KATA SAMBUTAN
Banyak masyarakat miskin di pedesaan yang belum mendapatkan air bersih yang layak. Selain itu adalah masyarakat di wilayah pinggiran kota (peri-urban) yang mana masyarakatnya berpenghasilan rendah, pemukiman dan lingkungannya rawan serta tidak/belum tersedianya sarana sanitasi yang layak. Air bersih yang layak tersebut adalah layak secara kualitas maupun layak secara kuantitas. Kebutuhan air itu sudah sepantasnya dapat terpenuhi. Dan upaya penyediaan air minum di masyarakat harus sejalan dengan penanganan kesehatan dan sanitasinya.
Melalui Program Penyediaan Air Minum dan Sanitasi berbasis Masyarakat (Pamsimas), pemerintah berupaya untuk (i) meningkatkan jumlah masyarakat pedesaan dan peri-urban untuk mendapatkan akses air minum, kesehatan dan sanitasi, (ii) mengurangi jumlah penduduk terserang penyakit diare dan penyakit lainnya yang ditularkan melalui air dan lingkungan, serta (iii) meningkatkan kemampuan sumberdaya manusia pemerintah daerah dan masyarakat dalam pelaksanaan maupun penanganan pasca proyek. Sehingga, pada akhirnya pencapaian target MDGs bidang air minum, dan penyehatan lingkungan (AMPL) dapat terwujud.
Program Pamsimas dilaksanakan di 15 provinsi. Dan merupakan program lintas kementerian: Bappenas, Kementerian Pekerjaan Umum, Kementerian Kesehatan, Kementerian Dalam Negeri, dan Kementerian Keuangan. Koordinasi lintas kementerian di tingkat pusat maupun daerah sangat penting.
Oleh karena itu, amat perlu adanya Buku Pedoman maupun Petunjuk Pelaksanaan Program Pamsimas, yang dapat menjadi acuan dalam menjalankan seluruh kegiatan. Semoga dengan Buku Pedoman dan Buku Petunjuk Teknis yang cukup lengkap ini dapat memberikan arahan pada seluruh siklus kegiatan Pamsimas; baik dalam hal peran masyarakat dalam perencanaan, pelaksanaan, mampu melaksanakan pengoperasian, sampai dengan pemeliharaan sarana air minum dan sanitasi yang sehat.
Jakarta, Pebruari 2012
Direktur Jenderal Cipta Karya,
Budi Yuwono P. NIP.110020173
KATA PENGANTAR
Air sebagai kebutuhan utama kehidupan, seharusnya dapat terpenuhi secara kualitas maupun kuantitas. Namun masih banyak masyarakat miskin di Indonesia yang belum mendapatkan air bersih yang layak. Program Pamsimas adalah program andalan Pemerintah di dalam penyediaan air bersih dan sanitasi berbasis masyarakat bagi masyarakat miskin di pedesaan.
Sejak 2008 Pamsimas dilaksanakan, dampaknya positif bagi masyarakat desa yang tersebar di 15 provinsi. Sebagai program stimulan dengan pendekatan berbasis masyarakat, program Pamsimas menempatkan masyarakat sebagai pelaku utama dan sekaligus sebagai penanggungjawab pelaksanaan kegiatan. Agar lancar dan dapat dipertanggungjawabkan, maka diperlukan Buku Pedoman dan Petunjuk Teknis. Buku-buku ini merupakan penyempurnaan buku-buku tahun lalu, dan banyak manfaat dapat dipetik, antara lain:
· Mengendalikan program termasuk penilaian kinerja pendampingan masyarakat dalam pembuatan semua bentuk dokumen program Pamsimas
· Panduan kerja pengendalian mutu pelaksanaan pendampingan masyarakat dalam hal pembuatan segala bentuk dokumen terkait program Pamsimas
· Memantau dan evaluasi proses pendampingan masyarakat untuk membuat semua pelaporan dan pertanggungjawaban
· Panduan untuk memfasilitasi masyarakat dalam membuat segala jenis dokumen dalam kegiatan program Pamsimas
· Memahami secara menyeluruh segala bentuk pelaporan dan pertanggungjawaban di tingkat masyarakat
· Memastikan semua pelaporan dan pertanggungjawaban dapat dibuat oleh masyarakat dan memuat informasi yang benar
Dengan demikian diharapkan seluruh aspek kegiatan di tingkat masyarakat dapat berjalan dengan baik. Masyarakat dapat menikmati air bersih dan sanitasi yang layak sepanjang massa dalam pengelolaan yang berkelanjutan.
Jakarta, Pebruari 2012
DAFTAR ISI
Hal
KATA SAMBUTAN... . i
KATA PENGANTAR... ii
DAFTAR ISI... iii
DAFTAR TABEL... vi
DAFTAR GAMBAR... vi
DAFTAR SINGKATAN... vii
BAB 1. PERIHAL PEDOMAN ... 1
1.1 Mengapa Diperlukan Pedoman ... 1
1.2 Siapa Pengguna Buku Pedoman ... 1
1.3 Sistematika Buku Pedoman ... 2
Bab 2. Pendahuluan ... 4
2.1 Latar Belakang ... 4
2.2 Tujuan dan Sasaran ... 4
2.2.1 Tujuan ... 4
2.2.2 Sasaran ... 5
2.3 Strategi dan Pendekatan ... 5
2.4 Konteks PNPM ... 6
Bab 3. Ketentuan Umum ... 7
3.1 Kriteria Lokasi ... 7
3.2 Penerima Manfaat ... 9
3.3 Komponen Program ... 9
3.3.1 Pemberdayaan Masyarakat dan Pengembangan Kelembagaan Lokal ... 9
3.3.2 Peningkatan Perilaku Hidup Sehat dan Pelayanan Sanitasi ... 10
3.3.3 Penyediaan Sarana Air Minum dan Sanitasi Sekolah ... 10
3.3.4 Insentif Desa/Kelurahan dan Kabupaten/Kota ... 11
3.4 Bantuan Program Untuk Masyarakat ... 12
3.4.1 Bantuan Teknis ... 12
3.4.2 Bantuan Dana ... 12
3.5 Indikator Keberhasilan Di Tingkat Masyarakat ... 13
3.6 Garis Besar Siklus Kegiatan Di Tingkat Masyarakat ... 14
Bab 4. Organisasi Pelaksana Program ... 16
4.1 Struktur Organisasi Pelaksanaan Pamsimas ... 16
4.2 Distribusi Peran Pelaku ... 16
4.2.1 Tingkat Desa dan Masyarakat ... 16
4.2.2 Tingkat Kecamatan ... 17
4.2.3 Tingkat Kabupaten/Kota ... 20
Bab 5. Perencanaan Program ... 22
5.1 Identifikasi Masalah dan Analisis Situasi ... 22
5.2 Pemicuan Perubahan Perilaku Masyarakat... 23
5.3 Pertemuan Pleno Desa/Kelurahan Membahas Hasil Identifikasi Masalah dan Analisis Situasi ... 24
5.4 Pengorganisasian Masyarakat dan Pembentukan Lembaga Keswadayaan Masyarakat ... 24
5.5 Penyusunan Perencanaan Jangka Menengah Program Air Minum, Kesehatan, dan Sanitasi (PJM Proaksi) ... 25
5.5.1 Penyusunan Rencana Kegiatan PJM Proaksi ... 25
5.5.2 Pemilihan Opsi Kegiatan PJM Proaksi Tahun Pertama ... 26
5.6 Pertemuan Pleno Tingkat Desa/Kelurahan Membahas PJM Proaksi ... 27
5.7 Penyusunan Dokumen RKM ... 28
5.8 Pertemuan Pleno Tingkat Desa/Kelurahan Membahas RKM ... 29
5.9 Pengajuan, Verifikasi, dan Persetujuan RKM ... 29
BAB 6. PELAKSANAAN PROGRAM ... 31
6.1 Tahap Pencairan Dana Bantuan Langsung Masyarakat (BLM) ... 31
6.1.1 Tahapan dan Persyaratan Pencairan BLM APBD ... 32
6.1.2 Tahapan dan Persyaratan Pencairan BLM APBN ... 32
6.1.3 Mekanisme Penggunaan Dana ... 33
6.1.4 Pembukuan Penggunaan Dana ... 35
6.1.5 Pertanggungjawaban Pengelolaan Dana... 35
6.2 Tahap Pelaksanaan Kegiatan ... 36
6.2.1 Implementasi RKM I ... 36
6.2.2 Implementasi RKM II ... 37
6.3 Penyelesaian Pelaksanaan Kegiatan ... 38
6.3.1 Pembuatan Dokumen Penyelesaian Pekerjaan ... 39
6.3.2 Laporan Realisasi Fisik dan Biaya ... 40
BAB 7. PENGOPERASIAN DAN PEMELIHARAAN ... 41
7.1 Organisasi Badan Pengelola ... 41
7.1.1 Fungsi dan Tugas Badan Pengelola ... 41
7.1.2 Struktur Organisasi Badan Pengelola ... 42
7.1.3 Pengaturan Badan Pengelola ... 42
7.1.4 Pembiayaan Badan Pengelola ... 43
7.2 Tata Kelola Pengoperasian dan Pemeliharaan ... 43
7.2.1 Pemanfaatan ... 43
7.2.2 Pengelolaan ... 44
7.2.3 Pengembangan ... 45
BAB 8. KEBERLANJUTAN PROGRAM... 47
8.1 Pengukuran Capaian Program ... 47
8.2 Penguatan Kelembagaan BP-SPAMS ... 47
8.3 Asosiasi BP-SPAMS ... 48
8.4 Sinkronisasi Hasil Perencanaan Masyarakat dengan Perencanaan di Tingkat Desa ... 48
8.5 Kemitraan ... 49
BAB 9. PEMANTAUAN, EVALUASI, DAN PELAPORAN ... 50
9.1 Pemantauan ... 50
9.2 Evaluasi ... 53
9.3 Penanganan Pengaduan Masyarakat (PPM) ... 56
9.4 Pelaporan ... 56
LAMPIRAN
· Peran, Tugas dan Tanggung Jawab Pelaku Program Pamsimas ... 57DAFTAR TABEL
Tabel 1.1. Pengguna dan Manfaat Penggunaan Pedoman ... 1
Tabel 5.1. Proporsi Pembiayaan RKM (I dan II) ... 28
Tabel 9.1 Indikator Pencapaian Kinerja Program Pamsimas ... 54
DAFTAR GAMBAR
Gambar 1.1. Struktur Pedoman Program Pamsimas ... 3Gambar 3.1. Bagan Alur Pemilihan Lokasi Pamsimas ... 9
Gambar 3.2. Siklus Kegiatan Pamsimas di Tingkat Masyarakat ... 15
Gambar 4.1. Struktur Organisasi Pelaksana Pamsimas ... 19
Gambar 6.1. Diagram Sumber Pendanaan Kegiatan Pamsimas ... 31
DAFTAR SINGKATAN
AMPL : Air Minum dan Penyehatan Lingkungan
APBD : Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah
APBN : Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara
BABS : Buang Air Besar Sembarangan
BAPPD : Berita Acara Permintaan Pencairan Dana
BKM : Badan Keswadayaan Masyarakat
BLM : Bantuan Langsung Masyarakat
BOP : Biaya Operasional Proyek
BPD : Badan Perwakilan Desa
BPKP : Badan Pengawas Keuangan dan Pembangunan
CMAC : Central Management Advisory Consultant
CPIU : Central Project Implementation Unit
CPMU : Central Project Management Unit
TKK : Tim Koordinasi Kab/Kota
DIPA : Daftar Isian Pelaksanaan Anggaran
TFM : Tim Fasilitator Masyarakat
FGD : Focused Group Discussion / Diskusi Kelompok Terarah
IMAS : Identifikasi Masalah dan Analisis Situasi
KPPN : Kantor Pelayanan Perbendaharaan Negara
LKM : Lembaga Keswadayaan Masyarakat
ODF : Open Defecation Free
PAMSIMAS : Penyediaan Air Minum dan Sanitasi Berbasis Masyarakat
TKP : Tim Koordinasi Provinsi
PHLN : Pinjaman/ Hibah Luar Negeri
PMAC : Provincial Management Advisory Consultant
PPh : Pajak Penghasilan
PPK : Pejabat Pembuat Komitmen
PPM : Pengelolaan Pengaduan Masyarakat
PPN : Pajak Pertambahan Nilai
RAD : Rencana Aksi Daerah
RKM : Rencana Kerja Masyarakat
RKPD : Rencana Kerja Pembangunan Daerah
RPJM : Rencana Pembangunan Jangka Menengah
Renstra SKPD : Rencana Strategis Satuan Kerja Perangkat Daerah
Satker : Satuan Kerja
SBS : Stop Buang Air Besar Sembarangan
SIM : Sistem Informasi Manajemen
POB : Prosedur Operastional Baku
SPK : Surat Perjanjian Kerja
SPM : Surat Perintah Membayar
SPP : Surat Permintaan Pembayaran
SPPB : Surat Perjanjian Pemberian Bantuan
SP2D : Surat Perintah Pencairan Dana
TKKc : Tim Koordinasi Kecamatan
TKM : Tim Kerja Masyarakat
UPK : Unit Pengelola Keuangan
UKT-SAMS : Unit Kerja Teknis Air Minum dan Sanitasi
UKT-Kes : Unit Kerja Teknis Kesehatan
BAB 1. PERIHAL PEDOMAN
1.1 MENGAPA DIPERLUKAN PEDOMAN
Program Pamsimas yang bersifat nasional dengan melibatkan berbagai unsur dan pihak dengan para pelaku yang berbeda baik dari segi kedudukan dan pengetahuan, jelas dalam pelaksanakaan memerlukan pedoman.
Sekurang-kurangnya ada empat hal yang dibutuhkan dari pedoman agar tercapai hal-hal sebagai berikut:
a) Ada kesamaan pandang antara pelaku Pamsimas di berbagai tataran mengenai apa yang harus dilakukan, apa yang tidak boleh dilakukan, dan apa yang harus dicapai oleh program.
b) Ada tuntunan bagi para pelaku Pamsimas dalam melaksanakan kegiatan Pamsimas di desa/kelurahan.
c) Ada baku mutu dari hasil kerja Pamsimas di berbagai desa/kelurahan sehingga memudahkan untuk dilakukan evaluasi secara nasional untuk menentukan apakah program berhasil atau tidak.
d) Memudahkan replikasi atau adopsi oleh para pelaku yang berbeda.
1.2 SIAPA PENGGUNA BUKU PEDOMAN
Secara umum Pedoman ini diperuntukkan bagi para pelaku pelaksana Pamsimas terutama Fasilitator Masyarakat, LKM dan Badan Pengelola. Secara rinci pengguna pedoman dan manfaat masing-masing dapat dilihat pada Tabel 1.1.
Tabel 1.1. Pengguna dan Manfaat Penggunaan Pedoman
Pengguna Manfaat
Warga masyarakat dan
Kelompok-Kelompok Masyarakat · Memahami berbagai peluang yang ditawarkan Pamsimas· Memahami berbagai aturan main yang harus diikuti dalam pelaksanaan Pamsimas
· Membangun kontrol sosial Organisasi masyarakat (LKM,
Satlak Pamsimas, Badan Pengelola, dsb)
· Memberikan pelayanan yang lebih baik kepada warga dan kelompok masyarakat
Pengguna Manfaat
Pengelola Program (Pimpinan dan
Staf) · Memahami secara menyeluruh program Pamsimas· Merencanakan pelaksanaan program
· Mengendalikan program termasuk penilaian kinerja pelaksanaan program Konsultan Pelaksana · Panduan kerja pengendalian mutu pelaksanaan program
· Menyusun strategi dan rencana kerja pelaksanaan program · Memantau dan evaluasi kemajuan program
· Acuan untuk melakukan perbaikan dan/atau perubahan Buku Pedoman Fasilitator · Menyusun rencana kerja pelaksanaan kegiatan program di desa/kelurahan
· Panduan kerja pendampingan masyarakat dan para pemangku kepentingan di desa/kelurahan
· Pengendalian mutu pekerjaan
Pemerintah Pusat · Memahami secara menyeluruh program Pamsimas
· Masukan kebijakan dalam rangka integrasi dan koordinasi serta
mengembangkan kebijakan penanggulangan kemiskinan pada umumnya dan khususnya pengembangan layanan air minum dan sanitasi
berkelanjutan Pemerintah Daerah (Provinsi,
Kota/Kabupaten) · Memahami secara menyeluruh program Pamsimas· Menciptakan kesinambungan program · Membangun jaringan kerjasama di tingkat pelaksanaan · Acuan untuk replikasi dan adopsi program Pamsimas Para Pemeduli · Melakukan kontrol sosial
· Melakukan advokasi · Membangun sinergi
· Membangun jaringan kelembagaan
Anggota Legislatif · Memahami secara menyeluruh program Pamsimas · Acuan pengembangan kebijakan
1.3 SISTEMATIKA BUKU PEDOMAN
Secara umum Pedoman Pamsimas mengacu kepada Pedoman Nasional PNPM Mandiri yang merupakan induk dari berbagai buku pedoman PNPM, Pamsimas adalah bagian dari program PNPM Pendukung.
Program Pamsimas memiliki dua buku Pedoman Pelaksanaan, yaitu:
a) Pedoman Pelaksanaan Pamsimas di Tingkat Masyarakat, yang terutama diperuntukkan bagi pelaku dan pelaksana Pamsimas di tingkat masyarakat seperti LKM, Satlak, Badan Pengelola, dan Fasilitator Masyarakat.
b) Pedoman Pengelolaan Program, yang terutama diperuntukkan bagi pelaku dan pengelola Pamsimas di tingkat Pemerintah (Pusat, Propinsi, dan Kabupaten/Kota).
Kedua Pedoman tersebut bersifat umum yang menjelaskan ketentuan dan garis besar tata cara pelaksanaan dan pengelolaan program. Penjelasan lebih lanjut dari kedua Pedoman tersebut diuraikan dalam Petunjuk Teknis (Juknis) dan jika diperlukan dalam Pedoman Operasional Baku (POB). Secara rinci susunan buku pedoman terkait dengan pelaksanaan Pamsimas dapat dilihat di Gambar 1.1.
Gambar 1.1. Struktur Pedoman Program Pamsimas
Pedoman Umum PNPM Pedoman Pengelolaan Program Pamsimas Pedoman Pelaksanaan Pamsimas di Tingkat Masyarakat Petunjuk Teknis
Prosedur Operasi Baku (sesuai kebutuhan)
Dokumen Apraisal Proyek
BAB 2. PENDAHULUAN
2.1 LATAR BELAKANG
Program Pamsimas (Penyediaan Air Minum dan Sanitasi Berbasis Masyarakat) merupakan salah satu program PNPM Mandiri Pendukung dalam rangka menciptakan masyarakat hidup bersih dan sehat melalui penyediaan pelayanan air minum dan sanitasi berbasis masyarakat dimana masyarakat peserta program berperan sebagai pelaku utama dan penentu dalam seluruh proses persiapan, perencanaan, pelaksanaan dan pemeliharaan. Proses yang mengajak masyarakat dalam menemukenali berbagai persoalan dan penyakit terkait dengan air dan sanitasi dan kemudian dibimbing untuk melakukan berbagai langkah pencegahannya termasuk menyiapkan sarana yang dibutuhkan seperti air minum dan sanitasi akan membangun kesadaran dan kapasitas masyarakat untuk hidup bersih dan sehat yang pada gilirannya akan meningkatkan derajat kesehatan masyarakat terutama menurunkan angka penyakit diare dan penyakit lain yang ditularkan melalui air dan lingkungan yang akhirnya akan tercipta hidup bersih dan sehat. Oleh sebab itu kegiatan program Pamsimas mencakup pemberdayaan masyarakat dan pengembangan kelembagaan lokal; peningkatan perilaku hidup bersih dan sehat; penyediaan sarana air minum dan sanitasi umum; pengembangan kapasitas pelaku Pamsimas melalui promosi, pelatihan, lokakarya, dan bimbingan teknis.
Di sisi lain program Pamsimas ini meliliki keunikan tersendiri dalam pendekatannya; ditingkat nasional program ini menganut pendekatan berbasis tupoksi (tugas pokok dan fungsi), sehingga program Pamsimas dikelola oleh inter Kementerian yaitu Bappenas, Kementerian Dalam Negeri, Kementerian Kesehatan dan Kementerian Pekerjaan Umum. Sedangkan di tingkat desa/kelurahan program ini menganut pendekatan berbasis masyarakat dimana masyarakat sebagai pelaku utama pembangunan.
2.2 TUJUAN DAN SASARAN
2.2.1 TujuanTujuan program Pamsimas adalah terciptanya masyarakat yang berperilaku hidup bersih dan sehat melalui peningkatan akses masyarakat miskin perdesaan dan pinggiran kota terhadap pelayanan air minum dan sanitasi.
Secara lebih rinci program Pamsimas bertujuan untuk:
a) Meningkatkan praktik hidup bersih dan sehat dari masyarakat peserta program; b) Meningkatkan akses masyarakat di lokasi program terhadap pelayanan air minum
dan sanitasi yang berkelanjutan dan dikelola secara efektif;
c) Meningkatkan kapasitas masyarakat dan kelembagaan lokal dalam penyelenggaraan layanan air minum dan sanitasi berbasis masyarakat;
d) Meningkatkan komitmen dan efektifitas pemerintah dalam penyediaan layanan air minum dan sanitasi yang berkelanjutan.
2.2.2 Sasaran
Sasaran program adalah masyarakat, terutama kelompok miskin di perdesaan dan pinggiran kota yang memiliki prevalensi penyakit terkait air yang tinggi dan belum mendapatkan akses layanan air minum dan sanitasi, mendapatkan layanan air minum dan sanitasi dan terbangun budaya hidup bersih dan sehat.
2.3 STRATEGI DAN PENDEKATAN
Untuk mencapai tujuan program Pamsimas, strategi dasar yang diterapkan adalah melalui pembangunan pelayanan air minum dan sanitasi dengan mendudukkan masyarakat sebagai pelaku utama agar tercipta budaya hidup bersih dan sehat. Strategi tersebut dilakukan dengan prinsip dan pendekatan sebagai berikut:
l Berbasis Masyarakat; artinya program Pamsimas menempatkan masyarakat sebagai pengambil keputusan utama dan penanggung jawab kegiatan dan pengelolaan sarana air minum dan sanitasi.
l Partisipatif; artinya seluruh masyarakat, miskin-kaya; perempuan-laki-laki, menjadi pelaku utama dan terlibat secara aktif dalam seluruh tahapan kegiatan Pamsimas.
l Tanggap Kebutuhan; artinya program Pamsimas menempatkan kebutuhan1 masyarakat sebagai faktor utama dalam pengambilan keputusan, termasuk di dalamnya pendanaan; dengan memberikan pilihan yang terinformasikan dan hak bersuara dalam setiap tahapan kegiatan.
l Kesetaran Gender; artinya program Pamsimas memberikan kesempatan yang sama kepada perempuan, seperti halnya laki-laki, untuk mengambil keputusan, berpartisipasi aktif dalam semua kegiatan dan bertanggung jawab terhadap pengelolaan sarana air minum dan sanitasi.
l Keberpihakan pada Masyarakat Miskin; artinya program Pamsimas menempatkan masyarakat miskin sebagai sasaran utama penerima manfaat program.
l Keberlanjutan; artinya sarana terbangun dan perubahan perilaku dapat memberikan pelayanan dan manfaat secara menerus dengan mempertimbangkan kelayakan teknis, pembiayaan, kelembagaan, kesetaraan sosial dan pelestarian lingkungan.
l Transparansi dan Akuntabilitas; artinya pelaksanaan kegiatan dan pengelolaan sarana harus dilakukan secara terbuka dan dapat dipertanggungjawabkan. Seluruh lapisan dan pelaku terkait berhak untuk mendapatkan informasi secara akurat dan terpercaya.
l Berbasis Nilai; artinya penyelenggaraan kegiatan dilakukan dengan berlandaskan pada nilai-nilai mulia seperti kejujuran dan dapat dipercaya.
2.4 KONTEKS PNPM
Sebagai PNPM Mandiri Pendukung maka Program Pamsimas akan selalu melakukan harmonisasi dengan program PNPM Mandiri (Perdesaan dan Perkotaan), khususnya dalam memanfaatkan kelembagaan kepemimpinan masyarakat LKM dan Keberpihakan pada Masyarakat Miskin. Dengan demikian, hasil-hasil PNPM Mandiri yang harus menjadi acuan bagi program Pamsimas adalah dewan kepemimpinan masyarakat (dewan amanah) yang secara generik disebut LKM (Lembaga Keswadayaan Masyarakat) dan kerangka program yang terkait dengan penanggulangan kemiskinan.
BAB 3. KETENTUAN UMUM
3.1 KRITERIA LOKASI
Desa/Kelurahan yang berhak menerima program Pamsimas adalah yang memiliki kriteria sebagai berikut:
1) Indeks kemiskinan tinggi;
2) Akses terhadap sarana air minum dan sanitasi rendah; 3) Tingkat (prevalensi) penyakit diare/terkait air tinggi;
4) Belum mendapatkan program sejenis (air minum dan sanitasi) dalam 2 tahun terakhir.
Pemilihan lokasi program Pamsimas dilakukan per tahun dan dilaksanakan pada tahun sebelum kegiatan Pamsimas di tingkat masyarakat dilaksanakan dengan langkah-langkah sebagai berikut:
Langkah 1 : Koordinasi sektoral di tingkat kabupaten/kota.
Pelaksana : Seluruh pemangku kegiatan Pamsimas seperti TKK, DPMU, Satker, Pokja AMPL, dan sektor lain terkait.
Keluaran : Strategi pencapaian kinerja proyek tingkat kabupaten/kota, komponen kegiatan, kategori pembiayaan, tugas dan kewajiban masing-masing sektor, dan pelaksanaan seleksi administrasi desa/kelurahan yang dinilai layak.
Langkah 2 : Penyusunan daftar panjang (long list) Pelaksana : Tim Koordinasi Kabupaten/Kota (TKK)
Sasaran : Seluruh desa/kelurahan yang memenuhi kriteria
Keluaran : Daftar panjang desa/kelurahan yang berisi desa-desa yang memenuhi kriteria program.
Langkah 3 : Sosialisasi Pamsimas di tingkat kabupaten/kota Pelaksana : TKK dan DPMU
Sasaran : Aparat dan perwakilan masyarakat desa/kelurahan yang ada dalam daftar panjang.
Keluaran : Pemahaman mengenai prinsip, pendekatan dan ketentuan program Pamsimas, termasuk mengenai kontribusi masyarakat dan upaya perubahan perilaku.
Langkah 4 : Sosialisasi Pamsimas di tingkat desa/kelurahan
Pelaksana : Aparat desa/kelurahan (nara sumber: DPMU dan/atau PMAC)
Sasaran : Kelompok/pelaku program berbasis masyarakat yang telah ada di desa/kelurahan, misal (PPK: UPK, TPK, FD; P2KP: BKM, UP, KSM), perwakilan seluruh komponen masyarakat desa/kelurahan.
Keluaran : Pemahaman mengenai prinsip, pendekatan dan ketentuan program Pamsimas di tingkat desa/kelurahan.
Langkah 5 : Musyawarah/rembug warga (dilaksanakan mulai dari tingkat dusun/RW)
Pelaksana : Aparat desa/kelurahan dan tokoh masyarakat.
Sasaran : Seluruh komponen masyarakat, termasuk kelompok rentan dan terpinggirkan, kelompok perempuan dan masyarakat miskin.
Keluaran : Pernyataan minat masyarakat yang memuat kesanggupan kontribusi sebesar minimal 20% (inkind minimal 16% dan incash minimal 4%) dan menghilangkan kebiasaan BAB (buang air besar) sembarangan (open defecation) serta praktik hidup tidak bersih dan tidak sehat lainnya, yang dituangkan dalam Surat Pernyataan Minat Keikutsertaan Pamsimas (SPMKP).
Langkah 6 : Verifikasi minat dan kesiapan masyarakat Pelaksana : DPMU
Sasaran : Desa/kelurahan yang mengirimkan SPMKP
Keluaran : Usulan desa/kelurahan lokasi Pamsimas di tahun berjalan (daftar pendek).
Langkah 7 : Penetapan desa/kelurahan lokasi Pamsimas Pelaksana : TKK dan Bupati/Walikota
Keluaran : Surat keputusan Bupati/Walikota tentang desa/kelurahan lokasi Pamsimas.
Gambar 3.1. Bagan Alur Pemilihan Lokasi Pamsimas
3.2 PENERIMA MANFAAT
Penerima manfaat dari dana bantuan langsung masyarakat (BLM) yang disediakan melalui program Pamsimas adalah seluruh masyarakat warga desa/kelurahan dan penerima manfaat langsung adalah kelompok miskin, rentan dan terpinggirkan
(indigenous and vulnerable people) yang diidentifikasi oleh masyarakat sendiri,
disepakati dan ditetapkan bersama oleh masyarakat desa/kelurahan melalui proses musyawarah warga dalam tahapan “identifikasi masalah dan analisis situasi” dengan menggunakan MPA dan PHAST.
3.3 KOMPONEN PROGRAM
Kegiatan Program Pamsimas di tingkat masyarakat didukung oleh dua bantuan utama, yaitu bantuan teknis dan bantuan dana, melalui lima komponen kegiatan sebagai berikut:
3.3.1 Pemberdayaan Masyarakat dan Pengembangan Kelembagaan Lokal
Komponen ini bertujuan untuk: (i) memampukan masyarakat untuk mengorganisasi, merencanakan, melaksanakan, mengelola dan menjaga keberlanjutan program layanan air minum, sanitasi dan kesehatan; (ii) memperkuat kapasitas kelembagaan
T ahun Per tama Set iap T ahun
dan kapasitas pemerintah daerah untuk mendukung pelaksanaan program Pamsimas di tingkat masyarakat.
Kegiatan dan bantuan teknis di bawah komponen ini yang akan diterima oleh masyarakat adalah sebagai berikut:
1) Pendampingan dari Tim Fasilitator Masyarakat (Pemberdayaan, Teknik, dan Kesehatan) untuk memfasilitasi kegiatan di tingkat masyarakat mulai dari perencanaan, pelaksanaan, dan pengelolaan.
2) Penguatan kapasitas masyarakat dan kelembagaan masyarakat (LKM, Satlak, dan BP) melalui pelatihan dan pendampingan untuk menjamin keberlanjutan pelayanan air minum dan sanitasi serta perilaku hidup bersih dan sehat.
3) Dukungan dari pemerintah daerah berupa bantuan teknis dan sumber daya, baik pada saat pelaksanaan maupun pasca pelaksanaan untuk memastikan keberlanjutan dan perluasan pelayanan air minum, sanitasi dan kesehatan.
3.3.2 Peningkatan Perilaku Hidup Sehat dan Pelayanan Sanitasi
Komponen ini bertujuan untuk membantu masyarakat dan lembaga lokal dalam pencegahan penyakit yang diakibatkan oleh air dan sanitasi buruk, melalui: (i) perubahan perilaku menuju hidup bersih dan sehat; (ii) peningkatkan akses pada sanitasi dasar.
Kegiatan dan bantuan teknis di bawah komponen ini yang akan diterima oleh masyarakat adalah sebagai berikut:
1) Pelaksanaan Sanitasi Total Berbasis Masyarakat untuk menuju perilaku hidup bersih dan sehat, melalui:
a) Buang air besar pada tempatnya (Stop Buang Air Besar Sembarangan) b) Cuci tangan pakai sabun
2) Penguatan kapasitas, melalui pelatihan dan pendampingan, tentang perilaku hidup bersih dan sehat serta teknik promosinya bagi LKM, kader/natural leader, tokoh masyarakat, tokoh agama, tokoh adat dan aparatur desa.
3) Pelaksanaan program sanitasi dan kesehatan sekolah yang meliputi promosi dan peningkatan kapasitas bagi masyarakat sekolah (guru dan murid) tentang perilaku hidup bersih dan sehat.
4) Dukungan pemerintah daerah terhadap penguatan kelembagaan lokal (sanitarian Puskesmas/staf Pustu/Bidan Desa), pelaksanaan dan keberlanjutan perubahan perilaku menuju hidup bersih dan sehat, melalui pelatihan maupun studi banding.
3.3.3 Penyediaan Sarana Air Minum dan Sanitasi Sekolah
Kegiatan dan bantuan teknis di bawah komponen ini yang akan diterima oleh masyarakat adalah sebagai berikut:
1) Dana hibah (BLM) untuk pembangunan sarana air minum atau sanitasi umum sebesar 80% dari total kebutuhan biaya, dimana sebesar 70% berasal dari Pemerintah Pusat dan 10% berasal dari Pemerintah Kabupaten/Kota. Selebihnya, 20% merupakan kontribusi masyarakat.
2) Bantuan dan pendampingan untuk pembuatan rancangan teknis detil (detail
engineering design) dari Tim Fasilitator Masyarakat dan Konsultan
Kabupaten/Kota.
3) Peningkatan kapasitas, melalui pelatihan dan pendampingan, untuk pelaksanaan dan pengawasan konstruksi, serta pengoperasian dan pemeliharaan.
3.3.4 Insentif Desa/Kelurahan dan Kabupaten/Kota
Komponen ini bertujuan untuk memberikan insentif berupa dana hibah bagi Desa/Kelurahan yang mampu memenuhi bahkan melebihi tujuan dan target pencapaian program.
Melalui komponen ini, Desa/Kelurahan yang memenuhi kriteria pencapaian program akan mendapatkan hibah insentif berupa block grant yang akan dipergunakan untuk meningkatkan produktifitas ekonomi, pengoperasian dan pemeliharaan sarana, perluasan dan pengembangan sistem lebih lanjut.
3.3.5 Dukungan Pelaksanaan dan Manajemen Proyek
Komponen ini bertujuan untuk memberikan dukungan bagi pelaksanaan dan juga penyebarluasan informasi mengenai kemajuan dan pencapaian program melalui media-media informasi, seperti Website, Poster, Leaflet, dan sebagainya.
Kegiatan dan bantuan teknis di bawah komponen ini yang akan diterima oleh masyarakat adalah sebagai berikut:
1) Pendampingan dari Konsultan Kabupaten/DMAC (Pemberdayaan, Teknis dan Kesehatan) untuk memberikan bantuan teknis dan penguatan dalam pelaksanaan kegiatan di tingkat masyarakat.
2) Dukungan dari Konsultan tingkat Provinsi (PMAC) dan tingkat Pusat (CMAC) berupa pedoman dan petunjuk teknis pelaksanaan program, melalui Tim Fasilitator Masyarakat dan Konsultan Kabupaten.
3) Informasi mengenai ketentuan, tata cara pelaksanaan, kemajuan dan pencapaian, dan informasi-informasi lain yang terkait melalui media-media informasi yang bisa diakses oleh masyarakat.
3.4 BANTUAN PROGRAM UNTUK MASYARAKAT
3.4.1 Bantuan TeknisBantuan teknis ini diwujudkan dalam bentuk pendampingan terhadap masyarakat dengan cara penugasan konsultan dan fasilitator beserta dukungan dana operasional untuk mendampingi dan memberdayakan masyarakat agar mampu merencanakan dan melaksanakan program masyarakat untuk menanggulangi kemiskinan di desa/kelurahan masing-masing.
Proses pendampingan ini sekurang-kurangnya harus menghasilkan:
l Masyarakat yang peduli dengan kemiskinan, kebersihan dan kesehatan serta pelestarian lingkungan dan mampu mengaktualisasikan dirinya sebagai bagian dari upaya penanggulangan kemiskinan terutama di bidang air minum dan sanitasi.
l Lembaga Keswadayaan Masyarakat (LKM) yang dipercaya, aspiratif, representatif dan akuntabel.
l PJM ProAKSi sebagai wadah untuk mewujudkan sinergi berbagai program penanggulangan kemiskinan bidang air minum dan sanitasi dan sesuai dengan aspirasi serta kebutuhan masyarakat.
l Relawan dan Relawan khusus sebagai penggerak proses pembangunan partisipatif di wilayahnya.
l Kegiatan dan forum pemantauan partisipatif untuk memastikan pelaksanaan kegiatan penyediaan layanan air minum dan sanitasi berdasarkan PJM ProAKSi dan nilai luhur.
l Masyarakat yang memahami dan mampu melaksanakan rangkaian kegiatan Pamsimas di wilayahnya secara mandiri dan berkelanjutan sesuai substansi pedoman pelaksanaan Pamsimas.
l Lembaga pengelola pemeliharaan sarana di tingkat desa. 3.4.2 Bantuan Dana
Bantuan dana diberikan dalam bentuk dana BLM (bantuan langsung masyarakat). BLM ini bersifat stimulan dan disediakan untuk memberi kesempatan kepada masyarakat untuk belajar dan berlatih dengan melaksanakan sebagian rencana kegiatan penyediaan air minum dan sanitasi yang telah ditetapkan pada PJM ProAKSi dan RKM.
Makna dana BLM bersifat stimulan bagi masyarakat untuk melaksanakan apa yang telah masyarakat rencanakan bersama dengan lebih memprioritaskan pada kepentingan bersama dan keberpihakan pada masyarakat miskin. Dana BLM ini adalah dana publik yang disalurkan sebagai wakaf tunai kepada seluruh warga desa/kelurahan dengan peruntukannya diprioritaskan kepada warga miskin.
Nilai alokasi dana BLM tiap desa/kelurahan harus diinformasikan secara luas dan transparan kepada semua warga desa/kelurahan, termasuk kontribusi dana BLM dari Pemda setempat ataupun dana-dana lain yang dikelola LKM.
Pamsimas melarang dana BLM dimanfaatkan untuk hal-hal yang tidak berkaitan langsung dengan upaya penyediaan layanan air minum dan sanitasi, menimbulkan dampak keresahan sosial dan kerusakan lingkungan, berorientasi pada kepentingan individu atau kelompok tertentu dan bertentangan dengan norma-norma, hukum serta peraturan yang berlaku.
Kegiatan yang tidak boleh dibiayai dengan dana BLM Program Pamsimas (negative list) dapat dilihat dalam Buku Petunjuk Teknis Pengamanan
Lingkungan dan Sosial Program Pamsimas
3.5 INDIKATOR KEBERHASILAN DI TINGKAT MASYARAKAT
Kinerja pelaksanaan program Pamsimas di tingkat masyarakat dinilai berhasil jika memenuhi indikator-indikator sebagai berikut:
1) Tujuan Umum Program
l Meningkatkan akses masyarakat, terutama masyarakat miskin, terhadap fasilitas air minum yang layak sebesar 50-100% dari masyarakat yang belum memiliki akses.
l Meningkatkan akses masyarakat, terutama masyarakat miskin, terhadap fasilitas sanitasi yang layak sebesar 100% paling lambat pada tahun ketiga setelah pemicuan.
2) Komponen 1: Pemberdayaan Masyarakat dan Pengembangan Kelembagaan Lokal
l Rencana Kerja Masyarakat (RKM) disusun secara partisipatif melibatkan seluruh komponen masyarakat (miskin-kaya; perempuan-laki-laki).
3) Komponen 2: Peningkatan Perilaku Hidup Sehat dan Pelayanan Sanitasi
l 100% kelompok masyarakat sasaran stop buang air besar sembarangan.
l 80% kelompok masyarakat sasaran menerapkan perilaku cuci tangan pakai sabun pada waktu-waktu kritis.
l 95% sekolah sasaran mempunyai sarana sanitasi yang layak dan program PHBS.
4) Komponen 3: Penyediaan Sarana Air Minum atau Sanitasi Umum
l Sarana air minum yang berfungsi, dimanfaatkan serta memenuhi tingkat kepuasan mayoritas masyarakat sasaran di perdesaan.
l Sarana air minum yang dikelola dan dibiayai secara efektif oleh masyarakat di perdesaan.
l Sarana sanitasi umum/komunal (untuk wilayah pinggiran perkotaan) yang berfungsi, dimanfaatkan serta memenuhi tingkat kepuasan mayoritas masyarakat sasaran di penggiran kota.
3.6 GARIS BESAR SIKLUS KEGIATAN DI TINGKAT MASYARAKAT
Kegiatan di tingkat masyarakat mengikuti siklus atau tahapan sesuai dengan Gambar 3.2.
BAB 4. ORGANISASI PELAKSANA
PROGRAM
4.1 STRUKTUR ORGANISASI PELAKSANAAN PAMSIMAS
Organisasi pelaksana program dibentuk di setiap tingkatan (Pusat, Propinsi, Kabupaten/Kota dan Kecamatan) untuk mendukung pelaksanaan program Pamsimas. Struktur organisasi pelaksana program Pamsimas dapat dilihat pada Gambar 4.1
4.2 DISTRIBUSI PERAN PELAKU
Pelaku program Pamsimas di setiap tingkatan memiliki tanggung jawab sesuai peran dan fungsinya. Pengelola dan pelaksana di tingkat kabupaten/kota dan kecamatan memberikan dukungan langsung bagi pelaksanaan kegiatan Pamsimas di tingkat masyarakat. Peran, fungsi dan tanggung jawab masing-masing pelaku program Pamsimas diuraikan dalam paparan berikut.
4.2.1 Tingkat Desa dan Masyarakat 1) Pemerintah Desa/Kelurahan
Pemerintah Desa/Kelurahan merupakan salah satu pelaku kunci dalam program Pamsimas, walaupun masyarakat yang mengelola dan melaksanakan kegiatan. Pemerintah Desa/Kelurahan berperan dalam melakukan sosialisasi, fasilitasi, mediasi dan koordinasi untuk memperlancar pelaksanaan proyek di desa/kelurahan.
2) Tim Fasilitator Masyarakat
Fasilitator Masyarakat (FM) merupakan tenaga pendamping yang telah dilatih untuk meningkatkan kapasitas/kemampuan masyarakat dalam merencanakan, melaksanakan dan mengelola kegiatan dengan berperan secara aktif dalam setiap keputusan yang diambil. Fasilitator Masyarakat merupakan satu kesatuan tim sebagai Tim Fasilitasi Masyarakat (TFM) yang terdiri dari 3 bidang kompetensi, yaitu:
l Fasilitator Masyarakat bidang Kesehatan
Tugas pokok TFM adalah memfasilitasi kegiatan penilaian, analisis dan penyusunan rencana kegiatan kelompok masyarakat sebagai Perencanaan Jangka Menengah Program Air Minum, Kesehatan, dan Sanitasi/PJM ProAKSi) dengan MPA dan PHAST (Methodology for Participatory Assessment dan Partipatory Hygiene and Sanitation Transformation). Memberikan bantuan teknis kepada masyarakat desa, terutama Lembaga Keswadayaan Masyarakat (LKM), dalam perencanaan, pelaksanaan dan pemantauan program dalam peningkatan promosi kesehatan, pencegahan penyakit dan sanitasi masyarakat. PJM ProAKSi tahun pertama akan dijabarkan ke dalam Rencana Kegiatan Masyarakat (RKM) untuk program Pamsimas. Fokus terpenting dari pekerjaan TFM adalah membantu masyarakat untuk mengembangkan keterampilan teknis dan pengelolaan yang dibutuhkan untuk melaksanakan kegiatan dan memelihara sarana. Setiap TFM akan memfasilitasi 3-5 desa/tahun di tiap-tiap kabupaten/kota.
3) Tim Fasilitator Keberlanjutan
Fasilitator Keberlanjutan merupakan Tim Fasilitator yang terdiri dari 2 sub-tim yang saling bekerjasama dalam menjamin keberlanjutan program Pamsimas. Fasilitator Keberlanjutan bertanggung jawab untuk mendampingi BP-SPAMS dan LKM dalam menjalankan tugasnya dalam pengelolan dan pengembangan SPAMS terbangun dan juga bertanggungjawab terhadap pencapaian target bebas BABS.
Tim Fasilitator Keberlanjutan terdiri dari:
· Fasilitator Masyarakat Keberlanjutan (FMK) dengan 3 latar belakang yaitu: 1. Fasilitator Masyarakat Keberlanjutan bidang Pemberdayaan Masyarakat 2. Fasilitator Masyarakat Keberlanjutan bidang Kesehatan
3. Fasilitator Masyarakat Keberlanjutan bidang Teknik Air Minum & Sanitasi · Fasilitator Masyarakat Hibah Insentif Desa (FMHID)
4) Lembaga Keswadayaan Masyarakat (LKM)
Lembaga Keswadayaan Masyarakat (LKM) adalah organisasi warga yang berasal dan dipilih oleh semua lapisan masyarakat termasuk masyarakat miskin, dan berbasis pada nilai dan kualitas sifat kemanusiaan. Pemilihan LKM melalui sistem tanpa calon, tanpa kampanye, tertulis, rahasia dan disepakati oleh seluruh warga. LKM adalah lembaga pengelola program, sedangkan lembaga pelaksana program adalah Satuan Pelaksana (Satlak) Program Pamsimas yang dibentuk oleh LKM.
4.2.2 Tingkat Kecamatan
Pemangku kegiatan lintas sektoral program Pamsimas di tingkat Kecamatan terdiri dari Tim Koordinasi Kecamatan (TKKc) yang di dalamnya terdapat Tim Teknis Kecamatan.
1) Tim Koordinasi Kecamatan
Tim Koordinasi Kecamatan (TKKc) bertugas melaksanakan sosialisasi, fasilitasi, mediasi dan koordinasi untuk memperlancar pekerjaan Pamsimas yang bersifat lintas desa, unsur-unsur di dalam TKKc terdiri dari Camat, Kepala Puskesmas, dan Kepala Cabang Diknas Kecamatan.
2) Tim Teknis Kecamatan
Tim Teknis Kecamatan (TTKc) bertugas memberikan bantuan teknis dan pembinaan teknis kepada LKM dan Satlak Pamsimas bersama-sama dengan TFM dalam melaksanakan sosialisasi, fasilitasi, mediasi dan koordinasi untuk memperlancar pekerjaan Pamsimas yang bersifat lintas desa. Keanggotaan Tim Teknis Kecamatan terdiri dari Kaurbang dan Kasi PMD Kecamatan, Sanitarian Puskesmas, dan Pengawas Sekolah Cabang Diknas Kecamatan.
Gambar 4.1. Struktur Organisasi Pelaksana Pamsimas
CAMAT
POKJA AMPL PROVINSI
Bappeda, DPU, DinKes, BPMD, Bapedalda, DikNas, Dll.
TIM PENGARAH
Dpti BSP, DJCK : Dpti BSK, DJA, DJPb, DJBAKD, DJBPD, DJPMD, DJP2&PL, DJIKM, Dpti BPPL, Bapekki
TIM TEKNIS PUSAT Dit Perkim, Dit Bina Program, Dit KGM, Dit PLNM, Dit
PAM, Dit PPLP, Dit PL, Dit SDA&TTG, Dit FPR&LH, Subdit AM&AL, Subdit KLN&PI, Subdit MDPLNM, Subdit
PelKes, Bag PABPKLN, Subdit PHLN I, Kasi WB, Kasi PHLN I, POKJA AMPL Pusat.
EXECUTING AGENCY
DJCK IMPLEMENTING AGENCYDJCK, DJP2&PL, DJ PMD,
TIM KOORD. PROVINSI
Bappeda, DPU, DinKes, BPMD, DikNas, Bapedalda
CPMU Kepala Staf CPMU
Ast. Bid. Perencanaan Ast. Bid. Monev & Evlsi Ast. Bid. Pengad Brg/Js Ast. Bid. Keuangan
LO 1A CPIU/Satke LO 1B CPIU/Satke LO 2 CPIU/Satke LO 3,4,5 CPIU/Satke PUSAT GUBERNUR PROVINSI PPMU Ast. Bid. Perencanaan
Ast. Bid. Monev&Evls Ast. Bid. Pngad Brg/Js
Ast. Bid. Keuangan PPIU 3,4,5
/ Satker / SatkerPPIU 2 PPIU 1B/ Satker PPIU 1A/ Satker
POKJA AMPL KAB./KOTA
Bappeda, DPU, DinKes, BPMD, Bapedalda, DikNas, Dll. KADES/LURAH PMAC : 1. TL PMAC 2. TA HH 3. TA WSS 4. TA CD 5. TA LG 6. TA FM 7. TA SIM DMAC: 8. HH Spec 9. WSS Spec 10. CD Spec TIM FASILITATOR MASYARAKAT: 1. CF CD 2. CF WSS 3. CF HH TIM KOORD. KAB/KOTA
Bappeda, DPU, DinKes,
KECAMATAN TIM KOORD KECAMATAN DESA/KEL. M A S Y A R A K A T W A R G A BUPATI/WALIKOT TIM TEKNIS KECAMATAN KAB./KOTA DPMU Ast. Bid. Perencanaan
Ast. Bid. Monev & Evls
Ast. Bid. Keuangan DPIU 3,4,5
/ Satker / SatkerDPIU 2 DPIU 1B/ Satker DPIU 1A/ Satker
CMAC :
1. TL / PMA 8. Procur Spec 2. PD/CB Spec 9. Financ Spec 3. CD/Gdr Spec 10. Web Mng 4. WSS Spec 11. MIS Spec 5. HH Spec 12. Ac/Aud
Spec
6. Monev Spec 13. HC Spec 7. Comm Spec. 14. RME.
TFM
KEBERLANJUTAN
4.2.3 Tingkat Kabupaten/Kota
1) Kepala Daerah (Bupati/Walikota)
Kepala Daerah Kabupaten/Kota dalam hal ini Bupati/Walikota adalah penanggung jawab pelaksanaan program Pamsimas di tingkat kabupaten/kota. Bupati/Walikota bertanggung jawab untuk:
a) Mengkoordinasikan penyelenggaraan program Pamsimas di wilayah kerjanya, b) Mewujudkan tata kelola dan tata laksana program Pamsimas yang baik,
c) Membentuk Tim Koordinasi Kabupaten/kota (TKK) dan Tim Teknis Kabupaten/kota, DPMU, Satker Kabupaten/Kota, dan Tim Koordinasi Kecamatan (TKKc) serta Tim Teknis Kecamatan.
2) Tim Koordinasi Kabupaten/Kota
Tim Koordinasi Kabupaten/kota dibentuk berdasarkan SK Bupati/Walikota, diketuai oleh Kepala Bappeda Kabupaten/kota, beranggotakan dari Dinas Pekerjaan Umum Bidang Cipta Karya/sepadannya, Badan/Kantor Pemberdayaan Masyarakat dan Desa/sepadannya, Dinas Kesehatan, Dinas Pendidikan, Bapedalda/Dinas Lingkungan Hidup, dan instansi terkait sesuai kebutuhan.
3) Tim Teknis Kabupaten/Kota
Tim Teknis Pamsimas Kabupaten/Kota adalah Pokja AMPL (bagi yang sudah terbentuk). Bagi Kabupaten/kota yang belum terbentuk Pokja AMPL, Tim Teknis Kabupaten/Kota Pamsimas menjadi embrio terbentuknya Pokja AMPL Kabupaten/Kota. Tim Teknis Kabupaten/Kota beranggotakan inter-instansi dari:
l Badan Perencanaan Pembangunan Kabupaten/Kota,
l Dinas bidang Cipta Karya/sepadannya,
l Badan/Kantor Pemberdayaan Masyarakat dan Desa/sepadannya,
l Dinas Kesehatan
l Dinas Pendidikan
l Bapedalda/Dinas Lingkungan Hidup.
l Dinas/Instansi lain yang terkait sesuai dengan kebutuhan 4) Unit Pengelola Program Kabupaten/Kota (DPMU)
DPMU terdiri dari Dinas-Dinas pelaksana dan penanggung jawab program Pamsimas yang berkedudukan di Dinas Bidang Cipta Karya/sepadannya. Ketua DPMU dibantu oleh 3 (tiga) anggota dan dibentuk melalui SK Bupati/Walikota. Organisasi DPMU yang dipimpin oleh Ketua DPMU terdiri dari 3 (tiga) bagian yaitu:
a) Bagian Perencanaan;
5) Satuan Kerja (Satker) Kabupaten/Kota
Satuan Kerja Pamsimas di tingkat kabupaten/kota berada di Dinas Pekerjaan Umum Bidang Cipta Karya/sepadannya. Sesuai dengan sumber pendanaan hibah masyarakat, untuk proses penyaluran dana diperlukan 2 (dua) Satker Pamsimas Kabupaten/Kota, yaitu : 1) Satker untuk penyaluran dana APBD disebut Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD) ditetapkan dengan SK Bupati/Walikota, dan 2) Satker untuk penyaluran dana APBN disebut Satker PIP/PPK Pamsimas ditetapkan dengan SK Menteri Pekerjaan Umum. Keanggotaan dari masing-masing Satker Pamsimas tersebut terdiri dari:
l Kepala Satuan Kerja (Kasatker)
l Pejabat Pembuat Komitmen (PPK)
l Penguji Pembebanan dan Pejabat Penandatangan SPM (PPP/PSPM)
l Bendahara
6) District Management and Advisory Consultant (DMAC)
DMAC adalah konsultan tingkat Kabupaten/Kota yang memberikan bantuan teknis dan dukungan bagi pengelola dan pelaksana Pamsimas di tingkat Kabupaten/Kota. DMAC juga bertanggung jawab untuk memberikan dukungan dan penguatan bagi Tim Fasilitator Masyarakat. DMAC terdiri dari 4 orang, yaitu:
l Konsultan Pemberdayaan Masyarakat.
l Konsultan Teknik Air Minum dan Sanitasi
l Konsultan Kesehatan
l Konsultan Financial Management
Peran, tugas dan tanggung jawab para pelaku program Pamsimas secara secara lengkap dapat dilihat dalam Lampiran
BAB 5. PERENCANAAN PROGRAM
Tahap perencanaan merupakan tahap awal penyiapan masyarakat untuk mengetahui kondisi yang dihadapi dalam air minum dan sanitasi; menyiapkan lembaga pengelola yang dipercaya masyarakat untuk melaksanakan program; menyusun Perencanaan Jangka Menengah Program Air Minum, Kesehatan dan Sanitasi (PJM Pro-Aksi); dan Rencana Kerja Masyarakat (RKM). Tahap perencanaan mengikuti alur yang telah dijelaskan pada Bab 3 Ketentuan Umum, sub bab 3.5 Garis Besar Siklus Kegiatan di Tingkat Masyarakat.
5.1 IDENTIFIKASI MASALAH DAN ANALISIS SITUASI
Proses identifikasi masalah dan analisis situasi (IMAS) desa/kelurahan terdiri dari kegiatan diskusi dengan menggunakan instrumen dari MPA2 dan PHAST3 yang dilakukan baik di masyarakat dan di sekolah. Kegiatan ini dilakukan secara partisipatif oleh seluruh komponen masyarakat baik perempuan, laki-laki, kaya, miskin termasuk masyarakat adat (indigenous and vulnerable people), sementara TFM hanya memfasilitasi proses tersebut. Instrumen MPA dan PHAST yang digunakan adalah:
1) Inventaris Data Komunitas
2) Sejarah Sarana Air Minum dan Sanitasi, dan Promosi Kesehatan 3) Klasifikasi Kesejahteraan
4) Pemetaan Sosial
5) Rapid Technical Assessment
6) Perencanaan Transect Walks dan FGD 7) Tinjauan Pengelolaan Pelayanan 8) Transect Walks
9) Efektifitas Penggunaan Sarana Air Bersih 10) Efektifitas Penggunaan Sarana Sanitasi
11) Pembagian Kerja Berdasarkan Gender dan Waktu Kerja 12) Hak Suara dan Pilihan dalam Pengambilan Keputusan 13) Alur Penularan Penyakit dan Penghambatnya
Langkah-langkah identifikasi masalah dan analisis situasi secara lebih rinci dapat dilihat dalam Petunjuk Teknis Perencanaan Program Pamsimas di Tingkat
Masyarakat. Sedangkan proses IMAS dengan menggunakan tools MPA-PHAST dijelaskan dalam “Fieldbook Identifikasi Masalah dan Analisis Situasi”, sedangkan hasil prosesnya dicatat dalam “Buku Catatan Proses Identifikasi
Masalah dan Analisis Situasi “.
5.2 PEMICUAN PERUBAHAN PERILAKU MASYARAKAT
Pelaksanaan pemicuan masyarakat dengan pendekatan Community Led Total Sanitation (CLTS) dilakukan untuk mengubah perilaku hidup tidak bersih dan sehat, khususnya mengubah perilaku buang air besar sembarangan menjadi tidak di sembarang tempat. Pelaksanaan CLTS dilaksanakan di desa/kelurahan yang bersangkutan sebagai bentuk komitmen masyarakat untuk merubah perilakunya. Hal tersebut dilakukan untuk menuju perilaku hidup bersih dan sehat, yaitu:
a) buang air besar pada jamban yang sehat4, b) membuang kotoran bayi/ balita pada jamban,
c) mencuci tangan dengan sabun setelah buang air besar, setelah membersihkan kotoran bayi, dan sebelum makan.
Pelaksanaan kegiatan pemicuan harus segera dimulai setelah dilakukan pemetaan sarana sanitasi awal dan perilaku BAB masyarakat pada tahap kegiatan identifikasi masalah dan analisis situasi dalam rangka formulasi kebutuhan masyarakat, sehingga ketika proses pengajuan RKM dan tahap-tahap kegiatan program selanjutnya sudah ada kemajuan secara nyata mengenai upaya-upaya menghilangkan kebiasaan buang air besar di sembarang tempat. Pemicuan perubahan perilaku buang air besar dilakukan oleh tim CLTS kabupaten/kota, yang terdiri Sanitarian/Tenaga Puskesmas, Kasi PMD Kecamatan, PKK Kecamatan, serta TFM yang telah mendapat pelatihan CLTS5.
Hasil pelaksanaan pemicuan awal akan diverifikasi oleh Sanitarian/Tenaga Puskesmas, dan akan dinyatakan dalam sebuah dokumen sertifikasi. Dokumen sertifikasi hasil pemicuan perubahan perilaku dengan CLTS menyatakan bahwa:
1) telah ada natural leader yang akan melanjutkan proses pemicuan di lokasi lain dan pemantauan hasil pemicuan awal,
2) telah ada pernyataan kesiapan masyarakat untuk merubah perilaku BAB tidak di sembarang tempat,
3) telah ada rencana pemantauan kemajuan perubahan perilaku BAB. Dokumen tersebut akan menjadi persyaratan kelengkapan pengajuan dokumen RKM.
4Ciri Jamban sehat : (1) tidak menimbulkan bau, (2) tidak mencemari badan air, dan (3) memutus kontak antara tinja dengan vector penyakit dan manusia.
Setelah kegiatan pemicuan ini dilakukan, masyarakat dibantu oleh TFM melakukan pemantauan terhadap kegiatan yang sedang dilaksanakan dengan menggunakan metode partisipatif yang melibatkan seluruh masyarakat, sehingga kondisi dimana akses terhadap sarana sanitasi yang menyeluruh dapat dicapai oleh desa yang bersangkutan.
Temuan-temuan penting dari pelaksanaan pemicuan dengan metode CLTS yang berkaitan dengan perilaku masyarakat dalam hal kesehatan dan kebersihan akan dijadikan masukan pada proses perencanaan kegiatan pada RKM II.
Langkah-langkah pemicuan secara lebih rinci dapat dilihat dalam Petunjuk Teknis Perencanaan Program Pamsimas di Tingkat Masyarakat. Sedangkan proses pemicuan dengan metode CLTS dapat dilihat pada “Modul Stop BABS”
5.3 PERTEMUAN PLENO DESA/KELURAHAN MEMBAHAS HASIL IDENTIFIKASI
MASALAH DAN ANALISIS SITUASI
Hasil identifikasi masalah terkait dengan layanan air minum, kesehatan, dan sanitasi kemudian dirangkum dan dianalisis secara bersama-sama oleh masyarakat dibantu TFM. Hasil tersebut dapat memberikan gambaran tentang kondisi masyarakat terkait dengan air minum, sanitasi dan kesehatan yang memerlukan rencana penanganan baik dari masyarakat sendiri, Program Pamsimas, dan pihak terkait lainnya.
Pertemuan pleno membahas hasil IMAS dilakukan agar masyarakat mengetahui hasil-hasil yang diperoleh dari proses IMAS menggunakan instrumen MPA/PHAST, sehingga masyarakat dapat memberikan saran dan masukan terhadap temuan yang ada dan menyepakati hasil analisis tersebut.
Pelaksanaan pertemuan pleno tingkat desa/kelurahan untuk membahas hasil identifikasi masalah dan analisis situasi diuraikan secara rinci dalam “Fieldbook
Identifikasi Masalah dan Analisis Situasi”.
5.4 PENGORGANISASIAN MASYARAKAT DAN PEMBENTUKAN LEMBAGA
KESWADAYAAN MASYARAKAT
Lembaga Keswadayaan Masyarakat (LKM) merupakan wadah sinergi dan aspirasi masyarakat yang diharapkan dapat menjadi embrio dari lembaga keswadayaan masyarakat warga (civil society) di tingkat komunitas akar rumput. LKM diharapkan bisa menjadi lembaga masyarakat yang independen, yang sepenuhnya dibentuk, dikelola, dan dipertanggungjawabkan oleh masyarakat sendiri.
Anggota LKM dipilih secara langsung oleh masyarakat dengan mengutamakan keterlibatan dan keberpihakan kepada kelompok yang selama ini terpinggirkan (wanita dan warga miskin), mengacu pada kriteria kualitas sifat kemanusiaan (moral) dan berbasis nilai. Pemilihan anggota LKM melalui sistem tanpa calon, tanpa kampanye,
Untuk kemudahan administrasi program dan sejalan dengan kedudukannya sebagai lembaga masyarakat warga yang otonom, maka legitimasi LKM adalah pengakuan, representasi, dan mengakarnya lembaga tersebut dalam masyarakat, sedangkan legalisasinya melalui Pencatatan Notaris atau Akta Notaris.
Meskipun sebagai lembaga masyarakat LKM berkedudukan otonom, namun dalam pengelolaan organisasi maupun pelaksanaan kegiatan LKM berkewajiban melaksanakan koordinasi, konsultasi, dan komunikasi intensif dengan Kepala Desa/Lurah dan perangkatnya serta tokoh masyarakat maupun lembaga formal dan lembaga informal masyarakat lainnya. Hal ini sejalan dengan prinsip dasar pembangunan partisipatif dan berkelanjutan bahwa pembangunan akan berlangsung efektif, efesien, dan tepat sasaran apabila didukung dan mensinergikan potensi tiga pilar pelaku pembangunan, yakni masyarakat warga, pemerintah, dan kelompok peduli.
Di desa/kelurahan lokasi Pamsimas yang sedang dan telah dilaksanakan program pemberdayaan oleh pemerintah dengan pendekatan program yang sejenis dengan Pamsimas, seperti contohnya P2KP yang telah membentuk BKM, maka tidak perlu membentuk lembaga baru, namun memanfaatkan BKM sesuai dengan karakteristiknya sebagai LKM. Dalam hal BKM yang memiliki kinerja yang kurang memadai, maka TFM bersama-sama dengan mitra setempat melakukan revitalisasi lembaga tersebut.
Untuk melaksanakan program Pamsimas, LKM dengan pendampingan dari Tim Fasilitasi Masyarakat (TFM) membentuk Satuan Pelaksana (Satlak) Pamsimas. Keanggotaan Satlak Pamsimas terdiri dari Ketua Satlak Pamsimas, Bendahara, Unit Kerja Teknis Air Minum dan Sanitasi, Unit Kerja Teknis Kesehatan, dan Unit Pengaduan Masyarakat. Hasil pembentukan Satlak Pamsimas disahkan oleh Koordinator LKM.
Langkah-langkah pelaksanaan pembentukan LKM secara lebih jelas dapat dilihat pada Petunjuk Teknis Perencanaan Program di Masyarakat.
5.5 PENYUSUNAN PERENCANAAN JANGKA MENENGAH PROGRAM AIR
MINUM, KESEHATAN, DAN SANITASI (PJM PROAKSI)
5.5.1 Penyusunan Rencana Kegiatan PJM ProAKSI
PJM ProAKSI adalah adalah dokumen perencanaan jangka menengah untuk kurun waktu 5 tahun dalam bidang air minum, kesehatan dan sanitasi, yang dirumuskan dari analisis hasil IMAS. PJM ProAKSI merupakan kumpulan dari berbagai macam pilihan kegiatan (opsi) yang mungkin dilakukan untuk menangani permasalahan air minum, kesehatan dan sanitasi di desa/kelurahan.
Setelah hasil IMAS diplenokan di tingkat desa/kelurahan, Satlak Pamsimas dengan bimbingan dan arahan dari Kepala Desa /Lurah, Tim Teknis Kecamatan, dan Tim Fasilitasi Masyarakat merumuskan PJM-ProAKSI. PJM ProAKSI disusun secara berjenjang mulai dari rembug warga tingkat dusun/RW hingga pertemuan pleno tingkat desa/kelurahan. Untuk selanjutnya, dokumen PJM ProAKSi ini dapat dijadikan referensi
5.5.2 Pemilihan Opsi Kegiatan PJM ProAKSI Tahun Pertama
Opsi kegiatan RKM yang dipilih dari kumpulan pillihan kegiatan yang ada dalam PJM ProAKSI akan menjadi rencana tahun pertama, dan akan didanai oleh Bantuan Langsung Masyarakat (BLM) Program PAMSIMAS.
Proses pemilihan opsi ini merupakan tanggung jawab LKM dan Satlak Pamsimas dengan pendampingan oleh TFM, dimana LKM memberikan penjelasan kepada masyarakat tentang berbagai opsi yang dapat dipilih untuk kegiatan Pamsimas dalam RKM. Proses ini dilakukan dalam pertemuan-pertemuan informal dengan kelompok-kelompok masyarakat di seluruh dusun/RW. Pada pertemuan tersebut yang terpenting adalah masyarakat sadar bahwa mereka punya pilihan dan paham dengan konsekuensi atas pilihan yang akan diambil.
A. Pemilihan Opsi RKM I
Opsi Sarana Air Minum
Setelah keadaan sarana air minum yang ada saat ini diketahui, masyarakat dengan pendampingan dari TFM memilih jenis sarana air minum yang ingin dibangun dan hal-hal yang harus dilakukan dalam rangka pelaksanaan konstruksinya. Pemilihan opsi sarana air minum menggunakan Katalog Informasi Pilihan (INFORMED CHOICE
CATALOGUE)6Sarana Air Minum.
Opsi Sarana Sanitasi Komunal (khusus untuk daerah peri-urban/pinggiran kota)
Masyarakat dengan pendampingan TFM melakukan pemilihan opsi sarana sanitasi
dengan menggunakan Katalog Informasi Pilihan (INFORMED CHOICE
CATALOGUE)7 untuk Sarana Sanitasi Komunal. Pemilihan opsi sarana sanitasi tersebut harus mempertimbangkan juga antara lain: biaya konstruksi, ketersediaan lahan untuk konstruksi, serta biaya operasional dan pemeliharaan.
Pendekatan sanitasi setempat (on-site) menimbulkan banyak masalah di permukiman kota/pinggiran kota yang padat, sementara sistem pembuangan limbah kota terpusat (off-site) dianggap terlalu mahal untuk kebanyakan kota di Indonesia. Sanitasi Komunal adalah opsi untuk mengisi kesenjangan antara solusi sanitasi setempat dan sistem pembuangan limbah kota terpusat.
Pilihan opsi teknologi, pelaksanaan konstruksi dan pengoperasian dan pemeliharaan Sarana Sanitasi Komunal secara lebih rinci dapat dilihat dalam
Manual Teknis Sanitasi Komunal untuk Perkotaan/Pinggiran Perkotaan
Opsi Pelatihan di Tingkat Masyarakat
Setelah masyarakat memutuskan pemilihan jenis sarana air minum dan sarana sanitasi, kemudian dibuat suatu rencana pelatihan di tingkat masyarakat. TFM mendampingi masyarakat dalam mendiskusikan jenis pelatihan yang dibutuhkan berkaitan dengan pelaksanaan pembangunan sarana air minum dan sarana sanitasi dan tata cara pengelolaan administrasinya.
B. Pemilihan Opsi RKM II
Opsi Kegiatan Peningkatan Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS)
Hasil tools PHAST (alur penularan penyakit dan penghambatnya) dan temuan-temuan yang diperoleh dari kegiatan pemicuan dengan CLTS yang telah dilakukan dapat diketahui berbagai perilaku tidak bersih dan tidak sehat yang masih terjadi di masyarakat, sehingga kemudian dapat didiskusikan oleh masyarakat dengan difasilitasi TFM mengenai cara untuk mengubah dan meningkatkannya. Usaha-usaha untuk meningkatkan perubahan perilaku tersebut dituangkan dalam bentuk kegiatan-kegiatan peningkatan PHBS yang akan dimasukkan ke dalam RKM II. Opsi kegiatan-kegiatan PHBS dapat berbentuk: pelatihan, promosi kesehatan dan bentuk kegiatan kampanye kesehatan lainnya.
Opsi Sarana Sanitasi di Sekolah
Opsi kegiatan ini disepakati dengan pihak sekolah dan masyarakat tentang jenis dan jumlah sarana sanitasi (jamban dan cuci tangan) yang akan dibangun di sekolah.
Opsi Penyiapan dan Pelatihan Satlak Pamsimas sebagai Badan Pengelola
RKM II juga akan mendanai pelatihan bagi Badan Pengelola sebagai suatu organisasi yang akan menjaga keberlanjutan sarana dan melanjutkan kegiatan promosi kesehatan pada tahap pasca program. Untuk itu perlu dirancang suatu kegiatan pelatihan untuk memperkuat Badan Pengelola dalam melaksanakan tugas dan tanggungjawabnya.
Secara lebih rinci proses penyusunan rencana kegiatan PJM ProAKSI dan Pemilihan opsi tahun pertama (RKM) dapat dilihat pada Petunjuk Teknis
Perencanaan Program di Tingkat Masyarakat
5.6 PERTEMUAN PLENO TINGKAT DESA/KELURAHAN MEMBAHAS PJM
PROAKSI
PJM ProAKSI yang telah disusun oleh masyarakat di tingkat dusun/RW disepakati dalam pertemuan pleno desa/kelurahan. Dalam pertemuan pleno ini, masyarakat difasilitasi untuk menyepakati prioritas atau pilihan kegiatan (opsi) yang akan didahulukan di tahun pertama, kedua dan seterusnya, berdasarkan kriteria yang disepakati bersama dengan mengutamakan akses bagi masyarakat miskin.
Pertemuan ini dihadiri oleh seluruh komponen masyarakat termasuk kelompok masyarakat miskin dan perempuan. Pertemuan ini difasilitasi oleh LKM dengan didampingi oleh TFM.
Pada akhir periode Program PAMSIMAS diharapkan PJM ProAKSI akan menjadi masukan/bagian dari RPJM Desa/Kelurahan. Sehingga menjadi kesatuan dengan dokumen perencanaan pembangunan desa/kelurahan.
Secara lebih rinci proses pertemuan pleno tingkat desa/kelurahan membahas PJM ProAKSI diuraikan secara lebih rinci pada Petunjuk Teknis Perencanaan
Program di Tingkat Masyarakat.
5.7 PENYUSUNAN DOKUMEN RKM
Setelah masyarakat menyepakati prioritas atau pilihan kegiatan (opsi) yang akan didahulukan di tahun pertama, Satlak Pamsimas bersama-sama dengan masyarakat dan didampingi oleh TFM berkewajiban menyusun dokumen RKM.
Pada saat penyusunan RKM, masyarakat dan TFM mendapatkan bantuan/ dukungan teknis dari Konsultan Kabupaten/Kota (teknik, pemberdayaan masyarakat, dan kesehatan). Proporsi pembiayaan kegiatan dalam RKM I dan RKM II dapat dilhat pada Tabel 5.1.
Tabel 5.1. Proporsi Pembiayaan RKM (I dan II)
No. Kegiatan Sumber Dana Catatan
Hibah BLM Kontribusi
I.
1.
RKM I :
Biaya umum / biaya operasional LKM (2-4)%
1) DDUB (dana daerah untuk pro-gram bersama dari APBD dalam belanja bantuan sosial,³ 10% 2) Hibah BLM (bantu-an langsung masyarakat) dari APBN dalam belanja bantuan sosial, 70%
1) in-kind ³ 16% 2) in-cash ³ 4%
Besaran biaya masing-masing kegiatan, jumlah dan jenis kegiatan dalam RKM I maupun RKM II dihitung berdasarkan tingkat permintaan masyarakat, dan dilakukan secara partisipatif. Satu sub kegiatan tidak boleh dibiayai dari 2 sumber BLM (APBN dan DDUPB APBD)
2. Kegiatan pelatihan di tingkat masyarakat :
§ Pelatihan administrasi dan keuangan
§ Pelatihan teknik sarana air minum dan sanitasi
3. Pembangunan sarana air minum dan atau sanitasi :
§ Pembangunan sarana air minum di masyara-kat dan sekolah, atau § Pembangunan sarana sanitasi komunal di masyarakat peri-urban II. 1. RKM II :
Pembangunan Sarana Sanitasi/ Jamban dan Cuci Tangan di
No. Kegiatan Sumber Dana Catatan
Hibah BLM Kontribusi
2. Pelatihan dan Pemicuan Kegiatan PHBS : § Kegiatan di masyarakat § Kegiatan di sekolah
3. Pelatihan dan penyiapan Badan Pengelola Sarana
T O T A L (70% +³10%) RKM ³ 20% RKM ³ 100% RKM
Format RKM dapat dilihat pada Petunjuk Teknis Perencanaan Program di Tingkat Masyarakat
5.8 PERTEMUAN PLENO TINGKAT DESA/KELURAHAN MEMBAHAS RKM
Setelah Satlak Pamsimas bersama masyarakat dengan bantuan TFM menyusun dokumen RKM, maka draft RKM tersebut diinformasikan kepada masyarakat melalui suatu pertemuan. Melalui kegiatan ini diharapkan masyarakat dapat memberikan ulasan terhadap draft RKM yang telah disusun untuk diperbaiki, dan disetujui sebelum dikirim kepada DPMU. Sebelum RKM diajukan oleh LKM kepada DPMU, RKM tersebut harus diperiksa oleh DMAC (Teknik, Pemberdayaan, dan Kesehatan) untuk menjamin kualitas perencanaan dan kelengkapan dokumen yang akan dievaluasi oleh DPMU.
Secara lebih rinci proses pertemuan pleno tingkat desa/kelurahan membahas RKM diuraikan secara lebih rinci pada Petunjuk Teknis Perencanaan Program di
Tingkat Masyarakat.
5.9 PENGAJUAN, VERIFIKASI, DAN PERSETUJUAN RKM
LKM atas nama masyarakat mengajukan dokumen RKM kepada DPMU. Dokumen RKM terdiri dari 2 buku, yaitu: Buku I Laporan Kegiatan Identifikasi Masalah dan Analisis Situasi, dan Buku II Rencana Kerja Masyarakat.
DPMU bersama dengan Tim Teknis/Tim Evaluasi RKM Kabupaten/Kota mengevaluasi dokumen RKM, dengan menggunakan instrumen evaluasi RKM. Apabila RKM dinilai masih memerlukan penyempurnaan, dokumen dikembalikan untuk disempurnakan oleh LKM.
Hasil evaluasi RKM dituangkan dalam “Berita Acara Hasil Evaluasi RKM” dilampiri :
l Checklist kelengkapan dokumen
RKM yang telah memenuhi kriteria dan persyaratan akan diteruskan kepada TKK untuk diverifikasi dan mendapatkan persetujuan. Proses verifikasi RKM oleh TKK dilakukan melalui forum presentasi RKM oleh LKM.
Hasil verifikasi RKM dituangkan dalam Berita Acara Verifikasi RKM yang ditandatangani oleh LKM dan TKK. Berdasarkan berita acara tersebut Satker Kabupaten/Kota (SKPD dan SNVT) dibantu DPMU menyiapkan dokumen Surat Perjanjian Pemberian Bantuan APBD dan APBN.
Tahap berikutnya dari persetujuan RKM adalah pembuatan Surat Perjanjian Pemberian Bantuan (SPPB), yaitu perjanjian pemberian bantuan yang berkekuatan hukum antara LKM (mewakili masyarakat desa/kelurahan) dengan Satker/PPK Kabupaten/Kota (Satker dana APBD/SKPD dan Satker dana APBN adalah Satker PIP/PPK Pamsimas), disiapkan oleh DPMU dan akan menjadi dasar pelaksanaan kegiatan program di desa/kelurahan yang bersangkutan.
Sesuai dengan jenis sumber dana BLM masyarakat, SPPB program Pamsimas terdiri dari 2 buah, yaitu :
1) SPPB I, yaitu perjanjian pemberian bantuan antara LKM (mewakili masyarakat
desa/kelurahan) dengan Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD) dana APBD untuk
program Pamsimas, dengan nilai perjanjian minimal 10% dari total dana RKM
2) SPPB II, yaitu perjanjian pemberian bantuan antara LKM (mewakili masyarakat
desa/kelurahan) dengan PPK Pamsimas Satker PIP dana APBN, dengan nilai
perjanjian 70% dari total dana RKM.
Dalam Surat Perjanjian Pemberian Bantuan (SPPB) harus dijelaskan :
1) Pernyataan kesepakatan kedua belah pihak untuk melaksanakan kewajiban sesuai dengan ketentuan dalam persyaratan umum surat perjanjian pemberian bantuan (form persyaratan umum SPPB dapat dilihat pada Buku Kumpulan Format.
2) Jadwal pelaksanaan kegiatan program di desa/kelurahan.
3) Rincian tentang total jumlah dana kegiatan untuk RKM I dan RKM II, jumlah kontribusi masyarakat.
4) Tahapan pencairan dana APBD dan APBN. 5) Prosedur pengadaan (baik barang maupun jasa).
Penandatanganan Surat Perjanjian Pemberian Bantuan tersebut menandakan bahwa program Pamsimas secara efektif dimulai di desa/kelurahan yang bersangkutan.
Secara rinci proses Pengajuan, Verifikasi, dan Persetujuan RKM diuraikan secara lebih rinci pada Petunjuk Teknis Perencanaan Program di Tingkat Masyarakat.
BAB 6. PELAKSANAAN PROGRAM
6.1 TAHAP PENCAIRAN DANA BANTUAN LANGSUNG MASYARAKAT (BLM)
Dana untuk membiayai kegiatan Pamsimas yang telah dituangkan dalam RKM bersumber dari:
a) Kontribusi masyarakat sebesar minimal 20 % (berbentuk cash minimal 4% dan
in-kind minimal 16%);
b) Dana BLM dari APBD dalam bentuk DDUB (Dana Daerah untuk Program Bersama) minimal 10%; dan
c) Dana BLM dari APBN sebesar 70%.
Penyaluran dana BLM Pamsimas dilakukan berdasarkan SPPB, yang terdiri dari SPPB I dengan sumber dana dari APBD, dan SPPB II dari APBN. Diagram sumber pendanaan kegiatan Pamsimas dapat dilihat pada gambar 6.1.
6.1.1 Tahapan dan Persyaratan Pencairan BLM APBD
Penyaluran dana DUPB APBD dilakukan melalui Kantor Kas Daerah Kabupaten/Kota ke rekening Pamsimas LKM di Bank terdekat. Pencairan dana DUPB dilakukan setelah SPPB I ditandatangani. Dana DUPB APBD dapat dicairkan sebelum pencairan dana APBN Tahap I dan paling lambat sebelum APBN Tahap III.
Tahap pencairan BLM APBD diawali dengan pengajuan Surat Permintaan Pembayaran (SPP) oleh LKM yang dilengkapi dengan:
a) SK Bupati/ Walikota tentang Penetapan Desa/Kelurahan sebagai Lokasi Pamsimas b) Akta/Pencatatan Notaris pendirian LKM
c) Surat perjanjian pemberian bantuan I (SPPB I) d) Berita acara permintaan pencairan dana (BAPPD)
e) Ringkasan RKM, termasuk realisasi kontribusi masyarakat f) Foto copy rekening Pamsimas LKM
g) Kwitansi sesuai jumlah dana BLM APBD
Surat Perintah Membayar (SPM) diterbitkan oleh Pejabat Penerbit SPM setelah dilakukan pengujian terhadap dokumen yang disyaratkan di atas. Surat Perintah Pencairan Dana (SP2D) akan diterbitkan setelah diterimanya SPM, dan dana yang diajukan akan ditransfer ke rekening Pamsimas LKM yang bersangkutan.
6.1.2 Tahapan dan Persyaratan Pencairan BLM APBN
Penyaluran dana BLM APBN dilakukan dalam 3 (tiga) tahapan, Tahap I sebesar 20%, Tahap II sebesar 40%, dan Tahap III sebesar 40%.
Tata cara pencairan dan penyaluran dana BLM APBN program Pamsimas diatur dalam Surat Edaran dari Direktorat Jenderal Perbendaharaan, Departemen Keuangan No. PER-6/PB/2012 tanggal 24 Januari 2012 sebagai perubahan No. PER-35/PB/2008, tanggal 23 Juli 2008.
Pencairan dana Tahap I sebesar 20% (dua puluh persen) dapat diajukan setelah SPPB II ditandatangani. Diawali dengan pengajuan SPP oleh LKM yang dilengkapi dengan:
l Surat Perjanjian Pemberian Bantuan II (SPPB II)
l Berita Acara Permintaan Pencairan Dana (BAPPD)
l Ringkasan RKM
l Kwitansi sesuai jumlah dana tahap I
SPM diterbitkan oleh pejabat penerbit SPM setelah dilakukan pengujian terhadap dokumen yang disyaratkan di atas. KPPN kemudian akan menerbitkan SP2D setelah menerima SPM dengan melampirkan:
l Ringkasan SPPB II
l Daftar rekening Pamsimas LKM
Pencairan dana Tahap II sebesar 40% (empat puluh persen) dapat diajukan melalui proses Pengajuan SPP oleh LKM yang dilengkapi dengan:
l Berita acara permintaan pencairan dana (BAPPD)
l Berita acara penggunaan dana tahap I yang dibuat berdasarkan Laporan Penggunaan Dana I (LPD I) yang menyatakan 90% dana tahap I telah digunakan
l Berita acara kemajuan pelaksanaan kegiatan, mencapai 20%
l Kwitansi sesuai jumlah dana tahap II
SPM diterbitkan oleh pejabat penerbit SPM setelah dilakukan pengujian terhadap dokumen yang disyaratkan di atas. KPPN kemudian akan menerbitkan SP2D setelah menerima SPM dengan melampirkan:
l Ringkasan SPPB II
l Daftar rekening Pamsimas LKM
l Surat pernyataan tanggung jawab belanja (SPTB)
Pencairan dana Tahap III sebesar 40% (empat puluh persen) dapat diajukan setelah proses pengajuan SPP oleh LKM yang dilengkapi dengan:
l Berita acara permintaan pencairan dana (BAPPD)
l Berita acara penggunaan dana tahap I dan tahap II yang dibuat berdasarkan Laporan Penggunaan Dana II (LPD II) yang menyatakan 90% dana tahap II telah digunakan
l Berita acara kemajuan pelaksanaan kegiatan, mencapai 50%
l Fotocopy SP2D BLM APBD
l Kwitansi sesuai jumlah dana tahap III
l Surat pernyataan kesanggupan menyelesaikan kegiatan (SPKMK)
l Fotocopy rekening LKM yang menunjukkan incash telah 100% terkumpul
SPM diterbitkan oleh pejabat penerbit SPM setelah dilakukan pengujian terhadap dokumen yang disyaratkan di atas. KPPN kemudian akan menerbitkan SP2D setelah menerima SPM dengan melampirkan:
l Ringkasan SPPB II
l Daftar rekening Pamsimas LKM
l Surat pernyataan tanggung jawab belanja (SPTB) 6.1.3 Mekanisme Penggunaan Dana
Penyaluran BLM Pamsimas kepada masyarakat dibagi ke dalam 2 (dua) tahap utama. Tahap pertama adalah penarikan dana dari (KPPN, Kantor Pelayanan dan Perbendaharaan Negara dan Masyarakat) ke rekening Pamsimas LKM. Tahap kedua adalah penarikan dana dari rekening LKM untuk dibelanjakan sesuai RKM. Diagram alur pendanaan dan pengadministrasian kegiatan Pamsimas di tingkat masyarakat dapat dilihat pada Gambar 6.2.
Gambar 6.2. Alur Pendanaan dan Administrasi Kegiatan Pamsimas
KETERANGAN :
1. in-cash 4% : kontribusi masyarakat dalam bentuk tunai disetorkan ke Rekening Pamsimas-LKM,
diperbolehkan terkumpul minimal 4% sebelum Pencairan T3. SP3K : Surat Pernyataan Penyelesaian Pelaksanaan Kegiatan
2. SP2D : Surat Perintah Pencairan Dana; SPK : Surat Perintah Kerja; SPM : Surat Perintah Membayar
3. SPPB I : Surat Perjanjian Pemberian Bantuan antara Lembaga Keswadayaan Masyarakat (LKM)
dengan Pejabat Pembuat Komitmen - Satuan Kerja Perangkat Daerah (PPK-SKPD)
4. SPPB II : Surat Perjanjian Pemberian Bantuan antara Lembaga Keswadayaan Masyarakat (LKM)
dengan Pejabat Pembuat Komitmen Pamsimas (PPK-Pamsimas) - Satuan Kerja Pembangunan Infrastruktur Permukiman (Satker PIP); LP2K : Laporan Penyelesaian Pelaksanaan Kegiatan 5. SPP : Surat Permintaan Pembayaran; BAPPD : Berita Acara Permintaan Pencairan Dana;