• Tidak ada hasil yang ditemukan

LAPORAN AKHIR PENELITIAN MANDIRI

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "LAPORAN AKHIR PENELITIAN MANDIRI"

Copied!
41
0
0

Teks penuh

(1)
(2)
(3)

LAPORAN AKHIR PENELITIAN MANDIRI

PENGARUH RESIDU PEMBERIAN PUPUK ORGANIK, ANORGANIK

DAN PUPUK HAYATI TERHADAP PERTUMBUHAN TANAMAN

KANGKUNG ( Ipomea reptans Poir.)

PENELITI

Ir. I Wayan Narka, MS NIDN 0022116106

PROGRAM STUDI AGROEKOTEKNOLOGI

FAKULTAS PERTANIAN

(4)

RINGKASAN

Kajian pengaruh residu pemberian paket dosis pupuk organic, anorganik dan pupuk hayati terhadap pertumbuhan tanaman kangkung (Ipomea reptans Poir.) telah diteliti di rumah kaca Kebun Percobaan Fakultas Pertanian. Beberapa residu paket dosis yang telah dicoba adalah : P0 (tanpa pupuk), P1 (25 ton pupuk organic/ha), P2 (300 kg pupuk NPK/ha), P3 (pupuk Hayati Nitrobakter) P4 (25 ton pupuk organic/ha +300 kg pupuk NPK/ha), P5 (25 ton pupuk organic/ha + pupuk hayati nitrobakter), P6 (300 kg pupuk NPK/ha + pupuk Hayati Nitrobakter) dan P7 (25 ton pupuk organic/ha + 300 kg pupuk NPK/ha + pupuk Hayati Nitrobakter). Rancangan yang digunakan adalah rancangan acak kelompok (RAK), dengan 8 perlakuan dan 3 ulangan sehingga terdapat 24 unit percobaan.

Tanah dalam pot setelah ditanami sawi hijau selanjutnya ditanami benih kangkung darat untuk mengetahui pengaruh residu perlakuan sebelumnya. Kegiatan selanjutnya adalah penyiraman dan pemeliharaan tanaman kangkung, serta pengamatan parameter pertumbuhan.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa, residu pemberian paket dosis pupuk organik, anorganik dan pupuk hayati nitrobakter masih berpengaruh nyata terhadap sebagian besar komponen pertumbuhan kangkung. Residu pemberian pupuk organik dapat meningkatkan berat kering oven tanaman kangkung sebesar 4,86 %, sementara pemberian pupuk anorganik NPK dapat meningkatkan berat kering oven tanaman kangkung 7,65 % dan residu pemberian pupuk hayati nitrobakter masih dapat meningkatkan berat kering oven tanaman kangkung sebesar 15,34 % dibandingkan dengan kontrol.

Kombinasi pupuk organik dengan pupuk anorganik dapat meningkatkan berat kering oven tanaman kangkung sebesar 12,70 %, sementara kombinasi pupuk organik dengan pupuk hayati nitrobakter dapat meningkatkan berat tanaman kangkung kering oven sebesar 26,69 % dibandingkan dengan kontrol. Kombinasi pupuk anorganik NPK dengan nitrobakter dapat meningkatkan berat kering tanaman kangkung sebesar 42,22%, sedangkan kombinasi ketiganya dapat meningkatkan berat tanaman kangkung kering oven sebesar 32,56 % dibandingkan dengan kontrol.

(5)

PRAKATA

Puji syukur kami panjatkan kehadapan Tuhan Yang Mahaesa karena berkat rahmatNya penyusunan Laporan Akhir Penelitian Mandiri dengan judul : Kajian pengaruh residu pemberian paket dosis pupuk organic, anorganik dan pupuk hayati terhadap pertumbuhan tanaman kangkung (Ipomea reptans Poir.) dapat diselesaikan dengan baik. Penelitian ini merupakan percobaan rumah kaca untuk melihat pengaruh residu pemberian kombinasi pupuk organic, anorganik dan pupuk hayati terhadap pertumbuhan tanaman kangkung, dengan menggunakan dana sendiri.

Penulis pada kesempatan yang baik ini mengucapkan terima kasih kepada yang terhormat :

1. Ketua LPPM atas bantuan dana yang telah diberikan pada penelitian sebelumnya 2. Dekan Fakultas Pertanian Universitas Udayana atas bantuan fasilitas yang telah

diberikan

3. Pengelola Laboratorium Tanah Universitas Udayana atas segala bantuan dan fasilitas yang telah diberikan.

4. Kepala Kebun Percobaan Fakultas Pertanian Unud atas fasilitas yang telah diberikan.

5. Semua pihak yang ikut membantu baik berupa tenaga dan pikiran sehingga penelitian dapat terlaksana dengan baik.

Kami menyadari bahwa laporan akhir ini masih banyak kekurangannya, untuk itu melalui kesempatan yang baik ini kami mohon maaf dan menerima dengan senang hati segala kritik/saran untuk penyempurnaan laporan ini. Sebagai akhir kata penulis mengharapkan semoga laporan akhir penelitian ini ada manfaatnya

Denpasar, 21 Januari 2017 Peneliti,

(6)

DAFTAR ISI HALAMAN SAMPUL ... i HALAMAN PENGESAHAN ... ii RINGKASAN ... iii PRAKATA ... iv DAFTAR ISI ... v DAFTAR TABEL ... vi DAFTAR GAMBAR ... vi

DAFTAR LAMPIRAN... vii

BAB 1 PENDAHULUAN ... 1

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA ... 3

BAB 3 TUJUAN DAN MANFAAT PENELITIAN ... 11

BAB 4. METODE PENELITIAN ... 12

BAB 5. HASIL DAN PEMBAHASAN ... 16

5.1. HasilPenelitian ... 16

5.2. Pembahasan... 20

BAB 6. KESIMPULAN DAN SARAN ... 25

6.1. Kesimpulan ... 25

6.2. Saran ... 25

DAFTAR PUSTAKA ... 27

(7)

DAFTAR GAMBAR

No. Halaman

Gambar 1. Kemasan Benih kangkung darat yang digunakan ... 14

Gambar 2. Diagram Alir Jalannya Penelitian ... 15

Gambar 3. Grafik perkembangan tinggi tanaman pada berbagai perlakuan... 16

Gambar 4. Tinggi tanaman pada umur 35 HST pada berbagai perlakuan ... 17

Gambar 5. Berat segar tanaman kangkung pada berbagai perlakuan ... 18

Gambar 6. Berat kering oven tanaman kangkung pada berbegai perlakuan... 19

DAFTAR TABEL Tabel 1. Pengaruh beberapa paket dosis pupuk organic, anorganik dan nitrobakter terhadap parameter pertumbuhan kangkung... 18

Tabel 2. Hasil analisis tanah sebelum diberikan perlakuan pada penelitian pertama... 22

(8)

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1. Hasil analisis tanah sebelum diberikan perlakuan... 29

Lampiran 2. Sidik ragam tinggi tanaman kangkung umur 14 HST ... 29

Lampiran 3. Sidik ragam tinggi tanaman kangkung umur 21 HST ... 30

Lampiran 4. Sidik ragam tinggi tanaman kangkung umur 28 HST ... 30

Lampiran 5. Sidik ragam tinggi tanaman kangkung umur 35 HST ... 30

Lampiran 6. Sidik ragam berat segar tanaman kangkung... 31

Lampiran 7. Sidik ragam Berat kering oven tanaman kangkung... 31

(9)

BAB I. PENDAHULUAN

Tanaman kangkung (Ipomea reptans Poir) termasuk tanaman sayuran yang berumur pendek. Kegunaan daunnya mempunyai peran penting bagi perekonomian Indonesia. Kebutuhan kangkung akan meningkat akibat pertumbuhan jumlah penduduk, juga akibat perubahan pola konsumsi di beberapa Negara berkembang. Kangkung sangat digemari oleh masyarakat, karena kangkung memiliki kandungan gizi yang cukup tinggi. Selain mengandung vitamin A, B1, dan C, kangkung juga mengandung protein, kalsium, fosfor, karoten dan sitositeril. Di Indonesia dan daerah tropis lainnya kangkung menjadi bahan sayuran yang sangat digemari dan hampir dijumpai di setiap pasar tradional maupun supermarket.

Mengingat kangkung yang memiliki kandung nutrisi yang cukup banyak tersebut dan memiliki arti penting bagi kesehatan, maka produksi kangkung perlu ditingkatkan secara kualitas maupun kuantitas. Pelaksanaan pemupukan di lapangan sering menjadi masalah dalam bercocok tanam kangkung, walaupun demikian tanaman kangkung mempunyai respon yang baik terhadap pemupukan, baik organic mapun anorganik.

Untuk meningkatkan hasil maka perlu ditingkatkan pertumbuhan tanaman kangkung. Dengan meningkatnya pertumbuhan, maka hasil produksi kangkung juga akan meningkat (Gardner, 1991). Pertumbuhan tanaman dan produksi suatu tanaman tergantung pada interaksi antara tanaman dan keadaan lingkungan dimana tanaman itu tumbuh. Keadaan lingkungan dapat dibagi dalam beberapa faktor yaitu iklim, tanah dan organisme lainnya. Faktor ini dapat membatasi serta mendorong pertumbuhan dan produksi tanaman, sehingga untuk memperoleh produksi yang tinggi dapat dilakukan dengan pengaturan faktor-faktor lingkungan sebaik mungkin. Salah satu usaha untuk mengatur lingkungan ini adalah dengan penambahan pupuk untuk pertumbuhan, yang dalam penelitian ini ditambahkan pupuk organic, anorganik dan pupuk hayati.

Melihat kenyataan di lapangan bahwa pemupukan dengan pupuk Kimia masih digunakan oleh petani dengan dosis tinggi dan pupuk organik jarang dilakukan, maka dikhawatirkan akan terjadi penurunan kualitas tanah dan menurunnya kadar bahan organic tanah. Hasil penelitian tentang pemberian pupuk organik dan pupuk kimia yang dilakukan di Baturiti Tabanan menunjukkan bahwa pemberian pupuk kimia selama 5 tahun tanpa disertai pupuk organik dapat menurunkan kualitas tanah (Sardiana, 2015)

(10)

secara drastis pada tahun pertama saat pemberian. Hasil penelitian penggunaan pupuk organik kascing di daerah Baturiti Tabanan menunjukkan bahwa pada tahun pertama pemberian pupuk organik, hasil sayuran menurun sekitar 48 %. Untuk mencegah terjadinya penurunan hasil sayuran, pupuk organik dikombinasikan dengan pupuk kimia. Pemberian pupuk kimia secara terus menerus tanpa disertai pupuk organik dapat menurunkan kualitas tanah. Pemberian kombinasi pupuk organik dan pupuk kimia setelah beberapa tahun dapat meningkatkan kualitas tanah (Sardiana, 2015).

Penelitian pemberian pupuk organik berupa pupuk kandang, pupuk kompos, pupuk kascing, pupuk hijau, seresah, jerami telah banyak dilakukan. Penggunaan pupuk organik saja, tidak dapat meningkatkan produktivitas pertanian dan ketahanan pangan. Hal ini disebabkan karena kandungan hara pada pupuk organic sangat rendah dan ketersediaannya juga lambat. Oleh karena itu sistem pengelolaan hara terpadu yang memadukan pemberian pupuk organik, pupuk hayati dan pupuk anorganik dalam rangka meningkatkan produktivitas lahan dan kelestarian lingkungan perlu dilakukan (Suriadikerta dan Simanungkalit, 2006).

Penggunaan pupuk hayati (biofertilizer) masih jarang ditemukan. Salah satu penelitian yang menggunakan pupuk hayati (biofertilizer Nitrobine) dikombinasikan dengan kompos dan pupuk kimia telah dilakukan oleh El-Nagar (2010) pada tanaman bunga selama 2 musim. Berdasarkan penelitian ini ditemukan dosis optimal pada 15 ton kompos/ha, 3 gram pupuk mineral NPK per pot per bulan pada perlakuan yang menggunakan biofertlizer Nitrobine 10 gram per pot menunjukkan respon yang paling baik. Hal ini menunjukkan bahwa, peranan biofertilizer Nitrobine yang mengandung Azotobacter dan Azospirillum serta bakteri pelarut fosfat sangat penting dalam meningkatkan ketersediaan unsur hara.

Dalam rangka melihat peranan masing-masing pupuk ini, yaitu pupuk organic, pupuk hayati dan pupuk anorganik dan kombinasinya, maka dilakukan penelitian paket-paket pupuk organic, pupuk hayati dan pupuk kimia. Hasil penelitian beberapa paket kombinasi pupuk organic, anorganik, dan pupuk hayati menunjukkan pengaruh yang sangat nyata terhadap pertumbuhan tanaman sawi hijau (Narka dan Merit, 2016). Khususnya pemberian pupuk hayati nitrobakter secara pantastik dapat meningkatkan berat kering tanaman sawi hijau sebesar 258,6%. Sedangkan pada ketiga kombinasi dapat meningkatkan berat kering oven tanaman sawi hijau 344,8 %. Berdasarkan hasil penelitian ini timbul keinginan untuk mengetahui pengaruh residu pemberian pupuk organik, anorganik dan pupuk hayati terhadap tanaman kangkung.

(11)

BAB II. TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Botani Tanaman Kangkung Darat

Menurut Anggara (2009), sistematiks tanaman kangkung darat (Ipomoea reptans L. poir) diklasifikasikan sebagai berikut:

Kingdom : Plantae ( tumbuhan )

Subkingdom : Tracheobionta ( berpembuluh ) Superdivisio : Spermatophyta ( menghasilkan biji ) Divisio : Magnoliophyta ( berbunga )

Kelas : Magnoliopsida ( berkeping dua / dikotil ) Sub-kelas : Asteridae

Ordo : Solanales

Familia : Convolvulaceae ( suku kangkung-kangkungan ) Genus : Ipomea

Spesies : Ipomea reptans Poir.

Berdasarkan klasifikasi tanaman kangkung di atas, maka secara morfologi tanaman kangkung memiliki dua varietas yaitu kangkung air dan kangkung darat. Kangkung darat, yang mempunyai daun-daun yang panjang dengan ujung yang runcing, berwarna hijau keputih-putihan dan bunganya berwarna putih. Misal, sutera, Bangkok, dan lain-lain. Kangkung darat biasanya ditanam di tempat-tempat yang agak kering, sedangkan kangkung air biasa ditanam di pinggir-pinggir kolam, rawwa dan lain- lain. Misal: Sukabumi, Biru, dan lain-lain (Sumaryono, 1984)

Kangkung air (Ipomea aquatic forsk), yang mempunyai daun panjang dengan ujung yang agak tumpul berwarna hijau kelam dan bunganya berwarna kekuning-kuningan/ungu. Kangkung air memiliki warna bunga putih kemerah-merahan, ukuran batang dan daun lebih besar dibandingkan dengan kangkung darat, berbatang hijau dan berbiji sedikit. Buah kangkung memiliki diameter 7 – 9 mm, halus, berwarna kecoklatan dan berisi 2 – 4 biji (Westphal, 1994 dalam Maryam, 2009). Kangkung darat memiliki karakteristik warna bunga putih hingga merah muda, daun agak kecil, warna batang putih kehijauan hingga keunguan (Palada dan Chang, 2003 dalam Maryam (2009).

(12)

Kusandryani dan Luthfy, 2006 dalam Maryam (2009), menjelaskan bahwa di Indonesia terdapat kangkung dengan berbagai aksesi seperti aksesi 511 asal Bekasi, 504 asal Bengkulu, 512 asal Cikampek dan sebagainya dengan ciri tanaman dengan tipe tumbuh tegak, warna daun hijau, batang bulat, bunga berbentuk terompet dan warna bunga putih. Panjang daun, lebar daun dan umur berbunga pada aksesi 511 berturut-turut adalah 12,6 cm, 2,95 cm dan 60 hari, pada aksesi 504 berturut-turut 12,3 cm, 2,95 cm dan 65 hari, sedangkan aksesi 512 memiliki nilai berturut-turut 11,8 cm, 3,35 cm, 63 hari

Menurut Williams et al., (1991), dalam Widodo 2010, daun memiliki panjang 7 – 14 cm, berbentuk jantung pada pangkalnya dan biasanya runcing pada ujungnya. Batang berongga dan mengapung pada permukaan. Akar adventif segera tebentuk pada buku batang jika menyentuh tanah atau lengas. Pada kondisi hari pendek, tangkai bunga tegak berkembang pada ketiak daun. Biasanya terbentuk satu atau dua kuntum bunga berbentuk terompet dengan leher ungu. Warna mahkota putih, merah jambu muda, atau ungu, berbeda-beda menurut tipe tanaman. Biji mudah terbentuk dan berkembang dalam bulir polong.

Rukmana, 1994 dalam Selviningsih (2011) menambahkan bahwa kangkung merupakan tanaman menetap yang dapat tumbuh lebih dari satu bulan. Batang tanaman berbentuk bulat panjang, berbuku-buku, banyak mengandung air (herbaceous) dan berlubang-lubang. Batang tanaman kangkung tumbuh merambat atau menjalar dengan percabangan yang banyak. Kangkung memiliki sistem perakaran tunggang dan cabang-cabang akarnya menjalar keseluruh arah, dapat menembus tanah sampai kedalaman 60-100 cm serta melebar secara mendatar pada radius 60-100-150 cm atau lebih, terutama pada jenis kangkung air. Tangkai daun melekat pada buku-buku batang dan di ketiak daun terdapat mata tunas yang dapat tumbuh menjadi percabangan baru. Bentuk daun umumnya seperti jantung hati, ujung daunnya meruncing atau tumpul, permukaan daun sebelah atas berwarna hijau tua dan permukaan daun bagian bawah berwarna hijau muda.

2.2 Syarat Tumbuh

Wahyudi (2010) menjelaskan bahwa kangkung tumbuh pada tipe tanah lempung, sampai lempung berpasir, gembur, dan mengandung bahan organik serta lokasi yang terbuka dan memperoleh sinar matahari langsung, masih bisa ditanam di tanah rawa yang drainase

(13)

airnya tidak lancar. Kangkung termasuk t ipe sayuran dataran rendah yang pertumbuhannya kurang optimal bila ditanam di dataran lebih dari 700 mil dari permukaan laut (Westphal, 1994 dalam Maryam (2009). Kangkung dapat tumbuh di daerah dengan iklim panas dan tumbuh optimal pada suhu 25 – 30°C (Palada dan Chang, 2003 dalam Maryam (2009). Kangkung sangat kuat menghadapi panas terik dan kemarau yang panjang dengan kelembaban 60%. Kangkung darat tumbuh optimal pada tanah banyak mengandung bahan organik, tinggi kandungan air dengan pH 5.3-6.0 (Westphal,1994 dalam Maryam (2009).

Emilia dan Ainun, 1999 dalam Selviningsih (2006) mengemukakan bahwa umumnya kangkung merupakan tanaman hari pendek dan termasuk tipe sayuran dataran rendah. Kangkung jarang tumbuh pada ketinggian lebih dari 700 m2 karena pada suhu rata-rata 23 0C kecepatan pertumbuhannya akan mengalami penurunan, oleh karenanya jika dibudidayakan sebagai sayuran komersial tidak akan memberikan keuntungan pada petani. Kangkung umumnya tumbuh di daerah yang memiliki garis lintang yang tinggi seperti Thailand Utara, Vietnam Utara dan Hongkong sebagai sayuran musim panas.

Kangkung dapat tumbuh dan berproduksi dengan baik jika dibudidayakan pada tempat dengan ketinggian maksimal 2000 meter diatas permukaan laut. Tanaman ini membutuhkan tanah yang gembur dan mengandung banyak bahan organik sebagai tempat tumbuhnya, untuk kangkung darat khususnya tidak menyukai lahan yang tergenang karena akarnya mudah membusuk, sedang kangkung air membutuhkan tanah yang selalu tergenang. Kangkung membutuhkan lahan yang terbuka atau lahan yang mendapatkan sinar matahari yang cukup sebagai tempat tumbuhnya, karena di lahan yang ternaungi tanaman kangkung akan tumbuh memanjang. Tanaman ini tumbuh baik sepanjang tahun, curah hujan yang optimal untuk kangkung adalah 500 – 5000 mm/tahun. Kangkung merupakan tanaman yang memiliki kemampuan adaptasi yang tinggi sehingga dapat tumbuh dihampir semua kondisi lahan, namun jika ditanam pada lahan yang memiliki suhu udara relatif panas batang tanaman ini akan mengeras. Waktu bertanam yang baik ialah pada musim hujan untuk kangkung darat atau musim kemarau untuk kangkung air (Sumaryono, 1984)

(14)

2.3 Kangkung Darat Varietas Bangkok

Wahyudi (2010) menjelaskan bahwa pertumbuhan tanaman tegak dan seragam. Bentuk daun lonjong lebar dengan ujung yang lancip. Warna daun dan batang hijau. Tinggi tanaman 20 – 30 cm. Panen pada umur 25 – 30 HST. Potensi produksi 25 – 30 ton/ha.

2.4 Panen Tanaman Kangkung Darat

Perbedaan jumlah biji yang dihasilkan berpengaruh terhadap perbanyakan kangkung. Kangkung darat diperbanyak melalui biji sedangkan kangkung air melalui stek pucuk batang. Menurut Palada dan Chang (2003) dalam Kartika, 2010, kangkung dapat dipanen pada umur 30 – 45 Hari Setelah Tanam (HST) tergantung varietas dan tipe tanaman. Palada dan Chang (2003) menyatakan kangkung dapat dipanen sekali dengan mencabut tanaman hingga ke akarnya atau beberapa kali dengan memotong sepanjang 15 – 25 cm pada bagian batang. Selanjutnya penelitian Kusandryani dan Luthfy (2006) dalam Kartika, 2010 menunjukkan kangkung aksesi 511, 504 dan 512 masing-masing memiliki umur panen 42, 43 dan 40 HST. Pemanenan yang sering dilakukan akan menghambat pembungaan dan menstimulasi pertumbuhan tunas samping. Tanaman yang tidak dipanen menyebabkan tunas samping berkembang menjadi daun yang panjang. Hasil panen kangkung berbeda-beda disebabkan oleh faktor genetik tanaman. Kangkung aksesi 511, 504 dan 512 masing-masing memiliki bobot tanaman per rumpun sebesar 468.5, 470.0 dan 630.5 g (Kusandryani dan Luthfy, 2006) dalam Kartika, 2010. Pemupukan urea 150 – 300 kg/ha memberikan hasil panen 7-30 ton/ha (Westphal, 1994 dalam Kartika, 2010).

Panen pada tanaman kangkung yang ditanam di darat bisanya dilakukan pada umur 20 – 50 hari setelah benih disebar. Hasil tanamannya berkisar antara 7– 30 ton/ha produk segar, dan dapat mencapai 400 ton/ha/tahun. Kangkung yang ditanam di air, di Thailand hasil produksinya dapat mencapai 90 ton/ha produk segar (Hayati, 2005 dalam Selviningsih 2006). Kangkung sudah bisa dipanen pada umur 2 – 3 minggu setelah tanam, yaitu saat panjang batangnya kira-kira 20 25 cm. Panen perdana ini untuk mendapatkan hasil bahan sayuran daun juga berfungsi untuk merangsang pertumbuhan vegetatif (pucuk-pucuk) berikutnya yang lebih banyak. Kangkung dapat pula dipangkas sesudah berumur 1,5 bulan dari saat penanaman. Cara memanen kangkung darat adalah pangkas batangnya dan menyisakan sekitar 2 – 5 cm di atas permukaan tanah atau meninggalkan 2 – 3 buku tua.

(15)

Cara pemanenan kangkung darat juga dapat dilakukan dengan mencabut tanaman beserta dengan akar-akarnya Panen dilakukan pada sore hari dengan tujuan agar tidak mengalami kelayuan yang drastis akibat pengaruh suhu udara yang panas ataupun teriknya sinar matahari. Panen dilakukan dengan cara memotong kangkung yang siap panen dengan ciri batang besar dan berdaun lebar.

Selanjutnya Palada dan Chang (2003), menyatakan bahwa panen dilakukan 2 – 3 minggu sekali setiap kali habis panen biasanya akan terbentuk cabang-cabang baru. Produksi kangkung akan menurun baik secara kuantitatif maupun kualitatif setelah kangkung dipanen sebanyak 5 kali. Setelah berbunga maka perlu disisakan ± 2 m2 agar bijinya dapat diproduksi sebagai benih. Hal ini membutuhkan waktu ± 40 hari sampai biji kering.

Tanaman kangkung yang telah berumur satu tahun biasanya tumbuh lambat, kerdil, dan kurang produktif. Gejala ini dapat disebabkan oleh tuanya umur tanaman dan kondisi tanah tidak subur lagi. Oleh karena itu, tanaman ini sebaiknya dilakukan peremajaan kembali. Pertanaman kangkung dibongkar, tanahnya diolah secara sempurna, dan diberi pupuk kandang seperti pada permulaan berkebun , kemudian ditanami bahan tanaman /benih/ bibit baru yang unggul dan sehat.

Wahyudi (2010) menjelaskan bahwa tahapan panen dan pascapanen kangkung adalah kangkung dapat dipanen pada umur 20 – 30 HST, melakukan pembasahan lahan (pengairan) menjelang panen untuk memudahkan pencabutan tanaman, mencabut tanaman beserta akarnya untuk mempertahankan tingkat kesegaran tanaman dalam waktu yang relatif lama, mengumpulkan hasil panen di tempat pencucian, mencuci kangkung yang telah dipanen, terutama di bagian akarnya dari bekas-bekas tanah hingga bersih, menyusun rapi kangkung yang telah dicuci di rak-rak terbuka untuk diangin-anginkan dan agar bekas air pencucian bisa tiris dan mengemas kangkung menggunakan label isolasi dengan berat sesuai permintaan pasar. Umumnya, berat kangkung per ikat sekitar 200 gram atau 250 gram.

Tanaman kangkung darat berpotensi sebagai fitoremidiator endapan lumpur Sidoarjo dengan kemampuan menyerap logam berat Fe 13,9 % dan Al 11 %. Tanaman kangkung yang ditanam pada media lumpur Sidoarjo akan menyerap logam dan menghasilkan bobot tanaman terendah 5,07 g/tanaman (Suchaida dkk., 2015). Fitoremediasi adalah

(16)

bahan pencemar, karena tanaman mempunyai kemampuan menyerap logam berat dan mineral yang tinggi atau sebagai fitoakumulator dan fotochelator (Elvira et al.,2012). Fitoremediasi selain untuk menghilangkan atau mobilisasi logam dalam tanah yang terkontaminasi, juga dapat meningkatkan atau mempertahankan struktur dan kesuburan tanah (Watanabe,

1997).

2.5 Pupuk Organik

Menurut Permentan No.2/Pert/Hk.060/2/2006 (dalam Suriadikerta dan Simanungkalit, 2006) tentang pupuk organik dan pembenah tanah, disebutknan bahwa pupuk organik adalah pupuk yang sebagian besar atau seluruhnya terdiri atas bahan organik yang berasal dari tanaman dan atau hewan yang telah melalui proses rekayasa, dapat berbentuk padat atau cair yang digunakan mensuplai bahan organik untuk memperbaiki sifat fisik, kimia, dan biologi tanah. Selanjunya dijelaskan istilah pupuk hayati digunakan sebagai nama kolektif untuk semua kelompok fungsional mikroba tanah yang dapat berfungsi sebagai penyedia unsur hara dalam tanah sehingga dapat tersedia bagi tanaman.

Penelitian pemberian pupuk organik berupa pupuk kandang, pupuk kompos, pupuk kascing, pupuk hijau, seresah, jerami telah banyak dilakukan. Penggunaan pupuk organik saja, tidak dapat meningkatkan produktivitas pertanian dan ketahanan pangan. Oleh karena itu sistem pengelolaan hara terpadu yang memadukan pemberian pupuk organik, pupuk hayati dan pupuk anorganik dalam rangka meningkatkan produktivitas lahan dan kelestarian lingkungan perlu dilakukan (Suriadikerta dan Simanungkalit, 2006).

Pemberian pupuk organik tanpa diikuti dengan pupuk kimia ternyata dapat menurunkan hasil secara drastis pada tahun pertama saat pemberian. Hasil penelitian penggunaan pupuk organik kascing di daerah Baturiti Tabanan menunjukkan bahwa pada tahun pertama pemberian pupuk organik, hasil sayuran menurun sekitar 48 %. Untuk mencegah terjadinya penurunan hasil sayuran, pupuk organik dikombinasikan dengan pupuk kimia. Pemberian pupuk kimia secara terus menerus tanpa disertai pupuk organik dapat menurunkan kualitas tanah. Pemberian kombinasi pupuk organik dan pupuk kimia setelah beberapa tahun dapat meningkatkan kualitas tanah (Sardiana, 2015).

Jurusan Tanah Fakultas Pertanian Universitas Udayana telah melakukan penelitian kombinasi pupuk organik kascing dengan pupuk kimia pada tanaman padi sawah. Hasil

(17)

11% pupuk organik [(356 kg Urea + 67 kg SP-6 + 67 kg KCl + 990 kg Kascing) /ha] memberikan berat gabah tertinggi 6,9 ton / ha (Arya dkk, 2006). Penelitian yang hampir sama yaitu tentang pengaruh pemberian pupuk organik dan pupuk anorganik terhadap pertumbuhan dan hasil tanaman padi telah dipublikasikan di jurnal Agrivigor, Fakultas Pertanian dan Kehutanan Unhas. Makasar (Arafah, 2005).

Hasil penelitian Dahlan dkk., (2008) menunjukkan bahwa perlakuan pupuk kandang kuda yang dikombinasikan dengan pupuk N, P, dan K berpengaruh nyata terhadap perubahan sifat-sifat tanah, yaitu kadar lengas, kadar C-organik, pH, dan P tersedia tanah. Peningkatan kadar P tanah seiring dengan peningkatan kadar lengas dan pH tanah, tetapi kadar C-organik mengalami penurunan. Kadar P-tersedia tertinggi diperoleh pada kombinasi perlakuan aplikasi pupuk kandang 15 ton ha-1 dan pupuk NPK 300 kg ha-1 dengan lama inkubasi 14 hari.

Penelitian pemberian pupuk organik dan pupuk mineral telah dilakukan selama 2 musim pada tanaman gandum. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa pupuk organik dan pupuk mineral berpengaruh sangat nyata terhadap hasil dan jerami gandum. Demikian juga terhadap kualitas hasil dan kualitas tanah (Hlisnikovsky dan Kunzova, 2014). Khusus tentang pemberian pupuk kompos, Agustina (2007) telah melakukan penelitian pengaruh pemberian kompos terhadap beberapa sifat fisik tanah Entisol serta pertumbuhan tanaman jagung (Zea mays L). Hasil penelitian menunjukkan bahwa pemberian kompos dapat memperbaiki sifat tanah Entisol dan meningkatkan pertumbuhan jagung. Pemberian kompos dengan dosis 30 ton ha-1 berpengaruh terbaik dalam memperbaiki beberapa sifat fisik tanah, yaitu mampu menurunkan berat isi tanah, berat jenis, dan pori drainase cepat. Selain itu juga mampu meningkatkan porositas total tanah, pori drainase lambat maupun pori air tersedia serta kemantapan agregat

Penggunaan pupuk hayati (biofertilizer) masih jarang ditemukan. Salah satu penelitian yang menggunakan pupuk hayati (biofertilizer Nitrobine) dikombinasikan dengan kompos dan pupuk kimia telah dilakukan oleh El-Nagar (2010) pada tanaman bunga selama 2 musim. Berdasarkan penelitian ini ditemukan dosis optimal pada 15 ton kompos/ha, 3 gram pupuk mineral NPK per pot per bulan pada perlakuan yang menggunakan biofertlizer Nitrobine 10 gram per pot menunjukkan respon yang paling baik. Hal ini menunjukkan bahwa, peranan biofertilizer Nitrobine yang mengandung Azotobacter dan Azospirillum serta bakteri pelarut fosfat sangat penting dalam meningkatkan ketersediaan unsur hara.

(18)

Sementara penelitian pemberian pupuk hayati nitrobakter mengandung mikroba nitrobakter yang bermanfaat meningkatkan nitrogen bebas sehingga mampu meningkatkan kesuburan tanah, melarutkan fosfat menjadi bentuk tersedia , melarutkan kalium tanah, memperbaiki struktur tanah, menghasilkan berbagai enzim/hormon untuk pertumbuhan tanaman, memperbaiki sifat fisik, kimia dan biologi tanah,

(19)

BAB III. TUJUAN DAN MANFAAT PENELITIAN

Tujuan khusus dari penelitian ini adalah:

1. Mengetahui pengaruh residu masing masing pupuk organic, pupuk hayati dan pupuk anorganik serta kombinasinya terhadap pertumbuhan tanaman kangkung.

2. Mengetahui pengaruh residu kombinasi yang dapat meningkatkan hasil kangkung tertinggi.

3. Meningkatkan kualitas tanah sebagai media tumbuh tanaman budidaya pertanian

Manfaat penelitian adalah :

1. Hasil penelitian dapat memberikan solusi dalam meningkatkan kualitas tanah dan hasil pertanian khususnya tanaman kangkung

2. Menambah wawasan tentang pentingnya pupuk organic, anorganik dan pupuk hayati.

3. Dalam bidang pendidikan dapat digunakan sebagai bahan materi perkuliahan khususnya dalam Mata Kuliah PengelolaanTanah dan Air dan Mata Kuliah Pertanian Ramah lingkungan

(20)

BAB IV. BAHAN DAN METODE PENELITIAN 4.1. Waktu dan Tempat

Percobaan merupakan penelitian pot yang dilakukan di rumah kaca kebun percobaan Fakultas Pertanian Universitas Udayana dengan ketinggian tempat 10 m dari permukaan air laut. Penelitian ini dilakukan pada bulan September sampai Oktober tahun 2016.

4.2. Bahan dan Alat

Bahan yang digunakan pada penelitian ini adalah benih tanaman kangkung darat (Ipomea reptans Poir.) , tanah bekas perlakuan pemberian pupuk organic, anorganik dan pupuk hayati setelah ditanami sawi hijau selama satu bulan. Adapun bahan yang sudah terkandung di sana adalah : pupuk organic, pupuk anorganik dan pupuk hayati nitrobakter. Foto benih yang digunakan adalah benih kemasan disajikan pada Gambar 1. Sedangkan alat yang digunakan adalah : ember (pot plastic), meteran, timbangan, oven dan alat tulis menulis.

4.3. Metode penelitian

Rancangan yang digunakan adalah rancangan acak kelompok dengan 8 perlakuan dan 3 ulangan sama dengan rancangan pada penelitian sebelumnya. Adapun perlakuan yang dicoba adalah sebagai berikut :

P0 (tanpa pupuk),

P1 (25 ton pupuk organic/ha), P2 (300 kg pupuk NPK/ha), P3 (pupuk Hayati Nitrobakter)

P4 (25 ton pupuk organic/ha +300 kg pupuk NPK/ha), P5 (25 ton pupuk organic/ha + pupuk hayati nitrobakter), P6 (300 kg pupuk NPK/ha + pupuk Hayati Nitrobakter) dan

P7 (25 ton pupuk organic/ha + 300 kg pupuk NPK/ha + pupuk Hayati Nitrobakter).

Masing-masing perlakuan diulang 3 kali sehingga terdapat 24 unit percobaan.

4.4. Parameter Pengamatan

Parameter yang diamati pada penelitian ini untuk mengetahui pengaruh residu penelitian sebelumnya adalah : tinggi tanaman kangkung, berat segar tanaman kangkung

(21)

dan berat kering oven tanaman kangkung. Tinggi tanaman kangkung diukur dari permukaan tanah sampai ujung daun tertinggi, sedangkan berat segar tanaman kangkung diperoleh dengan memotong semua tanaman diatas tanah dalam suatu pot dan menimbangnya. Berat kering oven tanaman diperoleh dengan cara mengoven tanaman segar sampai mencapai berat konstan.

4.5. Jalannya penelitian

Penelitian ini dimulai setelah dilakukan panen sawi hijau. Benih kangkung yang sudah disiapkan ditanam di pot bekas penelitian pertama (sawi hijau) sebanyak 10 biji. Setelah tumbuh dilakukan penjarangan dan disisakan 7 tanaman. Selanjutnya dilakukan pemeliharaan, berupa penyiraman setiap 2 hari dan pembersihan gulma jika ada tumbuh gulma. Pengamatan terhada parameter pertumbuhan dilakukan setiap minggu dan dimulai sejak sejak tanaman kangkung berumur 14 hari setelah tanam (HST). Setelah tanaman kangkung mencapai tinggi antara 20 sampai 30 cm dilakukan panen. Sesuai dengan deskripsi dan morfologi tanaman kangkung sudah berumur kurang lebih 1 bulan. Selanjutnya adalah panen untuk mengetahui berat segar dan berat kering tanaman kangkung.

4.5. Analisis data

Setelah dilakukan pengamatan terhadap parameter pertumbuhan meliputi tinggi tanaman, berat segar dan berat kering oven tanaman kangkung selanjutnya dilakukan analisis statistic berupa analisis sidik ragam untuk mengetahui pengaruh masing-masing perlakuan. Jika perlakuan yang diberikan berpengaruh nyata maka dilanjutkan dengan analisis uji berjarak Duncant 5 %. . Secara lengkap jalannya penelitian disajikan pada Gambar 2.

(22)
(23)

Media tanam sebelumnya

Panen sawi hijau

Penanaman benih kangkung

Hasil penelitian sebelumnya

Pengamatan pertumbuhan kangkung

Pengamatan parameter pertumbuhan dilakukan pada 2 minggu setelah tanam dan selanjutnya dilakukan setiap minggu

Pemeliharaan tanaman (penyiangan dan penyiraman)

Pemanenan tanaman kangkung

Penimbangan seluruh tanaman untuk mendapatkan berat segar tanaman kangkung

1. Pengambilan sampel sub sampel untuk ditimbang dan dioven

2. Menimbang berat kering oven

Analisis data Penulisan Laporan

(24)

BAB V. HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1. Hasil Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan sampai tanaman berumur 1 bulan dengan tinggi berkisar antara 20 -30 cm. Hasil pengamatan telah dilakukan terhadap parameter tinggi tanaman, berat segar tanaman kangkung dan berat kering oven tanaman kangkung.

5.1.1 Tinggi Tanaman Kangkung (cm)

Pengamatan tinggi tanaman sawi hijau selama penelitian dilakukan 4 kali yaitu 7 hari setelah tanam (HST), 14 HST, 21 HST dan 28 HST. Grafik pertumbuhan tanaman selama penelitian disajikan pada Gambar 3.

Gambar 3. Grafik perkembangan tinggi tanaman pada berbagai perlakuan

Hasil analisis statistika menunjukkan bahwa residu pemberian beberapa paket dosis pupuk berpengaruh nyata terhadap tinggi tanaman pada saat pengamatan pertama (14 HST), 21 HST, 28 HST dan terakhir 35 HST (Lampiran 2-5). Berdasarkan Grafik perkembangan tinggi tanaman terlihat bahwa residu kombinasi pupuk anorganik dengan pupuk hayati nitrobakter memberikan pertumbuhan tanaman kangkung yang paling baik, kemudian disusul oleh residu perlakuan P7 (kombinasi ketiga pupuk) dan yang paling jelek adalah P0 (tanpa pupuk). Grafik perkembangan tinggi tanam selengkapnya disajikan pada Gambar 2.

(25)

Pengaruh perlakuan residu pemberian bahan organic, anorganik dan pupuk hayati nitrobakter berpengaruh nyata terhadap tinggi tanaman (lampiran 5). Rata-rata tinggi tanaman kangkung pada saat pengamatan terakhir (35 HST) disajikan pada Gambar 4. Berdasarkan Gambar dan Grafik tersebut tampak bahwa perlakuan P6 menghasilkan tinggi tanaman tertinggi (21,3 cm) selanjutnya disusul oleh perlakuan P7 dan P4 yaitu masing-masing 18,8 dan terendah P0 yaitu 15,8 cm. Perlakuan P6 berbeda nyata dengan control sedangkan perlakuan lainnya tidak berbeda nyata dengan control . Nilai-nilai tinggi tanaman kangkung selengkapnya disajikan pada Tabel 1.

Gambar 4. Tinggi tanaman kangkung pada berbagai perlakuan

5.1.4 Berat segar tanaman kangkung (g)

Hasil analsis statistika menunjukkan bahwa pemberian beberapa paket dosis pupuk berpengaruh sangat nyata terhadap berat segar tanaman kangkung (Lampiran 6). Rata-rata berat segar tanaman kangkung tertinggi diperoleh pada perlakuan P6 (88,63 gram) dan menurun secara tidak nyata pada perlakuan P7 (76,88 gram) dan perlakuan P5 (68,48 gram). Perlakuan P6, dan P7 berbeda nyata dengan P0 (52,06 gram) dan P1 (56,21 gram) dan P2 (53,90 gram). Nilai rata-rata berat segar tanaman kangkung pada semua perlakuan disajikan pada Tabel 1 dan Gambar 5.

(26)

Gambar 5. Berat segar tanaman kangkung pada berbagai perlakuan

Tabel 1. Pengaruh residu beberapa paket dosis pupuk organic, anorganik dan nitrobakter terhadap parameter pertumbuhan tanaman kangkung

Perlakuan/ Parametetr Rata-rata tinggi tanaman (cm) Rata-rata berat segar tanaman (g) Rata-rata berat kering oven (g) RAE (%) P0 (tanpa pupuk), 15.8 a 52.06 a 15.38 a -P1 (Organic) 18.3 ab 56.21 a 16.13 ab 63 P2 (Anorganik) 18.3 ab 53.90 a 16.56 ab 100 P3 (Nitrobacter) 18.0 ab 64.15 ab 17.74 abc 200 P4 =P1+P2 18.8 ab 55.58 a 17.34 abc 165 P5 =P1+P3 18.2 ab 68.48 ab 19.49 bcd 348 P6 =P2+P3 21.3 b 88.63 c 21.88 d 550 P7 = (P1+P2+P3) 18.8 ab 76.88 bc 20.39 cd 424

Keterangan : Angka-angka yang diikuti oleh huruf yang sama pada kolom yang sama tidak berbeda nyata pada uji Duncant 5 %

(27)

5.1.5 Berat kering oven tanaman kangkung

Hasil analsis statistika menunjukkan bahwa pemberian beberapa paket dosis pupuk berpengaruh sangat nyata terhadap berat kering oven tanaman sawi hijau (Lampiran 7). Rata-rata berat kering oven tanaman sawi hijau tertinggi diperoleh pada perlakuan P6 (21,88 gram) dan menurun secara tidak nyata pada perlakuan P7 (20,39 gram). Selanjutnya disusul oleh perlakuan P5 (19,49 gram) yang berbeda nyata dengan P0 (15,38 gram) dan P1 (16,13 gram). Berat kering oven tanaman sawi hijau terendah ditemukan pada perlakuan P0 (15,38 gram) yang tidak berbeda nyata dengan P1 (16,13 gram). Nilai rata-rata berat kering oven tanaman kangkung pada semua perlakuan disajikan pada Tabel 1 dan Gambar 6.

Gambar 6. Berat kering oven tanaman kangkung pada berbagai perlakuan

5.1.6 Relatif Agronomik Efectivnes (RAE)

Hasil perhitungan relative agronomic effectiveness (RAE) menunjukkan semua perlakuan residu paket pupuk, kecuali perlakuan residu pemberian bahan organic menunjukkan RAE lebih besar dari 100. Residu pemberian pupuk hayati nitrobakter sebesar 200 %, residu pemberian kombinasi pupuk organic dengan pupuk kimia 165 %, residu pemberain pupuk organic dengan pupuk hayati menghasilkan RAE 348 %, residu pemberian kombinasi pupuk anorganik dengan pupuk hayati nitrobakter 550 % dan residu pemberian

(28)

Berdasarkan hasil RAE ini maka perlakuan yang memberikan keuntungan secara agronomis dengan perpatokan kepada residu perlakuan prnggunaan pupuk anorbanik adalah perlakuan P3 (nitrobakter), kombinasi pupuk organic dengan pupuk kimia (P4), kombinasi pupuk organic dengan pupuk hayati nitrobakter (P5), kombinasi pupuk anorganik dengan pupuk hayati nitrobakter (P6) dan kombinasi ketiga pupuk, organic, anorganik, nitrobakter). Foto-foto kegiatan penelitian pengaruh residu pemberian pupuk organic, anorganik dan pupuk hayati nitrobakter disajikan pada Gambar 8.

5.2. Pembahasan

Berdasarkan hasil analisis statistika terlihat bahwa pemberian perlakuan kombinasi pupuk organic, anorganik dan pupuk hayati nitrobakter berpengaruh nyata terhadap hampir semua parameter pertumbuhan tanaman kangkung. Dilihat dari parameter berat kering oven kangkung, residu perlakuan P6 (kombinasi pupuk anorganik dengan pupuk hayati nitrobekter) menunjukkan hasil tertinggi yang tidak berbeda nyata perlakuan P7. Demikian juga berat kering segar tanaman kangkung tertinggi ditemukan pada perlakuan P6 yang tidak berbeda nyata dengan P7 (Tabel 1). Berdasarkan hasil penelitian ini dapat dikatakan bahwa residu pemupukan nitrobakter dapat menjadi lebih lama jika dikombinasikan dengan pupuk anorganik, atau pupuk organic. Jika dilihat dari residu pemberian pupuk hayati nitrobakter (P3), peningkatan berat kering oven tanaman kangkung sebesar 15,34% jauh lebih rendah dibandingkan dengan P6 yaitu sebesar 42,22 %. Peningkatan residu ini disebabkan karena pupuk hayati nitro bakter berupa bakteri yang mempunyai kemampuan mengikat nitrogen bebas dari udara kemudian dapat digunakan oleh tanaman. Dengan adanya pupuk anorganik atau pupuk organic memungkinkan bakteri ini hidup lebih lama karena persediaan makan untuk hidupnya bakteri nitrobakter berupa bahan organik atau pupuk anorganik dapat menjadi cadangan makan bagi bakteri nitrobakter. Tabel 1. Memperlihatkan bahwa, berat kering oven tanaman kangkung meningkat sebesar 15,34 % melebihi peningkatan pada residu pemberian bahan organic (4,86 %) dan juga melebihi residu pemberian pupuk anorganik (7,65 %). Hal ini disebabkan karena bakteri nitrobakter dapat mengikat nitrogen bebas menjadi nitrogen yang tersedia sehingga dapat diserap oleh tanaman. Janardi (2015) mengatakan pemberian nitrobakter TJ secara pantastis dapat meningkatkan jumlah anakan tanaman padi.

(29)

Residu perlakuan P1 (pemberian pupuk organic 25 ton/ha) jika dibandingkan residu perlakuan P0 (control) menunjukkan peningkatan pada hampir semua parameter pertumbuhan. Berat kering oven tanaman kangkung mengalami peningkatan 4,86 % namun secara statistic tidak nyata. Peningkatan ini sebabkan karena pupuk organic mengandung hara N, P K sehingga unsur hara dalam tanah menjadi lebih tersedia. Kandungan hara N, P, K pada pupuk organic yang dipakai adalah N = 0,376 %, K = 0,946 %, Corganik = 12,85 % (CV Amerta Jaya). Dengan adanya penambahan pupuk organic ini maka kadar C organic tanah menjadi lebih tinggi. Dengan meningkatnya C organic tanah maka berpengaruh terhadap sifat fisik tanah, yaitu sifat fisik tanah menjadi lebih baik. Agustina (2007) telah melakukan penelitian pengaruh pemberian kompos terhadap beberapa sifat fisik tanah Entisol serta pertumbuhan tanaman jagung (Zea mays L). Hasil penelitiannya menunjukkan bahwa pemberian kompos dapat memperbaiki sifat tanah Entisol dan meningkatkan pertumbuhan jagung. Selanjutnya Oka (2007) juga melakukan penelitian pemberian pupuk kascing pada tanaman kangkung. Hasil penelitiannya telah dipublikasikan dalam jurnal, menyebutkan bahwa pemberian pupuk kascing secara sangat nyata dapat meningkatkan hasil tanaman kangkung dan sifat fisik tanah menjadi lebih baik.

Residu perlakuan P2 (pemberian pupuk anorganik) dibandingkan dengan P0 (control) pada parameter berat kering oven tanaman kangkung tidak berbeda nyata. Berat kering oven meningkat sebesar 7,65 % (Tabel 1). Peningkatan ini lebih besar dibandingkan dengan perlakuan pemberian pupuk organic. Hal ini disebabkan kandungan hara pada pupuk anorganik jauh lebih tinggi dibandingkan dengan pupuk organic. Kandungan hara yang lebih tinggi akan menyebabkan ketersediaan hara yang lebih tinggi di tanah selanjutnya akan berpengaruh terhadap pertumbuhan tanaman kangkung. Berdasarkan hasil analisis tanah sebelum perlakuan ditemukan kadar hara nitrogen dan kandungan C-organik tergolong rendah (Tabel 2). Setelah diberikan perlakuan pupuk organic, anorganik dan pupuk hayati pada penelitian sebelumnya, kandungan hara N dan kandungan C-organik tanah secara nyata mengalami peningkatan, sementara kandungan P dan K terdapat kecenderungan meningkat tetapi secara statistic tidak nyata (Narka dan Merit 2016).

Perlakuan P3 (pemberian pupuk hayati nitrobacter dibandingkan dengan P0 (control) menunjukkan perbedaan yang tidak nyata. Berat kering oven tanaman kangkung meningkat menjadi 17,7,4 gram, sementara perlakuan P0 sebesar 15,38 gram atau meningkat sebesar 15,34 %. Peningkatan ini disebabkan karena residu pemberian pupuk hayati nitrobakter.

(30)

Hasil yang hampir juga dilaporkan oleh Janardi (2015) bahwa pemupukan nitrobakter dapat meningkatkan anakan tanaman padi secara fenomenal menjadi 80 anakan per rumpun. Berdasarkan hasil penelitiannya Janardi menyatakan bahwa pemupukan dengan pupuk hayati nitrobakter dapat menggantikan pupuk kimia dan juga pupuk organic.

Tabel 2. Hasil analisis tanah sebelum diberikan perlakuan pada penelitian I

NO PARAMETER HASIL KETERANGAN

1 pH H2O (1 : 2,5) 6,84 Netral

2 DHL (mmhos/cm) 0,320 Sangat rendah

3 C Organik (%) 1,67 Rendah

4 N –Total (%) 0,16 Rendah

5 P – tersedia (ppm) 253,63 Sangat tinggi

6 K – tersedia (ppm) 209,98 Sedang 7 Kadar air (%) - Kering udara 7,36 - Kapasitas lapang 22,79 8 Tekstur - Pasir (%) 37,21

- Debu (%) 38,15 lempung berliat

- Liat (%) 24,65

Sumber : Laboratorium tanah Fakultas pertanian Universitas Udayana

Hasil penelitian pada tanaman sawi hijau juga menunjukkan hal serupa, bahwa berat kering oven sawi hijau pada perlakuan P4 (kombinasi pupuk organic dan anorganik) yang hanya sebesar 5,5 gram, jauh dibawah hasil yang dicapai pada perlakuan P3 dan secara statistic berbeda nyata. Berat kering oven sawi hijau pada perlakuan P4 jika dibandingkan perlakuan P0 mengalami peningkatan sebesar 89,66% (Narka dan Merit, 2016). Hal yang hampir sama juga terjadi pada penelitian ini, bahwa berat kering oven tanaman kangkung

(31)

atau meningkat 12,70 %, jauh dibawah hasil yang dicapai pada perlakuan P3 namun secara statistic tidak berbeda nyata. Peningkatan berat kering tanaman kangkung pada perlakuan residu pemberian pupuk anorganik dan organic ini disebabkan karena pemberian pupuk anorganik yang menyebabkan unsur hara menjadi lebih tersedia dan pupuk organic juga memberikan tambahan hara dan perbaikan sifat tanah.

Residu perlakuan P5 (kombinasi pupuk organic dengan nitrobakter) menghasilkan berat kering oven tanaman kangkung sebesar 19,49 gram atau meningkat 26,69% dibandingkan dengan control. Peningkatan ini disebabkan karena pemberian pupuk hayati ntrobakter dan pupuk organic masih memberikan pengaruh yaitu dapat meningkatkan ketersediaan hara dalam tanah. Hasil berat kering oven tanaman kangkung pada perlakuan ini, lebih tinggi dibandingkan dengan perlakuan P3 (nitrobakter) tetapi secara statistic tidak berbeda nyata (Tabel 1).

Residu perlakuan P6 (kombinasi pupuk anorganik dengan nitrobakter) juga secara nyata menunjukkan peningkatan berat kering oven tanaman kangkung. Peningkatannya sebesar 42,22 % jika dibandingkan dengan control (P0), Peningkatan ini disebabkan karena adanya residu pupuk anorganik NPK yang diberikan dapat menyediakan unsur bagi tanaman kangkung, demikian juga nitrobakter dapat mengikat nitrogen bebas menjadi nitrogen tersedia bagi tanamam. Jika dibandingkan dengan perlakuan residu pemberian nitrobakter (P3), perlakuan P6 menghasilkan berat kering oven tanaman kangkung jauh lebih tinggi, dan secara statistic berbeda nyata (Tabel 1).

Residu kombinasi ketiga pupuk P7 (pupuk organic , pupuk NPK , dan nitrobakter) menghasilkan berat tanaman kangkung kering oven 20,39 gram, dibandingkan dengan perlakuan control yaitu sebesar 15,38 gram memberikan peningkatan sebesar 32,56 %. Hal ini disebabkan karena residu masing-masing pupuk dapat menambah ketersediaan hara. Pupuk organic dapat menambah kadar nitrogen tanah, kalium tanah dan dapat mempengaruhi sifat fisik karena kandungan bahan organiknya yang tinggi. Pupuk kimia NPK secara langsung dalam jumlah yang relaatif besar dapat menambah ketersediaan unsur hara dalam tanah dan sampai penelitian ini dilakukan masih memberikan pengaruh residu. Demikian juga nitrobakter dapat menambah ketersediaan nitrogen tanah melalui aktivitas bakteri nitrobakter mengikat nitrogen bebas di udara menjadi nitrogen tersedia bagi tanaman. Adapun kelemahan di masing-masing pupuk ini akan ditutupi oleh pupuk yang lainnya.

(32)

oven tanaman kangkung, sehingga dapat dikatakan bahwa setelah tanaman pertama uaitu sawi hijau, ternyata pada tanaman berikutnya masih memberikan pengaruh residu. Memang tanama sawi hijau berumur pendek sekitar satu bulan dan juga tanaman kangkung juga berumur pendek. Oleh karena itu perlu diketahui sampai berapa lama pengaruh residu ini masih ada, sehingga perlu dicoba dengan tanaman lain yang juga berumur pendek, apakah pengaruh residu ini masih tampak.

(33)

BAB VI. KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan dapat disimpulkan sebagai berikut :

1. Pengaruh residu pemberian paket dosis pupuk organik, anorganik dan pupuk hayati nitrobakter berpengaruh nyata terhadap sebagian besar komponen pertumbuhan tanaman kangkung

2. Ketiga jenis pupuk menampakkan peranannya dalam meningkatkan pertumbuhan tanaman. Pemberian pupuk organik dapat meningkatkan berat kering tanaman kangkung sebesar 4,86,0 %, sementara pemberian pupuk anorganik NPK dapat meningkatkan berat tanaman kangkung kering oven 7,65 % dibandingkan dengan kontrol.

3. Pengaruh residu perlakuan pemberian pupuk hayati nitrobakter dapat meningkatkan berat kering tanaman kangkung menjadi 17,74 gram atau mengalami peningkatan sebesar 15,34 % dibandingkan dengan kontrol.

4. Residu pengaruh kombinasi pupuk organik dengan pupuk anorganik (P4) dapat meningkatkan berat tanaman kangkung kering oven sebesar 12,70 %, sementara pengaruh residu kombinasi pupuk organik dengan pupuk hayati nitrobakter (P5) dapat meningkatkan berat tanaman kangkung kering oven sebesar 26,69 % dibandingkan dengan kontrol.

5. Pengaruh residu kombinasi pupuk anorganik NPK dengan nitrobakter (P6) dapat meningkatkan berat kering oven tanaman kangkung sebesar 42,22%, sedangkan pengaruh residu kombinasi ketiganya dapat meningkatkan berat tanaman kangkung kering oven sebesar 32,56 % dibandingkan dengan kontrol.

6. Berat tanaman kangkung kering oven tertinggi ditemukan pada perlakuan kombinasi pupuk anorganik dengan pupuk hayati nitrobakter (P6) yang tidak berbeda nyata dengan perlakuan residu pemberian kombinasi pupuk organik, anorganik dan nitrobakter (P7).

6.2 Saran

Pemberian nitrobater TJ secara meyakinkan meningkatkan pertumbuhan sawi hijau, dan masih memberikan pengaruh sisa pada tanaman berikutnya yaitu tanaman

(34)

memberikan pengaruh baik terhadap pertumbuhan tanaman. Selain itu, untuk penelitian selanjutnya adalah melakukan penelitian frekuensi aplikasi nitrobakter TJ pada beberapa jenis tanaman dan beberapa kondisi tanah. Pupuk hayati Nitrobakter TJ cukup mahal dibandingkan harga pupuk organik maupun pupuk anorganik NPK, maka perlu diketahui berapa jarak pemberian terlama sehingga nitrobater TJ yang masih berpengaruh dengan baik terhadap pertumbuhan tanaman

(35)

DAFTAR PUSTAKA

Arafah, 2005. Pengaruh Pemberian Pupuk Organik dan Anorganik terhadp Pertumbuhan dan Hasil Padi Sawah. Jurnal Agrivigor. Fakultas Pertanian dan Kehutanan Unhas. Makasar. Vol 4 No.2 April 2005.

Arya, N.G. , A.A.N. Supadma, K. Dharma Susila, dan D.M. Arthagama,. 2006. Beberapa Paket Dosis Kombinasi Pupuk Organik dan Kimia untuk Tanaman Padi Sawah di Subak Guama. Jurusan Tanah Fakultas Pertanian Universitas Udayana. (Laporan Hasil Penelitian)

Agustina, C. (2007). Pengaruh Pemberian Kompos Terhadap beberapa Sifat Fisik Entisol serta Pertumbuhan Tanaman Jagung (Zea mays L). Skripsi. Fakultas Pertanian Universitas Brawidjaya. Malang.

Dahlan, M., Mulyati dan Ni Wayan Dwiani Dulur. 2008. Studi Aplikasi Pupuk Organik dan Anorganik terhadap Perubahan Beberapa Sifat Tanah Entisol. Agroteksos Vol. 18 No. 1-3, Desember 2008.

El- Nagar, A.H. 2010. Effect Biofertilzer, organik compost and mineral fertilizers on the growth, flowering and bulbs production of Narcissus tazetta L. J. Agric,&env. Sci.Alex. Univ., Egipt. Vol .9 (1) 2010.

Gardner, PF. 1991. Physiology of Crop Plants. The Iowa State University Press. Pp 355 Hlisnikovsky., L. dan Kunzova, E. (2014). Effect of mineral and organik fertilizers on yield

and technological parameter of winter wheat (Triticum aestivum L. ) on Illimerized Luvisol. Departement of nutrition management, crop research instate, Drnovska 507. Polish Journal of Agronomy. 2014, 17: 18 – 24

Janardi, T. 2013. Anakan padi 85- Fantastis dengan perlakuan teknologi Nitrobacter Tanpa pupuk kimia apapun.https://www.youtube.com/watch?v=Um9M8AyaqYc

Janardi, T. 2013.Nitrobcter Solusi bertani masa depan.

https://ginte.wordpress.com/2013/04/16/nitrobcter-solusi-bertani-masa-depan/

Narka,. W dan N. Merit. 2016. Kajian Pemberian Beberapa Paket Dosis Pupuk Organik, Anorganik dan Pupuk Hayati terhadap Sifat Tanah dan Pertumbuhan Sawi Hijau (Brassica juncea L.). Fakultas Pertanian Universitas Udayana Denpasar.

Oka, A.A. 2007. Pengaruh Pemberian Pupuk Kascing terhadap Pertumbuhan Tanaman Kangkung darat (Ipomea reptans Poir). Jurnal Sains MIPA Edisi Khusus Tahun 2007, Vol. 13, No. 1, Hal. 26 - 28

(36)

Kabupaten Tabanan, Bali (Disertasi). Program Pasca sarjana Universitas Udayana Denpasar.

Suchaida, A., K.P. Wicaksono, A. Suryanto. 2015. Tanaman Kangkung Darat (Ipomea reptans Poir) sebagai Fitoremidiator Lumpur Sidoarjo. Jurnal Produksi Tanaman Volume 3, No. 6 September 2015; 442-449

Suriadikarta, D., A. dan R.D.M. Simanungkalit. 2006. Pupuk Organik dan Pupuk Hayati, Organik Fertilizer and Biofertilizer. Balai Besar Penelitian dan Pengembangan Sumberdaya Lahan Pertanian, Bogor. p. 312.

(37)

LAMPIRAN

Lampiran 1. Hasil analisis tanah sebelum diberikan perlakuan pada penelitian I

NO PARAMETER HASIL KETERANGAN

1 pH H2O (1 : 2,5) 6,84 Netral

2 DHL (mmhos/cm) 0,320 Sangat rendah

3 C Organik (%) 1,67 Rendah

4 N –Total (%) 0,16 Rendah

5 P – tersedia (ppm) 253,63 Sangat tinggi

6 K – tersedia (ppm) 209,98 Sedang 7 Kadar air (%) - Kering udara 7,36 - Kapasitas lapang 22,79 8 Tekstur - Pasir (%) 37,21

- Debu (%) 38,15 lempung berliat

- Liat (%) 24,65

Sumber : Laboratorium tanah Fakultas pertanian Universitas Udayana

Lampiran 2. Sidik ragam tinggi tanaman kangkung 14 HST

Sumber

Keramanan DB JK KT F hit. F tabel 5% F tabel 1%

Ulangan 2 4.7500 2.3750 1.52 ns 3.71 6.51 Perlakuan 7 40.9583 5.8512 3.74 * 2.77 4.28 Acak 14 21.9167 1.5655 Total 23 67.625

Keterangan : ns = non significant * = berbeda nyata

(38)

Lampiran 3. Sidik ragam tinggi tanaman kangkung 21 HST

Sumber

Keramanan DB JK KT F hit. F tabel 5% F tabel 1%

Ulangan 2 39.0833 19.5417 3.35 ns 3.71 6.51 Perlakuan 7 136.6667 19.5238 3.35 * 2.77 4.28 Acak 14 81.5833 5.8274 Total 23 257.3333333

Keterangan : ns = non significant * = berbeda nyata

Lampiran 4. Sidik ragam tinggi tanaman kangkung 28 HST

Sumber

Keramanan DB JK KT F hit. F tabel 5% F tabel 1%

Ulangan 2 0.6458 0.3229 0.19ns 3.71 6.51

Perlakuan 7 153.6667 21.9524 12.79** 2.77 4.28

Acak 14 24.0208 1.7158

Total 23 178.3333

Keterangan : ns = non significant ** = sangat berbeda nyata

Lampiran 5. Sidik ragam tinggi tanaman kangkung 35 HST

Sumber

Keramanan DB JK KT F hit. F tabel 5% F tabel 1%

Ulangan 2 52.0833 26.0417 4.12 * 3.71 6.51

Perlakuan 7 189.1667 27.0238 4.27 * 2.77 4.28

Acak 14 88.5833 6.3274

Total 23 329.8333333

Keterangan : ns = non significant * = berbeda nyata

(39)

Lampiran 6. Sidik ragam berat segar tanaman kangkung

Sumber

Keramanan DB JK KT F hit. F tabel 5% F tabel 1%

Ulangan 2 64.8835 32.4418 0.31 ns 3.71 6.51 Perlakuan 7 3500.6506 500.0929 4.72 ** 2.77 4.28 Acak 14 1484.7970 106.0569 Total 23 5050.331096

Keterangan : ns = non significant ** = sangat berbeda nyata

Lampiran 7. Sidik ragam berat kering oven tanaman kangkung

Sumber

Keramanan DB JK KT F hit. F tabel 5% F tabel 1%

Ulangan 2 7.6879 3.8439 1.05 ns 3.71 6.51 Perlakuan 7 107.3535 15.3362 4.19 * 2.77 4.28 Acak 14 51.2312 3.6594 Total 23 166.2725125

Keterangan : ns = non significant * = berbeda nyata

(40)

Lampiran 8. Foto-foto kegiatan penelitian

Tanaman kangkung secara keseluruhan pada umur 14 HST

(41)

Kenampakan tanaman kangkung pada perlakuan residu paket perlakuan umur 35 HST

Gambar

Gambar 1. Kemasan Benih kangkung yang digunakan
Gambar 2. Bagan Alir Jalannya Penelitian
Gambar 3. Grafik perkembangan tinggi tanaman pada berbagai perlakuan
Gambar 4. Tinggi tanaman kangkung pada berbagai perlakuan 5.1.4 Berat segar tanaman kangkung (g)
+4

Referensi

Dokumen terkait

Untuk tulangan beton ST 37 yang digerakkan naik turun, besarnya laju korosi adalah 37,59 mpy, di mana unsur khlorida paling besar pengaruhnya dalam proses korosi, dan diikuti

Untuk meningkatkan kualitas personel pendidikan di sekolah menengah maka dibutuhkan pola manajemen yang efektif dalam mengelola sumber daya manusia pendidikan. Karena

Tradisi rokat pandhaba juga mengandung konsepsi bahwa masyarakat Madura sangat menerima hal-hal yang metafisis, bahwa kekuatan metafisis yang tidak tampak

Pada bagian ini akan dibahas mengenai hasil observasi penelitian yang bersangkutan mengenai yang membentuk konsep diri anak usia 5-6 tahun, pengaruh pembelajaran

Tidak ada perbedaan yang signifikan antara hasil post test kedua kelompok, tetapi didapatkan hasil bahwa pelatihan lari kijang jarak 1 meter 8 repetisi 5 set

Dalam bab ini akan dibahas mengenai contoh penggunaan model regresi logistik 2-level dengan random intercept pada data survei mengenai penggunaan hak memilih pada saat pemilu

Target Jangka Menengah Kedeputian Sains Antariksa dan Atmosfer tahun 2020-2024 adalah peningkatan layanan informasi tentang lingkungan antariksa dan dinamika atmosfer

perlakuan air kelapa dan atonik tidak berpengaruh nyata terhadap berat kering (p>0.05), tetapi interaksi antara air kelapa dan atonik memberikan pengaruh