• Tidak ada hasil yang ditemukan

RENCANA STRATEGIS DINAS KEPENDUDUKAN DAN PENCATATAN SIPIL KABUPATEN BOGOR TAHUN BAB I PENDAHULUAN

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "RENCANA STRATEGIS DINAS KEPENDUDUKAN DAN PENCATATAN SIPIL KABUPATEN BOGOR TAHUN BAB I PENDAHULUAN"

Copied!
90
0
0

Teks penuh

(1)

I-1

TANGGAL :

RENCANA STRATEGIS DINAS KEPENDUDUKAN DAN PENCATATAN SIPIL KABUPATEN BOGOR TAHUN 2013-2018

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD) merupakan unsur penyelenggara pemerintahan daerah yang dalam upaya mencapai keberhasilannya perlu didukung dengan perencanaan yang baik sesuai dengan visi dan misi organisasi. Pendekatan yang dilakukan adalah melalui perencanaan strategis yang merupakan serangkaian rencana tindakan dan kegiatan mendasar yang dibuat untuk diimplementasikan oleh organisasi dalam rangka pencapaian tujuan organisasi yang telah ditetapkan sebelumnya.

Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 mengamanatkan bahwa setiap Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD) diwajibkan menyusun rencana strategis yang selanjutnya disebut Renstra SKPD. Renstra SKPD memuat visi, misi, tujuan, strategi, kebijakan, program dan kegiatan pembangunan sesuai dengan tugas dan fungsinya, berpedoman pada RPJMD dan bersifat indikatif. Sementara itu, Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2004 menyebutkan bahwa Renstra SKPD merupakan dokumen perencanaan SKPD untuk periode 5 (lima) tahun.

Di dalam ketentuan lainnya yaitu Instruksi Presiden Republik Indonesia Nomor 7 Tahun 1999 tentang Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah, dinyatakan bahwa perencanaan strategis merupakan langkah awal yang harus dilakukan agar mampu menjawab tuntutan lingkungan strategis lokal, nasional dan global, dan tetap berada dalam tatanan Sistem Administrasi Negara Kesatuan Republik Indonesia. Dokumen Rencana Strategis dimaksud setidaknya memuat visi, misi,

(2)

I-2 memuat kebijakan, program dan kegiatan.

Terkait dengan penyusunan Renstra SKPD, Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 54 Tahun 2010 telah mengatur bahwa RPJMD yang telah ditetapkan dengan peraturan daerah harus menjadi pedoman dalam penyusunan Renstra SKPD. Visi, misi, tujuan, strategi dan kebijakan yang tertuang di dalam Renstra SKPD dirumuskan dalam rangka mewujudkan pencapaian sasaran program yang ditetapkan dalam RPJMD.

Pemerintah Kabupaten Bogor telah menetapkan Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) Tahun 2013-2018 yang dituangkan dalam Peraturan Daerah Nomor 05 Tahun 2014 tentang Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah Kabupaten Bogor Tahun 2013-2018. RPJMD Kabupaten Bogor Tahun 2013-2018 adalah dokumen perencanaan daerah untuk periode 5 (lima) tahunan sebagai penjabaran dari visi, misi dan program Kepala Daerah.

Berdasarkan uraian di atas, maka Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil (Disdukcapil) Kabupaten Bogor sebagai salah satu SKPD di lingkungan Pemerintah Kabupaten Bogor menyusun dan menetapkan Renstra Disdukcapil Kabupaten Bogor Tahun 2013-2018 dengan berpedoman pada RPJMD Kabupaten Bogor Tahun 2013-2018. Selanjutnya Renstra Disdukcapil yang telah ditetapkan harus menjadi pedoman dalam penyusunan Renja Disdukcapil yang merupakan dokumen perencanaan tahunan dan penjabaran dari perencanaan periode 5 (lima) tahunan.

1.2. Landasan Hukum

Landasan hukum penyusunan Renstra Disdukcapil Kabupaten Bogor tahun 2013-2018 adalah sebagai berikut:

1. Undang-Undang Nomor 14 Tahun 1950 tentang Pembentukan Daerah-daerah Lingkungan Provinsi Djawa Barat (Berita Negara Republik Indonesia tahun 1950 Nomor 8) sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang Nomor 4 Tahun 1968 tentang Pembentukan Kabupaten Purwakarta dan Kabupaten Subang

(3)

I-3 Pembentukan Daerah-daerah Kabupaten Dalam Lingkungan Provinsi Djawa Barat (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1968 Nomor 31, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 2851);

2. Undang-Undang Nomor 28 Tahun 1999 tentang Penyelenggaraan Negara yang Bersih dan Bebas dari Korupsi, Kolusi dan Nepotisme (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1999 Nomor 75, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3815); 3. Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara

(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2003 Nomor 47, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4286); 4. Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2004 tentang Sistem

Perencanaan Pembangunan Nasional (Lembaran Negara Republik Indonesia tahun 2004 Nomor 104, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4421);

5. Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 125, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4437) sebagaimana telah beberapa kali diubah, terakhir dengan Undang-Undang Nomor 32 tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2008 Nomor 59, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4844); 6. Undang-Undang Nomor 33 Tahun 2004 tentang Perimbangan

Keuangan antara Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 126, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4438); 7. Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2007 tentang Rencana

Pembangunan Jangka Panjang (RPJP) Nasional Tahun 2005-2025 (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2007 Nomor 33, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4700); 8. Undang-Undang Nomor 26 Tahun 2007 tentang Penataan Ruang

(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2007 Nomor 68, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4725);

(4)

I-4 Keuangan Daerah (Lembaran Negara Reublik Indonesia Tahun 2005 Nomor 140, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4578);

10. Peraturan Pemerintah Nomor 38 Tahun 2007 tentang Pembagian Urusan antara Pemerintah, Pemerintah Daerah Provinsi dan Pemerintah Daerah Kabupaten/Kota (Lembaran Negara Republik Indonesia tahun 2007 Nomor 88, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4737);

11. Peraturan Pemerintah Nomor 41 Tahun 2007 tentang Organisasi Perangkat Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2007 Nomor 89, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4741):

12. Peraturan Pemerintah Nomor 8 tahun 2008 tentang Tahapan, Tata Cara Penyusunan, Pengendalian dan Evaluasi Pelaksanaan Rencana Pembangunan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2008 Nomor 21, Tambahan Lembaran Negara Repblik Indonesia Nomor 4817);

13. Peraturan Menteri Dalam Negeri Republik Indonesia Nomor 13 tahun 2006 tentang Pedoman Pengelolaan Keuangan Daerah sebagaimana telah beberapa kali diubah, terakhir dengan Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 21 Tahun 2011 tentang Perubahan Kedua Atas Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 13 Tahun 2006 tentang Pedoman Pengelolaan Keuangan Daerah (Berita Negara Tahun 2011 Nomor 310);

14. Peraturan Menteri Dalam Negeri Republik Indonesia Nomor 54 Tahun 2010 tentang Pelaksanaan Peraturan Pemerintah Nomor 8 tahun 2008 tentang Tahapan, Tata Cara Penyusunan, Pengendalian dan Evaluasi Pelaksanaan Rencana Pembangunan Daerah (Berita Negara Tahun 2010 Nomor 517);

15. Peraturan Daerah Provinsi Jawa Barat Nomor 9 Tahun 2008 tentang Rencana Pembangunan Jangka Panjang Daerah Provinsi Jawa Barat Tahun 2005-2025 (Lembaran Daerah Provinsi Jawa Barat Tahun 2008 Nomor 8 Seri E) sebagaimana telah diubah dengan Peraturan Daerah Provinsi Jawa Barat Nomor 25 Tahun

(5)

I-5 Provinsi Jawa Barat Tahun 2008-2013 (Lembaran Daerah Provinsi Jawa Barat Tahun 2010 Nomor 25 Seri E, Tambahan Lembaran Daerah Provinsi Jawa Barat Nomor 88);

16. Peraturan Daerah Provinsi Jawa Barat Nomor 6 Tahun 2009 tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Daerah Provinsi Jawa Barat (Lembaran Daerah Tahun 2009 Nomor 6 Seri E, Tambahan Lembaran Daerah Nomor 64);

17. Peraturan Daerah Provinsi Jawa Barat Nomor 25 Tahun 2013 tentang Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah Provinsi Jawa Barat Tahun 2013-2018 (Lembaran Daerah Provinsi Jawa Barat Tahun 2013 Nomor 25 Seri E);

18. Peraturan Daerah Kabupaten Bogor Nomor 7 Tahun 2008 tentang Urusan Pemerintahan yang menjadi Kewenangan Pemerintah Daerah (Lembaran Daerah Kabupaten Bogor Tahun 200 Nomor 7); 19. Peraturan Daerah Kabupaten Bogor Nomor 9 Tahun 2008 tentang

Susunan dan Kedudukan Organisasi Perangkat Daerah (Lembaran Daerah Kabupaten Bogor Tahun 2008 Nomor 9, Tambahan Lembaran Daerah Kabupaten Bogor Nomor 37);

20. Peraturan Daerah Kabupaten Bogor Nomor 12 Tahun 2008 tentang Pembentukan Lembaga Teknis Daerah (Lembaran Daerah Nomor 12 Tahun 2008);

21. Peraturan Daerah Kabupaten Bogor Nomor 19 Tahun 2008 tentang Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) Kabupaten Bogor Tahun 2005-2025 (Lembaran Daerah Kabupaten Bogor Tahun 2008 Nomor 19, Tambahan Lembaran Daerah Nomor 36);

22. Peraturan Daerah Kabupaten Bogor Nomor 27 Tahun 2008 tentang Rencana Pembangunan Jangka Panjang Daerah (RPJPD) Kabupaten Bogor Tahun 2005-2025 (Lembaran Daerah Kabupaten Bogor Tahun 2008 Nomor 27);

23. Peraturan Daerah Kabupaten Bogor Nomor 8 Tahun 2009 tentang Pokok-Pokok Pengelolaan Keuangan Daerah (Lembaran Daerah Kabupaten Bogor Tahun 2009 Nomor 8, Tambahan Lembaran Daerah Nomor 37);

(6)

I-6 Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) Kabupaten Bogor Tahun 2013-2018.

2.3. Maksud dan Tujuan

Penyusunan Renstra Disdukcapil Kabupaten Bogor Tahun 2013-2018 dimaksudkan sebagai dokumen perencanaan jangka menengah yang menjabarkan RPJMD Kabupaten Bogor Tahun 2013-2018 sesuai dengan tugas pokok dan fungsi yang diamanatkan kepada Disdukcapil Kabupaten Bogor sesuai dengan Peraturan Daerah Kabupaten Bogor Nomor 12 Tahun 2008 tentang Pembentukan Lembaga Teknis Daerah.

Sedangkan tujuan penyusunan Renstra Disdukcapil Kabupaten Bogor Tahun 2013-2018 adalah untuk dijadikan landasan/pedoman dalam penyusunan Renja Disdukcapil, penguatan peran para

stakeholders dalam pelaksanaan perencanaan pembangunan daerah,

serta sebagai dasar evaluasi dan laporan pelaksanaan atas kinerja tahunan dan lima tahunan Disdukcapil Kabupaten Bogor.

2.4. Sistematika Penulisan

Sistematika penulisan Renstra Disdukcapil Kabupaten Bogor Tahun 2013-2018 adalah sebagai berikut:

BAB I PENDAHULUAN

Pada bab ini menjelaskan mengenai latar belakang, landasan hukum, maksud dan tujuan dan sitematika penulisan.

BAB II GAMBARAN PELAYANAN SKPD

Pada bab ini menjelaskan mengenai Struktur Organisasi, Tugas Pokok dan Fungsi, Sumber Daya Disdukcapil, Kinerja Pelayanan Disdukcapil dan Tantangan dan Peluang Pengembangan Pelayanan Disdukcapil.

BAB III ISU-ISU STRATEGIS BERDASARKAN TUGAS DAN FUNGSI

Pada bab ini menjelaskan mengenai Identifikasi permasalahan berdasarkan Tugas Pokok dan Fungsi Pelayanan Disdukcapil, Telaahan Visi, Misi dan Program Kepala Daerah dan Wakil

(7)

I-7 Tujuan dan Sasaran Jangka Menengah serta Strategi dan Kebijakan Disdukcapil Kabupaten Bogor tahun 2013-2018.

BAB V RENCANA PROGRAM DAN KEGIATAN, INDIKATOR KINERJA, KELOMPOK SASARAN DAN PENDANAAN INDIKATIF

Pada bab ini menjelaskan mengenai program dan kegiatan lokalitas SKPD, program lintas SKPD dan program kewilayahan disertai indikator kinerja, kelompok sasaran dan pendanaan indikatif yang ada di Disdukcapil untuk periode tahun 2013-2018.

BAB VI INDIKATOR KINERJA SKPD YANG MENGACU PADA TUJUAN DAN SASARAN RPJMD

Pada bagian ini dikemukakan indikator kinerja SKPD yang secara langsung menunjukkan kinerja yang akan dicapai SKPD dalam lima tahun mendatang sebagai komitmen untuk mendukung pencapaian tujuan dan sasaran RPJMD.

(8)
(9)

II-1

BAB II

GAMBARAN PELAYANAN

DINAS KEPENDUDUKAN DAN PENCATATAN SIPIL

2.1. TUGAS, FUNGSI DAN STRUKTUR ORGANISASI DINAS

KEPENDUDUKAN DAN PENCATATAN SIPIL

Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil mempunyai tugas pokok membantu Bupati melaksanakan urusan pemerintahan daerah berdasarkan asas otonomi di bidang kependudukan dan Pencatatan sipil serta tugas–tugas pembantuan lainnya.

Dalam melaksanakan tugasnya, Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil mempunyai fungsi :

1. Perumusan kebijakan teknis di bidang kependudukan dan catatan sipil;

2. Penyelenggaraan urusan pemerintahan dan pelayanan umum dibidang kependudukan dan catatan sipil;

3. Pembinaan dan pelaksanaan tugas dibidang kependudukan dan catatan sipil;

4. Pelaksanaan tugas lain yang diberikan oleh Bupati sesuai dengan tugas dan fungsinya.

Adapun tugas pokok dan fungsi dari masing-masing sekretaris dan bidang sebagai berikut :

1. KEPALA DINAS

Kepala Dinas mempunyai tugas membantu Bupati dalam memimpin, mengkoordinasikan dan mengendalikan kebijakan teknis dinas daerah sesuai lingkup tugasnya.

2. SEKRETARIAT

Sekretariat mempunyai tugas membantu dan bertanggung jawab kepada Kepala Dinas dalam melaksanakan pengelolaan ketatausahaan Dinas.

Sekretariat mempunyai fungsi :

a. pengkoordinasian penyusunan program Dinas; b. pengumpulan, pengolahan dan analisis data Dinas;

(10)

II-2

c. pengelolaan administrasi umum dan kepegawaian; d. pengelolaan administrasi keuangan;

e. pengelolaan situs web Dinas; dan

f. pelaksanaan monitoring, evaluasi dan penyusunan pelaporan kinerja Dinas.

Dalam melaksanakan tugas dan fungsinya Sekretariat dipimpin oleh seorang Sekretaris dan dibantu oleh :

a) Sub Bagian Program dan Pelaporan yang mempunyai tugas

membantu Sekretaris dalam melaksanakan pengelolaan data dan program Dinas.

Sub Bagian Program dan Pelaporan mempunyai fungsi :

1) penyiapan bahan pengkoordinasian penyusunan program Dinas;

2) pengumpulan, pengolahan dan analisis data Dinas; 3) pelaksanaan pembinaan hubungan masyarakat; 4) pengelolaan situs web Dinas; dan

5) pelaksanaan monitoring, evaluasi dan penyusunan pelaporan kinerja Dinas.

b) Sub Bagian Umum dan Kepegawaian yang mempunyai tugas

membantu Sekretaris dalam melaksanakan pengelolaan administrasi umum dan kepegawaian Dinas.

Sub Bagian Umum dan Kepegawaian mempunyai fungsi : 1) pelaksanaan pengelolaan administrasi umum, urusan

rumah tangga, surat menyurat, kearsipan dan perjalanan dinas;

2) pengadaan, pemeliharaan dan inventarisasi perlengkapan; 3) penyiapan materi hukum dan ketatalaksanaan; dan

4) pengelolaan administrasi kepegawaian Dinas.

c) Sub Bagian Keuangan yang mempunyai tugas membantu

Sekretaris dalam melaksanakan penyusunan dan pengelolaan administrasi keuangan Dinas.

Sub Bagian Keuangan mempunyai fungsi : 1) pengelolaan administrasi keuangan Dinas;

(11)

II-3

3) pengelolaan pengendalian dan pertanggungjawaban administrasi keuangan Dinas.

Masing-masing Sub Bagian dipimpin oleh Kepala Sub Bagian dan bertanggung jawab kepada Sekretaris.

3. BIDANG KEPENDUDUKAN

Bidang Kependudukan mempunyai tugas membantu Kepala Dinas dalam melaksanakan pengelolaan sistem informasi dan administrasi kependudukan.

Bidang Kependudukan mempunyai fungsi :

a. pengelolaan sistem informasi kependudukan; dan

b. penyelenggaraan pelayanan administrasi kependudukan. Dalam melaksanakan tugas dan fungsinya Bidang Kependudukan dipimpin oleh seorang Kepala Bidang dan dibantu oleh :

a) Seksi Sistem Informasi Kependudukan yang mempunyai

tugas membantu Kepala Bidang Kependudukan dalam melaksanakan pegelolaan sistem informasi kependudukan. Seksi Sistem Informasi Kependudukan mempunyai fungsi : 1) Pengelolaan pembangunan jaringan komunikasi data

kependudukan;

2) pengelolaan Tempat Pengumpulan Data Kependudukan (TPDK) di kecamatan serta bank data di tingkat Daerah; 3) Penetapan Nomor Induk Kependudukan (NIK) berdasarkan

database kependudukan;

4) Pengelolaan Sistem Informasi Administrasi Kependudukan (SIAK) secara bertahap sesuai dengan kemampuan Pemerintah Daerah; dan

5) Pelaksanaan jaminan perlindungan data dan dokumen kependudukan yang terekam dalam bank data.

b) Seksi Administrasi Penduduk yang mempunyai tugas

membantu Kepala Bidang Kependudukan dalam melaksanakan pengelolaan administrasi penduduk Warga Negara Indonesia dan Warga Negara Asing

(12)

II-4

1) pengumpulan, pengolahan, dan analisis data penyelenggaraan administrasi penduduk;

2) pengendalian pendaftaran dan pencatatan Nomor Induk, Kartu Keluarga (KK) Nasional, dan Kartu Tanda Penduduk (KTP);

3) pengendalian pendaftaran penduduk tidak tetap atau sementara dan Kartu Tanda Penduduk (KTP) Warga Negara Asing (WNA); dan

4) penyusunan petunjuk teknis penyelenggaraan pengendalian pendaftaran penduduk.

Masing-masing Seksi dipimpin oleh Kepala Seksi dan bertanggungjawab kepada Kepala Bidang Kependudukan.

4. BIDANG CATATAN SIPIL

Bidang Pencatatan Sipil mempunyai tugas membantu Kepala Dinas dalam melaksanakan penyelenggaraan pencatatan sipil. Bidang Pencatatan Sipil mempunyai fungsi :

1) pengelolaan administrasi kelahiran dan kematian penduduk; dan

2) pengelolaan administrasi perkawinan, perceraian, pengakuan, pengesahan, dan pengangkatan anak.

Dalam melaksanakan tugas dan fungsinya Bidang Pencatatan Sipil dipimpin oleh seorang Kepala Bidang dan dibantu oleh :

a) Seksi Administrasi Kelahiran dan Kematian yang

mempunyai tugas membantu Kepala Bidang Pencatatan Sipil dalam melaksanakan administrasi kelahiran dan kematian penduduk.

Seksi Administrasi Kelahiran dan Kematian mempunyai fungsi :

1) Pengumpulan, pengolahan, serta analisis data penyelenggaraan administrasi kelahiran dan kematian penduduk;

2) penyelenggaraan administrasi pendaftaran kelahiran dan kematian penduduk;

(13)

II-5

3) penyusunan petunjuk teknis penyelenggaraan pendaftaran kelahiran dan kematian penduduk.

b) Seksi Perkawinan, Perceraian, Pengakuan, Pengesahan, dan Pengangkatan Anak yang mempunyai tugas membantu

Kepala Bidang Pencatatan Sipil dalam melaksanakan penyelenggaraan administrasi perkawinan, perceraian, pengakuan, pengesahan, dan pengangkatan anak.

Seksi Perkawinan, Perceraian, Pengakuan, Pengesahan, dan Pengangkatan Anak mempunyai fungsi :

1) pengumpulan, pengolahan, serta analisis data penyelenggaraan administrasi perkawinan, perceraian, pengakuan, pengesahan, dan pengangkatan anak;

2) pelaksanaan administrasi pencatatan perkawinan, perceraian, pengakuan, pengesahan, dan pengangkatan anak; dan

3) penyusunan petunjuk teknis operasional administrasi pencatatan perkawinan, perceraian, pengakuan, pengesahan, dan pengangkatan anak.

Masing-masing Seksi dipimpin oleh Kepala Seksi dan bertanggungjawab kepada Kepala Bidang Pencatatan Sipil.

5. BIDANG DOKUMENTASI DAN PENYULUHAN

Bidang Dokumentasi dan Penyuluhan mempunyai tugas membantu Kepala Dinas dalam melaksanakan pengumpulan dan pengolahan data untuk menjadi bahan dokumentasi dan penyuluhan.

Bidang Dokumentasi dan Penyuluhan mempunyai fungsi : 1) pengelolaan dokumentasi kependudukan; dan

2) pengelolaan penyuluhan kependudukan.

Dalam melaksanakan tugas dan fungsinya Bidang Dokumentasi dan Penyuluhan dipimpin oleh seorang Kepala Bidang dan dibantu oleh :

a) Seksi Dokumentasi yang mempunyai tugas membantu

(14)

II-6

melaksanakan penyelenggaraan penyimpanan dokumen arsip kependudukan dan catatan sipil.

Seksi Dokumentasi mempunyai fungsi :

1) pengumpulan, pengolahan, serta analisis data penyelenggaraan penyimpanan dokumen arsip kependudukan dan catatan sipil;

2) penyelenggaraan penyimpanan dokumen arsip kependudukan dan catatan sipil;

3) penyelenggaraan penataan dokumen arsip kependudukan dan catatan sipil;

4) penyusunan petunjuk teknis penyimpanan dokumen arsip kependudukan dan catatan sipil; dan

5) penyelenggaraan legalisasi akta catatan sipil.

b) Seksi Penyuluhan yang mempunyai tugas membantu Kepala

Bidang Dokumentasi dan Penyuluhan dalam melaksanakan penyuluhan program-program penyelenggaraan kependudukan dan catatan sipil.

Seksi Penyuluhan mempunyai fungsi :

a. pengumpulan, pengolahan, serta analisis data penyuluhan program-program penyelenggaraan kependudukan dan catatan sipil;

b. penyusunan petunjuk teknis penyuluhan program-program penyelenggaraan kependudukan dan catatan sipil pelaksanaan kegiatan penyuluhan kepada masyarakat; dan penyuluhan program-program penyelenggaraan kependudukan dan catatan sipil.

Masing-masing Seksi dipimpin oleh Kepala Seksi dan bertanggungjawab kepada Kepala Bidang Dokumentasi dan Penyuluhan.

Secara lengkap Tugas dan fungsi unsur organisasi Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil Kabupaten Bogor, disajikan dalam Tabel 2.1.

(15)
(16)

II-8

6. KELOMPOK JABATAN FUNGSIONAL

Kelompok Jabatan Fungsional adalah kelompok Pegawai Negeri Sipil yang diberi tugas, wewenang dan hak secara penuh oleh pejabat yang berwenang untuk melaksanakan kegiatan yang sesuai dengan profesinya dalam rangka kelancaran tugas Pemerintah Daerah.

Nama dan jumlah jabatan fungsional ditentukan berdasarkan sifat, jenis, kebutuhan dan beban kerja, yang diatur lebih lanjut dengan Peraturan Bupati.

Berdasarkan Peraturan Daerah Kabupaten Bogor Nomor 11 Tahun 2008 tentang Pembentukan Dinas Daerah. Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil merupakan perangkat daerah sebagai unsur pelaksana penyelenggaraan pemerintahan daerah, dipimpin oleh Kepala Dinas yang berada di bawah dan bertanggung jawab kepada Bupati. Adapun susunan organisasi Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil terdiri dari :

1. Kepala Dinas.

2. Sekretariat, membawahkan :

a) Sub Bagian Program dan Pelaporan b) Sub Bagian Keuangan

c) Sub Bagian Umum dan Kepegawaian 3. Bidang Kependudukan, membawahkan :

a) Seksi Sistem Informasi Kependudukan b) Seksi Administrasi Penduduk;

4. Bidang Pencatatan Sipil, membawahkan : a) Seksi Administrasi Kelahiran dan Kematian

b) Seksi Perkawinan, Perceraian, dan Pengakuan, Pengesahan, Pengangkatan Anak

5. Bidang Dokumentasi dan Penyuluhan, membawahkan : a) Seksi Dokumentasi

b) Seksi Penyuluhan. 6. Jabatan Fungsional

Secara lengkap Struktur Organisasi Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil Kabupaten Bogor, disajikan dalam Gambar 2.1.

(17)

II-9

Gambar 2.1. Struktur Organisasi Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil Kabupaten Bogor

KEPALA DINAS

Dr RH Otje Subagdja SP,MM.M.Si Nip.1962110919890110001

Kelompok Sekretaris

Jabatan Dra Siti Euis Sugiarty,MM

Fungsional Nip.19650221990032004

Sub Bag Program dan Pelaporan Sub.Bag Umum & Kepegawaian Sub. Bag Keuangan

i BudiBadarutaman,S.Pd.M.S Heny Sukartini Yuni Artiningsih Nip.19690522 199703 1 003 Nip.195908131989032003 Nip.196406071990092001

Kabid kependudukan Kabid Pencatatan Sipil Kabid Dokumentasi &Penyuluhan

Drs.Dandan Dharmatin

D,M.Si Herry Herwandi,S.Sos H.Muslim Sag,M.Si Nip.196895171989031008 Nip195910291985031005 Nip.1958091019860311008

Seksi sistem Informasi

Kepedudukan Seksi Administrasi Dokumentasi Seksi

Kelahiran dan Kematian

Ilham Sumiaputra Drs.Endah Handayani Ani Nurhaeni, S.Sos

Nip.195911 198610 1 001 Nip.19651209 199203 2 004 Nip.19660316 198703 2 00

Seksi Administrasi Kependudukan Seksi Administrasi P2 &P3 Anak Seksi Penyuluhan

Trini Sjahminan,SH,MM Suparno,S.Sos Tatik Yuswanti BA

(18)

II-10

Gambar 2.1. Struktur Organisasi Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil Kabupaten Bogor

2.2. SUMBER DAYA PADA DINAS KEPENDUDUKAN DAN

PENCATATAN SIPIL

1. Kondisi Umum Pegawai

Jumlah pegawai keseluruhan yang ada di Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil Kabupaten Bogor sebanyak 69 orang yang terdiri dari PNS, 10 Tenaga honorer. Untuk selengkapnya dapat dilihat tabel berikut :

TABEL III.1. JUMLAH PEGAWAI DINAS KEPENDUDUKAN DAN PENCATATAN SIPIL KABUPATEN BOGOR

No PEGAWAI JUMLAH ( ORANG) % 1. PNS 69 87 2. KONTRAK/HONORER 10 13 JUMLAH 79 100 Kepala Sekretariat Kabid Kependudukan Kabid Pencatatan Sipil

Kabid Dokumentasi dan Penyuluhan Seksi Adminduk Seksi SIAK Seksi P2P3A Seksi Kelahiran & Kematian Seksi Dokumentasi Seksi Penyuluhan Sub Bag. Program

& Pelapolaran Sub Bag. Keuangan Sub Bag. Kepegawaian nn

(19)

II-11

Tabel diatas menunjukkan bahwa pegawai Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil masih ada yang belum diangkat menjadi pegawai negeri yaitu tenaga honorer. Sehingga penulisan tentang kondisi pegawai dibawah ini difokuskan hanya pada PNS sebanyak 69 orang.

a. Jumlah Pegawai yang menduduki Jabatan dan Staf

Sesuai dengan Perda nomor 11 tahun 2008 tentang pembentukan Dinas Daerah Kabupaten Bogor, maka pengisian formasi jabatan struktural di Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil terdiri dari eselon II,III dan IV yaitu sebanyak 14 orang. Sedangkan jabatan fungsional perencana dan arsiparis belum ada. Selengkapnya dapat dilihat tabel dibawah ini.

Tabel III.2. Jumlah pegawai Dinas Kependudukan dan

Pencatatan Sipil yang menduduki Jabatan dan Staf, tahun 2013

N0 Jabatan/Staf Jumlah (orang

) % 1. Eselon II 1 1.42 2. Eselon III 4 5,72 3. Eselon IV 9 12,86 4. Staf 55 80,00 Jumlah 70 100.00

b. Jumlah Pegawai berdasarkan Golongan/ Pangkat

Dari 69 jumlah Pegawai yang ada di Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil terdapat pegawai yang berstatus golongan IV sebanyak 4 orang (6 %), golongan III sebanyak 39 orang (57 %), sedangkan gololgan II sebanyak 24 orang (35 %) Namun masih ada pegawai yang berstatus golongan I sebanyak 2 orang (3 %). Selengkapnya dapat dilihat tabel berikut

Tabel III.3. Jumlah pegawai Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil berdasarkan Pangkat/Golongan Tahun 2014

N0 Golongan Jumlah (orang

(20)

II-12 1. IV 4 6 2. III 39 57 3. II 24 35 4 I 2 3 Jumlah 69 100.00

c. Jumlah Pegawai berdasarkan Pendidikan

Apabila dilihat dari tingkat Pendidikan pegawai Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil yang ada, maka status pendidikan dengan Strata-1 lebih mendominasi yaitu sebesar 45,72 %, sedangkan yang paling rendah yaitu tingkat SD2,86 %. Selengkapnya dapat dilihat tabel dibawah ini.

Tabel III.4. Jumlah pegawai Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil berdasarkan Pendidikan tahun 2013

N0 Pendidikan Jumlah (orang

) % 1. Strata-3 ( S3 ) 1 12,86 2 Strata-2 (S2) 10 3. Strata-1 ( S1 ) 33 45,72 4. Sarjana Muda/ D3 3 5,70 5 SLTA/SMK 19 32,86 6 SLTP 2 0 7 SD 2 2,86 Jumlah 69 100

Tabel diatas menunjukkan bahwa tenaga di Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil 65 % tenaga dengan klasifikasi sarjana rmuda, sarjana dan magister. Hal ini sebenarnya sudah merupakan hal yang baik bahwa sumber daya manusia yang ada di Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil umumnya tingkat perguruan tinggi, sehingga produk perencanaan pembangunan yang dihasilkan menjadi lebih baik.

(21)

II-13

Apabila dilihat dari jenis kesarjanaan/disiplin ilmu, terdapat 12,86 % pegawai dengan tingkat strata-2 dengan 9 0rang jenis disiplin ilmu, sedangkan strata-1 sebesar 45,71 % yang terdiri dari 9 jenis disiplin ilmu. Sedangkan komunikasi hanya 5,71 % dengan latar belakang sarjana muda. Selengkapnya dapat dilihat tabel berikut.

Tabel III.5. Jumlah pegawai Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil berdasarkan kesarjanaan

N0 KESARJANAAN/DISIPLIN ILMU JUMLAH

(orang )

A. DOKTOR 1

B. MAGISTER 9

1. Ilmu Pemerintahan -

2. Adm. Pemerintahan Daerah 4

3. Administrasi -

4. Manajemen 5

5. Manajemen SDM -

6. Perencanaan Wilayah -

7. Perencanaan Wilayah Kota - 8. Perencanaan Wilayah

Pedesaan

-

9. Pengembangan Wilayah -

10.Bisnis Administrasi -

11.Manajemen Sistem Informasi -

12.Pertanian -

13. Kesehatan Masyarakat -

14. Ilmu Lingkungan -

15. Sosial Ekonomi Pertanian -

16. Pendidikan - C. SARJANA 32 1. Ilmu Pemerintahan 3 2. Adm. Negara 4 3. Komunikasi 4. Akutansi

5. Perencanaan wilayah kota -

6. Hukum 1

(22)

II-14

8. Pendidikan -

9. Ekonomi 10

N0 KESARJANAAN/DISIPLIN ILMU JUMLAH

(orang )

10. Sosial, Ekonomi Perikanan -

11. Sarjana Kehutanan - 12. Teknik Pertambangan - 13. Teknik Sipil - 14. Teknik Informatika - 15. Teknik Komputer - 16. Statistik - 17. Perencanaan Wilayah - C. SARJANA MUDA 4 1. Komunikasi 4 D SMA 23 E SMP 2 F SD 2 Jumlah 69

Tabel diatas menunjukkan bahwa klasifikasi kedisipilnan ilmu pegawai yang ada di Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil menunjukkan hal yang bervariasi, hal ini sangat dibutuhkan dalam perumusan perencanaan pembangunan di Kabupaten Bogor. Dengan demikian diharapkan kompetensi kedisiplinan ilmu yang ada menjadikan perencanaan pembangunan di Kabupaten Bogor semakin berkualitas.

e. Jumlah Pegawai yang mengikuti diklat penjenjangan

Disamping tingkat pendidikan formal, pegawai yang ada di Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil, pegawai juga mendapat pelatihan penjenjangan maupun non penjenjangan. Dari 60 pegawai Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil terdapat 8 % yang telah mengikuti penjenjangan Spamen atau sejenisnya, jenis penjenjangan PIM III atau sejenisnya sebesar 33 %., sedangkan jenis

(23)

II-15

penjenjangan Diklat PIM IV atau sejenisnya sebesar 58 % Selengkapnya dapat dilihat tabel III.6.

Tabel III.6. Jumlah pegawai Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil yang mengikuti penjenjangan

N0 Jabatan/Staf Jumlah (orang ) %

1. Spamen 1 8

2. Spama/Diklat PIM III 4 33 3 Adum/Adumla/Diklat

PIM IV 7 58

Jumlah 12 100

2. Kondisi Umum Anggaran

Anggaran Belanja Daerah Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil Kabupaten Bogor tahun 2012-2013 telah ditetapkan dalam Peraturan Daerah tentang Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD) Kabupaten Bogor, dan dituangkan lebih lanjut dalam Dokumen Pelaksanaan Anggaran (DPA). Besarnya anggaran belanja yang telah ditetapkan setiap tahunnya mengalami penurunan, semula pada tahun 2012 sebesar Rp. 25.590.290.000,-,dan pada tahun 2013, menjadi Rp. 17.405.502.000,- atau turun sebesar 32 %. Demikian pula bila dilihat dari realisasi belanja, pada tahun 2012 sebesar Rp. 20.964.696.527 kemudian menjadi Rp 16.128.966.995,- pada tahun 2013, atau turun sebesar 23 %. Sementara itu, bila dilihat berdasarkan realisasinya anggaran yang telah ditetapkan maka rata-rata dalam kurun waktu 2012-2013 mencapai sebesar 83%.

Perkembangan anggaran dan realisasi belanja daerah menurut kelompok belanja dari tahun 2012-2013, sebagai berikut : TABEL III.7. ANGGARAN DAN REALISASI TAHUN 2012-2013

TAHUN ANGGARAN ( RP .) REALISASI

2012 25.590.290.000 20.964.696.527

(24)

II-16

3. Kondisi Umum Sarana Kerja

Sarana kerja yang ada di Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil Kabupaten Bogor tergolong cukup memadai ini bisa terlihat dalam tabel di Bawah ini :

TABEL.III.8, SARANA KERJA DINAS KEPENDUDUKAN DAN PENCATATAN SIPIL NO URAIAN BANYAKNY A SATUAN 1 TANAH ±3189 M2 2 GEDUNG 3 1306,2 UNIT (2 LANTAI) M2 3 LISTRIK 2 JARINGAN 4 AIR 1 JARINGAN

5 TELPON 1 LINE (1 FAX)

6 AREA PARKIR 1 AREA

NO URAIAN BANYAKNY

A SATUAN

7 RUANG RAPAT 2 RUANG

8 RUANG ARSIP 1 RUANG

9 KOPERASI 1 BUAH

10 TAMAN DALAM - AREA

11 KANTIN 1 BUAH 12 MUSOLLA 2 BUAH 13 KENDARAAN RODA 4 7 UNIT 14 KENDARAAN RODA 2 14 UNIT

15 MEJA RAPAT 11 SET

16 AC 27 UNIT

17 KOMPUTER PC 28 UNIT

18 KOMPUTER

NOTEBOOK 8 UNIT

19 MEJA KERJA 173 UNIT

20 KURSI KERJA 243 UNIT

21 FILLING KABINET 38 UNIT

22 RAK ARSIP 73 UNIT

(25)

II-17

24 JARINGAN

INTERNET 1 JARINGAN

25 BUKU

PERPUSTAKAAN - BUAH

26 AREA TAMAN LUAR 1 AREA

27 LEMARI ARSIP 13 UNIT

Dari table III.8 dapat dilihat bahwa perbandingan antara luas gedung dan jumlah pegawai di Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil sebesar 47,5 M2 : 1, hal ini mengidikasikan bahwa setiap satu orang pegawai memiliki ruang sebanyak 47,5 M2.

2.3. KINERJA PELAYANAN DINAS KEPENDUDUKAN DAN

PENCATATAN SIPIL

Indikator Kinerja pelayanan Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil sesuai dengan tugas pokok dan fungsinya dalam melaksanakan urusan dibidang kependudukan dan pencatatan sipil serta tugas pembantuan.

Tabel 2.1 Pencapaian Kinerja Pelayanan pada Dinas

Kependudukan dan Pencatatan Sipil Kabupaten Bogor 2013-2018

N O

Indikator Kinerja sesuai Tugas dan Fungsi

SKPD Target SPM Target IKK Target Indikator Lainnya

Target Renstra SKPD Tahun ke- Realisasi Capaian Tahun ke- Rasio Capaian pada Tahun ke-

1 2 3 4 5 1 2 3 4 5 1 2 3 4 5

(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) (9) (10) (11) (12) (13) (14) (15) (16) (17) (18) (19) (20)

1 Rasio penduduk ber KTP persatuan penduduk 0.7241 0.7244 0.7248 0.7252 0.7257 2 Rasio bayi berakte kelahiran 0.062 0.062 0.062 0.062 0.062 3 Rasio pasangan berakte nikah 1.00 1.00 1.00 1.00 1.00 4 Kepemilikan KTP El 100 72.41% 82.95% 90.63% 100% 100% 5 Kepemilikan akte kelahiran per 1000

penduduk 100

249.5

5 253.06 256.13 258.76 260.99 6 Ketersediaan data base kependudukan skala

propinsi 77.67 78.45 79.17 79.85 80.48

7 Penerapan KTP nasional berbasis NIK sudah sudah sudah sudah sudah 8 Jumlah penduduk (jiwa) 5634944 5813571 5997861 6187993 6384152

9 Laju pertumbuhan penduduk 3.15 3.17 3.17 3.17 3.17

(26)

II-18

mengemukakan ada/tidaknya kesenjangan/gap pelayanan, pada pelayanan mana saja target telah tercapai, faktor apa saja yang mempengaruhi keberhasilan pelayanan ini, lalu pada pelayanan mana saja target belum tercapai serta faktor yang mempengaruhi belum berhasilnya pelayanan tersebut. Hasil interpretasi ini ditujukan untuk menggambarkan potensi dan permasalahan pelayanan SKPD ditinjau dari kinerja pelayanan periode sebelumnya.

Pencapaian kinerja tersebut ditunjang oleh anggaran dan realisasi pendanaan pada Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil sebagai berikut :

(27)
(28)
(29)

II-21

mengemukakan pada tahun mana saja rasio antara realisasi dan anggaran dapat dikatakan baik atau kurang baik, pada perihal mana yang baik atau kurang baik, dan selanjutnya mengemukakan apa saja faktor-faktor yang mempengaruhi kinerja pengelolaan pendanaan pelayanan SKPD, misalnya prosedur/mekanisme, jumlah dan kualitas personil (sumber daya manusia), progres pelaksanaan program, dan sebagainya. Hasil interpretasi ini ditujukan untuk menggambarkan potensi dan permasalahan pendanaan pelayanan SKPD Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil.

2.4. TANTANGAN DAN PELUANG PENGEMBANGAN PELAYANAN

PADA DINAS KEPENDUDUKAN DAN PENCATATAN SIPIL

Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil dalam menjalankan tugas dan fungsinya di bidang kependudukan dan pencatatan sipil tentunya tidak terlepas dari berbagai permasalahan yang dihadapi baik internal maupun eksternal, akan tetapi permasalahan-permasalahan yang dihadapi tersebut harus dipandang sebagai suatu tantangan dan peluang dalam rangka meningkatkan dan mengembangkan pelayanan pada Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil Kabupaten Bogor. Tantangan yang paling nyata dihadapi kedepan terkait dengan kependudukan dan pencatatan sipil adalah bahwa dinamika pembangunan daerah harus bergerak cepat yang diakibatkan oleh adanya perkembangan global diberbagai sektor kehidupan masyarakat yang tidak dapat dihindari, seiring dengan perkembangan global tersebut, telah diantisipasi dengan berbagai kebijakan yang dikeluarkan oleh pemerintah, hal ini tentu berimplikasi pula terhadap kebijakan yang harus dikeluarkan oleh pemerintah daerah Kabupaten Bogor agar adanya sinergi dan keseuaian dalam menjalankan berbagai program dan kegiatan yang dilaksanakan.

(30)

II-22

Berdasarkan analisis terhadap permasalahan internal maupun eksternal, dalam hal ini dengan menggunakan metode SWOT Analisis. Dalam analisis SWOT Lingkungan internal meliputi Strength (Kekuatan) dan Weaknesses (Kelemahan ). Sedangkan Lingkungan eksternal meliputi Oppurtunity (Peluang) dan Ancaman Threaths (ancaman). Adapun Masing-masing kondisi lingkungan internal dan eksternal antara lain sebagai berikut :

1. Lingkungan Internal KEKUATAN (S):

1). Peraturan daerah nomor 11 tahun 2008 tentang pembentukan Dinas daerah;

2). Pegawai yang berpendidikan Stara-1 (S1) keatas di Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil Kabupaten Bogor diatas 62.36 % dari total jumlah pegawai;

3). Fasilitas sarana dan prasarana yang cukup memadai untuk sebuah dinas dilingkup pemerintah Kabupaten Bogor;

4). Keleluasaan menentukan besaran anggaran untuk kegiatan perencanaan yang diberikan oleh kepala daerah.

5). Keinginan masyarakat untuk memiliki akte catatan sipil dan administrasi kependudukan masih tinggi

KELEMAHAN (W):

1). Kemampuan sumber daya manusia perencana dan pelaksana teknis yang tidak merata ;

2). Belum adanya Peraturan daerah yang mengatur tentang perencanaan pembangunan daerah sebagai penjabaran dari UU 25 tentang sistem perencanaan pembangunan nasional ;

3). Sumber data yang tidak Up to date dalam proses penyusunan perencanaan program dan kegiatan ;

4). Masih lemahnya koordinasi dengan lintas skpd lain, instansi vertikal dan pemangku kepentingan lainnya

(31)

II-23

seperti LSM, Perguruan Tinggi, Lembaga Penelitian, Ormas, dll ;

5). Belum efektifnya sistem pengendalian dan evaluasi, baik metodologi, pelaksanaan maupun penggunaannya.

6). Masih lemanhnya jaringan komunikasi dengan instansi di bawah (kecamatan) ;

2. Lingkungan Eksternal PELUANG (O):

1). UU nomor 25 tentang sistem perencanaan pembangunan nasional dan Permendagri nomor 54 tahun 2010;

2). Jumlah Penduduk yang relative besar

3). Apresiasi dan Harapan yang tinggi oleh pimpinan daerah, DPRD, dan Masyarakat Kabupaten Bogor tentang peran maksimal Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil Kabupaten Bogor dalam pembangunan daerah yang dimulai dari perencanaan sampai dengan evaluasi;

4). Kepercayaan pimpinan daerah, DPRD dan masyarakat terhadap Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil.

5). Tingginya animo masyarakat untuk memiliki akta pencatatan sipil dan administrasi kependudukan masih tinggi.

ANCAMAN (T):

1). UU Nomor 23 tahun 2006 Tentang Administrasi kependudukan ;

2). Luas wilayah yang besar, dan masih adanya anggapan dari masyarakat bahwa akta catatan sipil dan administrasi kependudukan tidak begitu penting ;

(32)

III-1

BAB III

ISU-ISU STRATEGIS BERDASARKAN TUGAS DAN FUNGSI

3.1. IDENTIFIKASI PERMASALAHAN BERDASARKAN TUGAS DAN

FUNGSI

Dalam menjalankan tugas dan fungsinya, Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil Kabupaten Bogor tidak terlepas dari berbagai permasalahan yang dihadapi, pernasalahan tersebut antara lain :

1. Kemampuan Sumber Daya Manusia dan pelaksana teknis yang tidak merata ;

2. Upaya kearah terintegrasinya peraturan antar sektor dalam pemanfaatan data dan dokumen kependudukan masih perlu ditingkatkan ;

3. Masih rendahnya tingkat pemahaman keseluruhan masyarakat dalam penyelenggaraan administrasi kependudukan.

4. Belum efektifnya sistem pengendalian dan evaluasi, baik metodologi, pelaksanaan maupun penggunaannya.

5. Hasil evaluasi dan pengendalian belum dimanfaatkan secara optimal sebagai input bagi Dinas kependudukan dan pencatatan sipil ;

3.2. TELAAHAN VISI, MISI DAN PROGRAM KEPALA DAERAH DAN

WAKIL KEPALA DAERAH TERPILIH

Visi merupakan pandangan jauh ke depan, kemana dan bagaimana suatu organisasi harus dibawa berkarya agar tetap konsisten dan dapat eksis, antisipatif, inovatif dan produktif. Visi dapat membantu organisasi untuk mendefinisikan kemana organisasi akan dibawa dan membantu mendefinisikan bagaimana pelayanan harus dilaksanakan. Sedangkan menurut Undang-undang Nomor 25 Tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional (SPPN), Visi adalah rumusan umum mengenai keadaan yang diinginkan pada akhir periode perencanaan.

(33)

III-2

Sebagaimana telah di informasikan dalam kampanye pemilihan Bupati dan Wakil Bupati Kabupaten Bogor Tahun 2013- 2018, bahwa Visi Kabupaten Bogor adalah “

KABUPATEN BOGOR MENJADI KABUPATEN TERMAJU DI INDONESIA “

1. Pernyataan Misi

Misi adalah sesuatu yang harus diemban atau dilaksanakan oleh instansi pemerintah, sebagai penjabaran visi yang telah ditetapkan. Dengan pernyataan misi diharapkan seluruh anggota organisasi dan pihak yang berkepentingan (stakeholders) dapat mengetahui dan mengenal keberadaan dan peran instansi pemerintah dalam penyelenggaraan pemerintahan. Misi suatu instansi harus jelas dan sesuai dengan tugas pokok dan fungsi. Misi juga terkait dengan kewenangan yang dimiliki oleh instansi pemerintah. Sedangkan menurut Undang-undang Nomor 25 Tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional (SPPN), Misi adalah rumusan umum mengenai upaya-upaya yang akan dilaksanakan untuk mewujudkan visi.

Misi Kabupaten Bogor adalah:  Misi Pertama :

 Meningkatkan Kesalehan dan kesejahteraan sosial masyarakat

 Misi Kedua :

Meningkatkan Daya Saing Perekonomian masyarakat dan pengembangan usaha berbasis sumber daya alam dan pariwisata;

 Misi ketiga:

Meningkatkan integrasi, koneksitas dan kualitas infrastruktur wilayah dan pengelolaan lingkungan hidup yang berkelanjutan;

(34)

III-3

Meningkatkan derajat pendidikan dan kesehatan masyarakat melalui peningkatan aksesbilitas dan kualitas penyelenggaraan pendidikan dan pelayanan kesehatan;  Misi Kelima:

Meningkatkan kinerja penyelenggaraan pemerintahan dan kerjasama antar daerah dalam kerangka tatakelola pemerintahan yang baik;

Untuk mendukung pencapaian visi dan misi tersebut, Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil sesuai tugas pokoknya yaitu membantu Bupati dalam melaksanakan urusan pemerintahan daerah berdasarkan asas otonomi di bidang kependudukan dan pencatatan sipil serta tugas pembantuan, dan dalam melaksanakan tugas pokok tersebut Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil Kabupaten Bogor mempunyai fungsi, sebagai berikut :

1. Perumusan kebijakan teknis di bidang kependudukan dan catatan sipil;

2. Penyelenggaraan urusan pemerintahan dan pelayanan umum dibidang kependudukan dan catatan sipil;

3. Pembinaan dan pelaksanaan tugas dibidang kependudukan dan catatan sipil;

4. Pelaksanaan tugas lain yang diberikan oleh Bupati sesuai dengan tugas dan fungsinya.

Ditinjau dari sisi tugas kependudukan dan pencatatan sipil, secara umum tugas Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil terkait dengan pencapaian visi dan seluruh misi Kepala Daerah dan wakil Kepala Daerah, namun secara khusus, tugas dan fungsi Dinas Kependudukan dan Pencatatan Meningkatkan kinerja penyelenggaraan pemerintahan dan kerjasama antar daerah dalam kerangka tatakelola pemerintahan yang baik Sipil berkontribusi langsung dalam mendukung pencapaian misi ke 5 yaitu Meningkatkan kinerja penyelenggaraan pemerintahan dan kerjasama antar daerah dalam kerangka tatakelola pemerintahan yang baik.

(35)

III-4

3.3. TELAAHAN RENSTRA K/L DAN RENSTRA PROVINSI

Dalam Renstra Kementrian Dalam Negeri dijelaskan dalam rangka mendukung pencapaian sasaran Prioritas Pembangunan Nasional serta Visi, Misi, Tujuan, dan sasaran Strategis Kementerian Dalam Negeri Tahun 2010-2014, upaya dan langkah strategik utama adalah “ Memperjaga dan Memperkuat stabilitas penyelenggaraan sistem pemerintahan dalam negeri “. Stabilitas politik dalam negeri dan pemerintah dalam negeri adalah parameter pokok kebijakan Kementerian dalam Negeri yang dilaksanakan secara berkesinambungan sejak periode RPJM pertama tahun 2004-2009 dalam kerangka RPJPN Tahun 2005-2025.

Sejalan dengan itu, dalam kerangka pencapaian target pembangunan 2010-2014 terdapat prioritas-prioritas khusus yang secara langsung mendukung Program 5 (lima) Tahun (P5T), baik secara eksplisit telah termuat dalam RPJMN 2010-2014 maupun yang secara langsung menjadi bagian penugasan Kepada Menteri Dalam Negeri. Untuk mewujudkan hal tersebut, digunakan pendekatan berupa prinsip-prinsip RENSTRA kemendagri

1. Desentralisasi dan Otonomi Daerah, yaitu dengan mamperkuat penyelenggaraan pemerintah daerah guna meningkatkan pelayanan dan hasil-hasil pembangunan untuk kesejahteraan masyarakat;

2. Pembangunan berkelanjut, yaitu keseluruhan proses pembangunan yang dilakukan saling berkaitan antara kegiatan sebelumnya dengan rencana selanjutnya atau kegiatan yang satu dengan kegiatan lainnya dalam suatu rangkaian tahan yang saling terintegrasi;

3. Tata kepemerintahan yang baik, yaitu menerapkan tata pengelolaan yang baik ( good governance ) guna membentuk birokrasi yang di dukung dengan langkah-langkah reformasi birokrasi di lingkungan kementrian dalam Negeri.

(36)

III-5

Strategi pencapain program tersebut dilaksanakan dalam koridor kebijakan startegik yang berupakan kebijakan prioritas kementerian Dalam Negeri tahun 2010-2014, yang meliputi :

1) Menjaga persatuan dan kesatuan serta melanjutkan pengembangan system politik yang demokratis dan berkedaulatan rakyat, yang di dukung oleh situasi dan kondisi yang kondustif.

2) Mendukung pelaksanaan otonomi daerah dan penyelenggaraan pemerintah yang desentralistik.

3) Mendorong pembangunan daerah yang berkeseimbangan, serta meningkatkan keberdayaan dan kemandirian masyarakat dalam pengelolaan pembangunan secara partisipatif.

4) Mendorong penyelenggaraan prinsip-prinsip tata pemerintah yang baik dan penerapan reformasi birokrasi.

Program 3 : Penataan Administrasi Kependudukan (P3)

Program ini merupakan program teknis dengan tujuan terciptanya administrasi Kependudukan.

Indikator Kinerja Program adalah meningkatkan tertib Database Kependudukan berbaris NIK Nasional dan pelayanan dokumen Kependudukan, terwujudnya pemberian NIK pada setiap penduduk. Koneksitas NIK dengan indentitas Kependudukan dan tersedianya regulasi daerah tentang administrasi Kependudukan, serta terwujudnya Perencanan dan keserasian Kebijakan, Kependudukan, yang diukur dari :

1. Jumlah Kabupaten/Kota yang database Kependudukan tersambung (on-line) dengan provinsi dan nasional.

2. Jumlah Kabupaten/Kota yang melakukan konsolidasi data Kependudukan secara Nasional, berjenjang untuk menwujudkan NIK tunggal;

3. Jumlah Kabupaten/Kota yang melakukan Prmutakhiran database Kependudukan Kabupaten/kota .

4. Jumlah Kabupaten/Kota yang telah terpenuhi jaringan Komunikasi, serta sarana dan prasarana SIAK di daerah maupun data center Kependudukan secara on-line.

(37)

III-6

5. Jumlah Kabupaten/Kota yang memberikan Nomor Induk Kependudukan (NIK) Kepada setiap penduduk;

6. Jumlah K/L yang dapat mengakses database Kependudukan berbaris NIK Nasional dan atau digunakan sebagai dasar penerbitan dokumen, informasi untuk pelayanaan publik;

7. Jumlah Kependudukan/kota yang menerapkan SIAK dalam pelayanaan administrasi kependudukan secara tersistem dan utuh;

8. Jumlah Kabupaten/kota yang melaksanakan perekaman biodata, foto, dan sidik jari penduduk secara terintegrasi di daerah;

9. Jumlah SDM yang disediakan Kabupaten/Kota dalam pengelolaan SIAK dan petugas registrasi;

10. Jumlah kabupaten/kota tahap pertama yang menerapkan KTP barbasis NIK Nasional;

11. Jumlah penduduk e_KTP berbasis NIK dengan perekam sidik jari;

12. Jumlah daerah yang menerapkan perda sebagai amanat UU No. 23 Tahun 2006 dalam penyelenggaraan administrasi Kependudukan;

13. Peresentase Pemda (kabupaten/kota) yang memiliki perencanan Kependudukan;

14. Sosialisasi administrasi Kependudukan secara terus menerus kepada masyarakat; Pelaksana program adalah Direktorat Jendal Kependudukan dan Pencatatan Sipil melalui 7(tujuh) kegiatan yaitu :

1. Dukungan Manajemen dan Dukungan Teknis Lainnya Direktorat Jendral Kependudukan dan Pencatatan Sipil.

2. Pembinaan Administrasi Pendaftaran Penduduk; 3. Pembinaan Administrasi Pencatatan sipil;

4. Pengelolaan Informasi Kependudukan;

5. Pengembangan Sistem Administrasi Kependudukan ( SAK ) terpadu;

6. Penetapan Pengembangan kebijakan kependudukan; serta 7. Penyerasian Kebijakan dan Perencanan Kependudukan;

(38)

III-7

Sejalan dengan kebijakan nasional dan provinsi tersebut, dalam Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD Pemerintah Kabupaten Bogor (2013-2018), prioritas pembangunan Kabupaten Bogor diarahkan pada :

1. Peningkatan Kualitas sumber daya manusia, terutama pendidikan dan kesehatan maupun aspek lainnya yang mengutamakan manusia dalam pembangunan.

2. Revitalisasi pertanian dan pembangunan perdesaan melalui pembangunan maupun pengembangan agribisnis, agro-industri serta koperasi, usaha mikro. Kecil dan menengah.

3. Peningkatan investasi dan penciptaan peluang kerja.

4. Peningkatan Kuantitas dan kualitas infrastruktur serta pengelolaan lingkungan hidup secara berkelanjutan untuk mendorong percepatan pembangunan perekonomian daerah. 5. Peningkatan tata kelola pemerintahan yang baik dan

pemerintahan yang bersih.

6. Peningkatan kesolehan sosial masyarakat dan/atau pembangunan sosial keagamaan untuk mencapai harkat dan martabat kemanusiaan yang tinggi atau tingkat peradaban masyarakat yang tinggi.

3.4. TELAAHAN RENCANA TATA RUANG DAN KAJIAN LINGKUNGAN

HIDUP STRATEGIS

Dalam Peraturan Daerah Nomor 19 tahun 2008 tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Bogor tahun 2005-2025, disebutkan bahwa tujuan penataan ruang adalah untuk mewujudkan : (a) terselenggaranya pemanfaatan ruang wilayah yang berkelanjutan dan berwawasan lingkungan sesuai dengan kemampuan daya dukung dan daya tampung lingkungan hidup yang selektif, efektif dan efisien, melalui pemberian Building

Coverage Ratio (BCR) yang rendah pada kawasan yang memiliki

nilai konservasi;(b) meningkatkan kualitas lingkungan pada kawasan lindung sebagai kawasan konservasi air dan tanah, melalui program rehabilitasi lahan, dengan kegiatan vegetatif dan sipil teknis serta kegiatan pemanfaatan ruang yang tidak dapat mengganggu fungsi kawasan; (c) tercapainya pembangunan

(39)

III-8

infrastruktur yang dapat mendorong perkembangan wilayah dan perekonomian masyarakat khususnya pada daerah-daerah tertinggal dan terisolasi guna menekan migrasi dari desa ke kota dengan pengembangan desa–desa potensial; (d) pembangunan dan pengembangan perkotaan berhirarkis yang dibentuk oleh sistem jaringan antara kegiatan perdesaan dan perkotaan internal daerah dan eksternal Jakarta, Bogor, Depok, Tangerang, Bekasi, Puncak, dan Cianjur (Jabodetabekpunjur); dan (e) terwujudnya rencana tata ruang yang lebih rinci sebagai arahan pengendalian, pengawasan, dan pelaksanaan pembangunan dalam mewujudkan sistem kota-kota.

Selanjutnya dalam RTRW juga telah ditetapkan kebijakan pengembangan struktur ruang; dan kebijakan pengembangan pola ruang.Kebijakan pengembangan struktur ruang meliputi : (a) peningkatan akses pelayanan perkotaan dan pusat pertumbuhan ekonomi wilayah yang merata dan berhirarki; dan; (b) peningkatan kualitas dan jangkauan pelayanan jaringan prasarana transportasi, telekomunikasi, energi, dan sumber daya air yang terpadu dan merata di seluruh wilayah Daerah. Selanjutnya kebijakan pengembangan pola ruang meliputi : (a) kebijakan pengembangan kawasan lindung, dalam rangka pemeliharaan dan perwujudan kelestarian fungsi lingkungan hidup; dan pencegahan dampak negatif kegiatan manusia yang dapat menimbulkan kerusakan lingkungan hidup; (b) kebijakan pengembangan kawasan budi daya, dalam rangka perwujudan dan peningkatan keterpaduan dan keterkaitan antar kegiatan budi daya; dan pengendalian perkembangan kegiatan budi daya agar tidak melampaui daya dukung dan daya tampung lingkungan; (c) kebijakan pengembangan kawasan strategis, yang meliputi : pengembangan kawasan strategis Puncak sebagai kawasan strategis lingkungan hidup yang berperan sebagai kawasan andalan pariwisata melalui pembatasan pemanfaatan ruang yang lebih selektif dan efisien; pengembangan kawasan strategis industri sebagai kawasan strategis sosial ekonomi melalui penataan dan pemanfaatan ruang serta pembangunan jaringan infrastruktur yang mendorong perkembangan kawasan; pengembangan kawasan

(40)

III-9

strategis pertambangan sebagai kawasan strategis lingkungan hidup yang berperan sebagai kawasan andalan sumber daya alam melalui konservasi bahan galian; dan pengembangan kawasan strategis lintas administrasi kabupaten sebagai kawasan strategis sosial ekonomi melalui sinkronisasi sistem jaringan.

Lebih lanjut dikemukakan strategi untuk mewujudkan kebijakan penataan ruang wilayah meliputi : (a) strategi pengembangan struktur ruang wilayah; (b) strategi pengembangan kawasan perdesaan dan kawasan perkotaan; (c) strategi pengembangan sistem pusat permukiman perdesaan dan perkotaan; (d) strategi pengembangan sistem prasarana wilayah; (e) strategi pengembangan pola ruang wilayah; (f) strategi penatagunaan tanah, penatagunaan air, penatagunaan udara, dan penatagunaan sumberdaya alam lainnya.

Selanjutnya dijelaskan Rencana struktur ruang wilayah, meliputi : (a) sistem pusat permukiman perdesaan; (b) sistem pusat permukiman perkotaan; dan (3) sistem prasarana wilayah.

Sistem pusat permukiman perdesaan dilakukan dengan membentuk pusat pelayanan desa secara hirarkis, dikembangkan berdasarkan pelayanan perdesaan melalui pembangunan Desa Pusat Pertumbuhan (DPP). Desa Pusat Pertumbuhan telah ditetapkan meliputi :

a. Desa Tenjo, Desa Batok, dan Desa Tapos Kecamatan Tenjo; b. Desa Sukamulih Kecamatan Sukajaya;

c. Desa Banyuasih, Desa Cintamanik, dan Desa Bangunjaya Kecamatan Cigudeg;

d. Desa Cikuda Kecamatan Parungpanjang; e. Desa Cijujung Kecamatan Cibungbulang;

f. Desa Pabangbon dan Desa Karacak Kecamatan Leuwiliang;

g. Desa Ciasmara dan Desa Gunung Picung Kecamatan Pamijahan; h. Desa Ciampea Udik dan Desa Ciampea Kecamatan Ciampea; i. Desa Ciomas Rahayu Kecamatan Ciomas;

j. Desa Sirnagalih Kecamatan Tamansari; k. Desa Cidokom Kecamatan Rumpin;

l. Desa Cibitung Tengah dan Desa Gunung Malang Kecamatan Tenjolaya;

(41)

III-10

m. Desa Parakanmuncang dan Desa Cisarua Kecamatan Nanggung;

n. Desa Parigimekar Kecamatan Ciseeng; o. Desa Warujaya Kecamatan Parung; p. Desa Pondok Udik Kecamatan Kemang; q. Desa Pasir Gaok Kecamatan Rancabungur; r. Desa Susukan Kecamatan Bojonggede; s. Desa Hambalang Kecamatan Citeureup;

t. Desa Tengah dan Desa Cirimekar Kecamatan Cibinong;

u. Desa Setu, Desa Koleang, dan Desa Pangradin Kecamatan Jasinga;

v. Desa Tajurhalang Kecamatan Tajurhalang; w. Desa Cisalada Kecamatan Cigombong; x. Desa Cipelang Kecamatan Cijeruk;

y. Desa Ciderum dan Desa Lemah Duhur Kecamatan Caringin; z. Desa Cibedug Kecamatan Ciawi;

aa. Desa Cipayung Girang dan Desa Sukamaju Kecamatan Megamendung;

bb. Kelurahan Cisarua Kecamatan Cisarua;

cc. Desa Cijayanti dan Desa Babakan Madang Kecamatan Babakan Madang;

dd. Desa Gununggeulis dan Desa Cijujung Kecamatan Sukaraja; ee. Desa Sirnajaya dan Desa Sukadamai Kecamatan Sukamakmur; ff. Desa Sirnagalih, Desa Singasari, dan Desa Jonggol Kecamatan

Jonggol;

gg. Desa Limusnunggal, Desa Mekarsari, dan Desa Gandoang Kecamatan Cileungsi;

hh. Desa Wanaherang Kecamatan Gunung Putri;

ii. Desa Cariu dan Desa Cikutamahi Kecamatan Cariu;

jj. Desa Buana Jaya, Desa Selawangi, Desa Tanjungrasa, Desa Sirnarasa, dan Desa Pasirtanjung Kecamatan Tanjungsari; dan kk. Desa Cikahuripan dan Desa Nambo Kecamatan Klapanunggal.

Sistem pusat permukiman perkotaan juga telah ditetapkan meliputi : (a) Orde I, yaitu Kecamatan Cibinong yang memiliki aksesibilitas tinggi terhadap Pusat Kegiatan Nasional (PKN), antara lain wilayah JABODETABOKPUNJUR; (b) Orde II, yaitu Kecamatan Cileungsi dan Kecamatan Leuwiliang yang memiliki aksesibilitas tinggi terhadap Kecamatan Cibinong; dan (c) Orde III, yaitu

(42)

III-11

Kecamatan Jasinga, Kecamatan Parung Panjang, Kecamatan Parung, Kecamatan Ciawi, Kecamatan Cigombong, dan Kecamatan Cariu.

Sistem prasarana wilayah yang telah direncanakan meliputi : (a) sistem prasarana transportasi meliputi sistem transportasi jalan, sistem transportasi perkeretaapian, dan sistem transportasi udara; (b) sistem prasarana telekomunikasi; (c) sistem prasarana sumberdaya energi; (d) sistem prasarana sumberdaya air; (e) sistem prasarana gas; dan (f) sistem prasarana lingkungan.

Rencana Tata Ruang Wilayah ini diharapkan menjadi pedoman bagi semua pemangku kepentingan dalam pelaksanaan pembangunan di berbagai sektor/bidang, serta mengakomodasikan pembagian peran dengan kabupaten/kota dan bersifat saling melengkapi serta selaras serta sebagai matra spasial bagi Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD), Rencana Pembangunan Jangka Panjang Daerah (RPJPD) serta rencana pembangunan lainnya.

Jika ditelaah rencananya, maka terlihat adanya keseimbangan rencana struktur ruang antar wilayah baik dalam pengembangan sistem pusat permukiman perdesaan; sistem pusat permukiman perkotaan; dan sistem prasarana wilayah.

Namun dalam implementasinya berbeda, sehingga masih terdapat berbagai isu strategis yang perlu ditangani secara sistematis dalam kaitan dengan penataan ruang ini. Pertama adalah masih terjadi penyimpangan pemanfaatan ruang di kabupaten Bogor. Hal ini ditunjukkan oleh adanya ketimpangan pembangunan wilayah di Kabupaten Bogor antara Kabupaten Bogor Bagian Barat dengan bagian Kabupaten Bogor lainnya. Isu ketimpangan ini harus direspon secara cepat oleh Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil dengan menjamin keterkaitan dan konsistensi antara perencanaan, penganggaran, pelaksanaan dan pengawasan. RTRW harus dijadikan acuan utama dalam menetapkan lokasi pembangunan sehingga ketimpangan pembangunan wilayah yang terjadi dapat dikurangi secara bertahap. Selanjutnya pemahaman

(43)

III-12

pegawai Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil terhadap RTRW dan perkembangan wilayah juga perlu ditingkatkan.

Isu selanjutnya berkaitan dengan semakin meningkatnya konversi lahan pertanian ke non pertanian dan konversi lahan di kawasan lindung. Hal ini terjadi karena pengaruh kegiatan ekonomi seperti kegiatan investasi industri, jasa maupun pemukiman, perkembangan penduduk maupun kondisi sosial budaya. Alih fungsi lahan di Kabupaten Bogor terutama terjadi pada berubahnya fungsi hutan baik primer maupun sekunder menjadi fungsi perkebunan bahkan semak belukar, berubahnya fungsi sawah menjadi fungsi permukiman dan budidaya lainnya. Alih fungsi yang terjadi umumnya mengabaikan rencana tata ruang yang telah direncanakan sebelumnya. Sebagai akibatnya produksi dan produktivitas pertanian semakin menurun dan kondisi lingkungan juga menurun. Mengingat sektor pertanian dan lingkungan alam masih menjadi keunggulan Kabupaten Bogor khususnya dalam lingkup wilayah Jabodetabek, maka kondisinya yang semakin menurun akan mengancam ketahanan pangan Kabupaten Bogor. Kondisi ini menuntut Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil untuk semakin kreatif dalam merancang berbagai upaya perlindungan dan pengamanan terhadap lahan-lahan pertanian yang produktif agar tidak dialihfungsikan untuk kepentingan lain yang merugikan pembangunan pertanian daerah. Isu lainnya yang perlu diperhatikan adalah berkembangnya aktivitas pertambangan dan galian yang tidak memperhatikan tata-ruang dan dampak lingkungan. Barang tambang pada dasarnya merupakan sumber daya alam yang bernilai ekonomi dan dapat diekstrak untuk meningkatkan pendapatan, namun sangat perlu dilakukan upaya untuk meminimalkan dampak lingkungan. Lingkungan yang rusak akan dapat mengancam potensi ekonomi lainnya yang dimiliki Kabupaten Bogor seperti pariwisata dan pertanian. Oleh karena itu, Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil perlu menyusun rencana yang lebih berwawasan lingkungan. Jika ditelaah aspek lingkungan hidup, maka wilayah Kabupaten Bogor memiliki potensi berbagai jenis sumberdaya alam yang

(44)

III-13

terbarukan maupun yang tidak terbarukan. Namun pemanfaatan sumber energi alternatif yang terbarukan selain tenaga air, saat ini masih belum optimal.

Isu strategis yang berkaitan dengan lingkungan hidup yang terjadi saat ini adalah terjadinya kerusakan lingkungan di daerah-daerah pertambangan, dan pembangunan kawasan-kawasan industri. Kondisi ini dapat meningkatkan polusi baik polusi udara, air, maupun suara sehingga dapat mengurangi kualitas kesehatan masyarakat di sekitar kawasan industri. Demikian pula alih fungsi lahan secara berlebihan dan tidak sesuai dengan peruntukannya dapat mengakibatkan terjadinya degradasi lahan. Hal ini dapat mengakibatkan peningkatan potensi bencana yang timbul seperti erosi, banjir, polusi dan lain-lain.

Pembangunan ekonomi yang kurang bijaksana akan memberi dampak negatif terhadap kualitas lingkungan. Peningkatan pembangunan aksesibilitas jalan secara berlebihan akan mempengaruhi aktifitas pertanian di Kabupaten Bogor. Semakin banyak jaringan jalan yang ada, maka kegiatan pertanian akan semakin terdesak akibat berkurangnya lahan pertanian. Pemanfaatan air bersih secara berlebihan juga dapat mengakibatkan menurunnya kuantitas dan kualitas sumber air khususnya air tanah. Pemanfaatan potensi pertambangan yang tidak terkendali dapat mengakibatkan kerusakan lingkungan akibat lahan galian yang ditinggalkan.

Sebagai respon atas berbagai isu lingkungan hidup tersebut, maka Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil perlu merancang berbagai rencana pembangunan yang ramah lingkungan. Sebagai implikasinya maka peningkatan kompetensi SDM perlu ditingkatkan. Selanjutnya perumusan rencana pembangunan berwawasan lingkungan perlu melibatkan berbagai sektor, sehingga kuantitas dan kualitas koordinasi juga perlu ditingkatkan. Elemen penting lainnya dalam perencanaan berwawasan lingkungan adalah ketersediaan data dan informasi yang lengkap dan akurat tentang kondisi degradasi lingkungan,

(45)

III-14

sehingga kedepan perancangan sistem data dan informasi lingkungan hidup semakin penting.

Isu strategis yang berhubungan dengan Dinas kependudukan dan pencatatan sipil adalah melaksanakan amanat Undang –undang Nomor 23 tahun 2006 tentang Administrasi kependudukan, yaitu antara lain untuk mewujudkan tertib penyelenggaraan administrasi kependudukan dalam skala nasional dan menjamin kepastian hukum hak sipil penduduk, maka pemerintah dengan dukungan Dewan perwkilan Rakyat Republik Indonesia telah memprogramkan 3 (tiga) Program Strategis Nasional dibidang kependudukan dan pencatatan sipil (2010-2012) yang meliputi Pemutakhiran Data Kependudukan, Penerbitan Nomor Induk Kependudukan (NIK), Penerapan KTP elektronik.

Tiga Program Strategis Nasional tersebut merupakan reformasi mendasar dalam penyelenggaraan administrasi kependudukan untuk mendukung suksesnya Pemilu 2014 dan pemilukada selanjutnya, peningkatan efektifitas pelayanan publik, peningkatan keamanan negara dan efektifitas perencanaan pembangunan serta perumusan kebijakan pemerintah. Dengan 3 (tiga) Program Strategis Nasional ini, maka terbangun pula data base kependudukan yang onlinne di Kabupaten/Kota,provinsi dan Pusat.

Melalui akurasi database kependudukan yang berbasis pada NIK, maka dapat diterbitkan KTP Elektronik yang berlaku secara nasional, sehingga tidak diperlukan lagi KTP daerah/lokal sebagai persyaratan pelayanan publik. Disamping itu KTP Elektronik juga mampu memberikan rasa aman kepada masyarakat karena tidak dapat dipalsukan, sehingga dapat membantu meningkatkan keamanan negara karena secara otomatis, akan mempersempit ruang gerak tindakan kriminal, teroris, TKI ilegal, perdagangan orang dan manipulasi dokumen perbankan.

3.5. PENENTUAN ISU-ISU STRATEGIS

Perumusan isu-isu strategis didasarkan analisis terhadap lingkungan internal dan eksternal yaitu peluang dan ancaman

(46)

III-15

serta memperhatikan kekuatan dan kelemahan pada Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil Kabupaten Bogor dalam melaksanakan tugas pokok dan fungsi membantu Bupati dalam melaksanakan urusan pemerintahan daerah di bidang Kependudukan dan Pencatatan Sipil , maka isu-isu strategis yang menjadi acuan atau dasar dalam menentukan program dan kegiatan yang diprioritaskan selama lima tahun ke depan (2009-2013) untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan sebagai berikut :

Strategi S-O

1). Dengan adanya peraturan yang mengatur Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil sebagai sebuah Dinas yang melaksanakan urusan bidang Kependudukan dan pencatatan sipil maka Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil diharapkan sebagai salah satu pelaksana pembangunan di Kabupaten Bogor ;

2). Dengan Kepercayaan yang diberikan oleh Pimpinan Dearah terhadap Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil maka diharapkan mampu untuk meningkatkan pelayanan supaya memberikan kepuasan kepada masyarakat.

Strategi W-O

1). Pelatihan secara intensif bagi pegawai Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil terutama untuk memahami dan mengerti peraturan-peraturan bidang kependudukan dan pencatatan sipil.

2). Meningkatkan secara intensif dan maksimal koordinasi dengan lintas skpd, lembaga vertikal, DPRD, LSM, Perguruan Tinggi dan Pemangku Kepentingan lainnya.

Strategi S-T

1). Memberikan pengetahuan dan informasi kepada SKPD,LSM dan masyarakat tentang mekanisme dan peraturan tentang proses administrasi kependudukan dan pencatatan sipil;

2). Melakukan sosialisasi, memberikan pemahaman dan pengertian kepada DPRD, LSM, masyarakat, dan pemangku

(47)

III-16

kepentingan lainnya bahwa proses adminsitrasi kependudukan dan pencatatan sipil itu memerlukan prosedur, proses dan waktu.

Strategi W-T

1). Melakukan Pembagian tugas yang proporsional kepada seluruh pegawai Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil ;

2). Melakukan peningkatan hubungan dengan instansi vertikal untuk meringankan beban masyarakat dalam memperoleh akta catatan sipil dan pendaftaran penduduk.

3). Membuat kesepakatan bersama antara Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil dan para Pemangku kepentingan, seperti DPRD, SKPD, LSM, dll yang akan menjadi prioritas pembangunan.

4). Memberikan pengertian dan arahan bahwa pelaksanaan administrasi kependudukan dan pencatatan sipil Kabupaten Bogor tidak bisa sporadis tapi harus sistemik dan bertahap karena keterbatasan sumberdaya.

Referensi

Dokumen terkait

19 Menurut hasil penelitian analisis Cornelia, dkk (2008:12), apabila kualitas layanan semakin baik, dengan semakin meningkatkan dimensi dari pada variabel- variabel

Biji kopi yang sudah selesai diproses masih memiliki waktu untuk dibersihkan dari cairan rumen sapi pada hari yang sama.. Keuntungan lain adalah biji yang sudah bersih

Rata-rata mahasiswa tidak memperhatikan dengan detail setiap konsep yang ada, sehingga penafsirannya ke dalam konteks (aplikasi teori dengan data dilapangan) bersifat

Adapun penelitian yang digunakan dalam penulisan skripsi ini adalah penelitian deskriptif dimana penulis memaparkan tentang Peranan pengadilan Perikanan Medan dalam

Bangsa dari Nidulariales ini merupakan jamur berupa bird’s nest dan jamur penembak spora, basidiocarpnya oval, berbentuk terompet. Jamur ini dibentuk secara berkelompok

dengan informan yang berasal dari PT. Telkom CDSA Medan dan pelaku usaha. kecil Ita Mode.

1) Hasil penelitian ini meunjukkan bahwa aset pajak tangguhan berpengaruh terhadap manajemen laba akrual. Berdasarkan hasil regresi yang disajikan dalamtabel 4.6 nilai