• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB II TINJAUAN PUSTAKA"

Copied!
25
0
0

Teks penuh

(1)

8

2.1 Komunikasi Interpersonal

2.1.1 Pengertian Komunikasi Interpersonal

Komunikasi Interpersonal yakni kegiatan komunikasi yang dilakukan secara langsung antara seseorang dengan orang lainnya. Misalnya percakapan tatap muka, korespondensi, percakapan melalui telepon, dan sebagainya. Pentingnya situasi komunikasi interpersonal ialah karena prosesnya memungkinkan berlangsung secra dialogis. Komunikasi yang berlangsung secara dialogis selalu lebih baik daripada secara monologis. Monolog menunjukan suatu bentuk komunikasi dimana seorang bicara yang lain mendengarkan, jadi tidak ada interaksi. Yang aktif hanya komunikatornya saja, sedangkan komunikan bersifat pasif.

Komunikasi interpersonal didefinisikan oleh Joseph A. Devito dalam bukunya “The Interpersonal Communicationtau Book.” (Devito 1889:4) sebagai: “proses pengiriman dan penerimaan pesan-pesan antara dua orang atau diantara sekelompok kecil orang-orang, dengan beberapa efek dan beberapa umpan balik secara seketika”. (The process of sending and receiving messages betwen two persons, or among a small group of person, with some effect and some immediate feedback). Jadi, Komunikasi merupakan proses pemindahan informasi dan

(2)

pengertian antara dua orang atau lebih, dimana masing-masing berusaha untuk memberikan arti pada pesan-pesan simbolik yang dikirim melalui suatu media yang menimbulkan umpan balik.

2.2 Komunikasi Verbal 2.2.1 Kata-Kata Dan Makna

kata-kata memiliki kekuatan yang sangat besar. Mereka yang dapat menggunakannya dengan baik dapat mempengaruhi orang di sekitarnya hanya dengan beberapa kata saja. Kata-kata juga memiliki kekuatan yang besar dalam hidup kita.

a. Kata-kata adalah simbol

Kalimat yang tercetak memicu sebuah gambar, suara, konsep, atau pengalaman, ambil contoh kata kucing, kata tersebut memunculkan gambaran di pikiran kita sebagai suatu makhluk yang memiliki taring dan cakar, atau mungkin menampikan gambaran bintang peliharaan yang lucu, berbulu lebat dan sedang duduk di pangkuan tuannya. Contohnya: “Hotdog” bukan berarti anjing panas, sedangkan dalam bahasa Indonesia “tahu” dapat dimaknai sebagai mengerti atau tahu dan dapat juga dimaknai sebagai tahu makanan.

b. Kata membatasi konteks

Guru bahasa kita sering mengingatkan kita, bahwa dalam memilih kata-kata kita harus hati-hati, karena pemakaian kata-kata-kata-kata yang kurang tepat atau diluar konteks yang sesungguhnya akan dapat mengubah arti

(3)

keseluruhan kata. Karenanya, suatu kata merupakan simbol juga dapat membelokan arti dari suatu pemakaian kata lainnya.

c. Kata dibatasi budaya

Budaya memiliki berbagai peraturan, norma, dan sekumpulan orang yang telah belajar dan terbentuk dari generasi ke generasi lainnya. Beberapa tahun lalu general motors menjual mobil yang disebut Nova. Dalam bahasa Inggris Nova berarti “bintang yang terang”, namun dalam bahasa Spanyol kalimat nova terkenal seperti “No Va”, yang diterjemahkan, “tidak dapat berjalan”. Seperti yang dapat anda bayangkan, nama tersebut bukanlah alat jual yang baik bagi pasar berbahasa Spanyol.

d. Kata memiliki arti konotasi dan denotasi

Bahasa adalah kendaraan bagi kita membagi indera kita tentang dunia kepada orang lain. Lewat bahasa kita menyalurkan pengalaman kita melalui simbol dan kemudian kita menggunakan simbol tersebut untuk membagi pengalaman kita. Proses penyaluran melalui bahasa bukanlah proses yang sederhana seperti mengucapkan kata dan kemudian dimengerti oleh orang lain. Pesan mengalir di dalamnya berisi konten dan perasaan. Jadi bahasa kita memiliki arti dalam dua tingkatan; Denotasi dan Konotasi. Sebagai contoh kita ambil kata “sekolah” dalam arti denotasi, berarti tempat atau lembaga pendidikan. Sedangkan dalam arti konotasi dapat diartikan sebagai tempat menyenangkan dimana kita dapat bertemu dengan teman, bersenang-senang, dan pada suatu waktu

(4)

juga mendapatkan tugas dan pekerjaan lain yang menghilangkan kesenangan anda.

e. Kata memiliki arti konkret dan abstrak

Kata dapat diletakkan dalam kesatuan hubungan mulai dari abstrak hingga berarti konkret. Kita menyebut jika kita mengalaminya dengan salah satu indera kita, maka itu dapat disebut konkret. Jika kita tidak

dapat melakukan, maka kata tersebut adalah abstrak.2

2.3 Komunikasi Non Verbal 2.3.1 Fungsi Pesan Non Verbal

Bahasa telah sanggup menyampaikan informasi kepada orang lain. Dalam hubungannya dengan bahasa, mengapa pesan nonverbal masih digunakan? Apa fungsi pesan nonverbal? Menurut Jalaluddin Rakhmat menyebutkan fungsi pesan nonverbal:

1. Repetisi. Mengulang kembali gagasan yang sudah disajikan secara verbal. Misalnya, setelah saya menjelaskan penolakan saya, saya menggelengkan kepala berkali-kali.

2. Substitusi. Menggantikan lambang-lambang verbal. Misalnya, tanpa sepatah kata pun Anda berkata, Anda dapat menunujukkan persetujuan dengan mengganguk-angguk.

(5)

3. Kontradiksi. Menolak pesan verbal atau memberikan makna lain terhadap pesan verbal. Misalnya. Anda memuji prestasi kawan Anda dengan mencibirkan bibir Anda, “Hebat, kau memang hebat,”

4. Komplemen. Melengkapi dan memperkaya makna pesan verbal atau menggarisbawahinya. Misalnya, air muka Anda menunjukkan tingkat penderitaanyang tidak terungkap kata-kata.

5. Aksentuasi. Menegaskan pesan verbal atau menggarisbawahinya. Anda mengungkapkan betapa jengkelnya Anda dengan memukul mimbar.

Jalaluddin Rakhmat membahas fungsi pesan nonverbal dalam hubungannya dengan pesan verbal. Yang lebih penting kita ketahui ialah tinjauan psikologis terhadap peranan pesan nonverbal dam perilaku komunikasi. Mengapa kita harus memperhatikannya? Sejauh mana pesan nonverbal melancarkan atau menghambat efektivitas komunikasi? Berikut enam alasan mengapa pesan nonverbal sangat penting:

1. Faktor-faktor nonverbal sangat menentukan makna dalam komunikasi interpersonal. Ketika kita mengobrol atau berkomunikasi tatap muka, kita banyak menyampaikan gagasan dan pikiran kita lewat pesan-pesan nonverbal. Pada gilirannya orang lain pun lebih banyak “membaca” pikiran kita lewat petunjuk-petunjuk nonverbal.

2. Perasaan dan emosi lebih cermat disampaikan lewat pesan verbal ketimbang pesan verbal. Anda boleh menulis surat kepada pacar Anda dan mengungkapkan gelora kerinduan Anda. Anda akan tertegun Amanda tidak menemukan kata-kata yang tepat untuk menyatakan

(6)

sesuatu yang begitu mudah diungkapkan melalui pesan nonverbal. Bagaimana harus Anda tuliskan dalam surat Anda getaran suara, tarikan napas, kesayuan mata, dan detak jantung? Menurut Mahrabian (1967), hanya 7% perasaan kasih sayang dapat dikomunikasikan dengan kata-kata. Selebihnya, 38% dikomunikasikan lewat suara, dan 55% dikomunikasikan melalui ungkapan wajah (senyum, kontak mata, dan sebagainya)

3. Pesan nonverbal menyampaikan makna dan maksud yang relatif bebas dari penipuan, distorsi, dan kerancuan. Pesan nonverbal jarang dapat diatur oleh komunikator secara sadar. Sejak Zaman Prasejarah, wanita selalu mengatakan “tidak” dengan lambang verbal, tetapi pria jarang tertipu. Mereka tahu ketika “tidak” diucapkan seluruh anggotanya mengatakan “ya”. Kecuali aktor-aktor yang terlatih, kita semua lebih jujur berkomunikasi melalui pesan nonverbal. Komunikator pada giliranya juga lebih percaya pada pesan nonerbal ketimbang pesan verbal. Dalam situasi komunikasi yang disebut “double binding” – ketika pesan noverbal bertentangan dengan pesan verbal – orang bersandar pada pesan nonvebal.

4. Pesan nonverbal mempunyai fungsi metakomunikatif yang sangat diperlukan untuk mencapai komunikasi yang berkualitas tinggi. Fungsi metakomunikatif artinya memberikan informasi tambahan yang memperjelas maksud dan makna pesan. Di atas telah kita sebutkan bahwa pesan nonverbal mempunyai fungsi repetisi, substitusi,

(7)

kontradiksi, komplemen, dan aksentuasi. Semua ini menambah kadar informasi dalam penyampain pesan.

5. Pesan noverbal merupakan cara komunikasi yang lebih efisien dibandingkan pesan verbal. Dari segi waktu, pesan verbal sangat tidak efisien dalam paparan verbal selalu terdapat redundansi (lebih banyak lambang dari yang diperlukan), repetisi, ambiguity (kata-kata yang berarti ganda), dan abstraksi. Diperlukan lebih banyak waktu untuk mengungkapkan pikiran kita secara verbal daripada secara nonverbal. 6. Pesan nonverbal merupakan sarana sugesti yang paling tepat. Ada

situasi komunikasi yang menuntut kita untuk mengungkapkan gagasan atau emosi secara tidak langsung. Sugesti di sini dimaksudkan menyarankan sesuatu kepada orang lain secara implisit ( secara tersirat). Sugesti paling efektif disampaikan melalui pesan-pesan nonverbal. Leathers (1976) menulis “ jika Anda meminta pelayanan seksual dari anak di bawah umur secara verbal, Anda dapat menerima hukuman penjara. Jika Anda melakukan hal yang sama secara verbal, Anda bebas hukuman. Ini salah satu contoh. Kita dapat meguji orang secara verbal, tetapi mengecamnya secara nonverbal. Ini pun sukar dituntut secara

hukum3

(8)

2.4 Komunikasi Instruksional

2.4.1 Pengertian Komunikasi Instruksional

Istilah instruksional berasal dai kata instruction. Ini bisa berarti pengajaran, pelajaran, atau bahkan perintah atau instruksi. Hal ini bisa dilihat pada kamus-kamus bahasa, baik yang umum dalam satu bahasa maupun yang dalam dua bahasa. Memang terdapat beberapa kemungkinan makna dari kata instruksional tersebut karena bergantung pada bidang dan konteks pembahasannya. Webster’s Third International Dictionary of The English Language mencantumkan kata instructional (dari kata to instruct) dengan arti memberikan pengetahuan atau informasi khusus dengan maksud melatih berbagai bidang seni atau spesialisasi tertentu. Di sini juga dicantumkan makna lain yang berkaitan dengan komando atau perintah.

Di dalam dunia pendidikan, kata instruksional tidak diartikan perintah, tetapi lebih mendekati kedua arti yang pertama, yakni pengajaran dan atau pelajaran. Bahkan, belakangan ini kata tersebut diartikan sebagai pembelajaran. Memang ketiga kata tersebut bisa berlainan maknanya karena asing-masing menitikberatkan pada faktor-faktor tertentu yang menjadi perhatiannya.

Istilah pengajaran lebih bermakna pemberian ajar. Mengajar artinya memindahkan sebagaian pengetahuan guru (pengajar) kepada murid-muridnya. Ibarat seseorang yang hendak mengisi air ke dalam botol, botol diibaratkan seorang murid, dan orang yang akan menuangkan air ke dalam botol tadi diibaratkan sebagai seorang guru (guru dalam konteks komunikasi ini bisa dianggap komunikator atau

(9)

pemberi atau penyampai pesan). Orang tersebut bepandangan bahwa fungsi murid sama dengan botol (kosong). Ia dapat menuangkan air (miliknya) sekehendak hatinya tanpa memerhatikan hal-hal lain yang menyangkut manusia sebagai pribadi. Sang murid dipandang sebagai objek, objek pengajaran, bahkan dianggap sebagai “benda mati” yang tidak tahu apa-apa. Gurulah yang “mengisikan” ilmu kepada murid tanpa berpandangan bahwa pada zaman sekarang, tanpa guru secara

langsung pun proses belajar bisa terjadi.4

2.5 Tuna Rungu

2.5.1 Pengertian Tuna Rungu

Istilah tuna rungu diambil dari kata’tuna dan ‘rungu’, tuna artinya kurang dan rungu artinya pendengaran. Orang dikatakan tuna rungu apabila ia tidak mampu mendengar atau kurang mampu mendengar suara.

Tuna rungu atau istilah umum yang menunjukkan ketidakmampuan mendengar dari yang ringan sampai yang berat sekali yang digolongkan kepada tuli (deaf) dan kurang dengar (a hard of haring person). Orang yang tuli (a deaf person) adalah seseorang yang mengalami ketidakmampuan mendengar sehingga mengalami hambatan dalam memproses informasi bahasa melalui pendengarannya dengan atau tanpa menggunakan alat bantu dengar (hearing aid) , sedangkan yang kurang dengar (a hard of haring person) adalah seorang yang biasanya menggnakan alat dengar, sisa pendengaannya cukup memungkinkan untuk keberhasilan memproses informasi bahasa melalui pendengarannya, artinya apabila orang yang

(10)

kurang dengar tersebut menggunakan hearing aid masih dapat menangkap

pembicaraan melalui pendengarannya5

2.5.2 Anak Tunarungu.

Dalam masyarakat, terdapat anggapan bahwa apabila seseorang tidak bereaksi terhadap suara, maka orang tersebut pastilah tuli. Anggapan ini, tidaklah selalu benar, karena pengertian tuli itu sendiri masih sangat kabur dan tidak menggambarkan keadaan sebenarnya.

Berikut adalah batasan yang umum digunakan di kalangan pendidikan luar biasa mengenai definisi tunarungu:

a. Secara medis tunarungu berarti: kekurangan atau kehilangan kemampuan mendengar yang disebabkan oleh kerusakan atau tidak berfungsinya sebagian atau seluruh alat-alat pendengaran

b. Secara pedagogis tunarungu berarti: kekurangan atau kehilangan pendengaran yang mengakibatkan hambatan dalam perkembangan bahasa sehingga memerlukan bimbingan dan pendidikan khusus

Sehingga bila disimpulkan, yang dimaksud dengan anak tunarungu adalah anak yang mengalami kekurangan atau kehilangan kemampuan mendengar yang disebabkan oleh kerusakan atau tidak befungsinya sebagian atau seluruh alat

pendengaran, sehingga ia mengalami hambatan dalam perkembangan bahasa.6

5 Jurnal Psikologi.2008 Latihan Bina Persepsi Bunyi dan Irama. Surakarta. Universitas Sebelas Maret. Hal 20.

(11)

2.5.3 Klasifikasi Tuna Rungu

Ketunarunguan dapat diklasifikasikan berdasarkan empat hal, yaitu tingkat kehilangan pendengaran saat terjadinya ketunarunguan, letak gangguan pendngaran secara anamotis, serta etimologis.

1. Berdasarkan tingkat kehilangan pendengaran yang diperoleh melalui tes dengan menggunakan audiometer ketunarunguan dapat diklasifikasikan sebagi berikut:

a. Tunarungu ringan (mild hearing loss) b. Tunarungu sedang (moderat haring loss)

c. Tunarungu agak berat (moderately scerve hearing loss) d. Tungarungu berat (severe hearing loss)

e. Tunarungu berat sekali (profound hearing loss)

2. Berdasarkan saat terjadinya ketunarunguan dapat diklasifikasikan sebagai berikut:

a. Ketunarunguan prabahasa (prelingual deafness), yaitu kehilangan pendengaran yang terjadinya sebelum kemampuan bicara dan bahasa berkembang

b. Ketunarunguan pascabahasa (Post linguis deafness), yaitu kehilangan pendengaran yang terjadi beberapa tahun setelah kemampuan bahasa dan bicara berkembang.

3. Berdasarkan letak gangguan pendengaran secara anatomis, ketunarunguan dapat diklasifikasikan sebagai berikut:

(12)

a. Tunarungu tipe konduktif, yaitu kehilangan pendengaran disebabkan oleh terjadinya kerusakan pada telinga bagian luar dan tengah, yang berfungsi sebagai alat konduksi atau pengantar getaran suara menuju telinga bagian dalam

b. Tunarungu tipe sensorinueral, yaitu tnarungu yang disebabkan oleh terjadinya kerusakan pada telinga dalam serta saraf pendengaran (nervus chochlearis)

4. Berdarakan etimologi atau usul ketunarunguan diklasifikasikan sebagai berikut:

a. Tunarungu endogen, yaitu tunarungu yang disebabkan oleh faktor genetik (keturunan)

b. Tunarungu eksogen yaitu tunarungu yang disebabkan oleh faktor nongenetik (bukan keturunan).

Klasifikasi ketunarunguan sangat bervariasi menurut BOOThroyd, klasifikasi dan karakteristik ketunarunguan diantaranya didasarkan sebagai pada:

a. Kelompok I

Kehilangan 15-30 dB: Mid hearing loses atau ketunarunguan ringan, daya tangkap suara cakapan manusia normal.

b. Kelompok II

Kehilangan 31-60dB: moderat hearing losses atau ketunarunguan sedang, daya tangkap terhadap cakapan manusia hanya sebagaian.

(13)

Kehilangan 61-90dB: severe hearing losses atau ketunarunguan berat, daya tangkap terhadap cakapan manusia tidak ada

d. Kelompok IV

Kehilangan 91-120dB: profound hearing losses atau ketunarunguan sangat berat, daya tangkap terhadap suara cakapan manusia tidak ada sama sekali. e. Kelompok V

Kehilangan lebih dari 120 dB: total hearing losses atau ketunarunguan total,

daya tangkap terhadap suara manusia tidak ada sama sekali7

Uden (1997) membagi klasifikasi ketunarunguan menjadi tiga, yakni berdasarkan saat terjadinya ketunarunguan, berdasarkan tempat kerusakan pada organ pendengaran dan berdasarkan pada taraf penguasaan bahasa.

2.5.4 Penyebab Terjadinya Tunarungu

Banyak pendapat yang mengemukakan penyebab terjadinya tunarungu. Diantara lain,

1. Penyebab terjadinya tunarungu tipe konduktif

a. Kerusakan/gangguan yang terjadi pada telinga luar b. Kerusakan/gangguan yang terjadi pada telinga tengah 2. Penyebab terjadinya tunarungu tipe sensorincural

7 Frieda Mangusong. Psikologi dan Pendidikan Anak Berkebutuhan Khusus. LPSP3 UI. Depok 2013 hal 83

(14)

a. Ketunarunguan yang disebabkan oleh faktor genetis (keturunan), maksudnya bahwa keturunan tersebut disebabkan oleh gen ketunarunguan yang menurun dari orang tua pada anak

Pendapat lain menyatakan terjadinya tunarungu adalah :

1. Faktor internal diri anak a. Faktor keturunan b. Penyakit campak c. Keracunan darah 2. Faktor eksternal diri anak

a. Bagaimana fonem atau bunyi bahasa yang telah dirangkai dalam bentuk kata menjadi bermakna, sehingga perilaku komunikasi (penyampaian dan penerima pesan) dapat memahaminya.

b. Bagaimana kalimat yang tersusun secara efektif dan efisien bagi pemakai bahasa

2.5.5 Ciri-Ciri Khas Anak Tunarungu

Ketunarunguan akan memghambat perkembangan anak, terutama perkembangan komunikasi dan emosinya, sehingga akan berpengaruh juga pada jiwa dan kepribadiannya. Uraian berikut adalah perkembangan dan ciri-ciri umum yang ditemukan pada anak tunarungu.

a. Perkembangan fisik

Dalam segi fisik, anak tunarungu tidak mengalami hambatan, bahkan boleh dikatakan sama normalnya dengan anak normal lain. Kecuali pada

(15)

ketunarunguan yang disebabkan oleh gangguan pada sistem keseimbangan di telinga bagian dalam

Ciri-ciri fisik yang dapat ditemukan pada anak tunarungu adalah: 1. Cara berjalannya kaku dan membungkuk, terutama bagi mereka yang

mengalami gangguan pada sistem keseimbangan. 2. Gerakan matanya cepat dan agak beringas.

3. Gerakan kaki dan tangannya sangat lincah dan cepat.

4. Pernapasannya pendek dan agak terganggu. Hal ini disebabkan pernapasannya tidak terlatih dengan baik, terutama pada masa menangis dan masa merawan (peniruan suara).

5. Mengalami kesulitan dalam kecepatan motorik, terutama yang bersifat kompleks dalam melaksanakan suatu perbuatan, karena anak tunarungu mengalami kesukaran dalam konsep waktu.

6. Mengalami kesulitan dalam simultan movement atau menggunakan dua atau lebih komponen motorik, seperti menyegerakan tangan dan kaki untuk dua kegiatan yang berbeda dalam waktu yang bersamaan.

b. Perkembangan Bahasa

Berbeda dengan fisik, pada segi bahasa anak tunarungu banyak sekali mengalami hambatan. Hal ini disebabkan perkembangan bahasa banyak memerlukan kemampuan mendengar. Pusat kesadaran bertugas menghubungkan rangsangan suara dan rangsangan penglihatan, sehingga terbentuk pengertian pada manusia. Karena anak tunarungu tidak mengalami apa yang dinamakan sebagai rangsangan suara, maka timbullah kekosongan bahasa yang menggunakan medium

(16)

suara. Oleh karena itu sering terjadi anak tunarungu mengetahui suatu benda tetapi tidak mengetahui apa nama benda tersebut.

Pada umumnya dalam segi bahasa anak tunarungu mempunyai ciri sebagai berikut:

a. Miskin dalam kosa kata

b. Sulit mengartikan ungkapan-ungkapan bahasa yang mengandung arti kiasan

c. Sulit mengartikan kata-kata abstrak d. Kurang menguasai irama dan gaya bahasa

Kekurangmampuan dalam menguasai bahasa juga berdampak besar pada alat-alat bicara anak tunarungu (tunawicara). Sulit dipahaminya bicara anak tunarungu merupakan hasil dari berbagai faktor yang saling berkaitan. Faktor tersebut adalah masalah dalam menghasilkan suara, kualitas suara yang buruk, ketidakmampuan dalam membedakan nada, dan masalah yang berkaitan dengan struktur dan makna dalam bahasa. Hal ini terjadi, karena anak tunarungu tidak terbiasa menggunakan bahasa layaknya orang normal.

Oleh karena itu, penggunaan struktur bahasa yang sederhana pada anak tunarungu akan sangat membantu anak tunarungu dalam memahami dan berlatih menggunakan bahasa.

c. Perkembangan Intelegensi

Perkembangan intelegensi sangat dipengaruhi oleh perkembangan bahasa. Jadi, sebenarnya, tingkat intelegensi anak tunarungu tidak disebabkan oleh

(17)

kemampuan intelektual yang rendah, tetapi karena intelektualnya tidak mendapat kesempatan untuk berkembang, yaitu melalui bahasa.

Aspek intelegensi yang banyak terhambat adalah yang bersifat verbal, seperti merumuskan pengertian, menghubungan pengertian, menarik kesimpulan, dan meramalkan kejadian. Sebaliknya, aspek intelegensi yang bersumber dari penglihatan dan yang bersifat motorik, tidak banyak mengalami hambatan, malah justru berkembang lebih cepat.

d. Perkembangan Emosi

Keterbatasan kecakapan berbahasa mengakibatkan kesukaran dalam berkomunikasi, sehingga akan menghambat perkembangan emosi. Hal ini terjadi karena emosi itu berkembang dari pengalaman berkomunikasi dengan orang lain. Anak tunarungu mengalami hambatan dalam memahami aspek-aspek emosional yang dikomunikaskan orang lain secara verbal, sehingga ia pun tidak mengenal dan kurang bisa mengungkapkan perasannya. Sikap masyarakat pada umumya yang sering menganggap rendah penyandang cacat, turut memperburuk keseimbangan emosi anak tunarungu

Anak tunarungu mampu untuk melihat semua kejadian tetapi ia tidak mampu untuk mengikuti dan memahami kejadian itu secara menyeluruh, sehingga menimbulkan perkembangan emosi yang tidak stabil, selalu ragu-ragu, tidak percaya diri, agresif, dan curiga berlebihan.

Anak tunarungu juga biasanya memiliki temperamen yang tinggi, mudah tersinggung dan frustrasi yang bersifat fisik. Hal ini sering mereka tunjukkan

(18)

karena mereka kekurangan penyaluran emosinya (bahasa). Masalah ini akan bertambah besar, ketika anak mulai memasuki dunia yang lebih luas di luar lingkungan keluarga.

e. Perkembangan Kepribadian

Kepribadian anak tunarungu dapat berkembang dengan wajar apabila ada pengertian, perhatian, dan sikap ingin membantu pada orang-orang di sekitarnya, terutama sekali dari orang tuanya. Hal ini penting, karena pengembangan kepribadian terjadi dalam pergaulan atau perluasan pengalaman dari diri anak itu sendiri. Pertemuan dari faktor dalam diri anak, yaitu ketidak mampuan mendengar, dan memahami bahasa-bicara, kemiskinan bahasa dan bicara dari dalam dirinya, ketidakstabilan emosi dengan sikap lingkungan yang kurang tanggap terhadapnya akan menghambat perkembangan kepribadian anak tunarungu.

Anak tunarungu juga kurang mempunyai konsep tentang relasi sosial, khusunya yang meliputi pengertian yang luas mengenai lingkungan hidup, tempat manusia berinteraksi dengan sesamanya. Dalam pergaulan, ia cenderung untuk menarik diri, egosentris, kaku, kurang dapat bergaul, selalu berprasngka, mudah marah, agresif, kurang kreatif, kurang mampu berempati, dan rendah diri.8

(19)

2.5.6 Masalah yang Ditimbulkan Oleh Ketunarunguan

Ketunarunguan akan menimbulkan masalah tersendiri, baik pada penderita, orang tua dan keluarganya serta pada masyarakat. Masalah yang timbul cukup kompleks dan saling mempengaruhi, sehingga membutuhkan penanganan yang serius.

1. Bagi Anak Tunarungu Sendiri

Sehubungan dengan karakteristik tunarungu yaitu miskin dalam kosakata, sulit memahami kata-kata abstrak, sulit mengartikan kata-kata yang mengandung kiasan, adanya anggun bicara, maka hal-hal ini merupakan sumber masalah pokok bagi anak tersebut.

2. Bagi Keluarga

Lingkungan keluarga merupakan faktor yang mempunyai pengaruh penting dan kuat terhadap perkembangan anak terutama anak luar biasa. Anak ini mengalami hambatan sehingga mereka akan sulit menerima norma lingkungannya. Berhasil tidaknya anak tunarungu melaksanakan tugasnya sangat tergantung pada bimbingan dan pengaruh keluarga. Tidaklah mudah bagi orang tua untuk menerima kenyataan bahwa anaknya menderita kelainan atau cacat. Reaksi pertama orang tua mengetahui bahwa anaknya menderita tunarungu adalah merasa terpukul dan bingung. Reaksi ini kemudian diikuti dengan reaksi lain.

Reaksi-reaksi yang tampak biasanya dapat dibedakan atas bermacam-macam pola, yaitu:

(20)

a. Timbulnya rasa bersalah atau berdosa.

b. Orang tua menghadapi cacat anaknya dengan perasaan kecewa karena tidak memenuhi harapanya.

c. Orang tua malu menghadapi kenyataan bahwa anaknya berbeda dari anak-anak lain.

d. Orang tua menerima anaknya beserta keadaanya sebagaimana mestinya.

Sikap orang tua sangat tergantung pada reaksinya terhadap kelainan anaknya itu. Sebagai reaksi dari orang tua atas sikap-sikapnya itu maka:

a. Orang tua ingin menebus dosa dengan jalan mencurahkan kasih sayangnya secara berlebih-lebihan kepada anaknya.

b. Orang tua cenderung menyembunyikan anaknya atau menahannya di rumah.

c. Orang tua bersikap realistis terhadap anaknya.

Sikap-sikap orang tua ini mempunyai pengaruh yang sangat besar terhadap perkembangan kepribadian anaknya. Sikap-sikap yang kurang mendukung keadaan anaknya tentu saja menghambat perkembangan anak, misalnya dengan melinduginya atau dengan mengabaikannya.

3. Bagi masyarakat

Pada umumnya orang masih berpendapat bahwa anak tunarungu tidak dapat berbuat apapun. Pandangan yang semacam ini sangat merugikan anak tunarungu. Karena adanya pandangan ini biasanya dapat kita lihat sulitnya anak tunarungu

(21)

untuk memperoleh lapangan pekerjaan. Disamping pandangan karena ketidakmampuan tadi, ia sulit untuk bersaing dengan orang normal.

Kesulitan memperoleh pekerjaan di masyarakat mengakibatkan timbulnya kecemasan, baik dari anak itu sendiri maupun dan keluarganya, sehingga lembaga pendidikan dianggap tidak dapat berbuat sesuatu karena anak tidak dapat bekerja sebagaimana biasanya. Oleh karena itu, masyarakat hendaknya dapat memperhatikan kemampuan yang dimiliki anak tunarungu walaupun hanya merupakan sebagian kecil dari pekerjaan yang telah lazim dilakukan orang normal.

4. Bagi Penyelenggara Pendidikan

Perhatian akan kebutuhan pendidikan bagi anak tunarungu tidaklah dapat dikatakan kurang karena terbukti bahwa anak tunarungu telah banyak mengikuti pendidikan sepanjang lembaga pendidikan itu dapat dijangkaunya.

Persoalan yang perlu mendapat perhatian jika anak tunarungu tetap saja harus sekolah pada sekolah khusus (SLB) adalah jika anak-anak tunarungu itu tempat tinggalnya jauh dari SLB, maka tentu saja mereka tidak akan dapat bersekolah. Usaha lain muncul dengan didirikannya asrama disamping sekolah khusus itu. Rupanya usaha itu tidak dapat diandalkan sebagai satu-satunya cara untuk menyekolahkan mereka.

Usaha lainnya yang mungkin akan dapat mendorong anak tunarungu dapat bersekolah dengan cepat adalah mereka mengikuti pendidikan pada sekolah

(22)

normal/biasa dan disediakan program-program khusus bila mereka tidak mampu

mempelajari bahan pelajaran seperti anak normal.9

2.5.7 Metode Pengajaran Anak Tunarungu 1. Metode Isyarat Sebagai Bahasa Kodrat

Pelopor dari metode ini adalah Abbe Ed L. Eooe ada abad ke-18, sehingga boleh dikatakan, metode ini merupakan metode pendidikan dan komunikasi anak tunarungu yang paling tua. Metode ini mengalihkan bahasa ke dalam gerakan isyarat tertentu, dan digambarkan seperti tulisan Kanji di Cina. Karena banyaknya gambar yang dibutuhkan, metode ini disederhanakan menjadi isyarat jari, dengan menyesuaikan bentuk jari pada huruf-huruf latin. Pada awalnya isyarat jari ini menggunakan dua tangan, tetapi kemudian disederhanakan lagi menjadi hanya satu tangan.

Keuntungan menggunakan metode isyarat adalah:

a. Lebih mudah daripada bahasa lisan, apalagi bagi anak tunarungu yang mengalami gangguan dalam organ bicaranya.

b. Tujuan yang diutamakan adalah anak dapat menerima pelajaran sehingga memperoleh kebahagiaan (bukan membuat anak tunarungu sebagai tiruan anak normal).

Akan tetapi metode ini juga memiliki beberapa kelemahan, yaitu:

a. Kurang efisien, karena banyak sekali isyarat yang harus dipelajari.

(23)

b. Tidak semua pengertian dapat diisyaratkan, terutama untuk pengertian-pengertian abstrak.

c. Abjad jari perlu dikenalkan dahulu pada masyarakat. d. Tidak semua orang dapat membaca huruf latin.

e. Tidak praktis bagi anak yang sedang membawa sesuatu. f. Tidak bisa dilakukan di tempat yang gelap.

g. Kecepatan menangkap abjad jari tidak secepat membaca tulisannya, jadi harus sering diulang atau perlahan

h. Tidak bisa untuk memanggil dengan segera bila terjadi kecelakaan i. Hanya bisa dipergunakan bila lawan bicara berhadapan.

Bagi anak tunarungu, metode ini lebih menghindarkan mereka dari rasa frustrasi, karena mampu untuk mengungkapkan keinginan dan isi hatinya. Namun tidak demikian dengan manusia normal, yang terbiasa dengan pengucapan atau oral. Sehingga komunikasi jenis ini sering dianggap menyalahi penggunaan tata bahasa, karena terlalu sederhana dan kurang dapat diterima di masyarakat.

2. Metode Oral Sebagai Jalan Untuk Persamaan

Ketika metode isyarat digunakan di sekolah-sekolah anak tunarungu, para ahli sudah mulai memikirkan cara berkomunikasi yang lebih efektif, yaitu cara komunikasi yang lebih memungkinkan terciptanya komunikasi dua arah. Salah satunya adalah dengan menyamakan alat komunikasi yang dipergunakan dengan alat komunikasi yang lazim di masyarakat. Didukung oleh pengalaman bahwa anak tunarungu mampu berbicara aku mendapat perhatian dan latihan intensif, maka

(24)

metode oral (berbicara) dipandang lebih memungkinkan. Pendekatan ini dipelopori oleh Samuel Heinecke, dan dikembangkan pertama kali di Jerman.

Pada pelaksanaanya, metode ini terdiri dari:

a. Analisa kemampuan berbicara pada anak tunarungu.

b. Pemeriksaaan kemampuan psikis dan keadaan alat ujar (speech organ). c. Pemebntukan dan latihan bicara (speech Building and speech Training). d. Membaca ujaran dan bibir (lip reading and speech reading).

e. Latihan mendengar (hepar Training).

Berhasil tidaknya komunikasi dengan pendekatan ini, bergantung kepada sisa pendengaran yang dimiliki, intelegensi, frekuensi latihan, ketersediaan alat-alat bantu yang diperlukan, seperti alat bantu dengar dan alat latihan bicara (speech trainer).

Walaupun pendekatan ini dipandang dapat membuat anak tunarungu lebih bermasyarakat, namun masih terdapat beberapa kelemahan, yaitu:

a. Keterbatasan kemampuan anak tunarungu dalam menangkap dan mengeluarkan bahasa lisan.

b. Komunikasi awal hanya bisa dilaksanakan dalam keadaan terang (ada cahaya) dan saling berhadapan.

c. Ketidak fasihan bicara anak tunarungu kadang-kadang menganggu konsentrasi lawan bicara.

d. Bagi orang yang tidak biasa berhubungan dengan anak tunarungu. Akan banyak mengundang hal yang aneh.

(25)

e. Memerlukan latihan mental untuk berkomunikasi dengan organ lain bagi anak tunarungu yang kurang fasih ucapannya.

berikut beberapa keuntungan dari metode oral:

a. Memberikan penyelarasan yang lebih mudah bagi anak tunarungu di masyarakat.

b. Bicara merupakan media komunikasi yang paling universal.

c. Pergaulan anak tunarungu tidak terbatas pada dunia tanpa suara sak. d. Anak dan orang normal pun akan lebih mudah berkomunikasi dengan

mereka.

3. Sistem Komunikasi Total

Dari kedua metode yang selalu dipertentangkan ini, dap ditemukan kelebihan dan kekurangan asing-masing. Untuk menyempurnakannya, maka para pendidik bersama dengan menempuh jalan tengah, yaitu dengan memadukan keduanya. Abjad jari dengan oral sama-sama dipergunakan untuk memperluas dan memperlancar komunikasi anak tunarungu.

Dalam sistem ini tercakup gerakan-gerakan, suara yang diperkeras dan jelas, berbicara, membaca ujaran abjad jari, bahasa isyarat, membaca dan mengembangkan potensi anak unarungu secara maksimal. Selain itu, metode ini sangat berguna bagi anak tunarungu yang memiliki gangguan pendengaran berat.

Referensi

Dokumen terkait

yans red dari bobecpa pabik yang sudah p.sh, beba.apa gudans dan pusal pem nlaan yanq telah d kelahui. Pem aai pasa r yanq ridak

Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 35 Tahun 2014 Tentang Perubahan Atas Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 23 Tahun 2002 Tentang Perlindungan Anak.. Eksploitasi Orang Tua

Permasalahan yang dihadapi saat ini diantaranya adalah disparitas wilayah dalam penyediaan dan kebutuhan energi, pemanfaatan EBT belum dapat meningkat secara signifikan,

Selain itu, masih pada Undang-undang yang sama pasal 1 ayat 14 dikatakan bahwa, “Pendidikan Anak Usia Dini adalah suatu upaya pembinaan yang

Semoga buku ini memberi manfaat yang besar bagi para mahasiswa, sejarawan dan pemerhati yang sedang mendalami sejarah bangsa Cina, terutama periode Klasik.. Konsep

“Gambaran Tekanan Darah pada Penderita Stroke Fase Akut di RSUP H. Adam

Menurut Webster Dictionary, definisi pemimpin adalah: ‘a person or things who leads’ (seorang atau sesuatu yang memimpin). Untuk dapat memimpin orang lain dengan

Virus ChiMV (Chilli Veinal Mottle Virus) adalah salah satu penyakit tanaman yang dapat menurunkan hasil cabai merah. Perakitan hibrida cabai merah yang hasil tinggi