BAB I BAB I
SITUASI MASALAH SITUASI MASALAH
1.1 Data dan Fakta umum 1.1 Data dan Fakta umum
Data fakta umum merupakan suatu kumpulan informasi yang masih belum memiliki Data fakta umum merupakan suatu kumpulan informasi yang masih belum memiliki arti dan masih memerlukan pengolahan dan penyaringan dari informasi tersebut. Data arti dan masih memerlukan pengolahan dan penyaringan dari informasi tersebut. Data dan fakta umum yang dapat diketahui dari PT. Model TI adalah :
dan fakta umum yang dapat diketahui dari PT. Model TI adalah :
PT. Model TIPT. Model TI adalah perusahaan yang memproduksi dua jenis produk yaituadalah perusahaan yang memproduksi dua jenis produk yaitu Oscilloscope (O) dan Voltmeter (V).
Oscilloscope (O) dan Voltmeter (V).
Proses produksi untuk kedua produk melibatkan tiga stasiun kerja (SK) yaitu SKProses produksi untuk kedua produk melibatkan tiga stasiun kerja (SK) yaitu SK Circuit Board
Circuit Board (CB), SK (CB), SK ChasisChasis (CH) dan SK (CH) dan SK Final Assemblly Final Assemblly (SK Ass). (SK Ass).
Inspeksi 100% dilakukan setelah stasiun kerja SK Final Assemblly dan jugaInspeksi 100% dilakukan setelah stasiun kerja SK Final Assemblly dan juga pengujian di
pengujian di laboratorium laboratorium terhadap terhadap produk O produk O dan dan V V dilakukan dengan dilakukan dengan mengambilmengambil sampel setiap satu jam produksi.
sampel setiap satu jam produksi.
Data waktu proses produksi pada masing-masing SK untuk kedua produk tersebut :Data waktu proses produksi pada masing-masing SK untuk kedua produk tersebut :
Tabel 1.1 Data Biaya Outsourching Chasis per unit Tabel 1.1 Data Biaya Outsourching Chasis per unit
Produk
Produk Harga Harga RupiahRupiah
O 50000
O 50000
V 25000
V 25000
Tabel 1.2 Kapasitas Jam Kerja Tabel 1.2 Kapasitas Jam Kerja Stasiun
Stasiun Kerja Kerja Jam Jam Kerja Kerja RegularRegular per Minggu per Minggu
Chasis 750
Chasis 750
Circuit
Circuit Board Board 15001500
F.Assembly 800
F.Assembly 800
Berdasarkan pengalaman masa lalu proyeksi ramalan relative besar, yaitu sekitarBerdasarkan pengalaman masa lalu proyeksi ramalan relative besar, yaitu sekitar 10% - 25% dari laporan manager produksi.
Gudang untuk penyimpanan produk O dan V memilki kapasitas yang cukup untukGudang untuk penyimpanan produk O dan V memilki kapasitas yang cukup untuk memenuhi permintaan selama satu minggu produksi.
memenuhi permintaan selama satu minggu produksi.
Proyeksi permintaan pasar dari kedua produk untuk empat minggu ke depan :Proyeksi permintaan pasar dari kedua produk untuk empat minggu ke depan : Tabel 1.3 Proyeksi Permintaan Produk- Minggu ke 1 s/d M
Tabel 1.3 Proyeksi Permintaan Produk- Minggu ke 1 s/d M inggu ke 4inggu ke 4 Jenis
Jenis Produk Produk Minggu Minggu ke ke 1 1 Minggu Minggu ke ke 2 2 Minggu Minggu ke ke 3 3 Minggu Minggu ke ke 44 Produk
Produk O O 2100 2100 1600 1600 1850 1850 900900 Produk
Produk V V 2750 2750 3250 3250 3500 3500 26002600
Ongkos inventori per minggu diestimasi sebesar 0,5% dari harga barang.Ongkos inventori per minggu diestimasi sebesar 0,5% dari harga barang.
Dari laporan gudang diketahui persediaan pada awal minggu 1 untuk produk ODari laporan gudang diketahui persediaan pada awal minggu 1 untuk produk O dan V masing-masing 450 unit dan 750 unit.
dan V masing-masing 450 unit dan 750 unit.
Data masa lalu menunjukkan bahwa rata-rata inventory per minggu relativeData masa lalu menunjukkan bahwa rata-rata inventory per minggu relative tinggi, 700-1500 unit untuk produk O dan 500-2000 unit untuk produk V.
tinggi, 700-1500 unit untuk produk O dan 500-2000 unit untuk produk V.
Laporan dari bagian pengendalian kualitas Laporan dari bagian pengendalian kualitas menunjukan bahwa persentase produkmenunjukan bahwa persentase produk cacat berkisar antara 0,5% sampai
cacat berkisar antara 0,5% sampai dengan 2 % dari jumlah produksi per minggu.dengan 2 % dari jumlah produksi per minggu.
Bahan baku dan komponen untuk produk tersebut selama ini mudah diperoleh danBahan baku dan komponen untuk produk tersebut selama ini mudah diperoleh dan dapat memenuhi kebutuhan produksi, dengan harga yang sedikit mengalami dapat memenuhi kebutuhan produksi, dengan harga yang sedikit mengalami kenaikan sebesar 5-15 % dari biaya per bulan.
kenaikan sebesar 5-15 % dari biaya per bulan.
Berikut merupakan data ongkos produksi dan harga jual :Berikut merupakan data ongkos produksi dan harga jual : Tabel 1.4 Data Ongkos Produksi Dan H
Tabel 1.4 Data Ongkos Produksi Dan Harga Jualarga Jual Uraian
Uraian Produk Produk O O Produk Produk VV Harga
Harga Jual Jual (Rp./Unit) (Rp./Unit) 410.000 410.000 175.000175.000 Ongkos
Ongkos Bahan Bahan Baku Baku (Rp./Unit) (Rp./Unit) 150.000 150.000 *) *) 50.000 50.000 **)**) Ongkos
Ongkos Tenaga Tenaga Kerja Kerja (Rp./jam) (Rp./jam) 5000 5000 50005000 Overhead(Rp./unit)
Overhead(Rp./unit) 9500 9500 95009500
*) proporsi biaya bahan baku CH dan CB untuk produk O masing-masing 0,35 : *) proporsi biaya bahan baku CH dan CB untuk produk O masing-masing 0,35 : 0,65
0,65
**) proporsi biaya bahan baku CH dan CB untuk produk V masing-masing 0,3 : **) proporsi biaya bahan baku CH dan CB untuk produk V masing-masing 0,3 : 0,7
0,7
Gudang untuk penyimpanan produk O dan V memilki kapasitas yang cukup untukGudang untuk penyimpanan produk O dan V memilki kapasitas yang cukup untuk memenuhi permintaan selama satu minggu produksi.
memenuhi permintaan selama satu minggu produksi.
Proyeksi permintaan pasar dari kedua produk untuk empat minggu ke depan :Proyeksi permintaan pasar dari kedua produk untuk empat minggu ke depan : Tabel 1.3 Proyeksi Permintaan Produk- Minggu ke 1 s/d M
Tabel 1.3 Proyeksi Permintaan Produk- Minggu ke 1 s/d M inggu ke 4inggu ke 4 Jenis
Jenis Produk Produk Minggu Minggu ke ke 1 1 Minggu Minggu ke ke 2 2 Minggu Minggu ke ke 3 3 Minggu Minggu ke ke 44 Produk
Produk O O 2100 2100 1600 1600 1850 1850 900900 Produk
Produk V V 2750 2750 3250 3250 3500 3500 26002600
Ongkos inventori per minggu diestimasi sebesar 0,5% dari harga barang.Ongkos inventori per minggu diestimasi sebesar 0,5% dari harga barang.
Dari laporan gudang diketahui persediaan pada awal minggu 1 untuk produk ODari laporan gudang diketahui persediaan pada awal minggu 1 untuk produk O dan V masing-masing 450 unit dan 750 unit.
dan V masing-masing 450 unit dan 750 unit.
Data masa lalu menunjukkan bahwa rata-rata inventory per minggu relativeData masa lalu menunjukkan bahwa rata-rata inventory per minggu relative tinggi, 700-1500 unit untuk produk O dan 500-2000 unit untuk produk V.
tinggi, 700-1500 unit untuk produk O dan 500-2000 unit untuk produk V.
Laporan dari bagian pengendalian kualitas Laporan dari bagian pengendalian kualitas menunjukan bahwa persentase produkmenunjukan bahwa persentase produk cacat berkisar antara 0,5% sampai
cacat berkisar antara 0,5% sampai dengan 2 % dari jumlah produksi per minggu.dengan 2 % dari jumlah produksi per minggu.
Bahan baku dan komponen untuk produk tersebut selama ini mudah diperoleh danBahan baku dan komponen untuk produk tersebut selama ini mudah diperoleh dan dapat memenuhi kebutuhan produksi, dengan harga yang sedikit mengalami dapat memenuhi kebutuhan produksi, dengan harga yang sedikit mengalami kenaikan sebesar 5-15 % dari biaya per bulan.
kenaikan sebesar 5-15 % dari biaya per bulan.
Berikut merupakan data ongkos produksi dan harga jual :Berikut merupakan data ongkos produksi dan harga jual : Tabel 1.4 Data Ongkos Produksi Dan H
Tabel 1.4 Data Ongkos Produksi Dan Harga Jualarga Jual Uraian
Uraian Produk Produk O O Produk Produk VV Harga
Harga Jual Jual (Rp./Unit) (Rp./Unit) 410.000 410.000 175.000175.000 Ongkos
Ongkos Bahan Bahan Baku Baku (Rp./Unit) (Rp./Unit) 150.000 150.000 *) *) 50.000 50.000 **)**) Ongkos
Ongkos Tenaga Tenaga Kerja Kerja (Rp./jam) (Rp./jam) 5000 5000 50005000 Overhead(Rp./unit)
Overhead(Rp./unit) 9500 9500 95009500
*) proporsi biaya bahan baku CH dan CB untuk produk O masing-masing 0,35 : *) proporsi biaya bahan baku CH dan CB untuk produk O masing-masing 0,35 : 0,65
0,65
**) proporsi biaya bahan baku CH dan CB untuk produk V masing-masing 0,3 : **) proporsi biaya bahan baku CH dan CB untuk produk V masing-masing 0,3 : 0,7
0,7
Untuk memperkuat posisi posisi sebagaiUntuk memperkuat posisi posisi sebagai market leader market leader , perusahaan akan, perusahaan akan memenuhi permintaan pasar dengan harga dan kualitas yang bersaing.
memenuhi permintaan pasar dengan harga dan kualitas yang bersaing.
Perusahaan juga bertujuan untuk meningkatkan keuntungan agar dapat terusPerusahaan juga bertujuan untuk meningkatkan keuntungan agar dapat terus tumbuh dan berkembang. Dengan memperhatikan tujuan perusahaan, manager tumbuh dan berkembang. Dengan memperhatikan tujuan perusahaan, manager produksi
produksi pada pada saat saat ini ini sedang sedang merencanakan merencanakan produksinya produksinya untuk untuk 4 4 minggu minggu keke depan.
depan.
Manager pemasaran menekankan perlunya memaximasi layanan kepadaManager pemasaran menekankan perlunya memaximasi layanan kepada konsumen atau dengan kata lain permintaan produk untuk setiap minggu harus konsumen atau dengan kata lain permintaan produk untuk setiap minggu harus dapat dipenuhi pada waktu minggu tersebut untuk mempertahankan pangsa dapat dipenuhi pada waktu minggu tersebut untuk mempertahankan pangsa pasarnya walaupun upaya
pasarnya walaupun upaya itu juga harus itu juga harus menekan ongkos menekan ongkos produksi dan invproduksi dan inventori.entori.
Direksi perusahaan menetapkan programDireksi perusahaan menetapkan program cost reductioncost reduction dalam rangka dalam rangka memelihara dan meningkatkan tingkat keuntungan, karena harga produk sangat memelihara dan meningkatkan tingkat keuntungan, karena harga produk sangat bergantung
bergantung pada pada kondisi kondisi persaingan- persaingan- tidak tidak bisa bisa dikendalikan dikendalikan harus harus oleholeh perusahaan.
perusahaan.
Sasaran dari program ini untuk tahun 2006 adalah pengurangan ongkos produksiSasaran dari program ini untuk tahun 2006 adalah pengurangan ongkos produksi dan inventory serta biaya overhead perusahaan sebesar 10 %.
dan inventory serta biaya overhead perusahaan sebesar 10 %.
Untuk mencapai target itu pemimpin perusahaan menggalakan program perbaikanUntuk mencapai target itu pemimpin perusahaan menggalakan program perbaikan proses
proses secara secara berkelanjutan berkelanjutan untuk untuk seluruh seluruh proses proses bisnis bisnis perusahaan. perusahaan. ProgramProgram insentif yang menarik disediakan kepada induvidu maupun gugus kendali mutu insentif yang menarik disediakan kepada induvidu maupun gugus kendali mutu yang sasaran perbaikannya dapat menurukan ongkos. Sejak dimulai 5 tahun lalu yang sasaran perbaikannya dapat menurukan ongkos. Sejak dimulai 5 tahun lalu gugus dan tim tersebut belum memberiakn hasil yang signifikan.
gugus dan tim tersebut belum memberiakn hasil yang signifikan.
Permintaan yang tidak dapat dipenuhi maka akan terjadi kehilangan penjualanPermintaan yang tidak dapat dipenuhi maka akan terjadi kehilangan penjualan karena konsumen akan membeli produk O maupun V.
karena konsumen akan membeli produk O maupun V.
Jika hal diatas terjadi, maka perusahaan akan mengalami tidak saja kehilanganJika hal diatas terjadi, maka perusahaan akan mengalami tidak saja kehilangan keuntungan
keuntungan per unit tapi juga repuper unit tapi juga reputasi setara dengan 3-4 kali dari keuntungan tasi setara dengan 3-4 kali dari keuntungan perper unit.
unit.
Manager Pemasaran mendapat laporan dari unit penjualan bahwa terjadinyaManager Pemasaran mendapat laporan dari unit penjualan bahwa terjadinya permintaan permintaan yang tidak dapat dipenu
permintaan permintaan yang tidak dapat dipenuhi sebesar 5% per minggu.hi sebesar 5% per minggu.
Muncul beberapa perusahaan pesaing yang menawarkan harga yang lebih murah juga menjadi ancama perusahaan, akibatnya permintaan menurun dalam beberapa
minggu terakhir.
Direksi perusahaan mengambil kebijakan tentang perlunya meminimumkan terjadinya kehilangan penjualan (karena hal ini menentukan daya saingan perusahaan factor strategis) dan juga melakukan program pengurangan ongkos produksi yang meliputi tidak hanya ongkos produksi dan inventori, tapi juga
ongkos yang disebabkan karena kehilangan penjualan.
Direktur produksi meminta kepada manager produksi untuk menjajaki kemungkinan menggunakan outsourcing jika kapasitas pabrik tidak mencukupi. Sub kontrak pekerjaan dapat dilakukan untuk chasis dan circuit board ke industry kecil elektronik dengan jumlah pemesanan minimal 100 unit dan merupakan kelipatan 50 unit.
Dari survey yang dilakukan diperoleh ongkos pengerjaaan per unit cukup kompetitif yaitu 85% dari ongkos PT.Model TI. Namun Karena unit yang dikerjakan oleh pihak luar harus diinspeksi 100% agar produk cacat mendekati 0 % maka ongkos produksi mencapai 0.95 kali dari ongkos produksi PT.Model TI. ( bahan baku disediakan oleh PT.Model TI)
Direktur produksi punya suatu gagasan yang lain yaitu memasok saja komponen circuit board dan chasis dari luar perusahaan. Untuk itu perusahaan harus punya kerja sama jangka panjang (collaborative relationships) dengan beberapa industri kecil elektronik.
Divisi CB dan HB ditutup dan karyawannya dipindahkan ke divisi final ass embly dan quality control dari komponen yanag dipasok sehingga kapasitas untuk divisi assembly dapat bertambah menjadi 1.5 - 2.0 kali.
Harga komponen circuit board dan chasis per unit diperkirakan lebih kecil dari ongkos produksi per unit jika komponen dibuat sendiri. Akan tetapi pemindahan karyawan ke divisi lainnya memerlukan proses belajar sehingga diperlukan kegiatan traning, dan juga dapat menyebabkan production lost akibat penataan ulang tata letak pabrik.
Kerugian akibat production lost tidak ada Karena penataan ulang pabrik dilakukan pada hari sabtu dan minggu. Tapi perusahaan harus mengeluarkan biaya pelatihan yang diperkirakan sebasar 25 juta rupiah. Program collaborative relathionship ini membutuhkan waktu 2 minggu untuk merealisasikannya.
Perusahaan juga melakukan kaloborasi dengan semua distributor ( 3 distributor ) produk O dan V. Denagn kaloborasi ini PT .Model mendapatkan akses tentang data persediaan dan data penjualan dari setiap distributor sehingga permintaan distributor dapat diketahui denagn pasti.
Informasi tentang waktu proses dari setiap stasiun kerja dapat dilihat pada gambar 1.2.
Ket : BB1 : Bahan baku CH BB2 : Bahan baku CB
1.2 Interest Stakeholder
Pemangku kepentingan adalah terjemahan dari kata stakeholder dapat diartikan sebagai segenap pihak yang terkait dengan isu dan permasalahan yang sedang diangkat. Stakeholder dalam hal ini dapat juga dinamakan pemangku kepentingan. Dalam perusahaan ini ada 2 jenis stakeholder yang dibedakan menurut perannya.
a. Stakeholder internal merupakan pihak yang memiliki kepentingan didalam perusahaan, misalnya
Direktur utama Direktur divisi Manager
Karyawan
b. Stakeholder eksternal merupakan pihak yang terlibat namun berada diluar perusahaan, misalnya
Konsumen
Penyalur atau distribusi Pemasok
Pesaing Industri kecil
1.3 Deskripsi Celah (Gap)
Gap dapat didefenisikan antara apa yang diinginkan dengan apa yang ada dalam kenyataan, antara harapan dan kenyataan, antara apa yang diperlukan dengan apa yang tersedia, antara apa yang dirancang dengan kejadian yang sebenarnya, pers epsi beberapa orang dan antara apa yang sudah diketahui dengan apa yang ingin diketahui.
Dari kasus PT.Model TI ini deskripsi celahnya (gap) adalah sebagai berikut :
a. Untuk memperkuat posisi perusahaan sebagai market leader, perusahaan akan memenuhi permintaan pasar dengan harga dan kualitas yang bersaing. Perusahaan akan memenuhi permintaan pasar dengan harga dan kualitas yang bersaing namun pada kenyataannya persentase permintaan konsumen tidak dapat dipenuhi sebesar
b. Perusahaan menetapkan program cost reduction dalam rangka memelihara dan meningkatkan tingkat keuntungan, karena harga produk sesuai dengan kondisi persaingan, program tersebut diharapkan dapat mengurangi ongkos produksi dan
inventori serta biaya overhead sebesar 10%. Oleh karena itu pimpinan membuat program intensif berupa Gugus Kendali Mutu/ Tim kendali mutu yang saran perbaikannya dapat menurunkan ongkos. Sejak dimulai 5 tahun yang lalu, Gugus
dan Tim tersebut belum memberikan hasil yang signifikan.
c. Melakukan outsourching bila permintaan konsumen tidak terpenuhi dan juga memasok saja komponen circuit dan chasis dari luar perusahaan dimana untuk it u perusahaan harus menjalin kerjasama jangka panjang dengan industry kecil. d. Divisi CB dan CH ditutup dan karyawan dipindahkan keposisi ASS dan QC
sehingga kapasitas produksi tersedia, sedangkan pemindahan karyawan kedivisi lain sedangkan hal ini membutuhkan traning yang juga memakan biaya
1.4 Rich Picture
BAB II
IDENTIFIKASI MASALAH
2.1 Penemuan Masalah
Masalah yang ada dalam PT Model TI bervariasi, namun sebagian besar masala h ada pada departemen produksi. Masalah pada perusahaan tersebut meliputi
Sering terjadi kesalahan proyeksi peramalan, dimana nilain ya cukup besar yaitu 10 – 25 %. Karena dinamika bisnis dari PT MOODEL TI berubah dengan cepat.
Presentase produk cacat besar, berkisar antara 0,5 – 25% dari jumlah produksi per minggu
Bahan baku dan komponen untuk produk tersebut selama ini mudah diperoleh dan dapat memenuhi kebutuhan produksi, dengan harga yang sedikit mengalami
kenaikan sebesar 5-15 % dari biaya per bulan.
Permintaan yang tidak dapat dipenuhi sebesar 5% yang mengakibatnya kehilangan keuntungan dan reputasi dan menurunnya permintaan dalam beberapa minggu akibat adanya pesaing dengan harga yang lebih murah.
Dari ke empat permasalahan diatas dapat disimpulkan bahwa permasalahan utama yaitu adanya peningkatan biaya produksi akibat terlalu banyak inventori, produk cacat, bahan baku mahal dan biaya yang ditanggung akibat lost sales.
2.2 Formulasi Masalah
Formulasi masalah merupakan langkah-langkah yang akan diambil untuk menyelesaikan masalah. Berikut ini uraian-uraian formulasi masalah :
Melakukan kolaborasi dengan 3 distributor sehingga PT Model TI mendapatkan akses tentang data persediaan dan data penjualan dari tiap distributor sehingga permintaan distributor dapat diketahui dengan pasti
Menggalakkan program perbaikan proses secara berkelanjutan untuk seluruh proses bisnis perusahaan serta pengadaan program intensif kepada individu maupun Tim
Melakukan outsourching bila kapasitas pabrik tidak terpenuhi atau memasok saja komponen circuit dan chasis dari luar perusahaan dimana untuk itu perusahaan harus menjalin kerjasama jangka panjang dengan industry kecil.
Perlunya pengadaan training bagi karyawan divisi CH dan CB yang dipindahkan ke divisi Final Assembly dan Quality Control akibat Outsourcing dan Collaborative Relationship.
Menekan ongkos produksi, inventori dan biaya overhead perusahaan sebesar 10% Menekan lost sales
Semua formulasi diatas diharapkan dapat menurunkan harga jual sehingga produk lebih kompetitif
2.3 Wider system; Narrow system
Narrow system of interest : PT. Model TI karena memiliki kepentingan yang lebih luas terkait dengan sistem penekanan ongkos produksi dan inventori dalam rangka memenangkan persaingan pasar sehingga mendapatkan keuntungan yang besar. Wider system of interest terdiri dari 3 bagian :
- Bagian Produksi, bagian ini bertanggung jawab dalam produksi Oscilloscope (O) dan Voltmeter (V).
- Bagian warehouse (termasuk di dalam bagian produksi), bagian ini bertanggungjawab dalam bidang penyimpanan produk.
- Bagian pemasaran, bagian ini bertanggungjawab dalam menerima informasi permintaan produk dari distributor.
2.4 Problem owner; Problem user;
Problem Owner adalah seseorang atau sekelompok orang yang memiliki hubungan atas permasalahan yang ada. Dalam PT Model problem ownernya adalah Manager produksi dan Manager pemasaran
Problem user adalah seseorang atau sekelompok orang yang memiliki keterkaitan yang menggunakan berbagai solusi yang telah disetejui oleh problem owner. Pada PT Model TI problem user adalah karyawan pada bagian produksi.
2.5 Problem customer; Problem solver
Problem customer adalah orang atau pihak yang mendapatkan imbas dari
masalah ang ada. Pada PT Model TI problem customer adalah konsumen atau customer yang akan membeli produk.
Problem user adalah orang yang mengeksekusi kebijakan manager yaitu staff
dan operator produksi, warehouse dan pemasaran.
Problem solver atau analisis adalah pihak yang memiliki kewenangan dan tugas
untuk meneliti dan menganalisa masalah agar didaptkan berbagai solusi. Pada PT Model TI problem solver adalah mahasiswa yang bertindak sebagai konsultan.
2.6 Tujuan Studi; Ukuran performansi ; Alternatif tindakan/ variable keputusan
a. Tujuan Studi
Dalam kasus ini tujuan studi diantaranya pengurangan ongkos produksi, inventori dan biaya overhead sebesar 10 % serta menekan terjadinya lost sales
untuk mencapainya maka pimpinan perusahaan menyerukan program perbaikan proses secara berkelanjutan. Penekanan lost sales sebanding dengan pemenuhan demand, kedua hal ini akan mengakibatkan pengurangan inventori dan biaya produksi.
b. Ukuran performansi
Keuntungan maksimal dengan minimasi total biaya dari biaya produksi dan
lost sales.
c.Alternatif tindakan variabel keputusan
Alternatif tindakan variabel keputusan yakni
Penggunaan jam lembur (overtime)
Jam lembur tersedia sebesar maksimum 50% dari jam kerja regular.
Melakukan outsourcing
Jika kapasitas produksi tidak tidak mencukupi, outsorcing dilakukan untuk Chasis dan Circuit board ke industry kecil elektronik dengan jumlah pemesanan minimal 100 unit dan merupakan kelipatan 50 unit.
Supply component
Alternatif lain yaitu memasok saja komponen Chasis dan Circuit Board dari luar perusahaan lalu divisi pembuatan Chasis dan Circuit Board ditutup dan karyawannya dipindah ke Divisi Final Assembly dan Quality Assembly.
BAB III
SISTEM RELEVAN
3.1 Pendekatan untuk menjelaskan sistem relevan lingkungan, I/O, Komponen Pendekatan yang menjelaskan sistem yang relevan untuk PT.Model TI adalah pendekatan proses untuk melukiskan sistem mulai dari prinsip-prinsipnya. Berikut adalah
identifikasi dari aspek-aspek PT.Model TI:
Tabel 3.1 Identifikasi dan aspek-aspek PT MODEL TI
Aspek Identifikasi
Demand produk Input (uncontrollable)
Harga bahan baku Input (ucontrollable)
Biayainventory Input (uncontrollable)
Biayaoutsourcing Input (uncontrollable)
Biayaoverhead Input (uncontrollable)
Biayalost sales Input (uncontrollable)
Demand tidak terpenuhi Input (uncontrollable)
Biaya inspeksi Input (uncontrollable)
Demand terpenuhi Input (uncontrollable)
Kapasitas produksi reguler Input (controllable)
Biaya produksi regular Input (controllable)
Kapasitas produksi overtime Input (controllable)
Biaya produksi overtime Input (controllable)
Biaya material Component
Total biaya lost sales Component
Total biaya outsourcing Component
Biaya produksi regular Component
Biaya produksi overtime Component
Harga jual Component
Total biaya produksi Component
3.2 Influence Diagram Demand produk Harga bahan baku Keuntungan Total biaya produksi Total biaya outsourcing Biaya produksi reguler Biaya produksi overtime Biaya produksi reguler Biaya produksi overtime Kapasitas produksi reguler Kapasitas produksi overtime Biaya inspeksi Biaya outsourcing Total biaya lost sales Biaya lost sales Demand tidak terpenuhi Harga jual Demand
terpenuhi Harga jual Biaya
material
Biaya inventory
Biaya overhead
Gambar 3.1 Influence Diagram
3.3 Horison Waktu
Horizon waktu berkaitan dengan peramalan (forecasting). Horizon waktu peramalan diklasifikasikan dalam 3 kelompok, yaitu
1. Peramalan Jangka Pajang, umumnya 2 sampai 10 tahun. Peramalan ini digunakan untuk perencanaan produk dan perencanaan sumber daya.
2. Peramalan Jangka Menengah, umumnya 1 sampai 24 bulan. Peramalan ini lebih mengkhusus dibandingkan peramalan jangka panjang, biasanya digunakan untuk menentukan aliran kas, perencanaan produksi, dan penentuan anggaran. 3. Peramalan Jangka Pendek , umumnya 1 sampai 5 minggu. Peramalan ini
Manajer Pemasaran PT Model 2006 merencanakan produksi pabriknya untuk 4 minggu ke depan. Sehingga horizon waktunya 4 minggu (peramalan ja ngka pendek).
3.4 White/Black Box
White box system merupakan system yang input output dan hal-hal yang terjadi di dalam sistem terlihat dengan jelas. Sehingga PT Model TI merupakan White box system, penjelasan mengenai input, output dan lain-lain dalam system ini sudah terangkum dalam
influence diagram.
3.5 Statis/Dinamis
Model sistem statis memiliki pengaruh untuk sistem yang kecil atau tidak sama sekali. Model sistem ini cenderung tetap dan tidak berubah, meskipun lingkungannya berubah. Sedangkan model sistem dinamis memiliki model sistem yang dapat berubah
menyesuaikan dari perubahan kondisi lingkungan yang ada. Pada PT Model TI ini terlihat menggunakan model sistem dinamis, sebab perusahaan melakukan adaptasi sistem sebagai akibat dari perubahan kondisi lingkungan. Hal ini dapat ditunjukkan dengan :
Perubahan proses produksi bahan baku. Awalnya PT Model TI memproduksi Chasis dan Circuit Board sendiri, tetapi karena perusahan ini menginginkan semua permintaan terpenuhi biaya minimum, maka diterapkanlah sistem Sub Kontrak dengan beberapa industri kecil elektronik. Sub Kontrak ini dilakukan pada komponen Chasis dan Circuit Board. Untuk itu divisi chasis dan circuit board ditutup dan sebagian dari tenaga kerjanya dialkoasikan ke divisi assembly komponen tersebut ditutup dan tenaga kerja dipindahkan pada stasiun kerja Assembly.
Adanya pesaing yang menawarkan produk dengan harga yang lebih murah. Hal tersebut dengan jelas telah mengancam PT Model TI. Untuk mencegah terjadinya lost sales. Direksi perusahaan mengambil kebijakan untuk meminimumkan terjadinyalost sales dan meminimkan ongkos produksi Oleh karena itu PT Model TI melakukan sub kotntrak dengan beberapa industri kecil elektronik untuk memproduksi chasis dan circuit board.
Dilakukannya pelatihan terhadap tenaga kerja yang dipindahkan ke divisi assembly
Melakukan kolaborasi dengan 3 distributor untuk memperoleh akses data tentang data persediaan dan data penjualan guna memperoleh informasi permintaan yang pasti dari setiap distributor
3.6 Diskrit/Kontinu
Pengertian dari sistem diskrit adalah sistem yang keadaanya dapat berubah dengan sendirinya pada waktu – waktu yang saling terpisah.Sedangkan pengertian sist em kontinu adalah suatu sustem yang keadaannya dapat berubah secara kontinu mengikuti waktu yang berjalan. Dalam kasus yang terjadi pada PT.Model TI ini menggunakan sistem diskrit. Hal ini dapat dibuktikan dengan perubahan status terjadi pada 1 titik sepanjang horizon waktu.
3.7 Deterministik/Probabilistik
Pengertian dari Deterministik sistem adalah sebuah sistem yang perilakunya atau kondisinya dapat diprediksikan sedangkan pengertian dari probabilistik sistem adalah sebuah sistem yang perilaku dan kondisinya tidak dapat ditentukan dikarenakan terdapat unsur peluang didalamnya. Dalam kasus PT.Model TI ini menggunakan probabilistik sistem dikarenakan demand tejadi secara fluktuatif sehingga tidak dapat diprediksikan secara pasti.
3.8 Open/Closed
Open sistem adalah sistem yang menerima dan memberikan sesuatu pada lingkungannya sedangkan close sistem adalah sistem yang tidak menerima atau memberikan apapun kepada lingkungannya. PT Model TI mendapatkan bahan baku dari pemasok diluar perusahaan, ia juga menjual produknya ke konsumen dan menerima
infomasi dari distributor untuk merencanakan banyaknya produk yang akan diproduksi. Jadi, kesimpulannya PT Model TI adalah open system (mendapat feedback dar luar perusahaan)
BAB IV
FORMULASI MODEL MATEMATIK
4.1 Pengantar
Pada bab sebelumnya sudah dijelaskan mengenai permasalahan yang ada di PT MODEL yang mencakup deskripsi situasi maslah, identifikasi masalah dan system relevan. Bab ini akan menjabarkan formulasi model matematis untuk menyelesaikan permasalahan tersebut. Model matematika adalah suatu rumusan matematika, dapat berbentuk persamaan, pertidaksamaan maupun fungsi, yang diperoleh dari hasil penafsiran ketika menterjemahkan suatu program linier ke dalam bahasa matematika.
Model matematika akan menyederhanakan permasalahan sehingga bisa memahami tujuan dan komponen-komponen yang terkait.
Model matematis untuk permasalahan ini terdiri dari Aproksimasi 1 dan Aproksimasi 2. Aproksimasi adalah suatu pendekatan untuk memperoleh nilai yang sedekat mungkin dengan nilai yang sebenarnya sehingga dapat diketahui solusi optimal dengan pendekatan tersebut. Model matematis ini dibuat dengan menentukan pendekatan model terlebih dahulu, kemudian menentukan asumsi, notasi (parameter dan variable), tahapan pembentukan model matematik. Tahapan terakhir yaitu penyusunan model matematis dari langkah-langkah yang telah dilakukan
sebelumnya.
Pendekatan model bertujuan untuk memfokuskan sudut pandang pembahasan yang terbatas pada permasalahan yang asa. Aumsi merupakan penjabaran hal-hal yang tidak tedapat pada scenario, sehingga hal-hal tersebut dimisalkan dengan notasi atau angka tertentu. Notasi digunakan untuk mempermudah penyusunan modelmatematis agar lebih ringkas dan mudah dimengerti.
4.2 Aproksimasi I 4.2.1 Pendekatan
PT. Model TI dalam mengembangkan model matematikanya pada aproksimasi 1 (model 1) ini dilakukan dengan pendekatan kebijakan reguler time dan overtime, ketika kapasitas waktu tersedia terpenuhi pada pabrik. Direktur produksi memiliki beberapa
alternatif model untuk PT Model TI ini, dan model pertama merupakan kebijakan reguler time dan overtime dalam memenuhi demand yang masih berada dalam batas produksi pabrik.
4.2.2 Asumsi
Dalam aproksimasi 1 pendekatan reguler time dan overtime ini, menggunakan asumsi antara lain :
Pada aproksimasi 1 (model 1) ini dilakukan dengan pendekaan kebijakan reguler time dan overtime, ketika kapasitas waktu tersedia terpenuhi pada pabrik.
Pada reguler time dan overtime jumlah barang ada batasan yang dapat dikerjakan dengan pendekatan reguler time dan overtime.
Demand bersifat deterministik sesuai permintaan.
Fraksi produk cacat tiap minggu dianggap sama yaitu 1%.
Besarnya biaya lost sale merupakan setengah kali harga jual masing – masing produk
4.2.3 Batasan
Dalam aproksimasi 1 pendekatan reguler time dan overtime ini, batasannya yaitu: Mencari keuntungan yang berasal dari selisih total penjualan produksi dengan
total biaya produksi yang harus dikeluarkan oleh PT. Model TI.
Total penjualan produksi didapatkan dari harga jual dikalikan demand yang terpenuhi.
Total Biaya Produksi merupakan penjumlahan dari total biaya produksi reguler, total biaya produksi overtime, total biaya lost sales, total biaya material, biaya overhead, dan total biaya inventory.
Untuk memenuhi demand menggunakan jam kerja reguler dan lembur. Batasan waktu lembur hanya 50% dari waktu reguler.
Perhitungan hanya dilakukan untuk 4 minggu ke depan. 4.2.4 Notasi (parameter, variabel)
TK : total keuntungan maksimum (Rp) TPJ : total penjualan produksi (Rp) TBP : total biaya produksi (Rp)
TBPR : total biaya produksi reguler (Rp) TBPO : total biaya produksi overtime (Rp) TBLS : total biaya lost sales (Rp)
TBM : total biaya material (Rp) BO : biaya overhead (Rp/unit) TBI : total biaya inventory (Rp) HJ : harga jual produk (Rp/unit) HJO : harga jual produk O (Rp/unit) HJV : harga jual produk V (Rp/unit) DT : demand terpenuhi (unit)
KPRJ : kapasitas produksi reguler (jam) KPRU : kapasitas produksi reguler (unit) BPR : biaya produksi reguler (Rp/jam) KPOJ : kapasitas produksi overtime (jam) KPOU : kapasitas produksi overtime (unit) BPO : biaya produksi overtime (Rp/jam) BLS : biaya lost sales (Rp/unit)
DTT : demand tidak terpenuhi (unit) BM : biaya material (Rp/unit)
QTP : kuantitas total produksi (unit) TBOV : total biaya overhead (Rp) BIN : biaya inventory (Rp) QI : quantitas inventory (unit)
T : waktu proses assembly (unit/jam) D : demand (unit)
4.2.5 Langkah-Langkah Pembentukan Model Matematik
Total keuntungan maksimum = total penjualan produk – total biaya produksi TK = ∑2=∑= −
Total biaya produksi = total biaya produksi reguler + total biaya produksi overtime + total biaya lost sales + total biaya material + biaya overhead + total biaya inventory
TBPpt = TBPRpt + TBPOpt + TBLSpt + TBMpt + BOpt + TBIpt
Total biaya produksi reguler = kapasitas produksi reguler (jam) x biaya produksi reguler
TBPRpt = KPRJpt x BPR
Total biaya produksi overtime = kapasitas produksi overtime (jam) x biaya produksi overtime
TBPOpt = KPOJpt x BPO
Total biaya lost sales = biaya lost sales x demand tidak terpenuhi TBLSpt = BLSp x DTTpt
Total biaya material = biaya material x demand terpenuhi TBMpt = BMp x DTpt
Total biaya overhead = biaya overhead x (kapasitas produksi reguler (jam) + kapasitas produksi overtime (jam))
TBOVpt = BOpt x (KPRJ + KPOJ)
Total biaya inventory = biaya inventory x kuantitas inventory TBIpt = BINpt x QIpt
Kapasitas produksi reguler (unit) = kapasitas produksi reguler (jam) : waktu CH KPRUpt = KPRJpt : Tch
Kapasitas produksi overtime (unit) = kapasitas produksi reguler (unit) x 50% KPOUpt = KPRUpt x 50%
Demand terpenuhi = (kapasitas produksi reguler (unit) + kapasitas produksi overtime (unit)) x (1 – fraksi cacat)
DTpt = (KPRUpt + KPOUpt) x (1 – F)
Demand tidak terpenuhi = demand – demand terpenuhi DTTpt = Dpt – DTpt
Fungsi tujuan
+ (BINpt x Qipt)]} Fungsi pembatas :
Pembatas waktu proses × ≤ 750 2 × ≤ 1500 × ≤ 800 × ≤ 375 2 × ≤ 750 × ≤ 400 Pembatas non negatif :
HJp, DTpt , KPRJpt, BPR, KPOJpt, BPO, BLSp, DTTpt, BMp, BOpt ≥0 4.3 Aproksimasi II
4.3.1 Pendekatan
PT. Model TI dalam mengembangkan model matematikanya pada aproksimasi II ini dilakukan dengan pendekatan kebijakan outsourcing, outsourcing dilakukan ketika kapasitas waktu tersedia tidak terpenuhi pada pabrik. Direktur produksi memiliki beberapa alternatif model untuk PT Model TI ini, dan model kedua merupakan kebijakan
outsourcing dalam memenuhi demand yang melebihi batas produksi pabrik. 4.3.2 Asumsi
Dalam aproksimasi II pendekatan outsourcing ini, menggunakan asumsi antara lain :
Pada aproksimasi II (model 2) ini dilakukan dengan pendekaan kebijakan outsourcing, ketika kapasitas waktu tersedia tidak terpenuhi pada pabrik.
Pada outsourcing jumlah barang tidak ada batasan yang dapat dikerjakan dengan pendekatan outsourcing.
Demand bersifat deterministik sesuai permintaan.
Fraksi produk cacat tiap minggu dianggap sama yaitu 1%.
Outsourcing dengan menambah tenaga kerja dari luar, dan biaya produksi dibedakan dengan biaya produksi reguler
4.3.3 Batasan
Dalam aproksimasi II pendekatan outsourcing ini, batasannya antara la in :
Mencari keuntungan yang berasal dari selisih total penjualan produksi dengan total biaya produksi yang harus dikeluarkan oleh PT. Model TI.
Total penjualan produksi didapatkan dari harga jual dikalikan jumlah demand terpenuhi.
Total Biaya Produksi merupakan penjumlahan dari total biaya produksi reguler, total biaya produksi overtime, biaya overhead, total biaya inventory dan total biaya outsourcing.
Untuk memenuhi demand menggunakan jam kerja reguler, lembur dan outsourcing.
Batasan waktu lembur hanya 50% dari waktu reguler. Perhitungan hanya dilakukan untuk 4 minggu ke depan. 4.3.4 Notasi (parameter, variabel)
TK : total keuntungan maksimum (Rp) TPJ : total penjualan produksi (Rp) TBP : total biaya produksi (Rp)
TBPR : total biaya produksi reguler (Rp) TBPO : total biaya produksi overtime (Rp) TBO : total biaya outsourching (Rp) TBM : total biaya material (Rp) BO : biaya overhead (Rp/unit) TBI : total biaya inventory (Rp) HJ : harga jual produk (Rp/unit) DT : demand terpenuhi (unit)
DTT : demand tidak terpenuhi (unit) KPRJ : kapasitas produksi reguler (jam) KPRU : kapasitas produksi reguler (unit) BPR : biaya produksi reguler (Rp/jam)
KPOU : kapasitas produksi overtime (unit) BPO : biaya produksi overtime (Rp/jam) BOS : biaya outsourching (Rp)
BI : biaya inspeksi (Rp) BM : biaya material (Rp/unit)
QTP : kuantitas total produksi (unit) TBOV : total biaya overhead (Rp) BIN : biaya inventory (Rp) QI : quantitas inventory (unit)
T : waktu proses assembly (unit/jam) D : demand (unit)
4.2.5 Langkah-Langkah Pembentukan Model Matematik
Total keuntungan maksimum = total penjualan produk – total biaya produksi TK = ∑2=∑= −
Total penjualan produk = harga jual produk x demand terpenuhi TPJpt = HJp x DTpt
Total biaya produksi = total biaya produksi reguler + total biaya produksi overtime + total biaya outsourcing + total biaya material + biaya overhead + total biaya inventory
TBPpt = TBPRpt + TBPOpt + TBO + TBMpt + BOpt + TBCpt
Total biaya produksi reguler = kapasitas produksi reguler (jam) x biaya produksi reguler
TBPRpt = KPRJpt x BPR
Total biaya produksi overtime = kapasitas produksi overtime (jam) x biaya produksi overtime
TBPOpt = KPOJpt x BPO
Total biaya material = biaya material x demand terpenuhi TBMpt = BMp x QTPpt
Total biaya overhead = biaya overhead x (kapasitas produksi reguler (jam) + kapasitas produksi overtime (jam))
TBOVpt = BOpt x (KPRJ + KPOJ)
Total biaya outsourcing = 0,95 [(biaya material + biaya overhead + biaya produksi reguler)(demand tak terpenuhi)]
TBO = 0,95 [(BM + BO + BPR)(DTT)]
Total biaya inventory = biaya inventory x kuantitas inventory TBIpt = BINpt x QIpt
Kapasitas produksi reguler (unit) = kapasitas produksi reguler (jam) : waktu CH KPRUpt = KPRJpt x Tch
Kapasitas produksi overtime (unit) = kapasitas produksi reguler (unit) x 50% KPOUpt = KPRUpt x 50%
Demand terpenuhi = (kapasitas produksi reguler (unit) + kapasitas produksi overtime (unit)) x (1 – fraksi cacat)
DTpt = (KPRUpt + KPOUpt) x (1 – F)
Demand tidak terpenuhi = demand – demand terpenuhi DTTpt = Dpt – DTpt
Fungsi Tujuan :
Maksimasi TK = ∑2=∑={(HJp x DTpt) − [(KPRJpt x BPR) + (KPOJpt x BPO) + (0,95 [(BM + BO + BPR)(DTT)) + (BMp x DTpt) + (BOpt x (KPRJ pt +
KPOJ pt)) + (BINpt x Qipt)]}
Fungsi pembatas : Pembatas waktu proses
× ≤ 750 2 × ≤ 1500 × ≤ 800 × ≤ 375 2 × ≤ 750 . × ≤ 400
5.2.2 Solusi Model I
Berikut merupakan solusi (nilai variable) dari model 1:
Tabel 5.1 Lembar Kerja Model 1 PT Model 2006
Produk O Produk V Keterangan
Ongkos inventori 2050 875
Inventori 450 750
Harga jual 410000 175000
Fraksi cacat 0.5 - 2 % 0.5 - 2 % asumsi fraksi cacat 1%
Demand minggu 1 2100 2750
Demand minggu 2 1600 3250
Demand minggu 3 1850 3500
Demand minggu 4 900 2600
Biaya outsorcing 50000 250000
Ongkos bahan baku 150000 50000
Waktu produksi per unit CH 0.35 0.2 Waktu produksi per unit CB 0.7 0.35 Waktu produksi per unit assy 0.4 0.3 Kapasitas waktu produksi
(pembatas) CH 750
Kapasitas waktu produksi
(pembatas) CB 1500
Kapasitas waktu produksi
(pembatas) assy 800
Biaya lost sales 205000 87500
MINGGU PERTAMA
Pemisalan (trial and error) 1111 1185
Kapasitas RT 1111 1185 Total Biaya RT 5962250 Kapasitas OV 555 592 Total Biaya OV 3574200 Inventori terpakai 450 750 Sisa inventori 0 0 Biaya inventori 0 0
Total biaya inventori 0
Demand terpenuhi 2100 2509 Sudah dikurangi dengan
produk cacat
Biaya material 249900000 88850000
Biaya overhead 15827000 16881500 Total Biaya overhead 32708500
Biaya Lost Sales 0 21087500
Total Biaya Lost Sales 21087500 Total Biaya Produksi 402082450
Total Pendapatan 861000000 439075000
Total Keuntungan 897992550
Jam CH RT 625.85 feasible (sesuai pembatas)
Jam CH OV 312.65 feasible (sesuai pembatas)
Jam CB RT 1192.45 feasible (sesuai pembatas)
Jam CB OV 595.7 feasible (sesuai pembatas)
Jam Assy RT 799.9 feasible (sesuai pembatas)
Jam Assy OV 399.6 feasible (sesuai pembatas)
MINGGU KEDUA
Pemisalan (trial and error) 1078 1229
Kapasitas RT 1078 1229 Total Biaya RT 5923750 Kapasitas OV 539 614 Total Biaya OV 3553200 Inventori terpakai 0 0 Sisa inventori 0 0 Biaya inventori 0 0
Total biaya inventori 0 0
Demand terpenuhi 1600 1824 Sudah dikurangi dengan produk cacat
Biaya material 242550000 92150000 Total biaya material 334700000
Biaya overhead 15361500 17508500 Total Biaya overhead 32870000
Biaya Lost Sales 0 124775000
Total Biaya Lost Sales 124775000 Total Biaya Produksi 501821950
Total Pendapatan 656000000 319200000
Total Keuntungan 473378050
Jam CH RT 623.1 feasible (sesuai pembatas)
Jam CH OV 311.45 feasible (sesuai pembatas)
Jam CB RT 1184.75 feasible (sesuai pembatas)
Analisis sensitivitas model 1 (kebijakan Overtime/ Lembur) Berikut merupakan hasil analisis sensitivitas Model 1 :
Tabel 5.4 Analisis Sensitivitas Model 1
Persentase Kenaikan
Demand Keuntungan
Persentase perubahan keuntungan dari keuntungan awal
15% 425076400 -10,21
20% 408975850 -13,61
25% 392875300 -17,01
Jika terjadi kesalahan proyeksi demand sebesar 15% menigkat maka akan menyebabkan terjadinya penurunan keuntungan sebesar 10,21 % Untuk kenaikan 20 % penurunan keuntungan masih sebesar 13,61%. Dan kenaikan 25 % penurunan keuntungan sebesar 17,01%. Nilai tersebut tergolong kecil sehingga tidak terlalu memberikan pengaruh pada keuntungan yang diperoleh.
Analisis Sensitivitas Model 2 (Kebijakan OutSourcing) Berikut merupakan hasil analisis sensitivitas Model 2 :
Tabel 5.5 Analisis Sensitivitas Model 2
Persentase Kenaikan
Demand Keuntungan
Persentase perubahan keuntungan dari keuntungan awal
15% 814637150 6,33
20% 845213913 10,32
25% 875790675 14,31
Pada model 2 ini dilakukan analisis sensitivitas dengan mempertimbangkan adanya kesalahan proyeksi demand pada kebijakan outsourcing. Jika demand dinaikkan sebesar 15% akan mengalami peingkatan keuntungan sebesar 6,33%. Kemudian apabila terjadi peningkatan 20% maka keuntungannya akan meningkat sebesar 10,32%. Sedangkan apabila terjadi peningkatan sebesar 25% maka keuntungan yang diperoleh juga meningkat sebesar 14,31%. Nilai tersebut masih cukup kecil sehingga pada Model
Analisis Kesalahan Model 1
Tabel 5.6 Analisis Kesalahan Aproksimasi 1
Analisis kesalahan aproksimasi 1 menggunakan kebijakan subcontract dengan persen kenaikan demand 10% maka keuntungan akan meningkat sebesar 15,40% dari total keuntungan awal yang didapat pada aproksimasi 1. Sementara perubahan demand dengan kenaikan demand sebesar 20% menyebabkan keuntungan akan meningkat sebesar 30,82% dan untuk perubahan demand dengan kenaikan demand sebesar 25% menyebabkan keuntungan akan meningkat sebesar 38,52%.
Dari hasil analisis diatas dapat disimpulkan bahwa aproksimasi 1 ini memiliki tingkat error yang menguntungkan karena untuk kenaikan 10%, terdapat peningkatan keuntungan melebihi 10%. Hal ini terjadi karena biaya subcontract yang digunakan lebih kecil dari biaya produksi sendiri sehingga dengan biaya yang lebih kecil model ini dapat meraih keuntungan tambahan apabila terdapat kenaikan permintaaan di pasar.
Analisis Kesalahan Model 2
Tabel 5.8 Analisis Kesalaham Model 2
Analisis kesalahan aproksimasi 2 menggunakan kebijakan outsourcing dengan persen kenaikan demand 10% maka keuntungan akan meningkat sebesar 14,18% dari total keuntungan awal yang didapat pada aproksimasi 2. Sementara perubahan demand dengan kenaikan demand sebesar 20% menyebabkan keuntungan akan meningkat sebesar