• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB V PENUTUP 5.1. Kesimpulan

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB V PENUTUP 5.1. Kesimpulan"

Copied!
6
0
0

Teks penuh

(1)

BAB V PENUTUP

5.1. Kesimpulan

Analisis melalu komponen-komponen visual yang ditemukan pada karakter sticker LINE messenger Chocolatos pada tataran denotatif dan konotatif telah selesai dijelaskan pada bab IV. Pada bab ini akan dikemukakan hasil simpulan yang mengemukakan hasil representasi brand image Chocolatos melalui karakter digital sticker LINE messenger yang dibagikan. Melalui analisis yang menggunakan metode semiotika visual yang bertolak pada teori yang dikemukakan oleh Roland Barthes kemudian dapat ditarik kesimpulan untuk menjawab tujuan penelitian ini yaitu, untuk mengetahui representasi brand image melalui karakter sticker Chocolatos. Dari kesebelas sticker yang telah dilakukan analisis terhadapnya secara keseluruhan, penelitian ini menemukan garis besar representasi makna yang dapat ditangkap melalui komponen-komponen visual maupun leksia-leksia yang digunakan dalam penggambaran sticker Chocolatos. Melalui satuan-satuan tersebut, ke sebelas sticker yang dianalisis mengarah pada hasil representasi dominan atas brand image yang dapat ditemukan dalam karakter sticker Chocolatos.

Seperti telah disepakati sebelumnya, brand image sebagai sekumpulan asosiasi yang mengandung sebuah pesan terseleksi yang disampaikan melalui single message proposition. Hasil brand image yang dapat ditemukan dalam representasi melalui karakter sticker LINE messenger Chocolatos mengarahkan pesan atas brand image yang disampaikan, yaitu indulgensia (indulgence). Indulgensia dapat diartikan sebagai sebuah keadaan di mana seseorang tidak kuasa untuk memenuhi hasrat dan keinginan yang sedang dirasakannya. Image ini pula yang dapat terlihat melalui analisis yang menghasilkan representasi makna dibalik karakter sticker Chocolatos. Melalui komponen-komponen visual yang dipilih dan digambarkan, Chocolatos seolah ingin menciptakan kesan bahwa produknya mampu menjadi pilihan yang tepat dalam segala suasana. Chocolatos juga menunjukkan usage imagery yang mampu melibatkan Chocolatos

(2)

didalamnya beserta bagaimana produk ini dianggap mampu menjadi faktor atau bagian dari tiap keadaan yang sedang dialami. Ketika karakter sticker yang digambarkan memiliki berbagai ekspresi dengan komponen visual yang terlibat didalamnya dihubungkan dengan image yang dibentuk oleh Chocolatos, karakter sticker tersebut mampu menunjukkan korelasi diantara makna implisit yang terkandung dalam tiap leksia dengan situasi yang dapat secara denotatif terlihat. Hasil analisis juga mengarahkan pada penggambaran target konsumen yang spesifik. Dimana hal ini dimaksudkan untuk mengetahui karakter target konsumen yang dituju, sehingga Chocolatos mampu memposisikan dirinya sebagai sebuah produk yang diinginkan karena kesamaan personalitas yang dimiliki. Hal ini kemudian diekspresikan melalui bagaimana Chocolatos membentuk sebuah langkah komunikasi pemasaran untuk membentuk brand image dengan bertingkah laku selayaknya target konsumen. Chocolatos berusaha untuk menyampaikan pesan atas eksistensi produknya yang sangat sesuai dan cocok untuk kalangan target konsumen, dan kemudian menjadi sebuah produk yang memiliki kemampuan menarik dan tidak bisa dielak untuk tidak dikonsumsi. Inilah makna indulgensia yang pada penelitian ini ditemukan sebagai sebuah pesan tersirat dalam upaya membentuk brand image yang direpresentasikan melalui karakter sticker LINE messenger.

Karakter sticker yang merupakan hasil dari desain grafis yang berfungsi selayaknya emoji yang digunakan untuk mengekspresikan perasaan dalam percakapan berbasis teks ternyata dapat disisipi makna tersirat yang mampu memberikan implikasi pada pemakainya. Karakter sticker yang dikeluarkan oleh Chocolatos sebagai salah satu bentuk komunikasi pemasaran yang dilakukan tentu tidak dikeluarkan tanpa maksud dan tujuan tertentu. Terlepas dari proses dan latar atas pembentukan dan pemilihan bentuk ekspresi dan karakter yang ada dalam sticker ini, Chocolatos yang memiliki kuasa penuh atas dikeluarkannya sticker ini turut mengikutsertakan identitas brand yang dimilikinya. Implikasinya adalah, muncul suatu perspektif baru yang dapat dikaitkan dengan bagaimana Chocolatos ‘bertingkah laku’ dalam perspektif masyarakat secara umum yang disadari atau tidak, mampu memunculkan unconsciousness effect terkait dengan perilaku konsumen terhadap brand tersebut.

(3)

Selain itu, terdapat temuan menarik yang dapat diketahui setelah melakukan analisis ini juga mampu memunculkan suatu perspektif baru yang dapat digunakan dalam melaksanakan pendekatan branding yang dilakukan. Sticker maupun emoji yang biasanya hanya bersifat netral, kali ini mampu membawa pesan atas representasi yang berkaitan dengan keterwakilan gender di dalamnya. Sifat-sifat yang direpresentasikan di dalam sticker dianggap mampu menjadi salah satu sarana perwujuan ekspresi yang dimiliki oleh gender. Karakter Coco yang erat dengan representasi perempuan, dan karakter Lato yang erat dengan representasi laki-laki kemudian membawa ekspresi-ekspresi yang dalam mitos keseharian erat dikaitkan dengan pembawaan masing-masing gender. Dalam temuan hasil analisis representasi yang diketahui, aspek keperempuanan yang ditemukan nyatanya tidak hanya dapat dianggap sebagai salah satu perwujuan sosok perempuan dalam keterwakilan sticker. Secara denotatif, sticker Chocolatos mampu menyatakan situasi yang erat dengan mitos kelaki-lakian dan keperempuanan terkait dengan kaitannya dalam hubungan lawan jenis yang dibina. Temuan inilah yang membuat sticker Chocolatos mampu menyampaikan sebuah pesan yang umumnya tidak dimiliki oleh sticker lain. Netralitas jelas bukan menjadi sebuah poin utama dalam pembentukan sticker ini. Perasaan atas keterwakilan inilah yang dapat menjadi sebuah celah untuk dapat membentuk asosiasi terkait dengan pembentukan brand image Chocolatos yang dijabarkan diatas.

5.2. Saran dan Kritik

Pemanfaatan sticker LINE messenger sebagai cara cerdik dan tepat sasaran menjadi isu penting dalam penelitian ini. Kajian mengenai komunikasi pemasaran dalam menggunakan media-media yang dapat dikatakan tidak terduga menjadi sebuah ranah baru yang menarik perhatian dan patut menjadi sorotan. Variasi dan keberagaman media berbasis internet yang terus berkembang menuntut konsekuensi penyesuaian dari sebuah brand agar tidak ditelan zaman. Dalam memanfaatkan media ini, Chocolatos sebagai sebuah brand terlihat ingin menunjukkan perkembangannya sesuai zaman. Padahal, dalam budaya internet macam ini, personalitas sebuah brand amat sangat dibutuhkan mengingat tiap

(4)

asosiasi yang dimunculkan dapat dengan mudah dimodifikasi dan dimanfaatkan oleh pihak lain secara bebas. Brand dapat dengan gampang diplagiasi baik dari segi ide komunikasi pemasaran yang dilakukan maupun konsep image yang dibangun. Langkah Chocolatos dalam memanfaatkan media sticker LINE messenger untuk tujuan branding menjadi sebuah terobosan yang patut diapresiasi. Namun, kemunculan brand lain yang mengekor Chocolatos mengakibatkan Chocolatos tidak lagi memiliki tempat untuk membentuk asosiasi yang spesifik. Pemilihan ekspresi, penggunaan bahasa verbal, maupun penggambaran sticker secara keseluruhan dapat dengan mudah diambil, ditiru, dan dimodifikasi oleh pihak lain dengan menghilangkan jati diri Chocolatos. Chocolatos hendaknya dapat lebih mampu menciptakan asosiasi yang spesifik dengan berpegang teguh pada prinsip awal sebagai sebuah brand wafer stik cokelat khas Italia seperti pada awal kemunculannya. Pergeseran ini kemudian menunjukkan inkonsistensi dengan dalih menyesuaikan diri didalam perkembangan zaman untuk tetap bertahan. Penyesuaian diri ini hendaknya tetap dilakukan dengan tidak menghilangkan karakter asli Chocolatos yang telah dibangun sejak awal. Konsistensi menjadi isu penting yang diharapkan dapat diperhatikan oleh Chocolatos secara khusus, dan brand lain yang melakukan maintenance agar dapat diingat jati diri yang sebenarnya, dan tetap dapat bertahan dalam persaingan di era ini.

LINE messenger diakui sebagai salah satu media komunikasi pemasaran below the line yang dipilih berdasarkan kesamaan target demografis yang dimiliki. Kerancuan yang muncul adalah, ketika sticker yang dibagikan secara gratis mampu menarik khalayak untuk mengunduhnya dikarenakan trend penggunaan sticker dibandingkan siapa yang mengeluarkan sticker dan pesan apa yang termuat dalam sticker. Pola konsumsi dan gaya hidup remaja yang belum stabil dan cenderung dinamis menjadikan kemungkinan ini muncul secara kuat, dan mempertanyakan efektivitas yang mampu dihasilkan melalui pembagian karakter sticker ini. Chocolatos hendaknya dapat mempertimbangkan faktor-faktor eksternal yang mampu mengakibatkan sticker ini diunduh dan digunakan bukan karena kegratisannya saja. Perlu dilakukan sistem komunikasi pemasaran terpadu

(5)

yang dapat secara jelas memberikan asosiasi sticker dengan Chocolatos melalui pesan-pesan pemasaran.

Kekayaan akan aplikasi ilmu komunikasi hendaknya mampu menjadi salah satu keunggulan yang dapat terus dikaji agar mampu menghasilkan temuan-temuan baru yang memperkaya khasanah keilmuan. Saran ini ditujukan bagi seluruh rekan-rekan komunikasi yang diharapkan mampu secara jeli melihat celah yang dapat dimanfaatkan dalam bidang komunikasi pemasaran di dunia digital. Sticker menjadi sebuah fenomena baru pada ranah komunikasi dan menjadi bentuk digital trend yang tidak bisa dilepaskan dalam komunikasi berbasis teks. Oleh sebab itu, ranah ini hendaknya lebih dapat dibedah secara lebih dalam. Minimnya referensi mengenai kajian digital sticker dianggap memberikan keterbatasan referensi pada penelitian ini.

Penulis menyadari penelitian ini belum sempurna dikarenakan kemampuan dan pengalaman penulis yang masih terbatas. Isu subjektivitas dalam penelitian ini juga kental sehingga apa yang menjadi pandangan penulis dalam representasi karakter sticker Chocolatos ini dapat berbeda dengan pandangan kelompok lainnya.

Pada akhirnya, wacana atas telaah representasi melalui karakter sticker LINE messenger menjadi sebuah temuan yang hendaknya dapat dipertimbangkan. Setiap manusia berkomunikasi dengan cara yang unik. Komunikasi yang dilakukan secara personal tidak menutup untuk dapat disisipi dan dilatari oleh pesan-pesan yang mengandung kecenderungan seseorang dalam bertindak, bertingkah laku, berpikir, maupun kecenderungangan ideologi. Begitu pula dengan sebuah brand. Segala bentuk komunikasi yang dimunculkan tentu menunjukkan bagaimana personalitas brand tersebut dikemukakan. Ketika sebuah brand melalui setiap langkah komunikasi yang diambil mampu mengarahkan konsistensi dan dedikasi terhadap pembentukan atas pandangan diri nya, sebuah kesan akan melekat dan menjadi identitas unik yang terpelihara, meskipun kenyataannya tidak demikian. Pada akhirnya, apa yang dikomunikasikan menjadi cerminan diri yang hanya bisa diingat, dan menjadi sebuah pandangan sosial yang diberikan. Disinilah brand image bekerja.

(6)

Referensi

Dokumen terkait

Tabel 5. terendah adalah 70 sedangkan tertinggi 95.. Berarti terdapat 21 siswa yang mampu mencapai nilai 75 atau lebih. Jadi kemampuan siswa dalam Mempraktikkan rangkaian

tawar, sehingga dalam proses pengolahan peranan dari masing-masing daging ikan dapat mempengaruhi nilai kadar protein, akan tetapi pada penelitian pengolahan bakso

Berdasarkan penelitian menunjukkan bahwa penanaman tomat menggunakan kompos kotoran sapi dan paitan berpengaruh nyata pada jumlah daun, jumlah bunga, jumlah buah,

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui perbandingan kadar vitamin C yang ada pada nanas segar dan keripik nanas dengan menggunakan spketrofotometri Uv-Vis

Yayasan Pendidikan Sudirman Semarang berupaya untuk terus merintis peningkatan mutu kualitas dan kuantitas pendidikannya yang didasari dengan dasar kependidikan yang

Dan hasil nilai observasi anak terhadap penggunaan media komik tema alam semesta pada tahap small group evaluation mendapatkan rata-rata pada subtema

Menyimpang dari ketentuan yang berlaku mengenai persyaratan modal disetor bank bukan devisa untuk menjadi bank devisa, modal inti bank hasil Merger atau Konsolidasi paling kurang

Ini didasari bahwa dalam Undang- Undang Pemilihan umum yang baru ini yaitu Undang-Undang Pemilihan Umum Nomor 8 Tahun 2012 yang dijelaskan dalam Pasal 208 bahwa partai politik