• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENGARUH PEMBELAJARAN BERBASIS SASTRA LOKAL BALI TERHADAP PRESTASI MENULIS NARATIF BAHASA INGGRIS

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "PENGARUH PEMBELAJARAN BERBASIS SASTRA LOKAL BALI TERHADAP PRESTASI MENULIS NARATIF BAHASA INGGRIS"

Copied!
8
0
0

Teks penuh

(1)

161

BALI TERHADAP PRESTASI MENULIS NARATIF

BAHASA INGGRIS

Kadek Sonia Piscayanti

Nyoman Karina Wedhanti

Universitas Pendidikan Ganesha, Jl. Udayana 11 Singaraja e-mail: [email protected]

Abstract: The Effect of Local Balinese Literature-based Instruction on Ability in English Narrative Writing. This study examined the effect of literature-based instruction on students’ writing ability. The study was conducted at the Department of English Education in 2010/2011 utilizing a post-test only control group design, involving the fourth semester students as the subjects. The samples were determined based on simple random sampling in which every individual in the population had an equal chance to be chosen as a sample. The results of the post-test indicated that the students who were treated with literature-based instruction had better achievement than those joining a conventional instruction. The means score of the control group was 78.65, while that of the experimental group was 85.65. The median score of the experimental group was 85 higher than that of the control group which was only 80. It could be concluded that the writing achievement of the experimental group was better than that obtained by the control group. The results of t-test indicated that the t-observed was 9.392, while the t-cv on the degree of

freedom of 38 on the significant level of 0.05 was about 1.686, meaning that t-observed > t-cv.

Accordingly the null hypothesis was rejected and the alternative hypothesis was accepted. This concluded that there was a significant difference between the students’ writing achievement treated by literature-based instruction and those treated based on conventional instruction.

Abstrak: Pengaruh Pembelajaran Berbasis Sastra Lokal Bali terhadap Prestasi Menulis Naratif Bahasa Inggris. Penelitian ini mengkaji pengaruh antara proses pembelajaran berbasis sastra terhadap prestasi menulis siswa. Subjek dalam penelitian ini adalah mahasiswa semester empat pada Jurusan Pendidikan Bahasa Inggris pada tahun akademik 2010/2011. Sampel penelitian diperoleh melalui teknik simple random sampling dimana seluruh individu dalam populasi mendapat kesempatan yang sama untuk dipilih sebagai sampel, sehingga didapat dua kelas sampel. Rancangan yang digunakan dalam penelitian ini adalah Post-test Only Control Group Design. Hasil post test menunjukkan bahwa siswa yang diajar dengan Pembelajaran Berbasis Sastra Lokal (PBSL) menunjukkan prestasi yang lebih baik dari siswa yang diajar dengan Pembelajaran Konvensional (PK). Rata-rata kelompok kontrol adalah 78.65 sementara rata-rata kelompok eksperimen adalah 85.65. Ditinjau dari nilai median, kelompok eksperimen juga lebih besar daripada kelompok kontrol yaitu 85, sedangkan kelompok kontrol 80. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa prestasi menulis kelompok eksperimental lebih baik daripada prestasi menulis kelompok kontrol. Dari hasil t-test, didapatkan hasil bahwa tobserved posttest adalah 9.392. Sedangkan nilai tcv pada derajat kebebasan 38 dan signifikansi .05 adalah 1.686. Hal ini berarti bahwa tobserved > tcv. Dengan demikian hipotesis nol ditolak dan hipotesis alternatif diterima, yaitu terdapat perbedaan yang signifikan antara kelompok siswa yang diajar dengan PBSL dan yang diajar dengan PK.

(2)

Literacy skills adalah kemampuan membaca dan

menulis yang kini telah diperluas dengan makna membaca kehidupan masyarakat sosial dan turut berpartisipasi di dalamnya. Winch et al. (2006) mengatakan bahwa dalam persaingan global yang sangat ketat ini, manusia harus ikut ber-patisipasi penuh membangun masyarakat glo-bal dan berkontribusi positif terhadap kemajuan ja-man. Masyarakat global hendaknya mampu ber-pikir secara lokal namun bertindak global (think

locally, act globally). Fenomena yang

berkem-bang saat ini, masyarakat kita diserang oleh kon-sumerisme global yang memaksa kita menjadi konsumen mentah-mentah produk global yang belum tentu sesuai dengan kearifan lokal. Persoalan ini berpengaruh pada segala lini kehidupan masyarakat termasuk pendidikan.

Sekolah yang berjuluk berstandar internasi-onal menjadi incaran siswa dan orang tua yang berambisi agar anaknya kompetitif bersaing di percaturan global. Sementara itu, mata pelajaran yang menyangkut kearifan lokal seperti pelajaran bahasa lokal atau sastra lokal mendapat perla-kuan yang tak adil, bahkan terkesan terpinggir-kan. Sastra lokal dianggap sebagai pelajaran kelas dua. Persoalan ini sangat mengkhawatirkan sebab sastra adalah cermin kehidupan. Melalui sastra, manusia mendapatkan permenungan-per-menungan untuk menuju kehidupan yang lebih baik. Menjauhkan sastra dari kehidupan seperti menjauhkan manusia dari cermin dirinya sendiri. Tanpa sastra, manusia tak mampu hidup se-imbang, menimbang masa lalu, memperbaikinya di masa sekarang untuk masa depan. Menja-uhkan siswa dari sastra sama artinya dengan menjauhkan manusia dari kehidupan, sebab sastra dan kehidupan adalah satu kesatuan yang tidak terpisahkan.

Berbagai penelitian yang mengkaji penga-ruh sastra terhadap perkembangan bahasa anak menunjukkan bahwa anak-anak belajar dengan motivasi tinggi ketika mereka diajarkan dengan media sastra. Salah satunya adalah penelitian yang dilakukan oleh Roser, Hoffman dan Farest (dalam Gambrell, dkk, 2000). Penelitiannya menunjukkan bahwa siswa sekolah dasar yang

belajar bahasa Inggris sebagai bahasa asing menikmati proses pembelajaran berbasis sastra. Penelitian lain dilakukan oleh Kim (2009) yang menunjukkan bahwa kekuatan pembelajaran berbasis sastra terletak pada kekuatan cerita.

Sebagai sumber belajar, cerita bertindak sebagai dunia seutuhnya. Bahasa cerita yang imajinatif merangsang keingintahuan siswa dan kreativitas siswa untuk mencoba menebak berba-gai kemungkinan akhir cerita atau nasib karakter tokoh cerita. Mereka secara tak sadar telah menggunakan bahasa sebagai wahana berpikir, bercermin dan berintrospeksi diri. Kim juga menemukan bahwa sastra mengajarkan siswa menjadi pengguna bahasa yang baik dan kreator ide yang baik. Sesungguhnya, kearifan lokal (dalam hal ini sastra lokal) dan kemampuan literasi dalam bahasa global perlu mendapat posisi yang seimbang. Ketimpangan antara kea-rifan lokal dan kemampuan literasi dalam bahasa global bisa menyebabkan generasi muda kehi-langan jati dirinya sekaligus kehikehi-langan kesem-patan berpartisipasi pada masyarakat global. Oleh sebab itu, kemampuan literasi dengan landasan sastra lokal perlu ditanamkan sejak awal. Salah satunya adalah memperkenalkan media sastra lokal sebagai media dalam proses pembelajaran bahasa global, dalam hal ini bahasa Inggris.

Literature-based instruction atau

lajaran berbasis sastra adalah strategi pembe-lajaran yang menekankan penggunaan sastra se-bagai bahan ajar dan memusatkan pembelajaran pada siswa. Pembelajaran berbasis sastra (PBS) tidak dapat dipisahkan dari pembelajaran bahasa secara umum. Perkembangan bahasa akan ber-gerak cepat jika seseorang diberikan sejak dini dengan sastra. Setidaknya, anak yang sering mendengar cerita akan menjadi pendengar yang lebih efektif. Demikian juga, anak yang sering membaca cerita akan menjadi pembaca yang efektif. Dengan menjadi pembaca yang efektif, siswa juga akan mampu menjadi penulis yang baik. Piscayanti (2010) dalam thesis berjudul “The Effect of Literature-Based Instruction on

(3)

Achievement Motivation: An Experimental Study on The Eighth Grade Students of SMPN 1 Singaraja In Academic Year 2009-2010”

mene-mukan bahwa PBS mampu meningkatkan pres-tasi belajar bahasa Inggris, khususnya membaca dan menulis. Piscayanti juga menemukan bahwa PBS memotivasi siswa untuk belajar lebih baik. Bahkan siswa yang memiliki motivasi berpres-tasi rendah ketika belajar dengan PBS memiliki kemampuan membaca dan menulis yang lebih baik daripada mereka yang tidak mendapatkan PBS.

Bahasa dan sastra adalah dua hal yang tak dapat dipisahkan dalam PBS. Bahasa adalah media dalam mengungkapkan ekspresi, rasa, jiwa dan pesan penulis kepada masyarakat. Di sisi lain, sastra berfungsi sebagai alat transfer pengetahuan. Proses transfer dalam konteks ini adalah kegiatan belajar dalam bentuk meman-faatkan pengetahuan dan pengalamannya ber-dasarkan konteks baru untuk mendapatkan pe-ngetahuan dan pengalaman belajar yang baru. Siswa harus belajar menemukan pengalaman ba-tinnya melalui sastra dan menemukan penge-tahuan baru yang dibangunnya sendiri ber-dasarkan sensitivitasnya terhadap cerita.

Sastra adalah bacaan yang bersifat unik karena memberikan imajinasi yang menarik untuk siswa. Siswa akan diajak mengetahui imajinasi menarik melalui cerita-cerita unik yang mengandung pesan-pesan moral tertentu melalui bahasa yang indah (Virginia, dalam Sorensen dan Lehman 1995:42). Virginia juga mengatakan bahwa sastra menawarkan konteks berbahasa sesuai dengan kehidupan sehari-hari. Maka me-rujuk pendapat Virginia, sastra yang baik adalah sastra yang menawarkan konteks berbahasa yang sesuai dengan konteks kehidupan sehari-hari (lokal) sehingga dapat dikatakan bahwa pembe-lajaran berbasis sastra lokal (PBSL) sangat penting.

Pola-pola pembelajaran berbasis sastra lokal yang menekankan pada peran aktivitas dan krea-tivitas siswa akan mengajak siswa menjadi sas-trawan dalam kehidupannya sendiri. Menulis menjadi menyenangkan karena siswa menuliskan

imajinasinya sendiri melalui cerita naratif ka-rangannya. Media sastra lokal menjadi inspirasi siswa untuk menulis tentang kehidupannya sen-diri, tentang kejadian yang dialaminya sehari-hari.

Penggunaan konteks budaya (sastra) lokal dalam pembelajaran juga sesuai dengan pan-dangan konstruktivisme. Panpan-dangan ini mene-gaskan bahwa pemahaman mendalam dicapai apabila pembelajaran memberikan penekanan pada pemberian banyak konteks nyata. Dengan demikian, pembelajaran menggunaan konteks budaya (sastra) lokal, PBSL, diasumsikan mam-pu memberi efek positif pada kemammam-puan menu-lis naratif mahasiswa.

Berdasarkan paparan di atas, penelitian ini bertujuan untuk mengetahui apakah ada penga-ruh yang signifikan antara pembelajaran berbasis sastra lokal terhadap prestasi menulis naratif dalam Bahasa Inggris mahasiswa semester 4 Ju-rusan Pendidikan Bahasa Inggris.

METODE

Subjek dalam penelitian ini adalah maha-siswa semester empat pada Jurusan Pendidikan Bahasa Inggris pada tahun akademik 2010/2011. Objek penelitian ini adalah pengaruh pembe-lajaran berbasis sastra lokal terhadap kemam-puan menulis naratif Bahasa Inggris. Sampel penelitian diperoleh melalui teknik simple

ran-dom sampling dimana seluruh individu dalam

populasi mendapat kesempatan yang sama untuk dipilih sebagai sampel, sehingga didapat dua kelas sampel. Dua kelas tersebut adalah kelas eksperimen yang diberi perlakuan PBS dan kelas kontrol yang diberi PK.

Kelompok eksperimen diberi perlakuan be-rupa pembelajaran berbasis sastra lokal (PBSL) sementara kelompok kontrol diberikan pem-belajaran konvensional (PK). Pempem-belajaran kon-vensional yang dimaksud adalah pembelajaran yang bukan berpusat pada siswa, melainkan pembelajaran yang berpusat pada guru. Adapun sintaks pembelajaran PBS dan PK dapat dilihat pada Tabel 1.

(4)

Tabel 1. Sintaks Pembelajaran PBSL dan PK

Pembelajaran berbasis sastra lokal Pembelajaran konvensional 1. Pramenulis: mahasiswa membangun

back-ground knowledge, mengekspos topik dan mengarahkan ke topik cerita yang akan di-bahas

2. Pembacaan sastra lokal: mahasiswa meng-gunakan beberapa teknik membaca, misalnya membaca dalam kelompok kecil, diskusi dan presentasi.

3. Persiapan menulis: mahasiswa menggali ide dari bacaan dan menentukan ide-ide untuk ditulis

4. Menulis: mahasiswa memulai menulis

5. Evaluasi: mahasiswa merevisi tulisan dan merefleksi hasil pembelajaran

1. Pembagian teks bacaan tertentu

2. Mahasiswa menjawab pertanyaan dosen ten-tang teks tersebut

3. Dosen menjelaskan konsep dalam teks cerita

4. Dosen menjelaskan langkah menulis 5. Mahasiswa diberi topik untuk menulis 6. Mahasiswa menulis sesuai dengan topik

Variabel penelitian ini ada dua jenis yaitu variabel bebas dan variabel terikat. Variabel yang dimanipulasi disebut variabel bebas (varia-bel penyebab) sedangkan varia(varia-bel yang menjadi akibat disebut variabel terikat. Jadi variabel be-bas dalam penelitian ini adalah pembelajaran berbasis sastra lokal, sedangkan vari-abel terikat adalah prestasi menulis naratif dalam Bahasa Inggris. Rancangan Post-test Only Control

Group Design dipilih karena penelitian ini

me-neliti efektifitas variabel independen (PBS) ter-hadap variabel dependen (prestasi menulis), bu-kan membandingbu-kan hasil sebelum dan sesu-dah perlakuan sehingga penelitian ini hanya meng-gunakan post test pada akhir treatmen.

Ada dua jenis instrumen dalam penelitian ini yakni instrumen mengajar dan instrumen pengumpul data. Instrumen mengajar berupa ske-nario pembelajaran dan materi pembelajaran, se-dangkan instrumen pengumpul data berupa tes menulis, rubrik penilaian analitikal dan lembar observasi. Data yang diperlukan dalam penelitian ini ada dua jenis meliputi data primer dan data sekunder. Data primer (primary data) adalah data tentang prestasi menulis naratif yang di-peroleh melalui hasil post test. Analisis data pri-mer dilakukan melalui dua cara yakni analisis statistik deskriptif dan analisis statistik infe-rensial. Analisis statistik deskriptif digunakan untuk mencari rata-rata, modus, median, varians dan rentang skor. Sedangkan analisis inferensial

digunakan untuk menguji hipotesis yaitu untuk menentukan apakah ada pengaruh yang signi-fikan antara pembelajaran berbasis sastra lokal terhadap prestasi menulis naratif mahasiswa semester 4 jurusan Pendidikan Bahasa Inggris 2010/2011.

Pengujian hipotesis dilakukan dengan t-test. Sebelum menguji hipotesis dengan rumus t-test, data diuji normalitas dan homogenitasnya untuk menguji bahwa data harus bersifat normal dan homogen. Tes homogenitas dilakukan menggu-nakan Levene Statistic, sementara tes normalitas menggunakan Kolmogorov Smirnov.

HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil

Hasil analisis statistik deskriptif menun-jukkan bahwa rata-rata kelompok eksperimen lebih tinggi daripada kelompok kontrol. Rata-rata kelompok kontrol adalah 78.65 sementara rata-rata kelompok eksperimen adalah 85.65. Ditinjau dari nilai median, kelompok eksperimen juga lebih besar daripada kelompok kontrol yaitu 85, sedangkan kelompok kontrol 80. Nilai mak-simum di kelompok eksperimental adalah 90, se-mentara nilai maksimum di kelompok kontrol adalah 83. Nilai minimum di kelompok ekspe-riment juga lebih besar daripada nilai minimum di kelompok kontrol. Hasil uji statistik seleng-kapnya disajikan dalam Tabel 2.

(5)

Tabel 2. Hasil Analisis Statistik Deskriptif Data Equal variances assumed Equal variances not assumed Levene's Test for Equality of

Variances

F 7,713

Sig. 0,008

t-test for Equality of Means T -9,392 -9,392

df 38,000 27,086 Sig. (2-tailed) 0,000 0,000 Mean Difference -7,000 -7,000 Std. Error Difference 0,745 0,745 95% Confidence Interval of the Difference Lower -8,509 -8,529 Upper -5,491 -5,471

Hipotesis alternatifnya (Ha) berbunyi “terdapat perbedaan yang signifikan antara prestasi menu-lis naratif mahasiswa yang diajar dengan PBSL dan mereka yang diajar dengan metode konven-sional” diterima.

Pembahasan

Dari analisis data dapat disimpulkan bahwa kelompok yang mendapat PBSL lebih baik dari-pada kelompok yang tidak mendapat PBSL. Ber-tolak dari hasil pengamatan dan pencatatan, pro-ses PBSL berlangsung secara dinamis dan krea-tif. Kedua belah pihak, yakni pengajar dan siswa memiliki porsi yang sama besar dalam proses pembelajaran. Proses pembelajaran berpusat pa-da siswa sehingga mereka sangat aktif pa-dan inter-aktif. Dari hasil observasi didapatkan hasil bah-wa dalam PBSL, sisbah-wa diberikan kesempatan yang cukup untuk mengeksplorasi ide-idenya sendiri dalam menulis cerita. Contoh pembela-jaran bahasa yang baik adalah pembelapembela-jaran yang bersifat nyata dan bermakna. Nyata dan bermak-na dalam PBSL ditandai dengan keterlibatan sis-wa secara aktif dalam proses pembelajaran, me-respon cerita yang diberikan, mengajukan pertanyaan dan atau menjawab pertanyaan yang dilemparkan oleh guru atau teman. Kelas menja-di arena menja-dimana siswa menjamenja-di menja-di-rinya senmenja-diri, percaya diri dalam mengkonstruk pengeta-huannya sendiri.

PBSL lebih baik daripada PK dalam me-ningkatkan prestasi siswa menulis karena PBSL mengeksplor potensi yang paling penting dalam proses menulis yaitu kreativitas mengkonstruk pengalaman nyata dan imajinasi menjadi sebuah cerita baru. Hal ini meningkatkan rasa percaya diri siswa sebab dengan keunikan masing-ma-sing, mereka memiliki potensi yang berbeda satu dengan yang lain. PBSL memberikan sebuah ja-lan untuk mengekspresikan keunikan itu melalui tulisan. Menulis adalah sebuah proses yang terja-di terja-di dalam terja-diri senterja-diri, melibatkan emosi, pe-ngalaman, pikiran dan daya imajinasi sendiri sehingga menulis tak hanya sekedar sebuah ke-giatan mengasah kemampuan berbahasa, namun juga mengasah emosi, imajinasi dan daya kritis. Dengan proses pembelajaran yang bersifat lang-sung mengaktualisasikan konsep, menulis menja-di menyenangkan dan bermakna bagi siswa. Ka-rena proses menulis bukanlah proses se-kali jadi, maka sebuah tulisan baru dikatakan selesai jika ia telah mengalami tahap akhir yakni revisi, edi-ting dan publikasi. Dalam PBSL, revisi dilaku-kan dalam dua tahap yaitu pertama, revisi bagi-an-bagian terbesar, misalnya revisi terhadap struktur ide secara kronologis, yang kedua, revisi terhadap struktur gramatika. Kedua tahap ini me-merlukan beberapa kali pertemuan. Revisi bisa dilakukan berdasarkan penilaian teman sebaya dan konsultasi dengan pengajar. Revisi ini ber-dampak besar terhadap kualitas tulisan

(6)

maha-siswa sebab mahamaha-siswa akan mengetahui kele-mahan tulisannya dan memperbaiki kesalah-annya. Sementara tahap editing atau mengedit di-lakukan mandiri. Dampak evaluasi mandiri ini adalah tumbuhnya kemandirian dalam mencer-mati tulisan sendiri sebagai bagian dari proses self-evaluation. Jika proses ini berlangsung seca-ra terus menerus, maka mahasiswa akan terbiasa melakukan segalanya dengan mandiri.

Setelah kedua tahap revisi dan mengedit dilakukan, sebuah tulisan siap dipublikasikan. Proses menulis secara bertahap ini memudahkan siswa untuk menulis dalam kualitas terbaik mere-ka sebab semua tahapan dilakumere-kan berjenjang da-ri tahap termudah hingga tersulit.

Oktaviani (2007) menemukan bahwa imple-mentasi PBS dalam kelas menulis sangat mem-bantu siswa menjadi penulis yang lebih baik. Be-berapa jenis kegiatan menulis seperti modeled

writing, shared writing, guided writing, and cooperative writing, telah memperkaya wawasan

siswa dan menumbuhkan banyak ide untuk me-nulis. Dalam penelitian ini, berdasarkan hasil ob-servasi, aktivitas berjenjang dalam menulis di-mulai dari diskusi ringan tentang materi cerita lokal, menulis bersama, penilaian tulisan dengan teman sebaya, hingga akhirnya menulis mandiri telah menumbuhkan motivasi tersendiri untuk menulis.

Penelitian kualitatif yang dilakukan oleh Chen (2006) menemukan bahwa PBS memo-tivasi siswa menulis naratif. Data yang diperoleh dari interview menemukan bahwa menulis nara-tif sangat berguna. Menulis naranara-tif meningkatkan kreativitas dan daya kritis siswa karena menggali pengalaman dan emosi terdalam siswa. Oleh se-bab itu menulis naratif menjadi menyenangkan dan menginspirasi siapa saja untuk menulis.

Sejalan dengan hasil penelitian tersebut, penelitian ini juga menunjukkan bahwa PBSL meningkatkan kemampuan menulis siswa. Hasil observasi yang mencatat proses belajar di kelas menunjukkan siswa yang awalnya tidak memiliki motivasi menulis menjadi lebih termotivasi se-bab PBS merangsang daya imajinasi dan emosi siswa. Terlebih lagi naratif bersifat sangat

perso-nal sehingga siswa lebih bebas mengungkapkan ekspresi dan imajinasinya. Proses belajar yang menyenangkan menyebabkan siswa lebih perca-ya diri dan termotivasi untuk menulis.

Dalam kondisi yang berbeda, PK terbukti tidak efektif untuk meningkatkan kemampuan siswa menulis. PK tidak banyak memberikan kesempatan bagi siswa untuk berproses menulis secara kreatif. Proses pembelajaran yang cende-rung statis menyebabkan kreativitas siswa sulit berkembang secara maksimal. Padahal sesung-guhnya penulis pemula perlu diberikan kondisi yang nyaman untuk mengeksplorasi ide-ide kre-atif mereka. Apalagi penulis pemula yang kurang percaya diri perlu dimotivasi oleh teman sebaya-nya, pengajar dan lingkungan belajar yang baik. PK tidak mampu memberikan ini sehingga PBS adalah alternatif terbaik bagi penulis pemula ka-rena telah terbukti mampu menciptakan atmosfir belajar yang baik.

Kekuatan PBS yang lain adalah bahwa PBS menumbuhkan sikap positif siswa terhadap kegi-atan membaca (Chen, 2006). Hal ini terjadi ka-rena kegiatan membaca dan menulis tidak dapat dipisahkan. Membaca memberikan inspirasi un-tuk menulis, dan menulis merupakan hasil dari proses membaca, aktualisasi diri, perenungan dan konstruksi pikiran. Penelitian yang dilakukan oleh Goodlad (1984) dalam Palardy, (1997) yang berjudul ’A Place Called School’ menunjukkan bahwa PBS menciptakan iklim belajar yang kre-atif, natural, positif dan kondusif. Pembelajaran akan menjadi bermakna karena iklim belajar yang baik memotivasi siswa untuk belajar lebih baik.

Dalam PK pembelajaran kurang bermakna karena iklim belajar kurang mendorong siswa menjadi kreatif dan unik. Apalagi pembelajaran menulis cenderung dipisahkan dengan pembela-jaran yang lain seperti mendengarkan, berbicara, membaca. Sesungguhnya pembelajaran bahasa harus dilakukan secara integratif karena keempat kemampuan berbahasa bersifat simultan. Mem-baca dan menulis misalnya tidak bisa dipisahkan karena membaca dengan bermakna adalah tahap paling awal sebelum menulis. Dalam PK,

(7)

pem-belajaran membaca dan menulis dipisahkan. Sis-wa diberi teks dan dianjurkan untuk membaca teks dengan tujuan menjawab soal-soal. Mem-baca tidak dihubungkan dengan menulis. Me-nulis yang sesungguhnya adalah kegiatan meres-pon teks diabaikan. Malah terkadang menulis di-ajarkan serta merta tanpa didahului pendalaman teks. Akhirnya pendekatan ini merugikan siswa karena mereka tidak terlibat secara emosional dengan teks dan tidak memiliki ruang untuk berekspresi.

SIMPULAN

Berdasarkan analisis data dapat disimpulkan bahwa mahasiswa yang diajar dengan PBS me-nunjukkan prestasi menulis naratif yang lebih baik daripada yang tidak diajar dengan PBS. Perbedaan ini bisa disebabkan karena adanya beberapa faktor yang mempengaruhi kesuksesan PBS. Pertama, peran fasilitator. Kedua, peran materi pembelajaran. Ketiga, peran aktif siswa. Peran fasilitator disini sangat penting mengingat motivator utama dalam pembelajaran di kelas adalah pengajar. Pengajar yang baik akan men-ciptakan iklim belajar yang baik, dan iklim ini akan mendukung hasil belajar yang baik pula. Peran materi pembelajaran juga sangat penting. Dalam penelitian ini sastra lokal sebagai materi pembelajaran digunakan sebagai stimulator un-tuk mengenal sastra lebih dekat dan budaya lokal mereka sendiri. Dengan memperkenalkan sastra yang dekat dengan mereka dan budaya yang me-lekat dalam kehidupan mereka, pembelajaran le-bih menyenangkan dan bermakna. Siswa menik-mati cerita dan mereka mampu memahami budayanya. Kedekatan dengan teks akan

mem-buat mereka termotivasi untuk menulis cerita sendiri berdasarkan pengalaman mereka. Peran ketiga adalah aktivitas siswa di kelas. Dengan konsep belajar konstruktivistik, PBS mampu meningkatkan motivasi menulis siswa dan hasil menulis menunjukkan nilai yang signifikan di-bandingkan siswa yang diajar dengan PK. Bebe-berapa saran yang dikemukakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut.

Pertama, pembelajaran berbasis sastra sa-ngatlah penting diterapkan di dalam pengajaran bahasa sebab PBS telah terbukti mampu mening-katkan hasil belajar siswa terutama menulis. Ke-giatan belajar yang mengintegrasikan keempat kemampuan bahasa dan difasilitasi oleh PBS hendaknya disosialisasikan lebih baik dengan melibatkan pemerintah, guru dan pemegang ke-bijakan lainnya. Kedua, siswa dengan motivasi menulis yang rendah bisa diberi perlakuan khu-sus dengan PBS sebab PBS mampu memotivasi siswa untuk menulis dengan rileks namun ber-makna. PBS dapat diimplementasikan dimana sa-ja dengan kondisi siswa yang berbeda-beda se-hingga baik siswa yang memiliki motivasi ren-dah maupun siswa yang memiliki motivasi tinggi bisa diberikan PBS. Ketiga, peneliti yang bermi-nat mendalami PBS, dapat memperluas cakupan penelitian misalnya meneliti empat kemampuan yang berbeda-beda (mendengarkan, berbicara, membaca, menulis) secara integratif dan penga-ruhnya pada prestasi siswa. Subyek yang diteliti juga dapat diperluas sehingga mendapatkan hasil yang lebih akurat. Hal ini akan mendorong pe-nelitian di bidang PBS lebih banyak sehingga mampu memberikan referensi yang cukup bagi peneliti lainnya.

DAFTAR RUJUKAN

Chen, Y.M. 2006. Using Children’s Literature for Reading and Writing Stories. Asian EFL journal. http://cie.asu.edu/volume8 /number25/index.html (diakses 10 Januari 2010).

Gambrell, L.B, Morrow, L.M and Pennington, C. 2000. Early Childhood and Elementary

Literature-Based Instruction, Current

Perspective and Special Issues. Handbook

of Reading Research Vol.III. (Online), (http:// www.readingonline.org/articles/ handbook/gambrell/index.html-lit.based1, diakses 10 September 2009).

(8)

Kim, Won. 2009. Language through Literature.

Real Language Experiences in an ESL Adult Classroom. The University of

Columbia. (Online), (https://circle. ubc.ca /bitstream/249/.../ubc_2009_spring_kim_ won_pdf, diakses 17 Oktober 2009). Oktaviani, E. 2007. A Study on The

Implemen-tation of Literature-Based Instruction on Class 4 Dyatmika Primary school in Academic Year of 2006-2007. Skripsi (belum dipublikasikan). Undiksha Singa-raja.

Palardy, M. 1997. Another Look at Literature-Based Instruction. Journal article by J. Michael Palardy; Education, 118. (On- line),(http://www.amazon.com/Another-

look-literature-based-instruction-Education/dp/B00097TM76, diakses 10 Oktober, 2009).

Piscayanti, K.S. 2010. The Effect of Literature-Based Instruction on Student’s English Achievement With Differing Achievement Motivation : An Experimental Study on

The Eighth Grade Students of SMPN 1 Singaraja In Academic Year 2009-2010.

Thesis (belum dipublikasikan). Universitas Pendidikan Ganesha Singaraja.

Sorensen, M and Lehman, B. 1995. Teaching

with Children’s Books. USA: National

Council of Teachers of English.

Winch, G., Johnston,R. R., March,P., Ljungdahl, L., and Holliday, M. 2006. Literacy:

Read-ing, Writing and Children’s Literature. 3rd Ed. New York: Oxford University Press.

Referensi

Dokumen terkait

Total accrual dari sebuah perusahaan merupakan proksi dari sebuah kebijakan akuntansi akrual yang mengarah pada tindakan earnings management, hal ini karena kebijakan yang

Proses mekanik dilakukan setelah metode pulping semikimia dengan menggunakan alat disc refiner sebanyak 4,7, 10,13, dan 16 kali, hal ini bertujuan untuk fibrilasi

Terdapat 7 sample dari 10 sampel minuman teh kemasan industri rumah tangga yang beredar di Kelurahan Sungai Dama dan Kelurahan Selili menggandung cemaran bakteri

Hasil Penelitian ini menunjukan bahwa overconfidence berpengaruh positif signifikan terhadap pengambilan keputusan investasi artinya semakin tinggi tingkat kepercayaan

Seorang pelaku usaha harus memiliki skill (kemampuan) untuk berwirausaha karena tanpa skill (kemampuan) seorang pelaku usaha tidak akan mungkin bisa

Hasil wawancara penulis dengan guru mata pelajaran Pendidikan Agama Islam di SDI Al Muawwanah Surabaya bahwa tujuan pembelajaran PAI adalah agar siswa dapat menjadi

Setelah diadakan tahapan Evaluasi Pelelangan menurut ketentuan-ketentuan yang berlaku, serta memperhatikan Surat Penetapan Pemenang dari Pokja Penyediaan Jasa Jaminan

Apabila seorang remaja memiliki konsep diri yang positif terhadap dirinya sendiri, maka di dalam perkembangan sikap yang dimiliki remaja akan berpengaruh baik ketika