KATA SAMBUTAN
Banyak masyarakat miskin di pedesaan yang belum mendapatkan air bersih yang layak. Selain itu adalah masyarakat di wilayah pinggiran kota (peri-urban) yang mana masyarakatnya berpenghasilan rendah, pemukiman dan lingkungannya rawan serta tidak/belum tersedianya sarana sanitasi yang layak. Air bersih yang layak tersebut adalah layak secara kualitas maupun layak secara kuantitas. Kebutuhan air itu sudah sepantasnya dapat terpenuhi. Dan upaya penyediaan air minum di masyarakat harus sejalan dengan penanganan kesehatan dan sanitasinya.
Melalui Program Penyediaan Air Minum dan Sanitasi berbasis Masyarakat (Pamsimas), pemerintah berupaya untuk (i) meningkatkan jumlah masyarakat pedesaan dan peri-urban untuk mendapatkan akses air minum, kesehatan dan sanitasi, (ii) mengurangi jumlah penduduk terserang penyakit diare dan penyakit lainnya yang ditularkan melalui air dan lingkungan, serta (iii) meningkatkan kemampuan sumberdaya manusia pemerintah daerah dan masyarakat dalam pelaksanaan maupun penanganan pasca proyek. Sehingga, pada akhirnya pencapaian target MDGs bidang air minum, dan penyehatan lingkungan (AMPL) dapat terwujud.
Program Pamsimas dilaksanakan di 15 provinsi. Dan merupakan program lintas kementerian: Bappenas, Kementerian Pekerjaan Umum, Kementerian Kesehatan, Kementerian Dalam Negeri, dan Kementerian Keuangan. Koordinasi lintas kementerian di tingkat pusat maupun daerah sangat penting.
Oleh karena itu, amat perlu adanya Buku Pedoman maupun Petunjuk Pelaksanaan Program Pamsimas, yang dapat menjadi acuan dalam menjalankan seluruh kegiatan. Semoga dengan Buku Pedoman dan Buku Petunjuk Teknis yang cukup lengkap ini dapat memberikan arahan pada seluruh siklus kegiatan Pamsimas; baik dalam hal peran masyarakat dalam perencanaan, pelaksanaan, mampu melaksanakan pengoperasian, sampai dengan pemeliharaan sarana air minum dan sanitasi yang sehat.
Jakarta, Pebruari 2012 Direktur Jenderal Cipta Karya,
Budi Yuwono P. NIP.110020173
KATA PENGANTAR
Air sebagai kebutuhan utama kehidupan, seharusnya dapat terpenuhi secara kualitas maupun kuantitas. Namun masih banyak masyarakat miskin di Indonesia yang belum mendapatkan air bersih yang layak. Program Pamsimas adalah program andalan Pemerintah di dalam penyediaan air bersih dan sanitasi berbasis masyarakat bagi masyarakat miskin di pedesaan.
Sejak 2008 Pamsimas dilaksanakan, dampaknya positif bagi masyarakat desa yang tersebar di 15 provinsi. Sebagai program stimulan dengan pendekatan berbasis masyarakat, program Pamsimas menempatkan masyarakat sebagai pelaku utama dan sekaligus sebagai penanggungjawab pelaksanaan kegiatan. Agar lancar dan dapat dipertanggungjawabkan, maka diperlukan Buku Pedoman dan Petunjuk Teknis. Buku-buku ini merupakan penyempurnaan buku-buku tahun lalu, dan banyak manfaat dapat dipetik, antara lain:
· Mengendalikan program termasuk penilaian kinerja pendampingan masyarakat dalam pembuatan semua bentuk dokumen program Pamsimas
· Panduan kerja pengendalian mutu pelaksanaan pendampingan masyarakat dalam hal pembuatan segala bentuk dokumen terkait program Pamsimas
· Memantau dan evaluasi proses pendampingan masyarakat untuk membuat semua pelaporan dan pertanggungjawaban
· Panduan untuk memfasilitasi masyarakat dalam membuat segala jenis dokumen dalam kegiatan program Pamsimas
· Memahami secara menyeluruh segala bentuk pelaporan dan pertanggungjawaban di tingkat masyarakat
· Memastikan semua pelaporan dan pertanggungjawaban dapat dibuat oleh masyarakat dan memuat informasi yang benar
Dengan demikian diharapkan seluruh aspek kegiatan di tingkat masyarakat dapat berjalan dengan baik. Masyarakat dapat menikmati air bersih dan sanitasi yang layak sepanjang massa dalam pengelolaan yang berkelanjutan.
Jakarta, Pebruari 2012
Direktur Pengembangan Air Minum - DJCK,
DAFTAR ISI
Hal
KATA SAMBUTAN... . i
KATA PENGANTAR... ii
DAFTAR ISI... iii
DAFTAR TABEL... iv
DAFTAR SINGKATAN... .. v
BAB 1. PENDAHULUAN ... 1
1.1 Tujuan ... 1
1.2 Manfaat dan Sasaran ... 1
1.3 Pengguna Petunjuk Teknis ... 1
BAB 2. IDENTIFIKASI MASALAH DAN ANALISIS SITUASI ... 3
2.1 Ketentuan Umum ... 3
2.2 Prosedur Identifikasi Masalah dan Analisis Situasi ... 3
BAB 3. PEMICUAN PERUBAHAN PERILAKU BUANG AIR BESAR SEMBARANGAN DAN CUCI TANGAN PAKAI SABUN ... 10
3.1 Ketentuan Umum ... 10
3.2 Prosedur Pemicuan ... 12
BAB 4. PENGORGANISASIAN MASYARAKAT DAN PEMBENTUKAN LEMBAGA KESWADAYAAN MASYARAKAT (LKM) ... 15
4.1 Ketentuan Umum ... 15
4.2 Prosedur Pembangunan LKM ... 18
BAB 5. PJM PROAKSI DAN PEMILIHAN OPSI KEGIATAN PAMSIMAS ... 22
5.1 Ketentuan Umum ... 22
5.2 Prosedur Penyusunan PJM ProAKSI ... 23
5.3 Pertemuan Pleno Tingkat Desa/Kelurahan Membahas PJM ProAKSI dan Opsi ... 31
BAB 6. PENYUSUNAN RENCANA KERJA MASYARAKAT (RKM) ... 33
6.1 Ketentuan Umum ... 33
BAB 7. PENGUMPULAN KONTRIBUSI MASYARAKAT………..38
7.1. Ketentuan Umum………. …………..38
7.2. Prosedur Pengumpulan Kontribusi Masyarakat………..38
BAB 8. PENGAJUAN DAN EVALUASI RENCANA KERJA MASYARAKAT (RKM) ... 40
8.1 Ketentuan Umum ... 40
8.2 Prosedur Pengajuan dan Evaluasi RKM ... 40
DAFTAR TABEL
Hal Tabel 1.1 Pengguna dan Manfaat Pedoman ... 2Tabel 2.1 Prosedur Identifikasi Masalah dan Analisis Situasi Menggunakan Instrumen MPA/PHAST ... 4
Tabel 3.1 Prosedur Pemicuan SBS dan CTPS ... 12
Tabel 4.1 Prosedur Pembentukan Lembaga Keswadayaan Masyarakat ... 19
Tabel 5.1 Prosedur Penyusunan Rencana Kegiatan PJM ProAKSI Tingkat Dusun ... 24
Tabel 5.2 Prosedur Pemilihan Opsi dan Prioritas Kegiatan PJM ProAKSI Tingkat Dusun ... 25
Tabel 5.3 Prosedur Pertemuan Pleno Tingkat Desa/Kelurahan Membahas PJM ProAKSI dan Opsi... 31
Tabel 6.1 Prosedur Penyusunan RKM ... 35
DAFTAR SINGKATAN
APBD : Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah
APBN : Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara
BABS : Buang Air Besar Sembarangan
BLM : Bantuan Langsung Masyarakat
BOP : Biaya Operasional Proyek
BPD : Badan Perwakilan Desa
BPKP : Badan Pengawas Keuangan dan Pembangunan
CMAC : Central Management Advisory Consultant CPIU : Central Project Implementation Unit CPMU
CTPS
: Central Project Management Unit : Cuci Tangan Pakai Sabun
TKK : Tim Koordinasi Kab/Kota
DTA : Daerah Tangkapan Air
FA : Financing Agreement
FGD : Focused Group Discussion / Diskusi Kelompok Terarah IMAS : Identifikasi Masalah dan Analisis Situasi
LKM : Lembaga Keswadayaan Masyarakat
ODF : Open Defecation Free
Musrenbang : Musyawarah Perencanaan Pembangunan
PAMSIMAS : Penyediaan Air Minum dan Sanitasi Berbasis Masyarakat
TKP : Tim Koordinasi Provinsi
PHLN : Pinjaman/ Hibah Luar Negeri
PMAC : Provincial Management Advisory Consultant
PPh : Pajak Penghasilan
PPK : Pejabat Pembuat Komitmen
RAB : Rencana Anggaran Biaya
RKM : Rencana Kerja Masyarakat
RPJM RTA
: Rencana Pembangunan Jangka Menengah : Rapid Technical Assessement
Satker Satlak SBS SDA : Satuan Kerja : Satuan Pelaksana
: Stop Buang (air besar) Sembarangan : Sumber Daya Air
SIM : Sistem Informasi Manajemen
POB : Prosedur Operasional Baku
SP2D : Surat Perintah Pencairan Dana
SPK : Surat Perjanjian Kerja
SPM : Surat Perintah Membayar
SPP : Surat Permintaan Pembayaran
SPPB : Surat Perjanjian Pemberian Bantuan
TFM : Tim Fasilitator Masyarakat
TKKc : Tim Koordinasi Kecamatan
TKM : Tim Kerja Masyarakat
UKT-Kes : Unit Kerja Teknis Kesehatan
UKT-SAMS : Unit Kerja Teknis Air Minum dan Sanitasi
UPK : Unit Pengelola Keuangan
BAB 1. PENDAHULUAN
1.1 TUJUAN
Petunjuk Teknis Perencanaan Kegiatan Program Pamsimas di Tingkat Masyarakat dimaksudkan untuk menyediakan panduan bagi semua pelaku Pamsimas dalam melakukan proses perencanaan dan fasilitasi kegiatan kepada seluruh masyarakat desa/kelurahan sasaran.
1.2 MANFAAT DAN SASARAN
Pada tahap perencanaan kegiatan program Pamsimas tingkat di masyarakat, masyarakat (laki-laki-perempuan-kaya-miskin) adalah pelaku dan penanggungjawab utama. Masyarakat diberikan tanggungjawab penuh untuk merencanakan kegiatan sehingga diharapkan nantinya mampu melakukan pengelolaan mandiri.
Perencanaan kegiatan tingkat masyarakat dilakukan secara partisipatif dengan tujuan agar terwujud:
l Keberlanjutan pelayanan sarana air minum dan sanitasi
l Perubahan perilaku masyarakat menuju perilaku hidup bersih dan sehat serta peningkatan pelayanan kesehatan
l Kesetaraan gender dan sosial dalam proses dan hasil capaian program l Prioritas program kepada masyarakat yang miskin
l Sesuai kebutuhan masyarakat
1.3 PENGGUNA PETUNJUK TEKNIS
Secara khusus Petunjuk Teknis Perencanaan Kegiatan di Tingkat Masyarakat diperuntukan untuk Lembaga Keswadayaan Masyarakat (LKM), Satuan Pelaksana (Satlak), dan Tim Fasilitator Masyarakat (TFM). Secara umum, pengguna dan manfaat pedoman masing-masing dapat dilihat pada Tabel 1.1 dibawah ini:
Tabel 1.1 Pengguna dan Manfaat Pedoman
Pengguna Manfaat
Organisasi masyarakat , LKM,
Satlak Pamsimas) · Memahami proses perencanaan di tingkat masyarakat· Acuan menyusun rencana kegiatan Pengelola Program (CPMU, PPMU
dan DPMU,TKP,TKK, TKKc) · Memahami secara menyeluruh proses perencanaan di tingkatmasyarakat · Merencanakan pengelolaan program
· Mengendalikan program termasuk penilaian kinerja pelaksanaan pendampingan masyarakat pada tahap perencanaan
Konsultan Pelaksana (CMAC,
PMAC dan DMAC) · Panduan kerja pengendalian mutu pelaksanaan pendampinganmasyarakat pada tahap perencanaan · Menyusun strategi dan rencana kerja pendampingan masyarakat · Memantau dan evaluasi proses pendampingan masyarakat Fasilitator Masyarakat · Panduan untuk memfasilitasi masyarakat
· Pengendalian mutu pekerjaan Pemerintah
(Pusat, Provinsi, Kota/Kabupaten, kelurahan/desa)
· Memahami secara menyeluruh proses perencanaan di tingkat masyarakat
· Memastikan seluruh rangkaian proses dan kegiatan dilakukan sesuai dengan panduan.
BAB 2. IDENTIFIKASI MASALAH DAN
ANALISIS SITUASI
2.1 KETENTUAN
UMUM
Kegiatan identifikasi masalah dan analisis situasi (IMAS) dilakukan dengan memperhatikan ketentuan umum sebagai berikut:
1. Dihadiri oleh seluruh komponen masyarakat baik perempuan, laki-laki, kaya, miskin termasuk masyarakat adat
2. Ada keterwakilan angggota masyarakat dari tingkat dusun/RW/RT
3. Diketahui (dan atau dihadiri) oleh Perangkat Desa/Kelurahan dan Puskesmas Pembantu (Pustu) atau Bidan Desa
4. Difasilitasi oleh Tim Fasilitator Masyarakat
5. Waktu pertemuan ditentukan atas kesepakatan dengan masyarakat dengan memperhatikan waktu yang memungkinkan perempuan dan masyarakat kaya-miskin dapat hadir
6. Tempat pertemuan yang digunakan adalah tempat yang mudah diakses setiap orang
7. Peserta perempuan yang hadir minimal 30% dari seluruh peserta pertemuan yang bersifat campuran (laki-laki dan perempuan)
2.2
PROSEDUR IDENTIFIKASI MASALAH DAN ANALISIS SITUASI
Proses IMAS desa/kelurahan terdiri dari berbagai kegiatan diskusi dengan menggunakan instrumen MPA dan PHAST1. Langkah, tujuan, hasil, dan pelaku dari proses IMAS dapat dilihat pada Tabel 2.1 berikut ini.
Tabel 2.1 Prosedur Identifikasi Masalah dan Analisis Situasi Menggunakan Instrumen MPA/PHAST
No Langkah-langkahIMAS Tujuan Hasil yang Diharapkan Pelaku
1 Pertemuan dengan Perangkat Desa/Kelurahan · Menjelaskan kegiatan proses IMAS · Mengidentifikasi hambatan masyarakat untuk berpartisipasi dan strategi untuk mengatasinya
Perangkat Desa/Kelurahan dapat sepenuhnya memahami dan membantu proses IMAS di masyarakat dan mendukung kegiatan program Fasilitator: TFM Peserta: Perangkat Desa/Kelurahan (termasuk Kepala Dusun/RW/RT) 2 Inventaris Data Komunitas (Kode skor: CD)
Mendapatkan profil (gambaran
umum) desa/kelurahan Data desa/kelurahan terkaitdengan profil masyarakat, pelayanan air minum, sanitasi, dan kepemilikan lahan Fasilitator: TFM Peserta: Perangkat Desa/Kelurahan (termasuk Kepala Dusun/RW/RT) 3 Sejarah Sarana Air
Minum, Sanitasi, Kegiatan Kesehatan, dan Perlindungan Sumber Air · Memperoleh informasi tentang pembangunan sarana air minum, sanitasi, kesehatan dan perlindungan daerah tangkapan air yang pernah ada di masyarakat · Menarik pembelajaran dari
pembangunan yang lalu
Informasi sarana air bersih, sanitasi, kegiatan kesehatan, dan refleksi perlindungan sumber air sebagai pembelajaran masyarakat Fasilitator: TFM Peserta: Anggota masyarakat laki-laki, perempuan, kaya, miskin 4 Klasifikasi Kesejahteraan (Kode skor: P) · Mengetahui klasifikasi tingkatan kesejahteraan sosial-ekonomi yang ada di masyarakat
· Mengidentifikasi kelompok yang akan terlibat dalam diskusi kelompok terfokus (FGD)
Klasifikasi penduduk desa/ kelurahan dalam kategori tingkatan sosial-ekonomi (kaya, miskin, menengah) menurut kriteria khusus dan istilah yang biasa digunakan
Fasilitator: TFM Peserta: Anggota masyarakat laki-laki, perempuan, kaya, miskin 5 Pemetaan Sosial (Kode skor: M) · Mempelajari keadaan masyarakat menyangkut sarana air minum dan sanitasi, serta daerah tangkapan air
· Mempelajari akses keluarga miskin, kaya dan menengah terhadap sarana tersebut · Mengetahui tingkat
kesejahteraan orang yang saat ini terlibat dalam pengelolaan penyediaan air minum, sanitasi dan promosi kesehatan
· Mempelajari luas dan sebaran lahan
kritis/rusak/tidak produktif.
Peta Sosial yang dapat digunakan untuk merencanakan
pengembangan sarana air minum dan atau sanitasi, perlindungan sumber air (atau daerah tangkapan air), pemicuan perubahan perilaku BAB sembarangan, serta menentukan lokasi FGD Fasilitator: TFM Peserta: Anggota masyarakat laki-laki, perempuan, kaya, miskin yang mewakili seluruh dusun/RW/RT di wilayah desa/kelurahan
No Langkah-langkahIMAS Tujuan Hasil yang Diharapkan Pelaku
6 Perencanaan kegiatan: Penelusuran Wilayah (Transect Walks) dan Diskusi Kelompok Terfokus (FGD), Pemicuan perubahan perilaku BABS (CLTS), dan Pembentukan/ revitalisasi LKM (Kode skor: PL) · Merencanakan pelaksanaan kegiatan penelusuran wilayah untuk menilai kondisi daerah tangkapan air, sumber air, sarana air minum dan sanitasi yang ada
· Merencanakan kegiatan IMAS yang berbentuk FGD · Merencanakan pelaksanaan
kegiatan pemicuan perubahan perilaku BABS (CLTS)
· Merencanakan kegiatan pembentukan /revitalisasi Lembaga Keswadayaan Masyarakat
Rencana kegiatan IMAS selanjutnya dan kegiatan program lainnya yang disusun dan disepakati secara bersama-sama oleh masyarakat Fasilitator: TFM Peserta: Anggota masyarakat laki-laki, perempuan, kaya, miskin yang mewakili seluruh dusun/RW/RT di wilayah desa/kelurahan 7 Tinjauan Pengelolaan Sarana (Kode skor: CM, TR, H, dan FIN)
· Mengetahui wewenang dan komposisi organisasi pengelola sarana air minum yang ada
· Mengetahui pelaksanaan organisasi dari sudut pandang gender dan sosial · Mengetahui kesiapan
masyarakat untuk
merevitalisasi lembaga yang ada atau membentuk LKM
Pembelajaran dari kondisi kelembagaan tingkat desa/kelurahan yang saat ini mengelola sarana air minum, dan potensi masyarakat untuk membentuk LKM
Fasilitator: TFM Peserta: Anggota Badan Pengelola SPAM bila ada dan atau masyarakat laki-laki, perempuan, yang memahami pengelolaan SPAM yang ada 8 Penelusuran Wilayah (Transect Walks) dan Penilaian Potensi Air serta sebaran lahan kritis (Rapid Technical Assessment) (Kode skor: SM, TW, WR, dan UP)
· Memeriksa ulang informasi pada Peta Sosial yang telah dibuat oleh masyarakat · Mempelajari keadaan
masyarakat menyangkut sarana air minum dan sanitasi
· Mempelajari akses keluarga miskin, kaya dan menengah terhadap sarana tersebut · Mengetahui potensi
sumberdaya air dan daerah tangkapannya yang dapat dimanfaatkan dan dilindungi oleh masyarakat
· Mengetahui luas dan sebaran lahan kritis sebagai dasar untuk menentukan sasaran prioritas P-DTA
Informasi yang akurat mengenai kondisi sarana air minum dan sanitasi yang saat ini ada di masyarakat, serta potensi air yang dapat dikembangkan dan dilindungi melalui program.
Informasi ada tidaknya kemungkinan pencemaran sumber air
Identifikasi letak dan luas sasaran P-DTA Fasilitator: TFM Peserta: Anggota masyarakat laki-laki, perempuan, kaya, miskin yang mewakili seluruh dusun/RW/RT di wilayah desa/kelurahan 9 Efektivitas
Penggunaan Mengidentifikasi danmenganalisa pola dan perilaku masyarakat (berdasarkan
Pola dan perilaku masyarakat dalam penggunaan sarana air minum yang dibedakan
Fasilitator: TFM Peserta: Anggota
No Langkah-langkahIMAS Tujuan Hasil yang Diharapkan Pelaku
Sarana Air minum (Kode skor: EU)
tingkat sosial) dalam kebiasaan penggunaan sarana air minum, serta hal-hal yang perlu untuk ditingkatkan
atas tingkat sosialnya masyarakat laki-laki, perempuan, yang dibagi dalam kelompok diskusi (FGD) kaya dan miskin. 10 Efektivitas Penggunaan Sarana Sanitasi (Kode skor: EU)
Mengidentifikasi dan
menganalisa pola dan perilaku masyarakat (berdasarkan tingkat sosial) dalam kebiasaan buang air besar, serta hal-hal yang perlu untuk ditingkatkan
Pola dan perilaku masyarakat dalam penggunaan sarana sanitasi yang dibedakan atas tingkat sosialnya Fasilitator: TFM Peserta: Anggota masyarakat laki-laki, perempuan, yang dibagi dalam kelompok diskusi (FGD) kaya dan miskin. 11 Pembagian Kerja Berdasarkan Gender (Kode skor: DIV)
Mengetahui dan menganalisa pembagian kerja (jenis pekerjaan dan pekerjaan yang dibayar atau tidak) dalam pengelolaan sarana air minum di antara perempuan dan laki-laki
Pola pembagian kerja dalam pengelolaan sarana air minum di antara perempuan dan laki-laki Fasilitator: TFM Peserta: Anggota masyarakat yang dibagi dalam kelompok diskusi (FGD) kaya dan miskin. 12 Hak Suara dan
Pilihan dalam Pengambilan Keputusan (Kode skor: VC)
Mengidentifikasi dan
menganalisa akses masyarakat (terutama perempuan dan kelompok miskin) dalam pengambilan keputusan pada pembangunan sarana air minum sebelumnya
Akses masyarakat untuk bersuara dan memilih dalam pengambilan keputusan pada pembangunan sarana air minum sebelumnya Fasilitator: TFM Peserta: Anggota masyarakat laki-laki, perempuan, yang dibagi dalam kelompok diskusi (FGD) kaya dan miskin. 13 Alur Penularan Penyakit dan Penghambatnya · Membuat masyarakat mengetahui dan mampu menganalisis cara penularan penyakit melalui lingkungan · Membuat masyarakat
mampu mengidentifikasi tindakan yang dapat diambil untuk menghambat penularan penyakit
Usulan kegiatan promosi kesehatan yang diinginkan oleh masyarakat berdasarkan pengetahuannya dalam cara penularan penyakit Fasilitator: TFM Peserta: Anggota masyarakat laki-laki, perempuan, yang dibagi dalam kelompok diskusi (FGD) kaya dan miskin. 14 Pertemuan Pleno Desa/Kelurahan Membahas Hasil Identifikasi Masalah dan Analisis Situasi
· Masyarakat dapat memberikan ulasan terhadap hasil IMAS · Masyarakat mampu
mengidentifikasi tindakan yang akan dirumuskan dalam Perencanaan Jangka Menengah Program Air Minum, Kesehatan dan Sanitasi (PJM ProAKSi)
· Kesepakatan masyarakat terhadap hasil IMAS yang disusun dalam Berita Acara Pertemuan Pleno Tingkat Desa/kelurahan membahas Hasil IMAS (lihat Buku Kumpulan Format PT.2-01) · Usulan kegiatan yang
akan dimasukkan dalam PJM ProAKSi Fasilitator: TFM Peserta: Anggota masyarakat (kaya-miskin, laki-laki-perempuan, tua-muda) yang mewakili semua dusun/ RW
Langkah-langkah yang dilakukan dalam Pertemuan Pleno masyarakat untuk membahas hasil IMAS yaitu:
1. Masyarakat bersama TFM mempersiapkan bahan-bahan pertemuan, yaitu: l Peta Sosial
l Hasil temuan proses IMAS dengan instrumen MPA yang disajikan dalam bentuk kesimpulan umum dan diagram batang, yang mengacu pada Tabel berikut:
Kesimpulan/Diagram Batang
Skor Hasil MPA yang digunakan Hal yang Perlu Didiskusikan Aspek Air Minum
Kualitas Sarana Air
Minum · Kualitas konstruksi =(WR6+WR7+WR8+WR12+WR15 +WR16)/6
· Pengelolaan sumber air = (SM1+SM2)/2
Keadaan sumber air dan sarana air minum yang ada saat ini
Efektivitas Keberfungsian
Sarana Air Minum · Kuantitas Air =(TW4+TW5=TW7)/2 · Kualitas Air =
(TW11+TW12+TW13)/3 · Keteraturan Pelayanan= (TW17+TW18+TW19)/3 · Kepastian Ketersediaan Air =
(TW20+TW21)/2
Keberfungsian sarana air minum yang ada saat ini
Efektifitas Penggunaan
Sarana Air Minum · Akses terhadap Sarana AirMinum = M9 · Pola Penggunaan Air =
(EU4.1+EU4.2)/2
· Kondisi Drainase Sarana Air = (WR16+TW14+TW15)/3
Pola pemanfaatan sarana air minum yang ada di masyarakat
Aspek Sanitasi
Efektivitas Keberfungsian Sarana Sanitasi
Kegunaan dan fungsi sarana sanitasi = W20S
Keberfungsian sarana sanitasi yang ada saat ini
Efektifitas Penggunaan
Sarana Sanitasi · Akses terhadap Sarana Sanitasi= M9S · Pola penggunaan sarana sanitasi
=
(EU5.1S+EU5.2S+EU5.3S+EU5. 4S+EU5.5S+EU5.6S)/6
· Kualitas sarana sanitasi = WR18S
Pola perilaku sanitasi yang ada di masyarakat dan kualitas sarana yang berdampak pada kesehatan
Aspek Kesehatan
Kondisi kesehatan
masyarakat · Pola penyebaran penyakitberbasis lingkungan · Prioritas utama perubahan
perilaku
Kondisi kesehatan masyarakat terkait dengan penyakit berbasis lingkungan dan upaya untuk mencegahnya
Kesimpulan/Diagram
Batang Skor Hasil MPA yang digunakan Hal yang Perlu Didiskusikan
Efektivitas Penggunaan Keahlian yang diterima dari Pelatihan
Kegunaan pelatihan = TR 8 Pengetahuan ketrampilan yang telah dimiliki masyarakat dalam mengelola sarana air minum dan sanitasi
Aspek Lingkungan
Potensi air yang dimiliki
desa/kelurahan ·· Hasil RTAMayoritas pengambilan sumber air
· Prioritas pemilihan opsi untuk keberlanjutan
· Pola pengambilan sumber air di daerah tangkapan air
Potensi air yang dapat dimanfaatkan oleh masyarakat melalui program
Model perlindungan sumber air
2. TFM memfasilitasi diskusi tentang hasil di atas dan membantu masyarakat untuk memperhatikan hal-hal penting yang berhubungan dengan hasil temuan.
3. Berdasarkan hasil pembuatan diagram batang, maka akan diperoleh skor di atas atau di bawah 50. Untuk skor yang bernilai di bawah 50, diskusikan apa yang menyebabkan nilai yang diberikan rendah serta tindakan apa yang dapat merubah hal tersebut menjadi lebih baik. Sebaliknya bila skor di atas 50, diskusikan pula mengapa hal tersebut dapat terjadi dan bagaimana cara untuk mempertahankan atau bahkan meningkatkan.
4. Sebagai contoh diskusi yang dapat dilakukan adalah seperti berikut :
Gunakan skor M9 untuk diskusi tentang akses terhadap layanan sarana air minum. Apabila skor yang diperoleh adalah 25, yang berarti hanya antara ¼ dan ½ dari masyarakat yang memiliki kemudahan dalam mengakses sarana air minum, serta sebagian besarnya adalah masyarakat menengah ke atas, maka dari skor ini dapat diidentifikasi tindakan apa yang harus dilakukan sehubungan dengan perencanaan program yang akan dilakukan.
2. TFM membantu masyarakat menyimpulkan hasil IMAS yang berguna sebagai bahan untuk perencanaan program, sesuai aspek yang ada dalam Tabel di atas.
3. TFM kemudian memfasilitasi pencatatan kesimpulan dan keputusan tentang perencanaan dalam bentuk Tabel Perencanaan Masyarakat yang berguna untuk Penyusunan PJM ProAKSi dan RKM, seperti dicontohkan sebagai berikut:
Bidang Perencanaan Masalah Mengapa/ Bagaimana Terhadap Siapa Dimana
Apa yang ingin dilakukan untuk mengatasinya Pengembangan Kapasitas Masyarakat Kurangnya SDM di masyarakat yang terampil dalam bidang SAM Orang yang pernah dilatih tentang SAM tidak tinggal lagi di desa/kelurahan Seluruh masyarakat Wilayah masyarakat Memasukkan kegiatan pelatihan sebagai bagian Program Air Minum ½ dari jumlah
seluruh masyarakat mempunyai akses terhadap air bersih untuk minum dan masak
Sarana air minum tidak ada atau rusak Seluruh masyarakat, khususnya orang miskin Wilayah masyarakat Meningkatkan akses masyarakat terhadap air minum Sanitasi Kurang dari
setengah dari masyarakat yang memiliki akses terhadap sarana jamban Kurangnya kesadaran masyarakat untuk BAB pada tempat yang aman Seluruh masyarakat, khususnya orang miskin Wilayah masyarakat Mencapai ODF/SBS pada akhir program
Kesehatan Masih ditemui insiden penyakit diare
Sarana sanitasi
yang buruk Setiaporang, khususnya anak-anak Dusun A Menurunkan tingkat penyakit diare melalui program Lingkungan Hilangnya sumber
air akibat kerusakan lingkungan Kurangnya kesadaran masyarakat terhadap upaya perlindungan sumber air Seluruh
masyarakat Wilayahmasyarakat (hulu hingga hilir) Melakukan perlindungan dan upaya kelestarian alam
Proses pelaksanaan IMAS secara lebih rinci dapat dilihat pada “Buku
Panduan Proses Identifikasi Masalah dan Analisis Situasi (Fieldbook MPA/PHAST)”, sedangkan hasil proses dan analisis temuannya dicatat
dalam “Buku Catatan Proses Identifikasi Masalah dan Analisis
BAB 3. PEMICUAN PERUBAHAN
PERILAKU BUANG AIR BESAR
SEMBARANGAN DAN CUCI
TANGAN PAKAI SABUN
3.1 KETENTUAN
UMUM
1. Pemicuan merupakan proses membangkitkan dan memberdayakan masyarakat untuk menganalisa kondisi sanitasi di masyarakat itu sendiri, dan memulai aksi lokal bersama untuk stop buang air besar sembarangan (Stop BABS) atau SBS (Stop Buang Air Besar Sembarangan) perilaku cuci tangan pakai sabun (CTPS)
2. Pemicuan dimulai pada saat proses IMAS dengan sasaran seluruh komponen masyarakat, laki-laki maupun perempuan, kaya-miskin, tua-muda termasuk anak-anak.
3. Pemicuan sebaiknya dilakukan pada daerah yang terjangkau, tidak terlalu luas (misalnya tingkat dusun/RW) yang berpotensi untuk maju (berhasil terpicu). Pemilihan lokasi pemicuan sebaiknya strategis dan mudah dijangkau karena akan menjadi contoh atau tempat belajar bagi masyarakat dari dusun/RW lainnya.
4. Kepala desa/Lurah/perangkat desa/kelurahan dan tokoh masyarakat setempat memegang peranan penting dalam upaya SBS dan CTPS, sehingga harus dilibatkan. 5. Setiap proses pemicuan yang telah dilakukan harus mendapatkan sertifikasi dari Sanitarian dan akan menjadi lampiran dalam Rencana Kerja Masyarakat (RKM) yang diajukan masyarakat (Buku Kumpulan Format: PT.2-02).
6. Prinsip dasar pemicuan, yaitu:
a. Totalitas, seluruh komponen masyarakat terlibat dalam analisa permasalahan dan mengambil keputusan untuk melakukan perubahan perilaku secara kolektif oleh masyarakat.
b. Tidak mengajak, menyuruh, dan atau memberikan instruksi kepada masyarakat untuk membuat jamban, sepenuhnya keputusan ada ditangan masyarakat untuk berubah perilaku.
c. Tidak ada subsidi untuk pembangunan jamban keluarga, tidak terkecuali untuk warga yang tidak mampu.
d. Tidak ada desain khusus yang ditawarkan pada masyarakat, tetapi masyarakat menentukan sendiri bentuk jamban yang akan dibangun.
e. Masyarakat yang menjadi pemimpin dan pelaku utama perubahan.
7. Prinsip lain yang harus diperhatikan dalam memicu perubahan perilaku SBS adalah penggunaan jamban sehat yang memenuhi kriteria adalah:
a. Memutus kontak tinja dengan manusia dan vector/serangga. b. Tidak berbau.
c. Mengurangi pencemaran terhadap badan air. d. Aman bagi pengguna (dewasa dan anak-anak).
8. Untuk memastikan tidak adanya kontak tinja dengan manusia, maka perubahan perilaku SBS harus selalu diikuti dengan perilaku CTPS, karena:
a. Mencuci tangan pakai sabun dapat mencegah penyakit diare. b. Sabun berfungsi untuk membunuh kuman.
3.2 PROSEDUR
PEMICUAN
Berikut adalah Prosedur Pemicuan Perubahan Perilaku Stop Buang Air Besar Sembarangan (SBS) di Masyarakat: Tabel 3.1 Prosedur Pemicuan SBS dan CTPS
No Langkah-langkah Tujuan Uraian Hasil Pelaku
1. PERSIAPAN PEMICUAN
1.1 Penentuan Waktu dan Tempat
Menentukan waktu dan tempat pemicuan
Kegiatan menentukan waktu, tempat dan wilayah (RW/Dusun) pemicuan dilakukan bersama dengan perangkat
desa/kelurahan dan tokoh masyarakat.
Waktu dan tempat pemicuan · TFM · Sanitarian · Perangkat
desa/kelurahan · Tokoh
masyarakat. 1.2 Persiapan Alat &
Bahan dan Pembagian Peran
· Memastikan alat dan bahan tersedia · Menentukan peran tim pemicu
(TFM dan Sanitarian)
· Alat dan bahan digunakan untuk membantu proses pemicuan · Peran dalam tim pemicu terdiri dari
fasilitator utama dan pendamping
· Alat dan bahan tersedia dan siap digunakan
· Pembagian tugas tim pemicu
TFM dan Sanitarian
2. PELAKSANAAN PEMICUAN
2.1 Perkenalan dan
Penjelasan awal · Menjelaskan maksud dan tujuanpertemuan · Menjalin keakraban dengan
masyarakat
· Perkenalan diri semua anggota fasilitator dan masyarakat sehingga suasana menjadi cair dan santai
· Menjelaskan kedatangan tim tidak dalam rangka memberikan subsidi atau bantuan apapun namun untuk bersama-sama masyarakat mempelajari
kebiasaan masyarakat setempat dalam kebersihan lingkungan khususnya kebiasaan BAB
· Bersama masyarakat temukan kata-kata yang tepat untuk istilah “Tahi” dan “Berak”
· Suasana menjadi cair dan santai
· Masyarakat memahami tujuan dan prinsip kegiatan
Pemandu : TFM dan Sanitarian
Peserta : Masyarakat
2.2 Fasilitasi analisa sanitasi · Mengajak masyarakat untuk menganalisa secara menyeluruh tentang sanitasi di desa/kelurahan
Kegiatan analisa sanitasi dilakukan melalui :
· Transect Walk : mengenali lokasi yang
· ‘Timbulnya kesadaran dan adanya rasa jijik, gerah, dan tidak nyaman melihat hasil
Pemandu : TFM dan sanitarian
No Langkah-langkah Tujuan Uraian Hasil Pelaku
Mengajak masyarakat menganalisa dampak buruk perilaku buang air besar sembarangan dan cuci tangan tidak pakai sabun.
· Pemetaan: memetakan warga yang masih BAB sembarangan
· Perhitungan tinja · Simulasi rasa jijik
· Analisa Alur Penularan Penyakit Diare
setempat terkait BABS’ · Peta kebiasaan BAB
2.3 Pemicuan Memicu rasa malu, takut sakit, takut dosa dan harga diri masyarakat terkait kebiasaan BABS
· Menguraikan kembali dampak-dampak BABS yang (seharusnya) sudah disebutkan masyarakat, seperti anak sakit, balita meninggal, aurat istri/anak perempuan terlihat orang.
· Masyarakat terpicu untuk menghentikan kebiasaan BAB sembarangan dan melakukan aksi kolektif lokal.
Pemandu : TFM dan sanitarian
Peserta : Masyarakat 2.4 Fasilitasi di akhir
pemicuan Memberikan dukungan, semangat danapresiasi kepada keluarga yang mau melakukan perubahan perilaku BABS
· Melalui proses ini akan terlihat reaksi masyarakat setelah dilakukan pemicuan. Apakah mereka berkeingin kuat untuk berubah, atau sama sekali tidak berkeinginan untuk berubah. · Orang yang pertama menyatakan
berubah adalah potensi untuk menjadi Natural Leaders. .
· Daftar keluarga yang terpicu (yang mempunyai komitmen untuk SBS)
· Calon Natural Leades/Komite
Pemandu : TFM, Sanitarian
Peserta : Masyarakat
2.5. Rencana tindak lanjut Memfasilitasi masyarakat untuk menyusun rencana tindak lanjut untuk merubah perilaku
Setelah terbentuk Komite/Natural Leaders, masyarakat difasilitasi untuk menyusun rencana tindak lanjut (RTL), yang berisi daftar keluarga beserta rencana waktu pembangunan jamban yang dilengkapi dengan sabun dan ditandatangani masing-masing perwakilan keluarga
· Terbentuknya Komite kelompok kegiatan sanitasi (Natural Leaders)
· Rencana kerja kegiatan berupa daftar nama keluarga disertai dengan jadwal membangun jamban yang dilengkapi dengan sabun dan tandatangan Pemandu : TFM, Sanitarian Peserta : Masyarakat 3. PASCA PEMICUAN 3.1 Pemantauan Pasca pemicuan
Untuk melihat perkembangan
perubahan perilaku BAB dan CTPS · Monitoring dilakukan sendiri olehmasyarakat. Peta BAB dan rencana tindak lanjut digunakan sebagai alat monitoring.
· Pemantauan termasuk melihat ketersediaan sabun di jamban.
· Perkembangan Peta dan Format Monitoring Kebiasaan BAB · Perkembangan kebiasaan CTPS · Masyarakat · Natural leader · Fasilitator · Sanitarian · TFM Keberlanjutan
(bagi lokasi belum ODF/SBS)
No Langkah-langkah Tujuan Uraian Hasil Pelaku
· Kegiatan monitoring dapat dilakukan dengan cara cross visit diantara masyarakat (kelompok yang sudah terpicu kepada kelompok yang belum terpicu atau sebaliknya)
3.2 Pendampingan menuju
SBS dan CTPS Mendorong pencapaian SBS dan CTPS Untuk mempercepat terwujudnya SBS danperilaku CTPS disertai dengan promosi kesehatan.Selain itu, komite difasilitasi untuk melakukan pemicuan ke dusun/RW lainnya.
Terwujudnya SBS dan perilaku
CTPS · Masyarakat· Komite/ · Natural leader · Fasilitator · Sanitarian · TFM Keberlanjutan
(bagi lokasi belum ODF/SBS)
Proses pelaksanaan pemicuan perubahan perilaku buang air besar sembarangan secara lebih rinci dapat dilihat pada panduan “Modul Stop Buang Air Besar Sembarangan (SBS)” yang merupakan suplemen terhadap Petunjuk
BAB 4. PENGORGANISASIAN
MASYARAKAT DAN
PEMBENTUKAN LEMBAGA
KESWADAYAAN
MASYARAKAT (LKM)
4.1 KETENTUAN
UMUM
1. LKM bukan lembaga yang dibentuk secara otomatis mengikuti perundang-undangan atau peraturan pemerintah (pusat maupun daerah) yang dibuat sebagai alat kelengkapan lembaga pemerintah, tetapi merupakan lembaga yang pembentukan dan pengelolaannya diprakarsai dan ditentukan oleh masyarakat. Kekuasaan/kewenangan dan legitimasi bersumber dari warga masyarakat setempat. 2. LKM berkedudukan sebagai lembaga kepimpinan kolektif dan oleh karenanya juga
berperan sebagai representasi warga yang berhimpun dalam suatu himpunan masyarakat warga setempat yang bersifat organisasi anggota atau bertumpu pada anggota, artinya keputusan tertinggi ada di tangan anggota.
3. LKM melakukan proses pengambilan keputusan secara kolektif, demokratis dan partisipatif.
4. LKM harus diterima, berfungsi dan berakar di seluruh lapisan masyarakat setempat (inklusif).
5. LKM tidak harus dibentuk jika di masyarakat telah ada lembaga yang memiliki kriteria dan fungsi LKM.
6. LKM dibentuk secara partisipatif, demokratis, dan inklusif. LKM bekerja secara kolektif, transparan, partisipatif, demokratis dan akuntabel.
7. LKM harus mampu mempertahankan sifat independen dan otonom terhadap institusi pemerintah, politik, militer, agama, usaha dan keluarga.
8. LKM adalah lembaga eksekutif dengan peran utama sebagai pengendali (steering) bukan sebagai pelaksana (implementing), oleh sebab itu LKM dapat membentuk unit-unit pelaksana (UP) dan satuan pelaksana (satlak). Namun anggota LKM tidak boleh dipilih/merangkap menjadi anggota satuan pelaksana (satlak).
9. Keanggotaan LKM:
a. Pemilihan anggota LKM dilakukan melalui proses pemilihan secara langsung oleh warga masyarakat, tertulis, rahasia, tanpa pencalonan, dan tanpa kampanye maupun rekayasa dari siapapun.
b. Semua warga dewasa di desa/kelurahan pada dasarnya dapat dipilih sebagai anggota LKM bila memenuhi kriteria yang telah disepakati warga. Namun demikian untuk perangkat desa yang masih aktif bekerja tidak dapat dipilih menjadi anggota LKM.
c. Kriteria keanggotaan LKM merupakan perwujudan dari nilai-nilai luhur kemanusiaan, seperti antara lain; dapat dipercaya masyarakat, jujur, adil, ikhlas, dan sebagainya. Faktor pendidikan, status, pengalaman, keterampilan, jabatan dan kriteria-kriteria lain yang tidak langsung terkait dengan nilai-nilai kepribadian manusia merupakan nilai tambahan.
d. Jumlah anggota LKM antara 5 s/d 9 orang dan harus ganjil. 10. Tugas pokok dan fungsi LKM:
a. Tugas Pokok:
Ø Merumuskan dan menetapkan kebijakan serta aturan main (termasuk sanksi) secara demokratis dan partisipatif mengenai hal-hal yang bermanfaat untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat warga desa/kelurahan setempat termasuk penggunaan Dana BLM Pamsimas.
Ø Mengorganisasi masyarakat untuk bersama-sama merumuskan visi, misi, rencana strategis, dan rencana program peningkatan kesejahteraan masyarakat tahunan. Memfasilitasi aspirasi dan prakarsa masyarakat dalam perumusan kebutuhan dan usulan program penyediaan layanan air minum dan sanitasi dan penanggulangan kemiskinan pada umumnya, untuk dapat dikomunikasikan, dikoordinasikan dan diintegrasikan dengan program serta kebijakan pemerintah desa/kelurahan, kecamatan dan kabupaten/kota.
Ø Mengkoordinasi pengelolaan program-program yang diterima masyarakat, dan pelaksanaan program yang dilakukan oleh Unit-unit Pelaksana (UP)/Satuan Pelaksana (Satlak) berbagai program sektoral.
Ø Mendorong berlangsungnya proses pembangunan partisipatif sejak tahap penggalian ide dan aspirasi, pemetaan swadaya atau penilaian kebutuhan, perencanaan, pengambilan keputusan, pelaksanaan, pemeliharaan hingga monitoring dan evaluasi.
Ø Membangun transparansi dan akuntabilitas kepada masyarakat dan pihak luar melalui berbagai media seperti papan pengumuman, sirkulasi laporan kegiatan dan keuangan, serta rapat dan laporan pertanggungjawaban secara terbuka.
Ø Memonitor, mengawasi dan memberi masukan untuk berbagai kebijakan maupun program pemerintah lokal yang berkaitan dengan kepentingan masyarakat miskin untuk mendapatkan pelayanan dasar, maupun pembangunan desa/kelurahan pada umumnya.
Ø Memonitor, mengawasi dan mengendalikan pelaksanaan keputusan-keputusan yang telah diambil LKM termasuk penggunaan dana-dana bantuan program pemberdayaan yang diterima.
Ø Menjamin dan mendorong peran serta berbagai unsur masyarakat, khususnya masyarakat miskin dan kaum perempuan di wilayahnya, melalui proses serta hasil keputusan yang adil dan demokratis.
Ø Membuka akses dan kesempatan seluas-luasnya kepada masyarakat untuk melakukan kontrol terhadap kebijakan, keputusan, kegiatan dan keuangan yang di bawah kendali LKM.
Ø Mengawal penerapan nilai-nilai hakiki, dalam setiap keputusan maupun pelaksanaan Pamsimas serta pembangunan lainnya di desa/kelurahan masing-masing.
b. Fungsi:
Ø Penggerak dan pemicu munculnya kembali nilai-nilai kemanusiaan, kemasyarakatan, dan demokrasi dalam kehidupan nyata masyarakat setempat.
Ø Penggerak proses pengembangan aturan (kode etik, kode tata laku, dsb).
Ø Penggerak proses pengambilan keputusan yang adil dan demokratis.
Ø Pengendalian aspek sosial terhadap proses pembangunan.
Ø Pembangkit dalam memediasi aspirasi dan partisipasi masyarakat.
Ø Wadah informasi dan komunikasi bagi warga masyarakat desa/kelurahan setempat.
Ø Penggerak untuk advokasi dalam mengintegrasikan kebutuhan program di masyarakat dengan kebijakan dan program pemerintah setempat.
Ø Mitra kerja pemerintah desa/kelurahan setempat dalam upaya penyediaan layanan air minum, sanitasi kesehatan, dan peningkatan kapasitas masyarakat.
4.2 PROSEDUR
PEMBANGUNAN LKM
Tabel 4.1 Prosedur Pembentukan Lembaga Keswadayaan Masyarakat
No Langkah/ Kegiatan Tujuan Hasil Pelaku
1 Persiapan pembangunan LKM Mempersiapkan TFM, perangkat desa/kelurahan tentang tata
cara pembentukan LKM desa/kelurahan mempersiapkan tatacaraKesiapan TFM dalam memfasilitasi perangkat pembentukan LKM.
Pelaksana : DMAC Peserta : TFM 2 Pembentukan Panitia dan
bimbingan pembangunan LKM
Menyiapkan :
· Panitia yg akan menyelenggarakan pembangunan LKM · Rencana kerja pembangunan LKM
· Panitia paham langkah-langkah yang perlu dilakukan dalam membentuk LKM · Jadwal kerja Panitia untuk membangun
LKM
Pelaksana : TFM
Peserta: Masyarakat, relawan 3 Sosialisasi organisasi masyarakat
warga dan institusi kepemimpinan kolektif
Menyiapkan masyarakat agar memahami konsep organisasi
masyarakat warga dan perlunya lembaga pimpinan kolektif Masyarakat paham “makna LKM” sebagailembaga kepemimpinan kolektif masyarakat warga.
Pelaksana : TFM dan Panitia pembentukan LKM
Peserta : Masyarakat 4 Identifikasi, refleksi dan penilaian
kelembagaan masyarakat yang ada
Melakukan penilaian terhadap lembaga-lembaga yang ada apakah telah sesuai dengan kriteria dan persyaratan sebagai lembaga kepemimpinan kolektif dari organisasi masyarakat warga.
Peta potensi dan kelemahan lembaga masyarakat yang ada dibandingkan dengan konsep LKM. Lembaga yg seperti LKM ada/tidak Berdasarkan hasil format penilaian (PT 2.03 A) Kesepakatan :
1. Lembaga spt LKM sdh ada 2. Lembaga spt LKM belum ada
Bila hasilnya a maka langsung ke langkah 5, tetapi bila b maka langsung ke langkah 6 dst
Pelaksana : Panitia pembentukan LKM, difasilitasi oleh TFM Peserta : Masyarakat
Untuk desa/kelurahan yang sudah memiliki LKM atau lembaga lain sejenis LKM
1 Bila ada lembaga sejenis LKM, maka dilakukan :
· Penilaian · Penyempurnaan, terhadap lembaga yg ada
Mendapatkan LKM yang sesuai pedoman Lembaga yg ada siap berperan sebagai LKM Pelaksana : Panitia pembentukan LKM difasilitasi TFM
Peserta : Masyarakat
Untuk desa/kelurahan yang belum mempunyai lembaga sejenis LKM
1. Bila tidak ada lembaga sejenis LKM, maka dilakukan:
Bimbingan penyusun-an kriteria, tatib dan AD LKM
Menyiapkan Panitia untuk mampu memfasilitasi penyusunan kriteria, tata tertib pemilihan LKM dan AD (Anggaran Dasar) LKM
Panitia paham tentang tatacara penyusunan Kriteria, Tatib pemilihan anggota LKM dan AD LKM
Pelaksana : Panitia pembentukan LKM difasilitasi TFM
Peserta : Masyarakat 2. Penetapan :
2a: Kriteria anggota LKM sebagai dewan pimpinan himpunan
Merumuskan kriteria anggota LKM, tata tertib pemilihan anggota LKM dan AD LKM melalui serangkaian diskusi kelompok
Kriteria anggota LKM, AD LKM dan Tatib
pemilihan anggota LKM disepakati Pelaksana : PanitiaPeserta : Warga Fasilitator : TFM
No Langkah/ Kegiatan Tujuan Hasil Pelaku
masyarakat warga 2b: Penyusunan tatip pemilihan
dan AD LKM.
(Catatan: Fokus utama diskusi adalah penyadaran akan perlunya nilai-nilai luhur seorang pemimpin, bukan pada kemampuan dan pengalaman, atau jabatan seseorang saat ini dan lain-lain. Tekankan bahwa kriteria tersebut dapat dimiliki oleh pria maupun wanita, tua atau muda, kaya atau miskin dan lain-lain. Kriteria ini sudah harus masuk saat penyusunan Anggaran Dasar)
3. Pemilihan anggota LKM Atas dasar kriteria yang telah disepakati masyarakat,
selanjutnya dilakukan pemilihan sebagai berikut ini Proses pemilihan dimulai Pelaksana : Panitia pembentukanLKM difasilitasi TFM Peserta : Masyarakat
3a: Pemilihan tingkat RT/basis Mendapatkan warga dari tingkat basis yg memenuhi kriteria
(Catatan: pemilihan tingkat basis ini mutlak dilakukan krn kriteria kwalitas manusia hanya dpt ditemukan lewat rekam jejak seseorang artinya hanya orang yg dekat yg mengetahuinya; pemilih adalah semua penduduk dewasa laki + perempuan)
Utusan RT dgn jumlah seperti yg tercantum dalam Tatib terpilih.
Pelaksana : Panitia
Peserta : Panitia pembentukan LKM difasilitasi TFM
Peserta : Masyarakat RT/basis 3b: Pemilihan tingkat RW (Catatan:
dilakukan bila jumlah RT terlalu banyak)
Menyiapkan utusan RW dengan melakukan penyaringan lagi
di tingkat RW dimana utusan RT berhak memilih dan dipilih. Utusan RW dgn jumlah seperti yg tercantumdalam Tatib terpilih. Pelaksana : Panitia pembentukanLKM difasilitasi TFM Peserta : Masyarakat RW 3c: Pemilihan tingkat
Kelurahan/Desa (Catatan: RT/RW punya hak memilih dan dipilih.Menyiapkan anggota LKM terpilih
Setelah dipilih para warga yang terpilih kemudian melakukan musyawarah untuk menentukan siapa coordinator LKM)
Anggota LKM yang jumlahnya sesuai AD terpilih Pelaksana : Panitia pembentukan LKM difasilitasi TFM
Peserta : Masyarakat 3d: Peresmian LKM Mengukuhkan warga terpilih oleh Lurah/Kades sebagai
anggota LKM yang ditandai dengan Berita Acara Pembentukan LKM (PT.2-03), dan LKM secara resmi dinyatakan telah berdiri.
LKM secara resmi dikukuhkan Pelaksana : Lurah/Kades dan Panitia dan difasilitasi oleh TFM Peserta : LKM
4. Pencatatan ke Notaris Pendirian LKM dan kontrak sosial LKM (AD) dicatatkan ke notaris
(Catatan: Kesepakatan warga tingkat kelurahan/desa untuk membangun organisasi masyarakat warga dengan lembaga kepemimpinan kolektif LKM ‘dapat’ dicatatkan ke Notaris dimana Anggaran Dasar merupakan kontrak sosial antara LKM sebagai pimpiman masyarakat warga dan warganya)
LKM tercatat di Notaris Pelaksana : LKM Fasilitator : TFM
5. Pembentukan Satuan Pelaksana
No Langkah/ Kegiatan Tujuan Hasil Pelaku
masyarakat. Dalam konteks Pamsimas, Satlak bertugas untuk melaksanakan progam Pamsimas di wilayah
desa/kelurahannya.
- Bendahara/ Unit Pengelola Keuangan - Unit Kerja Teknis Sarana Air Minum dan
Sanitasi
- Unit Kerja Teknis Higiene dan Kesehatan - Unit Pengaduan Masyarakat
Ditandai dengan Berita Acara Pembentukan LKM dan Satlak Pamsimas (PT.2-03 B) Rincian tugas Satlak dapat dilihat pada
Lampiran pada Pedoman Pelaksanaan Program Pamsimas Tingkat Masyarakat.
BAB 5. PJM PROAKSI DAN PEMILIHAN
OPSI KEGIATAN PAMSIMAS
5.1 KETENTUAN
UMUM
1. PJM ProAKSi (Perencanaan Jangka Menengah Program Air Minum, Kesehatan dan Sanitasi) adalah dokumen program perencanaan jangka menengah (5 tahun) yang dirumuskan dari kajian/analisa hasil IMAS.
2. Tahapan penyusunan PJM ProAksi terdiri dari:
a) Penyusunan Rencana Kegiatan PJM ProAksi di Tingkat Dusun. b) Pemilihan Opsi dan Prioritas kegiatan PJM ProAksi Tingkat Dusun.
c) Pertemuan Pleno di Tingkat Desa/Kelurahan membahas PJM ProAksi dan Opsi.
d) Penyepakatan PJM ProAksi dengan Berita Acara Kesepakatan.
3. Sebelum PJM ProAksi disusun akan dilakukan review dokumen yang ada di desa (RPJMDes), sehingga tidak akan terjadi pengulangan.
4. Perumusan kegiatan-kegiatan yang direncanakan dilakukan di tahun pertama ditentukan dengan mempertimbangkan skala prioritas dan kebutuhan, terutama akses masyarakat miskin terhadap pelayanan air minum, sanitasi dan kesehatan. Demikian pula, program-program untuk tahun kedua, ketiga dan seterusnya. 5. Bahan untuk perumusan PJM ProAKSi adalah peta sosial dan kajian/analisa hasil
IMAS.
6. Rencana kegiatan tahun pertama merupakan Rencana Kerja Masyarakat (RKM) yang akan dibiayai oleh program Pamsimas.
7. Pada akhir periode program Pamsimas diharapkan PJM ProAKSi akan menjadi masukan/bagian dari RPJM Desa/Kelurahan.
8. PJM ProAksi dikaji ulang setiap tahun dan digunakan sebagai bahan pembahasan dalam Musrenbang Desa/Kelurahan.
10. Peserta rembug warga dan pertemuan pleno PJM ProAKSi mewakili semua elemen/kelompok yang ada di masyarakat, terutama masyarakat miskin, kaum perempuan dan masyarakat adat bila ada.
11. Peserta pertemuan pleno desa/kelurahan terdiri dari perwakilan semua elemen masyarakat dari setiap dusun/RW.
12. Pemilihan opsi dilakukan sesuai dengan Katalog Informasi Pilihan (Informed Choice Catalogue) .
13. Pemilihan opsi harus mempertimbangkan efisiensi dan efektifitas investasi per kapita (rupiah per jiwa) untuk memperoleh target yang sesuai dengan tujuan program.
5.2
PROSEDUR PENYUSUNAN PJM PROAKSI
Berikut adalah prosedur penyusunan PJM Pro-AKSI:Tabel 5.1 Prosedur Penyusunan Rencana Kegiatan PJM ProAKSI Tingkat Dusun
No. LANGKAHLANGKAH TUJUAN URAIAN HASIL PELAKU
1. Persiapan Mempersiapkan hal-hal yang terkait dengan pertemuan pembahasan PJM ProAKSi
Tahap persiapan meliputi:
a. Menentukan siapa yang akan diundang dan cara mengundang
b. Menentukan waktu dan tempat pelaksanaan yang memungkinkan kelompok perempuan dan masyarakat miskin hadir
c. Melakukan pengumpulan dokumen perencanaan desa (RPJMDes) dan direview guna mengetahui rencana pembangunan SAMS yang sudah dimasukkan dalam dokumen tersebut.
Semua elemen masyarakat, termasuk kelompok perempuan dan warga miskin, hadir dalam pertemuan perumusan PJM ProAKSi
Hasil review disusun dalam bentuk isian format review RPJMDes
Pemandu : TFM Peserta : LKM dan Perangkat Desa/Kelurahan
2. Penyiapan materi pembahasan Memastikan semua materi yang diperlukan untuk pembahasan tersedia secara lengkap
Materi untuk perencanaan PJM ProAKsi meliputi:
a. Peta sosial, yang secara lengkap menggambarkan kondisi awal
desa/kelurahan termasuk tingkat akses AMPL, potensi sumber daya air, perilaku BAB, sumber pencemar, masalah kesehatan, dan lain-lain
b. Hasil RTA (Rapid Technical Assessment) dan transect walk
c. Hasil analisa IMAS
d. Hasil review RPJM Desa untuk sektor air minum, sanitasi dan kesehatan
Semua materi yang diperlukan untuk pembahasan dan penyusunan PJM ProAKSi siap Harus ada format/alat bantu untuk review RPJM Desa
Pemandu: TFM
Peserta: LKM dan perangkat Desa/Kelurahan
3. Penyusunan PJM ProAKSI tingkat Dusun Merumuskan kegiatan air minum, kesehatan dan sanitasi yang dibutuhkan untuk memenuhi 80% akses pada sarana air minum, sanitasi dan kesehatan
Pembahasan meliputi:
a. Tinjauan hasil analisa IMAS dengan metode MPA-PHAST, untuk
membandingkan kondisi saat ini dengan kondisi ideal/yang diinginkan
Daftar rencana kegiatan air minum, kesehatan dan sanitasi per Dusun sebagai bahan untuk PJM ProAKSi
Pemandu: LKM, perangkat Desa/Kelurahan, TFM Peserta: Masyarakat tingkat Dusun
No. LANGKAHLANGKAH TUJUAN URAIAN HASIL PELAKU
kegiatan yang dibutuhkan untuk
memenuhi akses pada sarana air minum, sanitasi dan kesehatan di dusun bersangkutan.
c. Pastikan kegiatan juga meliputi upaya perubahan perilaku
Tabel 5.2 Prosedur Pemilihan Opsi dan Prioritas Kegiatan PJM ProAKSI Tingkat Dusun
Pertemuan ini dapat dilakukan bersamaan dengan pertemuan penyusunan rencana kegiatan PJM ProAKSi tingkat dusun. Jika disepakati dilakukan terpisah, maka tahap persiapan dan penyiapan materi untuk pembahasan sebaiknya dilakukan kembali untuk memastikan pertemuan berjalan dengan baik dan dihadiri oleh semua elemen masyarakat, terutama kelompok perempuan dan warga miskin.
LANGKAH / KEGIATAN TUJUAN URAIAN HASIL PELAKU
Prosedur Penentuan Prioritas Kegiatan
1. Penentuan Prioritas
Kegiatan Masyarakat dapatmenentukan prioritas kegiatan berdasarkan kebutuhan sesuai tingkat prioritas dan ketersediaan sumber daya
Pembahasan meliputi:
a. Penyepakatan prioritas rencana kegiatan PJM ProAKSi. Dalam menentukan prioritas sepakati terlebih dahulu kriterianya, biasanya kriteria diarahkan antara lain pada manfaat bagi warga miskin dan kebutuhan terpenting
b. Diskusikan kegiatan yang paling prioritas dan mendesak yang memungkinkan untuk didanai oleh program Pamsimas di tahun pertama.
c. Penting: Mengingat sumberdaya program Pamsimas terbatas,
keputusan akhir tentang rencana kegiatan mana yang akan didanai oleh program Pamsimas akan disepakati bersama dalam pertemuan pleno tingkat desa/kelurahan
d. Agar semua terlibat dalam penentuan prioritas, mintalah semua peserta untuk memilih rencana kegiatan sesuai dengan urutan
Daftar rencana kegiatan air minum, kesehatan dan sanitasi per Dusun untuk kurun waktu 5 (lima) tahun yang telah diurutkan berdasarkan prioritas Pemandu: LKM, perangkat Desa/Kelurahan, TFM Peserta: Masyarakat tingkat Dusun
LANGKAH / KEGIATAN TUJUAN URAIAN HASIL PELAKU
prioritas dan kemendesakan (misal: dengan menggunakan simbol angka 1 s.d 5, atau cara lain yang disepakati)
e. Hasil prioritas tersebut menjadi dasar untuk menentukan rencana kegiatan PJM ProAKSi tahun pertama, kedua, dan seterusnya. 2. Mengidentifikasi
sumberdaya yang diperlukan dan potensi yang ada
Masyarakat dapat
mengidentifikasi sumberdaya yang diperlukan dan potensi yang ada
Pembahasan meliputi:
a. Identifikasi sumberdaya, baik alam, dana maupun manuasia, dan potensi yang dibutuhkan untuk melaksanakan rencana kegiatan yang sudah disepakati.
b. Identifikasi sumberdaya dan potensi tidak sebatas pada apa yang ada di wilayah desa/kelurahan saja, tetapi juga sumberdaya yang ada di luar desa/kelurahan
c. Identifikasi sumber dana juga bisa dari berbagai sumber yang berpotensi untuk membiayai rencana program/kegiatan (misalnya: ADD, BLM berbagai program, DAK, LSM, swasta melalui CSR, dan lain-lain)
d. Sepakati pelaksana dan penanggungjawab rencana kegiatan yang telah disepakati
Daftar sumberdaya yang diperlukan untuk setiap rencana kegiatan dan juga penanggungjawabnya Pemandu: LKM, perangkat Desa/Kelurahan, TFM, Peserta: Masyarakat tingkat Dusun 3. Pemilihan OPSI Kegiatan Tahun Pertama
Masyarakat dapat memilih dan menentukan OPSI kegiatan untuk PJM ProAKSi tahun pertama.
Pembahasan meliputi:
a. Opsi kegiatan air minum (termasuk didalamnya kegiatan perlindungan daerah tangkapan atau sumber air)
b. Opsi sanitasi komunal untuk masyarakat peri-urban (jika ada)
c. Opsi kegiatan perubahan perilaku kesehatan
d. Opsi kegiatan pelatihan di tingkat masyarakat
e. Penting: keputusan akhir mengenai kegiatan mana yang akan
didanai oleh program Pamsimas akan disepakati bersama dalam pertemuan pleno tingkat desa/kelurahan
Opsi kegiatan air minum, sanitasi sekolah dan perubahan perilaku kesehatan masyarakat untuk tahun pertama dari PJM ProAKSi
Pemandu: LKM, perangkat
Desa/Kelurahan, TFM Peserta: Masyarakat tingkat Dusun
Prosedur Pemilihan Opsi Sarana Air Minum
LANGKAH / KEGIATAN TUJUAN URAIAN HASIL PELAKU
bersama LKM dan Satlak harus merangkum hasil penilaian tentang Kondisi dan Situasi Alam setempat (dari hasil RTA)
memungkinkan untuk ditawarkan kepada masyarakat
Mendapatkan berbagai temuan sumber air dan daerah tangkapannya
dan upaya perlindungan daerah tangkapan (sumber air) yang dapat ditawarkan kepada masyarakat. Opsi tersebut harus disesuaikan dengan kondisi dan potensi yang ada di setiap daerah.
tangkapan (sumber) air LKM dan Satlak
2. Menawarkan kepada masyarakat berbagai pilihan jenis sarana air minum yang
memungkinkan
Meningkatkan pemahaman masyarakat tentang berbagai opsi sarana air minum yang sesuai dengan kondisi dan potensi yang ada
TFM menjelaskan untung-ruginya masing-masing pilihan sarana air minum yang ditawarkan, khususnya penjelasan tentang biaya yang harus dikeluarkan untuk keperluan operasi dan pemeliharaan. Penjelasan meliputi pula 5 (lima) faktor yang mempengaruhi keberlanjutan sarana air minum yaitu: teknik, sosial, keuangan, kelembagaan dan lingkungan.
Masyarakat mendapatkan gambaran dan pertimbangan tentang opsi yang dapat mereka pilih Pemandu: TFM dan LKM Peserta : masyarakat 3. Memfasilitasi masyarakat untuk memilih opsi sarana air minum yang akan dibangun
Masyarakat dapat
menyepakati opsi sarana air minum terpilih
Berikan waktu yang cukup bagi masyarakat untuk menentukan jenis pilihan sarana air minum yang akan mereka sepakati untuk dibangun. Berikan 3 (tiga) prinsip kepada masyarakat untuk memilih opsi yaitu: sesuai dengan potensi alam, sesuai dengan kemampuan masyarakat memelihara dan sesuai dengan kebutuhan masyarakat. Penjelasan uraian hasil point 2 dapat digunakan sebagai rujukan
Opsi sarana air minum terpilih Pemandu: TFM, dan LKM Peserta: masyarakat 4. Memfasilitasi masyarakat mendiskusikan bagaimana opsi sarana air minum terpilih dapat meningkatkan derajat kesehatan masyarakat, serta tingkat pelayanannya Meningkatkan pemahaman masyarakat tentang
pentingnya sejumlah perilaku bagi kesehatan yang berhubungan dengan penggunaan air minum sehari-hari
Setelah opsi sarana air minum terpilih, masyarakat perlu untuk diberikan pemahaman bagaimana sarana air minum itu dapat meningkatkan derajat kesehatan mereka. Beberapa perilaku perlu disepakati bersama untuk dilakukan agar tujuan meningkatkan derajat kesehatan dapat tercapai, seperti: selalu menutup tempat
penampungan air di rumah, Air dimasak sebelum diminum, dan lain-lain
Kesepakatan masyarakat tentang perilaku yang harus dilakukan bersama agar derajat kesehatan dapat meningkat dan kesepakatan untuk kegiatan apa saja air dapat digunakan selain minum dan masak. Pemandu: TFM dan LKM , Sanitarian dan Bidan Desa Peserta: masyarakat 5. Memfasilitasi masyarakat untuk mendiskusikan aspek Meningkatkan pemahaman masyarakat tentang pentingnya melakukan
Masyarakat mendiskusikan tentang kegiatan-kegiatan untuk pemeliharaan sarana yang akan dibangun, siapa yang akan bertanggung jawab terhadap pemeliharaan dan bagaimana biaya
Kesepakatan tentang kegiatan
pemeliharaan dan pengelolaan Pemandu: TFM danLKM , Sanitarian dan Bidan Desa
LANGKAH / KEGIATAN TUJUAN URAIAN HASIL PELAKU
pemeliharaan dan
pengelolaan kegiatan pemeliharaan danpengelolaan sarana air minum guna kesinambungan sarana.
pemeliharaan dapat disediakan.
Peserta: masyarakat
Prosedur Pemilihan Opsi Sanitasi Komunal (untuk masyarakat peri-urban)
1. Merangkum hasil penilaian tentang situasi rumah penduduk (pengelompokan berapa rumah) dan ketersediaan lahan untuk pembangunan sanitasi komunal, (dari hasil RTA)
Mendapatkan pemetaan kelompok sasaran dan lokasi yang memungkinkan untuk direncanakan sanitasi komunal, serta pilihan komponen sistem sanitasi komunal
Berdasarkan hasil RTA yang telah dilakukan pada tahap IMAS, TFM merangkumnya hasil pemetaan kelompok sasaran dan lokasi yang direncanakan sanitasi komunal (menyangkut ketersediaan lahan) serta pilihan komponen sanitasi komunal.
Peta lokasi pilihan rencana penempatan sanitasi komunal (termasuk jumlah rumah yang dilayani) dan pilihan komponen sanitasi komunal
Daftar kelompok rumah yang dilayani sanitasi komunal
TFM LKM dan Satlak 2. Memfasilitasi masyarakat untuk menentukan berbagai pilihan penempatan sanitasi komunal dan kelompok rumah yang memungkinkan dilayani, serta pilihan system sanitasi komunal
Mendapatkan pemahaman tentang lokasi penempatan sanitasi komunal dan kelompok rumah yang akan dilayani , serta pilihan komponen-komponen sanitasi komunal (menyangkut kepadatan penduduk, ketersediaan lahan dan kepemilikan lahan)
TFM menjelaskan lokasi yang memungkinkan untuk penempatan sanitasi komunal serta pilihan komponen-komponen sanitasi komunal termasuk rencana operasi dan pemeliharaan.
Masyarakat mendapatkan pemahaman tentang pilihan komponen-komponen sanitasi komunal dan lokasi penempatan sanitasi komunal serta kelompok rumah yang akan dilayani termasuk operasional dan pemeliharaan setelah pasca konstruksi
Pemandu: TFM dan LKM Peserta : masyarakat 3. Memfasilitasi masyarakat untuk menentukan pilihan komponen-komponen sanitasi komunal dan lokasi penempatan
Masyarakat dapat menyepakati pilihan komponen sanitasi komunal dan lokasi penempatan sanitasi komunal serta kelompok rumah yang akan
Berikan waktu yang cukup bagi masyarakat untuk menentukan pilihan komponen-komponen sanitasi komunal , lokasi penempatan sanitasi komunal yang akan mereka sepakati untuk dibangun.
Berikan penjelasan kepada masyarakat ttg prinsip untuk penempatan lokasi yaitu: ketersediaan lahan dan kemampuan serta kemauan masyarakat memelihara dan sesuai dengan kebutuhan masyarakat.
Komponen-komponen sanitasi komunal terpilih
Lokasi penempatan sanitasi komunal berikut kelompok rumah yang akan dilayani (dalam bentuk peta)
Pemandu: TFM, dan LKM
LANGKAH / KEGIATAN TUJUAN URAIAN HASIL PELAKU
kelompok rumah yang memungkinkan dilayani
(menyangkut kepadatan penduduk, ketersediaan lahan dan kepemilikan lahan) 4. Memfasilitasi masyarakat untuk mendiskusikan aspek pemeliharaan dan pengelolaan Meningkatkan pemahaman masyarakat tentang pentingnya melakukan kegiatan pemeliharaan dan pengelolaan
Masyarakat mendiskusikan tentang kegiatan-kegiatan untuk pemeliharaan sarana yang akan dibangun, siapa yang akan bertanggung jawab terhadap pemeliharaan dan bagaimana biaya pemeliharaan dapat disediakan.
Kesepakatan tentang kegiatan
pemeliharaan dan pengelolaan Pemandu: TFM danLKM , Sanitarian Peserta: masyarakat
Prosedur Pemilihan Opsi Perubahan Perilaku Kesehatan di Masyarakat dan Sekolah
1. Memfasilitasi masyarakat hasil diskusi Alur Penularan Penyakit yang telah dilakukan pada tahapan IMAS
Mengingatkan masyarakat kembali tentang alur penularan penyakit diare dan perilaku penghambat yang telah dihasilkan pada proses sebelumnya
TFM memaparkan kembali hasil alur penularan penyakit diare dan penghambatnya yang dihasilkan masyarakat pada diskusi yang telah dilakukan pada tahap IMAS. Harapannya masyarakat akan ingat kembali apa yang telah didiskusikan sebelumnya karena hasil diskusi alur penularan penyakit yang akan menjadi bahan untuk diskusi Pemilihan Opsi Perubahan Perilaku Kesehatan
Masyarakat ingat dan dapat membahas kembali hasil alur penularan penyakit diare
Pemandu: TFM , Sanitarian, Bidan Desa Peserta: Masyarakat 2. Memfasilitasi masyarakat untuk menilai sejumlah perilaku kesehatan dari aspek kemudahan dan keefektifan.
Mendapatkan daftar perilaku yang mudah dilakukan dan efektif bagi pencegahan penyakit diare menurut masyarakat
Yang dimaksud dengan aspek kemudahan adalah perilaku mana saja yang mudah dilakukan dan yang sulit dilakukan oleh masyarakat. Sementara dari aspek keefektifan adalah memilah perilaku mana saja yang efektif dan tidak efektif dalam pencegahan penyakit berbasis air dan lingkungan
Daftar perilaku kesehatan dari aspek kemudahan dan kefektifan beserta alasannya. Pemandu: TFM, LKM Peserta: Masyarakat 3. Memfasilitasi masyarakat untuk menyepakati perilaku yang akan dikembangkan.
Masyarakat mampu memilih opsi kegiatan dalam melakukan perubahan perilaku kesehatan (SBS dan CTPS)
Berdasarkan hasil kegiatan sebelumnya masyarakat difasilitasi untuk menyepakati kegiatan-kegiatan terkait perilaku kesehatan yang akan dilakukan oleh masyarakat sendiri. Kegiatan ini memerlukan intervensi dari program sehingga akan dimasukkan dalam RKM. Asumsinya adalah perilaku-perilaku kegiatan-kegiatan tersebut mudah dilakukan dan dapat dikembangkan sendiri oleh masyarakat tanpa intervensi oleh program.
Daftar kegiatan yang akan dimuat dalam RKM, dan daftar perilaku kesehatan (melalui SBS dan CTPS) yang disepakati untuk
dikembangkan oleh masyarakat dan sekolah secara mandiri.
Pemandu: TFM dan LKM
Peserta: Masyarakat
Prosedur Pemilihan Opsi Pelatihan Tingkat Masyarakat
LANGKAH / KEGIATAN TUJUAN URAIAN HASIL PELAKU
masyarakat untuk mengidentifikasi jenis pelatihan yang pernah diterima terkait Program SAM/Kes/San
pelatihan yang pernah diterima masyarakat dan manfaat dari pelatihan tersebut sebagai potensi untuk kegiatan pelatihan selanjutnya
masyarakat dalam menentukan jenis pelatihan yang dibutuhkan
selanjutnya. yang pernah diterima sebelumnya LKM
Peserta: Masyarakat 2. Memfasilitasi masyarakat menentukan jenis-jenis pelatihan yang dibutuhkan Mengidentifikasi jenis-jenis pelatihan yang dibutuhkan masyarakat berkenaan dengan pelaksanaan program PAMSIMAS
Teridentifikasinya jenis-jenis pelatihan yang dibutuhkan masyarakat
meliputi aspek teknis, organisasi, manajemen finansial, dan kesehatan Daftar jenis pelatihan yangdibutuhkan masyarakat Pemandu: TFM danLKM Peserta: Masyarakat 3. Memfasilitasi
masyarakat menentukan jumlah dan nama orang yang akan diikutsertakan dalam pelatihan
Mengidentifikasi perwakilan masyarakat yang akan ikutserta dalam pelatihan sesuai dengan kebutuhan
Pastikan bahwa perempuan dan laki-laki serta kelompok kaya dan miskin terlibat secara adil dalam menentukan jumlah orang yang akan dilatih. Minta masyarakat untuk menggunakan Peta Sosial untuk mempermudah identifikasi orang yang akan dilatih tersebut, bila perlu tandai pada peta sosial rumah orang yang akan dilatih. Sehingga dengan mudah dapat dilihat tentang kesetaraan kemiskinan pada pelatihan, disamping kesetaraan pada gender
Daftar jumlah dan nama peserta
masing-masing jenis pelatihan Pemandu: TFM danLKM Peserta: Masyarakat
4. Bersama Masyarakat mendiskusikan hasil penilaian kebutuhan pelatihan pada aspek kesetaraan gender dan stereotipe yang mungkin muncul.
Meningkatkan pemahaman dan kesadaran masyarakat tentang kesetaraan gender
Diskusi difokuskan pada aspek kesetaraan gender, sebagai contoh: perempuan biasanya hanya akan mendapatkan pelatihan tentang kesehatan dengan anggapan tidak mungkin untuk dilatih tentang teknis. Kemudian diskusikan pula apa yang dibutuhkan untuk merubah pandangan tersebut sehingga akan ada keseimbangan dalam jumlah antara laki-laki dan perempuan dalam setiap jenis pelatihan.
Keseimbangan dalam jumlah antara
laki-laki dan perempuan Pemandu: TFM danLKM Peserta: Masyarakat
Pilihan opsi teknologi, pelaksanaan konstruksi, pengoperasian dan pemeliharaan Sarana Sanitasi Komunal secara lebih rinci dapat dilihat dalam Manual Teknis Sanitasi Komunal untuk perkotaan/Pinggiran Perkotaan
5.3
PERTEMUAN PLENO TINGKAT DESA/KELURAHAN MEMBAHAS PJM PROAKSI DAN OPSI
Tabel 5.3 Prosedur Pertemuan Pleno Tingkat Desa/Kelurahan Membahas PJM ProAKSI dan Opsi
LANGKAH / KEGIATAN TUJUAN URAIAN HASIL PELAKU
1. Persiapan Mempersiapkan hal-hal yang terkait dengan pertemuan pleno PJM ProAKSi dan Opsi
Tahap persiapan meliputi:
a. Menentukan siapa yang akan diundang dan cara mengundang
b. Menentukan waktu dan tempat pelaksanaan
c. Penyiapan materi berupa kompilasi hasil rembug dusun
d. Penyiapan Lembar isian review dokumen RPJMDes
Perwakilan dusun, harus termasuk kelompok perempuan dan warga miskin, perwakilan dari Kecamatan dan Kabupaten/Kota (DPMU) hadir dalam pertemuan pleno PJM ProAKSi dan Opsi
Pemandu: TFM
Peserta: LKM dan perangkat Desa/Kelurahan
2. Peninjauan kembali Dokumen Perencanaan Desa (RPJM-DESA) dan rencana usulan dari dusun yang akan dituangkan dalam PJM-proAksi
Memastikan tidak adanya tumpang tindih
perencanaan RPJM-Desa
a. Melihat kembali Dokumen Perencanan desa/RPJMDes Khususnya berkaitan dengan rencana AMPL desa b. Menilai dan membandingkan apakah usulan dalam
PJM ProAKSi sudah termuat dalam dokumen RPJM Desa
c. Penyusunan PJM-ProAksi tingkat desa
PJM-ProAksi desa Pemandu TFM, Kades/Lurah Peserta ; LPMD/K, LKM,, perwakilan dusun
3. Pleno Opsi dan prioritas
kegiatan tahun pertama Menyepakati kegiatantahun pertama yang akan menjadi masukan untuk penyusunan Rencana Kerja Masyarakat (RKM) yang akan dibiayai oleh BLM program Pamsimas
Pembahasan meliputi:
a. Penyepakatan rencana kegiatan tahun pertama PJM ProAKSi yang akan didanai oleh program Pamsimas
b. Sepakati kriteria penentuan kegiatan tahun pertama, biasanya kriteria diarahkan antara lain pada manfaat bagi warga miskin dan kemendesakan
c. Daftar seluruh kegiatan tahun pertama PJM proAKSi dari semua dusun dalam kertas plano, penentuan rencana kegiatan tahun pertama yang akan dibiayai oleh program Pamsimas bisa dilakukan dengan cara memilih, musyawarah mufakat atau cara lain yang disepakati
d. Jika diperlukan, TKKc, TKK atau perwakilan DPMU bisa menjadi narasumber agar penyepakatan rencana kegiatan tahun pertama merupakan konsensus bersama
e. Catatan: jika kegiatan yang prioritas dan mendesak
melebihi sumberdaya yang tersedia dari program
Kegiatan tahun pertama yang PJM ProAKSi yang akan menjadi masukan untuk penyusunan RKM
Pemandu: LKM, perangkat Desa/Kelurahan, TFM Peserta: Perwakilan masyarakat dusun, Tim Teknis Kecamatan, DPMU dan TKK
LANGKAH / KEGIATAN TUJUAN URAIAN HASIL PELAKU
Pamsimas, diskusikan dengan perwakilan yang ada kemungkinan untuk difasilitasi oleh pihak kecamatan, kab/kota
4. Pleno PJM ProAKSi Menyepakati rencana kegiatan PJM ProAKSi untuk kurun waktu 5 tahun
Pembahasan meliputi:
a. Penyepakatan jadwal kegiatan PJM ProAKSi yang akan dilakukan di tahun pertama (mengacu pada pleno OPSI), tahun kedua, ketiga dan seterusnya.
b. Menentukan waktu dan tempat pelaksanaan
c. Pihak desa/kelurahan memberikan tanggapan dan didorong untuk menyatakan komitmen agar PJM ProAKSi bisa masuk/sinkron dengan RPJM Desa/kelurahan
d. Pihak kecamatan dan kab/kota juga dimintakan tanggapan untuk memfasilitasi keberlanjutan pengembangan kegiatan air minum, sanitasi dan kesehatan sesuai dengan rencana PJM ProAKSi
PJM ProAKSi untuk kurun waktu 5 tahun
Berita Acara pembahasan PJM ProAKSi (PT.2.04)
Pemandu: LKM, perangkat Desa/Kelurahan, TFM Peserta: Perwakilan masyarakat dusun, Tim Teknis Kecamatan, DPMU dan TKK
Format dokumen PJM ProAKSi dapat dilihat dalam “Buku Kumpulan Format Program Pamsimas” dengan kode PT. 2-05. Mekanisme pelibatan masyarakat miskin, kaum perempuan, dan masyarakat adat adalah bagian dari upaya menjamin kesetaraan sosial, yang selengkapnya dapat dilihat dalam ketentuan pengamanan sosial dalam “Buku Petunjuk Teknis
BAB 6. PENYUSUNAN RENCANA
KERJA MASYARAKAT (RKM)
6.1 KETENTUAN
UMUM
1. RKM merupakan usulan kegiatan program Pamsimas yang merupakan implementasi PJM ProAKSi tahun pertama.
2. RKM yang disusun harus berdasarkan opsi kegiatan yang telah disepakati oleh masyarakat.
3. RKM disusun oleh Satlak Pamsimas bersama-sama dengan masyarakat, difasilitasi oleh TFM.
4. Konsultan Tingkat Kabupaten/Kota (Teknik SAMS, Higiene dan Kesehatan, dan Pemberdayaan Masyarakat) memberikan bantuan teknis dalam proses penyusunan RKM, serta bertanggungjawab terhadap kualitas perencanaan dalam dokumen RKM. 5. Dokumen RKM terdiri dari 2 buku, yaitu: (1) Buku I Laporan Hasil Identifikasi Masalah
dan Analisis Situasi dan Penyusunan PJM ProAKSi, dan (2) Buku II Rencana Kerja Masyarakat.
6. Sistematika Penulisan Buku I Laporan Hasil Identifikasi Masalah dan Analisis Situasi dan Penyusunan PJM ProAKSi, yaitu:
a) Sampul Buku
b) Lembar Pengesahan c) Kata Pengantar d) Daftar Isi
e) Bab 1. Pendahuluan
f) Bab 2. Hasil Identifikasi Masalah dan Analisis Situasi
g) Bab 3. Proses Pemicuan Perubahan Perilaku Buang Air Besar (CLTS)
h) Bab 4. Hasil Pembentukan Lembaga Keswadayaan Masyarakat (LKM) dan Satuan Pelaksana (Satlak) Pamsimas