• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB III HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. A. Hasil Penelitian

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB III HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. A. Hasil Penelitian"

Copied!
18
0
0

Teks penuh

(1)

BAB III

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Hasil Penelitian

1. Gambaran Umum PT SOLOPOS a. Profil PT SOLOPOS

Harian Umum (HU) SOLOPOS pertama kali diluncurkan tanggal 19 September 1997. Selanjutnya, tanggal 19 September 1997 dijadikan sebagai hari kelahiran atau ulang tahun Harian UmumSOLOPOS. Pada awalnya, Harian UmumSOLOPOS lahir setelah persiapan selama sekitar enam bulan. Persiapan penerbitannya telah dilakukan sejak 13 April 1997 dan diintensifkan lagi setelah mendapatkan Surat Ijin Usaha Penerbitan Pers (SIUPP) pada tanggal 12 Agustus 1997. Dalam SIUPP tersebut menyebutkan bahwa, Harian UmumSOLOPOS sebagai surat kabar yang terbit 7 kali dalam sepekan. Tetapi dalam perkembangannya, untuk edisi hari Minggu baru bisa terbit pertama kali pada tanggal 28 Juni 1998. Pada tahap persiapan tersebut, Harian UmumSOLOPOS melakukannya dimulai dari tahap sumber daya manusia (SDM) sampai dengan persiapan cetak. Selama satu bulan, para calon tenaga profesional dibidang jurnalistik dididik dan dilatih oleh praktisi dan akademisi dari Lembaga Penelitian Pendidikan dan Penerbitan Yogyakarta (LP3Y). Pendidikan dan pelatihan tersebut berlangsung pada bulan April 1997, setelah melewati masa itu, sekitar 80 personel karyawan mulai bekerja pada tanggal 1 Mei 1997 dan Harian UmumSOLOPOS siap mengunjungi pembacanya.

Harian UmumSOLOPOSmencetak sekitar 10.000 eksemplar pada tahap pertama penerbitannya. Wilayah peredaran Harian UmumSOLOPOSmeliputi wilayah eks-Karesidenan Surakarta serta sejumlah wilayah di Jawa Tengah dan Jawa Timur. Tragedi kerusuhan yang membumihanguskan Kota Solo pada Mei 1997, ternyata menjadi tonggak awal perkembangan koran ini. Hal ini karenaHarian UmumSOLOPOSmenjadi satu-satunya surat kabar di Solo yang mengekspos secara besar-besaran berita tentang kerusuhan yang melumpuhkan Kota Bengawan tersebut. Adanya kerusuhan tesebut, ternyata menjadi “berkah” tersendiri bagi Harian UmumSOLOPOS. Pasca kerusuhan tersebut,Harian UmumSOLOPOSmenjadi buruan warga Solo dan sekitarnya yang ingin mengetahui perkembangan terbaru seputar kerusuhan yang terjadi. Hal ini tentu saja berdampak positif dengan naiknya oplah

(2)

penerbitan Harian UmumSOLOPOS. Tercatat pada tahun pertamanya, Harian UmumSOLOPOStelah mencetak sebanyak 40.000 eksemplar. Sejak awal, prinsip penempatan diri Harian UmumSOLOPOSmemang berbeda dengan koran-koran daerah yang sudah ada di mana pada umumnya koran-koran tersebut mengklaim diri sebagai koran nasional yang terbit di daerah. Hal tersebut memang tak terlepas dari perkembangan dinamika masyarakat kota Solo yang bakal menjadi kota Internasional di masa yang akan datang. Harian UmumSOLOPOS dalam pengelolaan sehari-harinya dikendalikan oleh Sukamdani S Gitosrdjono sebagai Pemimin Umum, Mulyanto Utomo sebagaiPemimpin Redaksi dan Pemimpin Perusahaan dipercayakan kepada Bambang Natur Rahadi. Para pemegang saham yang sejak semula telah mengarahkan Harian Umum SOLOPOS sebagai community based newspaper ini terdiri atas Sukamdani S GitoSardjono sebagai Presiden Komisaris dan para Komisaris yang terdiri atas Ciputra, Subronto Laras dan lain sebagainya. Sementara jajaran direksi terdiri dari Presiden Direktur Danie H Soe’oed sekaligus merangkap sebagai Direktur Produksi dan SDM, Direkur Keuangan dan Pengembangan Usaha Lulu Terianto dan Direktur Umum dan Pemasaran adalah Bambang Natur Rahadi. Kelompok penerbit Harian Bisnis Indonesia yang akhirnya melakukan pengembangan bisnis persnya di Solo melalui Harian Umum SOLOPOS. Melalui kepemilikan saham di PT. Aksara Solopos, perusahaan yang menerbitkan Harian Umum SOLOPOS, kelompok penerbit Harian Bisnis Indonesia akhirnya memperoleh surat izin penerbitan surat kabar dari Menteri Penerangan, yakni Nomor315/SK/Menpen/SIUPP. Berbekal SIUPP inilah Harian Umum SOLOPOS bisa hadir kali pertama menyapa pembacanya dengan 16 halaman pada 19 September 1997. Dalam perkembangannya, Solopos telah mengalami perubahan sebanyak empat kali. Pertama kali terbit pada 19 September 1997, Harian Umum SOLOPOS tampil dengan logo huruf Solopos dengan warna hitam, jumlah kolom 9 dan menggunakan huruf judul times center. Kemudian pada tanggal 24 September 2004, Harian Umum SOLOPOS berubah untuk kali kedua dengan logo huruf SOLOPOS berubah warna menjadi biru menyesuaikan dengan corporate color, jumlah kolom 9 dan huruf judul menggunakan impact rata kiri. Perubahan ketiga terjadi pada tanggal 1 Agustus 2005, yakni dengan berkurangnya jumlah kolom menjadi 8 kolom, huruf judul times rata kiri, namun logo huruf SOLOPOS masih mengguanakan warna yang sama yakni biru. Kemudian perubahan keempat terjadi pada tanggal 1 Januari 2006, di mana Harian Umum SOLOPOS tampil dengan 24 halaman yang terbagi menjadi 2 bagian yakni

(3)

nasional dan lokal. Penambahan halaman dilakukan untuk melebarkan sayap khususnya di wilayah eks-Karesidenan Surakarta. Hal itu juga untuk memperkaya konsumsi informasi bagi para pembacanya. Harian Umum SOLOPOS membagi polanya ke dalam dua kategori yakni edisi harian dan edisi Minggu. Perbedaan keduanya terletak pada cara penyajian informasinya. Edisi harian menekankan informasi yang bersifat aktual, sedangkan untuk edisi Minggu informasi-informasi yang dihadirkan lebih bersifat ringan dan berkaitan dengan kejadian-kejadian setiap hari yang dihadapi para pembaca. Selain menerbitkan edisi harian dan Minggu, Harian Umum SOLOPOS juga memberikan suplemen untuk para pembacanya, yaitu Khazanah yang terbit setiap hari Jum’at dan Jagad Jawa yang hadir setiap hari Kamis. (Sumber: RedaksionalHarian Umum SOLOPOS).

b. Visi dan Misi PT SOLOPOS

Berdirinya Harian Umum SOLOPOS tentu tidak lepas dari visi dan misinya. Visi dan Misi Harian Umum SOLOPOSadalah penyaji informasi utama, terpercaya dengan pengelolaan usaha yang profesional. Sedangkan misi dari surat kabar ini yaitu membentuk sumber daya manusia yang kompeten dan bermoral, selalu menyajikan informasi yang berimbang, akurat dan unggul dan mensejahterakan stakeholders HU Solopos. (Sumber: Redaksional Harian Umum SOLOPOS).

Sebagai koran harian di Kota SOLO, SOLOPOS berusaha tampil lebih baik dan lebih aspiratif untuk kebutuhan pembaca. Sebagai surat kabar umum, SOLOPOS berusaha mengakomodasi berbagai kepentingan yang ada di masyarakat, mulai dari masalah sosial, budaya, ekonomi dan politik. Selain itu, SOLOPOS juga berusaha menempatkan diri sebagai koran yang dapat memenuhi masyarakat banyak. SOLOPOS berusaha menjadi jembatan penghubung dengan mengutamakan fakta dan kebenaran. Hal ini dikaren SOLOPOS memiliki sajian berita yang berani mengungkap fakta dan keberpihakan kepada kepentingan luas. Sehingga dinamisasi politik masyarakat yang begitu tinggi menjadi sorotan tersendiri bagi SOLOPOS. SOLOPOS dengan konsep dua koran dalam satu koran, tampil dengan dua seksi. Seksi satu menampilkan isu-isu global dan seksi dua menampilkan isu lokal. Kebutuhan masyarakat akan keragamanan informasi dipenuhi sedemikian rupa, sehingga pembaca cukup memegang satu koran untuk mendapatkan berbagai fakta

(4)

sekaligus. Masalah politik, ekonomi, sosial, budaya berskala nasional selalu hadir dalam seksi satu SOLOPOS, sedangkan informasi berskala lokal disajikan dengan penuh keragaman, menarik dan lengkap di seksi kedua.

Sebagai koran Harian Umum di wilayah eks-Karisidenan Surakarta, Harian Umum SOLOPOS memiliki logo sebagai ciri khusus yang membedakan dengan koran harian lainnya. Logo koran Harian Umum SOLOPOS sebagai berikut:

Gambar 3. Logo Koran Harian Umum SOLOPOS (Sumber: Redaksional Harian Umum SOLOPOS)

Semenjak dikukuhkannya PT SOLOPOS tanggal 19 September 1997 sebagai hari jadi atau hari kelahiran SOLOPOS, sampai sekarang memiliki pegawai atau karyawan sebanyak 300 orang. Dari jumlah pegawai atau karyawan sebanyak 300 orang tersebut, ada 1 (satu) pegawai penyandang disabilitas yaitu, Bapak Mulyanto Utomo. Bapak Mulyanto Utomo salah satu tokoh pendiri PT SOLOPOS sejak tahun 1997. Sejak PT SOILOPOS berdiri, Bapak Mulyanto Utomo sebagai generasi pertama wartawan SOLOPOS. Karier puncaknya di PT SOLOPOS sebagai pemimpin redaksi sampai tahun 2008.

2. Bentuk Perlindungan Hak Pekerja Penyandang Disabilitas di PT SOLOPOS

Bentuk perlindungan hak pekerja penyandang disabilitas di PT SOLOPOS beberapa diantaranya adalah dengan dipenuhinya hak-hak pekerja disabilitas yang tidak membedakan dengan pekerja yang lain. Dari hasil wawancara saya dengan narasumber Bapak Mulyanto Utomo yang merupakan salah satu karyawan PT SOLOPOS sebagai penyandang disabilitas beliau menceritakan kisah bagaimana beliau mengalami musibah sehingga menjadi penyandang disabilitas . Bapak Mulyanto Utomo mengalami disabilitas akibat kecelakaan di rumahnya pada tanggal 04 April 2008. Kecelakaan terjadi karena Bapak Mulyanto Utomo tertabrak di belakang mobil (Bahasa Jawa Kunduran mobil). Kecelakaan ini terjadi karena Bapak Mulyanto Utomo mengambil ganjal ban mobil dinas yang handrem-nya tidak

(5)

terpasang. Saat ganjal ban mobil dinas diambil itulah mobil bergerak ke belakang yang tidak dapat dikendalikan, yang akhirnya menabrak Bapak Mulyanto Utomo.

Dari peristiwa itulah yang mengakibatkan Bapak Mulyanto Utomo mengalami disabilitas fisik patah tulang belakang. Akibat disabilitas itu, aktivitas sehari-hari menggunakan kursi roda. Akibat disabilitas yang disandang Bapak Mulyanto Utomo, tentunya berdampak pada aktivitas atau bekerja pada PT SOLOPOS. Puncak karir yang dicapai sejak menjadi pegawai PT SOLOPOS sebagai pemimpin redaksi tahun 2007, akibat disabilitas akhirnya dicopot dan pada tahun 2009 jabatannya menjadi redaktor senior, dimana jabatan sebelumnya tidak ada. Jika dibandingkan dengan jabatannya sebelumnya turun dua grade atau demosi dua tingkat.

Secara psikologis turunya jabatan sangat berpengaruh bagi Bapak Mulyanto Utomo, namun adanya motivasi dari orang-orang yang dicintai, menjadikan semangat kerja Bapak Mulyanto Utomo bangkit kembali. Dari pihak PT SOLOPOS sendiri juga tidak mengurangi hak-hak yang harus diterima Bapak Mulyanto Utomo. Karena Bapak Mulyanto Utomo sebagai pendiri dan perintis PT SOLOPOS, maka beliau diberi jabatan baru yang sebelumnya tidak ada, yaitu sebagai redaktur senior. Meskipun Bapak Mulyanto Utomo menyandang disabilitas, beliau tetap mendapatkan haknya sebagai pekerja di PT SOLOPOS. Hak-hak yang diperoleh karyawan PT SOLOPOS di antaranya sebagai berikut:

1. Setiap karyawan berhak atas upah atau imbalan berupa gaji, tunjangan, fasilitas kerja, pendapat lain dan penghargaan yang ditetapkan sesuai dengan keputusan direksi.

2. Setiap karyawan berhak atas waktu istirahat serta cuti sesuai peraturan yang berlaku.

3. Setiap karyawan berhak atas program asuransi kesehatan yang disediakan oleh perusahaan.

4. Setiap karyawan diikutsertakan dalam program Jaminan Sosial Tenaga Kerja (Jamsostek) sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku.

5. Setiap karyawan berhak atas program dana pensiun perusahaan yang diatur dalam ketentuan Direksi sesuai peraturan perundang-undangan yang berlaku.

6. Setiap karyawan berhak atas pembelaan hukum dari dan atas biaya perusahaan yaitu bagi karyawan yang terancam dan atau terkena kasus hukum pidana oleh yang berwajib dalam rangka menjalankan tugas yang diberikan oleh perusahaan yang bersangkutan dengan kepetingan perusahaan.

(6)

Bapak Mulyatno juga mendapatkan fasilitas yang menunjang aktifitasnya dalam berkerja yaitu diantaranya pembangunan akses disabilitas, meja kerja yang disesuaikan dengan korsi roda, pintu ruangan kerja yang digeser dan absensi khusus (finger print).

Hak pekerja penyandang disabilitas yang lain yaitu mengenai haknya dalam memperoleh pekerjaan hasil dari wawancara dengan narasumber Bapak Mulyant, beliau menjelaskan bahwa PT SOLOPOS belum pernah membuka lowongan pekerjaan untuk penyandang disabilitas. Hal ini disebabkan karena perusahaan yang bergerak dalam bidang jurnalistik yang membutuhkah karyawan-karyawan yang bisa memperoleh kabar berita secara cepat, serta disetiap syarat pelamar pekerjaan pada perusahaan ini mensyaratkan sehat jasmani dan rohani. Beliau juga menambahakan mengapa pada PT SOLOPOS hanya ada satu pekerja penyandang disabilitas ini di karenakan beliau saat mengalami disabilitas sudah bekerja dan bukan merupakan peyandang disabilitas dari awal beliau bekerja. Kurangnya pengawasan dari pemerintah untuk dapat melaksanakan peraturan perundang-undangan yang adaini mengakibatkan perusahaan dan para penyadang disabilitas tidak dapat mengetahui serta mengimplementasikan secara maksimal.

B. Pembahasan

1. Pelaksanaan Perlindungan Hak Pekerja Penyandang Disabilitas Pada PT SOLOPOS

Berdasarkan karyawan penyandang disabilitas PT SOLOPOS dan hak-hak yang diperoleh menunjukkan bahwa, telah sesuai dengan Undang-Undang Nomor 13 tahun 2003 Bab XPerlindungan, Pengupahan, dan KesejahteraanPenyandang CacatPasal 67 yaitu: pengusaha yang mempekerjakan tenaga kerja penyandang cacat wajib memberikan perlindungan sesuai dengan jenis dan derajat kecacatannya. Selain itu, hak-hak yang diterima penyandang disabilitas pada PT SOLOPOS telah sesuai dengan Undang-Undang Nomor 13 tahun 2003 sebagai berikut:

(7)

a. Hak atas upah atau imbalan berupa gaji, tunjangan, fasilitas kerja, pendapat lain yang diberikan PT SOLOPOS sesuai dengan Undang-Undang Nomor 13 tahun 2003 pasal 88 yaitu:

1) Setiap pekerja/buruh berhak memperoleh penghasilan yang memenuhi penghidupan yang layak bagi kemanusiaan.

2) Untuk mewujudkan penghasilan yang memenuhi penghidupan yang layak bagi kemanusiaan sebagaimana dimaksud dalam ayat (1), pemerintah menetapkan kebijakan pengupahan

yang melindungi pekerja/buruh.

3) Kebijakan pengupahan yang melindungi pekerja/buruh sebagaimana dimaksud dalam ayat(2) meliputi:

a) Upah minimum. b) Upah kerja lembur.

c) Upah tidak masuk kerja karena berhalangan.

d) Upah tidak masuk kerja karena melakukan kegiatan lain di luar pekerjaannya.

e) Upah karena menjalankan hak waktu istirahat kerjanya. f) Bentuk dan cara pembayaran upah.

g) Denda dan potongan upah.

h) Hal-hal yang dapat diperhitungkan dengan upah. i) Struktur dan skala pengupahan yang proporsional. j) Upah untuk pembayaran pesangon.

k) Upah untuk perhitungan pajak penghasilan.

4) Pemerintah menetapkan upah minimum sebagaimana dimaksud dalam ayat (3) huruf a berdasarkan kebutuhan hidup layak dan dengan memperhatikan produktivitas dan pertumbuhan ekonomi.

b. Hak atas waktu istirahat serta cuti sesuai dengan pasal 79 yaitu:

1) Pengusaha wajib memberi waktu istirahat dan cuti kepada pekerja/buruh. 2) Waktu istirahat dan cuti sebagaimana dimaksud dalam ayat (1), meliputi:

a) Istirahat antara jam kerja, sekurang kurangnya setengah jam setelah bekerja selama 4 (empat) jam terus menerus dan waktu istirahat tersebut tidak termasuk jam kerja;

(8)

b) Istirahat mingguan 1 (satu) hari untuk 6 (enam) hari kerja dalam 1 (satu) minggu atau2 (dua) hari untuk 5 (lima) hari kerja dalam 1 (satu) minggu;

c) Cuti tahunan, sekurang kurangnya 12 (dua belas) hari kerja setelah pekerja/buruh yang bersangkutan bekerja selama 12 (dua belas) bulan secara terus menerus; dan

d) Istirahat panjang sekurang-kurangnya 2 (dua) bulan dan dilaksanakan pada tahun ketujuh dan kedelapan masing-masing 1 (satu) bulan bagi pekerja/buruh yang telah bekerja selama 6 (enam) tahun secara terus-menerus pada perusahaan yang sama dengan ketentuan pekerja/buruh tersebut tidak berhak lagi atas istirahat tahunannya dalam 2 (dua) tahun berjalan dan selanjutnya berlaku untuk setiap kelipatan masa kerja 6 (enam) tahun.

3) Pelaksanaan waktu istirahat tahunan sebagaimana dimaksud dalam ayat (2) huruf c diatur dalam perjanjian kerja, peraturan perusahaan, atau perjanjian kerja bersama.

4) Hak istirahat panjang sebagaimana dimaksud dalam ayat (2) huruf d hanya berlaku bagi pekerja/buruh yang bekerja pada perusahaan tertentu.

5) Perusahaan tertentu sebagaimana dimaksud dalam ayat (4) diatur dengan KeputusanMenteri.

c. Hak atas program asuransi kesehatan sesuai dengan pasal 86 yaitu:

1) Setiap pekerja/buruh mempunyai hak untuk memperoleh perlindungan atas: a) Keselamatan dan kesehatan kerja;

b) Moral dan kesusilaan; dan

c) Perlakuan yang sesuai dengan harkat dan martabat manusia serta nilai-nilai agama.

2) Untuk melindungi keselamatan pekerja/buruh guna mewujudkan produktivitas kerja yangoptimal diselenggarakan upaya keselamatan dan kesehatan kerja.

3) Perlindungan sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) dan ayat (2) dilaksanakan sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku. d. Hak Jaminan Sosial Tenaga Kerja (Jamsotek) sesuai dengan pasal 99 yaitu:

1) Setiap pekerja/buruh dan keluarganya berhak untuk memperoleh jaminan sosial tenaga kerja.

(9)

2) Jaminan sosial tenaga kerja sebagaimana dimaksud dalam ayat (1), dilaksanakan sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku. e. Hak atas program dana pensiun perusahaan sesuai dengan pasal 167 yaitu:

1) Pengusaha dapat melakukan pemutusan hubungan kerja terhadap pekerja/buruh karena memasuki usia pensiun dan apabila pengusaha telah mengikutkan pekerja/buruh pada program pensiun yang iurannya dibayar penuh oleh pengusaha, maka pekerja/buruh tidak berhak mendapatkan uang pesangon sesuai ketentuan Pasal 156 ayat (2), uang penghargaan masa kerja sesuai ketentuan Pasal 156 ayat (3), tetapi tetap berhak atas uang penggantian hak sesuai ketentuan Pasal 156 ayat (4).

2) Dalam hal besarnya jaminan atau manfaat pensiun yang diterima sekaligus dalam program pensiun sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) ternyata lebih kecil daripada jumlah uang pesangon 2 (dua) kali ketentuan Pasal 156 ayat (2) dan uang penghargaan masa kerja 1 (satu) kali ketentuan Pasal 156 ayat (3), dan uang penggantian hak sesuai ketentuan Pasal156 ayat (4), maka selisihnya dibayar oleh pengusaha.

3) Dalam hal pengusaha telah mengikutsertakan pekerja/buruh dalam program pensiun yang iurannya/preminya dibayar oleh pengusaha dan pekerja/buruh, maka yang diperhitungkan dengan uang pesangon yaitu uang pensiun yang premi/iurannya dibayar oleh pengusaha.

4) Ketentuan sebagaimana dimaksud dalam ayat (1), ayat (2), dan ayat (3) dapat diatur lain dalam perjanjian kerja, peraturan perusahaan, atau perjanjian kerja bersama.

5) Dalam hal pengusaha tidak mengikutsertakan pekerja/buruh yang mengalami pemutusan hubungan kerja karena usia pensiun pada program pensiun maka pengusaha wajib memberikan kepada pekerja/buruh uang pesangon sebesar 2 (dua) kali ketentuan Pasal 156 ayat (2), uang penghargaan masa kerja 1 (satu) kali ketentuan Pasal 156 ayat (3) dan uang penggantian hak sesuai ketentuan Pasal 156 ayat (4).

6) Hak atas manfaat pensiun sebagaimana yang dimaksud dalam ayat (1), ayat (2), ayat (3), dan ayat (4) tidak menghilangkan hak pekerja/buruh atas jaminan hari tua yang bersifat wajib sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku.

(10)

f. Hak atas pembelaan hukum dari dan atas biaya perusahaan sesuai dengan pasal 182 ayat 2 huruf e dan f yaitu:

1) Meminta bantuan tenaga ahli dalam rangka pelaksanaan tugas penyidikan tindak pidana di bidang ketenagakerjaan; dan

2) Menghentikan penyidikan apabila tidak terdapat cukup bukti yang membuktikan tentang adanya tindak pidana di bidang ketenagakerjaan. Pelaksanaan perlindungan hak pekerja penyandang disabilitas pada PT SOLOPOS ditinjau dari convention on the rights of persons with disabilities. Pekerja atau karyawan penyandang disabilitas pada PT SOLOPOS sesuai denganConvention On The Rights Of Persons With Disabilities(CRDP). Hal ini karena karyawan penyandang disabilitas pada PT SOLOPOS telah mendapatkan hak-haknya tanpa ada diskriminasi.

Indonesia memiliki Undang-Undang Negara Republik Indonesia Nomor 19 Tahun 2011 tentang Pengesahan CRPD. Convention On The Rights Of Persons With Disabilities(CRDP)sangat berarti bagi para pekerja penyandang disabilitas.Convention On The Rights Of Persons With Disabilitiesmerupakan konvensi tentang hak-hak penyandang disabilitas yang telah diratifikasi oleh Negara Republik Indonesia dalam Undang-Undang Negara Republik Indonesia Nomor 19 Tahun 2011 (selanjutnya disingkat UU Nomor19/2011) tentang Pengesahan CRPD. CRPD merupakan instrument HAM internasional dan nasional dalam upaya Penghormatan, Pemenuhan dan Perlindungan Hak difabel di Indonesia (Development tool and Human Rights Instrument).

Tujuan Convention On The Rights Of Persons With Disabilities adalah untuk memajukan, melindungi dan menjamin kesamaan hak dan kebebasan yang mendasar bagi semua penyandang disabilitas, serta penghormatan terhadap martabat penyandang disabilitas sebagai bagian yang tidak terpisahkan (inherent dignity). Salah satu pembeda CRPD dengan konvensi internasional yang terkait dengan perlindungan hak asasi manusia lainnya adalah luasnya tujuan, makna dan ruang lingkup perlindungan bagi disabilitas. Dilihat dari tujuannya, konvensi ini tidak hanya untuk memajukan, melindungi dan menjamin penyandang disabilitas untuk menikmati hak-hak asasi manusia dan kebebasan fundamental yang dapat juga dinikmati orang yang bukan disabilitas, tetapi lebih jauh dari itu mereka harus dapat menikmatinya secara penuh dan tanpa diskriminasi yang didasarkan disabilitas. Selain itu, konvensi ini juga bertujuan untuk

(11)

meningkatkan penghormatan terhadap harkat dan martabat insani yang melekat pada setiap diri manusia tanpa pandang bulu. Dari kedua tujuan tersebut terlihat bahwa konvensi ini ingin menegaskan kembali bahwa penyandang disabilitas mempunyai hak-hak asasi dan martabat yang harus dapat dinimatinya secara penuh dan tanpa diskriminasi yang didasarkan pada disabilitas.

Pasal yang mengatur mengenai hak atas pekerjaan dan kesempatan kerja dalam Convention On The Rights Of Persons With Disabilities yaitu pada pasal 27 yang hak penyandang disabilitas untuk bekerja, atas dasar kesamaan dengan orang lain ini mencakup hak atas kesempatan untuk membiayai hidup dengan pekerjaan yang dipilih atau diterima secara bebas di bursa kerja dan Iingkungan kerja yang terbuka, inklusif dan dapat diakses oleh penyandang disabilitas. Negara wajib melindungi dan memajukan pemenuhan hak untuk bekerja, termasuk bagi mereka yang mendapatkan disabilitas pada masa kerja, dengan mengambil langkah-langkah tertentu, termasuk melalui legislasi, untuk, antara lain:

a. Melarang diskriminasi atas dasar disabilitas terhadap segala bentukpekerjaan, mencakup kondisi perekrutan, penerimaan dan pemberian kerja,perpanjangan masa kerja, pengembangan karir dan kondisi kerja yang amandan sehat;

b. Melindungi hak-hak penyandang disabilitas, atas dasar kesamaan denganorang lain, untuk mendapatkan kondisi kerja yang adil dan menguntungkan,termasuk kesempatan dan remunerasi atas pekerjaan dengan nilai sama,kondisi kerja yang sehat dan aman, termasuk perlindungan dari pelecehan danpengurangan kesedihan;

c. Menjamin agar penyandang disabilitas dapat melaksanakan hak berserikatmereka atas dasar kesamaan dengan orang lain;

d. Memungkinkan penyandang disabilitas untuk rnempunyai akses efektifpada program panduan keahlian teknis umum dan keterampilan, pelayananpenempatan dan keahlian, serta pelatihan keterampilan dan berkelanjutan;

e. Memajukan kesempatan kerja dan pengembangan karier bagi penyandangdisabilitas di bursa kerja, demikian juga bantuan dalam menemukan,mendapatkan, mempertahankan, dan kembali ke pekerjaan;

f. Memajukan kesempatan untuk memiliki pekerjaan sendiri, wiraswasta,pengembangan koperasi, dan memulai usaha sendiri;

(12)

g. Mempekerjakan penyandang disabilitas di sektor pemerintah;

h. Memajukan pemberian kerja bagi penyandang disabilitas di sektor swastamelalui kebijakan dan Iangkah yang tepat yang dapat mencakup programtindakan nyata, insentif dan Iangkah-Iangkah Iainnya;

i. Bahwa agar akomodasi yang beralasan tersedia di tempat kerja bagipenyandang disabilitas;

j. Memajukan peningkatan pengalaman kerja para penyandang disabilitas dibursa kerja yang terbuka;

k. Meningkatkan rehabilitasi keahlian dan profesional, jaminan kerja danprogram kembali kerja bagi penyandang disabilitas.

Bentuk perlindunggan pekerja penyandang disabilitas pada PT SOLOPOS terlihat dari fasilitas yang diberikan pekerja penyandang disabilitas patang tulang belakang PT SOLOPOS antara lain:

a. Renovasi gedung yang ramah pada disabilitas . Pembangunan jalur tangga yang datar untuk dapat dilewati korsi roda.

b. Meja kerja disesuaikan dengan kursi roda, sehingga dapat bekerja lebih nyama dengan kursi roda dan meja kerja yang digunakan.

c. Pintu ruang kerja. Pintu ruang kerja dibuat dengan digeser ke kanan atau ke kiri untuk membuka atau menutup pintu ruangan. Hal ini dimaksudkan agar tidak berbenturan dengan kursi roda yang digunakan.

d. Absensi khusus (finger print)yang disesuaikan dengan posisi karyawan yang duduk dikursi roda elektrik.

Berdasarkan dengan hak yang diperoleh pekerja penyandang disabilitas diatas menunjukan adanya perlindunagan pekerja penyandang disabilitas dengan memfasilitasi yang memudahkan pekerja penyandang disabilitas dalam beraktifitas. Namun pada pasal 27 dalam CRDP ayat satu menyebutkan “Negara-Negara Pihak mengakui hak penyandang disabilitas untuk bekerja,atas dasar kesamaan dengan orang lain; ini mencakup hak atas kesempatan untukmembiayai hidup dengan pekerjaan yang dipilih atau diterima secara bebas di bursa kerja dan Iingkungan kerja yang terbuka, inklusif dan dapat diakses olehpenyandang disabilitas”. Pada PT SOLOPOS dengan jumalah karyawan 300 hanya terdapat 1 pekerja penyandang disabilitas hal ini menunjukan belum adanya pemenuhan hak secara maksimal penyandang disabilitas yaitu seperti dalam Peraturan Pemerintah Nomor 43 tahun 1998 tentang Upaya Peningkatan Kesejahteraan Soial Penyandang Cacat yang

(13)

menyebutkan pada bagian ke empat mengenai kesamaan kesempatan dalam ketenagakerjaan pada pasal 28 menyarakan “Pengusaha harus mempekerjakan sekurang-kurangnya 1 (satu) orang penyandang cacat yang memenuhi persyaratan jabatan dan kualifikasi pekerjaan sebagai pekerja pada perusahaannya untuk setiap 100 (seratus) orang pekerja perusahaannya”.

Bagi penyandang cacat yang melamar di sebuah perusahaan, pihak perusahaan tersebut haruslah memperhatikan Pasal 28 pada PP Nomer 43 Tahun 1998, akan tetapi disini pekerja yang berstatus sebagai penyandang disabilitas haruslah memiliki keahlian yang dibutuhkan oleh perusahaan. Seperti yang tertulis dalam PP Nomor 43 Tahun 1998menjelaskan pada pasal 30 mengenai persyaratan dan kualifikasi pekerjaan bagi penyandang disabilitas dengan memperhatikan faktor:

a. jenis dan derajat kecacatan b. pendidikan;

c. keterampilan dan/atau keahlian; d. kesehatan;

e. formasi yang tersedia f. jenis atau bidang usaha

Setiap Perusahaan dan Badan Hukum yang ada di Indonesia haruslah menerapkan semua ketentuan pemerintah yang telah dibentuk dalam sebuah perundang-undangan yang berlaku umum, termasuk Pasal 28 PP Nomor 43 Tahun 1998 kedalam peraturan perusahaan yang nantinya dapat digunakan untuk menjalankan perusahaan itu sendiri. Penerapan PP Nomer 43 Tahun 1998 pada PT SOLOPOS belum di laksanakan secara maksimal hal ini terlihat belum adanya prekrutan tenaga kerja disabilitas dengan memperikan lowongan khusus penyandang disabilitas. Namun pada PT SOLOPOS menai persyratan dan kualifikasi pekerja sudah dilaksanakan yaitu dengan memperkerjakan Bapak Mulyatno setelah beliu mengalami kecelakaan karena dilihat dari jenis dan derajat kecacatan belai masih mampu untuk dapat bekerja dalam posisinya yang sekarang. Soal pendidikan dan keterampilan dan/atau keahlian sudah saat memadahi dan tidak diragukan kembali belau merupakn salah satu reporter senior.

Pada undang-undang yang baru yaitu Undang-Undang Nomer 8 Tahun 2016 Tentang Penyandang Disabiltas di sini juga tertulis hak pekerjaan untuk penyandang disabilitas meliputi hak memperoleh pekerjaan yang diselenggarakan oleh Pemerintah, Pemerintah Daerah, atau swasta tanpa Diskriminasi. Bahkan dalam

(14)

undang-undang yang baru ini menyenutkan sebuah perusahaan wajib memperkerjaan penyandang disabilitas dengan ketentuan pada pasal 53 UU No. 8 Tahun 2016 pada ayat satu dan dua “(1) Pemerintah, Pemerintah Daerah, Badan Usaha Milik Negara, dan Badan Usaha Milik Daerah wajib mempekerjakan paling sedikit 2% (dua persen) Penyandang Disabilitas dari jumlah pegawai atau pekerja.

(2) Perusahaan swasta wajib mempekerjakan paling sedikit 1% (satu persen) Penyandang Disabilitas dari jumlah pegawai atau pekerja.” Hal tersebut saangatlah memberikan peluang yang lebih besar untuk para penyandang disabilitas dalam memperloh pekerjaan sesuai sengan kualifikassi serta kemampuan yang dimiliki.

Indonesia dengan meratifikasi Konvensi mengenai Hak Penyandang Disabilitas (Convention on the Rights of Persons with Disabilities) pada tahun 2011 melalui UU No. 19 Tahun 2011. Di dalam CRPD diletakkan salah satu kewajiban Negara untuk menjamin dan memajukan pemenuhan hak penyandang disabilitas melalui langkah legislatif (pembuatan peraturan) dan administratif (prosedur yang mendukung) serta melakukan harmonisasi peraturan termasuk menghapuskan aturan dan budaya yang melanggar hak penyandang disabilitas. Komitmen Pemerintah diwujudkan dengan disahkannya Undang-Undang Nomor 8 Tahun 2016 tentang Penyandang Disabilitas untuk menghormati, melindungi, memenuhi dan memajukan hak-hak penyandang disabilitas.

Lahirnya UU Nomor 8 Tahun 2016 tentang Penyandang Disabilitas merupakan langkah awal adanya itikad baik dari Pemerintah untuk menghormati, melindungi dan memenuhi hak penyandang disabilitas. Selanjutnya Pemerintah wajib menyiapkan sarana, prasarana serta mempersiapkan sumber daya manusia yang akan menyelenggarakan pelaksanaan dari implementasi Undang-Undang ini dengan tujuan memastikan pemenuhan hak-hak penyandang disabilitas terpenuhi; sehingga pemenuhan hak-hak penyandang disabilitas tidak hanya menang diatas kertas tapi dilaksanakan sesuai dengan tujuan dari Konvensi Penyandang Disabilitas yaitu memajukan, melindungi dan menjamin kesamaan hak dan kebebasan yang mendasar bagi semua penyandang disabilitas serta penghormatan terhadap martabat penyandang disabilitas sebagai bagian yang tidak terpisahkan. Serta dilaksanakannya pengawasan dari Pemerintah dalam merealisasikan dan mewujudkan terlaksanakannya undang-undang yang baru ini untuk pemenuhan hak para penyandang disabilitas serta pemberian sanksi yang tegas terhadap pelaksanaan perundang-undangan dalam pemenuhan hak penyandang disabilitas.

(15)

2. Kendala PT SOLOPOS dalam Memberikan Perlindungan Hak Pekerja Penyandang Disabilitas

Penyandang disabilitas secara umum masih menjadi problem besar di NegaraIndonesia. Penyandang disabilitas bagian dari masyarakat marginal yang tersisihkan dalam proses pembangunan Nasional. Pada umumnya penyandang disabilitas tidak mendapatkan tempat dan posisi yang layak dalam kehidupan sosial masyarakat, termasuk untuk mendapatkan pekerjaan. Banyak orang beranggapan bahwa, penyandang disabilitas kurang mampu atau bahkan tidak dapat bekerja seperti orang normal. Hal inilah yang sering dijadikan dasar atau argumen sebuah lembaga atau perusahaan tidak berani mempekerjakan penyandang disabilitas di lembaga atau perusahaan. Demikian halya pada PT SOLOPOS masih memiliki kendala dalam perlindungan hak pekerja penyandang disabilitas. Kendala-kendala PT SOLOPOS dalam perlindungan hak pekerja penyandang disabilitas dibedakan menjadi dua faktor:

a. Faktor internal.

Faktor internal yang menjadi kendala perlindungan hak pekerja penyandang disabilitas PT SOLOPOS yaitu:

(16)

1) PT SOLOPOS merupakan perusahaan yang bergerak dalam surat kabar atau berita, sehingga membutuhkan karyawan (jurnalis) yang cepat untuk mencari berita dari satu tempat ke tempat lain.

2) Kurangnya sensitifitas atau kepekaan perusahaan terhadap perekrutan tenaga kerja penyandang disabilitas, karena pelamar pekerjaan harus memenuhi syarat sehat jasmani dan rokhani, sehingga beranggapan penyandang disabilitas tidak sesuai dengan jenis pekerjaan pada PT SOLOPOS.

b. Faktor eksternal.

Faktor eksternalyang menjadi kendala perlindungan hak pekerja penyandang disabilitas PT SOLOPOS yaitu:

1) Belum berani mengimplementasikan Undang-Undang Nomor 4 Tahun 1997 dan Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2003 dalam perekrutan tenaga kerja pada PT SOLOPOS.

2) Kurangmya sosialisasi dan pengawasan dari pemerintah tentang pelaksanaan Undang-Undang yang melindungi hak pekerja penyandang disabilitas.

3) Kurangnya pengetahun penyandang disabilitas tentang Undang-Undang yang melindungi hak-haknya dan tidak adanya keberanian penyandang disabilitas untuk berkompetisi dalam mencari pekerjaan, karena merasa minder dengan disabilitas yang disandangnya.

Pada dasarnya PT SOLOPOS dalam memberikan perlindungan hak pekerja penyandang disabilitas tidak mempunyai kendala. Hak-hak yang harus diterima penyandang disabilitas diberikan sesuai dengan pekerjaan yang diembannya. Berdasarkan karyawan penyandang disabilitas yang ada di PT SOLOPOS bukan berasal dari perekrutan pelamar pekerjaan disabilitas, namun karyawan penyandang disabilitas pada PT SOLOPOS disebabkan kecelakaan, itupun bukan karena kecelakaan pada saat bekerja. Karena karyawan tersebut salah satu tokoh pendiri PT SOLOPOS, maka masih dipekerjakan pada PT SOLOPOS.

Ditinjau dari Convention on The Right of Person with DisabilitasPT SOLOPOS belum mengimplementasikan dalam perekrutan tenaga kerja penyandang disabilitas. Belum diimplementasikan Convention on The Right of Person with Disabilitas, karena PT SOLOPOS memiliki kebijakan-kebijakan dalam perekrutan tenaga kerja. Kebijakan dalam perekrutan tenaga kerja pada PT SOLOPOS didasarkan beberapa pertimbangan, di antaranya:

(17)

1) PT SOLOPOS bergerak dalam bidang jurnalis, sehingga dibutuhkan tenaga kerja yang sehat jasmani dengan harapan dapat meliput berita disegala medan tanpa ada hambatan dari jasmaninya.

2) Belum siap memfasilitasi secara optimal, jika dalam perekrutan tenaga kerja berasal dari pelamar penyandang disabilitas.

Berdasarkan kendala-kendala yang dihadapi perusahaan dalam memenuhi hak pekerja penyandang disabilitas yaitu kendala yang berasal dari faktor internal terutama mengenai kendala kurangnya sensitifitas atau kepekaan perusahaan terhadap perekrutan tenaga kerja penyandang disabilitas, karena pelamar pekerjaan harus memenuhi syarat sehat jasmani dan rokhani, sehingga beranggapan penyandang disabilitas tidak sesuai dengan jenis pekerjaan pada PT SOLOPOS. Sebenarnya perusahaan dapat membuat program-program khusus untuk tenaga kerja penyandang disabilitas yaitu memberikan peluangan penyandang disabilitas untuk dapat melamar pekerjaan dengan memberikan lowongan pekerjaan untuk pekerja penyandang disabilitas. Meskipun PT SOLOPOS merupakan perusahaan yang bergerak dalam surat kabar atau berita, sehingga membutuhkan karyawan (jurnalis) yang cepat untuk mencari berita dari satu tempat ke tempat lain. Namun terdapat posisi yang sebenarnya dapat diberikan untuk penyandang disabilitas seperti diantaranya posisi sebagai penjaga galeri yang dimiliki PT SOLOPOS yang bertempat di lobi depan kantor.

Kemudian untuk kendala dari faktor eksternal yaitu dalam pengimplementasian Undang-Undang yang melindungi hak-hak penyandang disabilitas belum dapat dilaksanankan dengan baik,pemenuhan hak-hak para penyandang disabilitas, bukan hanya menjadi tugas Pemerintah semata, seluruh lapisan masyarakat haruslah juga menunjang dan memandang bahwa pemenuhan hak bagi para penyandang disablitas merupakan Hak Asasi Manusia. Yang menjadi permasalahan ialah, saat ini terdapat paradigma yang berkembang di masyarakat bahwa penyandang disabilitas itu adalah orang yang tidak hanya mempunyai keterbatasan baik fisik maupun mental, tetapi juga penyandang disabilitas ini dianggap tidak bisa melakukan apa-apa, perlu bantuan khusus, sehingga tidak jarang pula melahirkan rasa kasihan. Paradigma tersebut tentu kurang tepat, yang dibutuhkan para penyandang disabilitas hanyalah akses-akses yang mempermudah mereka untuk mendapatkan kesempatan yang sama seperti dengan orang yang tidak menyandang disabilitas, bukan rasa kasihan. Dengan demikian, peran Pemerintah serta kita sebagai masyarakatlah yang dapat menciptakan terselenggaranya Hak Asasi Manusia, terkhusus bagi penyandang disabilitas. Peningkatan program sosialisasi dan pengawasan dari

(18)

pemerintah tentang pelaksanaan Undang-Undang yang melindungi hak pekerja penyandang disabilitas. Sehingga penyandang disabilitas mengetahui tentang Undang-Undang yang melindungi hak-haknya hal ini dapat mendorong keberanian penyandang disabilitas untuk berkompetisi dalam mencari pekerjaan, karena merasa minder dengan disabilitas yang disandangnya.

Referensi

Dokumen terkait

Keterampilan dari pembuatan mading tidak hanya dari barang baru, Keterampilan dari pembuatan mading tidak hanya dari barang baru, disini anak-anak akan diajarkan untuk mengolah

Skripsi ini meneliti tentang praktik jual beli padi dengan sistem tebas dan Dari penelitian yang telah dilakukan diperoleh hasil bahwa transaksi jual beli padi

[r]

Atas Rahmat-Nya, saya berhasil menyusun skripsi dengan judul “ Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Loyalitas Kerja Karyawan PT Libratama Group Semarang” untuk

Villaronga resumen en los siguientes puntos: la fuerte presencia de ejemplares de Arketurki en el ocultamiento de Azaila (prov. de Teruel), la influencia

Since 1999 the English Department of Widya Mandala University has given the chance to the students to choose either thesis or non-thesis program.. However, the feedback

Kemudian nilai yang ada pada variabel hslkrng ini dikurangi dengan bilangan 100, jika status carry flag-nya sama dengan low maka program akan lompat ke modul label2.. jika

Dengan demikian selanjutnya dua trace element terseleksi (Ni 2+ dan Zn 2+ ) diaplikasikan pada reaktor AFBR untuk mengetahui pengaruh fluidisasi terhadap proses