• Tidak ada hasil yang ditemukan

MODEL PEMBELAJARAN TEMATIK ANAK USIA DIN (1)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "MODEL PEMBELAJARAN TEMATIK ANAK USIA DIN (1)"

Copied!
17
0
0

Teks penuh

(1)

MODEL PEMBELAJARAN TEMATIK ANAK USIA DINI DALAM KURIKULUM 2013

Adella Kharisma Diyenti 1 & Dadan Suryana 2

Mahasiswa Pascasarjana Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD) Universitas Negeri Padang adellakharisma7@gmail.com , dadan.suryana@yahoo.com

Abstrak

Kurikulum adalah seperangkat rencana dan pengaturan mengenai tujuan, isi, dan bahan pelajaran serta cara yang digunakan sebagai pedoman penyelenggaraan kegiatan pembelajaran untuk mencapai tujuan pendidikan tertentu. Karakteristik kurikulum 2013 adalah salah satunya tematik. Tematik disini adalah mengaitkan satu tema dengan seluruh perkembangan anak usia dini yang berdasarkan kurikulum 2013 ada 6 aspek perkembangan yaitu spiritual, sosial emosional, kognitif, bahasa, keterampilan dan terakhir adalah seni. Hal yang harus diperhatikan dalam model pembelajaran tematik adalah tema yang diangkat sesuai dengan berbagai macam pengalaman siswa dan lingkungannya. Hasil dari tulisan ini berdasarkan hasil tinjauan pustaka. Tujuan dari tulisan ini untuk mengetahui model penilaian dari pembelajaran terpadu anak usia dini yaitu: (a) Merencanakan pembelajaran individual dan kelompok, serta untuk berkomunikasa dengan para orang tua; (b) Mengidentifiksikan anak yang memerlukan bantuan atau layanan khusus; (c) Mengevaluasi apakah tujuan program pendidikan usia dini sudah tercapai atau belum.

Kata Kunci: Pembelajaran tematik, kurikulum 2013, anak usia dini

Abstract

The curriculum is a set of plans and arrangements concerning objectives, content, and instructional materials and ways used as guidelines for the implementation of learning activities to achieve specific educational goals. The characteristic of the 2013 curriculum is one thematic. Thematic here is linking a theme with the whole development of early childhood that based on the 2013 curriculum there are 6 aspects of development that is spiritual, social emotional, cognitive, language, skills and the last is art. The thing to consider in the thematic learning model is the theme raised according to the various experiences of students and their environment. The results of this paper based on the literature review. The purpose of this paper is to know the assessment model of integrated early childhood learning, namely: (a) Planning individual and group learning, and for communicating with parents; (b) Identify a child who needs special assistance or services; (c) Evaluate whether the objectives of early childhood education programs have been achieved or not.

(2)

PENDAHULUAN

Anak usia dini memiliki enam aspek perkembangan, yaitu perkembangan nilai agama dan moral, kognitif, bahasa, fisik motorik, dan sosial-emosional (Peraturan Menteri Pendidikan Nasional nomor 58 tahun 2009). Aspek-aspek perkembangan tersebut harus mendapatkan stimulasi optimal dari lingkungan sekitar. Stimulasi pembelajaran yang dilakukan disekolah merupakan salah Satu stimulus yang dapat mengembangkan aspek- aspek tersebut di atas. Eliason dan Jenkins (2008) menyatakan bahwa pengembangan kognitif, bahasa, dan keaksaraan dapat membentuk kemampuan berpikir dan membangun pemahaman. Seluruh aspek perkembangan di atas harus mendapatkan stimulasi yang maksimal dan optimal melalui kegiatan pembelajaran yang bermakna bagi anak yang melibatkan Orang tua, guru dan sekolah. dalam (Suryana 2013)

Sebagaimana tercantum dalam Undang-undang Nomor 146Tahun 2014 tentang sistem Pendidikan Nasional Bab I Pasal 1 Menyatakan bahwa: “ Pendidikan anak usia dini adalah merupakan suatu upaya pembinaan yang ditujukan kepada anak sejak lahir sampai dengan usia 6 tahun yang dilakukan melalui pemberian stimulus pendidikan untuk membantu perkembangan, pertumbuhan, baik jasmani maupun rohani sehingga anak memiliki kesiapan

memasuk pendidikan lebih lanjut”. Model kurikulum akan memberikan gambaran arah, proses,

dan isi pembelajaran Sukmadinata, 2007 dalam (Een Y. Haenilah: 2017) yang didasari oleh filosofi jenis dan jenjang lembaga pendidikan. Setiap jenjang dan jenis pen-didikan memiliki sasaran yang berbeda. Oleh karena itu, harus didasari oleh model kurikulum yang berbeda pula

Anak usia TK/RA berada pada tahapan operasi konkrit. Pada rentang usia tersebut anak mulai menunjukkan prilaku belajar sebagai berikut : 1) Mulai memandang dunia secara objektif, bergeser dari satu aspek situasi kepada aspek lain secara reflektif dan memandang unsur-unsur secara serentak, 2) Mulai berpikir secara operasional, 3) Menggunakan cara berpikir operasional untuk mengklasifikasika benda-benda, 4) membentuk dan menggunakan keterhubungan aturan-aturan, prinsip ilmiah sederhana, dan menggunakan hubungan sebab akibat, dan 5) memahami konsep-konsep substansi, volume zat cair, panjang, lebar, luas dan berat. (Trianto, 2013:10)

(Suryana, 2016) menegaskan bahwa metode pengajaran High Scope menggunakan prinsip-prinsip : memberikan lingkungan yang nyaman; memberikan dukungan kepada tingkah laku dan bahasa anak; membantu anak dalam menentukan pilihan dan keputusan; membantu anak dalam menyelesaikan masalahnya sendiri dengan melakukannya sendiri. Pembelajaran High Scope berdasar pada ide Piaget, yaitu anak-anak harus terlibat aktif dalam pembelajaran

(3)

disekitarnya, materi, ide, dan kejadian sehingga memungkinkan anak-anak dan guru belajar bersama. Anak dapat memilih sendiri materi dan aktifitas sesuai dengan minat dan tujuan masing masing. Guru dilatih agar dapat mendukung anak untuk mengambil keputusan dan mandiri. Komputer dan program komputer juga sering digunakan dalam pembelajaran. Pembelajaran yang berfokus kepada anak student centre memberikan kebebasan kepada anak untuk mengembangkan kemampuan yang dimilikinya, interaksi antara anak dan lingkungan sangat luas sekali sehingga memungkinkan bagi anak untuk aktif dalam setiap pembelajaran

Berdasarkan tahapan perkembangan berpikir tersebut, kecenderungan belajar anak usia TK/RA memiliki tiga ciri, yaitu: konkret, integratif, hierarkis. Dengan demikian, dalam mengembangkan model pembelajaran bagi PAUD harus memerhatikan karakteristik anak dan kompetensi yang akan dicapai, interaksi dalam proses pembelajaran, alat/media, dan penilaian. Ada banyak model pembelajaran yang dapat dikembangakan dan diterapkan di TK/RA. Namun, yang terpenting dalam mengembangkan model pembelajaran di PAUD harus memerhatikan karakteristik anak dan kompetensi yang akan dicapai, interaksi dalam proses pembelajaran, alat/media, dan penilaian. Tetapi berdasarkan sifat dan karakter anak usia dini, maka pembelajaran di TK/RA bersifat Tematik yang dilakukan secara integratif, artinya bahwa pembelajaran di TK/RA tidak bisa dilakukan dengan metode tunggal. Itulah sebabnya, model pembelajaran yang dikenalkan adalah yang bersifat paduan (Integral).

Pembelajaran merupakan proses ilmiah. Karena itu Kurikulum 2013 mengamanatkan esensi pendekatan ilmiah dalam pembelajaran. Pendekatan ilmiah diyakini sebagai titian emas perkembangan dan pengembangan sikap, keterampilan, dan pengetahuan anak didik. Dalam pendekatan atau proses kerja yang memenuhi kriteria ilmiah, para ilmuwan lebih mengedepankan pelararan induktif (inductive reasoning) ketimbang penalaran deduktif (deductive reasoning). Penalaran deduktif melihat fenomena umum untuk kemudian menarik simpulan yang spesifik. Sebaliknya, penalaran induktif memandang fenomena atau situasi spesifik untuk kemudian menarik simpulan secara keseluruhan. Sejatinya, penalaran induktif menempatkan bukti-bukti spesifik ke dalam relasi idea yang lebih luas. (Suryana, 2017)

(4)

Dalam kurikulum 2013, pembelajaran dituntut untuk menerapkan pendekatan saintifik/ilmiah yang dipadu dengan model pembelajaran tematik terpadu. Pembelajaran tematik adalah pembelajaran terpadu yang menggunakan tema untuk mengaitkan beberapa mata pelajaran sehingga dapat memberikan pengalaman bermakna kepada peserta didik. Karakteristik pembelajaran tematik yaitu berpusat pada peserta didik pemisahan antar mata pelajaran tidak tampak, menyajikan konsep dari berbagai mata pelajaran dalam suatu proses pembelajaran, fleksibel, hasil pembelajaran berkembang sesuai dengan minat dan kebutuhan peserta didik. (Ni N. Sukerti dkk)

Kenyataan di lapangan menunjukkan bahwa guru Taman Kanak-kanak belum pahamnya guru tetang bagaimana pembelajaran tematik terpadu dengan menggunakan pendekatan saintifik tersebut dan belum mempunyai rujukan yang dapat di jadikan pegangan dalam proses belajar mengajar, belum ada bahan ajar tematik terpadu berbasis pendekatan saintifik. Hal ini mengakibatkan guru mengajar tidak sesuai dengan proses pembelajaran melalui pendekatan saintifik. Berdasarkan latar belakang diatas penulis akan membahas bagaimana “ Model Pembelajaran Tematik Dalam Kurilukum 2013” yang bertujuan untuk mengetahui bentuk atau model pembelajaran tematik dalam kurikulum 2013 tersebut .

PEMBAHASAN

Pengertian Pembelajaran Tematik

Pembelajaran tematik sebagai model pembelajaran termasuk salah satu tipe/jenis dari pada model pembelajaran terpadu. Istilah pembelajaran tematik pada dasarnya adalah model pembelajaran terpadu menggunakan tema untuk mengaitkan beberapa mata pelajaran sehingga dapat memberikan pengalaman bermakna kepada siswa (Depdiknas, 2006; 5). Hadi Subroto (2000:9) menegaskan Pembelajaran terpadu adalah pembelajaran yang diawali dengan pokok bahasan atau tema tertentu yang dikaitkan dengan pokok bahasan lain, konsep tertentu dikaitkan dengan konsep lain, yang dilakukan secara spontan atau direncanakan, baik dalam bidang studi atau lebih, dan dengan beragam pengalam belajar siswa, maka pembelajaran lebih bermakna. Maka pada umumnya pembelajaran tematik atau terpadu adalah pembelajaran yang menggunakan tema tertentu untuk mengaitkan antara beberapa isi mata pelajaran dan pengalaman kehidupan nyata sehari-hari siswa sehingga dapat memberikan pengalaman bermakna bagi siswa.

(5)

yang mencakup standar kompetensi kompetensi dasar, materi pokok pembelajaran kegiatan pembelajaran, indikator pencapaian kompetensi untuk penilaian, penilaian, alokasi waktu, dan sumber belajar (Trianto, 2007 : 25).

Pembelajaran tematik sebagai model pembelajaran memiliki arti penting dalam membangun kompetensi peserta didik, antara lain: 1) Pembelajaran tematik lebih menekankan pada keterlibatan siswa dalam proses belajar secara aktif dalam proses pembelajaran, sehingga siswa dapat memperoleh pengalaman langsung dan terlatih untuk dapat menemukan sendiri berbagai pengetahuan yang dipelajarinya. Melalui pengalaman langsung siswa akan memahami konsep-konsep yang mereka pelajari dan menghubungkannya dengan konsep lain yang dipahaminya. Teori pembelajaran ini dimotori para tokoh psikologi Gestalt, termasuk piaget yang menekankan bahwa pembelajaran haruslah bermakna dan berorientasi pada kebutuhan dan perkembangan anak. 2) Pembelajaran tematik lebih menekankan pada penerapan konsep belajar sambil melakukan sesuatu (learning by doing). Oleh karena itu, guru perlu mengemas atau merancang pengalaman belajar yang akan memengaruhi kebermaknaan belajar siswa. Pengalaman belajar yang menunjukan kaitan unsur-unsur konseptual menjadikan proses pembelajaran lebih efektif.

Pembelajaran tematik berarti pembelajaran dengan mengangkat tema atau topik tertentu untuk dibahas djadikan kegiatan bermain anak, yang menggunakan pendekatan Pendekatan saintifik berarti menerapkan beberapa proses sebagai berikut:

Mengamati (Observing); mengamati berarti menggunakan semua indera (penglihatan, pendengaran, penciuman, peraba, dan pengecap) untuk mengenali suatu benda yang diamatinya. Semakin banyak indera yang digunakan dalam proses mengamati maka semakin banyak informasi yang diterima dan diproses dalam otak anak. Proses mengamati benar-benar dilakukan oleh anak tidak karena diberi tahu guru. Apabila anak belum terbiasa dengan proses ini, guru dapat mendukungnya dengan kata-kata: “kamu boleh memegang, mencium,

mendengarkan, mencicipinya… nah apa yang kamu rasakan?

Menanya (Questioning); menanyakan sebagai salah salah satu proses mencari tahu atau mengkonfirmasi atau mencocokkan dari pengetahuan yang sudah dimiliki anak dengan pengetahuan baru yang sedang dipelajarinya. Pada dasarnya anak seorang peneliti yang handal, ia selalu ingin tahu tentang sesuatu yang ditangkap inderanya. Karenanya ia sering bertanya, yang terkadang pertanyaannya sangat diluar dugaan orang dewasa. Tetapi itu proses saintis yang berasal dari pikiran kritisnya.

(6)

Pembelajaran yang membolehkan anak melakukan banyak hal sangat mendukung kemampuan berpikir kreatif. Sedangkan pembelajaran yang banyak menggunakan lembaran kerja justru membelenggu kemampuan kreatif anak

Mengasosiasi (Associating): proses asosiasi merupakan proses lebih lanjut dimana anak mulai menghubungkan pengetahuan yang sudah dimilikinya dengan pengetahuan baru yang didapatkannya. Proses asosiasi penting bagi anak untuk membangun pemahaman baru tentang dunia di sekelilingnya. Piaget menyatakan bahwa anak membentuk schemata baru tanpa membuang yang sudah ada tetapi memperbaiki dan menguatkan yang sebelumnya.

Mengkomunikasikan ( communication) proses mengkomunikasikan adalah proses penguatan pengetahuan terhadap pengetahuan baru yang didapatkana anak mengkomunikasikan kalimat yang sering dilontarkan anak, misalnya: “Bu guru aku tahu,

kalau ….” Tetapi mengkomunikasikan tidak hanya disampaikan melalui ucapan, dapat juga

disampaikan melalui hasil karya. Biasanya anak menyampaikannya dengan cara menunjukkan karyanya. “Bu guru lihat…aku sudah membuat….” Itu kalimat yang sering disampaikan anak. Dukungan guru yang tepat akan menguatkan pemahaman anak terhadap konsep atau pengetahuannya, proses berpikir kritis dan kreatifnya terus tumbuh. Sebaliknya bila guru mengabaikan pendapat anak atau menyalahkannya maka keinginan untuk mencari tahu dan mencoba hal baru menjadi hilang. (Suryana, 2015)

Prabowo 2003:3 dalam (Halida : 2016 ) mengatakan bahwa pembelajaran terpadu sebagai proses yang mempunyai beberapa ciri yaitu berpusat pada anak, proses pembelajaran mengutamakan pemberian pengalaman langsung kepada anak. Karakteristik perkembangan anak memberikan implikasi bagi para pendidik dalam mengorganisasikan kurikulum atau program pendidikan yang pada gilirannya akan memberikan implikasi untuk merencanakan, melaksanakan, dan mengevaluasi program pendidikan yang tepat.

(7)

adalah salah satu pendekatan pembelajaran yang didasarkan atas ide-ide pokok atau ide-ide sentral tentang anak dan lingkungannya”. Tema yang disajikan kepada anak harus dimulai dari hal-hal yang telah dikenal anak menuju yang lebih jauh; dimulai dari yang sederhana menuju yang lebih kompleks. Penggunaan tema untuk mengorganisasikan pembelajaran bagi anak-anak telah populer sejak John Dewey mengusulkan kurikulum yang dihubungkan dengan pengalaman hidup yang riil atau nyata. Semua kegiatan dalam pembelajaran terpadu melibatkan pengalaman langsung (hands on experience) bagi anak-anak serta membarikan berbagai informasi atau pemahaman tentang lingkungan sekitar mereka. Kegiatan ini juga memungkiinkan anak menggeneralisasikan pengetahuan dan keterampilan dari satu pengalaman ke pengalaman lainnya.

Menurut Jamaris (2009) Pembelajaran terpadu memberikan konsep belajar bermakna yang dipelajari melalui pengalaman langsung alami. Pembelajaran terpadu menyajikan berbagai konsep yang akan dipelajari secara terpadu. Hal ini akan sesuai dengan karakteristik perkembangannya sehingga anak akan belajar dengan mudah dan bermakna. Pembelajaran terpadu bertolak dari tema yang diambil dari lingkungan anak. Dengan demikian anak dapat mengeksplor tema-tema tersebut sehingga didapatkan suatu konsep pengetahuan yang utuh yang dekat dengan anak, sehingga anak akan leluasa dalam menggali pengetahuannya dan anak belajar dengan motivasi tinggi dan kondisi yang menyenangkan, sehingga potensinya dapat berkembang secara optimal.

Berdasarkan uraian di atas, anak memiliki peran sentral dalam proses pembelajaran yang mana hal itu merupakan salah satu karakteristik pembelajaran terpadu. Untuk itu bagi para penyelenggara pendidikan (guru) hendaknya memamami tentang konsep pembelajaran terpadu sehingga nantinya dapat mengimplementasikannya dalam kegiatan belajar mengajar sehari-hari untuk mencapai perkembangan potensi anak secara maksimal.

Karakteristik Pembelajaran Terpadu Anak Usia Dini

Hendrick (dalam Aisyah 2008:2.5) mengemukakan bahwa pembelajaran melalui tema membantu anak-anak mengembangkan semua pemikirannya secara langsung dalam proses belajar mereka. Pembelajaran terpadu atau pembelajaran tema bagi anak usia dini umumnya dan anak usia taman kanak-kanak khususnya, memiliki karakteristik yang khas dibandingkan dengan pembelajaran lainnya. Karakteristik pembelajaran terpadu sebagai berikut:

(8)

2. Menciptakan kegiatan sehingga anak menggunakan semua pemikirannya Kegiatan-kegiatan yang dikembangkan dalam pembelajaran terpadu menantang anak untuk menggunakan semua pemikiran dan pemahamannya.

3. Mengembangkan kegiatan sesuai dengan minat-minat anak.

Kegiatan-kegiatan yang dikembangkan dalam pembelajaran terpadu harus relevan dengan minat anak, karena minat anak merupakan sumber ide yang potensial untuk menentukan tema.

4. Membantu anak-anak mengembangkan pengetahuan dan keterampilan baru yang didasarkan pada hal-hal yang telah mereka ketahui dan telah dapat mereka lakukan sebelumnya.

5. Menyediakan kegiatan dan kebiasaan yang ditujukan untuk mengembangkan semua aspek perkembangan kognitif, sosial, emosional, fisik afeksi, dan estetis, dan agama.

6. Mengakomodasi kebutuhan anak-anak untuk melakukan aktivitas fisik, interaksi sosial, kemandirian, dan mengembangkan harga diri yang positif.

7. Memberikan kesempatan menggunakan bermain sebagai wahana belajar. Bermain merupakan wahana yang baik untuk mengembangkan semua aspek perkembangan anak. 8. Menghargai perbedaan individu, latar belakang budaya, dan pengalaman dalam keluarga

yang dibawa anak.

9. Menemukan cara-cara untuk melibatkan anggota keluarga anak.

Dalam pembelajaran terpadu guru dapat melakukan kolaborasi dengan mendatangkan “ahli” ke kelas sebagai model. Refleksi juga merupakan bagian penting dalam pembelajaran terpadu, refleksi adalah cara berfikir tentang apa mau dipelajari atau berfikir kebelakang tentang apa yang sudah kita lakukan dimasa lalu. Pengetahuan yang bermakna diperoleh dari proses, pengetahuan yang telah dimiliki anak, diperluas melalui konteks pembelajaran yang kemudian diperluaskan sedikit demi sedikit. Kunci dari semua itu adalah bagaimana pengetahuan mengendap di benak anak. Pada akhir pembelajaran, guru menyisihkan waktu sejenak agar anak melakukan refleksi. Realisasikan dapat berupa:

1. Pernyataan langsung tentang apa saja yang diperolehnya hari ini. 2. Catatan atau jurnal dibuku anak.

3. Pesandan saran mengenai pembelajaran hari ini. 4. Diskusi dan prsentasi.

5. Hasil karya.

(9)

lingkungan belajar yang memungkinkan anak dapat belajar sambil bermain atau bermain sambil belajar secara efektif. Kegiatan pembelajaran sebaiknya berpusat pada anak.

Prinsip dan Manfaat Pembelajaran Tematik Terpadu Anak Usia Dini

Pembelajaran terpadu atau tema lebih kompleks dan komprehensif daripada pendekatan pembelajaran lainnya karena melibatkan berbagai bidang pengembangan dan kegiatan. Prinsip-prinsip sebagai berikut:

1. Tema dalam pembelajaran terpadu harus sesuai dengan usia, perbedaan individu, dan karakteristik sosial budaya anak.

2. Pembelajaran terpadu harus berkaitan secara langsung dengan pengalaman nyata anak dan harus dikembangkan berdasarkan hal-hal yang telah mereka ketahui dan apa yang ingin mereka ketahui.

3. Setiap tema dalam pembelajaran terpadu harus menyajikan konsep yang dapat diselidiki oleh anak.

4. Setiap tema dalam pembelajaran terpadu harus didukung oleh suatu pengetahuan yang telah diteliti secara cermat.

5. Pembelajaran terpadu harus mengintegrasikan isi dan proses belajar.

6. Informasi yang berhubungan dengan tema harus disampaikan kepada anak melalui pengalaman langsung yang melibatkan penemuan aktif.

7. Kegiatan yang berhubungan dengan tema dalam pembelajaran terpa harus menggambarkan bidang kurikulum yang beraneka ragam dan mendukung keterpaduannya 8. Dalam pembelajaran terpadu, isi atau bahan ajar yang sama harus disajikan lebih dari satu

kali dan disajikan melalui jenis-jenis kegiatan yang bervariasi.

9. Tema dalam pembelajaran terpadu harus memungkinkan untuk dilaksanakan melalui kegiatan proyek yang diprakarsai anak.

10. Pembelajaran terpadu harus memberikan kesempatan kepada anak untuk merefleksikan hal-hal yang telah mereka pelajari.

11. Pembelajaran terpadu harus memasukkan cara-cara untuk melibatkan anggota keluarga anak.

12. Setiap tema harus dapat diperluas atau direvisi sesuai dengan minat dan pemahaman yang ditunjukan oleh anak. (Halida:2016)

Manfaat Pembelajaran Tematik Terpadu

(10)

1. Meningkatkan perkembangan konsep anak. Tema membantu anak-anak memperolehpemahaman yang lebih komprehensif. Anak membentuk konsep melalui pengalaman langsung. Melalui keterlibatan anak dalam pembelajaran terpadu, proses mental bekerja secara aktif menghubungkan informasi yang terpisah-pisah menjadi suatu kesatuan yang utuh.

2. Pembelajaran terpadu memungkinkan

anak-anak untuk mengeksplorasi pengetahuan melalui berbagai kegiatan. Kegiatan untuk mengeksplorasi pengetahuan dapat dilakukan melalui interaksi, pengalaman mendengar, melihat, pengalaman antarpribadi, dan kegiatan motorik sesuai dengan kebutuhan masing-masing. Tema dalam pembelajaran terpadu juga mendorong anak untuk memperoleh pemahaman yang lebih mendalam tentang topik-topik khusus, sehingga anak menjadi lebih tertarik terhadap suatu ide.

3. Membantu para guru dan praktisi

lainnya untuk mengembangkan kemampuan profesionalnya. Melalui pembelajaran terpadu, para guru dan praktisi lainnya mendorong mereka untuk mengorganisasikan pemikiran, memilih kegiatan yang relevan, merumuskan tujuan, dan melaksanakan pembelajaran tersebut.

4. Pembelajaran terpadu dapat dilaksanakan pada jenjang program yang berbeda, untuk semua tingkatan usia, dan untuk anak-anak yang mempunyai kebutuhan yang berbeda. Hal ini memberikan kemungkinan untuk berkolaborasi antar profesional

Model-model Pembelajaran Tematik Terpadu

Model-model Kurikulum dan Pembelajaran terpadu. Menurut Fogarty ada 10 model, terdiri atas

1. Fragmented (terpisah). 2. Connected (terhubung)

3. Nested (tersarang/kumpulan/dalam satu rangkaian). 4. Sequenced (terurut).

5. Shared (terbagi).

6. Webbed (jaring laba-laba).

7. Threaded (tersambung, pasang benang). 8. Integrated (terintegrasi).

9. Imersed (terbenam), dan 10. Networked (jaringan).

(11)

1. Integrasi dalam satu bidnag studi/Model dalam satu disiplin ilmu yang meliputi: a. Model fragmented (terpisah).

b. Model connected (terhubung), dan c. Model nested (tersarang).

2. Model antar bidang studi/ Integrasi Materi dan Topik-topik penting Lintas Studi yang meliputi.

a. Model sequenced (satu rangkai). b. Model shared (terbagi).

c. Model webbed (jaring laba-laba). d. Model threaded (satu alur), dan e. Model integrated (terpadu).

3. Model lintas/minat peserta didik yang meliputi.

a. Model immersed (tercelup/ tenggelam/masuk ke dalam). b. Model network (jaringan kerja), (Fogarty, 1991).

Prosedur Pelaksanaan Pembelajaran Tematik Terpadu

Prinsip pemilihan tema merupakan wahana yang berisikan bahan-bahan yang perlu dikembangkan lebih lanjut oleh guru menjadi program pengembangan yang operasional. Guru seringkali terpaku pada tema-tema yang sudah ada dalam kurikulum padahal sesungguhnya terdapat berbagai sumber ide untuk memilih dan menentukan tema apa yang akan disajikan pada anak. Tema untuk pembelajaran terpadu dapat bersumber dari minat anak, peristiwa atau kejadian-kejadian khusus, kejadian yang tidak terduga, guru dan orang tua, serta misi lembaga. Penjelasan tentang sumber-sumber tema tersebut diuraikan di bawah ini :

1. Minat Anak

Sumber ide yang paling baik untuk tema adalah anak. Sesuatu yang sering terjadi, sering dibahas atau menarik minat anak adalah hal yang paling tepat untuk dipilih sebagai tema. 2. Peristiwa Khusus

Peristiwa atau kejadian khusus yang dilihat atau dialami anak dapat menjadi sumber ide bagi guru untuk memilih tema.

3. Kejadian yang Tidak Terduga

Kejadian yang tidak diduga sebelumnya dapat merangsang anak untuk berpikir atau ingin mengetahui lebih banyak tentang hal tersebut.

4. Materi yang Dimandatkan oleh Lembaga

Lembaga-lembaga pendidikan kadang memiliki misi dan harapan tertentu dalam menyelenggarakan pendidikan bagi anak dan memandatkannya kepada guru.

(12)

Ide tema dapat bersumber dari harapan orang tua dan guru sesuai dengan kebutuhan lembaga dan orang tua. Dengan banyaknya sumber tema dan ide yang dapat dipilih, topik-topik penting biasanya akan muncul. Ada lima kriteria yang harus dipertimbangkan dalam memilih tema.

Kriteria tersebut adalah:

a. Relevansi topik dengan anak;

b. Kemampuan tema untuk melibatkan anak dalam pengalaman langsung; c. Keragamandankeseimbangan

antarbidang kurikulum (sains, matematika, bahasa, seni, dan sebagainya); d. Ketersedian alat dan sumber yang berkaitan dengan tema;

e. Kemampuan tema untuk dilaksanakan dalam kegiatan proyek. 6. Pengembangan Tema

Inti dari setiap tema adalah informasi faktual yang diwujudkan dalam sejumlah istilah (term), fakta (fact), dan prinsip (principles) atau disingkat TFP yang relevan dengan tema. Istilah atau term adalah perbendaharaan kata yang harus diketahuianak untuk menggambarkan objek atau peristiwa yang berhubungan dengan tema. Fakta adalah sesuatu yang ada atau nyata atau yang telah terjadi. Prinsip merupakan perpaduan fakta-fakta atau hubungan timbal balik di antara fakta-fakta tersebut. Jumlah konsep dalam suatu tema yang disajikan pada anak usia Taman Kanak-kanak hendaknya dibatasi antara 10-15 konsep.( Halida: 2016)

Pengertian Kurikulum

Kurikulum adalah seperangkat rencana dan pengaturan mengenai tujuan, isi, dan bahan pelajaran serta cara yang digunakan sebagai pedoman penyelenggaraan kegiatan pembelajaran untuk mencapai tujuan pendidikan tertentu. Berdasarkan pengertian tersebut, terdapat dua dimensi kurikulum. Dimensi pertama adalah rencana dan pengaturan mengenai tujuan, isi, dan bahan pelajaran, sedangkan yang kedua adalah cara yang digunakan untuk kegiatan pembelajaran. Kurikulum 2013 Pendidikan Anak Usia Dini yang diberlakukan mulai tahun ajaran 2014/2015 memenuhi kedua dimensi tersebut.

Kerangka Dasar Kurikulum 2013 Landasaan Filosofis

(13)

a. Pendidikan berakar pada budaya bangsa untuk membangun kehidupan bangsa masa kini dan masa mendatang. Pandangan ini menjadikan kurikulum 2013 pendidikan Anak Usia Dini dikembangkan berdasarkan budaya bangsa Indonesia yang beragam dengan prinsip Bhineka Tunggal Ika, sehingga pendidikan di arahkan untuk membangun kehidupan masa kini, dan untuk membangun dasar bagi kehidupan bangsa yang lebih baik di masa depan. Sehubungan dengan itu, kurikulum 2013 Anak Usia Dini di rancang untuk dapat memberikan pengalaman belajar bagi anak agar mereka bisa memiliki landasan untuk menguasai kompetensi yang diperlukan bagi kehidupan di masa kini dan masa deepan, serta mengembangkan kemampuan sebagai pewaris budaya bangsa yang kreatif dan peduli terhadap permasalahan masyarakat dan bangsa.

b. Anak adalah pewaris budaya bangsa yang kreatif. Menurut pandangan filosofi ini, prestasi bangsa di berbagai bidang kehidupan di masa lampau adalah sesuatu yang harus termuat dalam isi kurikulum untuk memberi inspirasi dan rasa bangga pada anak. Kurikulum 2013 Pendidikan Anak Usia Dini memposisikan keunggulan budaya untuk menimbulkan rasa bangga yang tercermin, dalam kehidupan pribadi, bermasyarakat, dan berbangsa.

c. Dalam proses pendidikan, anak usia dini membutuhkan keteladanan,

motivasi, pengayoman/perlindungan, dan pengawasan secara berkesinambungan sebagaimana dicontohkan oleh Ki Hajar Dewantara dalam filosofi: ing ngarso sung tulodo, ing madya mangun karso, tut wuri handayani.

d. Usia dini adalah masa ketika anak menghabiskan sebagian besar waktu untuk bersama Karenanya pembelajaran pada PAUD dilaksanakan melalui bermain dan kegiatan-kegiatan yang mengandung prinsip bermain

2) Landasan Sosiologis

Kurikulum 2013 Pendidikan Anak Usia Dini dikembangkan sesuai dengan tuntutan dan norma-norma yang berlaku di masyarakat setempat. Masyarakat Indonesia adalah masyarakat yang sangat beragam. Satuan PAUD merupakan representasi dari masyarakat yang beragam baik dari aspek strata sosial-ekonomi, budaya, etnis, agama, kondisi fisik maupun mental. Untuk mengakomodasi keberagaman itu, Kurikulum 2013 Pendidikan Anak Usia Dini dikembangkan secara inklusif untuk memberi dasar terbentuknya sikap saling menghargai dan tidak membeda-bedakan.

3) Landasan Psiko-Pedagogis

(14)

4) Landasan Teoritis

Kurikulum 2013 Pendidikan Anak Usia Dini dikembangkan dengan mengacu pada teori pendidikan berbasis standar dan kurikulum berbasis kompetensi. Pendidikan berbasis standar menetapkan adanya standar nasional sebagai kualitas minimal penyelenggaraan pendidikan. Standar tersebut terdiri dari standar tingkat pencapaian perkembangan anak, standar isi,

standar proses, standar penilaian pendidikan, standar pendidik dan tenaga kependidikan, standar sarana dan prasarana, standar pengelolaan, dan standar pembiayaan.

5) Landasan Yuridis

Landasan yuridis Kurikulum 2013 Pendidikan Anak Usia Dini adalah:

1. Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945;

2. Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional;

3. Undang-undang Nomor 17 Tahun 2005 tentang Rencana Pembangunan Jangka Panjang Nasional, beserta segala ketentuan yang dituangkan kedalam Rencana Pembangunan

Jangka Menengah Nasional;

4. Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan sebagaimana telah diubah dengan Peraturan Pemerintah Nomor 32 Tahun 2013 tentang Perubahan Atas Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional

Pendidikan; dan

5. Peraturan Presiden Nomor 60 Tahun 2013 Tentang Pengembangan Anak Usia Dini Holistik-Integratif. (Nurani, Yuliani : 2014)

Model Kurikulum Dalam Pendidikan Anak Usia Dini

The National Association for the Education of Young Children (NAEYC) dan the National Association of Early ChiZdhood Specialists in Side Departements sf Education (NAECS/SDE) as "organized framework that delineates the content children are to learn, the process through which children achieve the identified curricular goals, u~ltat teac-hers do to help children achieve these goofs, and the context in which teaching and learning occur". (Bredekamp & Rosegrant, 1992, Jackman, 2009)

(15)

berkelanjutan, dapat dilakukan karena direncanakan atau insidental, tertulis atau tidak tertulis. (Suryana, 2014)

SIMPULAN

Pembelajaran terpadu adalah pendekatan yang digunakan dalam kegiatan belajar mengajar dengan mengintegrasikan kegiatan yang mewakili semua bidang kurikulum atau bidang-bidang pengembangan yang meliputi aspek Nilai, agama dan moral, sosial emosional, kognitif, bahasa, fisik/motorik, dan seni. Semua bidang pengembangan yang ada dijabarkan ke dalam kegiatan-kegiatan belajar yang berpusat pada satu tema, oleh karena itu pembelajaran terpadu di Taman Kanak-kanak disebut juga pembelajaran tema. Pembelajaran tema adalah salah satu pendekatan pembelajaran yang didasarkan atas ide-ide pokok atau ide-ide sentral tentang anak dan lingkungannya. Tema yang disajikan kepada anak harus dimulai dari hal-hal yang telah dikenal anak menuju yang lebih jauh, dimulai dari yang sederhana menuju yang lebih kompleks.

(16)

DAFTAR PUSTAKA

Aisyah, Siti dkk. (2008). Pembelajaran Terpadu. Jakarta Universitas Terbuka

Depdiknas.(2009). Peraturan Menteri Pendidikan Nasional (PERMEN) No. 58 Tahun 2009. Jakarta: Depdiknas

Een y. Haenilah, Efektivitas Desain Pembelajaran Terpadu Berbasis Core Content Di Sekolah Dasar 26 mei 2017, diakses pada 30 mei 2018

Fogarty, Robin (1991). The Mindfull School How to Integrate the Curricula. United States Of America: IRI Skylight Training and Publishing, Inc. 1991

Halida, Group Investigation Model (Pembelajaran Terpadu Anak Usia Dini )Program Studi Pendidikan Guru PAUD FKIP Universitas Tanjungpura Jurnal Pembelajaran Prospektif 1 (2) (2016) 1-8 Diakases pada 30 Mei 2018

Nurani, Yuliani, Implementasi Kurikulum 2013 Pendidikan Anak Usia Dini, Bekasi : Yayasan Yebefo, 2014

Suryana, D. (2013 )Pengetahuan tentang strategi pembelajaran, sikap, dan motivasi guru : UNP Pres

Suryana, D. (2014). Kurikulum Pendidikan Anak Usia Dini Berbasis Perkembangan Anak, I(2337–9227).

Suryana, D. (2015). Model Pembelasaran Berbasls Pendekatan Saintifik pada Taman Kanak-Kanak.

Suryana, D. (2016). Stimulasi dan Aspek Perkembangan AUD. Jakarta.

Suryana, D. (2017). Pembelajaran Tematik Terpadu Berbasis Universitas Negeri Padang Harus dapat Memberikan Kesempatan Umum, 6, 67–82.

Trianto, Mendesain Model Pembelajaran Inovatif-Progresif, Jakarta : Kencana Prenada Media Group, 2009

(17)

Referensi

Dokumen terkait

Pada tanggul sederhana dengan tebal tak berhingga ditampilkan dalam 3 kasus yaitu, energi partikel sangat atau lebih kecil daripada energi potensial tanggul, energi

 Konsumsi semen yang merupakan bahan dari beton pada tahun 2012 di Indonesia mencapai 50 juta ton dan terus mengalami kenaikan permintaan terutama di luar Pulau Jawa.. 

Tujuan penelitian ini agar bisa dijadikan sebagai sebuah rujukan ilmiah bagi masyarakat akademik dan menjadi evaluasi bagi masyarakat di Desa Gunung Sari

Dalam tahap ini ada 2 kegiatan yang harus dilakukan dari kegiatan Program Kemitraan masyarakat berupa sosialisasi yang dilaksanakan Pada Sesi I yang disampaikan oleh Tim

- Secara bersama-sama dan berkesinambungan antara tim pembimbing dan mahasiswa mendiskusikan pokok-pokok pikiran yang akan dituangkan dalam skripsi yang meliputi judul

Probabilitas 0.000< α= 0,05 maka Ho ditolak yang artinya terdapat pengaruh permainan manipulatif dengan manik-manik terhadap perkembangan kecerdasan

3.1.3.1 Use Case Diagram Parkir Pendaftaran Membuat Laporan Pengaturan Sistem Pengisian Saldo Pemblokiran Pengguna Pengaturan Koneksi RFID Pengaturan Biaya Parkir Pengaturan

Kegiatan bermain mengisi pola pada gambar jeruk dengan potongan kertas Indikator : 1.1.3 Menyimpulkan nama buah jeruk sebagai ciptaan Tuhan.. Skor