinerja  PT  Indonesia  Power  UBP  Kamojang.  Prestasi  perusahaan  akan  dihitung  berdasar  bobot  KPI  tersebut,  KPI  yang  lebih  berpengaruh  terhadap  pencapaian  tujuan  perusahaan  tentunya  akan  memiliki  bobot  yang  lebih  tinggi  dibandingkan dengan yang lainnya, namun bukan berarti KPI lainnya diabaikan. Dan  dalam perjalanan perusahaan, parameter parameter ini harus dievaluasi secara berkala 

(32)

dan dilakukan perubahan apabila dipandang tidak lagi mewakili lingkungan usaha PT  Indonesia Power UBP Kamojang. 

 

Selanjutnya model pengukuran kinerja berdasar performance prism tersebut diatas dapat  dipadukan  dengan  model  scoring  system  seperti  halnya  OMAX  (Objective  Matrix)  sebagaimana fungsinya untuk menyamakan skala nilai dari masing masing indikator,  sehingga  pengelola  perusahaan  akan  mampu  mengukur  dan  menentukan  tingkat  pencapaian  terhadap  masing  masing  parameter  yang  ada.  OMAX  merupakan  model  pengukuran  terkelompok,  berdasar  tujuan,  dan  sekaligus  alat  untuk  mendorong  motivasi. Adapun skema penilaian berdasar model OMAX  dapat dilihat pada gambar  di bawah ini. 

Gambar 4.12. Skema Penilaian berdasar Objective Matrix (OMAX)   

Sebagaimana  dijabarkan  oleh  Parsons  (2001),  OMAX  memiliki  keunggulan  dikarenakan empat hal berikut: 

• Kemampuan  untuk  menormalisasi  satuan  satuan  dari  spesifikasi  pengukuran  yang berbeda. 

• Fleksibilitas  dalam  mengakomodasi  kualitas  pengukuran,  waktu,  keamanan,  prilaku pegawai, produktivitas, dan hasil. 

(33)

• Orientasi  keluaran  dibandingkan  secara  sederhana  dengan  aktivitas  pengukuran, dan 

• Kemampuan  untuk  melakukan  pengukuran  kontra  prestasi  dan  menggabungkannya dalam satu produk yang menyeluruh. 

 

Skema  OMAX  di  atas  terbagi  menjadi  tiga  bagian  yaitu  bagian  A,  B  dan  C  (Anggadinata, 1997) yang masing masing dapat dijelaskan sebagai berikut. 

Bagian  A,  merupakan  bagian  Defining  atau  menentukan  faktor  faktor  yang  mempengaruhi kinerja perusahaan. Dalam hal ini telah didapat KPI 1 sampai dengan  67  yang  masing  masing  mewakili  kelompok  stakeholder  PT  Indonesia  Power  UBP  Kamojang.  Baris  Performance  merupakan  hasil  pencapaian  kinerja  aktual  UBP  Kamojang pada masing masing KPI tersebut. 

Bagian  B,  adalah  bagian  Quantifying,  di  bagian  ini  ditentukan  pembagian  level  pencapaian  kinerja  dari  level  10  sampai  dengan  level  terendah  atau  nol.  Level  10  merupakan  pencapaian  tertinggi  atau  target  yang  telah  ditentukan  oleh  perusahaan  melalui  mekanisme  kontrak  antara  General  Manager  UBP  dengan  Direktur  PT.  Indonesia Power. Tingkat pencapaian awal saat matriks dioperasikan diletakkan pada  level 3, dan dibawah level 3 adalah pencapaian yang lebih buruk dari kinerja awal atau  saat matriks dioperasikan. Besaran matriks dapat diperoleh dengan membagi interval  antara level 10 sampai dengan level 3 dan interval level 3 sampai dengan level 0. 

Bagian C, adalah bagian Monitoring sebagai analisa terhadap score, weight dan value dari  masing  masing  KPI.  Baris  level  atau  score  diisikan  sesuai  dengan  posisi  level  pencapaian  KPI  yang  telah  ditentukan  di  bagian  B.  Baris  weight  diisi  bobot  masing  masing KPI yang dalam hal ini telah ditentukan di atas berdasar perhitungan dengan  metode AHP. Sedangkan baris value merupakan hasil penilaian atau pengalian antara  baris level dengan bobot KPI. 

 

Index  merupakan  jumlah  seluruh  nilai  (value)  dari  setiap  kriteria  yang  menyatakan  indikator  pencapaian  kinerja  (performance  indicator).  Peningkatan  kinerja  dapat 

(34)

ditentukan  dari  besarnya  kenaikan  indikator  pencapaian  yang  terjadi  antara  yang  sekarang dengan yang sebelumnya. 

Secara lebih jelas, Riggs dan Felix sebagaimana dikutip oleh Ghebrit (2004) menyusun  sepuluh urutan  untuk mengoperasikan OMAX yaitu: 

1. Identifikasi  kriteria  kriteria  mayor  dan  model  atau  rumusan  pengukuran  yang  sesuai untuk setiap kriteria tersebut. Dalam hal ini perusahaan atau unit bisnis  telah  menggunakan  kerangka  dasar  performance  prism  sebagaimana  telah  dibahas sebelumnya dengan menggunakan rumusan pengukuran terlampir.  2. Tingkatan  kinerja  saat  ini  dihitung  dan  dikorespondesikan  dalam  nilai  3  pada 

level  1  sampai  dengan  10.  Dengan  demikian  nilai  atau  tingkat  3  merupakan  kinerja  unit  bisnis  yang  menjadi  patokan  atau  hasil  kinerja  sebelum  dilakukan  penilaian baru, dan tingkat 10 merupakan kinerja tujuan atau yang ditargetkan.  3. Kinerja tujuan  untuk  setiap kriteria  ditentukan  berdasar tujuan  perusahaan  itu 

sendiri,  dan  diusulkan  di  PT  Indonesia  Power,  kinerja  tujuan  merupakan  kesepakatan  atau  kontrak  kinerja  antara  direksi  dengan  unit  bisnis  yang  akan  fleksibel  menyesuaikan  dengan  perubahan  perubahan  lingkungan  stakeholder.  Target kuantitatif yang disepakati dalam kontrak diisikan pada tingkat 10.  4. Menggunakan  skala  linear,  jenjang  pencapaian  tujuan  akan  ditentukan  dan 

diisikan dalam tingkatan antara tiga sampai dengan sepuluh. 

5. Pada  saat  yang  bersamaan,  fleksibilitas  kontra  prestasi  turut  diidentifikasi  dan  diisikan  di  bawah  tingkat  tiga.  Tingkatan  minimum  dikorespondensikan  dengan tingkat nol. 

6. Dikarenakan  beberapa  kriteria  lebih  penting  dari  yang  lainnya,  pembobotan  pun  dilakukan  pada  masing  masing  parameter  kinerja,  yang  jumlah  kesemuanya akan mencapai 100. Dalam model yang diusulkan, pembobotan ini  telah dilakukan dengan menggunakan metode AHP. 

7. Pada  setiap  penutupan  periode  pengukuran,  hasil  aktual  untuk  setiap  kriteria  atau parameter kinerja dihitung dan ditempatkan dalam baris “performance”. 

(35)

8. Isi  dari  baris  “performance”  diasosiasikan  dengan  tingkat/nilai  dari  0  sampai  dengan  10  secara  vertikal  sebagaimana  telah  dirumuskan  sebelumnya  pada  langkah tiga sampai lima. Hasil penilaian ini diisikan dalam baris “level”.  9. Setiap “level” dikalikan dengan bobot untuk setiap kriteria untuk mendapatkan  “value” pada baris terbawah tabel OMAX.  10. Penjumlahan dari seluruh “value” adalah indeks kinerja. Pergerakan dari indeks  tersebut merupakan total pergerakan pencapaian kinerja unit bisnis.    Sebagai ilustrasi model penilaian di atas, berikut adalah simulasi penilaian dengan satu  contoh parameter kinerja yang mewakili masing masing lima kelompok stakeholder PT.  Indonesia Power UBP Kamojang.  

Langkah  1.  Parameter  kinerja  berbasis  Performance  Prism  ditentukan  dan  disusun 

definisi  definisi  terkait  parameter  tersebut  sebagaimana  tabel  di  bawah  ini       (Lampiran B).   

Tabel 4.9. Contoh Definisi Parameter Kinerja PT Indonesia Power UBP Kamojang 

NAMA KPI Temuan Audit Pusat

DEFINISI KPI Tingkat kemajuan hasil audit yang dilakukan oleh kontrol

internal Kantor Pusat

KODE / NOMOR 14

KATEGORI Higher is better

SATUAN Prosentase

PERIODE PENGUKURAN Triwulan FORMULA / CARA

PENGUKURAN (Nila Audit Saat Ini - Nilai Audit Sebelumnya)Nilai Audit Periode Sebelumnya x 100%

 

NAMA KPI Ketersediaan Energi Listrik

DEFINISI KPI Ekuivalen availability factor dengan memperhitungkan

dampak dari derating pembangkit

KODE / NOMOR 23

KATEGORI Higher is better

SATUAN Prosentase (%)

PERIODE PENGUKURAN Triwulan FORMULA / CARA

PENGUKURAN

∑ [Daya Terpasang x EAF Mesin]

Daya Terpasang x 100%

EAFmesin = EAFUBP =

x 100% ∑ [Dependable Capacity x Jam Tersedia]

[Daya Terpasang x Jam Periode]

(36)

Tabel 4.9.  (Lanjutan) Contoh Definisi Parameter Kinerja PT Indonesia Power UBP  

  Kamojang 

NAMA KPI Inovasi Pegawai

DEFINISI KPI Tingkat inovasi pegawai terhadap pekerjaan dan unit bisnis

KODE / NOMOR 38

KATEGORI Higher is better

SATUAN Skala 1 sampai dengan 100

PERIODE PENGUKURAN Triwulan FORMULA / CARA

PENGUKURAN Nilai karya tulis inovasi yang berhasil diterapkan

 

NAMA KPI Pemenuhan Kualitas

DEFINISI KPI Tingkat ketidaksesuaian kualitas antara pesanan dengan

pengadaan barang/jasa

KODE / NOMOR 47

KATEGORI Lower is better

SATUAN Prosentase

PERIODE PENGUKURAN Setiap penilaian barang dan jasa FORMULA / CARA

PENGUKURAN Total Pengadaan Barang/JasaNilai Barang/Jasa Cacat x 100%

 

NAMA KPI Persepsi Masyarakat

DEFINISI KPI Persepsi yang dimiliki oleh masyarakat sekitar terhadap

perusahaan / unit bisnis

KODE / NOMOR 58

KATEGORI Higher is better

SATUAN Skala 1 sampai dengan 5

PERIODE PENGUKURAN Triwulan FORMULA / CARA

PENGUKURAN Kualitatif

 

Langkah 2. Hasil pencapaian kinerja UBP Kamojang untuk masa penilaian sebelumnya 

pada  lima  parameter  di  atas,  secara  berturut  turut  adalah  90%,  89%,  70,  75%,  dan  0.  Dua nilai terakhir merupakan penilaian baru dan karenanya dimulai dari nilai terkecil  yang disepakati. Kelima nilai tersebut selanjutnya akan diisikan pada baris level 3 (tiga). 

Langkah 3. Awal masa penilaian kinerja saat ini, Direktur PT. Indonesia Power dengan  General  Manager  UBP  Kamojang  membuat  kesepakatan  atau  kontrak  kinerja  yang  merupakan  target  unit  bisnis  atas  lima  parameter  kinerja  tersebut.  Angka  kontrak  tersebut  akan  diisikan  dalam  level  10.  Adapun  nilai  target  UBP  Kamojang  atas  lima  parameter di atas, secara berturut turut adalah 95%,  93%, 80, 0%, dan 5.  

 

Langkah  4.  Interval  level  3  sampai  dengan  10  ditentukan  dengan  menggunakan  skala 

(37)

      ΔXL‐H =  L H L H x x y y − −          Keterangan :  ΔXL‐H   =  Interval angka antara level High dan Low    xH   =  Level High    xL    =  Level Low    yH  =  Angka pada level High    yL  =  Angka pada level Low 

Langkah  5.  Angka  pencapaian  kinerja  terburuk  yang  pernah  dicatat  oleh  unit  bisnis 

seluruh PT. Indonesia Power dicatat pada level 0 (nol). Adapun untuk kelima bidang  parameter tersebut, angka yang diisikan adalah ‐10%, 80%, 0, 75%, dan 0. Interval level  0 sampai dengan 3 sebagai pencapaian kontraprestasi ditentukan sebagaimana langkah  4.  Langkah 6. Pembobotan untuk kelima parameter yang telah ditentukan masing masing  adalah 0,5%; 4,9%; 1%; 0,4%; dan 1,5% dan diisikan pada baris weight. 

Langkah  7.  Pada  akhir  masa  penilaian  saat  ini,  PT.  Indonesia  Power  UBP  Kamojang 

berhasil  memperoleh  pencapaian  aktual  yang  dihitung  berdasar  formula  parameter   kinerja, sebagai berikut: temuan audit pusat (93,5%), EAF (95%), inovasi pegawai (75),  kualitas  supply  barang  (6%),  dan  persepsi  masyarakat  (4).  Pencapaian  ini  diisikan  dalam baris performance. 

Langkah 8. Pencapaian aktual pada baris performance diasosiasikan dengan interval tiap 

tiap level. Hasil untuk kelima parameter contoh tersebut adalah secara berturut turut 7,  10, 6, 9, dan 8 yang diisikan dalam baris level. 

Langkah  9.  Baris  value  merupakan  hasil  perkalian  antara  level  dan  weight,  dan  dalam 

ilustrasi ini nilai pencapaian kinerja untuk kelima parameter contoh adalah 0,04 untuk  temuan audit pusat (Stakeholder Kantor Induk), 0,49 untuk EAF (Stakeholder Pelanggan),  0,06  untuk  inovasi  pegawai  (Stakeholder  Pegawai),  0,04  untuk  kualitas  supply  barang  (Stakeholder  Supplier),  dan  0,12  untuk  persepsi  masyarakat  (Stakeholder  Pemerintah  &  Komunitas Lainnya). 

Langkah 10. Sehingga akan didapat indeks kinerja PT. Indonesia Power UBP Kamojang 

(38)

dan  mencerminkan  kinerja  unit  secara  utuh  apabila  ke‐67  parameter  digunakan  seluruhnya dalam ilustrasi ini. 

 

Kesepuluh  langkah  di  atas  dapat  digambarkan  dalam  model  penilaian  sebagaimana  dalam tabel berikut. 

 

Tabel 4.10.  Ilustrasi  Penghitungan  Indeks  Pencapaian  Kinerja  PT.  Indonesia  Power  UBP Kamojang    KPI 14 23 38 47 58 Performance 93,5% 95,0% 75,0 6% 4,0 10 95,0% 93,0% 80,0 0,0% 5,0 9 94,3% 92,4% 78,6 10,7% 4,3 8 93,6% 91,9% 77,1 21,4% 3,6 7 92,9% 91,3% 75,7 32,1% 2,9 6 92,1% 90,7% 74,3 42,9% 2,1 5 91,4% 90,1% 72,9 53,6% 1,4 4 90,7% 89,6% 71,4 64,3% 0,7 3 90,0% 89,0% 70,0 75,0% 0,0 2 56,7% 86,0% 46,7 75,0% 0,0 1 23,3% 83,0% 23,3 75,0% 0,0 Level 0 -10,0% 80,0% 0,0 75,0% 0,0 Level 7 10 6 9 8 Weight 0,5% 4,9% 1,0% 0,4% 1,5% Value 0,04 0,49 0,06 0,04 0,12 INDEX 0,74  

Dengan  sistem  pengukuran  kinerja  berdasar  kerangka  performance  prism  yang  didukung  dengan  model  penilaian  OMAX  sebagaimana  di  atas,  perusahaan  dapat  melakukan  pemantauan  terhadap  seluruh  aspek  kinerjanya  dan  segera  melakukan  pembenahan  apabila  pencapaian  kinerja  tersebut  berada  pada  level  yang  rendah.  Dalam  hal  ini  perusahaan  harus  membuat  kesepakatan  misalnya  dengan  indikator  warna  terhadap  posisi  atau  level  pencapaian  kinerja,  misalnya  Level  10,  9  dan  8  diwakili  warna  hijau  yang  berarti  kinerja  telah  mencapai  performa  yang  diharapkan,  Level  4  sampai  dengan  7  dengan  warna  kuning  yang  mengartikan  perusahaan  harus 

(39)

lebih memperhatikan aspek kinerja tersebut karena berada dalam posisi yang rendah,  dan  level  3  ke  bawah  diwakili  dengan  warna  merah  yang  mengartikan  pencapaian  kinerja  yang  sangat  buruk  karena  lebih  jelek  dari  pencapaian  sebelumnya  dan  harus  sesegera mungkin untuk dapat dibenahi. 

   

(40)

Gambar

Tabel 4.1. Identifikasi Performance Prism terhadap Kelompok Kantor Induk 
Tabel 4.2. Identifikasi Performance Prism terhadap Kelompok Pelanggan 
Tabel 4.3. Identifikasi Performance Prism terhadap Kelompok Pegawai 
Tabel 4.4. Identifikasi Performance Prism terhadap Kelompok Supplier 
+7

Referensi

Dokumen terkait

Melihat dari hasil penelitian diatas telah memberikan gambaran yang jelas bahwa kelompok penelitian dari perlakuan panas baja karbon S45C (medium carbon) yang

Pada kegiatan ini dilakukan pendampingan dalam praktek proses pembuatan nata de coco, mulai dari proses pemasakan, pencampuran bahan, cara fermentasi media nata de

Hasil analisis korelasi pada penulisan ini dilihat berdasarkan tanda bintang yang diberikan oleh SPSS maka diperoleh hasil bahwa no frills, distribution, price

1. Tembang macapat yang terdapat dalam Serat Sana Sunu sebagai warisan budaya yang mempunyai nilai kebudayaan Jawa yang sangat erat untuk perlu dilestarikan dan

Setelah dilakukan analisis data penelitian variabel UTAUT yang mempengaruhi minat mahasiswa melakukan akses ke dalam sistem informasi Akper Alkautsar dan variabel

Tujuan penelitian ini adalah (1) mengidentifikasi istilah asing bidang perkomputeran yang paling dikenal oleh kalangan mahasiswa di Kota Surakarta, (2)

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui strategi peningkatan rating program yang dilakukan oleh team produksi pada acara Cover Version di Sakti Tv Madiun bulan

Hasil yang dicapai dari penelitian ini adalah aplikasi virtual kata untuk berkomunikasi dengan penyandang tunarungu berbasis android ini, dapat menerjemahkan suara