• Tidak ada hasil yang ditemukan

MODIFIKASI PERENCANAAN GEDUNG PERKANTORAN THE BELLEZZA OFFICE JAKARTA SELATAN MENGGUNAKAN FLAT SLAB

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "MODIFIKASI PERENCANAAN GEDUNG PERKANTORAN THE BELLEZZA OFFICE JAKARTA SELATAN MENGGUNAKAN FLAT SLAB"

Copied!
11
0
0

Teks penuh

(1)

1

MODIFIKASI PERENCANAAN GEDUNG

PERKANTORAN THE BELLEZZA OFFICE JAKARTA SELATAN MENGGUNAKAN FLAT SLAB Nama Mahasiswa : Silvanus

NRP : 3105 100 114

Jurusan : Teknik Sipil FTSP-ITS

Dosen Konsultasi : Endah Wahyuni, ST., MSc., Ph.D Dr.techn. Pujo Aji, ST, MT Abstrak

Dalam perencanaan gedung bertingkat terdapat kecenderungan untuk melakukan penghematan. Penghematan boleh dilakukan asalkan tidak mengurangi unsur kekuatan gedung tersebut. Salah satu alternatif pemecahannya adalah dengan menggunakan struktur flat slab. Flat slab dicirikan dengan tidak adanya balok sepanjang garis kolom dalam, namun balok tepi luar boleh jadi ada atau tidak, disesuaikan dengan kebutuhan. Flat slab mempunyai kekuatan geser yang cukup dengan adanya salah satu atau kedua hal berikut, pertama adanya drop panel yang merupakan penebalan plat di daerah kolom, kedua dibuatnya kepala kolom yaitu pelebaran yang mengecil dari ujung kolom atas (Chu Kia Wang dan Charles G. Salmon 1990).

Dalam ilmu struktur terdapat satu sistem struktur yang beban gravitasinya dipikul sepenuhnya oleh rangka utama, sedangkan beban lateralnya dipikul oleh rangka utama sekurang-kurangnya 25% dan sisanya oleh shearwall. Sistem ini dikenal dengan nama sistem ganda, dimana gedung THE BELLEZZA ini direncanakan berada di zone gempa 3 dan direncanakan dengan sistem ganda.

Kata kunci : flat slab, sistem ganda, beton

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

Dalam suatu perencanaan gedung, terdapat kecenderungan untuk melakukan penghematan-penghematan. Penghematan boleh dilakukan asalkan tidak mengurangi unsur kekuatan gedung tersebut. Salah satu alternatif pemecahannya adalah dengan membuat struktur

flat slab. Flat slab dicirikan dengan tidak adanya balok

sepanjang garis kolom dalam, namun balok tepi luar boleh jadi ada atau tidak ada, disesuaikan dengan kebutuhan.

Dalam ilmu struktur terdapat suatu sistem struktur yang merupakan gabungan dari Sistem Rangka Pemikul Momen (SRPM) dan dinding struktur yang biasa disebut dengan sistem ganda. Di dalam perencanaan gedung dengan menggunakan sistem ganda, rangka kolom dan dinding geser didesain harus mampu menahan gaya geser dasar sesuai dengan proporsi kekakuan diantara keduanya. Pendistribusiannya adalah kolom menahan gaya geser dasar minimal sebesar 25 % sedangkan sisanya ditahan oleh dinding geser.

Dalam tugas akhir ini penyusun akan membuat perencanaan struktur dengan objek The Bellezza Office Jakarta Selatan dengan menggunakan flat slab yang semula direncanakan dengan menggunakan balok dan sistem ganda (plat, balok, kolom, dan shear wall) dengan modifikasi pada beberapa bagian disesuaikan dengan kebutuhan

1.2 Rumusan Masalah

Permasalahan utama dari penyusunan Tugas Akhir ini adalah bagaimana merencanakan struktur gedung yang menggunakan flat slab dengan sistem ganda. Tujuan secara rinci dari permasalahan Tugas Akhir ini yaitu:

1. Bagaimana merencanakan dmensi – dimensi dari struktur utama yang menggunakan flat slab?

2. Bagaimana memodelkan struktur bangunan yang menggunakan flat slab pada program ETABS? 3. Bagaimana merencanakan shear wall dengan aturan

dual system?

4. Bagaimana merencanakan penulangan dari struktur– struktur utama yang didapat dari hasil analisa ETABS?

1.3 Maksud dan Tujuan

Tujuan secara umum dari penyusunan Tugas Akhir ini adalah agar dapat merencanakan struktur gedung yang menggunakan flat slab dengan sistem ganda. Tujuan secara rinci yang diharapkan dari perencanaan struktur gedung ini adalah sebagai berikut :

1. Dapat mengetahui dimensi–dimensi dari struktur utama.

2. Dapat membuat pemodelan struktur bangunan yang menggunakan flat slab pada program ETABS untuk kemudian dianalisa sesuai dengan SNI 03-1726-2002 dan kemudian dipakai dalam perhitungan struktur utama.

3. Dapat merencanakan shear wall yang perencanaannya sesuai dengan aturan dual

system.

4. Dapat menghitung tulangan yang dibutuhkan oleh struktur utama.

1.4 Batasan Masalah

Dalam penyusunan tugas akhir ini permasalahan akan dibatasi sampai dengan batasan–batasan sebagai berikut :

1. Pada perencanaan ini tidak meninjau analisa biaya dan manajemen konstruksi didalam menyelesaikan pekerjaan proyek. 2. Tidak meninjau segi arsitekturalnya. 3. Tidak merencanakan pondasi.

4. Mutu beton dan tulangan struktur digunakan

f’c=30 Mpa dan fy = 400 Mpa, sehingga nilai β= 0,85.

5. Peraturan yang dipakai SNI 03 – 2847 – 2002 , SNI 03 – 1726 – 2002 dan Revisi SNI 03-1727-1989.

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Umum

Di dalam konstruksi beton bertulang pelat dipakai untuk mendapatkan permukaan datar. Jika nilai perbandingan antara panjang dan lebar pelat lebih dari 2, digunakan penulangan 1 arah (one way slab). Dan apabila nilai perbandingan antara panjang dan lebar pelat tidak lebih dari 2, digunakan penulangan 2 arah (two way slab) (Winter,

1993). Untuk flat plate dan flat slab dicirikan oleh tidak

adanya balok-balok sepanjang garis kolom dalam, namun balok-balok tepi pada tepi-tepi luar lantai boleh jadi ada atau tidak ada. Pada flat plate umumnya dipakai apabila panjang bentang tidak terlalu besar dan beban yang bekerja bukan merupakan beban yang berat.

(2)

2

Flat slab berbeda dari flat plate dalam hal bahwa

lantai flat slab mempunyai kekuatan yang cukup dengan adanya salah satu atau kedua hal berikut :

a. Drop Panel yaitu pertambahan tebal plat didalam

daerah kolom.

b. Kepala kolom (Column Capital) yaitu pelebaran mengecil dari ujung kolom atas.

Gambar 2.1 Konstruksi flat slab (Ferguson, 1991)

2.2 Analisa Struktur Flat Slab

Analisa suatu konstuksi flat slab dapat dilakukan dengan dua cara, yaitu dengan metode desain langsung (direct design methode) dan metode potal ekuivalen.

Perbedaan analisa antara dua metode yaitu pada metode perencanaan langsung, yang diperoleh adalah pendekatan momen dan geser dengan menggunakan koefisien-koefisien yang disederhanakan. Sedangkan metode rangka ekuivalen menganggap portal (rangka) idealisasi ini serupa dengan portal aktual sehingga hasilnya akan lebih eksak dan mempunyai batasan penggunaan yang lebih sedikit dibandingkan dengan metode perencanaan langsung (Nawy, 1998).

2.3 Konsep Desain

Tujuan Perencanaan Struktur tahan gempa adalah mengurangi kerusakan struktur bangunan, sehingga sebisa mungkin masih dapat diperbaiki, membatasi ketidaknyamanan penghuni saat terjadi gempa (sedang), melindungi layanan bangunan yang vital dan menghindari korban jiwa (kuat).

Falsafah Perencanaan Bangunan Tahan Gempa 1. Bangunan dapat menahan gempa ringan tanpa

mengalami kerusakan

2. Bangunan dapat menahan gempa sedang tanpa kerusakan yang berarti pada struktur utama, walaupun ada kerusakan pada struktur sekunder. 3. Bangunan dapat menahan gempa tinggi tanpa

mengalami keruntuhan total bangunan, walaupun bagian struktur utama sudah mengalami kerusakan atau mencapai pelelehan.

2.4 Sistem Ganda

Pengertian dari Sistem Ganda di dalam SNI 03 – 1726 – 2002 mempunyai 3 ciri dasar yaitu:

1. Rangka ruang lengkap berupa SRPM (Sistem Rangka Pemikul Momen) yang penting berfungsi memikul beban gravitasi.

2. Sistem struktur yang beban gravitasinya dan gaya lateralnya diterima space frame dan dinding geser, yang mana space frame memikul beban lateral

minimal sebesar 25 % dan sisanya dipikul oleh dinding geser.

3. Dinding geser dan SRPM direncanakan untuk menahan gaya gempa secara proposional berdasarkan kekuatan relatifnya.

Untuk daerah dengan resiko gempa tinggi,yaitu Wilayah Gempa 5 dan 6, rangka ruang itu harus didisain sebagai SRPMK dan DS harus sesuai ketentuan SNI 2847 Pasal 23.6.6 yaitu sebagai DSBK termasuk ketentuan ketentuan Pasal pasal sebelumnya yang masih berlaku. Di Wilayah Gempa 3 dan 4, SRPM harus SRPMM dan DS tak perlu detailing khusus. Untuk WG 1 dan 2, SRPM boleh pakai Rangka Pemikul Momen Biasa juga DS pakai DS Beton Biasa (Purwono, 2005).

Gedung yang direncanakan berada di zone 3 yang

merupakan daerah dengan resiko gempa menengah, sehingga rangka ruang didisain sebagai SRPMM dan DS tak perlu detailing khusus.

2.4.1 Sistem Penahan Gaya Lateral

Besarnya beban lateral kadang-kadang lebih besar dari beban gravitasi. Dan untuk menghindari terjadinya keruntuhan akibat beban lateral, maka direncanakan sistem penahan gaya lateral. Dalam SNI-2002 terdapat beberapa macam komponen sistem penahan gaya lateral, diantaranya adalah shearwall (dinding geser), braced frame, dan bearing

wall.

2.4.2 Macam, Bentuk dan Tipe Shear wall

Dinding geser merupakan sistem penahan gaya lateral yang menahan gaya lateral akibat gempa dari gedung dan gaya geser dasar horisontal yang diakibatkan oleh gaya lateral tersebut. Dalam struktur dinding penahan lateral (shear wall) mempunyai bentuk-bentuk dan variasi yang berbeda-beda, dimana dimensi dari dinding geser dipengaruhi besarnya gaya lateral yang diterima oleh dinding geser. Pada gedung bertingkat tinggi sering juga digunakan dinding geser dengan flange wall, seperti pada tipe T dan L dimana efektif untuk struktur bertingkat tinggi dan membutuhkan duktilitas terbatas ketika flange untuk kondisi tekan.

Tipe dinding geser dapat dibedakan menurut variasi dinding geser terhadap ketinggiannya. Untuk gedung dengan ukuran sedang, bentuk dari dinding geser seperti diatas tidak mengalami perubahan terhadap ketinggian struktur. Dan untuk gedung bertingkat tinggi tipe-tipe dinding geser yang biasa digunakan dapat dibedakan sebagai berikut, yaitu :

cantilever wall, cantilever wall dengan ruang terbuka dan coupled wall.

BAB III METODOLOGI 3.1 Umum

Bab ini menjelaskan urutan pelaksanaan penyelesaian yang akan digunakan dalam penyusunan Tugas Akhir.

3.2 Langkah-langkah Penyelesaian

Berikut akan dijelaskan langkah-langkah yang diambil untuk menyelesaikan tugas akhir ini, yang ditunjukkan dalam diagram alir pada gambar 3.1.

3.2.1 Pengumpulan Data

Data-data perencanaan secara keseluruhan mencakup data umum bangunan, data bahan dan data tanah.

KOLOM FLAT SLAB DROP PANEL FLAT SLAB DROP PANEL KOLOM

(3)

3

Studi Literatur Perubahan Dimensi Pengumpulan Data Gambar - AutoCAD Perencanaan Struktur Sekunder

Perencanaan Struktur Utama Preliminary Design

Flat Slab, Kolom, Balok Tepi, Shearwall

Analisa Pembebanan

Berdasarkan PPIUG 1983 SNI 03 – 1726 – 2002

- Data Umum Bangunan

Nama gedung : The Belezza Office Lokasi : Jakarta Selatan Fungsi : Gedung perkantoran Zone gempa : 3 ( menengah ) Jumlah lantai : 12 lantai Tinggi Bangunan : 45 m Ketinggian tiap lantai : 3,75 m

Struktur utama : Beton Bertulang

Data Bahan :

Kekuatan tekan beton (f ‘c) = 30 MPa Tegangan leleh baja (fy) = 400 Mpa

Gambar 3.1 Diagram alir penyelesaian tugas akhir

BAB IV

PERENCANAAN DIMENSI STRUKTUR 4.1 Umum

Bab ini berisi perhitungan-perhitungan untuk menentukan perkiraan awal dari struktur bangunan. Dimensi yang ditentukan pada bab ini antara lain adalah ukuran pelat beserta dimensi dari drop panel yang akan direncanakan, ukuran kolom, dimensi balok tepi, dan ukuran

shear wall.

4.2 Perencanaan Dimensi Pelat

Hal-hal yang direncanakan antara lain tebal dari pelat yang pada perencanaan ini menggunakan flat slab, dimensi dari drop panel, dan dihitung juga tebal ekivalen dari pelat.

Gambar 4.2 Dimensi pelat,drop panel dan kolom (m)

4.3 Perencanaan Ukuran Kolom

Dalam menentukan dimensi kolom pada tahap

preliminary design ini menggunakan cara tributary area.

Kolom yang ditinjau adalah kolom pada lantai dasar yang menerima beban terbesar.

Didapatkan ukuran kolom : 85 × 85 cm2

Gambar 4.4Ukuran kolom (cm)

4.4 Perencanaan Ukuran Balok Tepi

Desain dengan menggunakan peraturan SNI 03-2847-2002 Bab 11.5.2 dalam Tabel 8 disebutkan bahwa tebal minimum balok non prategang atau pelat satu arah bila lendutan tidak dihitung pada kedua ujung menerus yaitu

h

= 21

1 Didapatkan dimensi balok tepi 30/50.

Gambar 4.5 Ukuran balok tepi (m)

4.5 Perencanaan Ukuran Dinding Geser

Menurut SNI 03-2847-2002 pasal 16.5.3.(1) : ketebalan dinding pendukung tidak boleh kurang daripada

25 1

tinggi atau panjang bagian dinding yang ditopang

secara lateral, diambil yang terkecil, dan tidak kurang daripada 100 mm.

Jadi, didapatkan tebal shearwall sebesar 30 cm dan telah memenuhi syarat. OK

START Kontrol Desain END NOT OK

(4)

4

Gambar 4.6 Dimensi dinding geser (m)

BAB V

PERENCANAAN STRUKTUR SEKUNDER 5.1 Umum

Pada bab ini akan dijelaskan mengenai perancangan pada komponen – komponen struktur yang termasuk dalam struktur sekunder, diantaranya adalah struktur tangga dan struktur balok lift.

5.2 Perencanaan Tangga

Dalam perencanaan ini tangga diasumsikan sebagai frame 2 dimensi, yang kemudian dianalisa untuk menentukan gaya–gaya dalamnya dengan perencanaan struktur statis tertentu. Dalam perhitungan ini perletakan diasumsikan sebagai sendi-rol.

Gambar 5.1 Denah tangga (m)

Data – data perencanaan :

a. Lebar tangga : 120 cm

b. Tebal pelat miring : 15 cm c. Tebal pelat bordes : 15 cm d. Tebal selimut beton : 20 mm l. Tinggi injakan ( t ) : 19 cm m. Lebar injakan ( i ) : 26 cm

5.2.1 Analisa Gaya-Gaya Dalam

Gambar 5.3 Analisa Gaya Dalam Tangga (m)

Didapatkan, VA = 4423 Kg VB = 4124,336 Kg

Didapatkan gaya-gaya dalam pada pelat tangga dan bordes:

Gambar 5.6 Bidang momen dan lintang pada tangga

5.2.2 Perhitungan Penulangan Pelat Tangga dan Bordes ρb = y y c f f f 600 600 ' 85 , 0 1 = 0,033 ρmax = 0,75 × ρb = 0,75 × 0,033 = 0,025 ρmin b = fy 4 . 1 = 400 4 . 1 = 0,0035 ρmin = 0,0018 m = c y f f 85 . 0 = 30 85 . 0 400 = 15,68 d = 150 – 20 – (0,5 × 16) = 122 mm Perhitungan tulangan pelat tangga:

Tulangan lentur = D16-105 Tulangan pembagi = Ø8-120 Perhitungan tulangan pelat bordes :

Tulangan lentur = D14-190 Tulangan pembagi = Ø8-190

5.2.5 Penulangan Balok Tangga Dipakai dimensi balok tangga 20/30. 1. Penulangan lentur balok tangga

Tumpuan

Digunakan tulangan lentur 2D16 (Aspakai = 401,92 mm2) Lapangan

Digunakan tulangan lentur 2D16 (As pakai = 401,92 mm2)

5.3 Perencanaan lift

Pada perancangan lift ini meliputi balok pemisah sangkar dan balok penumpu depan. Lift yang digunakan pada perancangan pada Tugas Akhir ini adalah lift yang diproduksi oleh Sigma dengan data – data sebagai berikut :

Tipe lift : Passenger

Merk : Sigma Kapasitas :17orang (1150 kg) q1 =1482 Kg/m C B A q2 =1051,2 Kg/m 3.75 5.2 0.8

+

+

A C B 6600,16 Kgm 2963,1 Kgm -- C B A + 3571,Kg -2651 Kg -3283,376 Kg -4124,336 Kg

(5)

5

Kecepatan : 60 m/menit

Lebar pintu (opening width) : 1000 mm Dimensi sangkar (car size)

Outside : 2240 1785 mm2

Inside : 2150 1600 mm2

Dimensi ruang luncur (hoistway)

Duplex : 5700 2350 mm2

Dimensi ruang mesin (duplex) : 5700 2350 mm2 Beban reaksi ruang mesin

R1 = 13900 kg R2 = 9350 kg

5.3.3 Penulangan Balok Pemisah Sangkar (25/30) 1. Penulangan lentur

a. Tumpuan

Tulangan terpasang 3 D14 dengan As = 4,62 cm2 Tulangan tekan 2 D14 dengan As

= 3,08 cm2 b. Lapangan

Tulangan terpasang 3 D14 dengan As = 4,62 cm2 Tulangan tekan 2 D14 dengan As’ = 3,08 cm2 2. Penulangan geser

Dipasang tulangan 10 – 120

5.3.4 Penulangan Balok Penumpu Depan (40/60) 1. Penulangan lentur

a. Tumpuan

Tulangan terpasang 3 D22 dengan As = 11,4 cm

2 Tulangan tekan 2 D22 dengan As’ = 7,6 cm2 b. Lapangan

Tulangan terpasang 3 D22 dengan As = 11,4 cm2 Tulangan tekan 2 D22 dengan As

= 7,6 cm2 2. Penulangan geser

Jarak antar sengkang maksimum tidak boleh lebih dari d/2 = 593/2 = 296,5 mm maka dipasang Ø 10-290

5.3.5 Penulangan Balok Penumpu Belakang (40/60) 1. Penulangan lentur

a. Tumpuan

Tulangan terpasang 4 D22 dengan As = 15,2 cm2 Tulangan tekan 3 D22 dengan As’ = 11,4 cm2 b. Lapangan

Tulangan terpasang 3 D22 dengan As = 11,4 cm

2 Tulangan tekan 2 D22 dengan As’ = 7,6 cm2 2. Penulangan geser

Jarak antar sengkang maksimum tidak boleh lebih dari d/2 = 593/2 = 296,5 mm maka dipasang Ø 10-290

BAB VI

PERENCANAAN STRUKTUR PRIMER 6.1 Umum

Bab ini akan membahas mengenai analisa dan perhitungan dari struktur primer. Hal yang akan dibahas pertama kali adalah merencanakan beban gempa yang bertujuan untuk mendapatkan beban gempa yang sesuai dengan peraturan untuk dibebankan kedalam struktur gedung. Setelah didapat gaya – gaya dalam yang merupakan output dari hasil analisa program ETABS v9.2.0, maka dilakukan perhitungan untuk menentukan jumlah tulangan. Jadi, struktur primer yang ditinjau pada bab ini meliputi:

1. Pelat (flat slab). 2. Balok tepi. 3. Kolom. 4. Dinding geser.

6.11 Perencanaan Pelat

6.11.1 Perencanaan Lentur Pelat - SNI 03-2847-2002 pasal 23.10.6.

Pengaturan tersebut menyangkut banyaknya tulangan yang harus dipasang menerus sepanjang jalur kolom.

Perhitungan penulangan diambil contoh pada pelat lantai 7 dengan ukuran 7 × 7 m2 (P1). Dengan data- data sebagai berikut :

Mutu beton ( f’c ) = 30 Mpa Mutu baja tulangan ( fy ) = 400 Mpa h pelat = 20 cm h drop panel = 15 cm Ukuran plat = 700 × 700 cm2 Ukuran drop panel = 240 × 240 cm2

ρb = y y c f f f 600 600 ' 85 , 0 1 = 0,033 ρmax = 0,75 × ρb = 0,75 × 0,033 = 0,025 400 4 , 1 min = 0,0035 m = c y f f ' 85 . 0 = 30 85 . 0 400 = 15,6

6.11.1.1 Penulangan Jalur Kolom Arah x

Tumpuan

As = × b × d = 0,0163 × 1000 × 319 = 5192,89 mm2 Digunakan tulangan D 22 – 70 (As = 5427,71 mm2) Tulangan atas minimum yang harus dipasang menerus sepanjang bentang arah x

= ¼ × As = ¼ × 5427,71 = 1356,92 mm2

Tulangan bawah minimum yang harus dipasang menerus sepanjang bentang arah x

= 1/3 × As = 1/3 × 5427,71 = 1809,23 mm2 As’ = ’× b × d = 0,0083 × 1000 × 319 = 2645,67 mm2 > 1809,23 mm2 (OK) Digunakan tulangan D 22 – 140 (As’ = 2713,86 mm 2 ) Lapangan As = × b × d = 0,031 × 1000 × 169 = 5239 mm2 Digunakan tulangan D 22 – 70 (As = 5427,7 mm2) As’ = ’× b × d = 0,016 × 1000 × 169 = 2704 mm2 Digunakan tulangan D 22 – 135 (As’ = 2814,37 mm2) Arah y Tumpuan As = × b × d = 0,00155 × 1000 × 319 = 4944,5 mm2 Digunakan tulangan D 22 – 75 (As = 5065,87 mm2) Tulangan atas minimum yang harus dipasang menerus sepanjang bentang arah y

= ¼ × As = ¼ × 5065,87 = 1266,47 mm

2

Tulangan bawah minimum yang harus dipasang menerus sepanjang bentang arah y

= 1/3 × As = 1/3 × 5065,87 = 1688,62 mm2 As’ = ’× b × d = 0,0079 × 1000 × 319 = 2520,1 mm2 > 1688,62 mm2 (OK) Digunakan tulangan D 22 – 150 (As’ = 2532,93 mm2) Lapangan As = × b × d = 0,021 × 1000 × 169 = 3549 mm2 Digunakan tulangan D 22 – 105 (As = 3618,5 mm2) As’ = ’ × b × d = 0,011 × 1000 × 169 = 1859 mm2

(6)

6

Digunakan tulangan D 22 – 200 (As = 1899,7 mm2)

6.11.1.2 Penulangan jalur tengah Arah x Tumpuan As = × b × d = 0,027 × 1000 × 169 = 4563 mm2 Digunakan tulangan D 22 – 80 (As = 4749,25 mm2) As’ = ’ × b × d = 0,014 × 1000 × 169 = 2366 mm2 Digunakan tulangan D 22 – 160 (As’ = 2374,6 mm2) Lapangan As = × b × d = 0,025 × 1000 × 169 = 4225 mm 2 Digunakan tulangan D 22 – 85 (As = 4469,88 mm2) As’ = ’ × b × d = 0,013 × 1000 × 169 = 2197 mm2 Digunakan tulangan D 22 – 170 (As’ = 2234,9 mm 2 ) Arah y Tumpuan As = × b × d = 0,027 × 1000 × 169 = 4563 mm2 Digunakan tulangan D 22 – 80 (As = 4749,25 mm2) As’ = ’ × b × d = 0,014 × 1000 × 169 = 2366 mm2 Digunakan tulangan D 22 – 160 (As’ = 2374,625 mm2) Lapangan As = × b × d = 0,025 × 1000 × 169 = 4225 mm2 Digunakan tulangan D 22 – 85 (As = 4469,88 mm2) As’ = ’× b × d = 0,013 × 1000 × 169 = 2197 mm2 Digunakan tulangan D 22 – 170 (As’ = 2234,94 mm2) 6.11.2 Penulangan Geser Plat

6.11.2.1 Penulangan Geser Plat Kolom Interior -SNI 03-2847-2002 Ps. 13.12.6

Dari perhitungan program bantu Etabs v9.2, didapat :

Vu = 19038 kg Mu = 48765 kgm

dari perhitungan didapatkan Vu < Vc maka tidak perlu penulangan geser

6.11.2.2 Penulangan Geser Pelat Kolom Eksterior Dari perhitungan program bantu Etabs v9.2, didapat :

Vu = 16301 kg Mu = 25625 kgm

Dari perhitungan didapatkan Vu < Vc maka tidak perlu penulangan geser

6.12 Perancangan Balok Tepi

Untuk perancangan balok tepi, diambil balok tepi B1. Perhitungan struktur mempertimbangkan beberapa kombinasi beban yang terjadi.

6.12.1 Data Perancanganfc = 30 MPa fy = 400 Mpa h = 500 mm b = 300 mm Dtul. longitudinal = 25 mm Dsengkang = 10 mm d’ = 40 + 10 + ½ 25 = 62,5 mm dx = h – d’ = 500 – 62,5= 437,5 mm 0035 , 0 400 4 , 1 4 , 1 min y f y y c bal f f f 600 600 1 . ' . 85 , 0 = 0,0325 balance

75

,

0

m ax = 0,75 × 0,0325 = 0,025 69 , 15 30 85 , 0 400 ' . 85 , 0 f x f m c y

6.12.2 Penulangan Daerah Tumpuan Kiri Balok Tepi Akibat Momen Positif

Mu = + 17589 kgm = +175890000 Nmm

As = × b × d = 0,0105 × 300 × 437,5 = 1378,125 mm2 Digunakan Tulangan Lentur 3 D25

As ada = 1471,875mm2 > Asperlu = 1378,125 m2...(Ok) As’ = ’ × b × d

= 0,0055 × 300 × 437,5 = 721,875 mm2 Digunakan Tulangan Lentur 2 D25

As’ada = 981,25 mm2 > As’perlu = 721,875 mm2...( Ok) Akibat Momen Negatif

Mu = -27262 kg.m = -272620000 Nmm

As = × b × d = 0,0166 × 300 × 437,5 = 2178,75 mm2 Digunakan Tulangan Lentur 5 D25

As ada = 2453,125 mm 2 > As perlu = 2178,75 mm 2 ...(Ok) As’ = ’ × b × d = 0,0079 × 300 × 437,5 = 1036,875 mm2 Digunakan Tulangan Lentur 3 D25

As’ ada = 1471,875 mm2 > As’ perlu = 1036,875 mm2...( Ok) Maka tulangan yang dipakai adalah yang terbesar

Tulangan atas = 5 D25 (As = 2455 mm2 ) Tulangan bawah = 3 D25 (As = 1473 mm2 ) 6.12.3 Penulangan Daerah Lapangan Balok Tepi Mu = 7835kgm = 78350000 Nmm

As = × b × d = 0,0047 × 300 × 437,5 = 616,875 mm2 Digunakan Tulangan Lentur 2 D 25

As ada = 981,25 mm2 > As perlu = 616,875 mm2...(Ok) As’ = ρmin × b × d = 0,0035 × 300 × 437,5 = 459,375 mm2 Digunakan Tulangan Lentur 2 D 25

As’ada = 982 mm2 > As’perlu = 459,375 mm2...(Ok) 6.12.4 Penulangan Daerah Tumpuan Kanan Balok Tepi Akibat Momen Negatif

Mu = -24883 kgm = -248830000 Nmm

As = × b × d = 0,0152 × 300 × 437,5 = 1995 mm2 Digunakan Tulangan Lentur 5 D25

As ada = 2453,125 mm2 > As perlu = 1995 mm2...(Ok) As’ = ’ × b × d = 0,008 × 300 × 437,5 = 1050 mm

2 Digunakan Tulangan Lentur 3 D25

As’ada = 1471,875 mm2 > As’perlu = 1050 mm2...( Ok) Akibat Momen Positif

Mu = +17292 kgm = +172920000 Nmm

As = × b × d = 0,0105 × 300 × 437,5 = 1378,125 mm2 Digunakan Tulangan Lentur 3 D25

As ada = 1471,875 mm2 > As perlu = 1378,125 mm2...(Ok) As’ = ’ × b × d = 0,0055 × 300 × 437,5 = 721,875 mm2 Digunakan Tulangan Lentur 2 D25

As’ada = 982 mm2 > As’perlu = 721,875 mm2...( Ok) Maka tulangan yang dipakai adalah yang terbesar

Tulangan atas = 5 D25 (As = 2455 mm2 ) Tulangan bawah = 3 D25 (As = 1473 mm2 ) 6.12.6 Penulangan Geser Balok

- SNI 03-2847-2002 pasal 23.10.4(2) :

6.12.6.1 Penulangan Geser Tumpuan Balok

Dipasang Ø12 - 120 mm sepanjang 2h = 2.500 = 1000 mm dari muka kolom, dimana tulangan geser pertama dipasang 50 mm dari muka kolom.

6.12.6.2 Penulangan Geser Lapangan Balok Tepi Pemasangan tulangan geser di luar sendi plastis (>2h) Dipasang Ø12 - 150 mm

-26258

-64063.17

13372

7835

28077.54

(7)

7

6.13 Penulangan Kolom

6.13.1 Kolom Interior

Untuk contoh penulangan, akan digunakan kolom interior yang terletak pada lantai dasar (K2) dengan data : Dimensi kolom = 850 × 850 mm2

Mutu beton, f’c = 30 MPa Mutu baja, fy = 400 MPa

Diameter tul utama = D25 mm Diameter tul sengkang = Ø12 mm

6.13.1.1 Perhitungan Tulangan Lentur Kolom Interior Perhitungan penulangan memanjang kolom menggunakan program bantu PCACOL v3.64. Berdasarkan kombinasi beban, ternyata untuk semua lantai kolom interior memerlukan tulangan memanjang yang sama sebanyak 1,09 % atau 16D25. Prosentase kolom ini sesuai syarat SNI

03-2847-2002 Pasal 23.4.3.1 yaitu antara 1 % - 6 % telah

terpenuhi.

6.13.1.2 Kontrol Kapasitas Beban Aksial Kolom Interior Terhadap Beban Aksial Terfaktor

- SNI 03-2847-2002 Pasal 12.3.5.2 : kapasitas beban aksial kolom tidak boleh kurang dari beban aksial terfaktor hasil analisa struktur.

st

A

y

f

)

st

A

g

(A

'

c

f

,

φ

,

)

(

n

φ.P

max

0

8

0

85

= 11109059 N = 11109,059 kN > 7654.92 kN OK

6.13.1.3 Persyaratan “Strong Column Weak Beams” Sesuai dengan filosofi desain kapasitas , maka SNI

-2847-2002 pasal 23.4.2 mensyaratkan bahwa

g

e

M

M

6

/

5

. Dimana ΣMe adalah momen kapasitas kolom dan ΣMg merupakan momen kapasitas balok. Karena pada tugas akhir ini tidak menggunakan balok interior, jadi momen kapasitas untuk balok menggunakan momen kapasitas dari jalur kolom pelat. Perlu dipahami bahwa Me harus dicari dari gaya aksial terfaktor yang menghasilkan kuat lentur terendah, sesuai dengan arah gempa yang ditinjau yang dipakai untuk memeriksa syarat

strong column weak beam. Setelah kita dapatkan jumlah

tulangan untuk kolom, maka selanjutnya adalah mengontrol apakah kapasitas kolom tersebut sudah memenuhi persyaratan strong kolom weak beam.

Nilai momen nominal jalur kolom pelat yang menggunakan tulangan atas D 22–70 (As = 5427,71 mm2) dan tulangan bawah D 22–140 (As’ = 2713,86 mm2) adalah sebesar:

Momen Nominal Kiri a =

2400

30

85

,

0

400

5427,71

'

85

,

0

f

b

f

A

c y s = 35,48 mm Mnr = As fy 2 a d = 654,07 kNm

Momen Nominal Kanan a = 2400 30 85 , 0 400 5427,71 ' 85 , 0 f b f A c y s = 35,48 mm Mnr = As fy

2

a

d

= 654,07 kNm Jadi,

5

6

Σ M g = [

6

5

(654,07+ 654,07)] = 1569,768 kNm Σ Me = [(1800 + 1775)] / 0,65 = 5500 kNm Karena

M

e

M

g

5

6

, maka persyaratan Strong Column Weak Beam terpenuhi.

6.13.1.4 Kebutuhan Tulangan Geser - SNI 03-2847-2002 pasal 23.10.5.1 Digunakan sengkang 2 Ø 12-100.

Sengkang pertama harus dipasang tidak lebih dari 0,5 so dari muka hubungan balok kolom.

Pengekangan pada luar sendi plastis

- SNI 03-2847-2002 pasal 23.10.5.4, spasi sengkang ikat

diseluruh penampang kolom tidak boleh lebih dari: 2So = 2(100) = 200mm

Sehingga dipakai sengkang 2Ø12-200.

6.13.1.5 Panjang Lewatan pada Sambungan Tulangan Kolom Interior

- SNI 03-2847-2002 Ps.14.2.3 - SNI 03-2847-2002 pasal 14.15.1

Sambungan lewatan tulangan ulir dan kawat ulir dalam kondisi tarik harus menggunakan sambungan kelas B, yaitu sepanjang 1,3 ld dan tidak kurang dari 300 mm. Sehingga : Panjang lewatan =

1

,

3

d

=

1

,

3

657

,

5

=854,75mm 855 mm > 300 mm 6.13.2 Kolom Eksterior

Untuk contoh penulangan, akan digunakan kolom Eksterior yang terletak pada lantai dasar (K1) dengan data :

Dimensi kolom = 850 × 850 mm2 Mutu beton, f’c = 30 MPa Mutu baja, fy = 400 MPa

Diameter tul utama = D25 mm Diameter tul sengkang = Ø14 mm

6.13.2.1 Perhitungan Tulangan Lentur Kolom Eksterior Perhitungan penulangan memanjang kolom menggunakan program bantu PCACOL v3.6. Berdasarkan kombinasi beban, ternyata untuk semua lantai kolom eksterior memerlukan tulangan memanjang yang sama sebanyak 1,09 % atau 16D25. Prosentase kolom ini sesuai syarat SNI 03-2847-2002 Pasal 23.4.3.1 yaitu antara 1 % - 6 % telah terpenuhi.

6.13.2.2 Kontrol Kapasitas Beban Aksial Kolom Eksterior Terhadap Beban Aksial Terfaktor

- SNI 03-2847-2002 Pasal 12.3.5.2 : kapasitas beban aksial

kolom tidak boleh kurang dari beban aksial terfaktor hasil analisa struktur.

st

A

y

f

)

st

A

g

(A

'

c

f

,

φ

,

)

(

n

φ.P

max

0

8

0

85

7850 400 7850 2 850 30 85 0 65 0 8 0, , , ( ) = 11109059 N = 11109,059 kN > 4514.14 kN OK

6.13.2.3 Persyaratan “Strong Column Weak Beams” Sesuai dengan filosofi desain kapasitas , maka SNI

(8)

8

g

e

M

M

6

/

5

. Dimana ΣMe adalah momen kapasitas kolom dan ΣMg merupakan momen kapasitas balok. Perlu dipahami bahwa Me harus dicari dari gaya aksial terfaktor yang menghasilkan kuat lentur terendah, sesuai dengan arah gempa yang ditinjau yang dipakai untuk memeriksa syarat strong column weak beam. Setelah kita dapatkan jumlah tulangan untuk kolom, maka selanjutnya adalah mengontrol apakah kapasitas kolom tersebut sudah memenuhi persyaratan strong kolom weak beam.

Nilai momen nominal balok tepi yang menggunakan tulangan atas 5D25 (As = 2455 mm2 ) dan tulangan bawah 3 D25 (As = 1473 mm2 ) adalah sebesar:

Momen Nominal Kiri a =

300

30

85

,

0

400

2455

'

85

,

0

f

b

f

A

c y s = 128,37 mm Mnr = As fy 2 a d = 366,6 kNm

Momen Nominal Kanan a =

300

30

85

,

0

400

2455

'

85

,

0

f

b

f

A

c y s = 128,37 mm Mnl = As fy 2 a d = 366,6 kNm Jadi,

5

6

Σ M g = [

6

5

(366,6+ 366,6)] = 879,84 kNm Σ Me = [(1600 + 1575)] / 0,65 = 4884,615 kNm Karena

M

e

M

g

5

6

, maka persyaratan Strong Column Weak Beam terpenuhi.

6.13.2.4 Kontrol Persyaratan Kolom Eksterior Terhadap Gaya Geser Rencana Ve

- SNI 03-2847-2002 pasal 23.10.5.1 Digunakan sengkang 2 Ø 12-150.

Sengkang pertama harus dipasang tidak lebih dari 0,5 so dari muka hubungan balok kolom.

Pengekangan pada luar sendi plastis

- SNI 03-2847-2002 pasal 23.10.5.4, spasi sengkang ikat

diseluruh penampang kolom tidak boleh lebih dari: 2So = 2(130) = 260mm

Sehingga dipakai sengkang 2Ø12-200.

6.13.2.5 Panjang Lewatan pada Sambungan Tulangan Kolom Eksterior

- SNI 03-2847-2002 Ps.14.2.3

- SNI 03-2847-2002 pasal 14.15.1, sambungan lewatan tulangan ulir dan kawat ulir dalam kondisi tarik harus menggunakan sambungan kelas B, yaitu sepanjang 1,3 ld dan tidak kurang dari 300 mm. Sehingga :

Panjang lewatan=

1

,

3

d=854,75mm 855 mm > 300mm 6.13.2.6 Perencanaan Hubungan Balok Kolom

- SNI 03-2847-2002 ps.23.10.5.3

Digunakan sengkang 2 Ø12-100 mm untuk dipasang pada HBK.

6.14 Perancangan Dinding Geser tipe Siku 6.14.1 Data Perancangan

Mutu beton (fc) = 30 MPa Mutu baja (fy) = 400 MPa Tebal Shearwall = 30 cm Tinggi Shearwall = 45 m

Tebal selimut beton Panel = 40 mm

6.14.2 Kontrol Kapasitas Beban Aksial Dinding Geser Tipe Siku terhadap Beban Aksial

- SNI 03-2847-2002 pasal 16.5.2 2 32 1 55 , 0 h k A f P c g c nw, = 24075 kN > Pu max = 6661,14 kN OK! 6.14.3 Geser Rencana

- SNI 03-2847-2002 Pasal 16.3, rasio tulangan vertikal ( v) tidak boleh kurang dari 0,0012 dan 0,002 untuk rasio tulangan horizontal ( h). Tulangan horizontal menggunakan 2 Ø 12 dengan spasi 300 mm, dan vertikal 2D12 dengan spasi 250 mm.

a. Kontrol rasio tulangan vertikal :

250

300

226

= 0,003 > 0,0012 OK!

b. Kontrol rasio tulangan horizontal :

300

300

226

= 0,0025 > 0,0025 OK!

6.14.4 Kontrol dan Desain Panjang Daerah Komponen Batas (Boundary Zone) Dinding Geser

 Menurut 03-2847-2002 Pasal 23.6.6.2(a) daerah tekan harus diberi komponen batas bila :

w u w h c 600  ; dimana w u h

tidak boleh diambil

kurang dari 0,007.

Dari perumusan pasal 23.6.6.2a diatas menunjukkan bahwa shearwall tersebut tidak membutuhkan komponen batas , hal ini disebabkan baban aksial yang bekerja pada shearwall relatif kecil.

BAB VII

KESIMPULAN DAN SARAN 7.1 Kesimpulan

Berdasarkan keseluruhan hasil analisa yang telah dilakukan dalam penyusunan Tugas Akhir ini dapat ditarik beberapa kesimpulan sebagai berikut :

1. Didapatkan dimensi elemen struktur : Tebal pelat lantai dan atap = 20 cm

Dimensi drop panel = 240 × 240 × 15 cm3 Dimensi balok tepi = 30 × 50 cm2 Dimensi kolom = 85 × 85 cm2 Tebal shear wall = 30 cm

2. Dari hasil analisa struktur, ternyata pemodelan yang drencanakan sesuai dengan SNI 03-1726-2002.

(9)

9

3. Berikut adalah persentase shear wall dalam menahan beban gempa :

Tabel 7.1 Persentase kolom dan dinding geser dalam menahan beban gempa

No Kombinasi

Prosentase Penahan Gempa

FX FY

KOLOM DG KOLOM DG

1 RSPX 38,91% 61,09% 27,17% 72,83%

2 RSPY 27,67% 72,33% 38,30% 61,70%

Berdasarkan tabel diatas, maka persyaratan dari SNI 03-1726-2002 ps. 5.2.3 terpenuhi.

4. Didapatkan tulangan yang dibutuhkan oleh pelat, balok tepi, dan shear wall. Berikut adalah rekapitulasi dari hasil perhitungan tulangan.

Tabel 7.2 Rekapitulasi perhitungan penulangan lentur pelat

Arah Posisi Ukuran Pelat

Penulangan Tulangan 7 m x 7m (P1) 6m x 7m (P2) 7m x 6.5m (P3) 6m x 6.5m (P4) Arah X Tumpuan lajur kolom atas D22-70 D22-80 D22-80 D22-85 bawah D22-140 D22-155 D22-150 D22-160 Lapangan lajur kolom atas D22-135 D22-145 D22-145 D22-155 bawah D22-70 D22-80 D22-75 D22-85 Tumpuan lajur tengah atas D22-80 D22-95 D22-85 D22-95 bawah D22-160 D22-175 D22-165 D22-175 Lapangan lajur tengah atas D22-170 D22-185 D22-180 D22-180 bawah D22-85 D22-95 D22-90 D22-95 Arah Y Tumpuan lajur kolom atas D22-75 D22-80 D22-85 D22-80 bawah D22-150 D22-160 D22-160 D22-155 Lapangan lajur kolom atas D22-200 D22-210 D22-205 D22-210 bawah D22-105 D22-115 D22-115 D22-115 Tumpuan lajur tengah atas D22-80 D22-95 D22-95 D22-90 bawah D22-160 D22-165 D22-175 D22-170 Lapangan lajur tengah atas D22-170 D22-185 D22-180 D22-180 bawah D22-85 D22-95 D22-95 D22-95

Tabel 7.3 Rekapitulasi penulangan balok tepi

Balok Posisi Tumpuan Lapangan Geser

B1 atas 5D25 2D25 Plastis Ø12-120

bawah 3D25 2D25 Non Plastis Ø12-150

B2 atas 5D25 2D25 Plastis Ø12-120

bawah 3D25 2D25 Non Plastis Ø12-150

B3 atas 5D25 2D25 Plastis Ø12-130

bawah 3D25 2D25 Non Plastis Ø12-150

B4 atas 6D25 2D25 Plastis Ø12-150

(10)

10

Tabel 7.4 Rekapitulasi penulangan kolom

tipe kolom tulangan memanjang tulangan geser

K1 16D25 plastis 2Ø12-100

non plastis 2Ø12-200

K2 16D25 plastis 2Ø12-150

non plastis 2Ø12-200

Rekapitulasi penulangan shear wall : Tulangan horizontal : 2 Ø12-300 Tulangan vertikal : 2D12-250

7.2 Saran

Berdasarkan hasil perancangan yang telah dilakukan, maka disarankan :

1. Perancangan dimensi kolom hendaknya dibagi menjadi beberapa bagian. Hal ini dikarenakan gaya aksial pada kolom akan semakin kecil pada kolom yang lebih tinggi. Sehingga dimensi kolom dapat diperkecil.

2. Diusahakan dalam merencanakan denah bangunan, dibuat sesimetris mungkin dengan tujuan untuk menghindari adanya konsentrasi gaya pada elemen struktur tertentu ketika beban bekerja.

Berikut ini akan ditampilkan flowchart dari beberapa hal yang sudah dikerjakan diatas.

START Pelajari denah bangunan Rencanakan letak tangga Sketsa tangga Menentukan dimensi pelat tangga & bordes

Pembebanan

Analisa gaya dalam pada pelat

& bordes Perhitungan penulangan pelat & bordes Penggambaran hasil analisa Rencanakan letak lift Menentukan tipe dan ukuran lift

yang sesuai dengan kebutuhan Analisa lift yang dipakai Sketsa lift Merencanakan dimensi balok penumpu & balok pemisah sangkar Pembebanan Menghitung gaya dalam Perhitungan penulangan balok pemisah sangkar & balok penumpu lift

FINISH Alur Perencanaan Struktur Sekunder

START Analisa Data Perhitungan Berat Struktur Pemodelan gempa dinamis dengan program bantu ETABS V 9.2.0 RUN Penentuan eksentrisitas antara pust massa dan rotasi (SNI 03-1726-2002 psl 5.4.3) RUN Kontrol gaya geser dasar (SNI 03-1726-2002 psl 7.1.3)

-Kontrol partisipasi massa (SNI 03-1726-2002 psl 7.2.1)

-Kontrol waktu getar alami (SNI 03-1726-2002 psl 7.2.2)

-Kontrol drift (SNI 03-1726-2002 psl 8.1.2)

-Kinerja batas ultimate (SNI 03-1726-2002 psl 8.2.1)

-kontrol dual sistem (SNI 03-1726-2002 psl 5.2.3) SNI 03-1726-2002 psl 7.2.3 Perubahan terhadap denah dan dimensi struktur primer Perencanaan penulangan pelat, balok tepi, kolom,

dan dinding geser berdasarkan gaya dalam dari hasil analisa ETABS

Penggambaran detai hasil perhitungan FINISH YES NO YES NO

Alur Perencanaan Kontrol Pembebanan Gempa

(11)

11

START

Analisa Data & Denah

Penentuan Jalur Kolom & Jalur Tengah Pelat (SNI 03-2847-2002 ps. 15.7)

Menentukan Nilai Momen Pelat dari Hasil Analisa Etabs Menentukan Data-data Untuk Perencanaan Penulangan Pelat: ρb, ρmax, ρmin, m Mencari Jumlah Luasan Tulangan Pada Pelat (SNI 03-2847-2002 ps. 23.10.6.4&5) Penulangan Geser Pelat (SNI 03-2847-2002 ps. 13.12.6) Penggambaran Hasil Perhitungan FINISH START Analisa Data & Denah

Menentukan nilai momen pada daerah tumpuan dan

lapangan balok dari hasil analisa ETABS Menentukan Data-data Untuk Perencanaan Penulangan Pelat: ρb, ρmax, ρmin, m Mencari Jumlah Luasan Tulangan Pada Daerah Tumpuan dan Lapangan Balok Tepi Penulangan Geser Tumpuan dan Lapangan Balok Tepi (SNI 03-2847-2002 ps. 13.5) Penggambaran Hasil Perhitungan FINISH Penulangan Torsi Balok (SNI 03-2847-2002 ps. 13.6.2) Perhitungan Panjang Penyaluran Tulangan

Tarik dan Tekan

START

Analisa Data & Denah

Menentukan nilai momen dan aksial kolom dengan

bantuan ETABS Merencanakan jumlah tulangan memanjang dengan bantuan PCA-Col (SNI 03-2847-2002 ps. 23.4.3.1) Penggambaran Hasil Perhitungan FINISH Perhitungan Tulangan

Geser Sendi Plastis (SNI 03-2847-2002

ps.23.10.3) Kontrol Kapasitas Beban

Aksial Kolom Terhadap Beban Aksial Terfaktor (SNI 03-2847-2002 ps. 12.3.5.2) Merencanakan Ulang Jumlah Tulangan NO YES Strong Column Weak Beams (SNI

03-2847-2002 ps. 23.4.2)

YES NO

Perhitungan Tulangan Geser Luar Sendi Plastis (SNI 03-2847-2002 ps.23.10.5.4) Perhitungan Panjang Lewatan pada Sambungan Tulangan Kolom (SNI 03-2847-2002 ps. 14.2.3)

Alur Perencanaan

Penulangan Kolom

Alur Perencanaan

Penulangan Balok Tepi

Alur Perencanaan

Gambar

Gambar 2.1  Konstruksi flat slab (Ferguson, 1991)
Gambar 4.2 Dimensi pelat,drop panel dan  kolom (m)
Gambar 5.1  Denah tangga (m)  Data – data perencanaan   :
Tabel 7.1 Persentase kolom dan dinding geser dalam menahan beban gempa
+2

Referensi

Dokumen terkait

Karena proses pembelajaran untuk semua bidang studi dilakukan oleh satu guru, maka kesinambungan proses antar mata pelajaran dengan tema yang sama dapat lebih baik dibandingkan

Berdasarkan hasil analisis baik secara kuan- titatif maupun kualitatif serta pembahasan dapat disimpulkan sebagai berikut : 1) Rangkaian pengembangan kapasitas dalam PNPM-MPd

Temuan penting yang harus diperhatikan dalam penelitian ini adalah belum efektifnya dana desa di Kabupaten Hulu Sungai Tengah ditandai dengan tidak terjadinya penurunan

Zat-zat gizi ini diperoleh janin dari simpanan ibu pada waktu anabolic dan pada waktu makanan sehari-hari pada saat hamil, maka memerlukan asupan nutrisi yang adekuat, nutrisi

Hasil Uji F analisis ragam menunjukkan bahwa perlakuan dosis Inokulan tanah dengan setengah dosis pupuk anorganik berpengaruh sangat nyata terhadap jumlah malai per

Dari hasil penelitian diatas dapat di simpulkan penambahan bahan pengental yang baik adalah gum guar dalam pembuatan keju mozzarella untuk menghasilkan daya mulur

Dalam tahap ini, peneliti melakukan interview mendalam dengan mencari informan atau mendatangi informan yang berada dirumah mereka masing-masing sesuai dengan

Berdasarkan rumusan masalah diatas, maka tujuan penelitian ini yaitu untuk mengetahui pengaruh model pembelajaran problem based learning berorientasi kemampuan