BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pertumbuhan ekonomi adalah proses perubahan kondisi perekonomian suatu negara secara berkesinambungan menuju keadaan yang lebih baik selama
periode tertentu. Pertumbuhan ekonomi dapat diartikan juga sebagai proses
kenaikan kapasitas produksi suatu perekonomian yang diwujudkan dalam bentuk
kenaikan pendapatan nasional. Adanya pertumbuhan ekonomi merupakan indikasi
keberhasilan pembangunan ekonomi.
Seperti kita ketahui, pembangunan di Indonesia dalam kurun waktu 30
tahun terakhir ini ditandai dengan pertumbuhan ekonomi cukup tinggi yang
ditunjukkan oleh kemajuan fisik yang sangat menakjubkan. Namun pertanyaan
yang masih sering muncul di benak kita adalah mengapa masih terjadi
ketimpangan dan gejolak sosial di masyarakat di tengah-tengah maraknya
pembangunan saat ini di segala bidang. Jika dicermati lebih mendalam kita
dihadapkan pada kenyataan dimana pembangunan yang dilaksanakan selama tiga
dekade terkahir terkesan hanya bertumpu pada pertumbuhan ekonomi dan kurang
terfokus pada pemertaan hasil pembangunan tersebut.1
Khusus ketimpangan ekonomi faktor utama penyebabnya adalah
pemusatan kekuatan ekonomi atau penguasaan asset nasional pada sekelompok
anggota masyarakat tertentu dalam berbagai bentuk monopoli dan oligopoli.
1
Ketimpangan penguasaan aset terutama yang produktif pada gilirannya akan
menyebabkan terjadinya ketimpangan dalam berbagai aspek kehidupan
masyarakat. 2
Salah satu upaya yang dianggap tepat dalam memecahkan masalah
kesenjangan ini adalah melalui kemitraan usaha antara yang besar dan yang kecil,
antara yang kuat dan yang lemah. Melalui kemitraan diharapkan dapat secara
bersimbiose mutualistik sehingga kekurangan dan keterbatasan usaha kecil dapat
teratasi. Kemitraan yang ingin diwujudkan dengan misi utamanya adalah
membantu memecahkan masalah ketimpangan dalam kesempatan berusaha,
ketimpangan pendapatan, ketimpangan antar wilayah, ketimpangan kota dengan
desa. Kemitraan yang dibangun atas landasan saling membutuhkan, saling
mengutungkan, dan saling memperkuat dengan fungsi dan taanngung jawab yang
sesuai dengan kemampuan dan proporsi yang dimiliki oleh masing-masing pihak
yang terlibat dalam kemitraan tersebut.3
Dalam perspektif dunia, diakui bahwa usaha mikro, kecil dan menengah
(UMKM) memainkan suatu peran yang sangat vital di dalam pembangunan dan
pertumbuhan ekonomi, tidak hanya di negara-negara sedang berkembang, tetapi
juga di negara-negara maju. Di negara maju, UMKM sangat penting tidak hanya
karena kelompok usaha tersebut menyerap paling banyak tenaga kerja
dibandingkan usaha besar., seperti halnya di negara sedang berkembang, tetapi
juga di banyak negara kontribusinya terhadap pembentukan atau pertumbuhan
2
Ibid. 3
penduduk domestik bruto (PDB) paling besar dibandingkan kontribusi dari usaha
besar.4
Tidak dapat dipungkiri bahwa Usaha Kecil memegang peranan penting
dalam memajukan perekonomian suatu Negara. Demikian halnya dengan
Indonesia. Adapun yang dimaksud dengan Usaha Kecil adalah usaha ekonomi
produktif yang berdiri sendiri, yang dilakukan oleh orang perorangan atau badan
usaha yang bukan merupakan anak perusahaan atau bukan cabang perusahaan
yang dimiliki, dikuasai, atau menjadi bagian baik langsung maupun tidak
langsung dari usaha menengah atau usaha besar yang memenuhi.5
Usaha kecil, dalam arti umum di Indonesia, terdiri atas usaha kecil
menengah (UKM) maupun industri kecil (IK) telah menjadi bagian penting dari
sistem perekonomian nasional, yaitu mempercepat pemerataan pertumbuhan
ekonomi melalui misi penyediaan lapangan usaha dan lapangan kerja,
peningkatan pendapatan masyarakat, serta ikut berperan dalam meningkatkan
perolehan devisa dan memperkokoh struktur ekonomi nasional.6 Ada tiga alasan
utama kenapa suatu Negara harus mendorong usaha kecil yang ada untuk terus
berkembang. Alasan yang pertama adalah karena pada umumya cenderung
memiliki kinerja yang lebih baik dalam hal menghasilkan tenaga kerja yang
produktif. Kemudian untuk alasan yang kedua seringkali mencapai peningkatan
produktivitasnya melalui investasi dan perubahan teknologi. Hal ini merupakan
bagian dari dinamika usahanya yang terus meyesuaikan perkembangan jaman.
4
Tulus T. H. Tambunan, UMKM Di Indonesia, (Jakarta : Ghalia Indonesia, 2009), hlm. 1 5
Pasal 1, Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2008 Tentang Usaha Mikro, Kecil dan Menengah. 6
Untuk alasan yang terkahir, usaha kecil ternyata memilki keunggulan dalam hal
fleksibilitas dibandingkan dengan perusahaan besar.
Permasalahan, peluang, dan pengembangan usaha kecil dalam ekonomi
nasional maupun global menunjukkan hal-hal apa yang perlu diperkuat dalam
percaturan bisnis (mampu atau tidak bertahan) dan usaha-usaha bagaimana yang
perlu dikembangkan di masa-masa mendatang, dalam rangka mencapai prespektif
usaha kecil yang potensional dan dinamis. Hal tersebut, permasalahannya
terutama dikelompokkan atas 3 kategori berikut :
a. Permasalahan klasik dan mendasar, misalnya keterbatasan modal, SDM,
pengembangan produk, dan akses pemasaran.
b.Permasalahan pada umumnya, misalnya peran dan fungsi instansi terkait
dalam menyelesaikan masalah dasar yang berhubungan dengan masalah
lanjutan, seperti prosedur perizinan, perpajakan, agunan, dan hukum.
c.Permasalah lanjutan, misalnya pengenalan dan penetrasi pasar ekspor yang
belum optimal, kurangnya pemahaman desain produk yang sesuai
dengan karakter pasar, permasalaha hukum yang menyangkut perizinan,
hak paten dan prosedur kontrak.7
Di Indonesia, usaha kecil yang ada memiliki peran penting dalam
menyerap tenaga kerja, meningkatkan jumlah unit usaha, dan mendukung
pendapatan rumah tangga. Perkembangan suatu usaha dapat dipengaruhi oleh
banyak faktor, baik itu faktor internal maupun faktor eksternal. Untuk faktor
eksternal sendiri ada satu permasalahan umum yang biasa dihadapi oleh para
7
pelaku usaha yaitu permodalan. Kesulitan memperoleh modal untuk investasi
maupun untuk operasional usaha merupakan masalah klasik yang masih
mengahantui di Indonesia selama ini.
Sebenarnya permasalahan ini bisa diselesaikan dengan catatan bahwa
masing-masing pelaku usaha menerapkan konsep manajemen yang baik dan
sesuai dengan aturan-aturan yang telah ditentukan oleh lembaga keuangan yang
ada. Selama ini kenyataan di lapangan ternyata masih banyak para pelaku usaha
yang belum menerapkan konsep manajemen seperti ini dalam operasional mereka
sehari-hari. Selain itu tingginya bunga kredit dan berbelitnya prosedur pengajuan
menyebabkan sebagian besar usaha kecil tidak mengajukan kredit kepada
lembaga keuangan bank maupun nonbank seperti pasar modal dan pembiayaan.
Dari uraian tersebut maka pemerintah sangat fokus dalam membina dan
mengembangkan usaha kecil dengan memberikan kredit lunak untuk
meningkatkan permodalan bahkan dapat merangsang tumbuhnya usaha kecil
lainnya. Selain dari segi finansial pemerintah juga membantu pelaku usaha kecil
dalam hal bimbingan cara mengelola atau memanajemen perusahaan yang baik
karena dapat dikatakan para pelaku usaha kecil berangkat dari bakat dan kemauan
untuk maju yang tidak memilik dasar pengetahuan manajemen perusahaan. Sangat
penting bagi pemerintah untuk dapat memberikan pengetahuan tersebut agar
usaha kecil dapat lebih tertata rapi dan berkembang maju serta meningkatkan
perekonomian nasional pada umumya.
Badan Usaha Milik Negara, yang selanjutnya disebut BUMN, adalah
melalui penyertaan secara langsung yang berasal dari kekayaan negara yang
dipisahkan.8
Sebagai salah satu sumber penerimaan Negara yang signifikan dalam
bentuk berbagai jenis pajak, dividen, dan hasil privatisasi, tentunya BUMN akan
berperilaku pula sebagai layaknya perusahaan pada umumnya yang juga
berorientasi pada pencapaian keuntungan atau laba. BUMN perlu menumbuhkan
budaya korporasi dan profesionalisme antara lain melalui pembenahan
pengurusan dan pengawasannya. Pengurusan dan pengawasan BUMN harus
dilakukan berdasarkan prinsip-prinsip tata-kelola perusahaan yang baik (good
corporate governance). Sebagai korporasi, BUMN memiliki
tuntutan peran sedemikian. Namun pada sisi lain BUMN pun dituntut
memberikan kontribusi nyata terhadap masyarakat sekitarnya. Pasal 88 UU RI
No. 19 Tahun 2003 menyebutkan bahwa BUMN dapat menyisihkan sebagian laba
bersihnya untuk keperluan pembinaan usaha kecil / koperasi serta pembinaan
masyarakat sekitar BUMN.
Peran dan tanggung jawab dari BUMN sebagai korporasi dijabarkan
lebih lanjut dalam Undang-Undang No. 40 Tahun 2007 Tentang Perseroan
Terbatas yang telah disahkan pada tanggal 20 Juli 2007. Pasal 74 UU No. 40
Tahun 2007 menyebutkan bahwa perseroan yang menjalankan kegiatan usahanya
di bidang dan/atau berkaitan dengan sumber daya alam wajib melaksanakan
tanggung jawab sosial dan lingkungan. Tanggung jawab sosial dan lingkungan
tersebut merupakan kewajiban perseroan yang dianggarkan dan diperhitungkan
8
sebagai biaya perseroan yang biaya pelaksanaannya dilakukan dengan
memperhatikan kepatutan dan kewajaran.
Kementerian Negara Badan Usaha Milik Negara, sebagai lembaga
pemerintah yang menaungi dan mengayomi institusi BUMN, turut
menindaklanjuti Pasal 88 UU No. 19 Tahun 2003 tersebut dengan diterbitkannya
Peraturan Menteri Negara Badan Usaha Milik Negara No.
Per-05/MBU/2007 tentang Program Kemitraan Badan Usaha Milik Negara dengan
Usaha Kecil dan Program Bina Lingkungan (disingkat ‘PKBL’). Dengan
peraturan tersebut, Kementerian Negara BUMN menjabarkan peran dan
partisipasi BUMN kedalam 2 program, yakni : Program Kemitraan dan Program
Bina Lingkungan. Pasal 2 ayat (1) Permen BUMN tersebut menegaskan
bahwa Persero dan Perum wajib melaksanakan Program Kemitraan dan Program
Bina Lingkungan dengan memenuhi ketentuan-ketentuan yang diatur dalam
Peraturan ini. Berdasarkan Pasal 1 Angka 5 Permen BUMN tersebut, yang
dimaksud dengan Program Kemitraan dengan usaha kecil adalah program untuk
meningkatkan kemampuan usaha kecil agar menjadi tangguh dan mandiri melalui
pemanfaatan dana dari bagian laba BUMN. Pelaksana daripada program tersebut
adalah unit organisasi khusus yang merupakan bagian dari organisasi BUMN
yang berada dibawah pengawasan seorang direksi (Angka 16 Pasal 1 jo. Pasal 5
huruf a). Sumber dana yang dapat dipergunakan oleh BUMN guna melaksanakan
kedua program tersebut diatas berasal dari : penyisihan laba setelah pajak
deposito dan/atau jasa giro dari dana (sisa) program tersebut pada tahun-tahun
sebelumnya, atau pelimpahan dana program dari BUMN lain (vide Pasal 9).
Program Kemitraan yang dilakukan oleh BUMN, sesuai dengan Pasal 11
ayat (1) Permen.BUMN tersebut, diberikan dalam bentuk : pinjaman untuk
membiayai modal kerja dan/atau pembelian aktiva tetap dalam rangka
meningkatkan produksi dan penjualan, dan pinjaman khusus untuk membiayai
kebutuhan dana pelaksanaan kegiatan usaha Mitra Binaan yang bersifat pinjaman
tambahan dan berjangka pendek dalam rangka memenuhi pesanan dari rekanan
usaha Mitra Binaan.9
PT. Telekomunikasi Indonesia Tbk atau yang akrab dikenal dengan PT.
TELKOM Tbk sebagai salah satu BUMN di Indonesia yang bergerak di bidang
Informasi dan Komunikasi yang menyediakan jasa jaringan komunikasi secara
lengkap di Indonesia. Telkom juga merupakan salah satu BUMN yang kegiatan
usahanya menyangkut hajat hidup orang banyak. Dalam menjalankan kegiatan
usahanya, tentunya perusahaan ini bersentuhan baik secara langsung maupun
tidak langsung dengan masyrakat umum. Selain berorientasi pada keuntungan,
seperti layaknya perusahaan BUMN lainnya, Telkom Tbk juga menjalankan
kewajiban tanggung jawab sosial kepada masyarakat.
Dalam prakteknya Telkom aktif terlibat dalam berbagai program
pengembangan terutama di bidang pendidikan, sosial maupun pengembangan
9
PKBL BUMN, CSR-kah? Tinjauan Dalam Prespektif Hukum Positif, http://pkblbumncsrkah.blogspot.com/, diakses tanggal 02 Nopember 2012.
dunia usaha. Berkaitan dengan pengembangan dunia usaha, Telkom memiliki
organisasi yang menaungi masalah pengembangan usaha sebagai bentuk CSR
perusahannya. Sesuai dengan Peraturan Menteri Negara Badan Usaha Milik
Negara No. Per-05/MBU/2007 tentang Program Kemitraan Badan Usaha Milik Negara dengan Usaha Kecil dan Program Bina Lingkungan (disingkat PKBL) yang telah mulai diberlakukan untuk tahun buku 2007 dan ditetapkan pada tanggal 27 April 2007. Organ pelaksana program-program sosial Telkom adalah CDC (Community Development Centre), yaitu sebuah unit khusus yang dibentuk oleh Telkom yang berfungsi sebagai unit PKBL sebagaimana BUMN lain merespon Keputusan Menteri BUMN No. Kep-236/MBU/2003. Dengan begitu, keberadaan Telkom CDC, disamping sebagai implementasi kebijakan sosial Telkom juga sekaligus merupakan wujud kepatuhan Telkom terhadap pemilik (pemegang saham mayoritas) yaitu pemerintah.10 Untuk wilayah Sumatera Utara khususnya Medan, unit PKBL ditangani oleh CDSA (Community Development Sub Area) Medan. CDSA merupakan sub dari CD Area Sumatera Utara, yang cakupan wilayahnya meliputi Kota Medan, Kabupaten Deli Serdang, Kabupaten Langkat dan sebagian wilayah Serdang Bedagai.
Telkom CDSA Medan yang berada di Kandatel Medan (Kantor Daerah Telkom Medan) sebagai unit pelaksana PKBL Telkom memiliki cakupan wilayah kerja yang mencakup Kota Medan, Kabupaten Langkat, Kabupaten Deli Serdang dan sebagian Kabupaten Serdang Bedagai. Telkom CDSA Medan merupakan sub dari pada CD Area Sumatera Utara. Sebenarnya tidak ada bagian dari CDSA
Medan di dalam stuktur keorganisasian organisasi CDC. Pembentukan CDSA Medan ini merupakan kebijakan yang diambil oleh CD Area Sumatera Utara yang dikarenakan luasnya cakupan wilayah kerja yang meliputi seluruh wilayah Sumatera Utara. Maka dibentuklah sub-sub dari CD Area Sumatera Utara dan terbentuklah CDSA Medan in.
Dapat dikatakan bahwa PKBL ini adalah unit yang menjalankan CSR
perusahaan. Dalam PKBL terdapat dua program yaitu Program Kemitraan dan
Program Bina Lingkungan. Dalam Program Kemitraan, Telkom sebagai BUMN
memberikan pinjaman lunak khususnya kepada Usaha Kecil guna menopang dan
menunjang kemajuan Usaha Kecil tersebut. Selanjutnya Usaha Kecil yang telah
terikat dengan Telkom dalam Program Kemitraan disebut sebagai Mitra Binaan.
Selain memberikan bantuan berupan pinjaman lunak, Telkom juga memberikan
pembinaan kepada mitra-mitra binaanya guna memberikan pengetahuan
manajeman usaha yang baik kepada Usaha Kecil.
Disini Usaha Kecil yang menjadi Mitra Binaan Telkom adalah Ita Mode.
Ita Mode sebagai salah satu Mitra Binaan Telkom CDSA Medan adalah Usaha
Kecil yang bergerak di bidang penjahitan dan modifkasi kebaya. Ita Mode adalah
salah satu Mitra Binaan Telkom CDSA Medan yang mampu bangkit dan mandiri
dalam menjalankan usahanya, bahkan Usaha Kecil ini dapat berkembang lebih
luas dan lebih maju. Dalam hal permodalan Ita Mode telah menjadi Mitra Binaan
Telkom CDSA Medan selama 4 periode yang mana pinjaman lunak yang
diberikan pada Program Kemitraan Telkom ini lah yang membantu dan
Melihat besarnya peranan Kemitraan dalam membangun perekonomian
nasional khususnya dalam penyaluran pinjaman lunak dalam Program Kemitraan
BUMN kepada masyarakat khususnya kalangan pengusaha kecil, maka penulis
tertarik untuk mengangkat judul “ Peran Kemitraan Badan Usaha Milik Negara
Terhadap Usaha Kecil Menurut Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2008 Tentang
Usaha Mikro, Kecil dan Menengah : Studi Kemitraan PT. TELKOM CDSA
Medan Dengan Ita Mode”, sebagai penulisan skripsi.
B. Perumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan diatas, maka yang akan
menjadi perumusan masalah di dalam skripsi ini adalah :
1. Bagaimana pelaksanaan Kemitraan Badan Usaha Milik Negara terhadap
Usaha Kecil.
2. Bagaimana peranan PT. Telkom CDSA Medan sebagai Badan Usaha
Milik Negara dalam pengembangan Usaha Kecil menurut
Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2008 tentang Usaha Mikro, Kecil dan
Menengah.
3. Apa hambatan dalam pelaksanaan Kemitraan antara Badan Usaha Milik
Negara PT. Telkom CDSA Medan dengan Ita Mode sebagai mitra
C. Tujuan Dan Manfaat Penulisan
Tujuan dari penulisan skripsi ini selain dari pada untuk memenuhi tugas
akhir untuk memperoleh gelar sarjana, tujuan lainnya adalah :
1.Untuk mengetahui pelaksanaan program kemitraan BUMN terhadap usaha
kecil menurut Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2008 tentang Usaha
Mikro, Kecil dan Menengah.
2.Untuk mengetahui peran PT. Telkom CDSA Medan sebagai BUMN dalam
pengimplementasian kemitraan terhadap usaha kecil.
3.Untuk mengetahui hambatan pelaksanaan kemitraan PT. Telkom CDSA
Medan sebagai BUMN dengan Ita Mode sebagai mitra binaan
Skripisi ini juga diharapkan memberikan manfaat baik secara teoritis
maupun praktis, yaitu :
1.Secara Teoritis
Menambah wawasan dalam kegiatan pelaksanaan kemitraan, khususnya
peran kemitraan BUMN terhadap usaha kecil, dimana hal ini dapat
dijadikan masukan bagi perusahaan dan pemerintah dalam melaksanakan
tanggung jawab sosial terhadap masyarakat.
2.Secara Praktis
Memberi masukan kepada masyarakat, usaha kecil, pemerintah, aparat
penegak hukum tentang eksistensi undang-undang serta pasal-pasal
tentang peran kemitraan BUMN terhadap usaha kecil yang terdapat
D. Keaslian Penulisan
Penulisan skripisi ini adalah merupakan syarat yang harus dipenuhi untuk
memperoleh gelar kesarjanaan di Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara.
Penulisan skripsi ini didasarkan atas ide, gagasan, pemikiran dan yang utama
adalah pada ketertarikan penulis terhadap fenomena kemitraan Badan Usaha
Milik Negara dengan usaha kecil.
Adapun skripsi ini berjudul “Peran Kemitraan Badan Usaha Milik Negara Terhadap Usaha Kecil Menurut Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2008 tentang Usaha Mikro, Kecil dan Menengah : Studi Kemitraan PT. Telkom CDSA Medan Dengan Ita Mode”, belum pernah diangkat sebelumnya oleh oang lain dan skripsi ini bukanlah hasil ciptaan atau penggandaan dari hasil
karya orang lain. Apabila ternyata ada yang sudah menulis tentang ini, penulis
yakin substansi pembahasannya berbeda. Oleh karena itu, keaslian penulisan ini
terjamin adanya. Dan apabila ternyata ada skripsi yang sama, maka penulis akan
bertanggung jawab sepenuhnya.
E. Tinjauan Kepustakaan
Dalam menjalankan kegiatan usahanya setiap perusahaan dibebankan
tanggung jawab dalam bentuk komitmen perusahaan atau dunia bisnis untuk
berkontribusi dalam pengembangan ekonomi yang berkelanjutan dengan
memperhatikan tanggung jawab sosial perusahaan dengan menitikberatkan pada
keseimbangan antara perhatian terhadap aspek ekonomis, sosial dan lingkungan.11
11
Badan Usaha Milik Negara yang selanjutnya disebut BUMN, adalah
badan usaha yang seluruh atau sebagian besar modalnya dimiliki oleh Negara
melalui penyertaan secara langsung yang berasal dari kekayaan Negara yang
dipisahkan.12
Khusus bagi BUMN, terdapat suatu program yang merupakan
pelaksanaan dari CSR perusahaan, dan program inilah yang disebut dengan
Program Kemitraan dan Bina Lingkungan (PKBL). Program Kemitraan BUMN
dengan Usaha Kecil, yang selanjutnya disebut Program Kemitraan, adalah
program untuk meningkatkan kemampuan usaha kecil agar menjadi tangguh dan
mandiri melalui pemanfaatan dana dari bagian laba BUMN.13
Program ini merupakan kebijakan pemerintah yang dilaksanakan oleh
seluruh BUMN dengan maksud agar BUMN disamping menjalankan operasional
bisnisnya, juga melaksanakan tugas sosial (CSR=Corporate Social Responsibility)
sebagai Pembina usaha kecil-koperasi berupa akses permodalan dan
pendampingan, sehingga pada akhirnya, usaha kecil-koperasi bisa mandiri dan
mendapat akses pembiayaan komersial/perbankan. Sumber dana berasal dari
penyisihan laba setelah pajak sebesar 1 s/d 3 persen.14
Di dalam Program Kemitraan inilah BUMN mengadakan suatu hubungan
kemitraan khususnya dengan Usaha Kecil dalam memberikan pinjaman lunak dan
juga memberikan pembinaan kepada Usaha Kecil yang menjadi mitra binaannya.
12
Pasal 1, Undang-Undang Nomor 19 Tahun 2003 Tentang Badan Usaha Milik Negara. 13
Pasal 1, Peraturan Menteri Negara Badan Usaha Milik Negara Nomor Per-05/MBU/2007 Tentang Program Kemitraan Badan Usaha Milik Negara Dengan Usaha Kecil Dan Program Bina Lingkungan.
14
Kemitraan usaha antara pelaku ekonomi yaitu antara besar dan menengah
dengan usaha kecil akan mewujudkan demokrasi ekonomi dan efisiensi nasional
yang berdaya saing tinggi. Karena usaha kecil dan koperasi merupakan bagian
terbesar dari pelaku perekonomian nasional maka seyogiannya usaha kecil
diberikan peluang dan peran yang lebih besar untuk menjadi motor penggerak
ekonomi nasional.15 Dengan adanya program kemitraan ini juga diharapkan dapat
mengurangi masalah ketimpangan yang dihadapi oleh sebagian lapisan
masyarakat. Kemitraan dijadikan solusi karena baik keberadaan maupun fungsi
dan perannya diperlukan untuk memberdayakan semua lapisan masyarakat,
khususnya pelaku usaha kecil yang keberadaannya sebagai pelaku ekonomi
terbesar sekaligus pilar penopang utama dari perekonomian nasional.
Usaha Mikro, Kecil dan Menengah yang selanjutnya disebut dengan
UMKM tidak saja berbeda dengan usaha besar, tetapi di dalam kelompok UMKM
itu sendiri terdapat perbedaan karakteristik antara Usaha Mikro dengan Usaha
Kecil dan Usaha Menengah dalam sejumlah aspek yang dapat dilihat sehari-hari
di negara sedang berkembang, termasuk Indonesia. Aspek-aspek itu termasuk
orientasi pasar, profil dan pemilik usaha, sifat dan kesempatan kerja di dalam
perusahaan, sistem organisasi dan manajemen yang ditetapkan di dalam usaha,
derajat mekanisme di dalam proses produksi, sumber-sumber dari bahan-bahan
baku dan modal, lokasi tempat usaha, hubungan-hubungan eksternal, dan derajat
dari keterlibatan wanita sebagai pengusaha. 16
15
Selain itu, menurut suatu laporan dari BPS (2006), ada perbedaan antara
Usaha Mikro, Usaha Kecil dan Usaha Menengah dalam latar belakang atau
motivasi pengusaha melakukan usaha. Perbedaan motivasi pengusaha sebenarnya
harus dilihat sebagai karakteristik paling penting untuk membedakan antara
UMKM dan usaha besar, maupun antara subkategori di dalam kelompok UMKM
itu sendiri. Menurut laporan tersebut, sebagian besar pengusaha mikro di
Indonesia mempunyai latar belakang ekonomi, yakni alasan utama untuk
melakukan kegiatan tersebut adalah ingin memperoleh perbaikan untuk memenuhi
kebutuhan hidup keluarganya sehari-hari. Disamping itu, latar belakang menjadi
pengusaha mikro karena faktor keturunan, yaitu meneruskan usaha keluarga.
Terlihat banyak faktor keluarga masih dominan di masa jika orang tuanya seorang
nelayan maka anaknya juga menjadi nelayan dan seterusnya. Sedangkan alasan
ideal pengusaha mikro adalah karena tidak ada kesempatan untuk berkarier di
bidang lain. 17
Latar belakang pengusaha kecil lebih beragam dari usaha mikro,
walaupun latar belakang ekonomi merupakan alasan yang utama. Tetapi sebagian
lain mempunyai latar belakang lebih realistis dengan melihat prospek usaha ke
depan dengan kendala modal yang terbatas. Sebagian besar pengusaha kecil di
Indonesia mempunyai alasan berusaha karena adanya peluang bisnis dan pangsa
pasar yang aman dan besar. Ada juga sejumlah pengusaha kecil berusaha dengan
alasan utamanya karena faktor keturunan/warisan, dibekali keahlian dan
membuka lapangan kerja baru bagi warga setempat. Walaupun masih ada
17
sejumlah pengusaha yang beralasan karena tidak ada kesempatan di bidang lain
dengan berbagai macam alasan, misalnya pendidikan formal yang rendah atau
kondisi fisik yang tidak memungkinkan. Hal ini menunjukkan bahwa pengusaha
kecil mempunyai alasan yang lebih baik daripada usaha mikro. 18
Sedangkan latar belakang pengusaha menengah di Indonesia sebagian
besar sama, seperti motivasi dari pengusaha kecil, yakni melihat prospek usaha ke
depan, adanya peluang dan pangsa pasar yang aman dan besar. Ada sebagian
pengusaha dari kelompok ini yang melakukan usaha karena faktor
keturunan/warisan, mempunyai keahlian, atau lainnya. Secara umum dapat
dikatakan bahwa motivasi dari pengusaha UKM lebih berorientasi bisnis
dibandingakn pengusaha Usaha Mikro.19
Usaha Kecil adalah usaha ekonomi produktif yang berdiri sendiri, yang
dilakukan oleh orang perorangan atau badan usahan yang bukan merupakan anak
perusahaan atau bukan cabang perusahaan yang dimiliki, dikuasai, atau menjadi
bagian baik langsung maupun tidak langsung dari usaha menengah dan usaha
besar yang memenuhi kriteria Usaha Kecil sebagaimana dimaksud dalam
Undang-Undang ini.20 Usaha Kecil memiliki peranan dalam rangka meningkatkan
pertumbuhan ekonomi nasional. Pemerintah melalui Menteri UKM sangat
mendukung Usaha Kecil karena melalui perusahaan kecil pemerintah dapat
mengatasi masalah pengangguran, kemiskinan dan sangat berpengaruh terhadap
perekonomian nasional secara umumnya. Usaha Kecil dapat dikatakan urat nadi
perekonomian nasional sebab Usaha Kecil biasanya menyerap tenaga kerja lokal
18 Ibid. 19
sekitar perusahaan dan secara otomatis masyarakat disekitar akan memiliki
pendapatan yang dapat mereka gunakan untuk memenuhi kebutuhan hidup
mereka sehari-hari.
Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah sebagai sasaran utama pembangunan
harus dilandasi dengan komitmen dan koordinasi yang baik antara pemerintah,
pebisnis dan lembaga non bisnis serta masyarakat setempat dengan menerapkan
strategi agresif yang berbasis pada ekonomi jaringan (kemitraan). Pengembangan
usaha mikro, kecil dan menengah secara keseluruhan dilakukan dengan cara
memberi dukungan posistif dan nyata terhadap pengembangan sumber daya
manusia (pelatihan kewirausahaan), teknologi, informasi, akses pendanaan serta
pemasaran. Perluasan pasar ekspor merupakan indikator keberhasilan membangun
iklim usaha yang berbasis kerakyatan. 21
F. Metode Penelitian 1.Jenis Penelitian
Dalam penyusunan skripsi ini Penulis menggunakan metode penelitian
Hukum Normatif yang bersifat deskriptif. Penelitian Hukum Normatif adalah
penelitian dengan mengolah sumber data-data sekunder. Sedangkan bersifat
deskriptif maksudnya penelitian tersebut juga dilakukan dengan mengadakan
survey ke lapangan untuk mendaapatkan informasi yang dapat mendukung teori
yang telah ada.
21
Abdullah Abidin, “Pengembangan Usaha Mikro, Kecil dan Menengah Sebagai Kekuatan Strategis Dalam Mempercepat Pembangunan Daerah”, http://langgudubima.blogspot.com/2009/06/pengembangan-usaha-mikro-kecil-dan.html, diakses tanggal 07 November 2012.
2.Sumber Data a.Data Primer
Yaitu data yang diperoleh langsung di lapangan melalui wawancara
dengan informan yang berasal dari PT. Telkom CDSA Medan dan pelaku usaha
kecil Ita Mode.
b.Data Sekunder
Data-data sekunder tersebut meliputi :
1)Bahan hukum primer, yaitu bahan-bahan yang mencakup ketentuan yang
menyangkut dan berhubungan dengan pearaturan-peraturan atau
ketentuan-ketentuan yang ada dan terkait.
2)Bahan hukum sekunder, yaitu bahan-bahan yang dapat dipergunakan
untuk meningkatkan pemahaman akan paraturan-peraturan dan
ketentuan-ketentuan yang ditemukan dalam bahan hukum primer.
3)Bahan hukum tertier, yaitu bahan yang memberikan petunjuk maupun
penjelasan terhadap bahan hukum primer dan bahan hukum sekunder
seperti kamus (hukum), ensiklopedia.
3.Metode Pengumpulan Data
Penulisan skripsi ini mengunakan metode sebagai berikut :
a. Penelitian Kepustakaan (Library Research)
Yaitu melakukan penelitian dengan mempelajari dan menganalisa secara
sistematika buku-buku, peraturan perundang-undangan, internet, pendapat sarjana,
dan sumber lainnya yang berhubungan dengan materi yang dibahas dalam skripsi
b. Penelitian Lapangan (Field Research)
Yaitu melakukan penelitian secara langsung ke lapangan, dalam hal ini
penelitian dilakukan di PT. Telkom CDSA (Community Development Sub Area)
Medan dan usaha kecil Ita Mode.
4.Analisis Data
Data primer dan data sekunder yang telah disusun secara sistematis
kemudian dianalisa dengan menggunakan metode deduktif dan induktif. Metode
deduktif dilakukan dengan membaca, menafsirkan dan membandingkan.
Sedangkan metode induktif dilakukan dengan menterjemahkan berbagai sumber
yang berhubungan dengan topik di dalam skripsi ini, sehingga diperoleh
kesimpulan yang sesuai dengan tujuan penelitian yang telah dirumuskan.
G. Sistematika Penulisan
Setelah data-data diperoleh, untuk dapat menjelaskan lebih rinci maka
penulisan ini dibuat ke dalam beberapa bab yang saling berkaitan satu sama lain.
Adapun sistematika penulisan skripsi ini adalah
BAB I : Bab ini merupakan bab pendahuluan yang isinya antara lain
memuat latar latar belakang, pokok permasalahan, tujuan dan
manfaat penulisan, keaslian penulisan, tinjauan kepustakaan,
metode penelitian dan sistematika penulisan.
BAB II : Bab ini akan membahas mengenai pelaksanaan kemitraan Telkom
CDSA Mesan sebagai Badan Usaha Milik Negara terhadap Usaha
BAB III : Bab ini akan membahas tentang peranan kemitraan Telkom CDSA
Mesan terhadap usaha kecil “Ita Mode” sebagai mitra binaan, yang
memuat tentang visi misi Program Kemitraan PT. Telkom, tujuan
pemberian pinjaman kepada usaha kecil dan peran kemitraan
Telkom CDSA Medan terhadap usaha kecil Ita Mode.
BAB IV : Bab ini akan membahas hambatan-hambatan yang ditemukan
dalam pelaksanaan Program Kemitraan Telkom CDSA Medan
dengan mitra binaannya yang memuat tentang hambatan pemberian
pinjaman oleh Telkom CDSA kepada Ita Mode sebagai usaha kecil
yang menjadi mitra binaannya dan tata cara penyelesaian
pembayaran pada mitra yang bermasalah.
BAB V : Bab ini akan membahas mengenai kesimpulan serta saran dari
peran kemitraan. Bagian kesimpulan berisi jawaban atas rumusan
masalah yang dikemukakan. Pemecahan masalah dinyatakan dalam