• Tidak ada hasil yang ditemukan

ANALISIS Z-SCORE UNTUK MENGUKUR TINGKAT KEBANGKRUTAN PERUSAHAAN DAERAH AIR MINUM KABUPATEN HULU SUNGAI SELATAN KANDANGAN

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "ANALISIS Z-SCORE UNTUK MENGUKUR TINGKAT KEBANGKRUTAN PERUSAHAAN DAERAH AIR MINUM KABUPATEN HULU SUNGAI SELATAN KANDANGAN"

Copied!
9
0
0

Teks penuh

(1)

89

ANALISIS Z-SCORE UNTUK MENGUKUR TINGKAT

KEBANGKRUTAN PERUSAHAAN DAERAH AIR MINUM KABUPATEN

HULU SUNGAI SELATAN KANDANGAN

Netty Heryati

STIE Nasional Banjarmasin Nettyheryati05@gmail.com

Abstract,

The aim of this study wanted to see the condition of the financial performance and the level of bankruptcy Regional Water District Upper South River Kandangan that during 2000 to 2008 has always suffered losses by using the Z-Score method proposed by Almant.

The method used is the method of observation, the secondary data used is the financial statements and other financial data in 2010 through 2012. Analysis of the data using content analysis ie analysis by comparing its antecedents and its Z score consisting of X1 (Working Capital / Total Assets), X2 (Retained Earnings / Total Assets), X3 (EBIT / Total Assets), X4 (Book Value Equity / Debt ) and X5 (Sales / Total Assets) to look at the financial performance and corporate bankruptcy.

The results showed that the company's financial performance in 2011 and in 2012 was pretty good views of values X1, X2, X3, X4 and X5 companies, as well as based on a Z-score, the company is healthy and very small probability of bankruptcy occurs. Although the company still carry the burden of past losses are relatively large. A healthy condition is supported by the relatively small debt positions X4 company so high and push the value of Z-score too high. Suggested to the company, although the company was in good health but there are factors supporting the Z-score that needs to be fixed ie X3 and X5 are still declining and aligned to be even better year to come.

Keywords: Z - Score, Financial Performance, Corporate Bankcruptcy

Abstrak,

Penelitian ini bertujuan ingin melihat kondisi kinerja keuangan dan tingkat kebangkrutan Perusahaan Daerah Air Minum Kabupaten Hulu Sungai Selatan Kandangan yang selama tahun 2000 sampai dengan tahun 2008 selalu mengalami kerugian dengan menggunakan Metode Z-Score yang dikemukakan oleh Almant.

Metode yang digunakan adalah metode Observasi, dengan data sekunder yang digunakan adalah data laporan Keuangan dan data keuangan lainnya tahun 2010 sampai dengan tahun 2012. Analisa data menggunakan analisa content analysis yakni dengan membandingkan Z score beserta faktor pendukungnya yang terdiri dari X1 ( modal Kerja/Total Aktiva ), X2 ( Laba ditahan /Total Aktiva ), X3 ( EBIT / Total Aktiva ), X4 ( Nilai Buku Saham / Hutang ) dan X5 ( Penjualan / Total Aktiva ) untuk melihat kinerja keuangan dan kebangkrutan perusahaan.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa kinerja keuangan perusahaan tahun 2011 dan tahun 2012 sudah cukup bagus dilihat dari nilai X1,X2,X3,X4 dan X5 perusahaan, serta berdasarkan nilai Z- score, perusahaan berada dalam keadaan sehat dan kemungkinan kebangkrutan sangat kecil terjadi. Walaupun perusahaan masih memikul beban kerugian masa lalu yang relatif besar. Kondisi yang sehat ini didukung oleh posisi Hutang yang relatif kecil sehingga X4 perusahaan cukup tinggi dan mendorong nilai Z score juga tinggi. Disarankan kepada perusahaan, walaupun perusahaan dalam keadaan sehat tapi ada faktor pendukung Z-score yang perlu diperbaiki yakni X3 dan X5 yang masih mengalami penurunan dan diupayakan agar lebih baik lagi ditahun yang akan datang.

(2)

90

Sebuah perusahaan didirikan tidak hanya untuk sementara melainkan untuk jangka panjang dan selamanya. Namun dalam kenyataan tidak selalu hal itu terjadi, perusahaan yang beberapa waktu lalu sangat rendebel, tapi sekarang sudah masuk dalam tahap kebangkrutan. Semua tergantung pada kondisi dan pengelolaan usaha yang terjadi pada perusahaan tersebut

Perusahaan Daerah Air Minum Kabupaten Hulu Sungai Selatan, merupakan sebuah perusahaan yang beroperasi untuk memenuhi hajat hidup orang banyak yakni memproduksi air bersih untuk dijual kepada masyarakat, yang modal usahanya dimiliki oleh Pemerintah Daerah Kabupaten Hulu Sungai Selatan Kandangan. Kondisi keuangan perusahaan sejak tahun 2000 sampai dengan tahun 2008 selalu mengalami kerugian, karena banyaknya pipa air yang sudah tua sehingga sering terjadi kebocoran serta banyaknya pencurian air diluar meter air oleh masyarakat, sehingga membuat pendapatan perusahaan merosot, sedangkan biaya selalu meningkat setiap tahun, terutama untuk biaya perawatan mesin yang sudah tua. Kerugian ini sampai dengan 31 Desember 2010 tercatat Rp 3.946.916.695,- yang apabila tidak dilakukan perubahan maka perusahaan bisa mengarah pada masa kebangkrutan.

Di tahun 2011 perusahaan melakukan beberapa usaha perbaikan dalam kinerja keuangannya, yakni mengganti sebagian mesin dan pipa yang sudah tua, dengan menggunakan tambahan modal dari Pemerintah Daerah sebesar Rp 2.000.000.000,- serta menaikkan tarif meter air kepada pelanggan, yang akhirnya bisa membuat kinerja keuangannya mengalami perbaikan di akhir tahun 2011, yakni perusahaan sudah tidak rugi lagi bahkan sudah mendapatkan keuntungan sebesar Rp 312.081.480,-

Tahun 2012 kembali Pemerintah Daerah Kabupaten Hulu Sungai Selatan menambah modalnya sebesar Rp 4.000.000.000,- untuk mengganti semua mesin yang sudah tua serta menambah peralatan pengolah air bersih lainnya, dengan harapan kinerja keuangannya akhir tahun 2012 akan lebih baik dari tahun 2011. Namun kenyataan yang terjadi justru keuntungan yang diperoleh akhir tahun 2012 turun lebih rendah dari tahun 2011, hanya sebesar Rp 178.307.932,-

Dari kenyataan tersebut seolah tahun 2012 perusahaan kembali berbalik arah menuju penurunan kinerja keuangan, dan dikhawatirkan bisa mengarah pada kerugian kembali yang bisa memicu kebangkrutan perusahaan, sehingga perlu untuk dilakukan penganalisaan terhadap kemungkinannya.

(3)

91

Analisis multivariate yang cukup terkenal adalah model kebangkrutan yang dikembangkan oleh Edward Altman seorang Professor of finance dari New York University School of Bussines pada akhir tahun 1960-an yang dikenal dengan Altman Z-Score. Model ini menggunakan analisis keuangan yang dibuat dengan mengkombinasikan lima rasio keuangan yang berbeda beda yakni ( Ratio Modal Kerja/total aktiva, Laba ditahan/Total Aktiva, Earning before interest and Tax /Total aktiva, Nilai pasar modal/Nilai buku Hutang dan Penjualan/Total aktiva ). Dari nilai Z- nya menurut Altman ( 2005 : 241 ) berdasarkan titik cut off. Sebuah perusahaan dapat dimasukan kedalam salah satu klasifikasi perusahaan Sehat, Sehat tapi rawan kebangkrutan ataupun perusahaan yang diprediksikan bangkrut.

Tujuan dari menghitung nilai Z adalah untuk memperingatkan adanya problem keuangan yang membutuhkan perhatian serius dan pengarahan. Bila nilai Z lebih rendah dari yang diharapkan, maka kita dapat memulai memeriksa apa yang menjadi penyebabnya. Hal yang menarik dari Z- Score adalah keandalannya sebagai alat analisa tanpa memperhatikan ukuran perusahaan. Meskipun misalnya perusahaan sangat makmur, namun bila Z – Score mulai turun dengan tajam, lonceng peringatan

harus berdering. Atau apabila perusahaan baru saja survive, Z_Score bisa digunakan untuk mengevaluasi dampak yang telah diperhitungkan dari perubahan upaya manajemen perusahaan ( Sawir : 2003 )

Maka berdasar kondisi yang dialami oleh Perusahaan daerah Air Minum Kabupaten Hulu Sungai Selatan yang baru bangkit dari kerugian dan sudah mulai bisa mendapatkan laba ditahun 2011 dan tahun 2012, serta dihubungkan dengan pendapat dari Sawir diatas, maka penulis ingin mengangkat permasalahan dalam penelitian ini adalah sbb :

1. Apakah kinerja keuangan Perusahaan Daerah Air Minum kabupaten Hulu Sungai Selatan tahun 2011 dan 2012 mengalami perbaikan dilihat dari faktor faktor pembentuk Z-Score perusahaan

2. Bagaimana tingkat kebangkrutan Perusahaan Daerah Air Minum diatas jika dilihat dari besarnya nilai Z-Score yang terjadi dan faktor apa yang menjadi pendukungnya

METODE

Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode observasi dengan analisis dokumen yang dikenal dengan content analysis. Indrianto ( 2002 : 159 ) mengatakan Content Analysis

(4)

92

merupakan metode pengumpulan data penelitian melalui metode observasi dan analisis terhadap isi/pesan dari suatu dokumen (laporan, notulen rapat, surat, jurnal dan lain lain) dengan tujuan untuk melakukan identifikasi terhadap karakteristik atau informasi spesifik yang terdapat pada suatu dokumen untuk menghasilkan deskripsi yang objektif dan sistematik.

Variabel yang digunakan di klasifikasi menjadi 2 yaitu :

1. Variabel Dependen, yaitu variabel yang dipengaruhi oleh variabel lain. Pada model prediksi yang digunakan, Z adalah variabel terikat dan merupakan skore kebangkrutan

2. Variabel independen, yakni variabel yang mempengaruhi variabel dependen. Pada model predeksi yang digunakan adalah X1 ( Modal Kerja/Total Aktiva ), X2 ( laba ditahan/total aktiva ), X3 ( EBIT/Total aktiva ), X4 ( Nilai Modal / nilai hutang ), X5 ( penjualan/total aktiva ) adalah variabel bebas yang diperkirakan dapat mempengaruhi kebangkrutan

Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder yakni data Laporan Keuangan yang sudah diaudit selama dua

tahun yakni tahun 2011 dan tahun 2012 serta informasi keuangan perusahaan lainnya yang terjadi selama tiga tahun yakni tahun 2010 sampai dengan 2012.

Data di analisa dengan menggunakan model Z-Score yang dikemukakan oleh Altman. Yakni Z-Score bagi perusahaan yang non go public. Menurut Altman ( Mamduh 2004 : 656 ) untuk melihat kondisi keuangan dan kondisi kebangkrutan perusahaan yang non go public, Z-Score dapat dirumuskan sebagai berikut :

Z = 0,717 X1 + 0,847 X2 + 3,107 X3 + 0,42X4 + 0,998 X5

Keterangan :

Z = Overall index ( indek keseluruhan ) X1 = Modal Kerja / Total Aktiva

X2 = Laba ditahan / Total Aktiva X3 = EBIT / Total Aktiva

X4 = Nilai buku saham / Nilai buku hutang X5 = Penjualan / Total aktiva

Cutting off dari analisa Z-Score pada formula diatas tampak pada tabel 1, dibawah ini :

(5)

93

Tabel 1

Cutting off analisa Z Score menurut Altman

Perusahaan Go Public

Perusahaan non Go

Public Keterangan

Z < 1,81 Z < 1,20 Perusahaan dalam kondisi bangkrut ( mengalami kesulitan keuangan dan resiko tinggi )

1,81 < Z < 2,99 1,20 < Z < 2,99 Perusahaan dalam kondisi rawan ( grey area ), pada kondisi ini perusahaan mengalami masalah keuangan yang harus ditangani dengan penanganan manajemen yang tepat

2,99 > Z 2,90 < Z Perusahaan dalam kondidi sehat sehingga kemungkinan kebangkrutan sangat kecil terjadi

Sumber : Mamduh ( 2000 : 657 )

HASIL DAN PEMBAHASAN

Altman mengidenfikasikan 5 (lima) variabel bebas yang digunakan dalam formulanya yaitu :

X1 = Modal Keja / Total aktiva X2 = Laba ditahan / Total aktiva X3 = EBIT / Total aktiva

X4 = Nilai pasar Modal / nilai buku hutang X5 = Penjualan / total aktiva

Gambaran variabel bebas yang terdapat pada Laporan keuangan Perusahaan Daerah Air Minum Kabupaten Hulu Sungai Selatan adalah seperti tabel 2 berikut:

Tabel 2

Gambaran Variabel bebas pada laporan keuangan Perusahaan Tahun 2011 dan 2012 dalam ( Rp Juta )

Tahun Total Aktiva Hutang Modal Kerja Laba ditahan

EBIT Penjualan Modal saham 2011 18.011,4 152,54 2.218,79 (3.946,9 ) 381,89 6.824,34 14.000 2012 22.079,3 137,06 4.481,18 (3.634,9 ) 232,49 7.679,81 18.000 Sumber : Laporan keuangan perusahaan PDAM kab HSS tahun 2011 dan 2012

(6)

94

Tabel 3

Perhitungan 5 Variabel independen Z- score Perusahaan

Tahun X1 X2 X3 X4 X5

2011 0,123 - 0,202 0,0212 91,78 0,379

2012 0,203 - 0,152 0,0105 131,33 0,348

Sumber : Diolah dari hasil penelitian

Z Score tahun 2011 = 0,717 (0,123) + 0,847(-0,202) + 3,107(0,0212) + 0,42(91,78) + 0,998(0,379) = 38,90 Z score tahun 2012 = 0,717 (0,203) + 0,847 (- 0,152 ) + 3,107(0,0105) + 0,42 (131,33 ) + 0,998 ( 0,348 ) = 55,53

Melihat pehitungan 5 variabel bebas pada analisa Z score ini dari tahun 2011 ke tahun 2012, semua variabel menunjukkan posisi yang mengarah pada kondisi bagus kecuali X3 dan X5 yang mengalami kemunduran yakni :

1. X1 mengalami kenaikan dibanding tahun 2011, hal ini menunjukkan kondisi modal kerja dan total aktiva yang bagus, modal kerja bertambah karena ada bantuan tambahan modal dari Pemda yang sebagian ditanam dalam kenaikan kas dan kenaikan piutang melalui kenaikan pembayaran pelanggan.

2. X2 mengalami perbaikan dari -- 0,202 menjadi – 0,152, artinya perbandingan antara besarnya saldo

kerugian tahun 2012 lebih kecil dibanding tahun 2011, hal ini menunjukkan satu kemajuan karena tahun 2012 perusahaan kembali mendapatkan laba. Hanya laba tahun 2012 tidak sebagus laba tahun 2011. X2 menunjukkan angka ( -- ) artinya laba ditahan perusahaan masih ( -- ) karena adanya akumulasi kerugian beberapa tahun yang lalu. Tetapi angka ( -- ) ini telah mengalami penurunan setelah perusahaan mendapat laba mulai tahun 2010 yang menunjukkan kondisi kerugian mulai diperbaiki dengan adanya keuntungan.

3. X3 mengalami penurunan artinya perolehan EBIT tahun 2012 lebih kecil rationya dibanding dengan tahun 2011 yang lalu . Penurunan ini terjadi karena adanya penambahan aktiva perusahaan yakni tambahan peralatan untuk pengolahan penyaringan air dan penggantian beberapa mesin yang sudah tua, sehingga harta bertambah, tetapi

(7)

95

penambahan harta ini tidak diiringi dengan kenaikan laba (EBIT) yang proporsional dibanding tahun 2011. Akibatnya posisi X3 turun. Hal ini terlihat pada jumlah laba (EBIT) tahun 2012 menurun sedangkan total harta mengalami kenaikan.

4. X4 menunjukkan angka yang sangat bagus dan cukup tinggi, dari 91,8 tahun 2011 menjadi 131,33 tahun 2012 hal ini ditunjang oleh sedikitnya hutang yang dimiliki perusahaan, hutang perusahaan menurun sedangkan jumlah modal sendiri meningkat karena ada bantuan dari pemerintah Daerah setempat tahun 2012 sebesar Rp 4.000.000.000, akibatnya membuat posisi X4 naik mencapai 131,33

5. X5 menurun dari 0,379 menjadi 0,348, yang menunjukkan bahwa naiknya penjualan tidak signifikan dengan kenaikan tambahan harta yang dioperasikan, penjualan menaik karena adanya tambahan pelanggan baru dan pengurangan kebocoran pipa air yang sudah dapat diantisipasi, namun karena perbaikan sarana ini memerlukan tambahan aktiva yang banyak, sehingga walaupun penjualan naik tetapi kenaikan ini belum bisa mengimbangi tambahan modal yang

digunakan untuk perbaikan diatas, akibatnya X5 mengalami penurunan.

Jika dilihat dari besarnya Z score yang terjadi tahun 2011 yakni Z – Score 38,90 jauh lebih besar dari > 2,90 maupun 2012 yakni 55,53 yang jauh > 2,90, maka dapat dikatakan bahwa kondisi keuangan perusahaan cukup bagus, baik tahun 2011 maupun tahun 2012. walaupun dilihat dari X3 yakni perbandingan antara EBIT / Total aktiva mendapat score 0,0212 di tahun 2011 dan turun menjadi 0,0105 ditahun 2012. Serta ada penurunan X5 yakni perbandingan antara penjualan dan modal sendiri. Hal ini menunjukkan bahwa kinerja keuangan yang rugi cukup besar pada beberapa tahun yang lalu yang pada saat ini masih tercatat ( - ) Namun karena di tahun 2011 perusahaan sudah tidak rugi lagi bahkan sudah mulai mendapatkan keuntungan sebesar Rp 312. 031.480 dan tahun 2012 juga mendapatkan keuntungan sebesar Rp 178.307.932 maka Z score perusahaan masih berada pada posisi yang bagus. Artinya berdasarkan Cutting off dari analisa Z score posisi Z-score perusahaan sudah jauh diatas tingkat 2,90 baik tahun 2011 maupun tahun 2012 dan perusahaan dikatakan “ sehat dengan kemungkinan kebangkrutan sangat kecil “. Hal ini terjadi karena X4 perusahaan sangat tinggi yang

(8)

96

disebabkan karena perusahaan tidak mempunyai hutang jangka panjang, hanya punya hutang jangka pendek dan jumlahnya sangat kecil dibanding modal sendirinya, akibatnya X4 tinggi, yang setelah digabung dengan X1,X2,X3 dan X5 menghasilkan angka Z score yang cukup tinggi.

SIMPULAN DAN SARAN Simpulan

1. Hasil penelitian dan pembahasan yang ada mengatakan bahwa kondisi kinerja keuangan Perusahaan Daerah Air Minum dilihat dari faktor faktor pembentuk Z- Scoe yang terjadi, antara tahun 2011 dan 2012 masih dapat dikatakan cukup bagus, untuk faktor X1,X2 dan X4. Sedangkan faktor X3 dan X5 mengalami penurunan. Namun jika digabung kedalam Z–score kondisinya cukup bagus, karena Z score perusahaan berada jauh diatas cutting off analisa Z score yakni 2,90 baik tahun 2011 maupun tahun 2012.

2. Ditahun 2011, dan tahun 2012 kondisi Z score perusahaan menunjukkan angka yang tinggi yakni 38,99 ditahun 2011 dan menaik menjadi 55,53 ditahun 2012, maka berdasarkan cutting off analisa Z score, dapat dikatakan “Perusahaan dalam kondisi sehat sehingga

kemungkinan kebangkrutan kecil terjadi“.

3. Faktor pendukung terbentuknya Z score yang tinggi adalah posisi hutang yang sedikit, hanya ada hutang jangka pendek dan perusahaan tidak mempunyai hutang jangka panjang, sehingga tidak mempunyai kewajiban tetap yang harus dibayar dalam waktu dekat selain biaya operasional, sedangkan modal sendiri selalu ditambah oleh Pemda setempat akibatnya modal sendiri membesar dan membuat X4 perusahaan naik yang pada akhirnya menaikkan Z score perusahaan

Saran

1. Walaupun kondisi perusahaan masih jauh diatas kebangkrutan, tetapi disarankan perusahaan untuk tetap melakukan efesiensi dalam biaya operasional, sehingga di akhir tahun 2013 nanti diharapkan laba yang diperolh paling tidak mencapai laba tahun 2011 yang lalu

2. Perusahaan walaupun berada dalam kondisi sehat dan jauh dari kebangkrutan menurut Z score , perusahaan juga harus waspada bahwa ada faktor pembentuk Z score yang mengalami kemunduran dan perlu dilakukan perbaikan dihari mendatang yakni faktor X3 dan X5

(9)

97

3. Untuk bahan perbandingan sebaiknya kinerja keuangan perusahaan juga diukur dan dianalisa dengan metode analisa penilaian kinerja keuangan yang lain seperti analisa ratio dll

DAFTAR PUSTAKA

Gitosudarmo, Indriyo dan Bakri. 1995.

Manajemen Keuangan. BPFE

Yogyakarta

Mamduh, M Hanafi. 2004. Manajemen keuangan. BPFE Yogyakarta

Mamduh, M. Hanafi dan Abdul halim. 2000. Analisa Laporan Keuangan. Edisi pertamaUPP.AMP.YKPN,

Yogyakarta

Munawir. 2004. Analisa Laporan Keuangan. Salemba Empat, Jakarta. Sawir, Agnes. 2003. Analisa Kinerja

Keuangan dan Perencanaan

Keuangan

Perusahaan. PT Gramedia Pustaka Utama, Jakarta.

Referensi

Dokumen terkait

14 Penatalaksanaan untuk kelebihan zat besi pada pasien PGK terutama pasien hemodialisis reguler yang mengalami transfusi darah berulang dapat dire-utilisasi dengan

Seseorang dengan tingkat kepuasan kerja yang tinggi memiliki perasaan-perasaan positif tentang pekerjaan tersebut, sementara seseorang yang tidak puas memiliki perasaan-perasaan

1) Setiap orang yang melakukan perbuatan yang mengakibatkan gangguan pada fungsi Rambu Lalu Lintas, Marka Jalan, Alat Pemberi Isyarat Lalu Lintas, fasilitas Pejalan Kaki, dan

Sedangkan variabel yang tidak signifikan berpengaruh terhadap kemiskinan di Kampung Tambak Lorok yakni persepsi pembangunan infrastruktur, jumlah anggota keluarga dan

SD NEGERI KOWEL 3 KURIKULUM 2013 REVISI TAHUN 2017.

Hasil analisis morfometri menunjukkan DAS Maluka memiliki luas 82.746,64 ha, pola dendritik, bentuk DAS memanjang sehingga permukaan menuju debit aliran outlet

Berdasarkan pembahasan di atas dapat disimpulkan bahwa tokoh ibu yang mengalami tindakan kekerasan fisik dan emosional oleh suami tetap berusaha untuk

(2) Bagan Struktur Organisasi Dinas Pemberdayaan Masyarakat dan Desa tercantum dalam lampiran IV, yang merupakan bagian tidak terpisahkan dari Peraturan Bupati