• Tidak ada hasil yang ditemukan

SOP KLINIK SANITASI.docx

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "SOP KLINIK SANITASI.docx"

Copied!
48
0
0

Teks penuh

(1)

STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR

PROGRAM : KESEHATAN LINGKUNGAN.

PUSKESMAS SUKALARANG KECAMATAN SUKALARANG PELAYANAN KLINIK SANITASI. Penanggung Jawab REZAL ADITHYA F .AMKL

TANGGAL REVISI : 08 Februari 2015 1. TUJUAN :

Sebagai Pedoman kerja bagi petugas dalam memberikan pelayanan Klinik Sanitasi di Puskesmas Limbangan

2. SASARAN :

Petugas Klinik Sanitasi dalam memberikan pelayanan Klinik Sanitasi kepada pasien penyakit berbasis lingkungan dan klien

3. URAIAN UMUM :

a. Penerimaan Pasien dari loket pendaftaran / Ruang Pengobatan.

b. Wawancara terhadap pasien (Identitas pribadi dan anggota keluarga, masalah yang sedang dihadapi/yang mau dikonsulkan, keadaan

lingkungan dan rumah tempat tinggal) c. Konseling / penyuluhan.

d. Pencatatan dan pelaporan.

4. LANGKAH-LANGKAH KEGIATAN :

a. Petugas menerima pasien dari loket pendaftaran / Ruang Pengobatan. b. Petugas melakukan wawncara terhadap passienmeliputi :

1) Identitas pribadi dan anggota keluarga.

2) Masalah yang sedang dihadapi / yang mau dikonsulkan.

3) Keadaan lingkungan tempat tinggal ( Sarana Air Bersih, Jamban Keluarga, Tempat pembuangan / pengelolaan sampah, TTU, TPM, dll ).

4) Keadaan rumah tempat tinggal ( lantai, dinding, atap, luas ruangan, pencahayaan, ventilasi )

c. Petugas bersama pasien melakukan analisa masalah yang dihadapi pasien.

d. Petugas melakukan konseling dan penyuluhan atas masalah yang dihadapi pasien.

e. Petugas memberikan alternatif pemecahan masalah dan mendiskusikannya dengan pasien alternatif mana yang bisa dikerjakan pasien yang diputuskan sendiri oleh pasien.

f. Petugas bersedia melakukan kunjungan rumah bila diperlukan pasien / masyarakat.

g. Petugas melakukan pencatatan hasil pelayanan klinik sanitasi yang telah dilakukannya.

(2)

5. SUMBER : Dinas Kesehatan Kabupaten Sukabumi 2015

Sukalarang,

Kepala UPTD Puskesmas Sukalarang

Kecamatan Sukalarang

A.Rushendar, S.P

NIP. 19590525 197811 1 003

STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR

PROGRAM : KESEHATAN LINGKUNGAN. PUSKESMAS SUKALARANG KECAMATAN SUKALARANG INSPEKSI SANITASI RUMAH SEHAT Penanggung Jawab REZAL ADITHYA F .AMKL

TANGGAL REVBISI : 08 Februari 2015

1. TUJUAN :

Sebagai Pedoman kerja bagi petugas dalam melaksanakan inspeksi sanitasi rumah sehat di Puskesmas Limbangan

2. SASARAN :

Petugas kesehatan lingkungan dalam melaksanakan inspeksi sanitasi rumah sehat terhadap masyarakat di wilayah kerja Puskesmas Limbangan 3. URAIAN UMUM :

Kriteria rumah sehat didasarkan pada pedoman teknis penilaian rumah sehat Direktorat Jenderal Pengendalian Penyakit dan Penyehatan Lingkungan Depkes RI tahun 2007. Pedoman teknis ini disusun berdasarkan Keputusan Menteri Kesehatan RI Nomor :

829/Menkes/SK/VII/1999 tentang persyaratan Kesehatan Perumahan. Sedangkan pembobotan terhadap kelompok komponen rumah, kelompok sarana sanitasi, dan kelompok perilaku didasarkan pada teori Blum, yang diinterpetasikan terhadapBobot komponen rumah (31%), Bobot sarana sanitasi (25%), Bobot Perilaku (44%)

4. LANGKAH-LANGKAH KEGIATAN :

Pemeriksaan Kelompok Komponen Rumah yang dijadikan dasar penilaian rumah sehat menggunakan Indikator komponen sebagai berikut :

1. Langit-langit

2. Dinding 3. Lantai

(3)

4. Jendela kamar tidur 5. Jendela ruang keluarga

6. Ventilasi

7. Lubang asap dapur

8. Pencahayaan 9. Kandang

10. Pemanfaatan Pekarangan

11. Kepadatan penghuni.

Indikator sarana sanitasi meliputi : 1. Sarana air bersih

2. Jamban

3. Sarana pembuangan air limbah

4. Sarana pembuangan sampah.

Perilaku penghuni rumah dinilai dengan indikator penilaian yang meliputi : 1. Kebiasaan mencuci tangan

2. Keberadaan vektor tikus

3. Keberadaan Jentik.

5. SUMBER : KEPMENKES NO. 829/Menkes/SK/VII/1999 tentang persyaratan Kesehatan Perumahan

Sukalarang,

Kepala UPTD Puskesmas Sukalarang

Kecamatan Sukalarang

A.Rushendar, S.P

(4)

STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR

PROGRAM : KESEHATAN LINGKUNGAN.

PUSKESMAS Sukalarang KECAMATAN

Sukalarang

INSPEKSI SARANA AIR BERSIH

REZAL ADITHYA F .AMKL

TANGGAL REVISI : 1 Februari 2015 1. TUJUAN :

Sebagai Pedoman kerja bagi petugas dalam melaksanakan inspeksi sanitasi sarana air bersih di Puskesmas Limbangan

2. SASARAN :

Petugas kesehatan lingkungan dalam melaksanakan inspeksi sanitasi sarana air bersih terhadap masyarakat di wilayah kerja Puskesmas Limbangan

3. URAIAN UMUM :

Air bersih adalah air yang digunakan untuk keperluan sehari-hari yang kualitasnya memenuhi syarat kesehatan dan dapat diminum apabila telah dimasak. Air minum adalah air yang kualitasnya memenuhi syarat kesehatan dan dapat

(5)

Syarat-syarat Kualitas Air Bersih diantaranya adalah sebagai berikut : a.Syarat Fisik : Tidak berbau, tidak berasa, dan tidak berwarna b. Syarat Kimia : Kadar Besi : maksimum yang diperbolehkan 0,3 mg/l,

Kesadahan (maks 500 mg/l)

c. Syarat Mikrobiologis : Koliform tinja/total koliform (maks 0 per 100 ml air)

Berdasarkan Peraturan Menteri Kesehatan RI Nomor 416/MENKES/ PER/IX/1990, yang dimaksud air bersih adalah air yang digunakan untuk keperluan sehari-hari yang kualitasnya memenuhi syarat kesehatan dan dapat diminum apabila telah dimasak. Kriteria bakteriologi untuk air bersih yaitu:

1. Jumlah total koliform (MPN) dalam 100 ml air yang diperiksa maksimal adalah 50 untuk air yang berasal dari bukan perpipaan.

2. Jumlah total koliform (MPN) dalam 100 ml air yang diperiksa maksimal adalah 10 untuk air yang berasal dari perpipaan.

4. LANGKAH-LANGKAH KEGIATAN :

 Checklist Inspeksi Sanitasi Sarana Air Bersih ini mencakup berbagai jenis sarana, antara lain Sumur Gali, Sumur Pompa Tangan, Perpipaan, Hidran Umum, Perlindungan Mata Air, Kran Umum, serta Perlindungan Air Hujan. 5. SUMBER : Peraturan Menteri Kesehatan RI Nomor 416/MENKES/

PER/IX/1990

STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR

PROGRAM : KESEHATAN LINGKUNGAN.

PUSKESMAS Sukalarang KECAMATAN Sukalarang INSPEKSI JAMBAN KELUARGA REZAL ADITHYA F .AMKL

TANGGAL REVBISI : 1 Februari 2015

1. TUJUAN :

Sebagai Pedoman kerja bagi petugas dalam melaksanakan inspeksi sanitasi jamban keluarga sehat di Puskesmas Limbangan

2. SASARAN :

Petugas kesehatan lingkungan dalam melaksanakan inspeksi sanitasi jamban keluarga sehat terhadap masyarakat di wilayah kerja Puskesmas Limbangan

(6)

3. URAIAN UMUM :

Sebuah jamban dikatagorikan SEHAT jika : 1. Mencegah kontaminasi ke badan air 2. Mencegah kontak antara manusia dan tinja

3. Membuat tinja tersebut tidak dapat dihinggapi serangga, serta binatang lainnya. 4. Mencegah bau yang tidak sedap

5. Konstruksi dudukannya dibuat dengan baik & aman bagi pengguna.

Secara konstruksi dalam prakteknya mempunyai banyak bentuk pilihan, tergantung jenis material penyusun maupun bentuk konstruksi jamban. Pada prinsipnya bangunan jamban dinagi menjadi 3 bagian utama, bangunan bagian atas (Rumah Jamban), bangunan bagian tengah (slab/dudukan jamban), serta bangunan bagian bawah (penampung tinja).

4. LANGKAH-LANGKAH KEGIATAN :

1. Pemeriksaan Rumah Jamban (Bangunan bagian atas)

Bangunan bagian atas bangunan jamban terdiri dari atap, rangka dan dinding. Dalam prakteknya disesuaikan dengan kondisi masyarakat setempat.

Beberapa pertimbangan pada bagian ini antara lain : - Sirkulasi udara yang cukup

- Bangunan mampu menghindarkan pengguna terlihat dari luar

- Bangunan dapat meminimalkan gangguan cuaca (baik musim panas maupun musim hujan)

- Kemudahan akses di malam hari

- Disarankan untuk menggunakan bahan lokal

- Ketersediaan fasilitas penampungan air dan tempat sabun untuk cuci tangan

2. Pemeriksaan Slab / Dudukan Jamban (Bangunan Bagian Tengah)

 Terdapat penutup pada lubang sebagi pelindung terhadap gangguan serangga atau binatang lain.

 Dudukan jamban dibuat harus mempertimbangkan faktor keamanan (menghindari licin, runtuh, atau terperosok).

 Bangunan dapat menghindarkan/melindungi dari kemungkinan timbulnya bau.  Mudah dibersihkan dan tersedia ventilasi udara yang cukup.

3.PemeriksaanPenampung Tinja (Bangunan bagian bawah)

Penampung tinja adalah lubang di bawah tanah, dapat berbentuk persegi, lingkaran, bundar atau yang lainnya. Kedalaman tergantung pada kondisi tanah dan permukaan air tanah di musim hujan. Pada tanah yang kurang stabil, penampung tinja harus dilapisi seluruhnya atau sebagian dengan bahan penguatseperti anyaman bambu, batu bata, ring beton, dan lain – lain. Pertimbangan untuk bangunan bagian bawah antara lain :

(7)

 Kepadatan penduduk (ketersediaan lahan)  Ketinggian muka air tanah

 Jenis bangunan, jarak bangunan dan kemiringan letak bangunan terhadap sumber air minum (lebih baik diatas 10 m)

 Umur pakai (kemungkinan pengurasan, kedalaman lubang/kapasitas)  Diutamakan dapat menggunakan bahan lokal

 Bangunan yang permanen dilengkapi dengan manhole

5. SUMBER : DINAS KESEHATAN KABUPATEN SUKABUMI 2015

Sukalarang,

Kepala UPTD Puskesmas Sukalarang

Kecamatan Sukalarang

A.Rushendar, S.P

(8)

KODE ETIK SANITARIAN

Sesuai dengan Keputusan Menteri Kesehatan Nomor: 373/Menkes/SK/III/2007 Tanggal : 27 Maret 2007 Tentang Standar Profesi Sanitarian, berikut merupakan Kode Etik Sanitarian/Ahli Kesehatan Lingkungan Indonesia.

A. KEWAJIBAN UMUM

1. Seorang sanitarian harus menjunjung tinggi, menghayati dan mengamalkan profesi sanitasi dengan sebaik-baiknya.

2. Seorang sanitarian harus senantiasa berupaya melaksanakan profesinya sesuai dengan standar profesi yang tertinggi.

3. Dalam melakukan pekerjaan atau praktek profesi sanitasi, seorang sanitarian tidak boleh dipengaruhi sesuatu yang mengakibatkan hilangnya kebebasan dan kemandirian profesi. 4. Seorang sanitarian harus menghindarkan diri dari perbuatan yang bersifat memuji diri

sendiri.

5. Seorang sanitarian senantiasa berhati-hati dalam menerapkan setiap penemuan teknik atau cara baru yang belum teruji kehandalannya dan hal-hal yang dapat menimbulkan keresahan masyarakat.

6. Seorang hanya memberi saran atau rekomendasi yang telah melalui suatu proses analisis secara komprehensif.

7. Seorang sanitarian dalam menjalankan profesinya, harus memberikan pelayanan yang sebaik-baiknya dengan menjunjung tinggi kesehatan dan keselamatan manusia, serta kelestarian lingkungan.

8. Seorang sanitarian harus bersikap jujur dalam berhubungan dengan klien atau masyarakat dan teman seprofesinya, dan berupaya untuk mengingatkan teman seprofesinya yang dia ketahui memiliki kekurangan dalam karakter atau kompetensi, atau yang melakukan penipuan atau kebohongan dalam Menangani masalah klien atau masyarakat.

9. Seorang sanitarian harus menghormati hak-hak klien atau masyarakat, hak-hak teman seprofesi, dan hak tenaga kesehatan lainnya, dan harus menjaga kepercayaan klien atau masyarakat.

10. Dalam melakukan pekerjaannya seorang sanitarian harus memperhatikan kepentingan masyarakat dan memperhatikan seluruh aspek kesehatan lingkungan secara menyeluruh, baik fisik, biologi maupun sosial, serta berusaha menjadi pendidik dan pengabdi

masyarakat yang sebenar-benarnya.

11. Seorang sanitarian dalam bekerja sama dengan para pejabat di bidang kesehatan dan bidang lainnya serta masyarakat, harus saling menghormati.

(9)

1. Seorang sanitarian wajib bersikap tulus ikhlas dan mempergunakan segala ilmu dan keterampilannya untuk kepentingan penyelesaian masalah klien atau masyarakat. Dalam hal ia tidak mampu melakukan suatu pemeriksaan atau penyelesaian masalah, maka ia wajib berkonsultasi, bekerjasama dan atau merujuk pekerjaan tersebut kepada sanitarian lain yang mempunyai keahlian dalam penyelesaian masalah tersebut.

2. Seorang sanitarian wajib melaksanakan profesinya secara bertanggung jawab.

3. Seorang sanitarian wajib melakukan penyelesaian masalah sanitasi secara tuntas dan keseluruhan.

4. Seorang sanitarian wajib memberikan informasi kepada kliennya atas pelayanan yang diberikannya.

5. Seorang sanitarian wajib mendapatkan perlindungan atas praktek pemberian pelayanan.

C. KEWAJIBAN SANITARIAN TERHADAP TEMAN SEPROFESI

1. Seorang sanitarian memperlakukan teman seprofesinya sebagai bagian dari penyelesaian masalah.

2. Seorang sanitarian tidak boleh saling mengambil alih pekerjaan dari teman seprofesi, kecuali dengan persetujuan, atau berdasarkan prosedur yang ada.

D. KEWAJIBAN SANITARIAN TERHADAP DIRI SENDIRI

1. Seorang sanitarian harus memperhatikan dan mempraktekan hidup bersih dan sehat supaya dapat bekerja dengan baik.

2. Seorang sanitarian harus senantiasa mengikuti perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi kesehatan lingkungan, kesehatan dan bidang-bidang lain yang terkait.

Sukalarang, Kepala

UPTD Puskesmas Sukalarang

Kecamatan Sukalarang

(10)

NIP. 19590525 197811 1 003

STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR

PROGRAM : KESEHATAN LINGKUNGAN.

PUSKESMAS sukalarang KECAMATAN sukalarang

INSPEKSI SARANA SANITASI LINGKUNGAN

KERJA DAN INDUSTRI

REZAL ADITHYA F .AMKL

TANGGAL REVBISI : 1 Februari 2015 1. TUJUAN :

Sebagai Pedoman kerja bagi petugas dalam melaksanakan inspeksi sarana sanitasi di lingkungan kerja dan industri

2. SASARAN :

Petugas kesehatan lingkungan dalam melaksanakan inspeksi sarana sanitasi di lingkungan kerja dan industri di wilayah kerja Puskesmas Limbangan

3. URAIAN UMUM :

Format Inspeksi Sanitasi Lingkungan Kerja Industi disusun berdasarkan Keputusan Menteri Kesehatan Nomor : 1405/Menkes/SK/XI/2002 Tanggal 19 Nopember 2002 tentang Kesehatan Lingkungan Kerja Industri. Parameter yang dinilai antara lain Sarana sanitasi, Udara ruangan, Pencahayaan, Kebisingan, Tingkat Radiasi, dan lain -lain.

4. LANGKAH-LANGKAH KEGIATAN :

(11)

lt/org/hari

2. Pemeriksaan Kualitas air bersih memenuhi syarat kesehatan yang meliputipersyaratan fisika, kimia, mikrobiologi dan radio aktif sesuaidengan peraturan perundang-undangan yang berlaku. 3.Distribusi air bersih menggunakan sistem perpipaan

4.Sumber air bersih dan sarana distribusinya bebas daripencemaran fisik, kimia, dan bakteriologis

5.Dilakukan pengambilan sampel air bersih pada sumber, bak penampungan dan pada kran terjauh untuk diperiksa dilaboratorium minimal 2x setahun yaitu pada musim kemarau danmusim hujan

LIMBAH

1. Limbah Padat

a.Limbah padat yang dapat dimanfaatkan kembali denganpengolahan daur ulang dan pemanfaatan sebagian (re-use,recycling, recovery)

b.Limbah B3 dikelola ke tempat pengolahan limbah B3 sesuaiperaturan perundang-undangan yang berlaku

c.Limbah radio aktif dikelola sesuai dengan ketentuan yangberlaku

2. Limbah Cair

a.Saluran limbah cair harus kedap air, tertutup, limbah cairdapat mengalir dengan lancar dan tidak menimbulkan bau

b.Semua limbah cair harus dilakukan pengolahan fisik, kimia,atau biologis sesuai kebutuhan

K3

Pembinaan Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3), serta melengkapi karyawan dengan alat pelindung diri (ear muf dan ear plug).

KEBISINGAN PENCAHAYAAN

5. SUMBER : Keputusan Menteri Kesehatan Nomor : 1405/Menkes/SK/XI/2002 19 Nopember 2002

Sukalarang,

Kepala UPTD Puskesmas Sukalarang

Kecamatan Sukalarang

A.Rushendar, S.P

(12)

STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR

PROGRAM : KESEHATAN LINGKUNGAN.

PUSKESMAS SUKALARANG KECAMATAN SUKALARANG INSPEKSI SARANA SANITASI TEMPAT PENGOLAHAN MAKANAN REZAL ADITHYA F .AMKL

TANGGAL REVBISI : 1 Februari 2015 1. TUJUAN :

Sebagai Pedoman kerja bagi petugas dalam melaksanakan inspeksi sanitasi sarana air bersih di Puskesmas Limbangan

2. SASARAN :

Petugas kesehatan lingkungan dalam melaksanakan inspeksi sanitasi sarana air bersih terhadap masyarakat di wilayah kerja Puskesmas Limbangan

3. URAIAN UMUM :

Prinsip higiene dan sanitasi makanan adalah pengendalian terhadap empat faktor penyehatan makanan yaitu faktor tempat/bangunan, peralatan, orang, dan bahan makanan. Penyehatan makanan adalah upaya untuk mengendalikan empat faktor yaitu tempat, orang, alat, dan makanan yang dapat atau mungkin dapat menimbulkan gangguan kesehatan atau keracunan makanan. Untuk mengetahui faktor tersebut dapat menimbulkan penyakit atau keracunan

(13)

makanan, perlu dilakukan analisis terhadap rangkaian kegiatan 6 (enam) prinsip higiene dan sanitasi makanan. Prinsip higiene sanitasi makanan yang diperlukan untuk mengendalikan kontaminasi makanan, antara lain pemilihan bahan baku makanan, penyimpanan bahan makanan, pengolahan makanan, pengangkutan makanan, penyimpanan makanan, serta penyajian makanan.

4. LANGKAH-LANGKAH KEGIATAN :

1. Pemeriksaan Pemilihan bahan baku makanan 2. Pemeriksaan Penyimpanan bahan makanan

3. Pemeriksaan dan pemantauan Pengolahan makanan 4. Pemeriksaan dan pemantauan Pengangkutan makanan 5. Pemeriksaan dan pemantauan Penyimpanan makanan 6. Pemeriksaan dan pemantauan Penyajian makanan

5. SUMBER : KEPMENKES NOMOR 1096/MENKES/PER/VI/2011

Sukalarang,

Kepala UPTD Puskesmas Sukalarang

Kecamatan Sukalarang

A.Rushendar, S.P

NIP. 19590525 197811 1 003

Persyaratan Kesehatan Perumahan Dan Lingkungan Pemukiman

Kesehatan perumahan dan lingkungan pemukiman adalah kondisi fisik, kimia, dan biologik di dalam rumah, di lingkungan rumah dan perumahan, sehingga memungkinkan penghuni

mendapatkan derajat kesehatan yang optimal. Persyaratan kesehatan perumahan dan lingkungan pemukinan adalah ketentuan teknis kesehatan yang wajib dipenuhi dalam rangka melindungi penghuni dan masyarakat yang bermukim di perumahan dan/atau masyarakat sekitar dari bahaya atau gangguan kesehatan.

Persyaratan kesehatan perumahan yang meliputi persyaratan lingkungan perumahan dan pemukiman serta persyaratan rumah itu sendiri, sangat diperlukan karena pembangunan

perumahan berpengaruh sangat besar terhadap peningkatan derajat kesehatan individu, keluarga dan masyarakat (Sanropie, 1992).

Persyaratan kesehatan perumahan dan lingkungan pemukiman menurut Keputusan Menteri Kesehatan (Kepmenkes) No.829/Menkes/SK/VII/1999 meliputi parameter sebagai berikut : Lokasi

 Tidak terletak pada daerah rawan bencana alam seperti bantaran sungai, aliran lahar, tanah longsor, gelombang tsunami, daerah gempa, dan sebagainya;

(14)

 Tidak terletak pada daerah bekas tempat pembuangan akhir (TPA) sampah atau bekas tambang;

 Tidak terletak pada daerah rawan kecelakaan dan daerah kebakaran seperti alur pendaratan penerbangan.

Kualitas udara

Kualitas udara ambien di lingkungan perumahan harus bebas dari gangguan gas beracun dan memenuhi syarat baku mutu lingkungan sebagai berikut :

 Gas H2S dan NH3 secara biologis tidak terdeteksi;

 g/m3 ;g maksimum 150 Debu dengan diameter kurang dari 10  Gas SO2 maksimum 0,10 ppm;

 Debu maksimum 350 mm3 /m2 per hari.  Kebisingan dan getaran

 Kebisingan dianjurkan 45 dB.A, maksimum 55 dB.A;  Tingkat getaran maksimum 10 mm/detik .

Kualitas tanah di daerah perumahan dan pemukiman a. Kandungan Timah hitam (Pb) maksimum 300 mg/kg b. Kandungan Arsenik (As) total maksimum 100 mg/kg c. Kandungan Cadmium (Cd) maksimum 20 mg/kg d. Kandungan Benzopyrene maksimum 1 mg/kg Prasarana dan sarana lingkungan

Memiliki taman bermain untuk anak, sarana rekreasi keluarga dengan konstruksi yang aman dari kecelakaan;

 Memiliki sarana drainase yang tidak menjadi tempat perindukan vektor penyakit;  Memiliki sarana jalan lingkungan dengan ketentuan konstruksi jalan tidak mengganggu

kesehatan, konstruksi trotoar tidak membahayakan pejalan kaki dan penyandang cacat, jembatan harus memiliki pagar pengaman, lampu penerangan, jalan tidak menyilaukan mata;

 Tersedia cukup air bersih sepanjang waktu dengan kualitas air yang memenuhi persyaratan kesehatan;

 Pengelolaan pembuangan tinja dan limbah rumah tangga harus memenuhi persyaratan kesehatan;

(15)

 Memiliki akses terhadap sarana pelayanan kesehatan, komunikasi, tempat kerja, tempat hiburan, tempat pendidikan, kesenian, dan lain sebagainya;

 Pengaturan instalasi listrik harus menjamin keamanan penghuninya;

 Tempat pengelolaan makanan (TPM) harus menjamin tidak terjadi kontaminasi makanan yang dapat menimbulkan keracunan.

Vektor penyakit

 Indeks lalat harus memenuhi syarat;  Indeks jentik nyamuk dibawah 5%. Penghijauan

Pepohonan untuk penghijauan lingkungan pemukiman merupakan pelindung dan juga berfungsi untuk kesejukan, keindahan dan kelestarian alam. Adapun ketentuan persyaratan kesehatan rumah tinggal menurut Kepmenkes No. 829/Menkes/SK/VII/1999 adalah sebagai berikut : Bahan bangunan

 Tidak terbuat dari bahan yang dapat melepaskan bahan yang dapat membahayakan kesehatan, an tara lain : debu total kurang dari 150 mg/m2 , asbestos kurang dari 0,5 serat/m3 per 24 jam, plumbum (Pb) kurang dari 300 mg/kg bahan;

 Tidak terbuat dari bahan yang dapat menjadi tumbuh dan berkembangnya mikroorganisme patogen.

Komponen dan penataan ruangan

 Lantai kedap air dan mudah dibersihkan;

 Dinding rumah memiliki ventilasi, di kamar mandi dan kamar cuci kedap air dan mudah dibersihkan;

 Langit-langit rumah mudah dibersihkan dan tidak rawan kecelakaan;  Bumbungan rumah 10 m dan ada penangkal petir;

 Ruang ditata sesuai dengan fungsi dan peruntukannya;  Dapur harus memiliki sarana pembuangan asap. Pencahayaan

Pencahayaan alam dan/atau buatan langsung maupun tidak langsung dapat menerangi seluruh ruangan dengan intensitas penerangan minimal 60 lux dan tidak menyilaukan mata.

Kualitas udara

 Suhu udara nyaman antara 18 – 30 o C;  Kelembaban udara 40 – 70 %;

(16)

 Gas SO2 kurang dari 0,10 ppm/24 jam;  Pertukaran udara 5 kaki 3 /menit/penghuni;  Gas CO kurang dari 100 ppm/8 jam;  Gas formaldehid kurang dari 120 mg/m3

Ventilasi : Luas lubang ventilasi alamiah yang permanen minimal 10% luas lantai.

Vektor penyakit : Tidak ada lalat, nyamuk ataupun tikus yang bersarang di dalam rumah. Penyediaan air

 Tersedia sarana penyediaan air bersih dengan kapasitas minimal 60 liter/ orang/hari;  Kualitas air harus memenuhi persyaratan kesehatan air bersih dan/atau air minum

menurut Permenkes 416 tahun 1990 dan Kepmenkes 907 tahun 2002. Pembuangan Limbah

 Limbah cair yang berasal rumah tangga tidak mencemari sumber air, tidak menimbulkan bau, dan tidak mencemari permukaan tanah;

 Limbah padat harus dikelola dengan baik agar tidak menimbulkan bau, tidak mencemari permukaan tanah dan air tanah.

Kepadatan hunian Luas kamar tidur minimal 8 m2 dan dianjurkan tidak untuk lebih dari 2 orang tidur.

Sukalarang, Kepala

UPTD Puskesmas Sukalarang

Kecamatan Sukalarang A.Rushend ar, S.P NIP. 19590525 197811 1 003

(17)

Penerapan ADKL dalam AMDAL

Analisis Dampak Kesehatan Lingkungan (ADKL).

ADKL pada dasarnya merupakan model pendekatan guna mengkaji dan atau menelaah secara mendalam untuk mengenal, memahami dan memprediksi kondisi karakteristik lingkungan yang berpotensi terhadap timbulnya resiko kesehatan, dengan mengembangkan tatalaksana terhadap sumber perubahan media lingkungan, masyarakat terpajan dan dampak kesehatan yang terjadi. Dengan demikian penerapan ADKL dapat dilakukan guna menelaah rencana usaha atau kegiatan dalam tahapan pelaksanaan maupun pengelolaan kegiatan serta melakukan penilaian guna menyusun atau mengembangkan upaya pemantauan maupun pengelolaan untuk mencegah, mengurangi, atau mengelola dampak kesehatan masyarakat akibat suatu usaha atau kegiatan pembangunan.

Proses ADKL dapat dikembangkan dalam dua hal pokok yaitu :

1.Kajian aspek kesehatan masyarakat dalam rencana usaha atau kegiatan pembangunan baik yang wajib atau tidak wajib menyusun studi AMDAL.

2.Kajian aspek kesehatan masyarakat dan atau kesehatan lingkungan dalam rangka pengelolaan kualitas lingkungan hidup yang terkait erat dengan masalah kesehatan masyarakat.

Telaah ADKL sebagai pendekatan kajian aspek kesehatan masyarakat meliputi :

1.Parameter lingkungan yang diperkirakan terkena dampak rencana pembangunan dan berpengaruh terhadap kesehatan.

2.Proses dan potensi terjadinya pemajanan

3.Potensi besarnya dampak \ risiko terjadinya penyakit (angka kesakitan dan angka kematian). 4.Karakteristik penduduk yang beresiko.

5.Sumber daya kesehatan.

6.Kondisi lingkungan yang dapat memperburuk proses penyebaran penyakit. Telaah tersebut dilakukan dengan penilaian / analisis pada :

(18)

2.Media lingkungan sebelum kontak dengan manusia ( simpul 2 ) 3.Penduduk terpajan. ( simpul 3 )

4.Potensi Dampak Kesehatan ( simpul 4 ) Penerapan ADKL dalam AMDAL

Mengacu pada Keputusan Menteri Kesehatan Nomer : 876 / Menkes / SK / VIII / 2001 tentang Pedoman Tehnis Analisis Dampak Kesehatan Lingkungan bahwa penerapan ADKL pada Rencana Usaha atau kegiatan yang wajib AMDAL, ADKL di terapkan dalam menilai dokumen yang meliputi :

1. Kerangka Acuan Analisis Dampak Lingkungan ( KA – ANDAL ). 2. Analisis Dampak Lingkungan ( ANDAL ).

3. Rencana Pengelolaan Lingkungan ( RKL ). 4. Rencana Pemantauan Lingkungan ( RPL )

A.K.A - ANDAL.

KA Andal adalah ruang lingkup studi analisis dampak lingkungan ( ANDAL ) yang merupakan hasil pelingkupan. Pelingkupan dilaksanakan oleh pemrakarsa dengan bantuan konsultan AMDAL, merupakan proses pemusatan studi pada hal–hal penting yang berkaitan dengan dampak besar dan penting.

Dalam KA - ANDAL yang di telaah adalah : 1.Ruang Lingkup studi.

a.Lingkup rencana usaha / kegiatan.

1).Diskripsi rencana usaha / kegiatan dari diskripsi rencana usaha kegiatan dapat dianalisa tentang hal – hal yang berkaitan dengan kemungkinan kegiatan yang akan menimbulkan dampak.

2).Komponen usaha / kegiatan yang berkaitan dengan dampak yang akan ditimbulkan sesuai dengan tahapan kegiatan :

a).Tahap pra konstruksi. b).Tahap konstruksi. c).Tahap Operasi.

d).Tahap Pasca Operasi. ( bila ada ) b.Lingkup Rona Lingkungan Awal.

Kondisi kesehatan lingkungan disekitar rencana usaha / kegiatan sesuai dengan batas lingkungan wilayah studi.

(19)

Dampak potensial yang diperkirakan muncul dikelompokkan berdasar-kan komponen yang di perkirakan akan terkena dampak.

d.Lingkup wilayah studi, yang menyangkut :

1).Batas Rencana Usaha / Kegiatan ( tapak proyek ). 2).Batas Ekologi.

3).Batas Sosial. 4).Batas Administrasi.

2.Metodologi.

a.Metode Pengumpulan dan analisa data pada komponen lingkungan yang diperkirakan terkena dampak.

b.Metoda prakiraan dampak besar dan penting. c.Metoda evaluasi dampak besar dan penting. B.ANALISIS DAMPAK LINGKUNGAN ( ANDAL )

ANDAL adalah telaah secara cermat dan mendalam tentang dampak besar dan penting suatu rencana usaha / kegiatan

Dalam penilaian dokumen ANDAL yang perlu dicermati adalah apakah dalam proses penyusunannya telah sesuai dengan KA - Andal yang telah disusun sebelumnya. Hal – hal yang ditelaah :

1.Identifikasi dampak Potensial yang diperkirakan akan timbul, yang meliputi : a.Yang berhubungan dengan cemaran / polutan.

1).Sumber cemaran.

2).Penyebaran bahan pencemar di media lingkungan. 3).Jalu – jalur pemajanan yang mungkin terjadi. 4).Kelompok masyarakat yang akan terpajan. b.Yang berhubungan dengan perindukan vektor :

1).Perubahan lahan yang dapat menimbulkan genangan air

2).Perubahan vegetasi yang menunjang atau menghambat berkembang biaknya vektor.

(20)

1).Kebiasaan pemanfaatan air.

2).Kebiasaan penggunaan insektisida.

3).Kebiasaan yang berhubungan dengan sanitasi. 2.Prakiraan dampak besar dan penting.

Prakiraan dampak besar dan penting hendaknya dilaporkan secara rinci dalam dokumen ANDAL dengan menyebut setiap tahapan dimana dampak itu kemungkinan terjadi. Pada umumnya dampak kesehatan akan timbul setelah periode waktu tertentu. Hal – hal yang perlu ditelaah adalah :

a.Penyebab timbulnya (sumber) dampak.

b.Prakiraan besar dampak yang dilakukan dengan cara menganalisis perbedaan kondisi/perubahan kesehatan lingkungan antara sebelum dan setelah adanya usaha/kegiatan.

c.Sifat penting dampak terhadap kesehatan lingkungan mengacu pada 6 kriteria pengukuran dampak penting.

3.Evaluasi dampak besar dan penitng.

Hal penting dalam evaluasi dampak besar dan penting adalah pengambilan keputusan berdasarkan data dan atau informasi dari hasil analisis prakiraan

dampak besar dan penting yang secara khusus dijelaskan hubungan antara rencana kegiatan, rona lingkungan awal dan kemungkinan timbulnya dampak kesehatan, baik langsung maupun tidak langsung.

Hasil telaahan evaluasi dampak besar dan penting hendaknya diuraikan secara jelas dan komprehensif dan diarahkan pada alternatif tindakan yang harus diambil untuk mencegah atau memperkecil bahkan meniadakan kemungkinan timbulnya dampak.

Evaluasi dampak bertujuan untuk mempelajari dampak yang dinilai tidak relevan, sehingga diperoleh dampak besar dan penting hipotetik, yaitu prediksi yang menggambarkan potensi besarnya dampak tersebut yang kemungkinan dapat timbul akibat perubahan lingkungan yang berasosiasi dengan masyarakat terpajan ( Population At Risk ) .

Ukuran atau nilai dari evaluasi dampak potensial didasarkan pada pertimbangan besar atau luasnya rencana usaha/kegiatan yang :

a.Dapat menimbulkan perubahan kualitas lingkungan yang memungkikan berkembang biaknya vektor penyakit.

b.Memerlukan pengerahan sumber daya manusia ( lokal / pendatang ) sehingga memungkinkan terjadinya interaksi antar penduduk dan memiliki potensi untuk menimbulkan penyakit menular.

c.Membutuhkan / mengunakan bahan toksik dan mempunyai potensi untuk menimbulkan resiko kesehatan baik akut maupun kronis.

d.Menurunkan kualitas sumber daya manusia karena daya dukung lingkungan yang tidak memadai lagi sehingga berdampak terhadap kesehatan masyarakat

(21)

C.Rencana Pengelolaan Lingkungan ( RKL ).

RKL adalah dokumen yang mengandung upaya penanganan dampak penting terhadap lingkungan hidup yang ditimbulkan

Dalam RKL yang ditelaah meliputi :. 1.Jenis dampak

2.Sumber dampak. 3.Tolok Ukur dampak. 4.Tujuan RKL.

5.Pengelolaan Lingkungan. 6.Lokasi Pengelolaan. 7.Periode pengelolaan. 8.Institusi pengelola

yang ditujukan pada setiap tahap kegiatan. D.Rencana Pemantauan Lingkungan ( RPL ).

RPL adalah dokumen yang mengandung upaya pemantauan komponen lingkungan hidup yang terkena dampak penting akibat dari rencana usaha / kegiatan

Dalam RPL yang ditelaah meliputi : 1.Jenis dampak

2.Sumber dampak.

3.Parameter yang dipantau. 4.Tujuan RPL.

5.Metoda Pemantauan. 6.Lokasi Pemantauan. 7.Frekwensi Pemantauan. 8.Institusi pemantau.

yang ditujukan pada setiap tahap kegiatan.

Dalam menerapkan ADKL dalam penilaian dokumen AMDAL selalu berpegang pada simpul ADKL yaitu prediksi dampak pada :

(22)

2.Simpul 2 : media lingkungan. 3.Simpul 3 : masyarakat terpajan. 4.Simpul 4 : dampak kesehatan.

Jenis dampak kesehatan masyarakat yang ditimbulkan sangat tergantung dari jenis dan lokasi rencana usaha / kegiatan yang akan dilaksanakan. Hasil penilaian dituangkan dalam rekomendasi yang menyatakan bahwa :

1.AMDAL diterima dengan perbaikan. 2.AMDAL perlu dikaji ulang.

UJI KOMPETENSI SANITARIAN

Uji Kompetensi adalah suatu proses untuk mengukur apakah seseorang telah memiliki kemampuan/keterampilan sesuai dengan standar yang telah ditetapkan. Pengertian Kompetensi adalah spesifikasi dari pengetahuan dan keterampilan serta penerapan dari pengetahuan dan keterampilan tersebut dalam suatu pekerjaan sesuai dengan standar kinerja yang disyaratkan. Dalam pengertian itu standar kompetensi tidak terbatas pada kemampuan menyelesaikan tugas/pekerjaan saja, namun harus dipahami tentang esensi bagaimana dan mengapa tugas itu dikerjakan.

Dalam pelaksanaannya terdapat beberapa faktor yang mendukung Standar Kompetensi, antara lain pengetahuan dan keterampilan untuk mengerjakan suatu tugas dalam kondisi normal ditempat kerja serta kemampuan mentransfer dan menerapkan kemampuan dan pengetahuan pada situasi lingkungan yang berbeda. Sedangkan cara mengembangkan standar kompetensi dilakukan antara lain dengan pendekatan Benchmark, adopt and adapt, Field research, serta pendekatan kombinasi.

Dengan bahasa lain dapat dinyatakan bahwa standar kompetensi merupakan rumusan tentang kemampuan yang dimiliki seseorang untuk melakukan suatu pekerjaan/tugas yang didasari atas pengetahuan, keterampilan, yang didukung sikap kerja dan penerapannya sesuai unjuk kerja yang dipersyaratkan. Seseorang telah dinyatakan “Berkompeten” atau telah mengusasai kompetensi nya akan ditandai dengan kemampuan untuk :

1. Mengerjakan suatu pekerjaan atau tugas.

2. Mengorganisasikannya agar pekerjaan tersebut dapat dilaksanakan.

(23)

4. Menggunakan kemampuan yang dimilikinya untuk memecahkan masalah atau melaksanakan tugas dengan kondisi yang berbeda.

Sanitarian sebagai salah satu jenis profesi dan tenaga kesehatan juga termasuk dalam kriteria peraturan wajib melakukan uji kompetensi ini. Uji kompetensi ini dimaksudkan untuk memperoleh SIK (Surat Ijin Kerja). Uji kompetensi bagi tenaga sanitarian tentu akan mengacu pada beberapa dasar hukum yang sudah ada, seperti Standard Profesi Sanitarian. Standar Profesi adalah pedoman yang dipergunakan sebagai petunjuk dalam menjalankan profesi secara baik yang ditetapkan oleh Menkes. Standard profesi sanitarian dituangkan pada Keputusan Menteri Kesehatan Nomor: 373/Menkes/SK/III/2007 Tanggal : 27 Maret 2007 Tentang Standar Profesi Sanitarian. Pada tahun 2005 standard ini sebetulnya juga telah ditetapkan oleh Himpunan Ahli Kesehatan Lingkungan Indonesia (HAKLI) dengan surat ketetapan nomor 03/MUNAS/V/2005.

Apabila mengacu pada Keputusan Menteri Kesehatan tersebut, uji kompetensi bagi Sanitarian tentu akan sangat bersinggungan dengan tugas keseharian Sanitarian. Sebagaimana kita ketahui (sesuai Kepmenkes tersebut) Sanitarian adalah Pegawai Negeri Sipil yang diberi tugas, hak, dan wewenang secara penuh oleh pejabat yang berwenang untuk melakukan kegiatan pengamatan, pengawasan, dan pemberdayaan masyarakat dalam rangka perbaikan kualitas kesehatan lingkungan untuk dapat memelihara, melindungi, dan meningkatkan cara-cara hidup bersih dan sehat.

Dengan mengacu pada batasan tersebut, untuk melakukan uji kompetensi ini, seorang sanitarian akan selalui siap dengan berbagai jenis kemampuan/kompetensi sebagai berikut :

1. Memahami Peraturan dan produk hukum yang terkait dengan profesi sanitarian.

2. Studi kelayakan (pengumpulan, pengolahan, dan analisa data).

3. Pengawasan Kesehatan Lingkungan.

4. Kemampuan melakukan diagnosa (kesehatan lingkungan)

5. Perbaikan kualitas kesehatan lingkungan.

6. Kemampuan melakukan intervensi (untuk mengatasi maslah kesehatan lingkungan) yang ditemukan pada suatu obyek

7. Kemampuan melakukan pemeriksaan (kegiatan mendatangi, mengukur, mencatat, dan melaporkan) kondisi lingkungan obyek kelompok I dan kelompok II (TTU, TPM, TP2Pestisida, Industri kecil. Limbah, Perumahan, jamban, Kolam renang, Kebisingan, dll).

(24)

8. Kemampuan mengambil sampel dan spesimen.

9. Kemampuan melakukan konsultasi kesehatan lingkungan

10. Kemampuan melakukan supervisi

11. Kemampuan melakukan analisis mengenai dampak lingkungan (AMDAL) dan Analisi Dampak Kesehatan Lingkungan (ADKL).

12. Kemampuan melakukan uji kelaikan (fisik dan laboratoris) terhadap obyek kesehatan lingkungan.

13. Kemampuan melakukan pengamatan kesehatan lingkungan.

Lampiran

Keputusan Menteri Kesehatan Nomor : 373/Menkes/SK/III/2007 Tanggal : 27 Maret 2007

STANDAR PROFESI SANITARIAN

I.PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Dalam mewujudkan masa depan yang ingin dicapai melalui pembangunan kesehatan yaitu masyarakat, bangsa, dan Negara dengan penduduknya hidup dalam lingkungan dan perilaku yang sehat, memiliki kemampuan untuk menjangkau pelayanan kesehatan yang setinggi tingginya di seluruh wilayah Republik Indonesia, serta untuk mendukung upaya pemerintah dalam mewujudkan visi pembangunan kesehatan yaitu masyarakat mandiri untuk hidup sehat, dengan misi membuat rakyat sehat, dengan berbagai strategi dan program kerjanya, diperlukan sumber daya manusia bidang kesehatan yang professional. Agar visi, misi, strategi dan program-program pembangunan dapat dilaksanakan secara optimal, maka

(25)

sesuai dengan standard an parameter yang berlaku. Untuk mencapai program-program tersebut diperlukan tenaga sanitarian/ahli kesehatan lingkungan yang professional.

Profesionalisme tenaga sanitarian/kesehatan lingkungan ditunjukkan dengan perilaku tenaga sanitarian/kesehatan lingkungan yang

memberikan pelayanan kesehatan berdasarkan standar pelayanan, mandiri, bertanggung jawab dan bertanggung gugat, serta senantiasa mengembangkan kemampuannya sesuai dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi.

Dalam era globalisasi, tuntutan mutu pelayanan kesehatan lingkungan tidak dapat dielakkan lagi.Peraturan perundang-undangan sudah mulai diarahkan kepada kesiapan seluruh profesi kesehatan dalam

menyongsong era pasar bebas tersebut. Sanitarian/ahli kesehatan lingkungan harus mampu bersaing dengan profesi sanitarian/ahli kesehatan lingkungan dari negara lain. Untuk itu diperlukan adanya standar profesi sanitarian/ahli kesehatan lingkungan sebagai pedoman standarisasi bagi profesi sanitarian/ahli kesehatan lingkungan.

Himpunan Ahli Kesehatan Lingkungan (HAKLI) telah menetapkan Standar Profesi Sanitarian/Ahli kesehatan lingkungan dengan surat ketetapan nomor 03/MUNAS/V/2005.

A Tujuan

1. Tujuan Umum

Sebagai acuan bagi para ahli kesehatan lingkungan dalam berperan aktif, terarah dan terpadu dalam pembangunan kesehatan nasional.

1 Tujuan Khusus

Sebagai pedoman bagi para ahli kesehatan lingkungan dalam melaksanakan pekerjaannya sebagai tenaga kesehatan di bidang kesehatan lingkungan sesuai dengan tugas, fungsi dan kewenangannya.

A Pengertian

1. Definisi

Standar Profesi Sanitarian adalah suatu standar bagi profesi kesehatan lingkungan dalam menjalankan tugas profesinya untuk berperan secara aktif, terarah dan terpadu dalam pembangunan kesehatan nasional.

1 Batasan dan Ruang Lingkup

Sanitarian/Ahli Kesehatan Lingkungan adalah tenaga profesional di bidang kesehatan lingkungan yang memberikan perhatian terhadap aspek kesehatan lingkungan air, udara, tanah, makanan dan vector penyakit pada kawasan perumahan, tempat-tempat umum, tempat kerja, industri, transportasi dan matra.

1 Kualifikasi Pendidikan

Kualifikasi pendidikan profesi sanitarian adalah lulusan Sekolah Pembantu Penilik Hygiene (SPPH), Akademi Kontrolir Kesehatan (AKK), Akademi Penilik Kesehatan (APK), Akademi Penilik Kesehatan Teknologi Sanitasi (APK-TS), Pendidikan Ahli Madya Kesehatan Lingkungan (PAM-KL), atau

(26)

lulusan Pendidikan Tinggi yang menyelenggarakan Pendidikan Kesehatan Lingkungan.

II.

STANDAR KOMPETENSI

A. Peran, Fungsi dan Kompetensi Yang Harus Dimiliki Oleh Sanitarian/Ahli Kesehatan Lingkungan

1. Peran Sebagai Pelaksana Kegiatan Kesehatan Lingkungan Sebagai Pelaksana Sanitarian mempunyai 4 fungsi.

a. Fungsi 1 : Menentukan komponen lingkungan yang mempengaruhi kesehatan manusia.

Kompetensi yang harus dimiliki :

1). Mampu mengidentifikasi komponen-komponen yang mempengaruhi kesehatan manusia.

2). Menggunakan alat dan bahan sesuai dengan prosedur.

b. Fungsi 2 : Melaksanakan pemeriksaan dan pengukuran komponen lingkungan secara tepat berdasarkan prosedur yang telah ditetapkan.

Kompetensi yang harus dimiliki :

1). Memilih alat dan bahan sesuai dengan kebutuhan. 2). Menggunakan alat dan bahan sesuai dengan prosedur. c. Fungsi 3 : Menginformasikan hasil pemeriksaan/pengukuran.

Kompetensi yang harus dimiliki :

1). Memahami bentuk-bentuk Penyajian hasil pemeriksaan. 2). Menyajikan hasil pemeriksaan/pengukuran.

d. Fungsi 4 : Menetapkan penyimpangan hasil pemeriksaan terhadap standar baku mutu sanitasi bersih.

Kompetensi yang harus dimiliki :

1). Memahami standar baku mutu sanitasi.

2). Mampu mempergunakan standar sanitasi lingkungan yang tepat. 3). Mampu menegakkan diagnosa lingkungan.

1 Peran sebagai pengelola kesehatan lingkungan.

Sebagai pengelola, sanitarian mempunyai 5 (lima) fungsi.

a. Fungsi 1 : Menganalisis hasil pengukuran komponen lingkungan yang mempengaruhi kesehatan lingkungan.

Kompetensi yang harus dimiliki :

1). Memahami dampak negatif akibat penyimpangan mutu lingkungan. 2). Menggunakan metoda analisis yang tepat.

b. Fungsi 2 : Menginterprestasikan hasil pengukuran komponen lingkungan yang mempengaruhi kesehatan manusia.

Kompetensi yang harus dimiliki :

1). Membandingkan hasil pengukuran dengan baku mutu lingkungan. 2). Menentukan penyimpangan parameter mutu lingkungan.

(27)

c. Fungsi 3 : Merancang dan merekayasa Penanggulangan masalah Lingkungan yang mempengaruhi kesehatan manusia.

Kompetensi yang harus dimiliki :

1). Memahami cara Penanggulangan masalah lingkungan yang mempengaruhi kesehatan manusia.

2). Memilih cara Penanggulangan yang tepat.

3). Merancang bangun upaya Penanggulangan masalah lingkungan yang berpengaruh terhadap kesehatan manusia.

d. Fungsi 4 : Mengorganisir Penanggulangan masalah kesehatan lingkungan. Kompetensi yang harus dimiliki :

1). Memahami tata laksana Penanggulangan. 2). Mampu menggunakan sumber daya yang ada. e. Fungsi 5 : Mengevaluasi hasil Penanggulangan.

Kompetensi yang harus dimiliki :

1). Menentukan kriteria kebersihan Penanggulangan. 2). Menentukan instrumen/alat evaluasi.

3). Menilai kebersihan Penanggulangan.

1 Peran Sebagai Pengajar, Pelatih dan Pemberdayaan Masyarakat.

Sebagai pengajar, pelatih dan pemberdayaan masyarakat, sanitarian mempunyai 5 (lima) fungsi.

a. Fungsi 1 : Menginventarisasi pengetahuan, sikap dan perilaku masyarakat tentang kesehatan lingkungan.

Kompetensi yang harus dimiliki :

1). Menyusun instrumen pengumpulan data pengetahuan, sikap dan perilaku tentang kesehatan lingkungan.

2). Mengumpulkan data pengetahuan, sikap dan perilaku tentang kesehatan lingkungan.

b. Fungsi 2 : Menentukan pengetahuan, sikap dan perilaku tentang kesehatan lingkungan yang perlu diintervensi.

Kompetensi yang harus dimiliki :

1). Memahami pengetahuan, sikap dan perilaku masyarakat yang sesuai kaidah kesehatan.

2). Memilih bentuk intervensi pengetahuan, sikap dan perilaku.

c. Fungsi 3 : Merencanakan bentuk intervensi perubahan pengetahuan, sikap dan perilaku tentang kesehatan lingkungan.

Kompetensi yang harus dimiliki : 1). Memahami metoda intervensi.

2). Merancang bentuk intervensi yang kuat.

d. Fungsi 4 : Melaksanakan intervensi terhadap pengetahuan, sikap dan perilaku masyarakat yang tidak sesuai dengan kaidah kesehatan.

Kompetensi yang harus dimiliki :

1). Memahami tata laksana intervensi sikap dan perilaku. 2). Menggali sumber daya di masyarakat.

(28)

3). Mengembangkan jaringan kemitraan untuk pemecahan masalah kesehatan lingkungan.

4). Menggerakkan sumber daya.

5). Memberikan alternatif pemecahan masalah. e. Fungsi 5 : Mengevaluasi hasil intervensi

Kompetensi yang harus dimiliki :

1). Menentukan kriteria keberhasilan intervensi. 2). Menentukan instrumen evaluasi.

3). Menilai keberhasilan intervensi.

1 Peran Sebagai Peneliti Kesehatan Lingkungan.

Sebagai peneliti, sanitarian mempunyai 2 (dua) fungsi.

a. Fungsi 1 : Menentukan masalah kesehatan

lingkungan.

Kompetensi yang harus dimiliki :

1). Mengumpulkan data kesehatan lingkungan. 2). Merumuskan masalah kesehatan lingkungan.

b. Fungsi 2 : Melaksanakan kegiatan penelitian

teknologi tepat.

Kompetensi yang harus dimiliki :

1). Mampu membuat usulan penelitian teknologi tepat dalam bidang kesehatan lingkungan.

2). Menggerakkan sumber daya. 3). Menyusun Laporan penelitian.

A STANDAR KOMPETENSI SANITARIAN/AHLI KESEHATAN LINGKUNGAN

Dalam menjalankan peran, fungsi dan kompetensinya, tenaga sanitarian harus memiliki kompetensi sesuai dengan standar kompetensi.

Uraianmengenai standar kompetensi sanitarian/ahli kesehatan lingkungan sesuai jenjang pendidikan Kualifikasi pendidikan profesi sanitarian adalah lulusan Sekolah Pembantu Penilik Hygiene (SPPH), Akademi Kontrolir Kesehatan (AKK), Akademi Penilik Kesehatan (APK), Akademi Penilik Kesehatan Teknologi Sanitasi (APK-TS), Pendidikan Ahli Madya Kesehatan Lingkungan (PAM-KL), atau lulusan Pendidikan Tinggi yang

menyelenggarakan Pendidikan Kesehatan Lingkungan secara lengkap ditetapkan dalam Musyawarah Nasional (MUNAS) V HAKLI tanggal 22 September 2006 dengan Ketetapan Nomor 03/MUNAS/V/2005.

(29)

DAFTAR KOMPETENSI SANITARIAN / KESEHATAN LINGKUNGAN SESUAI JENJANG PENDIDIKAN

No Unit Kompetensi Jenjang Pendidikan

Sanitarian D I D III D IV S1 1 Melakukan pemeriksaan kualitas fisik air dan limbah

cair

 Melakukan pengambilan sampel pemeriksaan kualitas fisik air dan limbah cair

 Melakukan pengiriman sampel pemeriksaan kualitas fisik air dan limbah cair

 Melakukan pemeriksaan sampel kualitas fisik air dan limbah cair

 Melakukan analisis hasil pemeriksaan kualitas fisik air dan limbah cair

v v v v v v v v v v v v v 2  Melakukan pemeriksaan kualitas kimia air dan

limbah cair

v v v v

 Melakukan pengambilan sampel kualitas kimia air dan limbah cair

 Melakukan pengiriman sampel kualitas kimia air dan limbah cair

 Melakukan pemeriksaan sampel kimia air dan limbah cair

 Melakukan analisis hasil pemeriksaan kualitas kimia air dan limbah cair

v v v v v v v v v v v v v 3 Melakukan pemeriksaan kualitas mikrobiologi air dan

limbah cair

 Melakukan pengambilan sampel mikrobiologi air dan limbah cair

 Melakukan pengiriman sampel mikrobiologi air dan limbah cair

(30)

No Unit Kompetensi Jenjang Pendidikan Sanitarian D I D III D IV S1

 Melakukan pemeriksaan sampel mikrobiologi air dan limbah cair

 Melakukan analisis hasil pemeriksaan kualitas

mikrobiologi air dan limbah cair v v

v v v v v v v 4 Melakukan pemeriksaan kualitas fisik

udara/kebising-an/getaran/ kelembaban udara/kecepatan angin & radi-asi

 Melakukan pengambilan sampel kualitas fisik uda-ra/kebisingan/getaran/

kelembaban udara/kecepatan angin & radiasi

 Melakukan pengiriman sampel kualitas fisik uda-ra/kebisingan/getaran/

kelembaban udara/kecepatan angin & radiasi

 Melakukan pemeriksaan sampel kualitas fisik uda-ra/kebisingan/getaran/

kelembaban udara/kecepatan angin & radiasi

 Melakukan analisis hasil kualitas fisik udara/kebising-an/getaran/

kelembaban udara/kecepatan angin & radiasi

v v v v v v v v v v v v v

5 Melakukan pemeriksaan kualitas kimia udara

 Melakukan pengambilan sampel pemeriksaan kualitas kimia udara

 Melakukan pengiriman sampel pemeriksaan kualitas kimia udara

 Melakukan pemeriksaan sampel kualitas kimia udara

 Melakukan analisis hasil pemeriksaan kualitas kimia udara v v v v v v v v v v v

(31)

No Unit Kompetensi Jenjang Pendidikan Sanitarian D I D III D IV S1

v v

6 Melakukan pemeriksaan kualitas mikrobiologi udara

 Melakukan pengambilan sampel kualitas mikrobiologi udara

 Melakukan pengiriman sampel pemeriksaan kualitas mikrobiologi udara

 Melakukan pemeriksaan sampel kualitas mikrobiologi udara

 Melakukan analisis hasil pemeriksaan kualitas mikrobiologi udara v v v v v v v v v v v v v 7 Melakukan pemeriksaan kualitas fisik tanah dan

limbah padat

 Melakukan pengambilan sampel pemeriksaan kualitas fisik tanah dan limbah padat

 Melakukan pengiriman sampel pemeriksaan pemeriksaan kualitas fisik tanah dan limbah padat

 Melakukan pemeriksaan sampel pemeriksaan kualitas fisik tanah dan limbah padat

 Melakukan analisis hasil pemeriksaan

pemeriksaan kualitas fisik tanah dan limbah padat v v v v v v v v v v v v v 8 Melakukan pemeriksaan kualitas kimia tanah dan

lim-bah padat

 Melakukan pengambilan sampel pemeriksaan kualitas kimia tanah dan limbah padat

(32)

No Unit Kompetensi Jenjang Pendidikan Sanitarian D I D III D IV S1 pemeriksaan kualitas kimia tanah dan limbah

padat

 Melakukan pemeriksaan sampel pemeriksaan kualitas kimia kimia tanah dan limbah padat

 Melakukan analisis hasil pemeriksaan kualitas kimia tanah dan limbah padat

v v v v v v v v v v v v v 9 Melakukan pemeriksaan kualitas mikrobiologi &

para-sitologi ttanah dan limbah padat

 Melakukan pengambilan sampel pemeriksaan kualitas mikrobiologi & parasitologi tanah dan limbah padat

 Melakukan pengiriman sampel pemeriksaan kualitas mikrobiologi & parasitologi tanah dan limbah padat

 Melakukan pemeriksaan sampel kualitas mikrobiologi & parasitologi tanah dan limbah padat kualitas kimia kimia tanah dan limbah padat

 Melakukan analisis hasil pemeriksaan kualitas mikrobi-ologi & parasitologi ttanah dan limbah padat v v v v v v v v v v v v v 10 Melakukan pemeriksaan kualitas fisik makanan dan

minuman

 Melakukan pengambilan sampel pemeriksaan kualitas fisik makanan dan minuman

 Melakukan pengiriman sampel pemeriksaan kualitas fisik makanan dan minuman

 Melakukan pemeriksaan sampel kualitas fisik makanan dan minuman

v v v v v v v v

(33)

No Unit Kompetensi Jenjang Pendidikan Sanitarian D I D III D IV S1

 Melakukan analisis hasil pemeriksaan kualitas fisik makanan dan minuman

v v

v v

v 11 Melakukan pemeriksaan kualitas kimia makanan dan

minuman

 Melakukan pengambilan sampel pemeriksaan kualitas kimia makanan dan minuman

 Melakukan pengiriman sampel pemeriksaan kualitas kimia makanan dan minuman

 Melakukan pemeriksaan sampel kualitas kimia makanan dan minuman

 Melakukan analisis hasil pemeriksaan kualitas kimia ma-kanan dan minuman

v v v v v v v v v v v v v 12 Melakukan pemeriksaan kualitas mikrobiologi dan

para-sitologi makanan dan minuman

 Melakukan pengambilan sampel pemeriksaan kualitas mikrobiologi dan parasitologi makanan dan minuman.

 Melakukan pengiriman sampel pemeriksaan kualitas mikrobiologi dan parasitologi makanan dan minuman

 Melakukan pemeriksaan sampel kualitas mikrobiologi dan parasitologi makanan dan minuman

 Melakukan analisis hasil pemeriksaan kualitas mikrobi-ologi dan para-sitologi makanan dan minuman v v v v v v v v v v v v v

(34)

No Unit Kompetensi Jenjang Pendidikan Sanitarian D I D III D IV S1 13 Melakukan pemeriksaan kualitas mikrobiologi dan

parasitologi sampel usap alat makanan minuman dan rectum

 Melakukan pengambilan sampel pemeriksaan kualitas mikrobiologi parasitologi sampel usap alat makanan dan minuman

 Melakukan pengiriman sampel pemeriksaan kualitas mikrobiologi parasitologi sampel usap alat makanan dan minuman

 Melakukan pemeriksaan sampel kualitas mikrobiologi parasitologi sampel usap alat makanan dan minuman

 Melakukan analisis hasil pemeriksaan kualitas mikro-biologi parasitologi sampel usap alat

makanan dan minuman

v v v v v v v v v v v v v 14  Melakukan Survai Vektor dan Binatang

Pengganggu.

v v v v

 Melakukan analisis hasil Survai Vektor dan Binatang Pengganggu.

v v

15  Melakukan pengukuran kuantitas (debit) air dan air limbah

v v v v

 Melakukan analisis hasil pengukuran kuantitas (debit) air dan air limbah

v v

16  Mengidentifikasi makro dan mikro bentos di badan air

 Melakukan pengambilan sampel makro dan mikro bentos di badan air

 Melakukan pengiriman sampel makro dan mikro bentos di badan air

 Melakukan pemeriksaan sampel makro dan mikro bentos di badan air kualitas

 Melakukan analisis hasil pemeriksaan makro dan

v v v v v v v

(35)

No Unit Kompetensi Jenjang Pendidikan Sanitarian D I D III D IV S1

mikro bentos di badan air v

v v

v v

v 17 melakukan pemeriksaan sample toksikan dan

biomo-nitoring

 Melakukan pengambilan sampel toksikan dan biomo-nitoring

 Melakukan pengiriman sampel toksikan dan biomo-nitoring

 Melakukan pemeriksaan sampel toksikan dan biomo-nitoring

 Melakukan analisis hasil pemeriksaan toksikan dan biomo-nitoring v v v v v v v v v v v v v 18 Melakukan analisis dampak kesehatan lingkungan v v v 19 Mengelola program hygiene industri, kesehatan dan

ke-selamatan kerja.

v v

20 Merancang, mengoperasikan, dan memelihara peralatan pengelolaan sampah.

v v

21 Mengoperasikan alat pengeboran air tanah v v v v 22 Melakukan pengeboran air tanah untuk

pembangunan sarana air bersih

v v v v

23 Melakukan pendugaan air tanah v v v

24 Mengkalibrasi dan memelihara peralatan pengujian. v v 25 Mengoperasikan alat alat aplikasi pengendalian

vektor

(36)

No Unit Kompetensi Jenjang Pendidikan Sanitarian D I D III D IV S1 26 Mengelola alat-alat pengambil sampel udara v v v 27 Melakukan kegiatan penyuluhan dan pelatihan

(komuni-kasi)

v v v v

28 Mengawasi sanitasi pengelolaan linen. v v v

29 Melakukan pengelolaan limbah padat sesuai jenisnya. v v v 30 Melakukan Pengendalian Vektor dan Binatang

Peng-ganggu.

v v v v

31 Melakukan pengelolaan pembuangan tinja. v v v v 32 Mengawasi sanitasi pengelolaan limbah bahan

ber-bahaya dan beracun (B3).

v v v

33 Melakukan surveilance penyakit berbasis lingkungan v v v 34 Berwirausaha di bidang kesehatan pelayanan

kesehatan lingkungan

v v v

35 Melakukan pemberdayaan masyarakat dalam bidang kesehatan lingkungan

v v v

36 Menilai kondisi kesehatan perumahan (kepadatan hu-nian, lantai, dinding, atap, ventilasi, jendela dan pena-taan ruangan/bangunan).

v v v v

37 Menerapkan prinsip sanitasi pengelolaan makanan v v v v 38 Menerapkan HACCP dalam pengelolaan makanan

dan minuman.

v v

39 Mengawasi sanitasi tempat pembuatan, penjualan, pe-nyimpanan, pengangkutan & penggunaan pestisida

v v v v

40 Mengawasi Sanitasi Tempat-tempat Umum, Industri, Pa-risata, Permukiman dan Sarana Transportasi.

v v v v

41 Melaksanakan penelitian yang berkaitan dengan kese-hatan lingkungan

v v v

(37)

No Unit Kompetensi Jenjang Pendidikan Sanitarian D I D III D IV S1 lingkungan

43 Melakukan intervensi administratif sesuai hasil analisis sampel air, tanah, udara, limbah makanan dan minu-man, vektor dan binatang pengganggu

v v v

44 Melakukan intervensi teknis sesuai hasil analisis sampel air, tanah, udara, limbah makanan dan minuman, vektor dan binatang pengganggu

v v

45 Melakukan intervensi sosial sesuai hasil analisis sampel air, tanah, udara, limbah makanan dan minuman, vektor dan binatang pengganggu

v v v

46 Mengelola klinik sanitasi. v v

Total unit kompetensi 41 70 93 93

III. KODE ETIK SANITARIAN/AHLI KESEHATAN LINGKUNGAN

A. PEMBUKAAN

Bahwa untuk mengisi kemerdekaan Indonesia yang bertujuan mencapai masyarakat adil dan Makmur berdasarkan Pancasila dan UUD 1945 diperlukan peran serta dan pengabdian dari segenap warga negara Indonesia.

Bahwa untuk mencapai tujuan tersebut diatas dilaksanakan

pembangunan diberbagai bidang yang antara lain untuk mencapai lingkungan kehidupan yang sehat, sehingga terwujud derajat

kesehatan masyarakat yang setinggi-tingginya sebagai bagian dari kesejahteraan rakyat dan menciptakan lingkungan yang sehat dan harmoni. Untuk itu perlu adanya penyatuan, pembinaan dan

pengembangan profesi serta pengamalan ilmu pengetahuan dan teknologi kesehatan lingkungan yang dilandasi oleh semangat, moralitas yang bertanggung jawab dan berkeadilan.

Dengan Rahmat Tuhan Yang Maha Esa disertai kesadaran dan

keinginan luhur, berdasarkan ilmu, ketrampilan dan sikap yang dimiliki untuk mencapai tujuan tersebut, dengan ini Organisasi Profesi

Himpunan Ahli Kesehatan Lingkungan Indonesia [ HAKLI ] menyusun dan menetapkan kode etik sanitarian atau ahli kesehatan lingkungan sebagai landasan semangat, moralitas dan tanggung jawab yang

(38)

berkeadilan dan merupakan kewajiban baik untuk dirinya sendiri, teman seprofesinya, klien / masyarakat maupun kewajiban yang sifatnya umum sebagai insan profesidan dalam melaksanakan peran dan pengabdiannya sebagai berikut .

B. KEWAJIBAN UMUM

1. Seorang sanitarian harus menjunjung tinggi, menghayati dan mengamalkan profesi sanitasi dengan sebaik-baiknya.

2. Seorang sanitarian harus senantiasa berupaya melaksanakan profesinya sesuai dengan standar profesi yang tertinggi.

3. Dalam melakukan pekerjaan atau praktek profesi sanitasi, seorang sanitarian tidak boleh dipengaruhi sesuatu yang mengakibatkan hilangnya kebebasan dan kemandirian profesi.

4. Seorang sanitarian harus menghindarkan diri dari perbuatan yang bersifat memuji diri sendiri.

5. Seorang sanitarian senantiasa berhati-hati dalam menerapkan setiap penemuan teknik atau cara baru yang belum teruji kehandalannya dan hal-hal yang dapat menimbulkan keresahan masyarakat.

6. Seorang hanya memberi saran atau rekomendasi yang telah melalui suatu proses analisis secara komprehensif.

7. Seorang sanitarian dalam menjalankan profesinya, harus memberikan pelayanan yang sebaik-baiknya dengan menjunjung tinggi kesehatan dan keselamatan manusia, serta kelestarian lingkungan.

8. Seorang sanitarian harus bersikap jujur dalam berhubungan dengan klien atau masyarakat dan teman seprofesinya, dan berupaya untuk mengingatkan teman seprofesinya yang dia ketahui memiliki kekurangan dalam karakter atau kompetensi, atau yang melakukan penipuan atau kebohongan dalam Menangani masalah klien atau masyarakat.

9. Seorang sanitarian harus menghormati hak-hak klien atau masyarakat, hak-hak teman seprofesi, dan hak tenaga kesehatan lainnya, dan harus menjaga kepercayaan klien atau masyarakat.

10. Dalam melakukan pekerjaannya seorang sanitarian harus memperhatikan kepentingan masyarakat dan memperhatikan seluruh aspek kesehatan lingkungan secara menyeluruh, baik fisik, biologi maupun sosial, serta berusaha menjadi pendidik dan pengabdi masyarakat yang sebenar-benarnya.

11. Seorang sanitarian dalam bekerja sama dengan para pejabat di bidang kesehatan dan bidang lainnya serta masyarakat, harus saling menghormati.

C. KEWAJIBAN SANITARIAN TERHADAP KLIEN / MASYARAKAT

1. Seorang sanitarian wajib bersikap tulus ikhlas dan mempergunakan segala ilmu dan keterampilannya untuk kepentingan penyelesaian masalah klien atau masyarakat. Dalam hal ia tidak mampu melakukan suatu pemeriksaan atau penyelesaian masalah, maka ia wajib berkonsultasi, bekerjasama dan atau merujuk pekerjaan tersebut kepada sanitarian lain yang mempunyai keahlian dalam penyelesaian masalah tersebut.

(39)

2. Seorang sanitarian wajib melaksanakan profesinya secara bertanggung jawab. 3. Seorang sanitarian wajib melakukan penyelesaian masalah sanitasi secara tuntas

dan keseluruhan.

4. Seorang sanitarian wajib memberikan informasi kepada kliennya atas pelayanan yang diberikannya.

5. Seorang sanitarian wajib mendapatkan perlindungan atas praktek pemberian pelayanan.

D. KEWAJIBAN SANITARIAN TERHADAP TEMAN SEPROFESI

1. Seorang sanitarian memperlakukan teman seprofesinya sebagai bagian dari penyelesaian masalah.

2. Seorang sanitarian tidak boleh saling mengambil alih pekerjaan dari teman seprofesi, kecuali dengan persetujuan, atau berdasarkan prosedur yang ada.

E. KEWAJIBAN SANITARIAN TERHADAP DIRI SENDIRI

1. Seorang sanitarian harus memperhatikan dan mempraktekan hidup bersih dan sehat supaya dapat bekerja dengan baik.

2. Seorang sanitarian harus senantiasa mengikuti perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi kesehatan lingkungan, kesehatan dan bidang-bidang lain yang terkait.

F. PENUTUP

Seorang sanitarain dalam melaksanakan hak dan kewajibannya senantiasa dilandasi oleh kode etik dan selalu menjujung tinggi ketentuan yang

dicanangkan oleh profesi. Di dalam melaksanakan tugas dan fungsi dalam pengabdiannya berpedoman pada standar kompetensi. Standar kompetensi ini senantiasa terus dilengkapi dengan perangkat-perangkat keprofesian yang lain.

MENTERI KESEHATAN,

(40)

Peraturan Menteri Kesehatan Tentang Persyaratan Kualitas Air Minum.

Sebagaimana diketahui bahwa Keputusan Menteri Kesehatan Nomor 907/ Menkes/ SK/VII/2002 tentang Syarat-syarat dan Pengawasan Air Minum, saat ini sudah diperbaharui dengan Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 492/Menkes/Per/Iv/2010 Tentang Persyaratan Kualitas Air Minum. Sebagaimana tertulis dalam Permenkes ini dicantumkan pertimbangan “dipandang tidak memadai lagi dalam rangka pelaksanaan pengawasan air minum yang memenuhi persyaratan kesehatan”.

Jika kita baca sekilas ada beberapa perbedaan Kepmenkes 907/ Menkes/ SK/VII/2002 tentang Syarat-syarat dan Pengawasan Air Minum dengan Permenkes Nomor 492/Menkes/Per/IV/2010 Tentang Persyaratan Kualitas Air Minum. Perbedaan pertama adalah pada sistematika penulisan. Permenkes baru ditulis lebih ringkas dengan menempatkan detail tata laksana pengawasan kualitas air minum dengan Permenkes tersendiri, yaitu Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 736/MENKES/PER/VI/2010 tentang Tata Laksana Pengawasan Kualitas Air Minum.

Perbedaan lain pada Pelaksanaan Pengawasan, dimana pada bagian kedua pasal 10 dicantumkan Kegiatan pengawasan kualitas air minum meliputi Inspeksi Sanitasi, disamping Pengambilan, Pengjian, dan analisis sampel air minum di laboratorium. Pada Permenkes Nomor 492 tahun 2010 ini, kegiatan inspeksi sanitasi diuraikan lebih detail dalam lampiran tersendiri. Hal yang baru lain adalah pencantuman sasaran Inspeksi sanitasi pada Depot Air Minum (pada Kepmenkes 907 tahun 2002, masih disebut sebagai Isi Ulang), serta Tupoksi Pengawasan Kualitas Air

Minum yang harus dilakukan oleh BTKLPPL (Balai Teknik Kesehatan Lingkungan dan Pencegahan Penyakit Menular).

Parameter Bakteriologis

Kualitas air minum ditetapkan dalam Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia, sesuai Permenkes 492/Menkes/Per/IV/2010, tentang Persyaratan Kualitas Air Minum, yang

mencantumkan parameter sebagai standar penetapan kualitas air minum, meliputi parameter fisik, bakteriologis, kimia, dan radioaktif. Parameter bakteriologis dan kimia (anorganik) merupakan parameter yang terkait langsung dengan kesehatan, sedangkan parameter fisik dan kimia lainnya merupakan parameter yang tidak berhubungan langsung dengan kesehatan.

(41)

Sanitasi Tempat-Tempat Umum

Sanitasi tempat-tempat umum :

UU No. 11 tahun 1962 : hygiene untuk usaha-usaha bagi umum.

Permenkes RI No. 172/Men.Kes/Per/VIII/77 : syarat-syarat dan pengawasan kualitas air kolam renang (khusus kolam renang)

Sanitasi Kolam Renang Kolam renang ideal, syarat :

• Keamanan : ada pengawal (safe guard)

• Kebersihan : hati-hati food and water borne disease (penyakit mata, kulit, kuning (hepatitis), penyakit yang berhub. dg saluran pencernaan (muntah, berak tipus) • Kenyamanan

Seyogyanya kolam renang dilengkapi : • Loker tempat pakaian dan peralatan • Ruang tempat ganti pakaian

• Kebersihan tempat membasahi badan • Kebersihan kolam renang

• Kamar mandi dan kakus Sanitasi Pasar

• Pembagian tata ruang

 tempat jualan ikan/daging tidak dekat warung makan atau kios pakaian  Faktor estetika

• Klasifikasi Barang Dagangan

 Dagangan yang banyak mengeluarkan sampah dikumpulkan satu tempat

 Warung yang menggunakan kompor berjauhan dengan dagangan yang mudah terbakar • Tempat sampah sementara

• Saluran untuk limbah cair

Penting untuk : estetika, kebersihan, kenyamanan

Fungsi saluran : pembuangan benda cair terutama berasal dari kios daging, ikan dan warung.

• Fasilitas umum MCK

• Tempat parkir kendaraan bermotor Sanitasi Plaza/Supermarket

Fasilitas yang berhubungan dengan sanitasi dan kesehatan adalah :

1.

WC umum

2.

Tempat sampah

3.

Sistem pengamanan

4.

Kebersihan/sistem drainase rumah makan Supermarket biasanya menjual a.l :

- bahan makanan segar (sayur, buah dan bahan lain) harus dijaga suhunya shg tdk cpt busuk

- Bahan makanan yang diawetkan (mak/min kaleng, mak/min botol) mak/min kaleng/botol harus ada labelnya, yang berisi :

terbuat dari apa, apa bahan pengawetnya, kpn mulai dibuat, kpn kadaluarsa. Sanitasi Restoran

• Kebersihan sangat penting (erat hub. Dg food & water born disease) • Higiene dari food handler juga penting

• Fasilitas yang ada harus memenuhi syarat hygiene dan sanitasi, yi : 1. WC umum

2. tempat sampah dan puntung rokok 3. tempat cuci tangan

(42)

5. tempat harus bebas debu dan terhindar dari lalat

6. Lingkungan sekitar resto scr estetis hrs menarik & bersih Bila restoran memenuhi syarat2 hygiene dan sanitasi, mk restoran tsb dikatakan sebagai restoran sanitasi.

Sanitasi Tempat-Tempat Rekreasi Tempat rekreasi untuk umum a.l :

1.

Pantai

2.

Camping ground

3.

Taman-taman umum Rekreasi Pantai

Perlu diperhatikan 2 faktor : 1. Kebersihan lingkungan Fasilitas yang diperlukan :

WC umum, tempat sampah, restoran yang memenuhi syarat hygiene sanitasi, fasilitas P3K

2. Fasilitas keamanan, yi : safety guard Camping ground

Fasilitas yang perlu ada : - WC umum

- Tempat sampah - Pembagian kapling

- Fasilitas lain (listrik, air, dll)

- Hal-hal yang berhub. dgn hygiene sanitasi lingkungan - Kenyamanan

- Keamanan Sanitasi Bioskop

- Sanitasi bioskop berupa gedung : WC, tempat sampah - Di lap. Terbuka : plus tempat puntung rokok

- Fasilitas tersebut hrs memenuhi hygiene sanitasi

- Persyaratan umur (17 th. Keatas) hrs dilaksanakan scr ketat Sanitasi Terminal/Stasiun

Upaya kegiatan dan pengawasannya menyangkut bbg aspek, yi : Aspek sosial

• Pendekatan edukatif kpd pengelola dan karyawan terminal bus/KA

• Usaha peningkatan pengertian dan kesadaran ttg pentingnya hygiene dan sanitasi akan meningkatkan kualitas kesehatan karyawan, pengunjung dan masyarakat. Aspek teknis

Perlu ada suatu peraturan utk.menjaga agar usaha hygiene dan sanitasi tidak merugikan masyarakat. Dlm pelaksanaanya, penerapan peraturan sering tjd kendala, o.k :

• Kurang pengertian dan kesadaran dari karyawan terminal/stasiun kereta api ttg peraturan yg menyangkut hygiene sanitasi

• Sikap apatis sebag. masyarakat ttg peraturan tsb. Aspek Administrasi dan Manajemen

Bbrp manfaat pengawasan terminal bus/stasiun KA : • Menjamin kebersihan terminal bus/stasiun KA

• Melindungi pengunjung dari faktor lingkungan yang merugikan kesehatan • Mencegah bbg mcm penyakit menular & penyakit akibat kerja

• Mencegah terjadinya kecelakaan kerja dan kecelakaan lalin

Bbg mcm bahaya kesehatan yg timbul dr aktivitas terminal bus/KA :

• Kebersihan WC/KM yg tdk dijaga mjd sarana penularan penyakit, dari segi estetika menimbulkan bau tak sedap, kurang nyaman, jijik.

• Bus yang semrawut menyulitkan arus lalin shg meningkatkan daya emosi pengendara bus dan penumpang mjd bingung, cpt lelah, dll.

• Tata letak lampu yg tidak diatur dg baik pd malam hari → silau • Sampah dan saluran air kotor → sarang tikus, nyamuk, kecoa

(43)

• Kantin & pengelolaan makanan yg tdk sanitair → keracunan, diare

• Pencemaran udara oleh asap dari emisi knalpot → keracunan CO, NO2, SO2 & Pb. Persyaratan minimum hygiene dan sanitasi terminal bus/stasiun kereta api

Dikelompokkan mjd 2 bagian besar, yaitu : • Bagian luar (eksterior)

• Bagian dalam (interior) a. Bagian luar (eksterior)

Bagian luar biasanya berupa halaman.Yang perlu diperhatikan adl. : • Tempat parkir

• Pembuangan sampah • Penerangan

b. Bagian dalam (interior) • Gedung perkantoran • Ruang tunggu

• Jamban dan urinoir

• Pembuangan air hujan dan air kotor

• Tempat penjualan makanan/minuman (buffet) • Pemadam kebakaran

• Kotak P3K • Pengeras suara

• Gudang tempat penyimpanan barang • Mushola

Referensi

Dokumen terkait

Sumber daya manusia perpustakaan PTM/PTA adalah pegawai yang diberi tugas,. tanggung jawab, wewenang, dan hak secara penuh oleh pejabat berwenang

"Pegawai Negeri Sipil yang diberi tugas, tanggungjawab, dan wewenang secara penuh oleh pejabat yang berwenang untuk melakukan pengawasan pendidikan di sekolah dengan

Jasa atau Pengelola Pengadaan Barang/Jasa Aparatur Sipil Negara yang diberi tugas, tanggung jawab, wewenang, dan hak secara penuh oleh pejabat yang berwenang untuk

Pejabat Fungsional Pustakawan yang selanjutnya disebut pustakawan adalah Pegawai Negeri Sipil yang diberi tugas, tanggungjawab, wewenang dan hak secara penuh oleh pejabat

Kelompok Jabatan Fungsional adalah Kelompok Aparatur Sipil Negara yang diberi tugas, wewenang dan hak secara penuh oleh Pejabat yang berwenang untuk melaksanakan kegiatan yang

a) PKB (Penyuluh Keluarga Berencana)adalah Pegawai Negeri Sipil (PNS)dengan jabatan fungsional yang diberi tugas, tanggung jawab, wewenang dan hak secara penuh

Jabatan Fungsional adalah Aparatur Sipil Negara yang diberi tugas, wewenang dan hak secara penuh oleh pejabat yang berwenang untuk menyelenggarakan kegiatan yang

Pengawas adalah pegawai negeri sipil yang diberi tugas, tanggung jawab dan wewenang secara penuh oleh pejabat yang berwenang untuk melakukan pengawasan pendidikan