• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pengembangan Sentra Industri Kerajinan Kayu di Kecamatan Kepanjenkidul Blitar (Melalui Pendekatan Pengembangan Ekonomi Lokal)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Pengembangan Sentra Industri Kerajinan Kayu di Kecamatan Kepanjenkidul Blitar (Melalui Pendekatan Pengembangan Ekonomi Lokal)"

Copied!
6
0
0

Teks penuh

(1)

JURNAL TEKNIK POMITS Vol. 1, No. 2, (2013) ISSN: 2301-9271 1

Abstrak - Kota Blitar memiliki industri kerajian kayu yang telah ada sejak tahun 1950. Industri kerajinan kayu ini telah ditetapkan sebagai produk unggulan Kota Blitar berdasarkan RTRW Kota Blitar 2010-2030. Namun pada tahun 2009 hingga 2011 kinerja sentra industri kayu mengalami penurunan yang ditandai dengan menurunnya jumlah unit industri sebanyak 88 unit industri. Adanya penurunan kinerja ini dapat didekati dengan pendekatan pengembangan ekonomi lokal (PEL) karena potensi yang dimiliki sentra industri kerajinan kayu telah sesuai dengan titik berat kebijakan PEL. Tujuan penelitian yaitu merumuskan arahan pengembangan sentra industri kerajinan kayu melalui PEL di Kecamatan Kepanjenkidul. Sasarannya adalah mengidentifikasi kinerja sentra industri kerajinan kayu, menentukan faktor yang mempengaruhi pengembangan serta merumuskan arahan pengembangan sentra industri kerajinan kayu di Kecamatan Kepanjenkidul berdasarkan pendekatan PEL. Metode analisis yang digunakan yaitu DEA (Data Envelope Analysis), IPA (Importance Perfomance Analysis) dan deskriptif kualitatif. Hasil analisis didapat kelurahan yang efisien dan yang tidak efisien di sentra industri kerajinan kayu. Setiap kelurahan memiliki satu faktor pengembangan yang sama yaitu faktor jaringan jalan serta memiliki faktor pengembangan yang spesifik untuk setiap kelurahan. Arahan pengembangan sentra industri kerajinan kayu di Kecamatan Kepanjenkidul disesuaikan dengan faktor yang mempengaruhi pengembangan di tiap kelurahan.

Kata kunci : pengembangan ekonomi lokal, sentra industri kerajinan kayu

I. PENDAHULUAN

Menghadapi permasalahan ekonomi di era pasca krisis ekonomi ini, kebijakan pengembangan wilayah perlu lebih berorientasi pada pengembangan ekonomi lokal. Pengembangan wilayah di masa yang akan dating seyogyanya merupakan suatu kerangka untuk tindakan-tindakan bagi terbentuknya suatu Pembangunan Lokal (Local Development), yang diartikan sebagai penumbuhan suatu karakter lokalitas secara sosial-ekonomi dengan lebih mandiri, berdasarkan potensi-potensi yang dimilikinya,

mencakup sumber daya alam, geografis, kelembagaan, kewiraswastaan pendidikan tinggi, asosiasi profesi maupun lainnya (Firman, 2011). [1] Hal ini harus dilakukan pada skala yang kecil (skala komunitas). Kebijakan pengembangan ekonomi lokal pada hakekatnya merupakan kebijakan pembangunan di daerah yang didasarkan pada pengembangan sektor-sektor yang menjadi prioritas unggulan yang diusahakan dalam aktivitas ekonomi masyarakat lokal (lokal competence) (Wiranto, 2004). [2]

Kota Blitar memiliki industri kerajian kayu yang telah ada sejak tahun 1950. Industri kerajinan kayu ini telah ditetapkan sebagai produk unggulan Kota Blitar berdasarkan RTRW Kota Blitar 2010-2030. [3] Sentra industri kerajinan kayu semula hanya berada di desa Santren Kelurahan Tanggung kini telah menyebar di Kelurahan Tanggung, Kelurahan Sentul, Kelurahan Bendo dan Kelurahan Ngadirejo. Sentra industri kerajinan kayu memiliki jumlah usaha sebanyak 124 unit industri (Data paguyuban pengrajin bubut kayu Kelurahan Tanggung, 2011). Saat ini sentra industri kerajinan kayu telah menyerap + 1500 pekerja. Setiap unit industri memiliki 2 – 30 pekerja. Hasil kerajinan kayu yaitu yoyo, sempoa, kendang, papan catur, asbak, guci, teko, vas bunga dan lain lain. Jangkauan area penjualan kerajinan kayu mencakup skala lokal, regional dan internasional. Untuk meningkatkan keuntungan para pengrajin tersebut telah dibentuk Paguyuban Pengrajin Bubut Kayu Kelurahan Tanggung (P2BKKT). Lembaga ini berfungsi sebagai lembaga yang mengkoordinasikan kegiatan industri kerajinan kayu.

Sejak tahun 2009 hingga 2011 kinerja sentra industri kayu mengalami penurunan. Penurunan kinerja sentra industri kayu ditunjukkan penurunan unit industri yang semula pada tahun 2008 sebanyak 232 unit, menjadi 212 unit di tahun 2009. Bahkan di tahun 2011 jumlah unit industri tersisia 124 unit (Data paguyuban pengrajin bubut kayu Kelurahan Tanggung, 2011). Penurunan kinerja sentra industri kerajinan kayu berdampak pada banyaknya pengangguran di usia produktif dan meningkatkan jumlah penduduk miskin di wilayah studi. Data peningkatan jumlah penduduk miskin di wilayah studi sejak tahun 2009 dan

Pengembangan Sentra Industri Kerajinan Kayu di

Kecamatan Kepanjenkidul – Blitar (Melalui Pendekatan

Pengembangan Ekonomi Lokal)

Windy Widya Dwiriyanti, Eko Budi Santoso Program Studi Perencanaan Wilayah dan Kota

Fakultas Teknik Sipil dan Perencanaan, Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS)

Jl. Arief Rahman Hakim, Surabaya 60111

(2)

JURNAL TEKNIK POMITS Vol. 1, No. 2, (2013) ISSN: 2301-9271 2 2010 yaitu tahun 2008 sebanyak 2134 jiwa, hingga tahun

2010 sebanyak 2573 jiwa (Pendataan Sosial Ekonomi 2008, 2009, 2010). [4] Indikasi yang melatarbelakangi menurunnya kinerja sentra industri kerajinan kayu yaitu kurangnya aksesibilitas di wilayah studi serta adanya kebijakan pemerintah yang belum merata. Fenomena penurunan kinerja sentra industri kerajinan kayu berdampak terhadap timbulnya masalah baru di wilayah studi, sehingga diperlukan suatu solusi yaitu dengan pendekatan pengembangan ekonomi lokal (PEL). Melalui pengembangan kawasan dengan pendekatan pengembangan ekonomi lokal dapat mendorong, merangsang, memelihara, aktivitas usaha untuk menciptakan lapangan pekerjaan (Blakely, 2002). [5] Diharapkan melalui upaya tersebut dapat mengurangi jumlah pengangguran dan mengurangi jumlah kemiskinan di wilayah studi sehingga diperlukan merumuskan arahan pengembangan sentra industri kerajinan kayu melalui pendekatan pengembangan ekonomi lokal di Kecamatan Kepanjenkidul. Untuk mencapai tujuan tersebut, maka sasaran yang dilakukan yaitu mengidentifikasi kinerja sentra industri kerajinan kayu, menentukan faktor yang mempengaruhi pengembangan sentra industri kerajinan kayu serta merumuskan arahan pengembangan sentra industri kerajinan kayu di Kecamatan Kepanjenkidul berdasarkan pendekatan PEL.

II. METODE PENELITIAN

Metode penelitian dalam penelitian ini dijelaskan menurut sasaran penelitian, yaitu sebagai berikut :

A. Analisis Kinerja Sentra Industri Kerajinan Kayu Menggunakan alat analisis Data Envelope Analysis (DEA) yaitu sebuah metode untuk mengukur efisiensi relatif dari kelompok unit operasi (Decision Making Unit) dari nilai-nilai variabel tidak diketahui (Emrouznejad, et al. 2008). Input yang digunakan yaitu komponen produksi, jumlah tenaga kerja, bahan baku sedangkan outputnya yaitu hasil penjualan.

B. Analisis Faktor yang Mempengaruhi Pengembangan Sentra Industri Kerajinan Kayu

B.1 Pembobotan Menggunakan Skala Likert

Skala Likert digunakan untuk mengukur tingkat kepentingan dan tingkat kinerja. Input yang digunakan yaitu pendidikan informal, pendidikan formal, pengalaman kerja, bahan baku, pelayanan jaringan jalan, pelayanan jaringan listrik, pelayanan jaringan air bersih, pengolahan limbah, jejaring, peran pemerintah, peran swasta dan peran pengrajin. Dipilih pemilik industri kerajinan sebagai respoden karena pemilik industri kerajinan lebih fokus dalam mengembangkan industrinya. Analisis bobot menggunakan pembobotan angka 1-5, nilai 1 dibobotkan

untuk jawaban yang paling baik/penting, sedangkan nilai 5 dibobotkan untuk menjawab yang paling baik/penting. B.2 Perhitungan Importance Performance Analysis (IPA)

Importance Performance Analysis (IPA) adalah bentuk analisis dua dimensi sederhana yang akan menjelaskan hubungan antara tingkat kinerja (performance) dengan tingkat kepentingan (importance), (Martilla, James, 1997). Nilai dalam IPA diperoleh dari Skala Likert.

Tabel 1

Matrik Kriteria Tingkat Kepentingan-Tingkat Kinerja Kinerja Rendah Tinggi

Kepentingan Tinggi II I

rendah III IV

Sumber: Kotler (1993:85)

Jika dikombinasikan antara kriteria tingkat kepentingan dan tingkat kinerja, dihasilkan empat skenario perlakuan sebagai berikut:

• Kuadran I Concentrate Here, artinya responden beranggapan bahwa variabel memiliki prioritas tinggi, tetapi mereka kurang puas dengan performa variabel tersebut.

• Kuadran II Keep Up The Good Work, artinya responden beranggapan bahwa variabel memiliki prioritas tinggi dan mereka puas dengan performa variabel tersebut. • Kuadran III Low Priority, artinya responden

beranggapan bahwa variabel memiliki prioritas rendah dan mereka kurang puas dengan performa variabel tersebut.

• Kuadran IV Possible Overkill, artinya responden beranggapan bahwa variabel memiliki prioritas rendah tetapi menurut mereka performa variabel tersebut sangat baik.

C. Perumusan Arahan Pengembangan Sentra Industri Kerajinan Kayu di Kecamatan Kepanjenkidul Berdasarkan Pendekatan Pengembangan Ekonomi Lokal

Untuk perumusan arahan pengembangan sentra industri kerajinan kayu dengan menggunakan analisis deskriptif kualitatif. Dengan analisis deskriptif kualitatif akan diperoleh arahan pengembangan yang sesuai disetiap kelurahan.

III. HASIL DAN DISKUSI

Hasil dan diskusi dalam penelitian ini dijelaskan menurut sasaran penelitian, yaitu sebagai berikut :

A. Analisis Kinerja Sentra Industri Kerajinan Kayu Analisis kinerja sentra industri kerajinan kayu adalah untuk melihat seberapa efisien industri yang ada di tiap kelurahan tersebut beroprasi. Efisiensi industri di tiap

(3)

JURNAL TEKNIK POMITS Vol. 1, No. 2, (2013) ISSN: 2301-9271 3 kelurahan dapat dilihat dengan banyaknya orang yang

terlibat dalam industri dalam satu kelurahan, biaya yang digunakan untuk produksi, biaya untuk memperoleh bahan baku serta hasil penjualan yang didapat dalam satu bulan.

Tabel 2 Hasil Analisis DEA

No Kelurahan Efisien Nilai efisiensi

1 Sentul - 85.7%

2 Bendo  117.6%

3 Ngadirejo  158.5%

4 Tanggung  180.5%

Dilihat dari persentase efisiensi kelurahan, efisiensi tertinggi yaitu yaitu di Kelurahan Tanggung lalu dengan urutan efisiensi persentase tertinggi selanjutnya Kelurahan Ngadirejo, Kelurahan Bendo dan Kelurahan Sentul di urutan terakhir yang tidak efisien. Kelurahan Tanggung memiliki efisiensi yang tinggi karena orang yang terlibat dalam industri kerajinan tersebut banyak yaitu sebesar 1554 jiwa. Semakin banyak orang yang terlibat maka kinerjanya akan semakin efisien.

Dalam analisis selanjutnya Kelurahan Bendo tidak dibahas karena Kelurahan Bendo hanya memiliki satu unit industri kerajinan kayu. Fakta ini memiliki pengertian yang berbeda dengan definisi sentra industri yaitu kumpulan dari satu jenis industri yang memiliki karakteristik sama.

B. Analisis Faktor yang Mempengaruhi Pengembangan Sentra Industri Kerajinan Kayu

B.1 Uji Validitas dan Realibilitas

Hasil uji validitas dan realibilitas tingkat kepentingan dan kinerja menunjukkan Kelurahan Sentul, Kelurahan Ngadirejo dan Kelurahan Tanggung memiliki nilai tingkat kepentingan dan kinerja yang valid dan reliabel.

B.2 Importance-Performance Analysis (IPA)

Untuk melihat faktor mana yang mempengaruhi pengembangan sentra industri kerajinan kayu dapat dilihat dalam matriks importance performance analysis.

a. Kelurahan Sentul

Gambar 1 Matriks Importance Performance Analysis di Kelurahan Sentul

Keterangan :

1. faktor pendidikan informal pengrajin 2. faktor pendidikan formal pengrajin 3. faktor pengalaman kerja pengrajin 4. faktor ketersediaan bahan baku

5. faktor pelayanan jaringan jalan industri kerajinan kayu 6. faktor pelayanan jaringan listrik industri kerajinan kayu 7. faktor pelayanan jaringan air bersih industri kerajinan

kayu

8. faktor pengolahan limbah industri kerajinan kayu 9. faktor jaringan kerjasama antar industri kerajinan kayu 10. faktor peranan pemerintah yang menunjang

pengembangan industri kerajinan kayu 11. faktor lembaga yang menaungi pengrajin 12. faktor peran aktif pengrajin dalam pengembangan

industri kerajinan kayu

Prioritas pengembangan sentra industri kerajinan kayu di Kelurahan Sentul dengan menggunakan kriteria kinerja rendah namun memiliki kepentingan tinggi, sehingga penulis membatasi penelitian pada kuadran I. Kuadran I (Concentrate here) mencakup faktor :

• Faktor pelayanan jaringan jalan industri kerajinan kayu Pada sentra industri kerajinan kayu di Kelurahan Sentul berada di jalan lingkungan, dimensi jalan yang kecil kurang membantu dalam mobilisasi dan dalam menarik pembeli untuk datang, hal ini dikarenakan lokasi sentra indutri kerajinan kayu yang berada menyebar di permukiman warga

• Faktor jaringan kerjasama antar industri kerajinan kayu Jaringan antar sesama industri kerajinan kayu di Kelurahan Sentul masih bekerja sendiri. Karena tidak adanya kerjasama antar industri kerajinan kayu di kelurahan ini maka terjadinya persaingan dalam mendapatkan pasar.

• Faktor peranan pemerintah yang menunjang pengembangan industri kerajinan kayu

Pengrajin di kelurahan Sentul belum mendapat bantuan dari pemerintah, baik bantuan modal, bantuan alat, pelatihan maupun pemasaran. Fokus pengembangan sentra industri kayu di Kecamatan Kepanjenikidul dari pemerintah hanya terfokus pada Kelurahan Tanggung. • Faktor lembaga yang menaungi pengrajin

Peran swasta dalam hal ini lembaga P2BKKT yang belum mengayomi sebagian besar pengrajin di kelurahan Sentul namun pengrajin di Kelurahan Sentul tidak semua terdaftar sebagai anggota.

(4)

JURNAL TEKNIK POMITS Vol. 1, No. 2, (2013) ISSN: 2301-9271 4

Gambar 2 Matriks Importance Performance Analysis di Kelurahan Ngadirejo

Keterangan :

1. faktor pendidikan informal pengrajin 2. faktor pendidikan formal pengrajin 3. faktor pengalaman kerja pengrajin 4. faktor ketersediaan bahan baku

5. faktor pelayanan jaringan jalan industri kerajinan kayu 6. faktor pelayanan jaringan listrik industri kerajinan kayu 7. faktor pelayanan jaringan air bersih industri kerajinan

kayu

8. faktor pengolahan limbah industri kerajinan kayu 9. faktor jaringan kerjasama antar industri kerajinan kayu 10. faktor peranan pemerintah yang menunjang

pengembangan industri kerajinan kayu 11. faktor lembaga yang menaungi pengrajin 12. faktor peran aktif pengrajin dalam pengembangan

industri kerajinan kayu

Prioritas pengembangan sentra industri kerajinan kayu di Kelurahan Ngadirejo dengan menggunakan kriteria kinerja rendah namun memiliki kepentingan tinggi, sehingga penulis membatasi penelitian pada kuadran I. Kuadran I (Concentrate here) mencakup faktor :

• Faktor pelayanan jaringan jalan industri kerajinan kayu Pada sentra industri kerajinan kayu di Kelurahan Ngadirejo berada di jalan dengan jenis jalan lingkungan, dimensi jalan yang kecil kurang membantu dalam mobilisasi dan dalam menarik pembeli untuk datang, hal ini dikarenakan lokasi sentra indutri kerajinan kayu yang berada mengelompok di permukiman warga.

• Faktor lembaga yang menaungi pengrajin

Pengrajin di kelurahan Ngadirejo belum pernah mendapat bantuan dari pemerintah, baik bantuan modal, pelatihan maupun pemasaran. Fokus pengembangan sentra industri kayu hanya terfokus pada Kelurahan Tanggung.

• Faktor peranan pemerintah yang menunjang pengembangan industri kerajinan kayu

Peran swasta dalam hal ini lembaga P2BKKT yang belum mengayomi sebagian besar pengrajin di Kelurahan Ngadirejo namun pengrajin di Kelurahan Ngadirejo tidak semua terdaftar sebagai anggota. c. Kelurahan Tanggung

Gambar 3 Matriks Importance Performance Analysis di Kelurahan Tanggung

Keterangan :

1. faktor pendidikan informal pengrajin 2. faktor pendidikan formal pengrajin 3. faktor pengalaman kerja pengrajin 4. faktor ketersediaan bahan baku

5. faktor pelayanan jaringan jalan industri kerajinan kayu 6. faktor pelayanan jaringan listrik industri kerajinan kayu 7. faktor pelayanan jaringan air bersih industri kerajinan

kayu

8. faktor pengolahan limbah industri kerajinan kayu 9. faktor jaringan kerjasama antar industri kerajinan kayu 10. faktor peranan pemerintah yang menunjang

pengembangan industri kerajinan kayu 11. faktor lembaga yang menaungi pengrajin 12. faktor peran aktif pengrajin dalam pengembangan

industri kerajinan kayu

Prioritas pengembangan sentra industri kerajinan kayu di Kelurahan Tanggung dengan menggunakan kriteria kinerja rendah namun memiliki kepentingan tinggi, sehingga penulis membatasi penelitian pada kuadran I. Kuadran I (Concentrate here) mencakup faktor :

• Faktor ketersediaan bahan baku

Bahan baku utama untuk proses produksi industri kerajian kayu yaitu kayu mahoni. Kebutuhan akan kayu mahoni sangat tinggi di Kelurahan Tanggung karena jumlah pengrajin di kelurahan ini yang paling besar sehingga kebutuhan akan kayu mahoni juga besar. Karena kebutuhan yang besar ini, bahan baku kayu

(5)

JURNAL TEKNIK POMITS Vol. 1, No. 2, (2013) ISSN: 2301-9271 5 mahoni terus menurun, pengrajin beberapa kali

kesulitan dalam mendapatkannya.

• Faktor pelayanan jaringan jalan industri kerajinan kayu Pada sentra industri kerajinan kayu di Kelurahan Tanggung berada di kelas jalan lokal sekunder dan lingkungan namun sebagian besar tersebar di jalan lingkungan. Jaringan jalan kurang memadai, dimensi jalan yang kecil kurang membantu dalam mobilisasi, hal ini dikarenakan lokasi sentra indutri kerajinan kayu yang menyebar di permukiman warga.

• Faktor jaringan kerjasama antar industri kerajinan kayu Jaringan antar industri kerajinan kayu di Kelurahan Tanggung belum menyeluruh, hanya beberapa industri saja yang telah saling bekerja sama.

• Faktor peran aktif pengrajin dalam pengembangan industri kerajinan kayu.

Pada wilayah studi hanya beberapa pengrajin yang telah berperan aktif dalam pengembangan industrinya, sebagian besar pengrajin lain masih mengandalkan pemerintah.

C. Perumusan Arahan Pengembangan Sentra Industri Kerajinan Kayu Berdasarkan Pendekatan Pengembangan Ekonomi Lokal

 Kelurahan Sentul

Peningkatan kualitas infrastruktur jalan, pembentukan manajemen industri kerajinan kayu, kerjasama antar industri kerajinan kayu dengan cara pemusatan pemasaran, pendataan ulang anggota P2BKKT, pembagian peran sebagai pusat produksi, pembentukan balai pelatihan dibidang industri kerajinan kayu, pemberian bantuan alat-alat, pembuatan acara berkala untuk mengenalkan hasil kerajinan kayu.

 Kelurahan Ngadirejo

Pemberian bantuan pemodalan, ikut serta dalam pameran UKM, pembuatan acara berkala untuk mengenalkan hasil kerajinan kayu, peningkatan kualitas jaringan jalan, pembangunan perkerasan jalan dengan paving, pendataan ulang anggota P2BKKT, pembagian peran sebagai pusat produksi.  Kelurahan Tanggung

Kerja sama penanaman pohon mahoni di daerah hutan Blitar selatan, alternatif bahan baku utama lain selain kayu mahoni, peningkatan kualitas jaringan jalan, pembentukan manajemen industri kerajinan kayu, kerjasama antar industri kerajinan kayu dengan cara pemusatan pemasaran serta pemasaran ke luar Kota Blitar, pembagian peran sebagai pusat pemasaran juga produksi, pemberian informasi kepada pengrajin tentang berbagai pelatihan maupun acara di bidang industri kerajinan kayu,

pembentukkan komunitas pengrajin agar dapat saling bertukar informasi.

 Rencana Produksi dan Pemasaran

Gambar 4 Rencana Produksi dan Pemasaran Rencana produksi pemasaran di Kecamatan Kepanjenkidul yaitu dengan pemusatan pemasaran di Kelurahan Tanggung. Selain sebagai pusat pemasaran, Kelurahan Tanggung juga tetap berproduksi. Kelurahan Sentul dan Ngadirejo difokuskan sebagai lokasi produksi industri kerajinan kayu. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada peta dibawah ini.

Gambar 5 Peta Rencana Produksi dan Pemasaran IV. KESIMPULAN/RINGKASAN & REKOMENDASI IV.1Kesimpulan / ringkasan

Kinerja sentra industri kerajinan kayu di Kecamatan Kepanjenkidul yang diukur dengan efisiensi menunjukkan Kelurahan Sentul merupakan kelurahan yang tidak efisien sedangkan Kelurahan Ngadirejo, Bendo dan Tanggung merupakan kelurahan yang memiliki kinerja efisien. Dari 4 kelurahan yang diteliti untuk analisis selanjutnya, hanya dapat digunakan 3 kelurahan yaitu Kelurahan Sentul, Ngadirejo dan Tanggung. Kelurahan Bendo tidak dapat dipakai untuk analisis selanjutnya karena fakta yang ada berbeda dengan definisi sentra industri.

Sentul (produksi Ngadirejo (produksi) Tanggung (Produksi dan P ) Arah Kecamatan Kepanjenkidul

(6)

JURNAL TEKNIK POMITS Vol. 1, No. 2, (2013) ISSN: 2301-9271 6 Faktor yang mempengaruhi pengembangan sentra

industri kerajinan kayu perkelurahan yaitu di Kelurahan Sentul yaitu faktor pelayanan jaringan jalan, jaringan kerjasama antar industri kerajinan kayu, faktor lembaga dan faktor peranan pemerintah. Di Kelurahan Ngadirejo yaitu faktor pelayanan jaringan jalan, faktor lembaga dan faktor peranan pemerintah. Dan di Kelurahan Tanggung yaitu faktor ketersediaan bahan baku, faktor pelayanan jaringan jalan, faktor jaringan kerjasama antar industri kerajinan kayu dan faktor peran aktif pengrajin.

Untuk arahan pengembangan sentra industri kayu di kecamatan kepanjenkidul berdasarkan pendekatan PEL yaitu:

 Kelurahan Sentul

Peningkatan kualitas infrastruktur jalan, pembentukan manajemen industri kerajinan kayu, kerjasama antar industri kerajinan kayu dengan cara pemusatan pemasaran, pendataan ulang anggota P2BKKT, pembagian peran sebagai pusat produksi, pembentukan balai pelatihan dibidang industri kerajinan kayu, pemberian bantuan alat-alat, pembuatan acara berkala untuk mengenalkan hasil kerajinan kayu.

 Kelurahan Ngadirejo

Pemberian bantuan pemodalan, ikut serta dalam pameran UKM, pembuatan acara berkala untuk mengenalkan hasil kerajinan kayu, peningkatan kualitas jaringan jalan, pembangunan perkerasan jalan dengan paving, pendataan ulang anggota P2BKKT, pembagian peran sebagai pusat produksi.

 Kelurahan Tanggung

Kerja sama penanaman pohon mahoni di daerah hutan Blitar selatan, alternatif bahan baku utama lain selain kayu mahoni, peningkatan kualitas jaringan jalan, pembentukan manajemen industri kerajinan kayu, kerjasama antar industri kerajinan kayu dengan cara pemusatan pemasaran serta pemasaran ke luar Kota Blitar, pembagian peran sebagai pusat pemasaran juga produksi, pemberian informasi kepada pengrajin tentang berbagai pelatihan maupun acara di bidang industri kerajinan kayu, pembentukkan komunitas pengrajin agar dapat saling bertukar informasi.

 Rencana produksi pemasaran dengan pemusatan pemasaran di Kelurahan Tanggung. Selain sebagai pusat pemasaran, Kelurahan Tanggung juga tetap berproduksi. Kelurahan Sentul dan Ngadirejo difokuskan sebagai lokasi produksi industri kerajinan kayu.

IV.2Rekomendasi

Dari hasil penelitian ini, dirumuskan beberapa saran terkait diantaranya :

1. Dalam melakukan pengembangan melalui pendekatan pengembangan ekonomi lokal, hal-hal yang perlu dikaji

selain variabel yang ada adalah aspek teknologi dan kemandirian

2. Saran terhadap pemerintah Kota Blitar :

 Menfokuskan pengembangan pada satu produk unggulan di BWK II, sehingga arahan pengembangan dapat lebih fokus pada satu bidang industri

 Dalam kebijakan pemerintah terkait sentra industri kerajinan kayu berdasarkan RDTRK BWK II belum dibahas tentang kerjasama antar industri kerajinan kayu, peran pemerintah, peran swasta serta peran pengrajin sehingga penelitian ini mendorong adanya kebijakan pemerintah pada seentra industry kerajinan kayu untuk mengakomodasi tentang bentuk kerjasama antar industri kerajinan kayu seperti pelatihan, kerjasama dalam produksi dan pemasaran, dll.

 Adanya potensi di sentra kerajinan kayu yang telah sesuai dengan pendekatan PEL, sehingga potensi tersebut dapat ditingkatkan dalam hal pemanfaatan dan pengelolaan untuk mendapatkan nilai tambah yang lebih baik, dalam hal ini yaitu penyerapan tenaga kerja dan pengurangan jumlah kemiskinan.

UCAPAN TERIMA KASIH

Penulis W.W.D mengucapkan terima kasih kepada Bapak Dr. Ir. Eko Budisantoso, Lic. Rer. Reg selaku dosen pembimbing, Ibu Dian Rahmawati dan Bapak Ardy Maulidy Navastara selaku dosen PWK ITS yang memberikan masukan untuk penelitian ini. Serta instansi di lingkungan Kota Blitar yang membantu untuk mendapatkan data terkait penelitian.

DAFTAR PUSTAKA

[1] Firman, Tommy. 2011. Bunga Rampai Pembangunan Kota Indonesia Abad 21: Konsep dan Pendekatan Perkotaan di Indonesia. Bandung : Yayasan Sugijanto Soegijoko

[2] Wiranto, Tatag, dkk. 2004. “Kemitraan Bagi Pengembangan Ekonomi Lokal (KPEL). Paradigma Perencanaan Pembangunan Ekonomi Berbasis Pemerintah Solusi Alternatif Atas Program-Program Pemberdayaan Bernuansa Karitatif “. Bappenas

[3] Rencana Tata Ruang Wilayah Kota Blitar Tahun 2010 – 2030 [4] Pendataan Sosial Ekonomi 2008, 2009, 2010

[5] Blakely, Edward & Ted K. Bradshaw. 2002. Planning Local Economic Development. SAGE Publication.

Gambar

Tabel 2  Hasil Analisis DEA
Gambar 2 Matriks Importance Performance Analysis  di Kelurahan Ngadirejo
Gambar 4 Rencana Produksi dan Pemasaran  Rencana produksi pemasaran di Kecamatan  Kepanjenkidul yaitu dengan pemusatan pemasaran di  Kelurahan Tanggung

Referensi

Dokumen terkait

Tujuan Penulisan untuk menggambarkan upaya apa saja yang harus dilakukan kepala sekolah dalam meningkatkan motivasi guru dalam mengajar di sekolah.. Agar motivasi dapat

Tetapi katalis alkali ini mempunyai beberapa kelemahan, seperti terjadinya reaksi pembentukan sabun akibat bereaksinya katalis (logam alkali) dengan asam lemak bebas. Selain

Pelayanan publik pada hakekatnya pemberian pelayanan prima kepada masyarakat yang merupakan kewajiban aparatur negara sebagai abdi masyarakat.. (Keputusan Menteri Pendayagunaan

Individu yang memiliki tingkat pendidikan yang tinggi akan lebih fleksibel dalam mengelola keuangannya dan juga akan lebih bijak dalam mengambil keputusan keuangan

Kenyamanan didalam ruangan dicapai dengan pengendalian udara yang baik dari pembukaan pintu jendela, celah dinding, suhu ruangan rendah akibat dipakainya teritisan lebar

” Analisis Nilai-Nilai Pendidikan pada Novel Sang Pemimpi Karya Andrea Hirata”.. e-Journal Jurusan Pendidikan Bahasa

Induk : Ubah “tanpa induk” menjadi Bahan Ajar dan Isi Urutan ke-1, sehingga nanti sub halaman 1) Modul akan berada di bawah halaman Bahan Ajar pada nomor 1..  Untuk

Meskipun Ki Hajar Dewantara adalah seorang tokoh nasionalis, namun sebagai seorang muslim, pemikiran Ki Hajar Dewantara tidak terlepas dari nilai-nilai Islam dan