• Tidak ada hasil yang ditemukan

PARTISIPASI PUBLIK DELIBERATIF BERBASIS WEBSITE DALAM PERUMUSAN KEBIJAKAN DAERAH NASKAH PUBLIKASI

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "PARTISIPASI PUBLIK DELIBERATIF BERBASIS WEBSITE DALAM PERUMUSAN KEBIJAKAN DAERAH NASKAH PUBLIKASI"

Copied!
40
0
0

Teks penuh

(1)

PARTISIPASI PUBLIK DELIBERATIF BERBASIS WEBSITE DALAM PERUMUSAN KEBIJAKAN DAERAH

(Studi Kasus di Dinas Perizinan Pemerintah Kabupaten Sleman Tahun 2014)

NASKAH PUBLIKASI

Oleh ,

MUHAMMAD FATCHURIZA NIM. 20131040041

PROGAM STUDI

MAGISTER ILMU PEMERINTAHAN

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH YOGYAKARTA 2015

(2)

SINOPSIS

Partisipasi merupakan salah satu unsur penting yang harus diperhatikan dalam kebijakan. Oleh karena itu pelaksanaan partisipasi publik dalam pembentukan kebijakan haruslah diatur secara lebih jelas. Pemerintah Kabupaten Sleman konsisten mengelola aspirasi masyarakat dengan memanfaatkan teknologi, informasi, dan komunikasi atau biasa disebut e-government. Tujuannya agar pengelolaan partisipasi masyarakat dapat lebih efektif dibandingkan dengan penggunaan sarana dan prasarana manual. Tujuan penelitian ini adalah (1) Menganalisis berbagai hal terkait dengan pelaksanan partisipasi publik deliberatif berbasis website (2) Menganalisis faktor-faktor pendukung dan penghambat dalam pelaksanaan partisipasi publik deliberatif berbasis website di Dinas Perizinan Pemerintah Daerah Kabupaten Sleman tahun 2014.

Penelitian ini menitikberatkan pada penelitian lapangan dan metode yang digunakan dalam studi ini adalah deskriptif analisis kualitatif dan kuantitatif. Data terutama diperoleh dari responden dengan teknik purposive sampling, didasarkan dari kuesioner dan hasil wawancara sebagai data primer, disamping itu juga dilengkapi dengan data sekunder. Hasil penelitian, penelitian yang didapat menunjukkan bahwa pelaksanaan partisipasi masyarakat Kabupaten Sleman dalam perumusan kebijakan sudah berjalan dengan baik, hal ini dapat dilihat dari tingginya respon atas aspirasi yang dikirim masyarakat melalui website resmi Pemda Sleman. Diketahui bahwa selama tahun 2014 terdapat 731 pesan aduan yang masuk dan sudah direspon oleh Pemerintah Daerah Kabupaten Sleman. Bentuk partisipasi masyarakat didominasi bentuk sumbangan masukan, saran, usul, aduan dan sumbangan informasi data.

Tingkat partisipasi masyarakat menurut tipologi Arnstein masuk dalam kategori Consultation (konsultasi), yang merupakan tangga keempatdari delapan tangga partisipasi masyarakat dari Arnstein atau termasuk dalam derajad tokenisme/ penghargaan, sedangkan tahapan partisipasi masyarakat menurut tipologi Carson dan Karp dalam tahapan kedua yaitu Inclusion atau penyertaan. Faktor pendorong : adanya kelembagaan, kontinyunitas, sarana dan prasarana yang memadahi. Faktor penghambat : data aduan tidak akurat, keterbatasan SDM dan human error.

Dapat disimpulkan bahwa metode partisipasi masyarakat dalam perumusan kebijakan daerah, baru merupakan sebuah kewajiban yang harus dilaksanakan oleh pemerintah, karena tuntutan desentralisasi dalam otonomi daerah yang menghendaki pemerintah berperan bersama stakeholder lain dalam perumusan kebijakan daerah. Saat ini tingkat partisipasi masyarakat Sleman berada pada tingkatan konsultasi dan tahapan inclusion, saran yang disampaikan supaya di masa mendatang pemerintah berkewajiban meningkatkan fasilitas agar dapat mencapai derajad kekuatan masyarakat (Degree of Citizen Power).

Kata Kunci : Partisipasi masyarakat, e-government, kebijakan deliberative

(3)

ABSTRAC

Participation is one of the important elements that must be considered in the policy, this participation is a form of political participation of the people is very important in order to create good governance. Therefore, the implementation of public participation in policy formation should be regulated more clearly. Sleman District Government consistently manage the aspirations of the people with technology, information, and communication or so-called e-government. The goal for the management of public participation can be more effective than the manual use of facilities and infrastructure. The purpose of this study was (1) Analyze matters relating to the implementation of deliberative public participation based websites (2) Analyzing the supporting factors and obstacles in the implementation of web-based deliberative public participation in Local Government Licensing Office Sleman 2014.

This research pressure was on the field research and the method used in this study was descriptive analysis both qualitative and quantitative. The data particularly obtained from respondent by purposive sampling technique, based on the questionnaire and interview as primary data, and completed with secondary data. Results of the study, the research obtained showed that the implementation of public participation in policy formulation Sleman already well underway, this can be seen from the high response to the aspirations of the community sent via the official website of Government of Sleman. It is known that during 2014 there were 731 complaints that incoming messages and has been responded to by the district government of Sleman. The community participation form was dominated by input/ suggestion/ ideas and information/ data contribution.

The community participation level according to Arnstein is in the Consultation level, which is the fourth level from the eight participation ladder from Arnstein, or used to called tokenism/ appreciation degree. whereas the stages of public participation according to the typology of Carson and Karp in the second phase, namely Inclusion or participation. The driving factors: the institutional, kontinyunitas, facilities and infrastructure memadahi. Inhibiting factors: the complaint of data is not accurate, human limitations and human error.

It can be concluded that the method of public participation in the formulation of regional policies, new is an obligation that must be implemented by the government, because of the demands of decentralization in local autonomy government wants a role alongside other stakeholders in the formulation of regional policies. Currently Sleman level of public participation at the level of consultation and inclusion stages, suggestions submitted so that in the future the government is obliged to improve the facilities in order to achieve the degree of public power (Degree of Citizen Power).

(4)

A. Latar Belakang

Era reformasi di Indonesia membawa perubahan politik dari sentralistik ke desentralistik, tercermin dengan diundangkannya UU No. 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah, dengan segala pasang surutnya. Dari serangkaian peraturan ini berkaitan dengan pelaksanaan otonomi yang berbasis daerah kota/kabupaten dan desa yang memberi peluang partisipasi masyarakat dalam setiap kebijakan publik.

Arti pentingnya partisipasi warga bagi pemerintah sudah banyak diungkap oleh para ahli sebelumnya seperti : Gabriel Almond (1984) partisipasi pada pemerintahan pusat dan daerah. Selanjutnya Sherry R. Arnstein (1971) mengaitkan partisipasi dengan derajad dan kadar partisipasi, Affan Gaffar (1992) partisipasi dikaitkan dengan faktor literasi, kesejahteraan warga. Partisipasi itu bukan hanya dalam konteks pemilihan pemimpin, namun juga dalam proses perumusan kebijakan publik. Untuk itu partisipasi warga menjadi mesin utama yang menggerakkan roda pemerintahan daerah, partisipasi warga dalam perumusan kebijakan publik mempunyai peran yang signifikan dalam penyelenggaraan pemerintahan daerah, karena kebijakan publik merupakan jantungnya pemerintahan daerah yang akan menentukan arah dan kemajuan daerah. Untuk itu dibutuhkan peran pemerintah pada : a). Perlu mendengarkan aspirasi yang disampaikan oleh masyarakatnya, dan perlu sensitif terhadap kebutuhan rakyatnya. Pemerintah perlu mengetahui apa yang dibutuhkan oleh rakyatnya serta mau mendengarkan apa kemauannya. b). Pemerintah perlu melibatkan segenap kemampuan yang dimiliki oleh masyarakat dalam

(5)

melaksanakan kebijakan. Dengan demikian pemerintah daerah perlu menempatkan rakyat sebagai subjek kebijakan, bukan hanya sebagai objek kebijakan, termasuk dalam memformulasikan kebijakan daerah.

Seiring dengan perkembangan teknologi dalam segala kehidupan, maka penggunaan alat teknologi dalam partisipasi warga cukup efektif dengan penggunaan media elektronik sebagai media social. Informasi dalam media sosial tidak dibatasi oleh ruang, waktu, status pendidikan dan strata sosial. Karakteristik media sosial bukan mencari informasi melainkan bergaul atau bersosialisasi, sehingga yang berlaku disini hubungan sosial yang penuh unsur simbolik yang tujuannya mendapat perhatian dan reputasi yang tinggi. Dengan demikian deliberasi warga dengan pemerintah daerah bisa berlangsung secara online, tanpa harus bertatap wajah (face to face), warga bisa menyampaikan aspirasinya kepada pemerintah.

Di Daerah Istimewa Yogyakarta, kabupaten yang dinilai sudah memanfaatkan teknologi informasi dengan baik adalah Kabupaten Sleman. Hal ini ditandai dengan prestasi tingkat nasional yang diperoleh Kabupaten Sleman yaitu Sertifikat The 4th e-Goverment Award 2005 Terbaik Ketiga Kategori Pemerintah kabupaten sebagai Lembaga Pemerintah Pengaplikasi E-Goverment 2005 dan Penghargaan Website Terbaik katagori Kabupaten pada majalah Warta Ekonomi E-Government Award 2008. (http://www.slemankab.go.id/category/prestasi). Pada tahun 2010 Kabupaten Sleman juga mendapat penghargaan IPTEK untuk aspek kemampuan sumber daya manusia tentang IPTEK dan pada tahun 2011 Kabupaten Sleman mendapatkan penghargaan Budipura dari Menristek sebagai

(6)

kabupaten yang menaruh kepedulian tinggi terhadap penerapan IPTEK (Ilmu Penetahuan dan Teknologi). (http://v3.slemankab.go.id/2595/sleman-menerima penghargaan-budipura.slm).

Pemerintah Kabupaten Sleman mampu memberikan pelayanan yang prima bagi masyarakat melalui media Internet. Internet merupakan salah satu media yang dipercaya mampu merangkul masyarakat luas dalam satu waktu secara bersamaan. Internet, sebagai representasi dari teknologi informasi masa kini, telah menunjang efektifitas dan efisiensi operasional perusahaan, terutama peranannya sebagai sarana komunikasi serta sarana untuk mendapatkan berbagai informasi yang dibutuhkan oleh sebuah usaha dan bentuk badan usaha atau lembaga ainnya (Andi, 2003:17-18).

Situs web (website), surat warga online, sms center dan portal keluhan-saran merupakan beberapa media online melalui internet yang dikembangkan Pemkab Sleman sebagai kanal bagi masyarakat untuk menyampaikan tanggapan, keluhan atau bahkan aspirasi tentang kinerja pelaksanaan pemerintahan daerah. Melalui website www.slemankab.go.id, masyarakat dapat mengakses berbagai data dan informasi yang ada, menggunakan fasilitas layanan lainnya, maupun berinteraksi langsung dalam meminta data/informasi yang diperlukan. Di dalam struktur organisasi Pemerintah Kabupaten Sleman, Bagian Hubungan Masyarakat Sekretariat Daerah ditunjuk sebagai leading sector dalam penerapan UU KIP di lingkungan Pemerintah Kabuapaten Sleman.

Dalam menjalankan tupoksinya, Bagian Humas banyak melakukan pembenahan pembenahan guna memberikan akses bagi masyarakat untuk

(7)

mendapatkan informasi yang dibutuhkan tentang birokrasi pemerintahan. Dengan banyaknya layanan yang dapat dipergunakan masyarakat untuk mengakses informasi publik di lingkungan Pemerintah Kabupaten Sleman, mendorong peneliti untuk mempelajari lebih lanjut bagaimana tingkat partisipasi masyarakat dengan media website di Kabupaten Sleman. Disamping itu, website www.slemankab.go.id sebagai portal utama yang menjembatani permintaan dan pelayanan informasi antara masyarakat dengan pemerintah Kabupaten Sleman telah memiliki SOP mengenai permintaan informasi dan penanganan yang murah, cepat dan mudah.

Bagian Humas Setda Sleman juga memfasilitasi keluhan dan tanggapan masyarakat yang disampaikan melalui media massa baik cetak maupun elektronik seperti misalnya surat warga, interview langsung dengan pimpinan daerah melalui siaran Bupati menyapa di RRI yang disiarkan setiap Rabu, serta Dialog Sembada di TVRI Jogja setiap bulannya. Setiap tanggapan dan keluhan yang masuk melalui berbagai media di atas baik yang berupa keluhan, tanggapan maupun pertanyaan dari warga akan difasilitasi Bagian Humas untuk dikoordinasikan dengan SKPD terkait yang berwenang menjawab tanggapan atau pertanyaan warga tersebut.

Hal ini dilakukan melalui kegiatan monitoring media yang dilakukan setiap harinya. Hingga bulan Juni 2015 tercatat sejumlah 32.128 tanggapan dan keluhan yang masuk dan ditangani oleh Bagian Humas Setda Sleman (www.slemankab.go.id/surat-warga). Dari data tersebut dapat dilihat bahwa intensitas penggunaan fasilitas surat warga online di www.slemankab.go.id merupakan media yang paling sering dipergunakan warga untuk menyampaikan

(8)

tanggapan atau keluhan kepada pemerintah daerah. Hal ini menunjukkan bahwa penggunaan internet sebagai media customer relations ternyata digemari oleh masyarakat.

Pengelolaan monitoring ini diawasi langsung oleh sekretaris daerah sebagai penanggung jawab dan tim pengelola aduan keluhan masyarakat yang beranggotakan staf dari satuan kerja perangkat daerah yang bersentuhan langsung dengan pelayanan masyarakat seperti misalnya Kantor Pelayanan Perizinan dan berbagai instansi terkait lainnya. Dilihat dari segi informasi e-government, website www.slemankab.go.id mempunyai konten yang cukup lengkap dan beragam. Mulai dari struktur organisasi, pariwisata, geografis, pelayanan publik hingga e-learning.

Dengan berbagai pelaksanaan e-government dalam penyelenggaraan pemerintahan daerah di Kabupaten Sleman, dan berbagai penghargaannya tersebut, apakah telah benar-benar diikuti pelembagaan dan struktur pemerintah daerahnya berbasis virtual, sehingga birokrat mampu merespon berbagai aspirasi, tuntutan dan keluhan warga terhadap pemerintah daerah, khususnya dalam perumusan kebijakan pemerintah daerah di Kabupaten Sleman.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian latar belakang di atas, dapat dirumuskan permasalahan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut : (1) Bagaimana partisipasi publik deliberatif berbasis website dalam perumusan kebijakan di Dinas Perizinan Pemda Kabupaten Sleman ? (2) Apa saja faktor pendukung dan penghambat dalam

(9)

penyelenggaraan pelaksanaan partisipasi publik deliberatif berbasis website di Dinas Perizinan Pemerintah Daerah Kabupaten Sleman?

C. Tujuan dan Manfaat Penelitian 1) Tujuan Penelitian

a. Menganalisis berbagai hal terkait dengan pelaksanan partisipasi publik deliberatif berbasis website yang disediakan pemerintah daerah dalam perumusan kebijakan pemerintah daerah di dinas perizinan Pemerintah Daerah Kabupaten Sleman.

b. Menganalisis faktor-faktor pendukung dan penghambat dalam pelaksanaan partisipasi publik deliberatif berbasis website di dinas perizinan Pemerintah Daerah Kabupaten Sleman.

2) Kegunaan Penelitian

a. Bagi pemerintah daerah bisa menyiapkan kapasitas dalam menggunakan alat elektronik yang bisa mendukung dalam penyelenggaraan pemerintahan, dan mampu merespon masukan warga.

b. Bagi masyarakat bisa lebih mengoptimalkan dalam memanfaatkan proses partisipasi berbasis website, sehingga bisa lebih efektif dan efisien manfaat penelitian.

c. Bagi akademik, diharapkan dapat memberikan sumbangan bagi perkembangan ilmu pengetahuan, khususnya Strata dua Ilmu Pemerintahan terutama dalam kajian partisipasi publik deliberatif berbasis website dalam perumusuan kebijakan daerah.

(10)

d. Bagi Penulis, sebagai media untuk mendalami kajian teoritis dan menambah wawasan dalam memahami partisipasi publik deliberatif berbasis website dalam perumusuan kebijakan daerah.

D. Metode Penelitian 1. Jenis Penelitian

Jenis penelitian yang dilakukan oleh penulis adalah lapangan (field research) penulis menggunakan jenis penelitian campuran (mixed methodology). Mixed method menghasilkan fakta yang lebih komprehensif dalam meneliti masalah penelitian, karena peneliti ini memiliki kebebasan untuk menggunakan semua alat pengumpul data sesuai dengan jenis data yang dibutuhkan. Sedangkan kuantitatif atau kualitatif hanya terbatas pada jenis alat pengumpul data tertentu saja.

2. Lokasi dan Waktu Penelitian

Lokasi penelitian merupakan objek yang sangat penting, oleh karena itu dalam penelitian ini lokasi yang diambil oleh peneliti adalah HUMAS Setda Kabupaten Sleman, Kantor Pelayanan Perizinan Kabupaten Sleman dan Masyarakat Kabupaten Sleman Pengguna Website Pemkab Sleman. Hal ini ditulis karena peneliti tertarik untuk melihat sejauh mana Partisipasi Publik Deliberatif berbasis Website dalam perumusan kebijakan daerah.

Waktu penelitian dilakukan di Bagian Humas Sekretariat daerah Kabupaten Sleman serta satuan kerja terkait yaitu Kantor Pelayanan Perizinan Kabupaten Sleman pada tanggal 29 Juni 2015 sampai 29 September 2015.

(11)

3. Pengambilan Sampel.

Salah satu cara untuk mengumpulkan data adalah dengan metode sampling. Sampling hanya mencatat atau menyelidiki sebagian dari objek, gejala atau peristiwa, tidak seluruhnya. Sebagian individu yang diselidiki itu disebut sampel dan metodenya disebut sampling, sedang hasil yang diperoleh ialah nilai karakteristik perkiraan yaitu taksiran tentang keadaan populasi, maka yang dimaksud populasi dalam penelitian ini adalah masyarakat Kabupaten Sleman. Teknik pengambilan sampel atau teknik sampling yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah pengambilan sampel non acak (non probability sampling) yaitu Purposive Sampling atau sampling pertimbangan/sampling dengan maksud tertentu.

4. JENIS DATA

a. Data primer diperoleh dari wawancara kepada responden yang telah ditentukan yaitu Kepala Humas Setda Sleman, Kepala KPP Sleman, Masyarakat Kabupaten Sleman yang berpartisipasi melalui website.

b. Data Sekunder, diperoleh tidak secara langsung, melalui dokumen-dokumen yang mencatat keadaan konsep penelitian (ataupun yang terkait dengannya) di dalam unit analisa yang di jadikan sebagai objek penelitian. 5. Pengumpulan dan Analisis Data

Teknik pengumpulan data yaitu dengan angket questioner, wawancara dan dokumentasi. Sedangkan analis data yang dapat digunakan, yaitu; (a) reduksi data; (b) penyajian data; (c) menarik kesimpulan.

(12)

E. Hasil dan Pembahasan

Hasil penelitian yang didapat menunjukkan bahwa pelaksanaan partisipasi publik dalam perumusan kebijakan daerah di Kabupaten Sleman berjalan efektif dimana adanya komunikasi dua arah yaitu antara masyarakat dan Pemda Kabupaten Sleman. Hal ini dapat dilihat dari tingginya masukan, aduhan dan respon yang dikirim oleh masyarakat melalui media surat warga pada portal website Sleman. Diketahui bahwa selama tahun 2013 terdapat 650 pesan aduan yang masuk dan dapat direspon / ditindaklanjuti sebanyak 624 pesan (96%), sedangkan tahun 2014 terdapat 731 pesan aduan yang masuk, mengalami peningkatan sebesar 12% dari tahun sebelumnya.

Keputusan yang diambil oleh pemerintah Kabupaten Sleman menjadi efektif dengan melibatkan masyarakat selaku pihak yang mengetahui persoalan yang sebenarnya. Penerapan e-government, memberikan peluang kepada pemerintah untuk membuka akses kepada masyarakat dalam kebijakan publik, dengan menghapus sekat-sekat birokrasi yang kaku. Dalam kasus Surat warga pada portal website Kabupaten Sleman, tampak bahwa masyarakat semakin mudah berinteraksi dengan Pemerintah Kabupaten Sleman dan menjadikan pemerintah Kabupaten Sleman selalu responsive terhadap keluhan dan permintaan warga. Melalui surat warga di Website resmi Pemkab Sleman mekanisme kebijakan dan pelayanan publik yang terbuka dan demokratis dapat terwujud.

Selain itu adanya partisipasi masyarakat dalam proses perumusan kebijakan daerah akan menghasilkan beberapa keuntungan sebagai berikut 1) adanya peningkatan kualitas kebijakan publik yang dihasilkan oleh pemerintah

(13)

yang pada gilirannya akan menguntungkan masyarakat, 2) adanya peningkatan kapasitas kelembagaan pemerintah dalam pembuatan kebijakan

1. Sarana Partisipasi yang Dapat Dimanfaatkan Masyarakat

Pemkab Sleman berusaha meningkatkan pelayanan masyarakat dengan menyediakan sarana partisipasi bagi masyarakat berupa informasi, aduan, keluhan, pertanyaan usul, saran dari masyarakat dengan menggunakan teknologi informasi yang bersifat website Konsep yang dikembangkan yaitu citizen interaction centre yang memberikan kesempatan bagi masyarakat untuk dapat memilih media yang cocok (website, email, call center, SMS dsb) sebagai sarana penyalur aspirasi dan berpartisipasi dalam akses serta kontrol kebijakan.

Sarana pengaduan yang bisa dimanfaatkan masyarakat dalam menyampaikan partisipasi antara lain :Surat, Telepon, di Nomor 868405 Pesawat 1150, Faxmile, ditujukan kepada Petugas Pengelola Aduan Bagian Humas di Nomor Fax 868945, Website (www.Sleman.go.id), dengan mengklik: Menu surat warga, Interaktif di radio, Interaktif di Televisi, SMS, ke : No : 08112595000, Media Sosial, facebook.Com / Humas Sleman dan di Twitter: @kabarsleman.

2. Isi Partisipasi Publik

Partisipasi masyarakat berbasis website di pemerintah kabupaten Sleman digolongkan menjadi 4 (empat), yaitu : 1) saran/usul, 2) keluhan, 3) informasi dan 4) pertanyaan. Dalam menampung saran/usul, keluhan, informasi dan pertanyaan dari masyarakat, Pemkab Sleman menyediakan hotline service dengan fasilitas telepon nomor 868405 Pesawat 1150, SMS 08112595000, website dengan alamat

(14)

www.sleman.go.id, dengan mengklik Surat Warga. Selain melalui media tersebut, masyarakat juga dimungkinkan untuk secara langsung menyampaikan saran/usul, keluhan, informasi dan pertanyaan dengan datang ke Kantor Humas Setda Pemkab Sleman atau langsung ke dinas terkait yang ada di Pemkab Sleman.

Tabel. 1

Jumlah saran dan keluhan dari masyarakat kepada KPP Kabupaten Sleman Melalui Media Website

No Tahun Website 1 2009 90 2 2010 72 3 2011 89 4 2012 67 5 2013 15 6 2014 70 Jumlah 403 Sumber : KPP Sleman 3. Unit Pengelola Partisipasi Publik

Pengelolaan pengaduan pelayanan publik berbasis Web Di Pemkab Sleman yaitu cara kelola pengaduan pelayanan publik berbasis Web yang dipakai pemerintah atau non pemerintah di Kabupaten Sleman dalam pengaduan pelayanan publik berbasis Web sehingga dapat berjalan dengan baik dan masyarakat mendapat kemudahan dalam melakukan pengaduan pelayanan publik di Kabupaten Sleman.

(15)

Mekanisme Pengelolaan Aduan

Sumber : Humas Setda Pemda Sleman

Setiap saran/usul, keluhan, informasi dan pertanyaan yang disampaikan oleh masyarakat, akan diverifikasi oleh petugas. Apabila saran/usul, keluhan, informasi dan pertanyaan bukan merupakan kewenangan pemerintah kabupaten Sleman, maka saran/usul, keluhan, informasi dan pertanyaan akan dihapus. Sedangkan apabila saran/usul, keluhan, informasi dan pertanyaan merupakan kewenangan Pemerintah Kabupaten Sleman dan memerlukan tindak lanjut maka, materinya akan segera didistribusikan ke instansi atau dinas teknis yang bersangkutan.

4. Analisis Tahapan atau Tingkatan Partisipasi Publik Deliberatif

4.1 Influence ( Pengaruh )

1. Partisipasi Masyarakat Kabupaten Sleman dalam Menyampaikan Kebutuhan dan Masalah yang Dihadapinya.

(16)

Pada tahap ini masyarakat Kabupaten Sleman yang terdiri dari, mahasiswa, guru, dan warga masyarakat sipil Sleman dapat berpartisipasi menyampaikan keluhan dan masalah yang sedang dihadapinya kepada pemerintah Kabupaten Sleman. Mereka juga bisa menyampaikan opini atau masukan tentang masalah tersebut. Penyampaian masalah maupun cara pemecahannya bisa disampaikan langsung melalui website resmi Pemkab Sleman, media massa, atau pada saat kunjungan pejabat pemerintah ataupun anggota.

Setiap instansi pemerintahan Kabupaten Sleman kini telah memiliki website resmi dalam upaya keterbukaan informasi kepada publik. Informasi-informasi yang disampaikan dalam website resmi akan selalu diupdate oleh setiap instansi yang bersangkutan. Sehingga hal ini mempermudahkan masyarakat dalam pencarian informasi publik yang dibutuhkan tanpa harus datang ke kantor instansi tersebut.

Kehadiran Portal Web di Pemkab Sleman mampu memberikan keterbukaan informasi publik. Di situs ini terdapat forum komunikasi interaktif dengan warga yang berupa forum surat warga. Di forum surat warga tersebut, masyarakat bisa mengirim segala informasi, pendapat, usulan, pertanyaan, keluhan dan lain-lain ke situs www.slemankab.go.id, dan akan langsung ditanggapi oleh petugas yang berwenang. Dengan adanya pengaduan, saran atau masukan dari masyarakat dapat membuat pemerintah berpikir dalam pengambilan kebijakan yang lebih baik atas keluhan yang disampaikan. Berikut adalah rekapitulasi pengaduan di Humas Setda Pemkab Sleman tahun 2012-2014 :

(17)

Tabel. 2

Rekapitulasi Pengaduan di Humas Setda Pemkab Sleman Tahun 2012-2014

NO ADUAN YANG MASUK

TAHUN

2012 2013 2014

1 Infrastruktur

( Jalan, Jembatan, irigasi, dan sarana publik) 152 182 201 2 Pelayanan perizinan (IMB,HO,IPPT) 117 221 230 3 Pendidikan 36 41 35 4 Kesehatan 45 66 80 5 Pertanahan 21 9 0

6 Lain-lain (Bantuan modal, pertanian, perilaku aparat )

98 132 185

JUMLAH 469 650 731

Sumber : Humas Setda Sleman

Dari data pada tabel tersebut dapat dilihat bahwa intensitas penggunaan fasilitas surat warga online di www.slemankab.go.id merupakan media yang paling sering dipergunakan warga untuk menyampaikan tanggapan atau keluhan kepada pemerintah daerah. Hal ini menunjukkan bahwa penggunaan internet sebagai media customer relations ternyata digemari oleh masyarakat.

Menurut wawancara peneliti kepada salah satu pelaksana teknis tim penanggulangan tanggapan dan keluhan surat warga di www.slemankab.go.id menyatakan bahwa:

(18)

“….Penggunaan website untuk menyampaikan keluhan cukup digemari masyarakat karena prosedurnya yang lebih mudah dan lebih mudah diakses masyarakat. Melalui media ini masyarakat dapat segera mendapatkan jawaban atas pertanyaan relatif lebih cepat dibanding melalui surat kabar dengan prosedur yang lebih rumit.” (wawancara bapak Helmi, 1 September 2015)

Pada tahapan ini juga penggunaan media berbasis website atau TIK dalam mendukung upaya mewujudkan pemerintahan yang terbuka dan partisipatif sudah banyak dilakukan oleh Pemerintah Daerah Sleman. Dalam melakukan pelayanan yang baik kepada masyarakat baik Humas atau KPP Sleman melakukan sosialisasi atau penyampaian informasi dan kebijakan secara tidak langsung melalui media dan tidak dilakukan secara langsung dengan mengumpulkan masyarakat karena kurang efisien dan keterbatasan waktu .

Media merupakan sarana atau alat untuk menyampaikan informasi kepada publik, berbagai masalah yang berhubungan dengan masyarakat luas diberitakan oleh media. Segala pilihan media yang ada, akan memudahkan masyarakat untuk menikmati dan mengakses sesuai dengan kebutuhan masing-masing, termasuk mencari informasi yang berkembang secara cepat dan aktual.

Melalui berbagai altematif media tersebut, pemerintah daerah dapat menyediakan dan menyampaikan informasi lengkap, akurat, dan up to date mengenai institusi dan berbagai kegiatan penyelenggaraan pemerintahan. Akses informasi dan kebijakan dalam pemerintahan adalah penting bagi warga karena milik rakyat bukan pemerintah, jadi untuk mendorong pemerintah yang terbuka perlu adanya hubungan yang baik dengan publik atau masyarakat. Informasi yang disampaikan selama ini oleh pihak Pemkab Sleman diklaim sudah cukup efektif, karena masyarakat bisa memperoleh informasi yang penting seperti pelayanan ijin

(19)

dalam berbagai bidang sehingga masyarakat bisa membekali diri sebelum mengurusi perijinan.

Berdasarkan pembahasan di atas, maka partisipasi masyarakat Kabupaten Sleman sudah berada pada tahapan Influence (Pengaruh) yaitu tahapan pertama menurut teori partisipasi Carson dan Karp, ini ditandai dengan adanya partisipasi masyarakat untuk menyampaikan aspirasi, saran, keluhan dan pertanyaan kepada Pemerintah Daerah Kabupaten Sleman khususnya di Kantor Pelayanan Perizinan Sleman dan juga adanya sosialisasi Pemerintah Daerah kepada masyarakat Kabupaten Sleman. Dengan mengakomodasi masukan yang disampaikan masyarakat tersebut, kebijakan yang dihasilkan segala dampaknya dapat dipertanggungjawabkan.

4.2 Inclusion (Penyertaan )

1. Adanya Ruang Untuk Menyampaikan Partisipasi Masrayakat

Pada tahap ini masyarakat diberikan ruang oleh pemerintah daerah untuk menyampaikan pertanyaan, keluhan, saran atau masukan dan kritikan terkait dengan kebijakan daerah di Kabupaten Sleman. Untuk mewadahi dan memfasilitasi berbagai masukan dari masyarakat, pemerintah daerah Sleman menyediakan sarana yang dapat dimanfaatkan oleh masyarakat seperti adanya portal web kabupaten Sleman forum “surat warga” disini masyarakat bisa mengirim pertanyaan, keluhan, saran kepada instansi yang ada di pemerintah daerah Sleman.

(20)

Begitu juga di KPP Kabupaten Sleman dalam menerima saran, masukan ataupun pertanyaan dari masyarakat menggunakan banyak media. Media yang digunakan antara lain kotak saran, telepon (0274-868405), SMS(08112500666), e-mail(perizinan@slemankab.go.id) dan juga kotak keluhan maupun saran yang ada di SIMPPT dengan mengakses perijinan.slemankab.go.id atau kpp.slemankab.go.id. berikut hasil wawancara dengan kepala bagian pengaduan KPP Kabupaten Sleman :

“ Untuk pertanyaan mengenai perizinan, masyarakat paling banyak menghubungi KPP dengan menggunakan telepon. Saran dan keluhan saat ini telah banyak disampaikan masyarakat melalui e-mail dan juga melalui SIMPPT”. (Wawancara, 21 September 2015, jam 10.15 WIB )

Dari tahun 2009 dimana SIMPPT dimulai, banyak masyarakat yang sudah memberikan saran dan keluhan melalui SIMPPT. Namun tidak bisa dipungkiri bahwa keluhan dan saran banyak disampaikan masyarakat secara langsung kepada KPP Kabupaten Sleman. Pelayanan partisipatif ini dapat mendorong peran serta masyarakat dalam penyelenggaraan pelayanan publik dengan memperhatikan aspirasi, kebutuhan dan harapan masyarakat. Kaitannya dengan pelayanan berbasis website atau teknologi informasi, maka partsipasi dilihat dari peran masyarakat dalam memanfaatkan teknologi informasi yang disediakan oleh pemerintah daerah dan juga KPP Kabupaten Sleman.

Teknologi informasi yang disediakan oleh KPP untuk masyarakat yaitu SIMPPT Perizinan online bisa dimanfaatkan dengan baik oleh masyarakat. Masyarakat saat ini dapat memanfaatkan SIMPPT unutk melihat syarat perizinan dan memberikan saran atau pengaduan kepada KPP Kabupaten Sleman. dalam

(21)

sistem tersebut juga sudah disediakan formulir yang bisa diisi dan juga dapat digunakan untuk mengumpulkan berkas pemohon melalui website.

Kelebihan dari SIMPPT ini adalah masyarakat memiliki ruang yang banyak untuk menyampaikan saran, masukan ataupun pengaduan kepada Pemerintah Kabupaten Sleman dan juga instansi yang lainnya tanpa batas waktu. Selama 24 jam SIMPPT bisa diakses oleh masyarakat, sedangkan media lain seperti telepon dan SMS untuk memberikan saran, masukan dan pengaduan hanya bisa dilakukan selama jam kerja.

Keterbukaan di sini dalam arti pihak pemerintah daerah mau mendengarkan, menampung dan merumuskan pendapat atau masukan masyarakat tersebut dalam kebijakan‐kebijakan yang diambilnya. Jadi bukan hanya sekedar ditampung, tanpa ditindaklanjuti lebih jauh. Manakala ada keterbukaan dari pihak pemerintah daerah, maka akan menimbulkan motivasi atau dorongan atau semangat dari masyarakat untuk terus membangun daerahnya dengan cara melaksanakan berbagai aturan yang telah menjadi kebijakan publik.

2. Adanya Tanggapan atau Respon dari Pemerintah Daerah

Pada tahap ini Pemerintah Daerah kabupaten Sleman diminta untuk menindak lanjuti setiap pertanyaan, keluhan, saran atau masukan yang disampaikan masyarakat melalui web portal Sleman yang berupa forum Surat Warga. Untuk e-mail dari masyarakat yang masuk akan langsung ditanggapi oleh bidang yang terkait kecuali yang bersifat umum maka akan dijawab oleh Bagian

(22)

Humas, sehingga terjadi proses diskusi yang interaktif. Hasil wawancara dengan kepala Bagian Dokumentasi dan Informasi Humas Setda Sleman :

“ ….. Pengaduan atau keluhan masyarakat yang masuk melalui website atau lainnya selama ini disampaikan kepada bidang/dinas yang terkait untuk ditindak lanjuti. Selama ini aktifitas demikian sudah berjalan lancar sehingga terjadi dialog yang efektif antara Pemkab Sleman dengan masyarakat umum”. (1 September 2015, jam 13.00 WIB)

Proses pengumpulan pengaduan atau keluhan masyarakat menggunakan system multi kanal terintegrasi. Pengaduan masuk bisa melalui SMS, Loket, Surat, website, e-mail dan Telephone. Setiap jam 10 pagi, info aduan diterima pimpinan & SKPD terkait, maksimal 14 hari aduan sudah ada jawaban/tindak lanjut, apabila aduan tersebut belum terselesaikan juga maka akan dikoordinasikan dan dibahas bersama dengan Bupati Kabupaten Sleman.

Dalam penyelesaian aduan masyarakat ada berbagai hambatan yang terjadi diantaranya yaitu data aduan yang tidak akurat, subyek aduan diluar kewenangan kabupaten dan adanya muatan politik atau kepentingan pada materi atau obyek aduan. Contoh aduan diluar kewenangan Kabupaten Sleman yaitu Kuota raskin, Tahun 2012 terdapat 72.148 RTS ( data dari TNP2K / tim percepatan pengentasan kemiskinan), KK miskin berjumlah 50.603 KK.

Contoh pertanyaan, keluhan, dari masyarakat yang langsung ditindak lanjuti oleh SKPD terkait, “ Saya mau bertanya, kalau untuk mengurus perizinan, peraturan, dan perpajakan untuk billboard, saya harus menghubungi ke mana? Admin menjawab “ Untuk mengurus perizinan dan perpajakan pemasangan billboard saudara dapat menghubungi Dinas Pendapatan Daerah di Jalan Candi

(23)

Gebang Beran, Tridadi Sleman Telp. 0274-868405 ext 1444”. Contoh pertanyaan, keluhan yang menyangkut dengan banyak pihak sehingga membutuhkan waktu yang lama untuk ditindak lanjuti, “ Kesemrawutan jalan / lalulintas di depan RSUP Dr. Sardjito. Melibatkan 2 instansi ( RSUP Dr. Sardjito, dan UGM ) keterlibatan Pemkab.

Setiap tanggapan dan keluhan yang masuk melalui website atau media lainya baik yang berupa keluhan, tanggapan maupun pertanyaan dari warga akan difasilitasi Bagian Humas untuk dikoordinasikan dengan SKPD terkait yang berwenang menjawab tanggapan atau pertanyaan warga tersebut. Hal ini dilakukan melalui kegiatan monitoring media yang dilakukan setiap harinya. Pendistribusian informasi ke setiap SKPD dan unit kerja oleh Humas Pemkab Sleman dilakukan secara paperless dimana sedapat mungkin penggunaan kertas dikurangi, penyampaian pesan langsung melalui SMS, email dan aplikasi chatting internal yang mana membuat biaya komunikasi menjadi sangat murah dan cepat. Berikut ini rekapitulasi berdasarkan SKPD terkait yang sudah/belum ditanggapi.

Tabel. 3

Rekapitulasi Aduan Berdasarkan Tujuan SKPD

No SKPD Jumlah Aduan Masuk Sudah Ditanggapi Belum Ditanggapi 1 Sekretaris daerah 41 41 - 2 Dinas Kesehatan 61 59 2

3 Dinas Pendidikan, Pemuda dan Olahraga

(24)

4 Dinas Pertanian, Perikanan dan Kehutanan

31 26 5

5 Dinas Tenaga Kerja dan Sosial

20` 19 1

6 Dinas Kependudukan dan Catatan Sipil

49 49 -

7 Dinas Pekerjaan Umum dan Perumahan

140 134 6

8 Dinas Perhubungan

Komunikasi dan Informatika

80 80 -

9 Dinas Sumber Daya Air, Energi dan Mineral

31 31 -

10 Dinas Perindustrian, Pedagangan dan Koperasi

7 5 2

11 Dinas Pasar 0 - 0

12 Dinas Kebudayaan dan Pariwisata

0 - 0

13 Dinas Pengelolaan Keuangan dan Aset Daerah

9 8 1

14 Dinas Pendapatan Daerah 12 11 1

15 Dinas Pengendalian Pertanahan Daerah 9 9 0 16 Badan Perencanaan Pembangunan Daerah 9 9 0

17 Badan Kepegawaian Daerah 22 21 1

18 Badan Keluarga Berencana, Pemberdayaan Masyarakat dan Pemberdayaan Perempuan 6 5 1 19 Badan Penanggulangan Bencana Daerah 20 17 3

20 Satuan Polisi Pamong Praja 29 27 2

21 Inspektorat Kabupaten 0 0 0

22 Kantor Lingkungan Hiup 5 5 0

23 Kantor Penanaman, Penguatan dan Penyertaan Modal

0 - 0

24 Kantor Pelayanan Perijinan 17 17 0

(25)

26 Kantor Arsip Daerah 0 - 0

27 Kantor Kesatuan Bangsa 1 1 0

28 Sekretariat Korpri 0 - 0

29 RSUD Sleman 5 5 0

Jumlah 650 624 26

96% 4%

Sumber : Humas Pemkab Sleman

Berdasarkan tabel rekapitulasi aduan di atas jumlah aduan yang masuk berdasarkan tujuan SKPD yaitu berjumlah 650 aduan, sedangkan yang sudah ditanggapi berjumlah 624 (96%) aduan, sisanya sebanyak 26 (4%) aduhan belum ditanggapi oleh SKPD terkait. Dengan banyaknya aduan yang masuk dari masyarakat setiap SKPD terkait berusaha untuk merespon semua aduan, masukan/saran dengan cepat, baik, dan memuaskan. Bagian Humas dan Informasi secara proaktif berkomunikasi dengan setiap SKPD untuk segera merespons aduan, masukan /saran masyarakat. Respons cepat terhadap pesan dari masyarakat yang memerlukan koordinasi tindak lanjut (dan melibatkan beberapa SKPD) tetap diperlukan.

Dari semua masukan, saran dan keluhan yang disampaikan masyarakat Kabupaten Sleman baik disampaikan langsung atau tidak langsung merupakan wujud dari partisipasi masyarakat Kabupaten Sleman yang urgensinya sangat penting dalam proses perumusan kebijakan daerah. Dengan upaya ini maka perumusan kegiatan tidak hanya akan melihat dari sisi pemerintah saja namun akan mempertimbangkan sisi masyarakat dari pihak yang akan menerima atau menikmati outcome dari kegiatan tersebut. Adanya perlibatan berbagai pemangku kebijakan termasuk partisipasi kelompok kepentingan seperti birokrat, mahasiswa,

(26)

guru, LSM dan masyarakat atau dengan kata lain kebijakan bersifat bottom up dan deliberatif, akhirnya kebijakan akan menjadi pro poor dan pro publik.

Dengan demikian partisipasi masyarakat Kabupaten Sleman sudah ada pada tahapan Inclusion (Penyertaan) yaitu pada tahapan kedua menurut teori Carson dan Karp, ini ditandai dengan adanya ruang bagi masyarakat untuk menyampaikan aspirasinya, ruang untuk curhat, usul, atau kritik bagi seluruh elemen masyarakat, tanpa pandang bulu, agar segala sisi kemanusiaan dapat diserap sistem politik-ekonomi atau ekonomi-politik, dan juga ditandai dengan adanya Keterbukaan dan respon dari Pemerintah Daerah terkait saran, keluhan dan juga pertanyaan yang disampaikan masyarakat Kabupaten Sleman, sehingga apa yang menjai hajat atau keinginan masyarakat tercipta.

4.3 Deliberation ( Musyawarah )

1. Keterlibatan Masyarakat dalam Proses Pengawasan dan Kontrol Terhadap Kebijakan Daerah Kabupaten Sleman

Pada tahapan ini masyarakat dilibatkan dalam proses pengawasan dan kontrol terhadap kebijakan daerah kabupaten Sleman. Maksud peran serta masyarakat tersebut untuk mewujudkan hak dan tanggung jawab masyarakat dalam penyelenggaraan pemerintah yang bersih di kabupaten Sleman. Di samping itu, diharapkan pula peran serta tersebut lebih menggairahkan masyarakat untuk melaksanakan kontrol sosial terhadap Penyelenggara pemerintah.

Untuk mengoptimalkan peran serta masyarakat dalam penyelenggaraan pemerintahan daerah di kabupaten Sleman, pemda Sleman menyediakan ruang

(27)

komunikasi publik yaitu dengan adanya portal web Sleman di forum surat warga. Melalui media website ini pemda Sleman mensosialisasikan informasi dan kebijakan daerah kepada masyarakat, melalui media ini juga masyarakat dapat berpartisipasi menyampaikan pertanyaan, keluhan, masukan atau saran kepada pemerintah daerah kabupaten Sleman.

Hasil wawancara dengan staff humas pemerintah daerah kabupaten Sleman senin 7 september 2015, jam 13.30 WIB :

“…Masyarakat dapat mengawasi dan mengontrol petanyaan, aduhan, saran atau masukan yang ditujukan kepada instansi yang ada di Pemkab Sleman lewat media yang telah disediakan atau bisa langsung mendatangi ke instansi terkait”

Dengan adanya pengawasan dan kontrol Masyarakat tentunya dapat mengetahu sampai sejauh mana aduhan, saran atau masukan masyarakat ditindak lanjuti oleh pemkab Sleman. Mekanisme dua arah ini baik dari jalur publik untuk ikutserta secara proaktif dalam perumusan maupun kontrol publik terhadap kegiatan pemerintah daerah diharapkan dapat memperkuat mekanisme partisipatif untuk menyerap dan memberikan informasi kepada publik agar terjadi pemberdayaan publik yang lebih kuat dan luas lagi.

Tabel. 4

Pengawasan dan Kontrol Masayarakat Terhadap Kebijakan Daerah

No Isu Kalrifkasi SKPD Followup

1 Kontrol warga

mengenai keberadaan toko modern di Sleman

Perizinan SIUP, IMB, TDP dan lainya Kantor Pelayanan Perizinan

(28)

yang tidak sesuai tata ruang maupun tanpa adanya perizinan yang lengkap

Kabupaten Sleman

2 Aduan warga mengenai keberadaan tanah irigasi yang dibuat bangunan kios dan posisi tanah tersebut dipojokan perempatan, apakah boleh boleh dibangun kios permanen? Karena proses bangunan dapat menghalangi jarak pandang pengguna jalan sehingga sangat berbahaya Perizinan IPPT dan IPT Dinas Pengendalian Pertanahan Daerah Kabupaten Sleman

3 Adanya aduan warga terkait pembuangan sampah liar di Kalasan dan adanya TPA liar

Permasalahan sampah dan TPA liar Kantor Lingkungan Hidup Sleman Sumber : Hasil Analisis 2015

Pengawasan dan kontrol masyarakat terhadap penyelenggaraan pemerintahan daerah sangat diperlukan dalam rangka meningkatkan profesionalisme, kinerja, serta tanggungjawab pemerintah daerah. Ketentuan perundang-undangan juga secara tegas mengatur peran serta masyarakat sebagai social control dengan optimal. Pemerintah daerah, guna mendorong hal tersebut perlu menerapkan manajemen publisitas, dimana setiap informasi, kebijakan, program dan kegiatan, serta tingkat pencapaian yang diraih perlu disampaikan kepada publik.

(29)

2. Masyarakat Terlibat Secara Aktif dalam Formulasi, Implementasi dan Evaluasi Kebijakan Daerah

Pada tahapan ini Partisipasi masyarakat dalam memberikan penilaian terhadap kebijakan publik merupakan sikap dukungan yang positif terhadap pemerintah. Partisipasi masyarakat dalam evaluasi dapat dilakukan dengan memantau hasil kebijakan publik dan pelaksanaannya, masyarakat menjalankan fungsi pengawasan internal terhadap kinerja SKPD atau unit kerja dalam merespons dan menindak lanjuti informasi dan keluhan masyarakat. Pada tahap ini masyarakat harus bersikap kritis terhadap apa-apa yang sudah ditetapkan atau dilaksanakan oleh pemerintah. Tanpa adanya evaluasi dari masyarakat bisa terjadi penyimpangan pada pelaksanaan kebijakan publik, dalam memberikan evaluasi terhadap kebijakan publik harus bersifat konstruktif (membangun) bukan bersifat destruktif (menghancurkan), dan juga dengan cara yang santun.

Masyarakat harus aktif dalam Kebijakan Publik karena masyarakatlah yang lebih tahu apa yang menjadi kebijakan kebutuhan dan keinginan mereka dalam kebutuhan sehari - hari. Dengan adanya partisipasi masyarakat secara langsung dalam berbagai bentuk perumusan kebijakan publik akan berdampak positif pada masyarakat yang bersangkutan. Hal ini dikarenakan masyarakat akan turut bertanggung jawab terhadap berbagai kebijakan publik yang dikeluarkan oleh pemerintah daerah setempat, karena mereka dilibatkan secara langsung dalam perumusannya. Jadi tidak ada lagi perasaan atau kesan, bahwa masyarakat tidak setuju atau tidak tahu terhadap kebijakan‐kebijakan yang dikeluarkan

(30)

tersebut. Hasil wawancara dengan masyarakat pengguna website Pemda Kabupaten Sleman :

“ … Keterlibatan masyarakat dalam proses evaluasi terkait kebijakan daerah sangatlah penting yaitu untuk mengetahui kegiatan/ rencana/ kebijaksanaan tersebut memberikan hasil/ keuntungan dan manfaat kepada masyarakat.”(wawncara Qolbi, 5 September 2015, jam 09.15 WIB)

Kebijakan publik deliberatif mendasarkan pada demokrasi, rujukan demokrasi adalah demokrasi Pancasila yang mengutamakan konsensus atau musyawarah untuk mencapai mufakat dan memiliki kesamaan dengan gagasan demokrasi deliberatif Habermas. Dalam perspektif demokrasi deliberatif dan demokrasi Pancasila sama-sama mengarusutamakan konsolidasi pengambilan keputusan pada musyawarah dalam proses eksplorasi, pemecahan masalah, dan pengambilan keputusan. Instrumennya yaitu melalui dialog di antara semua elemen. Penguatan pengambilan keputusan ini dilakukan berdasarkan partisipasi semua elemen tanpa dominasi elemen tertentu.

Partisipasi masyarakat dalam formulasi dan implementasi kebijakan publik merupakan inti perspektif deliberatif bukan sebatas prosedural semata. Hal utama (dan pertama) dibutuhkan adanya ruang bagi masyarakat (publik) berpartisipasi. Ruang publik ini dibutuhkan untuk mengekspresikan aspirasi/pendapat publik yang otonom dan bebas sehingga tercipta wahana diskursus (menyatakan) opini-opini, aspirasi (kepentingan-kepentingan) masyarakat berfungsi secara diskursif.

Fungsi ruang publik sangat signifikan dalam formulasi dan implementasi suatu kebijakan, yakni sebagai wahana tersampaikan secara otentik opini, umpan balik (feedback) publik terhadap kebijakan pemerintah demi mencapai/menjaga

(31)

sinergitas dan keadilan sosial, terbentuk dan tersosialisasinya informasi ke khalayak umum, dan sebagai kekuatan penekan publik terhadap berbagai bentuk dominasi dan manipulasi wahana publik oleh elemen tertentu.

Diantara wahana utama yang sering dipergunakan sebagai media partisipasi adalah penyampaian aduan, masukan/saran melalui website Sleman, dengar pendapat publik (public hearing) di DPRD, pengaduan di kotak-kotak saran, dan melalui lembaga-lembaga resmi lainnya di desa seperti Badan Permusyawaratan Desa. Meskipun demikian keterlibatan masyarakat tidak sampai pada tingkatan pengambilan keputusan bersama dan kontrol oleh warga, melainkan hanya sampai pada tingkat informasi dan konsultasi.

Telah adanya kontrol dan evaluasi dari masyarakat terhadap penyelenggaraan pemerintahan daerah di Kabupaten Sleman ini menunjukkan bahwa masyarakat terlibat secara aktif tetapi perlibatan masyarakat disini hanya sebatas pada tahapan memberi masukan saran dan kritikan saja belum pada tahap kekuatan masyarakat atau degree of citizen power, oleh karena itu partisipasi masyarakat Kabupaten Sleman belum berada pada tahapan deliberation yaitu tahapan ketiga dari teori partisipasi Carson dan Karp

5. Analisis Tingkat Partisipasi Publik Deliberatif

Analisa tingkat partisipasi masyarakat berbasis website dalam perumusan kebijakan daerah, dengan tujuan untuk mengetahui derajat keterlibatan masyarakat dalam proses perumusan kebijakan daerah. Derajat keterlibatan masyarakat tersebut diukur dengan menggunakan derajat partisipasi dari Sherry R.

(32)

Arnstein yang membagi tingkatan partisipasi masyarakat ke dalam 8 tangga atau tingkatan dengan karakteristik partisipasi di setiap tangga yang berbeda.

Tingkat partisipasi publik deliberatif berbasis website dalam perumusan kebijakan daerah dapat diketahui dengan menjumlahkan skor dari tiap variabel sebagaimana diuraikan di atas, yaitu variabel tingkat kehadiran dalam rapat/pertemuan, keaktifan mengemukakan masukan/saran/usul, keterlibatan dalam menetapkan konsep rencana, dan keterlibatan memberikan persetujuan terhadap rancangan rencana. Hasil selengkapnya sebagaimana tabel 5 berikut ini.

TABEL. 5

TINGKAT PARTISIPASI PUBLIK DELIBERATIF DALAM PERUMUSAN KEBIJKAN DAERAH

NO VARIABEL JUMLAH SKOR VARIABEL KETERANGAN TINGKAT 1 Keaktifan mengemukakan masukan/saran/usul 374 Consultation

2 Keterlibatan dalam menetapakan

kebijakan 364 Consultation

3 Keterlibatan dalam memberikan persetujuan teradap rumusan kebijakan

402 Consultation

Jumlah 1140 Consultation

Sumber : Analisis 2015

Berdasarkan tabel di atas, tingkat partisipasi publik deliberative berbasis website dalam perumusan kebijakan daerah di kabupaten Sleman berada pada tingkat keempat dari delapan tangga partisipasi Arnstein yaitu berada pada tingkat

(33)

Consultation (konsultasi). Pada tingkat Consultation ini termasuk dalam derajad tokenisme/penghargaan atau Degree of Tokenism.

6. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Partisipasi Publik Deliberatif Berbasis Website

Faktor pendukung dan penghambat partisipasi publik berbasis website dalam perumusan kebijakan daerah di dinas Perizinan Kabupaten Sleman. Untuk mewujudkan pelayanan publik yang baik kepada masyarakat, tentunya terdapat faktor pendorong dan penghambat partisipasi publik berbasis website. Berikut merupakan faktor pendorong dan penghambat partisipasi publik berbasis website dalam perumusan kebijakan daerah di dinas Perizinan Kabupaten Sleman.

1. Faktor pendorong partisipasi publik deliberatif berbasis website dalam perumusan kebijakan daerah di dinas perizinan Kabupaten Sleman :

a. Kelembagaan. Berkaitan dengan keberadaan organisasi yang berwenang dan bertanggungjawab terhadap pengelolaan partisipasi publik deliberatif berbasis website dalam perumusan kebijakan di KPP Pemda Sleman. b. Kontinyunitas. Adanya keberlanjutan penerapan pengelolaan aduhan,

masukan/saran berbasis website di KPP Sleman dibuktikan dengan adanya perencanaan kedepan mengenai aplikasi berbasis android yang dapat dimanfaatkan masyarakat dalam berpartisipasi menyampaikan pertanyaan, aduhan, masukan/saran.

c. Sarana dan prasarana yang memadahi.

2. Terdapatnya beberapa pegawai yang berkompeten dalam menjalankan teknologi dan berkomitmen tinggi untuk memperbaiki sistem yang ada.

(34)

2. Partisipasi publik deliberatif berbasis website dalam perumusan kebijakan daerah di KPP Kabupaten Sleman juga mengahadapi berbagai kendala yang menjadi faktor penghambat di dalam terselenggaranya pemerintahan berbasis website di Kabupaten Sleman. Faktor-faktor penghambat tersebut antara lain : a. Hambatan Penyelesaian aduhan masyarakat karena data aduan tidak akurat, subyek aduan diluar kewenangan Kabupaten Sleman dan adanya muatan politik / kepentingan pada materi (obyek aduan )

b. Keterbatasan sumber daya manusia dalam mengelola pertanyaan, aduhan, dan masukan/saran di KPP kabupaten Sleman, Jumlah pegawai yang ada di BPMPPT kabupaten Sleman berjumlah 21 orang, sedangkan yang bertugas untuk mengurusi pelayanan informasi dan aduhan di KPP Sleman hanya berjumlah 5 orang.

c. Terjadinya masalah teknis seperti mati listrik dan juga jaringan internet yang kadang tidak tersambung atau tidak stabil.

d. Human error yang terjadi, baik pada saat menginput pertanyaan, aduan, saran atau masukan sehingga data kadang salah dan juga kadang salah dalam pendistribusian ke setiap SKPD yang ada di Pemkab Sleman. F. Kesimpulan dan Saran

Keterbatasan Penelitian, keterbatasan peniliti dalam menentukan dan memilih responden beserta besar jumlahnya responden untuk mengukur tingkat partisipasi masyarakat dengan menggunakan teori partisipasi Arnstein

(35)

1. Kesimpulan

Dari hasil pembahasan ini dapat disimpulkan bahwa partisipasi publik di Kabupaten Sleman berjalan dengan baik dan Tahapan tingkat partisipasi publik deliberatif berbasis website menurut tipologi Carson dan Karp berada dalam tahapan Inclusion atau penyertaan sedangkan tingkat partisipasi masyarakat menurut tipologi Arnstein masuk dalam kategori Consultation (konsultasi), yang termasuk dalam derajad tokenisme/penghargaan atau Degree of Tokenism. yaitu suatu tingkat partisipasi dimana masyarakat didengar dan diperkenankan berpendapat, tetapi mereka tidak memiliki kemampuan untuk mendapatkan jaminan bahwa pandangan mereka akan dipertimbangkan oleh pemegang keputusan.

Faktor pendorong dan penghambat partisipasi publik berbasis website dalam perumusan kebijakan daerah di dinas Perizinan Kabupaten Sleman. Yaitu adanya kelembagaan, kontinyunitas, sarana dan prasarana yang memadahi, Jaringan internet yang baik dan jarang sekali mengalami gangguan, pegawai yang berkompeten dalam menjalankan teknologi dan berkomitmen tinggi untuk memperbaiki sistem yang ada. Faktor penghambat yaitu hambatan penyelesaian aduan masyarakat karena data aduan tidak akurat, subyek aduan diluar kewenangan Kabupaten Sleman dan adanya muatan politik atau kepentingan pada materi (obyek aduan ). Keterbatasan sumber daya manusia di KPP Sleman. Terjadinya masalah teknis seperti mati listrik dan juga jaringan internet yang kadang tidak tersambung atau tidak stabil. Human error yang terjadi, baik pada saat menginput pertanyaan, aduhan, saran atau masukan.

(36)

2 Saran

Berdasarkan hasil kesimpulan tersebut di atas, maka peneliti menyarankan beberapa hal sebagai berikut:

a. Diperlukan pengelolaan pertanyaan, aduhan, saran/masukan secara maksimal agar tujuan yang ditetapkan sebelumnya menjadi tolak ukur keberhasilan dalam partisipasi publik deliberatif berbasis website dalam perumusan kebijakan daerah di Pemkab Sleman.

b. Diperlukan peningkatan SDM, kelengkapan imfrastruktur dan pelatihan pegawai yang kompeten dalam pengelolaan pertanyaan, aduhan, saran/masukan masyrakat berbasis website.

c. Untuk itu di masa mendatang pemerintah berkewajiban meningkatkan fasilitas agar dapat mencapai derajad kekuatan masyarakat (Degree of Citizen Power).

(37)

DAFTAR PUSTAKA Buku-Buku

Arikunto, Suharsini, Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik, Jakarta: Pt. Rineka Cipta, 2006.

Arnstein, Sherry, R., Eight rungson the ladder of citizen participation” in Edgar S. Cahn and Barry A. Passet, Citizen participation : Effecting Community change. New York : Praeger Publishers, 1971.

Anwar, M. Khoirul. Aplikasi Sistem Informasi Manajemen Bagi Pemerintahan Di Era Otonomi Daerah, SIMDA. Yogyakarta: Pustaka Pelajar Demokrasi Lokal Yayasan Harkat Bangsa, 2004.

Andi, Promosi Efektif dengan Web. Yogyakarta: Wahana Komputer, 2003.

Bovaird, T & Loffler, E (ed.). Public Management and Governance. London: Routledge, 2003.

Carson, L & Hartz-Karp, J (2005) Adapting and Combining Deliberative Designs. Dalam: Gastil,J & Levine, P (eds) (2005) The Deliberative Democracy Handbook: Strategies for Effective Civic Engagement in the 21st Century. San Francisco: Jossey-Bass. 120-138.

Habermas, J. The Theory of Communicative Action. London, Beacon Press, 1981. Habermas, J. Ruang Publik: Sebuah Kajian tentang Kategori Masyarakat

Borjuis(terjemahan: Yudi Santosa). Yogyakarta: Kreasi Wacana, cetakan ke dua, 2008.

Hetifah Sj Sumarto, Inovasi, Partisipasi dan Good Governance, Jakarta : Yayasan Obor Indonesia. 2003.

Indrajit, Rhicardus Eko, Electronic Government; Strategi Pembangunandan Pengembangan Sistem Pelayanan Publik Berbasis Teknologi Digital,Yogyakarta: Penerbit Andi, 2002.

Indrajit, RichardusEko, Electronic Government Strategi Pembangunan dan Pengembangan SistemPelayanan Publik Berbasis Teknologi Digital. Yogyakarta: Andi. 2004.

Marzuki. Metodologi Riset. Yogyakarta: BPFE-UII, 2002.

Narbuko, C dan Abu Achmadi. Metodologi Penelitian. Jakarta: Bumi Aksara, 2003.

(38)

Raharjo, Budi, Memahami teknologi Informasi, Jakarta: Universitas Terbuka, 2001Saleh, A. Muwafik . Public Service : Communication. Malang : UMM press, 2010.

Rahmawati, Dian Eka, Diktat Metode Penelitian Sosial, Ilmu Pemerintahan FISIPOL UMY, Yogyakarta, 2010.

Sulistyo–Basuki. Dasar-dasar Teknologi Informasi, Jakarta: Universitas Terbuka, 2013.

Sad Dian Utomo, “Partisipasi Masyarakat dalam Pembuatan Kebijakan”, dalam Indra J. Piliang, Dendi Ramdani, dan Agung Pribadi, Otonomi Daerah: Evaluasi dan Proyeksi, Jakarta : Penerbit Divisi Kajian, 2003.

Sutoro Eko, Reformasi politik dan Pemberdayaan Masyarakat, Yogyakarta, APMD Press, 2004.

Sutoro Eko,“Opini Publik, Partisipasi dan Demokrasi Deliberatif”. Dalam Komunikasi Pemberdayaan, Yuli Setyowati (editor). Jogyakarta: APMD Press, 2005.

Sugiyono, Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif, Bandung: Alfabeta, 2008. Soehartono, Irawan, Metode Penelitian Sosial, Jakarta : PT Remaja Rosda Karya,

2002.

Sutanta, E. Sistem Basis Data: Yogyakarta : GrahaIlmu, 2004.

Tjiptono, Fandy. Service Management: Mawujudkan Layanan Prima. Yogyakarta: Andi Offset. 2008.

Jurnal dan Artikel

Chadwick, A. and C. May, „Interaction Between States and Citizens in the Age of the Internet: “E-government‟‟in the United States, Britain and the European Union‟,Governance: International Journal of Policy, Administration and Institutions, Vol. 16, No. 2, pp. 271–300. 2003.

Dalibor Stanimirovic and Mirko Vintar, A Critical Insight into the Evaluation of e- government Policies: Reflections on the Concept of Public Interest, International Journal on Advances in Life Sciences, vol 5 no 1 & 2,year 2013.

De Cindio, Fiorella, Ann Machintosh, Cristian Peraboni (Eds.), Online Deliberation, Fourth International Conference, OD2010 Leeds, UK, 30 June – 2 July, 2010 Proceedings.

(39)

Erick S. Holle, Pelayanan Publik Melalui Electronic Government: Upaya Meminimalisir Praktek Maladministrasi Dalam Meningkatan Public Service, Jurnal Sasi Vol.17 No.3 Bulan Juli-September 2011.

Forester, J. Designing: Making Sense Together in Practical Conversations. Journal of Architectural Education (1984-), 38, (3), pp. 14-20, 1984.

Hardiman, FB (2004) Demokrasi deliberatif: model untuk Indonesia pasca-Soeharto? Majalah Basis Nomor 11-12, Tahun ke 53, November-Desember 2004: 14 – 31.

Hikmawati, Partisipasi Masyarakat Dalam Perumusan Kebijakan Daerah, Jurnal Politik Profetik Volume 1 Nomor 1 Tahun 2013.

Hasibuan, Zainal A. dan Santoso, HarryB. Standardisasi Aplikasi E-government untuk Instansi Pemerintah, Prosiding Konferensi Nasional Teknologi Informasi dan Komunikasi Indonesia ITB, 3-4 Mei 2005

Haryono, T., dan Widiwardono, Y. K, Current status and issues of e-Government in Indonesia. 2004.

Janja Nograsek dan Mirko Vintar, Technology as the Key Driver of Organizational Transformation in the E-government Period: Towards a New Formal Framework, Electronic Journal of e-Government Volume 11, 2004.

Kumorotomo, Wahyudi. Pengembangan E-Government Untuk Peningkatan Transparansi Pelayanan Publik (Studi Kasus Upik Di Pemkot Jogjakarta Dan E-Procurement Di Pemkot Surabaya). Universitas Gadjah Mada. 2008.

Munadi Muhammad, Community Participation In The Public Policy Making In Education Sector In Surakarta Municipality, Jurnal Penelitian dan Evaluasi Pendidikan, Nomor 2, Tahun XII, 2008.

Misra, Dinesh Chandra, Defining e-government: a citizen-centric criteriabased approach 2011. 2006.

Rustan, Partisipasi Masyarakat Dalam Melakukan Kontrol Terhadap Penyelenggaraan Pemerintah Daerah, vol. 1, April 2012.

Verania Andria dan Yulia Indrawati Sari, Lampu kuning desentralisasi. Jurnal Analisis Sosial Vol. 5 No. 1 Januari 2000

(40)

Dokumen

Instruksi PresidenNomor 3 Tahun 2003 Tentang Kebijakan Dan Strategi Nasional Pengembangan Electronic Government.

Undang-undang No. 10 tahun 2004 tentang Pembentukan Peraturan Perundang- Undangan

Undang-undang No. 22 tahun 1999 Tentang Pemerintah Daerah Undang-undang No. 32 Tahun 2004 Tentang Pemerintah Daerah Undang-undang No. 23 Tahun 2104 Tentang Pemerintah Daerah WEB

(http://www.slemankab.go.id/category/prestasi). Diakses 17 April 2015.

Pemkab Sleman.2011.” Sleman Menerima Penghargaan BUDIPURA”. http://v3.slemankab.go.id/2595/sleman menerima penghargaan-budipura.slm. Diunduh pada 15 April 2015.

Kantor Pelayanan Perizinan Kabupaten Sleman, Profil Kantor Pelayanan Perizinan Kabupaten Sleman, www.perijinansleman.com, diunduh pada tanggal 3 Mei 2015 pukul 11.27 WIB.

Referensi

Dokumen terkait

Berkas terdiri dari atas RECORD dengan field Nama Atlit (Nama), Cabang Olahraga (Cabang), Golongan (Gol), jumlah atlet cabang olahraga senam putri(A), jumlah atlet cabang

Sanggahan disampaikan secara tertulis kepada Panitia Pengadaan Barang/ Jasa dilingkungan Dinas Pekerjaan Umum Kabupaten Melawi dengan Alamat : Jl. Propinsi Nanga Pinoh - Kota

[r]

[r]

Sehubungan dengan telah selesainya Evaluasi Dokumen Penawaran Kegiatan Pembangunan Jalan Alternatif Kantor Walikota - Kolam Buaya, maka dengan ini kami Panitia Pengadaan

/Lingkungan Batan Buah Desa Abiansemal Dauh Yeh Cani di Kecamatan Abiansemal, sesuai dengan Surat Keputusan Pejabat Pengadaan Untuk Jasa Konstruksi dan Konsultansi Unit

Eric Harris and Dylan Klebold were both students at Columbine High School when they bombed their school cafeteria, killed 12 students and a teacher, and injured 24 others

“Metode penelitian yang berlandaskan pada filsafat pospositivisme, digunakan untuk meneliti pada kondisi obyek yang alamiah, dimana penelitian adalah sebagai