• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB IV PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB IV PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA"

Copied!
24
0
0

Teks penuh

(1)

BAB IV

PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA

4.1 Pengumpulan Data

4.1.1 Sejarah singkat perusahaan

OSRAM adalah salah satu dari tiga perusahaan manufaktur lampu terbesar

didunia (bersama Phillips dan General Electrics) dengan jumlah 54 pabrik

produksi tersebar di 18 negara dengan 91 negara kantor penjualan dan melayani

konsumen lebih dari 150 negara di dunia, dan mempekerjakan lebih dari 38.000

tenaga kerja di seluruh dunia. OSRAM berpusat di Munich Jerman dengan nama

resmi Osram GmbH. Nama OSRAM berasal dari kata Osmium Wolfram yang

merupakan bahan dasar utama pembuatan lampu pijar yang ditemukan pada awal

abad 20 yang merupakan penemuan penting yang revolusioner dalam sejarah

perkembangan lampu pijar modern. Hingga kini OSRAM telah mengembangkan

lebih dari 5.000 jenis lampu dan sistem penerangan yang dikategorikan menjadi:

penerangan umum, otomotif, Photo-Optic, Control Gear dan

Opto-Semiconductor.

Seluruh produk hasil produksi OSRAM di seluruh dunia dijamin memiliki

(2)

pabrik Eropa, yakni penerapan standar ISO 9002 dan Total Quality Management

(TQM). OSRAM memiliki komitmen yang tinggi terhadap riset dan

pengembangan produk. Lebih dari 5% hasil penjualan (sales) diinvestasikan untuk

menemukan solusi-solusi yang dihasilkan pusat-pusat penelitian OSRAM yang

tersebar di AS, Eropa, dan Asia.

Di Indonesia, OSRAM mempunyai pabrik produksi lampu dengan nama

PT. OSRAM Indonesia yang didirikan pada bulan Oktober tahun 1997. Beralamat

di jalan Siliwangi Km. 1 Jati Uwung, Kota Tangerang, Propinsi Banten dengan

Presiden direkturnya yang sekarang adalah Michael Flieger. PT. OSRAM

Indonesia didirikan dengan cara mengakuisisi pabrik yang sedang diambang

kebangkrutan yaitu PT. Comet Star Electrindo.

Pada awalnya PT. OSRAM Indonesia hanya memproduksi sebagian kecil

jenis lampu karena produksi lampu hanya memanfaatkan mesin peninggalan

perusahaan terdahulu. Dengan seiring perkembangan zaman, PT. OSRAM

Indonesia mulai bersaing dengan perusahaan lampu yang lainnya, sehingga

perusahaan ini mulai diperhitungkan oleh perusahaan lampu lain. Sekarang, PT.

OSRAM Indonesia lebih berkembang dibanding dengan tahun-tahun yang lalu,

dengan teknologi Jerman menciptakan lampu yang berkualitas dan tahan lama

sehingga sebagian besar hasil produksinya di ekspor ke wilayah Asia, Eropa, dan

USA. Kini lampu Osram menjadi lampu yang sangat terkenal baik di Indonesia

(3)

4.1.2 Visi dan Misi PT. OSRAM Indonesia

Visi dan misi PT. OSRAM Indonesia tercermin pada ”Global Positioning

Model” yaitu suatu model mengenai cara pandang/ kedudukan OSRAM secara

global yang meliputi :

1. Core

Passion for light – Solutions for life (keinginan besar untuk cahaya –

solusi untuk kehidupan). Merupakan jati diri OSRAM serta menegaskan

tujuan dari perusahaan dan merk (brand), dimana dalam pengaplikasiannya

tidak terbatasi oleh waktu dan bersifat global dengan semboyan “kami

membuat cahaya lebih bagus untuk kehidupan yang lebih baik”.

2. Values

Leading (memimpin), Pioneering (mempelopori), Inspiring

(menginspirasi), Responsible (bertanggung jawab).

Merupakan mindset bagi setiap individu dan kelompok yang menjadi

dasar terhadap setiap tindakan yang dilakukan untuk perusahaan dan merk

(brand).

3. Vision

OSRAM – We are the preferred choice of our customers and employees because we deliver breakthrough lighting innovations and create sustainable value (kami merupakan pilihan utama para pelanggan dan karyawan karena

(4)

kami memberikan terobosan inovasi lampu dan menciptakan nilai yang

berkesinambungan)

Vision merupakan pandangan untuk masa depan yang menggambarkan

cita-cita utama OSRAM dengan tanpa menyebutkan cara mencapainya. Visi

(vision) OSRAM memiliki jangka waktu 10-30 tahun dan terus berkembang

seiring perkembangan jaman.

4. Strategy

What : Applications / solutions, technologies, regions (Apa : penerapan /

pemecahan, teknologi, bagian)

How : Customer focus, innovation, cost leadership, global competitiveness, total quality, corporate responsibility, people excellence

(Bagaimana : fokus terhadap pelanggan, inovasi, kepemimpinan dalam biaya,

berdaya saing, kualitas menyeluruh, tanggung jawab perusahaan, keunggulan

(5)

Strategy memberikan ketahanan dan cara serta pendekatan langsung untuk

menghadapi tantangan dan mengenali kesempatan dalam mencapai tujuan yang

terfokus pada kepuasan pelanggan.

5. Guiding Topic

Sustainability (berkesinambungan), dalam hal ini OSRAM mendukung

perlindungan terhadap lingkungan.

Guiding Topic merupakan fokus sementara dalam membangun kerangka

kerja dan tindakan untuk semua aktivitas bisnis di seluruh organisasi. Dalam

penerapannya Guiding Topic memiliki jangka waktu 1-3 tahun.

(6)

4.1.3 Struktur Organisasi

PT. OSRAM Indonesia beroperasi dengan menganut struktur organisasi

fungsional, dimana unit-unit dikelompokkan berdasarkan fungsinya. Sehingga

pengawasan dapat dilakukan dengan mudah.

Struktur organisasi perusahaan PT. OSRAM Indonesia dapat dilihat pada

Gambar 4.3 :

(7)

Gambar 4.4 Struktur Organisasi Departemen Professional Lamp

4.1.4 Hasil Produksi

Proses produksi di PT. OSRAM Indonesia dibagi menjadi dua departemen

yaitu Departemen Consumer Lamp (CL), dan Departemen Profesional Lamp

(PL). Pembagian departemen tersebut berdasarkan jenis lampu yang diproduksi.

(8)

Tabel 4.1 Jenis Produk di PT OSRAM Indonesia

No Departemen Hasil produksi

1 Consumer Lamp A55, P45, B35, G40

Halogen 2 Professional Lamp Fluorescent Lamp (FL), Fluorescent Circular Lamp(FCL), CFLi (Energy Saving) Sumber:PPIC PT. OSRAM Indonesia

Gambar 4.5 Hasil Produksi Departemen Consumer Lamp

Gambar 4.6 Hasil Produksi Departemen Profesional Lamp

4.1.5 Proses Produksi Fluorescent Lamp

Pada proses manufaktur lampu Fluorescent Lamp atau yang sering kita

dengar dengan sebutan lampu neon/ lampu TL, melalui proses yang cukup

panjang dan sudah terotomasi. Dimana prosesnya harus secara berurutan dan di

(9)

Lini F6 merupakan salah satu lini yang memproduksi lampu Fluorescent

ini. Sistem produksi lini F6 termasuk dalam flow line production, dimana terdapat

stasiun-stasiun kerja yang disusun secara berurutan. Komponen atau produk

rakitan secara fisik berpindah melewati urutan proses yang ada hingga selesai

menjadi lampu yang dapat menyala. Dengan kapasitas produksi 2000 pcs/jam, dan

beroperasi 24 jam setiap hari, lini F6 mampu memproduksi rata-rata 1.088.000

lampu setiap bulan. Sistem manufaktur di lini F6 dikendalikan dengan

menggunakan Programmable Logic Controllers (PLC), sehingga penggunaan

tenaga manusia dapat dikurangi.

Proses manufaktur Fluorescent Lamp secara umum terdiri dari beberapa

tahap, yaitu:

1. Proses End Forming

Merupakan proses awal perlakuan glass tube dimana pada ujung-ujung

dari glass tube dibentuk lekukan yang disebut kolar. Kolar digunakan sebagai

dudukan base cap dan pada ujung kolar nantinya akan disambung dengan flange

flare pada proses sealing. Kualitas hasil proses end forming akan mempengaruhi

kualitas proses-proses selanjutnya terutama pada proses sealing.

Gambar 4.7 Hasil Proses End Forming

sesudah sebelum

(10)

2. Proses Washing

Merupakan proses untuk membersihkan bagian dalam glass tube dari

jamur dan kelembaban dengan menggunakan air panas dengan suhu 80o-90o C.

Karena di bagian dalam inilah akan dilapisi phosphor, sehingga permukaannya

harus bersih dari kotoran. Kemudian bagian dalam glass tube di keringkan dengan

ditiupkan udara panas dengan suhu 130o-140o C.

3. Proses Coating

Proses Coating merupakan proses pelapisan permukaan bagian dalam

glass tube dengan suspensi phosphor. Phosphor merupakan cairan yang berwarna

putih yang berfungsi membiaskan sinar ultra violet yang dihasilkan mercury

menjadi sinar yang dapat ditangkap oleh mata. Kualitas proses coating akan

mempengaruhi output cahaya nantinya pada lampu.

Gambar 4.8 Hasil Proses Coating

4. Proses End Cleaning

Merupakan proses pembersihan kolar dari sisa-sisa proses coating. Kolar

dibersihkan untuk persiapan proses sealing agar proses penyambungan kolar

(11)

dengan flange flare dapat terlaksana dengan baik (sambungan sempurna/tidak

terjadi lubang).

5. Proses Baking

Merupakan proses untuk menghilangkan unsur-unsur pencair phosphor

dari dalam lampu. Pada proses ini lampu di masukkan ke dalam oven dengan suhu

mencapai 700o C. Dimana pada suhu tersebut pencair phosphor diharapkan sudah

menguap. Untuk membantu mengeluarkan uap dari unsur pencair tersebut

ditiupkan udara panas dari samping, sehingga phosphor benar-benar bersih dari

unsur yang tidak dibutuhkan lagi untuk berada di dalam lampu.

6. Proses Flare

Sama halnya dengan proses end forming, pada proses ini ujung dari flare

tube dibentuk sedemikian rupa sehingga terbentuklah flange flare. Flange flare ini

nantinya yang akan disambung dengan kolar pada proses sealing. Hasil dari

proses Flare selanjutnya disebut flare.

Gambar 4.9 Hasil Proses Flare

7. Proses Stem

Proses stem perupakan proses perakitan antara flare, batang exhaust, lead

in wire (LIW), dan support wire. Dimana proses perakitan dilakukan dengan

(12)

melelehkan bagian ujung flare sehingga dapat menyatu dengan batang exhaust,

dumet (yang merupakan bagian dari LIW), dan support wire. Hasil pada proses

stem disebut stem. Pada pembuatan lampu FL, terdiri dari dua jenis stem, yaitu

stem A dengan batang exhaust dan stem B tanpa batang exhaust.

Gambar 4.10 Hasil Mesin Stem

8. Proses Mounting

Proses mounting adalah proses perakitan filament pada ujung-ujung LIW,

lalu filament di celupkan ke dalam cairan emitter. Kemudian pada support wire di

tempelkan hilumen untuk melindungi filament. Tingkat viskositas cairan emitter

sangat berpengaruh pada proses penyalaan lampu. Hasil dari proses mounting

selanjutnya disebut mounting.

(13)

9. Proses Sealing

Proses sealing merupakan proses penyambungan antara flange flare

dengan kolar. Proses ini dilakukan dengan memanaskan bagian bawah flange flare

sampai meleleh, kemudian dirapatkan dengan proses mekanik. Hasil flare dan

kolar yang baik sangat mempengaruhi keberhasilan proses sealing. Hasil proses

sealing selanjutnya disebut sealing.

10. Proses Exhaust

Proses exhaust merupakan proses utama dalam proses pembuatan lampu.

Pada proses ini dilakukan pemvacuman udara di dalam lampu, pemasakan emitter

dengan dialiri arus pada filament, pengisian gas mulia dan pengisian mercury pil.

Setelah semua proses diatas dilakukan, maka proses terakhir untuk proses exhaust

adalah proses pemotongan batang exhaust untuk menjaga kondisi tekanan di

dalam lampu tetap vakum dan stabil dan tidak terkontaminasi udara luar.

11.Proses Semen Filler

Proses ini merupakan proses pengisian semen ke dalam base cap. Semen

terbuat dari bahan yang dapat mengembang bila dipanaskan dan dapat lengket

pada glass dan metal.

12.Proses Cap Threading

Proses Cap Threading merupakan proses pemasangan base cap pada

ujung-ujung lampu. Juga dilakukan pemotongan sisa kawat LIW dan penjepitan

(14)

Gambar 4.12 Letak Base Cap pada Lampu

13.Proses Basing

Proses Basing merupakan proses untuk memasak semen agar lengket pada

glass bagian sealing dan base cap. Proses ini hanya boleh dilakukan satu kali pada

setiap lampu, karena jika semen dipanaskan berulang kali dapat mengakibatkan

semen keropos dan base cap akan mudah lepas. Jika hal ini terjadi akan

membahayakan keselamatan konsumen.

14.Proses Activating

Proses activating merupakan proses penyalaan lampu dengan tegangan

sedikit diatas tegangan normal yang bertujuan untuk menyempurnakan emitter

agar dapat mengeluarkan elektron dengan mudah. Diakhir proses activating juga

juga terdapat sensor cahaya untuk menyeleksi lampu yang dapat hidup atau mati

(15)

Filament Argon Crypton Glass Tube End Forming Washing Coating End Cleaning Baking Sealing Exhaust Cap Threading Basing Activating Flare tube Flare Stem Munting Cemen Filler Base Cap Cemen

Mercury pill Emitter Hilumen Exhaust tube LIW Pre Packing Suport Wire

Gambar 4.13 Flow Chart Proses Manufaktur Fluorescent Lamp

4.1.6 Proses Sealing

4.1.6.1Bahan Baku Proses Sealing

Proses sealing merupakan proses penyambungan antara flange flare

dengan kolar. Keduanya merupakan bahan yang terbuat dari glass atau sering

disebut kaca. Glass dipakai dalam pembuatan lampu karena glass memiliki

sifat-sifat unik diantaranya:

• Tembus pandang/dapat meneruskan cahaya dengan baik • Daya hantar listrik jelek (isolator)

(16)

• Tahan terhadap bahan kimia

Mempunyai daerah pelelehan/melting range (tidak mempunyai titik cair) Kekuatan glass lemah bila mempunyai tegangan tarik dan kuat bila

mempunyai tegangan tekan

• Daya hantar panas jelek pada temperatur rendah, dan daya hantar panas baik pada temperatur tinggi.

Gambar 4.14 Posisi Mounting dan Kolar Yang Akan di Asembling

Proses penyambungan antara flange flare dengan kolar dilakukan dengan

melelehkan bagian flange flare yang akan disambung. Karena yang akan

disambung merupakan bahan dari glass/kaca, sedangkan glass mempunyai

susunan atom yang tidak teratur, maka pemanasan yang dilakukan harus

secara bertahap. Jika dipanasi secara mendadak dengan temperatur tinggi,

glass akan retak karena timbul tegangan berlebih. Glass dapat berubah bentuk

dalam keadaan softening point dimana pada kondisi ini glass cukup lunak

(17)

4.1.6.2Tahapan Pemanasan Proses Sealing

Agar glass dapat dibentuk dan disambung, maka pada proses sealing

dilakukan tahapan pemanasan yang bertingkat. Untuk lebih jelasnya dapat

dilihat pada grafik temperatur proses sealing pada gambar 4.15

Gambar 4.15 Tahapan Pemanasan Proses Sealing

Pada posisi 1 dan 2 merupakan tahap penyalaan burner pemanas.

• Pada posisi 3, 4, dan 5 merupakan tahap pemanasan awal, dimana suhu

glass mulai naik mencapai suhu Annealing point dimana tegangan sudah

mulai hilang.

Pada posisi 6, 7 dan 8 merupakan tahap pemanasan. Pada tahapan ini glass mencapai suhu softening point dimana glass sudah tidak bertegangan.

Pada posisi 9 merupakan tahap kontak. Dimana glass sudah mencapai suhu working point dan sudah siap untuk diproses. Pada posisi ini flange

(18)

flare yang sudah meleleh akan di lengketkan dengan ujung kolar dengan

bantuan mekanik yang disebut batting untuk membantu proses

pelengketan.

• Pada posisi 10 dan 11 merupakan tahap pelengketan. Proses dimana terjadi penyatuan antara flange flare dengan ujung kolar. Pada posisi ini juga

dibantu dengan batting agar proses lebih sempurna.

• Pada posisi 12 dan 13 merupakan tahap pembentukan. Dimana hasil sambungan antara flare dan kolar dibentuk dengan pemanasan agar

struktur sambungan dapat homogen.

Pada posisi 14 dan 15 merupakan tahap annealing, yaitu pendinginan secara perlahan.

Gambar 4.16 Pemanasan pada Proses Sealing

4.1.6.3Tahapan proses sealing

(19)

pembalik glass tube yang disebut turn over unit yang berfungsi memutar glass

tube untuk diproses pada ujung yang lain. Pada masing-masing proses melalui

proses mekanik yang sama yaitu:

1. Loading mounting ke mountip sebagai dudukan mounting

2. Loading glass tube ke chuck head mesin sealing

3. Perata glass tube

4. Pelurus mounting

5. Perapat glass tube dan mounting

6. Batting 1, 2, dan 3

Proses penyambungan antara kolar dengan flange flare dilakukan secara

vertikal yang berarti posisi glass tube berdiri. Glass tube dipegang oleh chuck

head sedangkan mounting duduk di mountip. Head sealing terdiri dari 42

posisi yang terpasang pada piringan yang berputar pada sumbu mesin sealing.

Dalam proses sealing tidak jarang terjadi kegagalan proses sealing. Salah

satunya yaitu sealing lubang. Sealing lubang terjadi karena ada bagian yang

seharusnya tersambung namun karena tidak memenuhi sarat pemanasan proses

sealing sehingga mengakibatkan sebagian ujung kolar dan flange flare tidak

menyatu. Hal ini dapat disebabkan antara lain karena:

 penyetingan api tidak sesuai tahapan proses

 api kurang panas

(20)

 Head mesin sealing tidak senter  Kolar tidak senter

 Kolar bergelombang

 Kolar miring

 Flange flare tidak senter  Flange flare bergelombang  Sudut flange flare terlalu besar

 Posisi mounting tidak pas ketika duduk di mountip

(21)

Berikut ini merupakan gambar hasil sealing yang bagus, dimana flange flare dan kolar tersambung sempurna.

Gambar 4.18 Hasil Sealing Bagus

Dalam upaya untuk mengurangi biaya manufaktur, PT. OSRAM Indonesia

melakukan konsep DFMA dengan mengurangi bahan baku pendukung yang tidak

secara langsung mempengaruhi kualitas produk lampu, yaitu batang exhaust yang

terdapat pada stem B. Batang exhaust ini berfungsi sebagai pegangan waktu stem

di pindah dari mesin stem ke konveyor annealing, dari konveyor annealing ke

mesin mounting, dan dari mesin mounting ke konveyor mounting. Dan setelah

keluar dari mesin sealing, batang exhaust ini dibuang. Untuk menangani

penghilangan batang exhaust tersebut, maka proses pemindahan produk stem

dilakukan dengan memegang pada ujung LIW dengan dilakukannya modifikasi

penjepit dibeberapa posisi transfer tersebut diatas.

Namun, proses penghilangan material batang exhaust tersebut tidak serta

merta berjalan lancar. Justru menimbulkan masalah baru yaitu meningkatnya

cacat sealing lubang di mesin sealing. Hal ini dapat dilihat pada chek sheet

laporan produksi mesin sealing yang telah dikelompokkan dan diakumulasikan

dalam tiap shift selama dua minggu (17 shift/minggu) pada bulan Januari 2010

(22)

Tabel 4.2 Check Sheet Defect Mesin Sealing Defect retak stem retak flare Patah exhaust Sealing lubang No Mount loading Kawat satu Pecah Filament rusak Efisiensi No 1 112 93 26 497 81 43 115 25 93.80% 2 61 36 47 440 60 16 50 23 95.42% 3 58 29 31 406 41 74 78 30 95.33% 4 64 62 27 456 30 41 274 26 93.88% 5 51 48 19 430 17 24 235 12 94.78% 6 44 59 22 473 25 57 115 15 94.94% 7 62 48 50 457 30 25 85 19 95.15% 8 46 51 34 422 28 32 64 21 95.64% 9 56 49 20 496 62 43 51 22 95.01% 10 72 52 17 459 44 34 60 30 95.20% 11 90 39 9 408 34 26 54 29 95.69% 12 55 44 11 407 30 33 45 24 95.94% 13 56 40 14 451 21 28 40 23 95.79% 14 61 51 31 475 26 33 43 27 95.33% 15 75 39 72 440 27 31 52 21 95.27% 16 67 32 68 492 29 29 39 36 95.05% 17 69 47 26 440 34 51 46 19 95.43% 18 93 34 32 428 32 34 30 12 95.66% 19 59 54 24 473 26 41 48 29 95.29% 20 62 45 19 448 36 33 57 41 95.37% 21 72 46 25 497 45 31 59 30 94.97% 22 64 39 19 436 41 25 66 29 95.51% 23 68 40 15 431 37 30 63 23 95.58% 24 72 50 20 425 31 27 58 25 95.58% 25 54 41 17 488 33 21 51 29 95.41% 26 71 42 20 419 44 26 61 24 95.58% 27 64 41 17 515 23 19 60 26 95.22% 28 73 45 12 460 26 23 48 38 95.47% 29 59 36 13 502 34 27 51 34 95.28% 30 52 33 10 439 43 35 57 32 95.62% 31 66 37 12 491 28 39 52 27 95.30% 32 74 38 15 448 35 51 58 30 95.32% 33 64 35 17 469 32 40 55 62 95.16% 34 68 47 14 500 47 36 60 31 94.98%

(23)

4.2 Pengolahan Data

Dari tabel check sheet waste sealing dapat dilihat bahwa cacat lubang

sealing mempunyai jumlah terbanyak untuk tiap shift nya. Dan dari keseluruhan

data tersebut diperoleh ringkasan data dan diagram pareto rangking cacat pada

proses sealing sebagai berikut:

Tabel 4.3 Data Cacat Mesin Sealing Berdasarkan Rangking

No Jenis Defect Frekuensi Akumulasi % % Akumulasi

1 Sealing lubang 15518 15518 60.21% 60.21% 2 Pecah 2380 17898 9.23% 69.44% 3 Retak stem 2234 20132 8.67% 78.11% 4 Retak flare 1522 21654 5.91% 84.02% 5 No Mount loading 1212 22866 4.70% 88.72% 6 Kawat satu 1158 24024 4.49% 93.21% 7 Filament rusak 924 24948 3.59% 96.80% 8 Patah exhaust 825 25773 3.20% 100.00% Jumlah 25773 100.00% Jumlah 15518 2380 2234 1522 1212 1158 924 825 Percent 60.2 9.2 8.7 5.9 4.7 4.5 3.6 3.2 Jenis Cacat Pata h ex haus t Fila men t rus ak Kaw at s atu No M ount load ing reta k fla re reta k st em Peca h Seal ing luba ng 25000 20000 15000 10000 5000 0 100 80 60 40 20 0 Ju m la h P e rc e n t

Diagram Pareto Jenis Cacat Mesin Sealing

(24)

Berdasarkan pada informasi Tabel 4.3 dan analisa Diagram Pareto jenis

cacat pada mesin sealing pada Gambar 4.19 diatas, maka penulis akan membahas

lebih lanjut mengenai cacat sealing lubang tersebut mulai dari kemungkinan

Gambar

Gambar 4.2 OSRAM Global Positioning Model
Gambar 4.3 Struktur Organisasi PT OSRAM Indonesia
Gambar 4.4 Struktur Organisasi Departemen Professional Lamp
Tabel 4.1 Jenis Produk di PT OSRAM Indonesia
+7

Referensi

Dokumen terkait

 Audit Program PPI sangat penting di dalam pelaksanaan PPI di rumah sakit, dengan audit terhadap semua aktifitas pelayanan dan fasilitas penunjang akan terjadi perubahan

Apabila pesan telah diterima, maka akan muncul interface berikut ini pada layar emulator Anda... Perhatikan layar console Anda dan dapatkan pesan

(2) Sejarah dalam Kejadian meliputi jangka waktu yang lebih lama dari seluruh sisa Alkitab, dimulai dengan pasangan manusia pertama, berkembang hingga sejarah dunia pra-air bah,

Selain itu diakuinya gambang kromong Betawi dengan corak yang berbeda dari gambang kromong yang dipertunjukan oleh orang Cina Benteng di Tangerang juga merupakan

Semakin tinggi keuntungan yang di peroleh menunjukkan perusahaan memiliki persediaan kas yang cukup sehingga perusahaan memiliki kemampuaan untuk membagikan laba

Telah menetapkan rencana tindakan asuhan kebidanan bayi baru lahir pada Ny”A” dengan hipotermi sedang di Rumah Sakit Umum Daerah Syekh Yusuf Gowa tahun

Tujuan dari penelitian ini adalah memberikan bukti empiris mengenai pengaruh dewan direksi, komisaris independen, dan komite lingkungan terhadap pengungkapan emisi karbon

Pembelajaran praktikum secara daring memerlukan perangkat tambahan yaitu software VB.NET yang digunakan untuk komunikasi komputer dengan alat peraga praktikum yaitu PLC