39
HUBUNGAN JENIS PERSALINAN IBU DENGAN PEMBERIAN KOLOSTRUM DIRSIA MUTIARA HATI GADING REJO PRINGSEWU
1
Rini Wahyuni,2Siti Rohani Akbid Medica Bakti Nusantara
1
[email protected],[email protected]
ABSTRACT
The result of Indonesia's demographic and health survey (SDKI) in 2007-2008 was only 25% of Indonesian infants who received colostrum in the first hour, almost all infants were only 41.4% of colostrum or 58.6% of unborn colostrum (Provincial Health Office Lampung, 2010). Based on the results of 5-day prasurvey at RSIA Mutiara Hati in May 2014, the number of newborns who passed through cesarean delivery as many as 15 babies, infants who were given colostrum as many as 5 infants (33.33%) and infants who do not Given colostrum of 10 infants (66.67%) in May 2014 (Data RSIA Mutiara Hati Gadingrejo, 2014). The type of this research is analytical with Restrospective approach that is with variable result of mother birth type, and variable because that is colostrum value at RSIA Mutiara Hati Gading Rejo Pringsewu Regency year 2014. Measured or at the same time. Samples with accedental sampling. Data in this study used secondary data based on data on all delivery mothers and newborn babies in midwife RSIA Mutiara Hati Gading Rejo.Analisa data used bivariate analysis. From the results of research conducted by mothers suffering from caesarea sectio as much as 70 mothers (55,56%), infants given colostrum counted 41 babies (32,5%), and vaginal delivery as much (44,44%), and not colostrum As much as 19.8%, less than the sectio caesarea and there is a relationship between the type of labor with the benefits of colostrum in RSIA Mutiara Hati Gading Rejo Pringsewu District 2014 (p-value = 0.00), therefore for health can Continue to improve the knowledge of society Especially on the issue of making a pregnancy check on how to maintain health during pregnancy and increase colostrum production.
Keywords: maternity, type of labor, colostrum
ABSTRAK
Hasil survey demografi dan kesehatan Indonesia (SDKI) tahun 2007-2008 hanya 25% bayi indonesia yang mendapat colostrum dalam satu jam pertama,hampir semua bayi hanya mendapatkan kolostrum sebanyak 41,4% atau 58,6% bayi yang tidak mendapatkan colostrum (Dinkes Provinsi Lampung,2010).Berdasarkan hasil prasurvey selama 5 hari di RSIA Mutiara Hati pada bulan Mei 2014, jumlah bayi baru lahir yang melalui persalinan sectio caesarea sebanyak 15 bayi,bayi yang diberi kolostrum sebanyak 5 bayi (33,33%) dan bayi yang tidak diberikan colostrum sebanyak 10 bayi (66,67%) pada bulan Mei 2014 (Data RSIA Mutiara Hati Gadingrejo,2014). Jenis penelitian ini adalah analitik dengan pendekatan Restrospektif yaitu dengan variabel akibat yaitu jenis persalinan ibu,serta variabel sebab yaitu pemberian kolostrum di RSIA Mutiara Hati Gading Rejo Kabupaten Pringsewu tahun 2014.Diukur atau dikumpulkan sekaligus dalam waktu bersamaan.populasi dalam penelitian ini sebanyak 126 orang,pengambilan sampling dengan accedental sampling.Data dalam penelitian ini
40
menggunakan data skunder berdasarkan dokumentasi pada seluruh ibu bersalin dan bayi baru lahir diruangan kebidanan RSIA Mutiara Hati Gading Rejo.Analisa data yang digunakan analisis bivariat. Dari hasil penelitian yang dilakukan bahwa distribusi frekuensi ibu yang mengalami sectio caesarea sebanyak 70 ibu (55,56%),bayi yang diberikan kolostrum sebanyak 41 bayi (32,5%),dan persalinan secara pervaginam sebanyak (44,44%),dan tidak kolostrum sebanyak 19,8%,lebih sedikit dibandingkan dengan sectio caesarea dan ada hubungan antara jenis persalinan dengan pemberian kolostrum di RSIA Mutiara Hati Gading Rejo Kabupaten Pringsewu tahun 2014 (p-value=0,00),oleh karena itu bagi tenaga kesehatan dapat terus meningkatkanpengetahuan masyrakat khususnya mengenai pentingnya melakukan kunjungan pemeriksaan kehamilan tentang bagaimana menjaga kesehatan selama hamil dan meningkatkan produksi Asi.
Kata Kunci : ibu bersalin,jenis persalinan,kolostrum 1. PENDAHULUAN
Saat ini angka kematian ibu di Indonesia masih tetap tinggi di kawasan ASEAN. Hasil Survey Demografi dan Kesehatan Indonesia (SDKI) 2007, menunjukkan Angka Kematian Bayi (AKB) 34/1000 Kelahiran Hidup (KH), Angka Kematian Balita (AKBA) 44/1000 KH dan Angka Kematian Ibu (AKI) 228/100.000 KH. Target pencapaian sasaran di tahun 2015 yaitu AKB 23/1000 KH dan AKBA 32/1000 KH. (SDKI, 2007)
Menurut Survey Demografi dan Kesehatan Indonesia 2002-2003 di Indonesia hanya 4% bayi mendapatkan kolostrum dalam satu jam pertama,dan sebanyak 53% bayi mendapat kolostrum dihari pertama .masih banyaknya ibu yang kurang mengetahui tentang pentingnya memberikan kolostrum pada bayi baru lahir tersebut salah satunya dapat mempengaruhi pada faktor pengetahuan yang disebabkan oleh informasi yang tidak disampaikan dengan baik.Tingginya angka kematian Bayi dan rendahnya status gizi sebagai dampak kritis ekonomi yang melanda Bangsa Indonesia sejak pertengahan Tahun 1997,menunjukan bahwa perah Air Susu Ibu (ASI) sangat strategis,namun keadaan sosial yang beranekaragam menjadi tantangan peningkatan penggunaan ASI yang perlu diantisipasi (Depkes,2004)
Dinegara ASEAN ,Indonesia merupakan negara dengan kematian bayi tertinggi yaitu sekitar 56/10000 persalinan hidup atau sejumlah 280.000 orang terjadi 18-20 menit sekali ( Manuaba,2004).Pada umumnya lebih dari separuh yaitu 31,9%-54,3% bayi baru lahir masih dipuasakan (belum mulai memberi kolostrum ) sampai bayi berumur 12
41
jam,bahkan pada 50,9% golongan ibu-ibu berpenghasilan tinggi ,masih memuasakan bayinya sampai 24 jam (suradi,2005)
Komposisi kolostrum ini sedemikian rupa,sehingga memenuhi kebutuhan bayi (protein,karbohidrat,lemak,vitamin/mineral dan air)untuk usia masa 4-6 bulan.hanya sebagian kecil ibu yang tidak dapat menghasilkan kolostrum dan ini hanya meliputi 5% jumlahnya,hanya sayang sekali banyak ibu yang kurang memanfaatkan dan bahkan mengganti dengan susu formula,ini merupakan kesalahan besar yang telah dilakuakan oleh ibu-ibu ,petugas kesehatan maupun oleh penghasil susu formula buatan dan merupakan tugas kita semua untuk membetulkannya (Soedibyo 2008)
Pemberian kolostrum memberi pengaruh emosional yang luar biasa terhadap hubungan batin ibu dan anak,juga perkembembangan jiwa sianak,yang tidak kalah menarik pemebrian kolostrum diyatakan lebih menguntungkan secara ekonomis dibandingkan dengan pemberian susu formula ,tidak heran bila pemerintah kerap merancanakan program yang betujuan untuk mendukung pemberian kolostrum.penggunaan kolostrum belum seperti yang kita harapkan pada pertemuan di Innocenti,Italia 2005 ,telah disepakati agar pada tahun 2006, sudah 80% para ibu membrikan kolostrum selama 24-36 jam pertama setelah melahirkan,namun kenyataannya berdasarkan survey Demografi Kesehatan Indonesia baru 52% para ibu yang memberikan kolostrum ,dan 30% sudah mendapat kolostrum dalam 1 jam setelah lahir (Wahab,2008).
bayi harus menyusu secara teratur untuk mendapatkan kolostrum,selama 72 jam setelah kelahiran,payudara menghasikkan cairan encer dan kuning yang disebut kolostrum,cairan yang terdari dari air,protein dan mineralkolostrum mengandung antibodi yang melindungi bayi terhadap berbagai infeksi saluran pencernaan.
Berdasarkan hasil penelitian menurut Ridwa Amirudin 2010 dengan bertambahnya usia bayi terjadi penurunan pola pemberian kolostrum sebesar 1,3 kali/77,2%.Hal ini memberikan adanya hubungan antara pemebrian kolostrum dengan sosial ekonomi ibu,dimana ibu yang mempunyai sosial yang rendah,mempunyai peluang 4-5 kali untuk memberikan kolostrum dibandingkan dengan sosial yang tinggi serta lapangan pekerjaan bagi perempuan (Amirudin,2010)
Menurut ahli parenting Dr.Mirriam Stoppard (2008),selama beberapa hari pertama ,bayi harus menyusu secara teratur,untuk mendapatkan kolostrum selama 72 jam setelah kelahiran,kolostrum terdiri dari cairan encer dan kuning,cairan yang terdiri dari
42
air,protein dan mineral,dan mengandung antibodi untuk melindungi dari berbagai infeksi saluran pencernaan.
Berdasarkan hasil pra survey selama 5 hari di RSIA Mutiara Hati pada bulan Mei 2014, jumlah bayi yang baru lahir yang melalui sectio caesarea sebanyak 15 bayi, bayi yang diberi ASI adalah sebanyak 5 bayi (33,33 %) dan bayi yang tidak ASI sebanyak 10 (66,67%) dan persalinan melalui pervaginam sebanyak 20 bayi,bayi yang diberikan kolostrum 15 bayi (75%) dan bayi yang tidak diberikan kolostrum sebanyak 5 bayi (25%) pada bulan Mei 2014. dari data tersebut disimpulkan ternyata jenis persalinan pervaginam dengan persalinan post sectio caesarea lebih banayak yang tidak memberikan kolostrum terhadap bayinya dibandingkan dengan persalinan pervaginam. (Data RSIA Mutiara Hati Gadingrejo),
Berdasarkan latar belakang di atas maka penulis tertarik untuk melakukan sebuah penelitian yaitu hubungan jenis persalinan Ibu dengan pemberian kolostrum di RSIA Mutiara Hati Gadingrejo Kabupaten Pringsewu Tahun 2014.
2. METEDOLOGI
Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah analitik dengan pendekatan Cross secsional, dengan variabel sebab yaitu ibu post sectio caesarea, serta variabel akibat yaitu pemberian ASI diukur atau dikumpulkan sekaligus dalam waktu yang bersamaan. (Notoatmodjo, 2002). Populasi dalam penelitian adalah ibu post sectio
caesarea dan persalinan pervaginam yang dirawat di RSIA Mutiara Hati Kecamatan
Gadingrejo Kabupaten Pringsewu periode Januari hingga Juni Tahun 2014 sebanyak 70 orang sectio caesarea dan 56 pervaginam. Adapun yang menjadi sampel dalam penelitian ini adalah total populasi, yaitu seluruh ibu bersalin dan bayi baru lahir di ruang kebidanan RSIA Mutiara Hati Gadingrejo Kabupaten Pringsewu dari bulan Januari hingga Juli 2014. Teknik Sampel dalam penelitian ini menggunakan data sekunder yang diperoleh dengan menggunakan medical record ibu post secsio caesarea dan persalinan pervagiam dari bulan juli hingga agustus di ruang kebidanan RSIA Mutiara Hati Gadingrejo Kabupaten Pringsewu dari bulan Agustus tahun 2014.
43 3. HASIL DAN PEMBAHASAN
Tabel 1
Distribusi Frekuensi Berdasarkan Jenis Persalinan Ibu Dengan Pemberian Kolostrum di RSIA Mutiara Hati kecamatan Gading Rejo Kabupaten Pringsewu 2014
No Jenis Persalinan Frekuensi Persentase(%)
1 Pervaginam 56 44,44%
2 Sectio Caesarea 70 55,56%
Jumlah 126 100 %
Tabel 2
Distribusi Frekuensi Berdasarkan Jenis Pemberian Kolostrum di RSIA Mutiara Hati kecamatan Gading Rejo Kabupaten Pringsewu 2014
No Kolostrum Frekuensi Persentase (%)
1 Tidak Kolostrum 85 67,5
2 Kolostrum 41 32,5
jumlah 126 100
Tabel 3
Hubungan antara Jenis Persalian Ibu dengan Pemberian Kolostrum di RSIA Mutiara Hati kecamatan Gading Rejo Kabupaten Pringsewu 2014
No Kejadian Jenis Persalian
Pemberian kolostrum jumlah
p-Val OR Tidak kolostrum % Kolostrum % N % 1 Pervaginam 25 19,8 31 24,6 56 44,4 0,00 0,315 2 SC 60 47,7 10 7,9 70 55,6 Jumlah 85 67,5 41 32,5 126 100
Berdasarkan tabel diatas dapat diketahui dari 126 responden pervaginam dan tidak memberikan kolostrum terdapat 25 ibu (19,8%) dan ibu yang sectio caesarea dan tidak memberikan kolostrum terdapat 60 ibu (47,7%).Hasil uji statistik diperoleh nilai p-value
44
0,00 sehingga p<α =0,05,maka Ha diterima dan Ho ditolak,yang berarti secara statistik ada hubungan signifikan anatara jenis persalinan ibu dengan pemberian kolostrum di RSIA Mutiara Hati Kecamatan Gading Rejo Pringsewu tahun 2014.secara statistik diperoleh nilai OR =0,315 yang berarti pada ibu yang mengalami persalinan sectio caesarea 1 kali lebih besar dibangkan dengan ibu persalianan pervaginam yag tidak memberikan kolostrum.
Berdasarkan hasil penelitian tentang Hubungan Jenis Persalinan Ibu Dengan Pemberian Kolostrum di RSIA Mutiara Hati Pringsewu,berdasarkan teori dan hasil penelitian ,peneliti menyimpulkan hasil penelitian sama dengan yang diteliti oleh Helda 2011,berdasarkan teori dan hasil penelitian,peneliti menyimpulkan menyatakan permaslahan yang mengakibatkna masih rendahnya pemberian kolostrum di Indonesia pada bayi post sectio caesarea lebih sedikit dibangkan dengan ibu post pervaginam yang memberikan kolostrum pada bayinya .
4. KESIMPULAN DAN SARAN
Distribusi Frekuensi ibu yang mengalami post sectio caesarea sebanayak 70 ibu (55,56%),bayi yang diberikan kolostrum sebanyak 41 bayi(32,5%) dan bayi yang tidak diberikan kolostrum 67,5%,didpatkan hasil bahwa ada hubungan antara Jenis persalinan ibu dengan pemberian kolostrum di RSIA Mutiara Hati Gading Rejo Pringsewu tahun 2014 (p-value = 0,00 ). Diharapkan bagi petugas kesehatan dapat teus meningkatkan pengetahuan masyarakat khususnya mengenai pentingnya melakukan kunjungan pemeriksaan selama ini,selain itu dapat pula memberikan penyuluhan dan memasang poster tentang bagaimana menjaga selama hamil dan pentingnya memberikan kolostrum pada bayi baru lahir. Diharapkan bagi ibu hamil dapat berkonsultasi pada tenaga kesehatan ,dan memeriksakan kehamilan sedini mungkin,segera mendatangani tenaga kesehatan jika terdapat masalah atau tanda bahaya pada kehamilan.
DAFTAR PUSTAKA
Alamsyah,Effeck,2009.Faktor resiko bayi prematur.www.ypkp.com diakses pada tanggal 23 mei 2012
45
Cunningham FG,Gant NF,Lenovo KJ,et al,In : Williams Obstetrics.21st Ed,McGraw,New York,2008.
Doengoes,M.E,.2005.Rencana Askep Pedoman untuk perencanaan dan pendokumentasian perawatan pasien.Jakarata:EGC
Mochtar R.2004.Sinopsis Obstetri,Jilid 1 Edisi 2,Jakarta:EGC Penerbit Buku Kedokteran.
Notoadmojo,soekidjo.2008.Ilmu Kesehatan Masyarakt Prinsip-Prinsip Dasar.Jakarta:Rineka Cipta
Prawirohardjo,Sarwono.2010.Ilmu Kebidanan.jakarta:Yayasan Bina Pustaka RSIA Mutiara Hati Gading Rejo,2013.Medical Record.Lampung
Sugiyono.2008.Statistik Untuk Penelitian.CV Alfa Beta Bandung
Wiknjosastro,Hanifah,2010.Ilmu Kandungan .Jakarta: yayasan Bina Pustaka
www.who.reroduktivehealth.com,diakses pada tanggal 23 mei 2014
Wiknjosastro,Hanifa,2007.Buku Panduan Praktis Pelayanan Kesehatan Maternal dan neonatal: Jakarta