• Tidak ada hasil yang ditemukan

HUBUNGAN PANJANG BERAT TIGA SPESIES IKAN YANG TERTANGKAP DI MUARA SUNGAI MEUREUBO KABUPATEN ACEH BARAT SKRIPSI ANDIKA SAPUTRA 08C

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "HUBUNGAN PANJANG BERAT TIGA SPESIES IKAN YANG TERTANGKAP DI MUARA SUNGAI MEUREUBO KABUPATEN ACEH BARAT SKRIPSI ANDIKA SAPUTRA 08C"

Copied!
19
0
0

Teks penuh

(1)

ACEH BARAT

 

SKRIPSI

   

ANDIKA SAPUTRA

08C10432028

           

PROGRAM STUDI PERIKANAN

FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN

UNIVERSITAS TEUKU UMAR

MEULABOH

2014

(2)

ACEH BARAT

   

SKRIPSI

 

ANDIKA SAPUTRA

08C10432028

Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Perikanan Pada Fakultas Perikanan Dan Ilmu Kelautan Universitas Teuku Umar

       

PROGRAM STUDI PERIKANAN

FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN

UNIVERSITAS TEUKU UMAR

MEULABOH

2014

(3)

I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Sungai merupakan sumber daya alam yang banyak manfaatnya. Selain sebagai media bagi organisme aquatik juga sebagai sarana terpenuhinya perekonomian masyarakat sekitar, dengan memanfaatkan ikan sebagai hasil produksi untuk kemudian dipasarkan. Ikan merupakan salah satu jenis penghuni perairan yang rentan terhadap perubahan lingkungan. Baik itu oleh kegiatan manusia maupun perubahan yang terjadi karena pengaruh bencana alam. Pola pertumbuhan jenis ikan di suatu perairan akan dipengaruhi oleh parameter lingkungan seperti kondisi suhu, oksigen terlarut dan faktor lainnya. Bila kondisi parameter-parameter tersebut optimal, ikan akan mengalami pola pertumbuhan yang ideal.Untuk mengkaji pola pertumbuhan pada ikan digunakan data panjang dan berat ikan (Effendie, 2002).

Ikan merupakan salah satu jenis organisme penghuni perairan yang rentan terhadap perubahan lingkungan seperti penangkapan ikan secara besar-besaran. Salah satu perairan yang memiliki sumber daya ikan air tawar adalah perairan Muara Sungai Meureubo, Aceh Barat. Perairan Muara Sungai Meureubo memiliki potensi baik perikanan tangkap, perikanan budidaya maupun pengolahan hasil perikanan. Muara sungai Meureubo mempunyai keanekaragaman jenis ikan yang cukup tinggi sehingga oleh masyarakat sekitar dimanfaatkan sebagai sumber perikanan tangkap dan pengadaan tambak ikan.

Ikan dapat ditemukan dalam jumlah yang besar di suatu perairan jika kondisi lingkungan perairan tersebut sesuai dengan kebutuhan hidupnya dan

(4)

memiliki ketersediaan makanan yang memadai. Secara umum, ikan mengalami pertumbuhan terus menerus sepanjang hidupnya. Pertumbuhan adalah keterkaitan dengan masalah perubahan dalam besar jumlah, ukuran atau dimensi tingkat sel organ maupun individu yang biasanya diukur dengan mengukur berat, panjang, umur tulang dan keseimbangan metabolik.

Sebagai upaya pemanfaatan sumberdaya hayati laut yang berwawasan lingkungan akan lebih mudah dilakukan dan dikendalikan apabila mengetahui banyak mengenai informasi-informasi biologis dari sumber hayati, seperti dengan mengetahui pola pertumbuhan pada ikan. Data biologis hubungan panjang berat ikan, sangat diperlukan untuk kepentingan pengelolaan ikan disuatu perairan.Menurut sulistiyarto (2012), beberapa penelitian telah dilakukan seperti data biologi ikan Saluang di Sumatera, seperti di sungai Musi oleh Arsyad & Syaefuddin (2010), dari danau Maninjau oleh Said & Mayasari (2010), dan Dina et al (2011). Sedangkan studi hubungan panjang berat ikan di daerah Aceh Barat masih sangat minim. Untuk itu, sebagai pemenuhan informasi awal dan keterkaitannya dengan selektifitas alat tangkap, maka penelitian ini dilakukan. Selain itu juga dapat mengetahui kesehatan, serta kondisi fisiologis ikan dalam hubungannya dengan kualitas air. Dari latar belakang tersebut maka penting dilakukan penelitian mengenai Hubungan PanjangBerat Tiga spesiesIkanYang Tertangkap Di Muara Sungai Meureubo kabupaten Aceh Barat.

(5)

1.2 Rusmusan Masalah

Berdasarkan latar belakang diatas maka masalah yang dirumuskan adalah: 1. Apakah sebaran hubungan panjang berat memenuhi kriteria pola

pertumbuhan yang baik di Muara Sungai Meureubo, Aceh Barat.?

2. Apakah dengan kondisi tersebut Muara Sungai Meureubo memenuhi kriteria sebagai perairan yang baik bagi perkembangan dan pertumbuhan ikan yang hidup di perairan Muara Sungai Meureubo, Aceh Barat.?

1.3 Tujuan Penelitian

Penelitian ini bertujuan untuk:

1. Mengetahui hubungan panjang berat spesies ikan di Muara Sungai Meureubo, Aceh Barat.

2. Mengetahui kualitas perairan dan kondisi perairan di Muara Sungai Meureubo, Aceh Barat.

1.4 Manfaat Penelitian

Hasil penelitian ini diharapkan dapat dijadikan sebagai informasi ilmiah dan sebagai data awal dalam pengelolaan perikanan di perairan MuaraSungaiMeureubo,Aceh Barat.Diharapkan penelitian ini dapatmemberikan sumbangsih dalam upaya menjaga keseimbangan pola pertumbuhan ikan dengan menjaga kualitas perairan serta selektifitas penangkapan ikan diperairan Muara Sungai Meureubo Aceh Barat.

 

(6)

II. TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Klasifikasi Ikan

Indonesia memiliki keanekaragaman ikan air tawar tertinggi kedua setelah Brazil yaitu sekitar 1300 jenis dengan kepadatan populasi 0,72 jenis/1000 km2. Keanekaragaman ikan di Indonesia saat ini menghadapi ancaman dari berbagai aktivitas manusia. Berbagai faktor penyebab menurunnya keanekaragaman ikan air tawar dapat diklasifikasikan menjadi 6 kategori utama yaitu, perubahan atau lenyapnya habitat, eksploitasi yang berlebihan, introduksi ikan asing, pencemaran, persaingan penggunaan air dan pemanasan global (Dudgeon, 2000).

Ikan air tawar adalah ikan yang menghbiskan seluruh hidupnya di air tawar, seperti sungai, danaudengan salinitas kurang dari 0,05%. Ikan air tawar berbeda secara fisiologis dengan ikan air asin dalam beberapa aspek.Insang ikan air tawar harus mampu mendifusika air sembari menjaga kadar garam dalam cairan tubuh secara simultan. Adaptasi pada bagian sisik ikan air tawar juga memainkan peran penting, dimana saat ikan kehilangan banyak sisik makaakan mendapatkan kelebihan air yag berdifusi ke dalam kulit, dan dapat menyebabkan kematian pada ikan. Selain itu, ginjal ikan air tawar berkembang baik, berukuran besar karena bayak air yang melewatinya (Muchlisin et al, 2003).

(7)

2.2 Parameter Biologi Ikan

2.2.1 Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Pertumbuhan Ikan

Pada umumnya, ikan mengalami pertumbuhan secara terus menerus sepanjang hidupnya. Hal ini yang menyebabkan pertumbuhan merupakan salah satu aspek yang dipelajari dalam dunia perikanan dikarenakan pertumbuhan menjadi indikator bagi kesehatan individu dan populasi yang baik bagi ikan. Dalam istilah sederhana pertumbuhan dapat dirumuskan sebagai pertambahan ukuran panjang dan berat dalam suatu waktu, sedangkan pertumbuhan bagi populasi sebagai pertambahan jumlah. Pertumbuhan merupakan proses biologis yang kompleks dimana banyak faktor mempengaruhinya.

Pertumbuhan yang cepat menunjukkan ketersediaan makanan dan kondisi lingkungan lainnya mendukung. Pertumbuhan dapat didefinisikan sebagai perubahan ukuran (panjang, berat) ikan pada waktu tertentu. Perubahan ini dapat diartikan sebagai faktor-faktor yang mempengaruhi pertumbuhan ikan yaitu energi dari makanan (I), yang terukur sebagai kalori, merupakan energi yang dikeluarkan untuk metabolisme (M) atau pertumbuhan (G) atau sebagai energi yag terbuang (E). Hal ini dapat dituliskan dalam persamaan: I = M + G + E (Brett & Groves, 1987 dalam Moyle & Cech, 1988).

Menurut Lesmana & Darmawan (2006), beberapa faktor yang mempengaruhi pertumbuhan adalah keturunan, pertumbuhan kelamin dan umur, dan kerentanan penyakit.

Pertumbuhan biasanya bersifat positif (penambahan berat tubuh ikan pada waktu tertentu), menunjukkan keseimbangan energi yang positif dalam metabolisme. Laju pertumbuhan ikan sangat berfariasi sebab sangat tergantung

(8)

pada berbagai faktor. Faktor ini dapat digolongkan menjadi dua bagian yang besar yaitu faktor dalam dan faktor luar. Faktor-faktor ini dapat dikontrol dan ada juga yang tidak. Faktor dalam umumnya adalah faktor yang sukar dikontrol, diantaranya ialah keturunan, seks, umur, parasit dan penyakit. Sedangkan faktor luar yang utama yang mempengaruhi pertumbuhan seperti suhu air, kandungan oksigen terlarut, dan salinitas. Faktor-faktor tersebut berinteraksi satu sama lain dan bersama-sama dengan faktor-faktor lainnya seperti kompetisi, jumlah dan kualitas makanan, umur dan tingkat kematian mempengaruhi laju pertumbuhan ikan.

2.2.2 Hubungan Panjang Berat

Kajian hubungan panjang-berat ikan telah banyak dilakukan oleh para peneliti, diantaranya; ikan layang ( Decapterus ruselli ) dari perairan sekitar Teluk Likupang, Sulawesi Utara (Manik, 2009), ikan sebelah ( Psettodes erumel ) di perairan Jepara (Redjeki, 2003), beberapa jenis ikan asli Danau Sentani, Papua (Umar & Lismining, 2006), ikan kerapu ( Serranidae ) diperairan Berau, Kalimantan Timur (Nuraini, 2007). Salah satu kajian tentang hubungan panjang-berat ikan yang hidup di perairan Aceh yang pernah dilaporkan adalah dua jenis ikan air tawar yang hidup di Danau Laut Tawar Rasbora tawarensis dan Poropuntius tawarensis (Muchlisin, 2010).Untuk mendapatkan parameter a dan b digunakan analisis regresi dengan log W sebagai’Y’ dan log L sebagai ‘X’maka di dapatkan persamaan regresi dengan rumus yaitu; y = a + bx . Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan panjang-beratikan belanak ( Mugil cephalus ), ikan seriding ( Ambassis koopsii ) dan ikan petek (Leiognathus fasciatus) sehingga dapat diketehui pola pertumbuhannya masing-masing.

(9)

Panjang tubuh sangat berhubungan dengan berat tubuh pada ikan. Hubungan panjang berat mengikuti suatu bentuk rumus umum yaitu:

W = cLn. Dengan W sebagai ukuran berat, L sebagai ukuran panjang dan c dan n adalah konstanta. Menurut Effendie (1997) harga eksponen ini telah diketahui dari 398 populasi ikan berkisar 1,2-4,0, namun kebanyakan dari harga n tadi berkisar dari 2,4 -3,5. Bilamana harga n sama dengan 3 menunjukkan bahwa pertumbuhan ikan tidak berubah bentuknya yaitu pertambahan panjang ikan seimbang dengan pertambahan beratnya. Pertumbuhan demikian disebut pertumbuhan isometrik. Apabila n lebih besar atau lebih kecil dari 3 dinamakan pertumbuhan allometrik. Harga n yang kurang dari 3 menunjukkan keadaaan ikan yang kurus yaitu pertambahan panjangnya lebih cepat dari pertambahan beratnya, sedangkan harga n lebih besar dari 3 menunjukkan ikan itu montok, pertambahan berat lebih cepat dari pertambahan panjangnya.

2.2.2 Habitat Dan Penyebaran Ikan

Kehadiran suatu populasi ikan disuatu tampat dan penyebaran (distribusi) spesies ikan tersebut di muka bumi ini, selalu berkaitan dengan masalah habitat dan sumberdayanya. Keberhasilan populasi tersebut untuk dapat hidup dan bertahan pada habitat tertentu, tidak terlepas dengan adanya penyesuaian atau adaptasi yang dimiliki anggota populasi tersebut. Bila kita membicarakan tentang habitat akuatik, yang dimaksud adalah keadaan dimana air merupakan faktor luar (eksternal) yang utama sekaligus merupakan medium internal. Perairan merupakan habitat bagi ikan dalam proses pembentukan struktur tubuh ikan, proses pernafasan, cara pergerakan, memperoleh makanan, reproduksi dan hal-hal lain.

(10)

Distribusi merupakan perubahan kelimpahan organisme sebagai akibat dari faktor lingkungan. Faktor-faktor yang mempengaruhi distribusi ikan di perairan adalah jenis ikan, ketersediaan makanan, tingkat persaingan, predasi, parameter fisika dan kimia perairan serta musim (Bhukaswan, 1980).

Keberadaan ikan pada satu badan perairan juga dipengaruhi oleh parameter lingkungan. Parameter-parameter yang mempengaruhi distribusi ikan di suatu perairan adalah ketersediaan makanan, tingkat persaingan, predasi, parameter fisika dan kimia perairan serta musim (Bhukaswan 1980).

Berbagai jenis ikan cenderung untuk mencari habitat alami yang cocok untuk bertahan hidup. Juga pada kisaran toleran aman dalam survival ikan tersebut dalam perairan. Bila lingkungan atau kualitas air terus menerus memberikan tekanan, maka kelimpahan dan penyebaran ikan akan mengalami perubahan.

2.3 Deskripsi Perairan Muara Sungai Meureubo

Berdasarkan hasil survey lapangan, dapat dijelaskan bahwa Muara Sungai Meureubo merupakan muara sungai yang terdapat di kawasan Kabupaten Aceh Barat. Sungai ini memiliki luas ±150 m, dengan kedalaman± 2-3,5 m, serta panjang sungai ± 3,5 m.Muara sungai ini merupakan tempat bertemunya air sungai dan laut. Air sungai yang masuk dari berbagai sungai yang terdapat di Aceh Barat, seperti sungai Krueng Tujoh dan sungai lainnya. Sejauh ini belum ada aktifitas masyarakat dibadan perairan yang bersifat merusak ataupun mempengaruhi populasi ikan didalamnya.Namun, penangkapan ikan air tawar di sungai ini telah menjadi sebuah aktifitas rutin oleh masyarakat dalam upaya pemenuhan kebutuhan hidup. Berdasarkan hasil survey lokasi juga ditemukan

(11)

beberapa alat tangkap yang biasa digunakanoleh nelayan, secara umum nelayan menggunakan alat tangkap jaring insang dan jala.

Dari hasil interview dengan nelayan yang ada dilokasi, diketahui beberapa jenis ikan yang ditemukan di muara sungai ini, yaitu ikan belanak, ikan buntal, ikan sepat, ikan cabe-cabe, ikan nila, ikan bulan, ikan mujahir, ikan beranda, ikan seriding, ikan petek, dan masih banyak lagi. Selain memperoleh ikan dari muara ini, sebagian nelayan juga memanfaatkan muara sungai sebagai pembuatan tambak ikan nila. Pola pertumbuhanjenis ikan asli yang ditemukan di Muara Sungai Meurebo belum diketahui.

Menurut Kartamihardja (2008) menyatakan bahwa, populasi ikan asli semakin berkurang akibat hilangnya habitat pemijahan, penurunan kualitas air, dan persaingan dengan ikan introduksi dalam hal makanan dan ruang.

(12)

III. METODELOGI PENELITIAN

3.1.Lokasi Dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilakukan pada bulan April hingga Mai 2014 di Laboratorium Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan Universitas Teuku Umar. Pengambilan sampel dilakukan sebanyak sembilan kali (3 kali dalam 2 hari selama2 minggu), yaitu pada bulan April dan Mai. Sampel ikan diperoleh dari nelayan di muara sungai Meureubo,Aceh Barat. Penangkapan ikan menggunakan alat tangkap jala dan jaring insang. Lokasi pengambilan sampel ikan ditentukan berdasarkan posisi atau wilayah kecil yang selanjutnya disebut stasiun. Stasiun pengamatan dipilih berdasarkan beberapa pertimbangan, seperti: aliran air muara sungai yang masuk, aliran air muara sungai yang keluar atau menuju laut lepas. Berdasarkan pertimbangan tersebut, ditetapkan 3stasiunpengamatan (Gambar 1), yaitu:

1. Stasiun Pertama : Daerahhilir aliran muara (estuaria)sungai menuju laut lepas (3x pengambilan; minggu pertama).

2. Stasiun Kedua : Daerah tengah aliran muara sungai di desa ujong drien (3x pengambilan; minggu pertama).

3. Stasiun Ketiga :Daerahujung aliran muara sungai di desa langung (3x pengambilan di minggu kedua).

Jarak antar stasiun ditentukan yaitu dengan jarak 200 m. Lokasi perstasiun dapat dilihat pada Gambar 1. Dengan pertimbangan ini diduga adanya perbedaan panjang berat antara jenis ikan yang dipilih yang mungkin terjadi karena sumber daya yang tersedia dan aspek lainnya. Peta lokasi penelitiandapat dilihat pada

(13)

Gambar 2, Dan penandaan lokasi penelitian menggunakan pelampung di 3 Stasiun penelitian.

Gambar 1 Skema lokasi penelitian di Muara Sungai Meureubo

Gambar 2. Peta lokasi penelitian (sumber: www.googleearth.com)

Titik koordinat penambilan sampel (GPS) :

Stasiun 1 : N 04°08,7,9’ E 096°08,800’ Ketinggian : 2m Stasiun 2 : N 04°08,7,9’ E 096°09,422’ Ketinggian : 5m Stasiun 3 : N 04°08,834’ E 096°08,989’ Ketinggian : 8m

(14)

3.2.Bahan Dan Alat

Alat dan bahan yang digunakan dalam penelitian disajikan pada Tabel 1, sebagai berikut:

Tabel 1 Alat dan bahan yang digunakan dalam penelitian.

No Jenis Kegunaan

Alat

1 Kamera Pengambilan gambar ikan

2 Jangka sorong dengan ketelitian 0,01

mm Mengukur panjang ikan

3 Timbangan digital dengan ketelitian 0,1

g Mengukur berat ikan

4 Nampan / Ember Media meletakkan ikan

5 Alat Tulis Mencatat hasil penelitian

Bahan

6 3 Spesies Ikan Objek penelitian

7 Formalin 10 % Mengawetkan ikan

8 Es Batu Menjaga kesegaran ikan

3.3 Metode Pengumpulan Data Di Lapangan a. Penentuan ikan target

Penentuan ikan target dalam penelitian ini dilakukan berdasarkan hasil survey pendahuluan yang telah dilakukan, yaitu dengan mengamati hasil tangkapan yang dominan oleh nelayan. Hasil pengamatan menunjukkan bahwa ikan belanak (Mugil cephalus ), ikan seriding ( Ambassis koopsii ) dan ikan petek ( Leiognathus fasciatus ) adalah jenis-jenis ikan yang dominan dan sering tertangkap di muara sungai meurebo.

(15)

b. Langkah Kerja di Lapangan

1. Turun kelokasi Penelitian berdasarkan titik Lokasi yang telah ditentukan :

¾ Stasiun I ¾ Stasiun II ¾ Stasiun III

2. Perlengkapan Ikan Target

¾ Ikan Belanak (Mugil Cephalus) ¾ Ikan Seriding (Ambassis Koopsi) ¾ Ikan Petek (Leognathus Fasciatus) 3. Tehnik Penangkapan

¾ Pelempara Jala 3x/5x Pelemparan pada masing-masing Stasiun ¾ Pemasangan jaring Insang dilakukan pada tiap-tiap Stasiun

Dengan pengecekan di Pagi hari (proses malam) 4. Sampling dilakukan pada bulan 2 sampai bulan 3

Sampel Ikan dibawa ke Laboratorium untuk melakukan Pengamatan ¾ Pengukuran Panjang……(mm) ¾ Pengukuran berat………(grm) 5. Analisa Data : ¾ Isometrik…….. ¾ Allometrik (+).. ¾ Allometrik (-).. 6. Penarikan Kesimpulan

(16)

c. Pengambilan Sampel Ikan

Pengambilan sampel ikan dan penanganan sampel ikan dilakukan dengan tahap sebagai berikut. Sampel ikan diambil dari Muara Sungai Muara Meureubo berasal dari tangkapan nelayan. Pengambilan dilakukan dengan alat tangkap jarring insang dan jala. yang digunakan adalah jala ukuran mata jarring 1 inchi,dan jarring insang 1 inchi, 2 inchi. Pengambilan ikan dilakukan sebanyak 3 kali selama 2 minggu. Dengan interval waktu 2 hari. Hasil tangkapan yang diperoleh dari masing-masing lokasi pengamatan dipisahkan menurut jenis, kemudian dihitung jumlahnya. Selanjutnya sampel ikan segera dimasukkan ke dalam cool box yang berisi es. Sampel ikan dibawa ke laboratorium Fakultas Perikanan dan Kelautan Universitas Teuku Umar. Dan dimasukkan ke dalam freezer. Selanjutnya ikan dianalisis dengan mengukur panjang dan berat 3 spesies ikan yang banyak tertangkap.

3.4 Metode Pengumpulan Data Di Laboratorium

Identifikasi sampel ikan mengacu kepada Saanin (1986) dan Kottelat et al. (1993). Pengidentifikasian dilakukan dengan mengukur panjang dan berat ikan. Panjang total diukur dari ujung kepala terdepan sampai ujung sirip ekor yang paling belakang. Pada pengukuran panjang ikan digunakan jangka sorong dengan keteliatian 0,01 mm, sedangkan untuk mengukur berat total ikan, alat yang digunakan adalah timbangan digital dengan ketelitian 0,1 gram.

(17)

3.5 Analisa Data

Hubungan Panjang BeratModel allometric linear (LAM) di gunakan untuk menghitung parameter a dan b melalui pengukuran perubahan berat dan panjang. Koreksi bias pada perubahan berat rata-rata dari unit logaritma digunakan untuk memprediksi berat pada parameter panjang sesuai dengan persamaan allometric berikut, berdasarkan DeRobertis& William (2008). W = a L b Dimana W adalah berat ikan (g), L adalah panjang total ikan (mm), a dan b adalah parameter.

Berat relative (Wr) dan koefesien (K) factor kondisi digunakan untuk mengevaluasi factor kondisi dari setiap individu. Berat relative (Wr) ditentukan berdasarkan persamaan Rypel & Richer (2008) sebagai berikut:

Wr adalah berat relative, W berat tiap-tiap ikan, dan Ws adalah berat standar yang di prediksi dari sampel yang sama karena dihitung dari gabungan regresi panjang-berat melalui jarak antar spesies:

Koefesien kondisi Fulton (K) ditentukan berdasarkan Okgerman (2005) denga rumus sebagai berikut:

Dimana K adalah factor kondisi, W adalah berat (g), L adalah panjang (mm) dan -3 adalah koefisien panjang untuk memastikan bahwa nilai K cenderung bernilai 1. Secara umum, nilai b tergantung pada kondisi fisiologis dan lingkungan seperti suhu, pH, salinitas, letak geografis dan teknik sampling (Jenning et al. , 2001) dan juga kondisi biologis seperti perkembangan gonad dan ketersediaan makanan (Froese, 2006). Dalam penelitian ini ditemukan nilai b relatif kecil dan hasil pengukuran arus menunjukkan kondisi perairan relatif

Wr= (W/Ws) x 100

Ws = a Lb

(18)

tenang sehingga bertolak belakang dengan Shukor et al., (2008), yang menyebutkan bahwa ikan yang hidup diperairan arus deras umumnya memiliki nilai b yang lebih rendah dan sebaliknya ikan yang hidup pada perairan tenang akan menghasilkan nilai b yang besar. Fenomena ini mungkin disebabkan oleh tingkah laku ikan, ini sesuai dengan pernyataan Muchlisin (2010) yang menyebutkan bahwa besar kecilnya nilai b juga dipengaruhi oleh perilaku ikan, misalnya ikan yang berenang aktif (ikan pelagis) menunjukkan nilai b yang lebih rendah bila dibandingkan dengan ikan yang berenang pasif (kebanyakan ikan demersal). Mungkin hal ini terkait dengan alokasi energi yang dikeluarkan untuk pergerakan dan pertumbuhan.

3.5.1 Hubungan Pola Pertumbuhan Dengan Parameter Fisika Perairan

Analisis korelasi Pearson dan analisis komponen utama digunakan untuk mengetahui keterkaitan hubungan antara pertumbuhan dan parameter fisika perairan di Muara Sungai Meureubo. Analisis Pearson, dapat mengetahui parameter kualitas air yang mana yang signifikan mempengaruhi bobot panjang dan berat pada ikan. Sedangkan analisis komponen utama dapat mengetahui parameter mana yang mempengaruhi panjang dan berat pada ikan berdasarkan gambar biplot analisis komponen utama. Untuk memperkuat hasil biplot maka hasil analisis dibaca dengan tingkat signifikansi Pearson, yang telah dihitung sebelumnya.

(19)

IV. GAMBARAN UMUM

4.1 Letak Umum Lokasi Penlitian

Gampong Meurebo merupakan salah satu desa yang terdapat di Kecamatan Meurebo, Data Penduduk Gampong Meureubo Sampai dengan saat ini Tgl 3 Agustus 2014 Mencapai 1200 Jiwa, Kabupaten Aceh Barat jarak antara ibu kota kecamatan dengan desa ± 6KM2 dengan batas-batas wilayah sebagai berikut :

¾ Sebelah utara berbatasan dengan Gampong Ujong Drien ¾ Sebelah selatan berbatasan dengan Gampong Pasi Pinang ¾ Sebelah Barat berbatasan dengan Gampong Langung ¾ Sebelah Timur dengan Gampong Ujong Tanjong

Aceh Barat merupakan sektor nelayan dan perdagangan untuk kelansungan perekonomiannya. Hal ini ditunjang dengan posisinya yang sangat strategis di jalur dagang kawasan barat aceh. Khususnya kota Meulaboh yang sejak dulu menjadi pusat perdagangan di pantai barat Aceh.

Banyak sekali potensi yang dapat digali dikawasan ini, seperti pariwisata, karena posisinya yang merupakan panduan antara pantai dan bukit barisan yang hijau. Selain itu, Aceh Barat dapat dikembangkan sebagai kawasan agroindustri, nelayan dan peternakan terpadu serta sector lain yang berkembang.

Gambar

Gambar 2. Peta lokasi penelitian (sumber: www.googleearth.com)  Titik koordinat penambilan sampel (GPS) :

Referensi

Dokumen terkait

Dengan demikian, hal yang mungkin diduga berpengaruh terhadap indeks luas daun adalah produksi bahan kering tanaman yang tidak berbeda nyata karena perbedaan indeks luas daun

Uji daya regenerasi dilakukan karena masa penyimpanan tunas tapak dara pada media yang ditambahkan ABA hanya sampai 7 bulan yang diiringi dengan mencoklatnya

Dalam analisis konjoin ini, mengidentifikasi bahwa hotel bintang dua yang paling diminati oleh konsumen jika memiliki fasilitas jaringan internet gratis di kamar dan di

Perbedaan sudut pandang, alur cerita, serta variasi pergerakan karakter yang merupakan bagian dari narasi cerita membuat peneliti memillih menggunakan metode analisis naratif

Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa ekstrak etanol daun singkong dosis 2000 mg/kgBB dapat menyebabkan perubahan gambaran histopatologi hepar

Persepsi mengenai Kualitas Yang Dirasakan Menurut Schiffman dan Kanuk (dalam Wulansari (2013)), para konsumen seringkali menilai kualitas produk atau jasa tertentu atas

Manajemen usaha KUD Berkat kurang berjalan baik karena pengurusnya memiliki tingkat pendidikan yang rendah dan kurangnya profesional, baik itu dalam kelola usahanya dari

Tipe hidrokimia airtanah di Kecamatan Kaliori, Rembang dianalisis menurut kandungan ion mayornya berdasarkan metode Diagram Stiff, Ion Dominan, serta Diagram Kloosterman dan