• Tidak ada hasil yang ditemukan

Penerapan pembelajaran tematik dengan model jaring laba-laba (webbed model) pada Siswa Kelas 2B MIN Seduri Kecamatan Mojosari

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Penerapan pembelajaran tematik dengan model jaring laba-laba (webbed model) pada Siswa Kelas 2B MIN Seduri Kecamatan Mojosari"

Copied!
175
0
0

Teks penuh

(1)PENERAPAN PEMBELAJARAN TEMATIK DENGAN MODEL JARING LABA-LABA (WEBBED MODEL) PADA SISWA KELAS 2B MIN SEDURI KECAMATAN MOJOSARI SKRIPSI. Oleh: Lilik Dwi Wahyuni 09140028. PROGAM STUDI PENDIDIKAN GURU MADRASAH IBTIDAIYAH JURUSAN PENDIDIKAN GURU MADRASAH IBTIDAIYAH FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN UNIVERSITAS ISLAM NEGERI MAULANA MALIK IBRAHIM MALANG Juli, 2013.

(2) PENERAPAN PEMBELAJARAN TEMATIK DENGAN MODEL JARING LABA-LABA (WEBBED MODEL) PADA SISWA KELAS 2B MIN SEDURI KECAMATAN MOJOSARI SKRIPSI Diajukan kepada Fakultas Tarbiyah Universitas Islam Negeri Maulana Malik Ibrahim Malang untuk Memenuhi Salah Satu Persyaratan Guna Memperoleh Gelar Strata Satu Sarjana Pendidikan Islam (S.Pd.I). Oleh: Lilik Dwi Wahyuni 09140028. PROGAM STUDI PENDIDIKAN GURU MADRASAH IBTIDAIYAH JURUSAN PENDIDIKAN GURU MADRASAH IBTIDAIYAH FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN UNIVERSITAS ISLAM NEGERI MAULANA MALIK IBRAHIM MALANG Juli, 2013. ii.

(3) LEMBAR PERSETUJUAN. PENERAPAN PEMBELAJARAN TEMATIK DENGAN MODEL JARING LABA-LABA (WEBBED MODEL) PADA SISWA KELAS 2B MIN SEDURI KECAMATAN MOJOSARI SKRIPSI. Oleh:. Lilik Dwi Wahyuni NIM: 09140028. Telah diperiksa dan Disetujui Pada Tanggal 02 Juli 2013 Oleh Dosen Pembimbing:. Dr.Muhammad Walid, M.A NIP. 197308232000031002. Mengetahui, Ketua Jurusan Pendidikan Guru Madrasah Ibtidaiyah. Dr. Hj. Sulalah, M.Ag NIP. 196511121994032002. iii.

(4) PENERAPAN PEMBELAJARAN TEMATIK DENGAN MODEL JARING LABA-LABA (WEBBED MODEL) PADA SISWA KELAS 2B MIN SEDURI KECAMATAN MOJOSARI SKRIPSI Dipersiapkan dan disusun oleh : Lilik Dwi Wahyuni (09140028) telah dipertahankan di depan dewan penguji pada tanggal 12 Juli 2013 dengan dinyatakan LULUS serta diterima sebagai salah satu persyaratan untuk memperoleh gelar strata satu Sarjana Pendidikan Guru Madrasah Ibtidaiyah ( S.Pd.I ) Panitia Ujian Tanda Tangan Ketua Sidang, Drs. A. Zuhdi, M.Ag NIP.196902111995031002 Sekretaris Sidang, Dr.Muhammad Walid, M.A NIP. 197308232000031002 Pembimbing, Dr.Muhammad Walid, M.A NIP. 197308232000031002 Penguji Utama, Dr. Marno, M.Ag NIP.197208222002121001. Mengesahkan, Dekan Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan UIN MALIKI Malang. Dr. H. Nur Ali, M.Pd NIP. 196504031998031002. iv.

(5) PERSEMBAHAN. Segala puji kepada sang pencipta Allah SWT Sholawat serta salam terlanturkan kepada Nabi besar Muhammad SAW Dari dalam lubuk hati yang terdalam kupersembahkan karya ini untuk yang terkasih yang selalu memberiku kasih sayang Ayah dan Ibu Sutrisno – Sudarning Dengan cinta kasihnya yang diiringi dengan do’a beliau berdua aku selalu optimis untuk meraih kesuksesan yang gemilang dalam hidup ini. Semoga Allah selalu memberikan kesehatan dan kasih sayang pada beliau berdua. AMIIN…….. v.

(6) MOTTO. َّ ‫صلَّى‬ ‫سلَّ َم يَت ََخ َّولُنَا بِا ْل َم ْو ِعظَ ِة فِي‬ َ ‫س ُعو ٍد قَا َل َك‬ ْ ‫عَنْ ا ْب ِن َم‬ َ ‫َّللاُ َعلَ ْي ِه َو‬ َ ‫ان النَّبِ ُّي‬ (‫سآ َم ِة َعلَ ْينَا (رواه البخارى‬ َّ ‫ْاْلَيَّ ِام َك َرا َهةَ ال‬. Artinya: Dari Ibnu Mas'ud, Nabi SAW. selalu menyelingi hari-hari belajar untuk kami untuk menghindari kebosanan kami. (HR. Bukhari). vi.

(7) Dr. Muhammad Walid, MA Dosen Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan (FITK) Universitas Islam Negeri Maulana Malik Ibrahim Malang NOTA DINAS PEMBIMBING. Hal. : Skripsi Lilik Dwi Wahyuni. Malang, 02 Juli 2013. Lamp : 4 (empat) Eksplar. Yang Terhormat, Dekan Fakultas Tarbiyah UIN Maulana Malik Ibrahim Malang Di Malang Assalamu’alaikum Wr.Wb Sesudah melakukan beberapa kali bimbingan, baik dari segi isi, bahasa maupun tehnik penulisan, dan setelah membaca skripsi mahasiswa tersebut di bawah ini: Nama. : Lilik Dwi Wahyuni. NIM. : 09140028. Jurusan. : PGMI. Judul Skripsi : Penerapan Pembelajaran Tematik Dengan Model Jaring. Laba-laba (Webbed Model) Pada Siswa Kelas 2b Min Seduri Kecamatan Mojosari Maka selaku Pembimbing, kami berpendapat bahwa skripsi tersebut sudah layak diajukan untuk diujikan. Demikian, mohon dimaklumi adanya. Wassalamu’alaikum Wr.Wb.. Pembimbing,. Dr. Muhammad Walid, MA NIP. 197308232000031002. vii.

(8) SURAT PERNYATAAN Dengan ini saya menyatakan, bahwa dalam skripsi ini tidak ada karya yang pernah diajukan untuk memperoleh gelar kesarjanaan pada suatu perguruan tinggi, dan sepanjang pengetahuan saya juga tidak terdapat karya atau pendapat yang pernah ditulis atau diterbitkan oleh orang lain, kecuali yang secara tertulis diacu dalam naskah ini dan disebutkan dalam daftar pustaka.. Malang, 29 Juni 2013. Lilik Dwi Wahyuni. viii.

(9) KATA PENGANTAR. Alhamdulillah puji syukur penulis haturkan kehadirat Ilahi Robbi, Allah SWT yang senantiasa mencurahkan rahmat, taufiq, hidayah dan inayah-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul Penerapan Pembelajaran Tematik Dengan Model. Jaring Laba-Laba (webbed model) Pada Siswa Kelas 2b Min Seduri Kecamatan Mojosari , tepat waktu. Shalawat serta salam senantiasa tetap terlimpahkan kepada baginda rosululloh Muhammad SAW sebagai sang revolusioner yang telah berhasil membawakan kemenangan kepada kita semua yaitu Ad-Dinul Islam. Penulisan skripsi ini dapat terselesaikan dengan baik berkat jasa-jasa, motivasi dan bantuan dari berbagai pihak. Oleh karena itu, dengan penuh ta’dhim, dari lubuk hati yang paling dalam penulis sampaikan terima kasih kepada: 1. Ibunda Sudarning dan ayahanda Sutrisno yang telah mencurahkan cinta dan kasihsayang teriring do’a dan motivasinya, sehingga penulis selalu optimis dalam menggapai kesuksesan hidup di dunia ini. 2. Bapak Prof. Dr. H. Mudjia Rahardja, M.Si, selaku Rektor UIN Maulana Malik Ibrahim Malang. 3. Bapak Dr. H. Nur ali, M.Pd, selaku Dekan Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan UIN Maulana Malik Ibrahim Malang. 4. Ibu Dr. Hj. Sulalah, M.Ag, selaku ketua Jurusan Pendidikan Guru Madrasah Ibtidaiyah.. ix.

(10) 5. Bapak Dr. Muhammad Walid, MA, selaku pembimbing penulis dalam menyelesaikan penulisan skripsi ini. Atas bimbingan, arahan, saran, motivasi dan kesabarannya, penulis sampaikan Jazakumullah Ahsanal Jaza’. 6. Kepala Madrasah, seluruh dewan guru dan karyawan MIN Seduri Mojosari, yang telah meluangkan waktu bagi penulis untuk menyelesaikan tugas penelitian, penulis ucapkan beribu-ribu terima kasih. 7. Seluruh Dosen Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan UIN Malang, yang telah mendidik, membimbing, mengajarkan dan mencurahkan ilmu 8. Kakakku Budi Eko Purnomo dan Lilik Nur Azizah. Motivasi dan do’amu menjadikanku terus berkarya. 9. Ibu Khoril Hidayati, S.Pd.I selaku guru kelas 2b terimah kasih atas bimbingan dan kesempatan untuk penilitian skripsi 10. Calon suamiku yang senantiasa memberikan do’a, motivasi dan membantu kelancaran dalam penyelesaian skripsi ini. 11. Sahabat-sahabat karibku (Lailatul Izza, Lailatul Fitria, Mifta Farida) terimah kasih atas motivasi yang dapat memberikan saya untuk menyelesaikan skripsi ini. 12. Teman-teman Fakultas Ilmu Tarbiyah Tarbiyah dan Keguruan UIN Maulana Malik Ibrahim Malang khususnya Jurusan PGMI angkatan 2009, yang telah mewarnai perjalanan hidupku. 13. Semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu-persatu, yang telah membantu penulis dalam menyelesaikan penulisan skripsi ini. Semoga Allah SWT. melimpahkan rahmat dan karunia-Nya kepada kita semua. Penulis menyadari sepenuhnya bahwa di dunia ini tidak ada yang sempurna. Begitu juga dalam penulisan skripsi ini, yang tidak luput dari kekurangan dan kesalahan. Oleh karena. x.

(11) itu, dengan segala ketulusan dan kerendahan hati penulis sangat mengharapkan saran dan kritik yang bersifat konstruktif demi penyempurnaan Skripsi ini. Akhirnya dengan bentuk kekurangan dan kesalahan , penulis berharap semoga karya ilmiah yang berbentuk skripsi ini dapat bermanfaat dan berguna bagi kita semua, terutama bagi diri penulis sendiri. Amin ya Mujibassailin.... Malang, 29 Juni 2013. Penulis. xi.

(12) PEDOMAN TRNSLITERERASI ARAB LATIN. Penulisan transliterasi Arab – Latin dalam skripsi ini menggunakan pedoman transliterasi berdasarkan keputusan bersama Mentri Agama RI dan Mentri Pendidikan dan Kebudayaan RI no 158 tahun 1987 dan no. 0543 b/U/1987 yang secara garis besar dapat diuraikan sebagai berikit: A. Huruf ‫ا‬. ‫ز‬. =z. ‫ق‬. =q. ‫= ب‬b. ‫س‬. =s. ‫ك‬. =k. ‫= ت‬t. ‫ش‬. = sy. ‫ل‬. =l. ‫ = ث‬ts. ‫ص‬. = sh. ‫م‬. =m. ‫= ج‬j. ‫ض‬. = dl. ‫ن‬. =n. ‫= ح‬h. ‫ط‬. = th. ‫و‬. =w. ‫ = خ‬kh. ‫ظ‬. = zh. ‫ه‬. =h. ‫د‬. =d. ‫ع‬. =’. ‫ء‬. =,. ‫ذ‬. = dz. ‫غ‬. = gh. ‫ي‬. =y. ‫ر‬. =r. ‫ف‬. =f. =a. B. Vokal Panjang. C. Vokal Diftong. Vokal (a) panjang = a. ‫ = َوا‬aw. Vokal (i) panjang = i. ‫ = يا‬ay. Vokal (u) panjang = u. ‫ = ُوا‬u ‫ = يا‬i. xii.

(13) DAFTAR TABEL. Table 4.1 Sarana dan Prasarana Sekolah....................... ............................................ 50 Table 4.2 Data Kelas 2B ............................................................................................ 50 Tabel 4.3 Pemetaan KD .......................... .................................................................. 52. xiii.

(14) DAFTAR GAMBAR. Gambar 2.1 Model Separated Subject Curriculum ................................................ 8. Gambar 2.2 Model Intregated Curriculum ............................................................. 11. Gambar 2.3 Bagan Penyusunan Tema Pembelajaran ............................................ 14. Gambar 2.4 Bagan langkah pengembangan tema .................................................. 15. Gambar 2.5 Ilustrasi Pengembangan Tema ........................................................... 16. Gambar 2.6 Ilustrasi Kegiatan yang dapat dikembangkan dalam Pembelajaran Tematik ............................................................ 17. Gambar 2.7 Gambar Model Terpadu ..................................................................... 33. Gambar 2.8 Gambar Model Keterhubungan .......................................................... 33. Gambar 2.9 Gambar Model Jaring Laba-laba ........................................................ 34. xiv.

(15) DAFTAR LAMPIRAN. Lampiran 1 : Surat Penelitian Lampiran 2 : Surat Keterangan Telah Melakukan Penelitian Lampiran 3 : Bukti Konsultasi Lampiran 4 : Pedoman Wawancara Lampiran 5 : Perangkat Pembelajaran Lampiran 6 : Dokumentasi Kegiatan Pembelajaran Lampiran 7 : Biodata Peneliti. xv.

(16) DAFTAR ISI. HALAMAN JUDUL .. ....................................................................................... ii. HALAMAN PENGESAHAN ............................................................................ iii. HALAMAN PERSEMBAHAN ........................................................................ iv. HALAMAN MOTTO ........................................................................................ v. NOTA DINAS PEMBIMBING......................................................................... vi. SURAT PERNYATAAN ................................................................................... vii. KATA PENGANTAR ........................................................................................ viii. HALAMAN TRANSLITERASI ....................................................................... xi. DAFTAR TABEL .............................................................................................. xii. DAFTAR GAMBAR…………………………………………………………... xiii. DAFTAR LAMPIRAN………………………………………………………... xiv. DAFTAR ISI……………………………………………………………………. xv. ABSTRAK……………………………………………………………………... xvii. BAB I : PENDAHULUAN A. Latar Belakang .................................................................................. 1. B. Rumusan Masalah............................................................................... 4. C. Tujuan Penelitian ................................................................................ 4. D. Manfaat Penelitian .............................................................................. 5. E. Definisi Istilah .................................................................................... 5. BAB II: KAJIAN PIUSTAKA A. Pembelajaran Tematik .................................................... ................... xvi. 6.

(17) 1. Prosedur Pelaksanaan Pembelajaran Tematik…………….. 12. 2. Karakteristik Pembelajaran Tematik ..................................... 23. 3. Prinsip Dasar Pembelajaran Tematik .................................... 27. 4. Rambu-rambu Pembelajaran Tematik ................................... 30. 5. Implikasi Pembelajaran Tematik ........................................... 30. 6. Model Pembelajaran Tematik ................................................ 33. B. Model Jaring Laba-laba (Webbed Model)...................... ................... 35. BAB III: METODE PENELITIAN A. Pendekatan dan Jenis Penelitian..................................................... 37. B. Kehadiran Peneliti .......................................................................... 39. C. Lokasi Penelitian ............................................................................ 39. D. Data dan Sumber Data ................................................................... 39. E. Prosedur Pengumpulan Data .......................................................... 39. F. Analisis Data .................................................................................. 41. G. Pengecekan Keabsahan Data.......................................................... 42. H. Tahap-tahap Penelitian ................................................................... 43. BAB IV : HASIL PENELITIAN A. Latar Belakang Obyek Penelitian................................................... 45. 1. Sejarah Berdirinya MIN Seduri Mojosari ................................ 45. 2. Visi Misi MIN Seduri Mojosari ............................................... 47. 3. Denah Lokasi MIN Seduri Mojosari ........................................ 48. 4. Sarana dan Prasarana MIN Seduri Mojosari ............................ 49. 5. Data Kelas IIb .......................................................................... 50. xvii.

(18) B. Paparan Data ... .............................................................................. 51. 1. Perencanaan Pembelajaran Tematik ........................................ 51. 2. Pelaksanaan Pembelajaran Tematik ......................................... 56. 3. Evaluasi Pembelajaran Tematik ............................................... 65. BAB V : PEMBAHASAN HASIL PENILITIAN A. Perencanaan Pembelajaran Tematik dengan Model Jaring Laba-laba pada Siswa Kelas 2b MIN Seduri Mojosari....................................................................... 68. B. Pelaksanaan Pembelajaran Tematik dengan Model Jaring Laba-laba pada Siswa Kelas 2b MIN Seduri Mojosari......................... ............................................. 70. C. Penilaian Pembelajaran Tematik dengan Model Jaring Laba-laba pada Siswa Kelas 2b MIN Seduri Mojosari....................................................................... 73. BAB VI : PENUTUP A. Kesimpulan ...................................................................................... 75. B. Saran ................................................................................................ 77. DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................... 79. Lampiran-lampiran. xviii.

(19) ABSTRAK. Dwi Wahyuni, Lilik. 2013. Penerapan Pembelajaran Tematik dengan Model Jaring Laba-laba (Webbed Model) pada Siswa Kelas 2b MIN Seduri Kecamatan Mojosari. Skripsi, Pendidikan Guru Madrasah Ibtidaiyah, Fakultas Tarbiyah, UIN Maulana Malik Ibrahim Malang. Pembimbing Dr. Muhammad Walid, MA Kata Kunci : Penerapan Pembelajaran Tematik. Penelitian ini dilakukan dengan judul Penerapan Pembelajaran Tematik dengan Model Jaring Laba-laba (Webbed Model) pada Siswa Kelas 2B MIN Seduri Kecamatan Mojosari, dengan tujuan: 1. Mendeskripsikan perencanaan pembelajaran tematik dengan model jarring laba-laba (webbed model) pada siswa kelas 2b MIN Seduri Kecamatan Mojosari. 2. Mendeskripsikan pelaksanaan pembelajaran tematik dengan model jarring laba-laba (webbed model) pada siswa kelas 2b MIN Seduri Kecamatan Mojosari. 3. Mendeskripsikan penilaian pembelajaran tematik dengan model jarring laba-laba (webbed model) pada siswa kelas 2b MIN Seduri Kecamatan Mojosari. Penelitian yang dilaksanakan oleh peneliti adalah menggunakan pendekatan penelitian kualitatif dengan jenis kualitatif deskriptif. Metode pengumpulan datanya dengan observasi partisipatif, interview dan dokumentasi. Teknik analisa datanya adalah pengolahan, klasifikasi atau pengorganisasian data, dan penerikan kesimpulan atau temuan. Proses pengecekan data yang dilakukan dalam penelitian ini dengan mengumpulkan triangulasi sumber. Hasil penelitian ini diketahui langkah-langkah dalam membuat perencanaan dalam pembelajaran tematik, antara lain: 1. Menentukan tema. 2. Pemetaan Standar Kompetensi, Kompetensi Dasar dan Indikator. 3. Membuat jaring tema. 4. Membuat silabus. 5. Membuat rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP). Pelaksanaan pembelajaran tematik terdiri dari kegiatan pembuka, kegiatan inti yang terdiri dari ekplorasi, elaborasi, konfirmasi. Dan kegiatan yang terakhir adalah kegiatan penutup. Pelaksanaan pembelajaran tematik model jaring laba-laba (webbed model) terdiri dari beberapa indikator dari beberapa mata pelajaran yang dipadukan dalam satu tema dalam tiap pertemuan. Penilaian dalam pembelajaran tematik dilakukan secara terpisah di masing-masing indikator mata pelajaran. Penilaian dalam pembelajaran tematik tidak hanya melihat hasil saja tetapi juga proses pembelajarannya. Alat penilaian yang dapat digunakan dalam pembelajaran tematik dapat berupa tes tulis, tes lisan, tes perbuatan, dan portofolio.. xix.

(20) ABSTRACT. Dwi Wahyuni, Lilik. 2013. Application of Thematic Learning with Spider Net Model (Webbed Model) in Class 2b MIN Seduri Mojosari District. Thesis, Elementary School Teacher Education, Faculty of Tarbiyah, UIN Maulana Malik Ibrahim Malang. Supervisor Dr. Muhammad Walid, MA Keywords:Thematic Learning Application. This research was conducted under the title of Thematic Learning Application with Nets Model Spiders (Webbed Model) in Class 2B District MIN Seduri Mojosari, with the aim of: 1. Describing planning thematic learning model with spider nets (webbed models) in grade 2b MIN Seduri Mojosari District. 2. Describing the implementation of thematic learning model with spider nets (webbed models) in grade 2b MIN Seduri Mojosari District. 3. Describing the thematic learning assessment model with spider nets (webbed models) in grade 2b MIN Seduri Mojosari District. The study, conducted by researchers is using a qualitative research approach with a qualitative descriptive type. The data collection method with participatory observation, interview and documentation. Data analysis technique is to record and analyze the data, classification, and penerikan conclusions or findings. Data checking process carried out in this study to collect triangulation. The results of this research note the steps in planning the thematic learning, among others: 1. Determine the theme. 2. Mapping Competency Standards, and Indicators Basic Competence. 3. Make a web theme. 4. Making syllabus. 5. Making learning implementation plan (RPP). Implementation of thematic learning activities consist of an opening, core activities consist of exploration, elaboration, confirmation. And activities of the latter is the closing. Implementation of thematic learning model of spider webs (webbed models) consists of several indicators of some subjects integrated into a single theme in each meeting. Assessments in thematic learning is carried out separately on each indicator subjects. Assessments in thematic learning not only see the results but also the process of learning. Assessment tool that can be used in thematic learning can be a written test, an oral test, test actions, and portfolios.. xx.

(21) BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Pada hakekatnya kegiatan belajar mengajar adalah suatu proses interaksi atau hubungan timbal balik antara guru dan siswa dalam satuan pembelajaran. Guru sebagai salah satu komponen dalam proses belajar menganjar merupakan pemegang peran yang sangat penting. Guru bukan hanya sekedar penyampai materi saja, tetapi sebagai pengatur sekaligus pelaku dalam proses belajar mengajar, gurulah yang mengarahkan bagaimana proses belajar mengajar itu dilaksanakan. Karena itu guru harus dapat membuat suatu pengajaran menjadi lebih efektif juga menarik sehingga bahan pelajaran yang disampaikan akan membuat siswa merasa senang dan merasa perlu untuk mempelajari bahan pelajaran tersebut. Sebagai guru harus dapat menerapkan metode pengajaran yang sesuai dengan keadaan siswanya maka sangatlah penting bagi seorang pendidik mengetahui karakteristik siswanya. Selain karakteristik yang perlu diperhatikan kebutuhan peserta didik. Adapun karakteristik dan kebutuhan peserta didik kelas bawah (kelas 1, 2, dan 3) yang harus difahami oleh seorang pendidik. Karakteristik-karakteristik tersebut diantaranya yaitu senang bermain, senang bergerak,. senang. bekerja. kelompok,. senang. merasakan. atau. melakukan/memperagakan sesuatu secara langsung.1 Dengan demikian, sebagai. 1. Nursidik Kurniawan,http://nhowitzer.multiply.com/journal/item/3.sabtu.pkl.15.26. 1.

(22) 2. pendidik ketika merancang model pembelajaran hendaknya memperhatikan karakteristik atau kebutuhan-kebutuhan peserta didiknya. Agar pembelajaran bisa berjalan dengan lancar dan mencapai tujuan yang diinginkan. Dengan melihat karakteristik-karakteristik tersebut, model pembelajaran yang tepat untuk diterapkan di MI/SD adalah pembelajaran tematik khususnya di kelas bawah (kelas 1,2,3). Sebagaimana yang sekarang mengharuskan setiap sekolah dasar untuk menerapkan pembelajaran tematik. Pembelajaran tematik merupakan pembelajaran yang disajikan secara terpadu antara mata pelajaran satu dengan mata pelajaran yang lain yang berpusat pada satu tema, dan tema yang digunakan tersebut harus dekat dengan kehidupan atau kebiasaan siswa. Pada kelas rendah ditingkat pendidikan dasar, yaitu guru kelas 1,2,3 atau guru pada pendidikan usia dini, proses pembelajaran dilakukan oleh guru kelas, sehingga setiap mata pelajaran dilakukan oleh guru itu saja, sehingga guru tersebut harus menguasai keseluruhan mata pelajaran (kecuali agama dan penjaskes). Karena proses pembelajaran untuk semua bidang studi dilakukan oleh satu guru, maka kesinambungan proses antar mata pelajaran dengan tema yang sama dapat lebih baik dibandingkan dengan berbeda-beda guru.2 Pembelajaran tematik merupakan pendekatan pembelajaran yang dapat menggiring siswa-siswi untuk dapat berfikir luas dan mendalam, karena dalam pembelajaran tematik merupakan pembelajaran yang memberikan pengalaman. 2. Sugeng Listyo Prabowa dan Faridah Nurmaliyah, Perencanaan Pembelajaran (Malang: UIN Press, 2010), hlm.154.

(23) 3. langsung kepada siswa dan mengkaitkan pembelajaran dengan kehidupan nyata dari peserta didik. Hal itu sesuai dengan karakteristik peserta didik yang masih duduk di kelas bawah (kelas 1,2 dan 3) yaitu psesrta didik masih membutuhkan sesuatu yang konkrit dalam memahami pelajaran. Pembelajaran tematik juga dapat menciptakan suasana belajar yang menyenangkan bagi peserta didik. Uraian di atas adalah alasan yang melatarbelakangi penelitian ini. Penelitian ini dilaksanakan pada siswa kelas 2B Madrasah Ibtidaiyah Negeri Seduri di kecamatan Mojosari. Alasan yang mendasari penetapan madrasah ini sebagai objek penelitian tidak terlepas dari statusnya sebagai madrasah negeri yang biasanya memiliki kelebihan di banding madrasah swasta baik dari segi tenaga pendidiknya ataupun sarana dan prasarananya. Melihat dari tenaga pendidiknya, semua tenaga pendidiknya mempunyai ijazah S1 dan sebagian juga sudah memiliki ijazah S2. Begitupula untuk pendidik di kelas bawah (kelas 1,2 dan 3). Semua guru kelas bawah (kelas 1,2 dan 3) juga sudah bisa dan sudah menerapkan pembelajaran tematik baik di kelas A maupun di kelas B. Semakin bertambahnya tahun, semakin banyak juga orang tua yang berminat mendaftarkan anaknya di MIN Seduri. Hal ini dikarenakan MIN Seduri sudah dianggap masyarakat mempunyai nilai lebih baik dibandingkan madrasahmadrasah swasta ataupun negeri yang ada di kota Mojokerto. Penelitian ini dimaksudkan untuk mengetahui sejauh mana penerapan pembelajaran tematik pada siswa kelas 2b MIN Seduri Kecamatan Mojosari baik dari segi perencanaannya, pelaksanaan dan penilaian atau evaluasi dalam pembelajaran tematik di MIN Seduri Kecamatan Mojosari. Berkaitan dengan hal.

(24) 4. tersebut, maka penulis menuangkan permasalahan dalam judul “Penerapan Pembelajaran Tematik Dengan Model Jaring Laba-Laba (Webbed Model) Pada Siswa Kelas 2B MIN Seduri Kecamatan Mojosari”. B. Rumusan Masalah Dari uraian latar belakang masalah di atas, dapat dirumuskan masalah yitu: 1. Bagaimana perencanaan pembelajaran tematik dengan model jaring laba-laba (webbed model) pada siswa kelas 2b MIN Seduri Kecamatan Mojosari? 2. Bagaimana pelaksanaan pembelajaran tematik dengan model jaring laba-laba (webbed model) pada siswa kelas 2b MIN Seduri Kecamatan Mojosari? 3. Bagaimana penilaian pembelajaran tematik dengan model jaring laba-laba (webbed model) pada siswa kelas 2b MIN Seduri Kecamatan Mojosari? C. Tujuan Penelitian Dari uraian latar belakang dan rumusan masalah di atas, penelitian ini bertujuan untuk: 1. Mendeskripsikan perencanaan pembelajaran tematik dengan model jaring laba-laba (webbed model) pada siswa kelas 2b MIN Seduri Kecamatan Mojosari 2. Mendeskripsikan pelaksanaan pembelajaran tematik dengan model jaring laba-laba (webbed model) pada siswa kelas 2b MIN Seduri Kecamatan Mojosari 3. Mendeskripsikan penilaian pembelajaran tematik dengan model jaring laba-laba (webbed model) pada siswa kelas 2b MIN Seduri Kecamatan Mojosari.

(25) 5. D. Manfaat Penelitian Hasil penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat: 1. Bagi guru : Hasil penelitian ini dapat dijadikan masukan untuk mendorong semua civitas akademik untuk penerapan pembelajaran tematik pada siswa kelas bawah khususnya di mata pelajaran umum. 2. Bagi peserta didik : (a) Agar mempunyai motivasi tinggi untuk mengikuti pembelajaran, karena pembelajaran tematik dikaitkan dengan kehidupan nyata peserta didik. (b) Dengan pembelajaran tematik, siswa-siwi digiring untuk berfikir luas dan mendalam untuk menangkap dan memahami hubunganhubungan konsep pembelajaran tematik yang disajikan oleh guru. (c) Menciptakan suasan belajar yang menyenangkan bagi peserta didik. 3. Bagi penulis : Dapat menambah wawasan dan pengalaman dalam menerapkan pembelajaran tematik di kelas bawah setelah terjun ke dunia pendidikan nanti.. E. Definisi istilah Pembelajaran Tematik adalah pembelajaran terpadu yang menggunakan tema untuk. mengaitkan. beberapa. mata. pelajaran. sehingga. dapat. memberikan pengalaman bermakna kepada peserta didik Model. jaring. laba-laba. adalah. model. pembelajaran. yang. model. pengembangannya dimulai dengan menentukan tema tertentu yang menjadi tema sentral bagi keterhubungan berbagai bidang studi..

(26) 6.

(27) BAB II KAJIAN TEORI. A. Pembelajaran Tematik Pembelajaran adalah proses interaksi peserta didik dengan pendidik dan sumber belajar pada suatu lingkungan belajar. Pembelajaran merupakan bantuan yang diberikan pendidik agar dapat terjadi proses pemerolehan ilmu dan pengetahuan, penguasaan kemahiran dan tabiat, serta pembentukan sikap dan kepercayaan pada peserta didik. Pembelajaran tematik merupakan suatu pendekatan dalam pembelajaran yang secara sengaja mengaitkan atau memadukan beberapa Kompetensi Dasar (KD) dan indikator dari kurikulum/Standart Isi (SI) dari beberapa mata pelajaran menjadi satu kesatuan untuk dikemas dalam satu tema. Dengan adanya kaitan tersebut maka peserta didik akan memperoleh kemampuan dan keterampilan secara utuh sehingga pembelajaran menjadi lebih bermakna bagi peserta didik. Pembelajaran tematik memiliki tiga landasan, yaitu landasan filosofis, landasan psikologis dan landasan yuridis. Landasan filosofis bagi pembelajaran tematik sangat dipengaruhi oleh 3 aliran, yaitu (1) Progresivisme, (2) Kontruktivisme, dan (3) Humanisme (Panduan lengkap KTSP,2007). Aliran Progresivisme memandang proses pembelajaran perlu ditekankan pada pembentukan kreativitas, pemberian sejumlah kegiatan, suasana yang alamiah (natural) dan memperhatikan pengalaman siswa-siswi. Aliran kontruktivisme melihat pengalaman langsung siswa-siswi (direct experiences) sebagai kunci dalam pembelajaran. Menurut aliran ini, pengetahuan adalah hasil konstruksi.

(28) atau bentukan manusia. Manusia mengkontruksi pengetahuan melalui interaksi dengan objek, fenomena, pengalaman, dan lingkungannya. Pengetahuan tidak dapat ditransfer begitu saja dari seorang guru kepada siswa-siswi, tetapi harus diinterpretasikan sendiri oleh masing-masing siswa siswi. Pengetahuan bukan sesuatu yang sudah jadi, melainkan suatu proses yang berkembang terus menerus, keaktifan siswa-siswi yang diwujudkan oleh rasa ingin tahu sangat berperan dalam perkembangan pengetahuannya. Sedangkan aliran humanism melihat siswa-siswi dari segi keunikan/kekhasan, potensi, dan motivasi yang dimilikinya. Landasan psikologis bagi pembelajaran tematik terutama berkaitan dengan psikologi perkembangan siswa-siswi dan psikologi belajar. Psikologi perkembangan diperlukan terutama dalam menentukan isi materi pembelajaran tematik yang diberikan agar tingkat keluasan dan kedalamannya sesuai dengan tahap perkembangan siswa-siswi. Psikologi belajar memberikan kontribusi dalam hal bagaimana isi pembelajaran tematik tersebut disampaikan kepada siswa-siswi dan bagaimana pula mereka harus mempelajarinya. Landasan yuridis bagi pembelajaran tematik berkaitan dengan berbagai kebijakan atau peraturan yang mendukung pelaksanaan pembelajaran tematik di sekolah dasar/madrasah ibtidaiyah. Landasan yuridis tersebut adalah UndangUndang No 23 tahun 2002 tentang perlindungan anak yang menyatakan bahwa setiap. anak. berhak. memperoleh. pendidikan. dan. pengajaran. dalam. pengembangan pribadinya dan tingkat kecerdasannya sesuai dengan minat dan bakatnya (pasal 9). Undang-Undang No 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional (Bab V Pasal 1 b) menyatakan bahwa setiap peserta didik.

(29) pada setiap satuan pendidikan berhak mendapatkan pelayanan pendidikan sesuai dengan bakat, minat, dan kemampuannya.1 Menerut beberapa ahli kurikulum, model kurikulum tematik meliputi pengorganisasian dan pengklasifikasian. Menurut Nasution,S. dilihat dari organisasi kurikulum pada umumnya, ada tiga tipe kurikulum pembelajaran, yakni: Separated Subject Curriculum, Correlated Curriculum, dan Intregated Curriculum. Separated Subject Curriculum yaitu pada tipe ini dikelompokkan pada mata pelajaran yang sempit, di dalamnya antara mata pelajaran yang satu dengan yang lain menjadi terpisah-pisah, terlepas dan tidak mempunyai kaitan sama sekali, sehingga banyak jenis mata pelajaran menjadi sempit ruang lingkupnya. Dapat dilihat pada gambar dibawah ini: Gb. 2.1 Model Separated Subject Curriculum. IPA. Agama. IPS. 1. hlm.9. Biologi. Geografi. Sejarah. Bahasa. Sugiyar,dkk. Pembelajaran Tematik (Surabaya: Lapis-PGMI,2009 Apprinta),.

(30) Correlated Curriculum yaitu suatu bentuk kurikulum yang menunjukkan adanya suatu hubungan antara satu mata pelajaran dengan mata pelajaran lainnya, tetapi tetap memperhatikan ciri (karakteristik) tiap bidang studi tersebut. Hubungan (korelasi) antar mata pelajaran tersebut dapat dilakukan melalui beberapa cara, antara lain: 1. Incidental, artinya secara kebetulan ada hubungan antar mata pelajaran yang satu dengan mata pelajaran yang lainnya. Sebagai contoh; bidang studi IPA juga disinggung tentang Geografi, Antropologi, dan sebaagainya. 2. Hubungan yang lebih erat. Misalnya suatu pokok permasalahan yang diperbincangkan dalam berbagai bidang studi. 3. Batas mata pelajaran disatukan dan difungsikan, yaitu dengan menghilangkan batasan masing-masing mata pelajaran tersebut, disebut dengan Broasd Field. Di dalam kurikulum dikenal lima macam Broad Field yaitu: (a) Ilmu Pengetahuan Sosial, peleburan dari mata pelajaran ekonomi, koperasi, sejarah, geografi, akuntansi, dan sejenisnya. (2)Bahasa, peleburan dari mata pelajaran membaca, tata bahasa, menulis, mengarang, menyimak, sastra, apresiasi dan pengetahuan bahasa, (3) Ilmu Pengetahuan Alam, peleburan dari mata pelajaran fisika, biologi, kimia, astronomi dan kesehatan, (4) Matematika, peleburan dari aljabar, aritmatika, geometrid an statistic, (5) Kesenian, peleburan dari seni tari, seni music, seni suara, seni lukis, seni pahat dan seni drama. Intregated Curriculum secara istilah intregasi yang memiliki sinonim dengan perpaduan, atau penggabungan dari dua objek atau lebih. Hal ini sejalan.

(31) dengan pengertian yang dikemukakan oleh Poerwardaminta, intregasi adalah penyatuan supaya menjadi satu kebulatan atau menjadi utuh. Dalam intregated curriculum, pelajaran dipusatkan pada suatu masalah atau topic tertentu, misalnya suatu masalah di mana semua mata pelajaran dirancang dengan mengacu pada topik tertentu. Apa yang disajikan di sekolah, disesuaikan dengan kehidupan siswa-siswi di luar sekolah. Pelajaran di sekolah membantu siswa-siswi dalam menghadapi berbagai persoalan di luar sekolah. Biasanya bentuk kurikulum semacam ini dilaksanakan melalui unit, di mana suatu unit mempunyai tujuan yang mengandung makna bagi siawa-siswi yang dituangkan dalam bentuk masalah. Untuk pemecahan masalah, pembelajaran dirahkan untuk melakukan kegiatan yang saling berkaitan antara satu dengan yang lainnya. Gb. 2.2 Model Intregated Curriculum. Sejarah Biologi. IPS Agama Bahasa. IPA Geografi.

(32) Pada skala praktis Intregated Curriculum menurut Nurdin,S., dan Usman,B.M. memiliki beberapa kelebihan dam manfaat, antara lain: a) Segala permasalahan yang dibicarakan dalam unit sangat bertalian erat b) Sangat sesuai dengan perkembangan modern tentang belajar mengajar c) Memungkinkan adanya hubungan antara sekolah dan masyarakat d) Sesuai dengan ide demokrasi, di mana siswa-siswi dirangsang untuk berpikir sendiri, bekerja sendiri, dan memikul tanggungjawab bersama dan bekerja sama dalam kelompok e) Penyajian bahan disesuaikan dengan kemampuan individu, minat, dan kematangan siswa-siswi baik secara individu maupun secara kelompok Selain kelebihan sebagaimana dikemukakan di atas, Intregated Curriculum menurut Nurdin,S., dan Usman,B.M. juga memilki kelemahankelemahan yaitu: a) Guru tidak dilatih melakukan kurikulum semacam ini b) Organisasinya tidak logis dan kurang sistematis c) Terlalu memberatkan tugas-tugas guru, karena bahan pelajaran yang mungkin berubah setiap tahun sehingga mengubah pokok-pokok permasalahan dan juga isi/materi d) Kurang memungkinkan untuk dilaksanakan ujian umum e) Siswa-siswi di anggap tidak mampu ikut serta dalam menentukan kurikulum f) Sarana prasarana yang kurang memadai yang dapat menunjang pelaksanaan kurikulum tersebut.

(33) 1. Prosedur Pelaksanaan Pembelajaran Tematik Secara umum, prosedur penerapan pembelajaran tematik mengikuti tiga tahapan, yaitu tahap perencanaan, pelaksanaan dan penilaian (motivasi). a. Perencanaan Pada tahap perencanaan, seorang guru harus mampu memilih dan mengembangkan tema secara cepat. Memang, guru yang baru mulai menggunakan pendekatan tematik sedikit mengalami kebingungan dalam proses pemilihan tema. Sebetulnya hal ini tidak perlu terjadi. Selama ini, hampir semua guru sudah mampu melaksanakan pembelajaran. Hanya saja, kemungkinan sebelumnya tidak terlalu memperhatikan kompetensi yang terkandung pada setiap sub-sub mata pelajaran dan satuan pembelajaran. Dengan pendekatan tematik, guru justru lebih bebas mengembangkan kreativitasnya dalam menyusun rencana pembelajaran. Sebab, yang dilakukan dalam merencanakan pembelajaran tematik adalah dengan memilih tema.2 Dari pemaparan sebelumnya sudah banyak disinggung pentingnya posisi tema dalam pembelajaran tematik. Tanpa harus dijelaskan kembali dalam sub-sub ini, tentu kita sudah mampu menebak keberadaan tema yang begitu vital tersebut. Sebagai gambaran sederhana, dibawah ini kita akan melihat sejauh mana peran tema dalam sebuah pembelajaran yang berbasis pada tema:3. 2 Mamat SB,dkk. Pelaksanaan Pembelajaran Tematik (Jakarta: Departement Agama RI,2005), hlm.33 3 Ibid hlm.34.

(34) a) Mempermudah peserta didik dalam memusatkan perhatian pada satu tema atau topik tertentu. b) Mempermudah peserta didik dalam mempelajari pengetahuan, sekaligus mengembangkan berbagai kompetensi mata pelajaran melalui tema yang sama. c) Meningkatkan pemahaman terhadap materi pembelajaran secara lebih mendalam dan berkesan. d) Mengembangkan kompetensi komunikasi (bahasa) peserta didik secara lebih baik. Sebab, pada saat yang bersamaan peserta didik akan mengaitkan mata pelajaran dengan pengalaman pribadinya e) Meningkatkan rasa akan kemanfaatan dan makna belajar dalam diri peserta didik. Sebab, materi disajikan dalam konteks yang khusus dan tema yang jelas. f) Meningkatkan gairah belajar peserta didik. Sebab, mereka bisa berkomunikasi dalam situasi yang nyata, misalnya bertanya, bercerita, menulis deskripsi, menulis surat dan sebagainya. Semuanya. diarahkan. untuk. mengembangkan. keterampilan. berbahasa, sehingga hal ini bisa membantu mereka dalam mempelajari mata pelajaran la in. g) Memperhemat waktu pembelajaran guru. Sebab, mata pelajaran yang disajikan secara terpadu dapat dipersiapkan secara sekaligus dan diberikan hanya dalam 2 kali atau 3 kali pertemuan. Sementara sisa waktu yang masih banyak, dapat diguanakan untuk kegiatan.

(35) perbaikan hasil pembelajaran (remedial teaching), pemantapan,dan pengayaan materi. h) Menjadikan proses pembelajaran peserta didik menjadi lebih realistik. Sebab, tema yang dipilih sesuai dengan konteks, lingkungan dan yang lebih penting adalah dekat dengan jangkauan pemikiran mereka. i) Meningkatkan. kualitas. pembelajaran. melalui. terjalinnya. komunikasi dan kerjasama antara guru di lintas bidang studi. j) Melatih kepekaan peserta didik dan guru untuk meningkatkan kepekaan terhadap lingkungan, baik fenomena alam maupun realitas sosial yang terjadi disekitar mereka. Berikut ini beberapa hal yang penting yang perlu diperhatikan dalam menyusun tema-tema pembelajaran:. Gambar 2.3 Bagan penyusunan tema pembelajaran. Mengenali tema. Mengenali bidang study yang akan dikaitkan. Mengenali kompetensi lain yang akan dikaitkan. Lebih dekat dengan kehidupan peserta didik. Fenomena alam, perayaanperayaan lokal, pahlawan, tokoh, hewan asli, tranportasi, makanan, laut, benda disekitar kita. Menyusun rencana pembelajaran terpadu dan reflektif.

(36) Berikut adalah beberapa cara yang dapat digunakan untuk mengembangkan tema yang sudah dipilih atau ditentukan. Gambar 2.4 Bagan langkah pengembangan tema Langkah 1 Pahami dan diskusikan tema yang telah dipilih secara komprehensif. Langkah 2 Peluang dan realisasi aktivitas dan ide-ide pengembangan tema. Langkah 3 Kaitkan dan satukan kompetensi masingmasing bidang studi dengan tema. Dari bagan di atas, bisa dilihat dan dipahami bahwa langkah pertama memegang peran penting untuk mempersiapkan dan melakukan tahapan selanjutnya. Hal ini disebabkan langkah pertama menjadi pijakan dan garis perkembangan dari perspektif spektrum kurikulum atas tema yang telah dipilih..

(37) Untuk langkah kedua, ilustrasi berikut ini dapat membantu memudahkan pemahaman terhadap pengembangan tema dan perancangan aktivitas pembelajaran.4 Bagan 2.5 Ilustrasi Pengembangan Tema. Tujuan mengapa memilih topik Refeleksi sejauh man tujuan. Sumber daya apa yang digunakan. Starategui penilaian yang ditentukan. Bahan apa yang murah dan ilmiah Tema yang dipilih. Apa ada pengalaman yang akan dipelajari. Startegi belajar yang efektif. Dalam konteks pengembangan tema, muncul sebuah sebuah pertanyaan, pengalaman apa yang perlu ingin dicapai dan diperoleh oleh peserta didik? Pertanyaan ini perlu dijawab dalam realisasi proses pembelajaran. Secara otomatis, peluang dan fleksibilitas dalam pengembangan kegiatan atau aktivitas menjadi penting dilakukan.5. 4. Ibid,hlm. 38-39 Ibid, hlm.39. 5.

(38) Bagan di bawah ini mengilustrasikan kegiatan-kegiatan yang dapat dikembangkan dalam pembelajaran tematik. Bagan 2.6 Ilustrasi Kegiatan yang dapat dikembangkan dalam Pembelajaran Tematik. Bertanya apa, mengapa & bagaimana dapat berubah. Perluasan tema ini dari sudut lain. Refleksi. Tema. Apakah kegiatan ini efektif. yang. Perubahan bagaiman ia dapat berubah. dipilih. Efvaluasi proses dan produk. Fungsi bagaimana obyek atau benda ini. Keterkaitan bagaimana keterkaitan dengan lingkungan?. Pendekatan tematik mengandalkan tejadinya prosesdiskusi antar guru bidang study dalam rangka memilih, mengelompokkan, mengaitkan dan menentukan tema yang menarik serta aktual bagi peserta didik. Upaya kerjasama antar guru dan lintas bidang study ini merupakan sarana yang efektif untuk mencerdaskan SDM guru dan menigkatkan pembelajaran.

(39) tematik memerlukan kesungguhan dalam perencanaan, kecermatan dalam penentuan kompetensi, sehingga tidak ada yang terlewati, serta kepekaan dalam penentuan tema.6 Untuk itu, lembar observasi atau lembar cek untuk mengontrol rencana pembelajaran terpadu menjadi penting. Berikut ini adalah hal-hal yang dilakukan dalam proses penyusunan pembelajaran tematik: 1. Menghitung berapa waktu yang tersedia dan dibutuhkan untuk setiap kompetensi. Pada langkah ini yang mendasar adalah memperhatikan berapa jumlah kompetensi atau indikator, kedalaman materi, dan jumlah tatap muka. 2. Menempatkan materi secara urut dan logis, berkaitan dengan kompetensi yang akan dicapai. Dalam hal ini, hal-hal yang perlu diperhatikan adalah ketercapaian kompetensi lainnya, sumber belajar yang relevan, dan pertimbangan strategi-strategi belajar mana yang digunakan. 3. Menyusun rencana pembelajaran. Yang perlu dipersiapkan dalam rencana pembelajaran kegiatan adalah kesesuaian dengan silabus yang disusun. Perlu diingat, bahwa silabus hanya memuat hal-hal yang dilakukan oleh peserta didik untuk menuntaskan kompetensi secara utuh. Artinya, silabus berpeluang merangkaikan kompetensi menjadi satu, sehingga perkiraan waktu lebih panjang dan masih sulit ditentukan berapa kali rencana pertemuannya. Hanya saja, dalam. 6. Ibid,hlm.40.

(40) silabus sudah diisyaratkan materi apa yang secara minimal harus dikuasai oleh peserta didik, terutama untuk ketercapaian kompetensi. Dalam penyusunan pembelajaran tematik, guru harus memperhatikan beberapa ketentuan di bawah ini: 1. Pembelajaran tematik tidak bertentangan dengan tujuan kurikulum yang berlaku 2. Kompetensi dasar, hasil belajar, dan indikator yang tidak tercakup pada tema tertentu harus tetap menjadi bahan pembelajaran, baik melalui tema maupun disajikan secara tersendiri. 3. Guru harus memilih tema-tema yang sesuai dengan karakteristik peserta didik, lingkungan, dan daerah setempat. 4. Kegiatan pembelajaran disesuaikan dengan tingkat tumbuh kembang, potensi dan kebutuhan peserta didik. 5. Kegiatan pembelajaran dirancang menerik dan tidak membosankan. Sebab pembelajaran bertolak dari minat dan kebutuhan peserta didik. Dengan demikian, hasil belajar akan mampu bertahan lebih lama pada diri peserta didik, karena proses pembelajaran terkesan dan bermakna. 6. Pembelajaran diarahkan untuk mengembangkan keterampilan berfikir peserta didik, sesuai dengan permasalahn yang dihadapi. Selain itu, pembelajaran juga diharapkan akan menumbuhkan kecakapan sosial, seperti kemampuan bekerja sama dengan orang lain, mempunyai sikap toleransi, dapat berkomunikasi dengan baik dan tanggap terhadap gagasan orang lain..

(41) 7. Pembelajaran tematik perlu mempertimbangkan alokasi waktu setiap tema dan memperhitungkan banyak dan sedikitnya bahan yang tersedia dilingkungan. 8. Memilih tema yang terdekat dengan peserta didik, aktual serta kontekstual. 9. Pembelajaran sangat mengutamakan ketercapaian, kompetensi dasar yang tercermin dari indikator-indikator yang termuat dalam tema. 10. Khusus untuk peserta didik tingkat dasar (SD/MI) pada kelas awal atau kelas bawah, kegiatan pembelajaran menekankan pada kemampuan membaca, menulis, dan berhitung serta penanaman nilainilai moral. Dalam prakteknya, pembelajaran tematik sangat memperhatikan efisiensi dalam hal penggunaan waktu, beban materi, metode, penggunaan sumber belajar yang otentik dalam upaya memberikan pengalaman belajar yang nyata kepada peserta didik untuk mencapai kompetensi yang tepat. Untuk itu, pemahaman terhadap pengembangan silabus, kompetensi dasar, indikator, materi pokok, strategi belajar, sumber belajar, urutan logis, penyusunan tema, dan penyusunan rencana pembelajaran terpadu menjadi penting. Baik atau tidaknya persiapan seorang guru dalam mempersiapkan dilakukannya pembelajaran tematik tentu bukan hanya ditentukan oleh guru sendiri, melainkan juga sekolah, masyarakat bahkan orang tua peserta didik itu sendiri. 7. 7. Ibid,hlm.41-43.

(42) b. Pelaksanaan Dalam. pelaksanaan. pembelajaran. tematik,. penerapan. pembelajarannya dapat mengikuti langkah-langkah berikut:8 1) Kegiatan Pembukaan Kegiatan pembukaan merupakan kegiatan untuk apersepsi yang sifatnya pemanasan. Kegiatan ini dilakukan untuk menggali pengalaman peserta didik tentan tema yang akan disajikan. Selain itu guru juga harus mampu memfasilitasi suatu kegiatan yang mampu menarik peserta didik mengenai tema yang akan diberikan. Diantaranya kegiatan yang dapat menarik perhatian peserta didik adalah bercerita, menyanyi, atau kegiatan olah raga. 2) Kegiatan Inti Kegiatan inti dalam kegiatan tematik difokuskan pada kegiatankegiatan yang diarahkan untuk mengembangkan kemampuan membaca, menulis, dan berhitung bagi peserta didik. Dalam kegiatan ini, pembelajaran menekankan pada pencapaian indikator yang ditetapkan. Untuk menghindari kejenuhan peserta didik pada kelas-kelas bawah tingkat pendidikan dasar (SD/MI), pendekatan pembelajaran yang tepat diguanakan alah pembelajaran yang langsung dilakukan oelh peserta didik. 3) Penutup Kegiatan penutup dilakukan dengan mengungkapkan hasil pembelajaran, yaitu dengan cara menanyakan kembali materi yang. 8. Ibid,hlm.43.

(43) sudah disampaikan dalam kegiatan inti. Pada tahap penutup, guru juga harus pintar-pintar menyimpulkan hasil pembelajaran dengan mengedepankan pesan-pesan moral yang terdapat pada setiap materi pembelajaran. c. Penilaian (evaluasi) Dalam pembelajaran tematik, penilaian merupakan usaha untuk mendapatkan berbagai informasi secara berkala, berkesinambungan dan menyeluruh tentang proses dan hasil dari pertumbuhan dan perkembangan yang telah dicapai, baik berkaitan dengan proses maupun hasil pembelajaran. Oleh karena itu, penilaian (evaluasi) pembelajaran tematik dilakukan pada dua hal, yaitu penilaian terhadap proses kegiatan dan. penilaian hasil kegiatan. Dengan melakukan penilaian, guru. diharapkan dapat: a. Mengetahui pencapaian indikator yang telah ditetapkan b. Memperoleh umpan balik, sehingga dapat diketahui hambatan yang. terjadi. dalam. pembelajaran. maupun. efektifitas. pembelajaran. c. Memperoleh gambaran yang jelas tentang perkembangan pengetahuan, keterampilan dan sikap peserta didik. d. Menjadikan acuan dalam menentukan rencana tindak lanjut (remedial, pengayaan, dan pemantapan) Penilaian pembelajaran tematik dilakukan untuk mengetahui ketercapaian kompetensi dasar dan indikator pada setiap mata pelajaran yang terdapat dalam tema pembelajaran. Dengan kata lain, penilaian.

(44) tidak lagi terpadu pada tema melainkan sudah dipisah-pisah sesuai dengan kompetensi dasar, hasil belajar dan indikator mata pelajaran. Untuk pendidikan tingkat dasar (SD/MI), penilaian dilakukan pada masing-masing mata pelajaran berikut:9 a. Pendidikan agama b. Kewarganegaraan c. Bahasa indonesia d. Matematika e. Berpusat pada siswa-siswi, hal ini sesuai dengan pendekatan belajar modern yang lebih banyak menempatkan siswa-siswi sebagai subyek belajar, sedangkan guru lebih banyak berperan sebagai fasilitator yakni memberikan kemudahan-kemudahan siswa-siswi untuk melakukan aktivitas belajar. f. Sains g. Pengetahuan sosial 2. Karakteristik Pembelajaran Tematik Pembelajaran tematik sesuai dengan tahapan perkembangan anak yang masih melihat segala sesuatu sebagai suatu keutuhan (holistic), sehingga pembelajaran yang menyajikan mata pelajaran secara terpisah akan menyebabkan kurang mengembangkan anak untuk berfikir holistic dan membuat kesulitan bagi peserta didik. Atas dasar pemikiran di atas pembelajaran pada kelas awal sekolah dasar yakni kelas satu, dua dan tiga. 9. Ibid,hlm.41-46.

(45) lebih sesuai jika dikelola dalam pembelajaran terpadu melalui pendekatan pembelajaran tematik.10 Pembelajaran tematik mempunyai beberapa karakteristik, antara lain yaitu:11 a. Memberikan pengalaman langsung, pembelajaran yang prosesnya dapat memberikan pengalaman langsung (direct experiences) bagi siswa-siswi. Siswa-siswi dihadapkan pada sesuatu yang nyata sebagai dasar untuk memahami hal-hal yang lebih abstrak. b. Pemisahan. antar. matapelajaran. tidak. begitu. jelas,. fokus. pembelajarannya lebih diarahkan pada tema-tema yang paling dekat berkaitan dengan kehidupan nyata siswa-siswi sehari-hari. c. Menyajikan konsep dari berbagai matapelajaran dalam suatu proses pembelajaran sehingga siswa-siswi mampu memahami konsepkonsep tersebut secara utuh. Hal ini diperlukan untuk membantu siswa-siswi dalam memecahkan masalah yang dihadapi dalam kehidupan sehari-hari. d. Pembelajaran tematik bersift fleksibel (luwes), guru dapat mengaitkan bahan ajar dari matapelajaran dengan mata pelajaran lain bahkan dapat mengaitkannya dengan kehidupan siswa-siswinya dan keadaan lingkungan dimana sekolah dan siswa siswi berada. e. Hasil pembelajaran sesuai dengan minat dan kebutuhan peserta didik, dalam proses pembelajaran tematik tersebut peserta didik. 10. Sugiyar,dkk. Pembelajaran Tematik (Surabaya: Lapis-PGMI,2009 Apprinta),. hlm.8 11. Ibid.

(46) memperoleh kesempatan banyak untuk mengoptimalkan potensi yang telah dimilikinya sesuai dengan minat dan kebutuhannya. f. Menggunakan prinsip belajar sambil bermain dan menyenangkan, dalam proses pembelajaran tematik tidak menjemukan atau membosankan bahkan dalam suasana bermain yang menyenangkan mereka dapat memperoleh pengetahuan baru secara utuh yang sangat bermakna. Dari karakteristik tersebut, pembelajaran tematik juga mempunyai keunggulan dan kelemahan. Beberapa keunggulan dan kelemahan pembelajaran tematik dibandingkan pembelajaran konvensional menurut Saud (2006) sebagai berikut:12 1) Mendorong guru untuk mengembangkan kreativitas, sehingga guru dituntut untuk memiliki wawasan, pemahaman, dan kreatifitas tinggi karena adanya tuntutan untuk memahami keterkaitan antara satu pokok bahasan lain dari berbagai mata pelajaran. Guru dituntut memiliki kecermatan, kemampuan analitik, dan kemampuan antagorik agar dapat memahami keterkaitan atau kesamaan material maupun metodologik suatu pokok bahasan. 2) Memberikan peluang bagi guru untuk mengembangkan situasi pembelajaran yang utuh, menyeluruh, dinamis dan bermakna dengan keinginan dan kemampuan guru maupun kebutuhan dan kesiapan peserta didik. Dalam kaitan ini, pembelajaran terpadu memberikan. 12. Ibid,hlm.9.

(47) peluang terjadinnya pengembangan ilmu pengetahuan yang berkaitan dengan tema atau pokok bahasan yang disampaikan. 3) Mempermudah dan memotivasi peserta didik untuk mengenal, menerima, menyerap dan memahami keterkaitan atau hubungan antar konsep, pengetahua nilai dan tindakan yang terdapat dalam beberapa pokok bahasan atau bidang studi. Dengan menggunakan model pembelajaran terpadu, secara psikologis peserta didik digiring berfikir luas dan mendalam untuk menangkap dan memahami hubunganhubungan konsep pembelajaran tematik yang disajikan guru. Selanjutnya peserta didik akan terbiasa berfikir terarah, utuh dan menyeluruh, sistematik dan analitik. 4) Menghemat waktu, tenaga, dan sarana serta biaya pembelajaran. Disamping itu juga menyederhanakan langkah-langkah pembelajaran. Hal tersebut terjadi karena proses pemaduan atau penyatuan sejumlah unsur tujuan, materi maupun langkah pembelajaran yang dipandang memiliki kesamaan atau keterkaitan. Disamping kelebihan dari pembelajaran tematik tersebut, adapun kelemahan yang dimiliki pemelajaran tematik ini, antara lain: 1) Dilihat dari aspek guru, model ini menuntuk tersedianya peran guru yang memiliki pengetahuan dan wawasan yang luas, kreatifitas tinggi, keterampilan metodologik dan handal, kepercayaan diri dan etos akademik. yang. tinggi,. dan. berani. untuk. mengemas. dan. mengembangkan materi. Akibat akademiknya, guru dituntut untuk menggali informasi atau pengetahuan yang berkaitan dengan materi.

(48) yang diajarkan salah satu strateginya harus membacabuku (literatur) secara mendalam. Tanpa adanya hal tersebut, model pembelajaran tematik akan sulit diwujudkan. 2) Dilihat dari aspek peserta didik, pembelajaran tematik termasuk memiliki peluang untuk mengembangkan kreatifitas akademik, yang menuntut kemampuan belajar peserta didik relatif baik, baik dari aspek intelegensi maupun kreatifitasnya. Hal tersebut terjadi karena model ini menekankan pada pengembangan kemampuan analitik (menjiwai), kemampuan asosiatif (menghubung-hubungkan), dan kemampuan eksploratif atau elaboratif (menemukan dan menggali). Bila kondisi tersebut tidak dimiliki, maka sangat sulit pembelajaran model diterapkan. 3) Dilihat dari aspek sarana dan sumber pembelajaran, pembelajaran tematikmemerlukan bahan bacaan atau sumber informasi yang cukup banyak dan berguna, seperti yang dapat menunjang dan memperkaya serta mempermudah pengembangan wawasan dan pengetahuan yang diperlukan. Dengan demikian, jika pembelajaran tematik ini hendak dikembangkan maka perpustakaan perlu dikembangkan pula secara bersamaan. Bila keadaan yang dituntut tersebut tidak dapat terpenuhi, maka akan sulit untuk menerapkan pembelajaran tematik. 4) Dilihat dari aspek kurikulum, pembelajaran tematik memerlukan jenis kurikulum yang terbuka untuk pengembangannya. Kurikulum harus bersifat luwes, dalam arti kurikulum yang berorientasi pada pencapaian pemahaman peserta didik terhadap materi..

(49) 3. Prinsip Dasar Pembelajaran Tematik Pembelajaran tematik memiliki prinsip-prinsip dasar penggalian tema, pengelolaan pembelaajaran, prinsip evaluasi, dan prinsip reaksi. Prinsipprinsip ini dapat dijelaskan sebagai berikut: a. Penggalian Tema Penggalian tema merupakan prinsip utama dalam pembelajaran tematik. Artinya tema-tema yang saling tumpang tindih da nada keterkaitan menjadi target utama dalam pembelajaran. Dengan demikian dalam penggalian tema tersebut hendaklah memperhatikan beberapa persyaratan sebagai berikut: 1) Tema hendaknya tidak terlalu luas, namun dengan mudah digunakan untuk memadukan banyak mata pelajaran 2) Tema harus bermakna, maksudnya adalah tema yang dipilih untuk dikaji harus memberikan bekal bagi siswa-siswi untuk belajar selanjutnya 3) Tema harus disesuaikan dengan tingkat perkembangan psikologis anak 4) Tema harus mewadahi sebagian besar minat anak 5) Tema hendaknya berkaitan dengan peristiwa-peristiwa otentik yang terjadi di dalam rentang waktu belajar 6) Tema hendaknya sesuai dengan kurikulum yang berlaku serta harapan masyarakat (asas relevansi) 7) Tema hendaknya sesuai dengan ketersediaan dengan sumber belajar..

(50) b. Prinsip Pengelolaan Pembelajaran Dalam pembelajaran tematik, guru hanya fasilitator dan mediator maka perlu diperhatikan hal-hal sebagai berikut: 1) guru tidak menjadi single actor yang mendominasi pembicaraan dalam proses pembelajaran 2) pemberian tanggung jawab individu dan kelompok harus jelas dalam setiap tugas yang menuntut adanya kerjasama kelompok 3) guru harus mengakomodasi terhadap ide-ide yang terkadang sama sekali tidak terpikirkan dalam perencanaan. c. Prinsip Evaluasi Berkaitan dengan evaluasi ini diperlukan langkah-langkah positif antara lain: 1) memberikan kesempatan kepada siswa untuk mengevaluasi diri sendiri (self evaluation) 2) guru perlu mengajak para siswa untuk mengevaluasi perolehan belajar yang telah dicapai berdasarkan kiriteria keberhasilan pencapaian tujuan. d. Prinsip Reaksi Pada umumnya dampak pengiring yang penting bagi perilaku secara sadar belum tersentuh dalam pembelajaran. Karena itu guru dituntut agar mampu merencanakan dan melaksanakan pembelajaran tercapai secara tuntas tujuan-tujuan pembelajaran. Guru harus bereaksi terhadap aksi siswa-siswi dalam semua peristiwa serta tidak.

(51) mengarahkan aspek yang sempit melainkan ke suatu kesatuan yang utuh dan bermakna. Pembelajaran tematik memungkinkan hal ini dan guru hendaknya menemukan kiat-kiat untuk memunculkan hal-hal yang dicapai sebagai dampak pengiring.13 4. Rambu-rambu Pembelajaran Tematik Dalam pelaksanaan pembelajaran tematik hendaknya memperhatikan hal-hal sebagai berikut: a. Tidak semua mata pelajaran dipadukan b. Kemungkinan terjadi penggabungan kompetensi dasar lintas semester c. Kompetensi dasar yang tidak dapat dipadukan, jangan dipaksakan untuk dipadukan. Kompetensi dasar yang tidak bias diintegrasikan dibelajarkan secara tersendiri. d. Kompetensi dasar yang tidak tercakup pada tema tertentu harus tetap diajarkan baik melalui tema lain maupun disajikan secara sendiri. e. Kegiatan pembelajaran ditekankan pada kemampuan membaca, menulis, dan berhitung, serta penanaman nilai-nilai moral. f. Tema-tema yang dipilih disesuaikan dengan karakteristik siswa, minat dan lingkungan, dan daerah setempat. 5. Implikasi Pembelajaran Tematik Terdapat beberapa implikasi dalam pelaksanaan pembelajaran tematik. meliputi. implikasi. guru,. prasarana/sumber/media, sebagai berikut:. 13. Ibid.hlm 11. siswa-siswi,. sarana. dan.

(52) a. Implikasi Bagi Guru Pembelajaran tematik memerlukan guru yang kreatif, baik dalam menyiapkan kegiatan/pengalaman belajar bagi siswa-siswi, juga dalam. memilih. kompetensi. dari. berbagai. matapelajaran. dan. mengaturnya agar pembelajaran menjadi lebih bermakna, menarik, menyenangkan, dan utuh. b. Implikasi Bagi Siswa-siswi 1) Siswa-siswi harus siap mengikuti pembelajaran yang dalam pelaksanaannya. dimungkinkan. untuk. bekerja,. baik. secara. individual, pasangan, kelompok kecil atau klasikal. 2) Siswa-siwaharus siap mengikuti kegiatan pembelajaran yang bervariasi secara aktif misalnya melakukan diskusi kelompok, mengadakan penelitian sederhana, dan pemecahan masalah. c. Implikasi Terhadap Sarana, Prasarana, Sumber Belajar dan Media 1) Pembelajaran tematik pada hakikatnya menekankan pada siswasiswi baik secara individual maupun kelompok untuk aktif mencari, menggali, dan menemukan konsep serta prinsip-prinsip secara holistic dan otentik. Maka dalam pelaksanaannya memerlukan berbagai sarana dan prasarana belajar. 2) Pembelajaran ini perlu memanfaatkan berbagi sumber belajar baik yang sifatnya didesain secara khusus untuk keperluan pembelajaran (by desain) maupun sumber belajar yang tersedia dilingkungan yang dapat dimanfaatkan (by utilization)..

(53) 3) Pembelajaran ini juga perlu mengoptimalkan penggunaan media pembelajaran yang bervariasi sehingga akan membantu siswasiswi dalam memahami konsep-konsep yang abstrak. 4) Penerapan pembelajaran tematik di sekolah dasar masih dapat menggunakan buku ajar yang sudah ada ini masing-masing matapelajaran dan dimungkinkan pula untuk menggunakan buku suplemen khusus yang memuat bahan ajar yang terintegrasi. d. Implikasi Terhadap Pengaturan Ruangan 1) Ruang perlu ditata disesuaikan dengan tema yang sedang dilaksanakan 2) Susunan bangku siswa-siswi dapat berubah-ubah disesuaikan dengan keperluan pembelajaran yang sedang berlangsung 3) Siswa-siswi tidak selalu duduk dikursi tetapi dapat duduk ditikar/karpet 4) Kegiatan hendaknya bervariasi dan dapat dilaksanakan baik di dalam kelas maupun di luar kelas 5) Dinding kelas dapat dimanfaatkan untuk memajang hasil karya siswa-siswi dan dimanfaatkan sebagai sumber belajar. 6) Alat, sarana dan sumber belajar hendaknya dikelola sehingga memudahkan siswa-siswi untuk menggunakan dan menyiapkan kembali.14. 14. Sukayati,dkk.2009.Pembelajaran Tematik SD.Sleman:Pusat Pengembangan dan Pemberdayaan Pendidik dan Tenaga Kependidikan (PPPPTK) Matematika.hlm 16-17.

(54) e. Implikasi Terhadap Pemilihan Metode Sesuai dengan karakteristik pembelajaran tematik, maka dalam pembelajaran yang dilakukan perlu dipersiapkan berbagai variasi kegiatan dengan menggunakan multi metode. Misalnya percobaab, bermain peran, Tanya jawab, demonstrasi, bercakap-cakap.15 6. Model Pembelajaran Tematik Setelah keterkaitan antar konsep diperoleh, maka pengembangan pembelajaran tematiknya dapat dilakukan melaui beberapa alternatif. Secara garis besar, pembelajaran tematik dapat dikembangkan melalui beberapa model. Seperti yang diilustrasikan sebagai berikut:16 Gb. 2.7 Gambar Model Terpadu. Gb. 2.8 Gambar Model Keterhubungan. Gambar model keterhubungan Gambar model terpadu. (connected model). (integrated). 15. Sugiyar,Op.cit.hlm14 Sutirjodan Sri Istuti Mamik, Tematik Pembelajaran Efektif Dalam Kurikulum 2004 (Malang: Bayumedia Publishing,2005), hlm. 123 16.

(55) Gb. 2.9 Gambar Model Jaring Laba-laba. Gambar model jaring laba-laba (webbed model). Gambar di atas dapat dijelaskan sebagai berikut:17 1. Model Terpadu Yaitu keterpaduan di beberapa disiplin ilmu. Model ini diusahakan dengan cara menggabungkan bidang studi dengan cara menetapkan perioritas kurikuler dan menemukan keterampilan , konsep, dan sikap yang saling tumpang tindih didalam beberapa bidang studi. 2. Model Keterhubungan/Terkait Menurut. Trianto. dalam. bukunnya. yang. berjudul. model. pembelajaran terpadu menjelaskan bahwa model pembelajaran terkait (connected model) adalah pembelajaran yang dilakukan dengan mengaitkan suatu pokok bahasan dengan pokok bahasan berikutnya, mengaitkan satu konsep dengan konsep yang lain, mengaitkan satu keterampilan dengan keterampilan yang lain, dan dapat juga mengaitkan. 17. Sugiyar,op.cit. hlm.9-14.

(56) pekerjaan hari itu dengan hari yang lain atau hari berikutnya dalam satu bidang ilmu. 3. Model Jaring Laba-laba Dalam bukunya Sukayati (2004) dijelaskan bahwa model jaring laba-laba (webbed model) adalah model pembelajaran yang model pengembangannya dimulai dengan menentukan tema tertentu yang menjadi tema sentral bagi keterhubungan berbagai bidang studi. B. Model Jaring Laba-laba (Webbed Model) Dalam bukunya Sukayati (2004) menjelaskan bahwa pembelajaran model webbed adalah model pembelajaran yang model pengembangannya di mulai dengan menentukan tema tertentu yang menjadi tema sentral bagi keterhubungan berbagai bidang studi. Pada model pembelajaran tematik jaring laba-laba guru menyajikan pembelajaran dengan tema yang menghubungkan antar mata pelajaran. Model jaring laba-laba adalah pembalajaran yang mengintegrasikan materi pengajaran dan pengalaman belajar melalui keterpaduan tema. Tema menjadi pengikat keterkaitan antara satu mata pelajaran dengan mata pelajaran lainnya. 18 Adapun kelebihan dan kelemahan dari model jaring laba-laba (webbed), diantaranya yaitu:19 1) Kelebihan dari Model Jaring Laba-laba (webbed) a) Penyeleksian tema sesuai dengan minat akan memotivasi anak untuk belajar b) Lebih mudah dilakukan oleh guru yang belum berpengalaman. 18. ibid hlm.14-15 Trianto, Model Pembelajaran Terpadu Dalam Teori Dan Praktek (Jakarta: Prestasi Pustaka), hlm.45-46 19.

(57) c) Memudahkan perencanaan d) Pendekatan tematik dapat memotivasi siswa-siswi e) Memberikan kemudahan bagi anak didik dalam melihat kegiatankegiatan dan ide-ide berbeda yang terkait 2) Kelemahan dari Model Jaring Laba-laba (webbed) a) Sulit dalam menyeleksi tema b) Cenderung untuk merumuskan tema yang dangkal c) Dalam pembelajaran, guru lebih memusatkan perhatian pada kegiatan dari pada pengembangan konsep..

(58)

(59) BAB III METODE PENELETIAN. Bab ini menguraikan tentang: desain dan jenis penelitian, kehadiran peneliti, lokasi penelitian, sumber dan jenis data, instrumen penelitian, teknik pengumpulan data, teknik analisis data, pengecekan keabsahan data; dan tahapan penelitian. A. Pendekatan dan Jenis Penelitian Dilihat dari segi tema dan judul yang diangkat, maka penelitian ini termasuk penelitian dengan pendekatan kualitatif. Pendekatan kualitatif yaitu penelitian yang dilakukan pada kondisi obyek yang dialami, peneliti sebagai instrumen kunci, teknik pengumpulan data dilakukan secara gabungan, data yang dihasilkan bersifat deskriptif, dan analisis data dilakukan secara induktif, serta lebih menekankan makna dari pada generalisasi.1 Penelitian kualitatif memiliki sejumlah ciri-ciri yang membedakannya dengan penelitian jenis lainnya,. Dari hasil penelaahan kepustakaan ditemukan bahwa Bogdan dan Biklen mengajukan lima ciri, salah satunya adalah deskriptif, yaitu data yang dikumpulkan adalah berupa kata-kata, gambar dan bukan angka-angka. Selain itu, semua yang dikumpulkan berkemungkinan menjadi kunci terhadap apa yang sudah di teliti.2 Pendapat lain lain mengatakan bahwa penelitian deskriptif menuturkan dan menafsirkan data yang. 1. Sedarmayanti dan Syarifudin Hidayat, Metodologi Penelitian (Bandung: CV. Mandar Maju, 2002), hlm. 33 2 Lexy J. Moleong, Metodologi Penelitian Kualitatif (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2007), hlm. 11.

(60) berkenaan dengan fakta, keadaan, variabel dan fenomena yang terjadi saat penelitian berlangsung dan menyajikannya apa adanya. Bentuk yang diamati bisa berupa sikap dan pandangan yang menggejala saat sekarang, hubungan antara variabel (korelatif), pertentangan dua kondisi atau lebih, pengaruh terhadap suatu kondisi atau pebedaan-perbedaan antar fakta. Pada penelitian deskriptuif, peneliti tidak melakukan pengontrolan keadaan saat penelitian berlangsung, seperti pemberian treatment, dan kontrol terhadap variabel luar.3 Tujuan dari penelitian deskriptif ini adalah menggambarkan secara sistematik dan akurat fakta dan karakteristik mengenai populasi atau mengenai bidang tertentu. Penelitian ini berusaha menggambarkan situasi atau kejadian dan data yang dikumpulkan semata-mata bersifat deskriptif sehingga tidak bermaksud mencari penjelasan, menguji hipotesis, membuat prediksi maupun mempelajari implikasi.4 Adapun jenis penelitiannya yang sesuai dengan judul skripsi ini adalah penelitian deskriptif kualitatif. Penelitian deskriptif tidak dimaksudkan untuk menguji hipotesis, tetapi hanya menggambarkan suatu variabel, gejala, atau keadaan yang diteliti secara apa adanya. Penelitian deskriptif merupakan penelitian yang dimaksudkan untuk mengumpulkan informasi mengenai status atau gejala yang ada, yaitu keadaan gejala menurut apa adanya pada saat penelitian dilakukan.5. 3. Subana,Sudrajat, Dasar-dasar Penelitian Ilmiah (Bandung:CV Pustaka Setia, 2001), hlm.89 4 Saifuddin Azwar, Metode Penelitian (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 1999), hlm.7 5 Suharsimi Arikunto, Manajemen Penelitian (Jakarta: PT. Rineka Cipta, 1993), hlm. 309.

(61) Jadi, dalam penelitian ini penulis berusaha meneliti bagaimana penerapan pembelajaran tematik yang sudah di terapkan di MIN seduri, baik dari segi perencanaan, pelaksanaan dan evaluasinya. B. Kehadiran peneliti Sesuai dengan pendekatan dan jenis penelitian yang telah dikemukakan sebelumnya, maka kehadiran peneliti mutlak hadir selama kegiatan penelitian berlangsung. Hal ini sesuai dengan salah satu karakteristik penelitian kualitatif, yaitu manusia sebagai alat/instrument.6 Keikutsertaan peneliti sangat menentukan dalam pengumpulan data. Keikutsertaan tersebut tidak hanya dilakukan dalam waktu singkat, tetapi memerlukan perpanjangan keikutsertaan pada latar penelitian. C. Lokasi Penelitian Penelitian tindakan kelas ini dilaksanakan pada pesera didik kelas 2 di MIN Seduri. Yang berlokasi di Jln. Hamengku Buwono 56 Rt.003/Rw.010 Desa Seduri, Dusun tuwiri kecamatan Mojosari Kabupaten Mojokerto. D. Data dan Sumber Data Menurut Lofland dan Lofland, sumber data utama dalam penelitian kualitatif adalah kata-kata dan tindakan, selebihnya adalah data tambahan seperti dokumen dan lain-lain.7 Dalam penelitian ini kata dan tindakan orang yang diamati atau. 6. Lexy J. Moleong, Metodologi Penelitian Kualitatif, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya,2002),hal. 9 7 Ibid, hlm. 157.

(62) diwawancarai adalah sumber data utama. Sedangkan sumber dari arsip, dokumen pribadi dan dokumen resmi merupakan sumber data kedua. E. Prosedur Pengumpulan Data Penelitian yang dilaksanakan di MIN Seduri ini dilkukan dengan beberapa macam cara dalam mengumpulkan data, diantaranya yaitu:. 1. Observasi Partisipatif Yaitu peneliti terlibat langsung dengan kegiatan sehari-hari orang yang sedang diamati atau yang sedang digunakan sebagai sumber data penelitian.8 Dengan begitu peneliti akan memperoleh data yang lebih lengkap karena peneliti sendiri ikut merasakan apa yang dikerjakan oleh sumber data. Metode ini digunakan untuk memperoleh data sebagai berikut: a. Pelaksanaan pembelajaran tematik yang diterapkan di MIN Seduri b. Kesesuaian RPP yang telah dibuat guru dengan pelaksanaan pembelajaran di kelas c. Penilaian yang dilakukan dalam pembelajaran tematik 2. Data Interview Yaitu kegiatan tanya jawab lisan antara pewawancara dengan nara sumber. Dalam kegiatan wawancara, dimungkinkan bagi pewawancara untuk memperhatikan ekspresi wajah, gerak tubuh dan intonasi suara dari. 8. Sugiyono,Metode Penelitian Kuntitatif Kualitatif dan R&D (Bandung:Alfabeta2010) hal.227.

(63) nara sumber yang diwawancarainya.9 Interview dilakukan kepada narasumber yaitu guru dan siswa kelas 2b MIN Seduri Kecamatan Mojosari. Interview yang dilakukan kepada guru dimaksudkan untuk mengetahui perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi dalam pembelajaran tematik. Interview juga dilakukan kepada siswa juga dimaksudkan untuk mengetahui pelaksanaan pembelajaran tematik yang setiap hari dilakukan. 3. Dokumentasi Dokumentasi ialah. mengumpulkan data secara tertulis dan tidak. tertulis. Dokumen bisa berupa tulisan,gambar, atau karya-karya monumental dari seseorang.10 Dokumen yang digunakan yaitu berupa tulisan dan foto. Melalui data dokumentasi, peneliti mendapatkan berbagai data yang membutuhkan bukti konkrit seperti: a. Latar belakang MIN Seduri kecamatan Mojosari, berupa catatan tentang sejarah berdirinya madrasah. b. Data siswa kelas 2b MIN Seduri kecamatan Mojosari c. Data perangkat pembelajaran tematik, meliputi : pemetaan KD, jaring tema, silabus dan RPP, prota dan promes.. 9. Daryanto, Penelitian Tindakan Kelas Dan Penelitian Tindakan Sekolah (Yogyakarta: Gava Media 2011), hlm.81 10 Ibid.hlm. 240.

(64) F. Analisis Data Menurut Masri Singarimbun dan Sofyan Effendi mengatakan bahwa analisis data adalah proses penyederhanaan data ke dalam bentuk yang lebih mudah dibaca dan diinterpretasikan.11 Analisis data dilakukan setelah semua data terkumpul, maka untuk menganalisisnya digunakan teknik analisis deskriptif, artinya peneliti yang berusaha mendeskripsikan atau menggambarkan suatu gejala peristiwa, kejadian yang terjadi pada saat sekarang.12 Tahap analisis data dibagi menjadi tiga, yaitu: pertama, tahap pendahuluan atau pengolahan data (kelengkapan data yang diperoleh, keterbatasan tulisan, kejelasan makna dan kesesuaian data satu dengan data lainnya). Tahap kedua, tahap pengorganisasian data yang merupakan inti dari analisis data. Tahap ketiga, tahap penemuan hasil. Tahap analisis data dimulai dari data awal yang diperoleh peneliti selama. peneliti. terjun. ke. lokasi. penelitian.. Hasil. penelitian. dikoreksi/diperiksa/dicek kembali dalam rangka mendapatkan keabsahan dan kredibilitas data yang diperoleh peneliti. G. Pengecekan Keabsahan Data Agar penelitian menjadi ilmiah, maka data yang diperoleh perlu diperiksa keabsahannya. Ada empat kriteria yang digunakan, yaitu derajat kepercayaan,. 11. Nana Sudjana, dkk., Penelitian dan Nilai Pendidikan, ( Bandung: Sinar Baru, 1989) Hlm.197-198 12 Nana Sudjana, Ibrahim, Penelitian dan Penelitian Pendidikan (Bandung:Sinar Baru,1989). Hlm.64.

(65) keteralihan, kebergantungan, dan kepastian. Masing-masing kriteria tersebut menggunakan teknik pemeriksaan yang berbeda. Misalnya kriteria derajat kepercayaan,. pemeriksaan. keabsahan. datanya. dilakukan. dengan. teknik. Triangulasi.13 Triangulasi adalah teknik pemeriksaan keabsahan data yang memanfaatkan sesuatu yang lain. Di luar data itu untuk pengecekan atau sebagai pembanding terhadap data itu. Teknik triangulasi yang paling banyak digunakan ialah pemeriksaan. melalui. sumber. lain.. Triangulasi. dengan. sumber. berarti. membandingkan dan mengecek balik derajat kepercayaan suatu informasi yang diperoleh melalui waktu dan alat yang berbeda dalam penelitian kualitatif. Hal itu bisa dicapai dengan jalan: pertama, membandingkan data hasil pengamatan dengan data hasil wawancara. Kedua, membandingkan apa yang dikatakan orang di depan umum dengan apa yang dikatakannya secara pribadi. Ketiga, membandingkan apa yang dikatakan orang-orang tentang situasi penelitian dengan apa yang dikatakannya sepanjang waktu. Keempat, membandingkan keadaan dan perspektif seseorang dengan berbagai pendapat dan pandangan orang seperti rakyat biasa, orang yang berpendidikan menengah atau tinggi, orang berada, orang pemerintahan. Kelima, membandingkan hasil wawancara dengan isi suatu dokumen yang berkaitan.14. 13 14. Lexy J. Moleong, Metodologi Penelitian Kualitatif (Jakarta: Rosdakarya,--), hlm. 324 Ibid. Hlm. 330.

(66) Dalam proses pengecekan data akan dilakukan dalam penelitian ini, peneliti lebih memilih dengan menggunakan triangulasi sumber. Yaitu dengan menganalisis dan mengaitkan data-data yang sudah diperoleh baik melalui observasi, wawancara, maupun dokumentasi. Pengecekan data ini akan dilakukan peneliti ketika peneliti sudah memperoleh data yang diperlukan dan membandingkan data hasil wawancara dengan data hasil pengamatan dan dokumentasi.15 H. Tahap-tahap Penelitian Penelitian ini dilakukan dengan tiga tahap, yaitu tahap pra lapangan, tahap pekerjaan lapangan, tahap analisis data 1. Tahap Pra Lapangan Ada enam tahap kegiatan yang harus dilakukan oleh peneliti dalam tahapan ini ditambah dengan satu pertimbangan yang perlu dipahami, yaitu etika penelitian lapangan. Antara lain yaitu: menyusun rancangan penelitian, memilih lapangan penelitian,mengurus perizinan, menjajaki dan menialai lapangan, memilih dan memanfaatkan informan, menyiapkan perlengkapan penelitian, dan persoalan etika penelitian.. 15. Sugiyono. Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R & D. (Bandung: Alfabeta, 2007).Hlm 274.

(67) 2. Tahap Pekerjaan Lapangan Uraian tentang tahap pekerjaan lapangan dibagi atas tiga bagian, yaitu: (1) memahami latar penelitian dan persiapan diri, (2) memasuki lapangan, dan (3) berperan serta sambil mengumpulkan data. 3. Tahap Analisis Data Pada bagian ini dibahas prinsip pokok, tetapi tidak akan dirinci bagaimana cara analisis data itu dilakukan karena ada bab khusus yang mempersoalkannya.16. 16. Lexy J. Moleong, Metodologi Penelitian Kualitatif, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2002),hal. 127.

Gambar

Table 4.1 Sarana dan Prasarana Sekolah.......................  ...........................................
Ilustrasi Pengembangan Tema
Ilustrasi Kegiatan yang dapat  dikembangkan dalam Pembelajaran
Gambar model keterhubungan  (connected model) Gambar model terpadu
+5

Referensi

Dokumen terkait

Pada guru khususnya guru bidang studi akuntansi agar menggunakan model pembelajaran CTL dengan pendekatan Scientific sebagai salah satu alternatif dalam mata pelajaran

1) Penentuan tema merupakan hasil ramuan dari berbagai materi di dalam satu maupun beberapa mata pelajaran. 2) Tema diangkat sebagai sarana untuk mencapai tujuan

Pembelajaran tematik integratif merupakan pembelajaran yang mengkaitkan mata pelajaran satu dengan mata pelajaran lain dalam satu tema. Pembelajaran tematik integratif ini

Pembelajaran tematik terpadu merupakan pendekatan pembelajaran yang mengintegrasikan berbagai kompetensi dari berbagai mata pelajaran ke dalam berbagai

Pembelajaran tematik adalah pembelajaran terpadu ( integrated learning ) yang menggunakan tema untuk mengaitkan beberapa mata pelajaran sehingga dapat

Salah satunya model jaring laba-laba (webbed model), penggunaan model pembelajaran di dalam kegiatan belajar mengajar dikelas dapat membantu guru dalam menyampaikan

Hasil penelitian mengungkapkan bahwa: (1) mulai dari perencanaan, menentukan tema, pelaksanaan, penilaian pembelajaran tematik pada mata pelajaran Sosiologi, dapat

Berdasarkan pengamatan guru kelas I SD Negeri 2 Labuhan Sumbawa selama proses pembelajaran, pemahaman konsep mata pelajaran tematik muatan terpadu Bahasa Indonesia pada tema 5 sub tema