• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Gambaran Umum Objek Penelitian

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Gambaran Umum Objek Penelitian"

Copied!
14
0
0

Teks penuh

(1)

1 BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Gambaran Umum Objek Penelitian

Kantor Akuntan Publik (KAP) berdasarkan Peraturan Menteri Keuangan 17/PMK.01/2008 merupakan sebuah organisasi akuntan publik yang memperoleh izin sesuai peraturan perundang-undangan untuk memberikan jasa profesionalnya. Akuntan dalam hal ini adalah auditor yaitu profesi yang salah satu tugasnya melaksanakan audit terhadap laporan keuangan sebuah perusahaan dan memberikan opini terhadap saldo akun dalam laporan keuangan tersebut apakah laporan keuangan tersebut telah disajikan secara wajar sesuai dengan SAK (Standar Akuntansi Keuangan) atau PABU (Prinsip Akuntansi Berterima Umum).

Jasa profesional yang diberikan oleh akuntan publik yaitu jasa audit dan jasa non-audit. Jasa profesional audit meliputi audit operasional (operational audit), audit kepatuhan (compliance audit) dan audit laporan keuangan (financial statement audit). Selain jasa audit, akuntan publik juga memberikan jasa non-audit antara lain jasa yang berkaitan dengan akuntansi, keuangan, manajemen, kompilasi, perpajakan, dan konsultasi sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku. Saat ini, KAP terus mengembangkan produk dan jasa barunya meliputi perencanaan keuangan, penilaian usaha, akuntansi forensik, audit internal yang disubkontrakkan (outsourcing) serta jasa penasehat konsultasi teknologi informasi.

Akuntan publik sebagai pihak yang menjamin atas opini dari kewajaran laporan keuangan yang disajikan oleh pihak manajemen, mengharuskan dalam menjalankan tugas auditnya untuk berpedoman pada standar audit yang telah ditetapkan oleh Ikatan Akuntan Publik Indoensia (IAPI) yaitu Standar Profesional Akuntan Publik (SPAP) yang meliputi standar umum, standar pekerjaan lapangan dan standar pelaporan. Auditor juga harus mematuhi kode etik profesi yang

(2)

2 mengatur mengenai tanggung jawab profesi, kompetensi dan kehati-hatian profesional, kerahasiaan, perilaku profesional serta standar teknis bagi seorang auditor dalam menjalankan profesinya. Dalam menilai kewajaran laporan keuangan klien, akuntan publik berpedoman pada PSAK adopsi IFRS yang berlaku di Indonesia secara bertahap atau sesuai dengan Prinsip Akuntansi Berterima Umum (PABU).

Dalam penelitian ini, penulis memilih objek penelitian pada KAP di Kota Bandung. Pertimbangan pemilihan survey ini karena total KAP di Kota Bandung sebayak 24 KAP dan KAP di Kota Bandung mendapat peringkat kedua setelah DKI Jakarta dari keseluruhan total KAP yang terdaftar di Indonesia yang berjumlah 492 KAP (www.iapi.or.id). Hal tersebut menyebabkan banyaknya perusahaan besar yang membutuhkan jasa profesional akuntan, karena pesatnya pertumbuhan KAP dipicu oleh pesatnya industri bisnis di Kota Bandung. Namun, penulis juga memiliki kendala dalam segi biaya dan waktu. Dari segi biaya, penulis berdomisili di Bandung dan hanya mempunyai cukup dana untuk melakukan penelitian pada KAP di Kota Bandung. Sedangkan dari segi waktu, selain menyelesaikan penelitian ini, penulis juga masih memiliki kewajiban lain yang menyita waktu sehingga penulis hanya dapat meneliti KAP di Kota Bandung. Beberapa KAP besar di Bandung meliputi KAP Prof. Dr. H. TB Hasanuddin, MSc & Rekan, KAP Drs. Joseph Munthe, MS. Ak., KAP Roebiandini & rekan dan KAP Koesbandijah.

1.2 Latar Belakang Masalah Penelitian

Banyaknya perusahaan yang melakukan operasi bisnis di lintas negaranya, menunjukkan arah perkembangan operasi bisnis saat ini telah menuju pada arus globalisasi. Peristiwa ini ditandai dengan semakin pesatnya perkembangan teknologi informasi. Akibatnya informasi tersedia diseluruh dunia dan membuka akses bagi investor global untuk memasuki pasar modal tanpa terhalangi batasan teritori negara. Hal tersebut yang kemudian mendasari pentingnya pengungkapan dan penyajian informasi keuangan. Tujuan audit atas laporan keuangan oleh auditor independen pada umumnya adalah untuk menyatakan pendapat tentang

(3)

3 kewajaran, dalam semua hal yang material, posisi keuangan, hasil usaha, perubahan ekuitas, dan arus kas sesuai standar akuntansi keuangan di Indonesia. Serta audior hanya bertanggungjawab dalam menyatakan pendapat atas laporan keuangan sesuai dengan PSA No. 01 dan (SA Seksi 110) dalam SPAP (2011).

Laporan keuangan menyediakan berbagai informasi keuangan yang bersifat kuantitatif dan diperlukan sebagai sarana pengambilan keputusan bagi pihak yang berkepentingan. Prospective laporan keuangan sebuah perusahaan merupakan tolak ukur bagi investor untuk menanamkan modalnya pada perusahaan yang listing di Bursa Efek. Hal ini disebabkan perusahaan multinasional melakukan transaksi bukan hanya secara nasional tapi juga secara internasional. Penyajian laporan keuangan pada tahun 2000-an berkiblat pada dua dewan penyusun standar pelaporan keuangan internasional yaitu, International Accounting Standard Board (IASB) selaku organisasi internasional yang bertanggungjawab atas penerbitan (International Financial Reporting Standard) IFRS, dan Financial Accounting Standard Board (FASB) selaku organisasi di Amerika Serikat yang bertanggungjawab atas penerbitan General Accepted Accounting Principles (GAAP).

Pricewaterhouse Coopers (KAP PWC) sebagai salah satu KAP terbesar di dunia saat ini, dalam publikasinya “Making A change To IFRS” (2005) menyatakan bahwa laporan keuangan dituntut untuk dapat memberikan informasi yang lebih dapat dipahami oleh pemakai global, dengan demikian dapat menarik modal ke dalam perusahaan. Kebutuhan ini tidak bisa terpenuhi apabila perusahaan-perusahaan tersebut masih menggunakan prinsip pelaporan keuangan yang berbeda-beda. Amerika menggunakan US GAAP, Indonesia menggunakan PSAK-nya IAI, Uni Eropa menggunakan IAS dan IASB. Hal tersebut yang kemudian melatarbelakangi perlunya adopsi IFRS saat ini.

Menurut Tuanakotta (2014;71-72) menjelaskan terdapat tujuh kewajiban IFAC (International Federation of Accountans) yang disebutkan dalam SMO (Statements of Membership Obligation) salah satunya yaitu tertuang didalam SMO 7 berkenaan dengan IFRS yang diterbitkan oleh IASB (International

(4)

4 Accounting Standards Board). Adanya adopsi IFRS maka laporan keuangan berbicara dengan bahasa akuntansi yang sama, kemudian akan memudahkan perusahaan multinasional dalam berkomunikasi dengan cabang-cabang perusahaan dalam negara yang berbeda, sehingga akan meningkatkan kualitas pelaporan manajemen, pengambilan keputusan dan kinerja perusahaan dapat diperbandingkan dengan pesaing lainnya secara global. Akan menjadi suatu kelemahan bagi perusahaan jika tidak dapat diperbandingkan secara global, yang berarti kurang mampu dalam menarik modal dan menghasilkan keuntungan di masa depan.

International Financial Reportig Standard (IFRS) adalah suatu upaya untuk memperkuat arsitektur keuangan global dan mencari solusi jangka panjang terhadap kurangnya transparansi informasi keuangan (Hardono, 2011). IFRS di Indonesia secara penuh diimplementasikan pada tahun 2012. Namun, dalam implementasi standar IFRS tersebut terdapat beberapa tantangan baik dari faktor internal dan eksternal perusahaan. Tantangan dari faktor internal berasal dari praktisi akuntan manajemen yang belum mampu menyesuaikan perencanaan keuangan perusahaan melalui pendekatan berbasis IFRS dengan baik. Sedangkan tantangan dari faktor eksternal berasal dari pihak Regulator, Aktuaris, Akuntan Publik, Investor dan Kreditor. Adanya pemahaman yang berbeda memungkinkan investor dan kreditor salah dalam menganalisis laporan keuangan dengan bentuk prinsip baru karena kurangnya kompetensi mereka mengenai IFRS sehingga pengambilan keputusan menjadi kurang tepat.

Menurut Mulyadi (2011), profesi akuntan publik merupakan profesi kepercayaan masyarakat. Dari profesi akuntan publik tersebut, masyarakat mengharapkan penilaian yang bebas dan tidak memihak terhadap informasi yang disajikan oleh manajemen perusahaan dalam laporan keuangan. Profesi akuntan publik bertanggungjawab untuk menaikkan tingkat keandalan laporan keuangan perusahaan, sehingga masyarakat memperoleh informasi keuangan yang handal sebagai dasar pengambilan keputusan.

Pada tahun 2011, tantangan profesi akuntan sangat berat karena dimulainya proses adopsi dan konvergensi standar akuntansi keuangan ke format IFRS.

(5)

5 Konvergensi IFRS merupakan strategi menempatkan Indonesia dalam pusaran pasar uang dan pasar modal global. Selain itu, konvergensi ini juga bagian dari proses pembangunan ekonomi berbasis transparansi dan akuntanbilitas. Adopsi dan konvergensi IFRS seiring dengan tuntutan terhadap profesi akuntan internasional. Hal terpenting adalah tetap dipegangnya prinsip-prinsip etika dan moral profesi akuntan ketika sudah menduduki suatu jabatan. Kasus pencucian uang seperti yang sering terjadi selayaknya nanti menjadi perhatian para akuntan ini, sehingga tuntutan profesi seorang akuntan ini ke depan semakin berat karena merupakan profesi berlandaskan kepercayaan dari masyarakat untuk memberikan jasa profesional baik pihak internal dan eksternal. (Sumber: www.okezone.com I Jumat, 12 September 2014 I 17.00 WIB)

Profesi auditor saat ini semakin dituntut kinerjanya oleh masyarakat, dibalik maraknya kasus korupsi, manipulasi pembukuan, dan skandal kejahatan korporasi lainnya yang terjadi. Fungsi auditor yang seharusnya memberikan keyakinan informasi mulai dipertanyakan kredibilitasnya ketika berbagai kasus dari PT. Kimua Farma, PT. KAI dan kasus yang menyangkut KAP Drs. Hans Burhanuddin Makarao dan KAP Drs. Dadi Muchidin yang terjadi di Bandung.

Kasus manipulasi laporan keuangan juga terjadi di Indonesia. Laporan keuangan salah satu perusahaan Badan Usaha Milik Negara (BUMN) PT. Kereta Api Indonesia (KAI) tahun 2005, diduga terdapat manipulasi oleh pihak-pihak tertentu. Perusahaan BUMN tersebut dicatat meraih keuntungan sebesar Rp 6,9 Miliar. Padahal perusahaan tersebut seharusnya rugi Rp 63 Miliar. Komisaris PT KAI Hekinus Manao yang juga sebagai Direktur Informasi dan Akuntansi Direktorat Jendral Perbendaharaan Negara Departemen Keuangan mengatakan, laporan keuangan tersebut telah diaudit oleh KAP S. Manan.

Hasil audit tersebut diserahkan direksi PT KAI untuk disetujui sebelum disampaikan dalam rapat umum pemegang saham, dan komisaris PT KAI yaitu Hekinus Manao menolak menyetujui laporan keuangan PT KAI tahun 2005 yang telah diaudit oleh akuntan publik. Setelah hasil audit diteliti dengan seksama, ditemukan adanya kejanggalan dari laporan keuangan PT KAI tahun 2005, diantaranya adalah :

(6)

6 1. Pajak pihak ketiga yang sudah tiga tahun tidak pernah ditagih, akan tetapi dalam laporan keuangan itu dimasukkan sebagai pendapatan PT KAI selama tahun 2005. Kewajiban PT KAI untuk membayar surat ketetapan pajak (SKP) pajak pertambahan nilai (PPN) sebesar Rp 95,2 Miliar yang diterbitkan oleh Direktorat Jendral Pajak pada akhir tahun 2003 disajikan dalam laporan keuangan sebagai piutang atau tagihan kepada beberapa pelanggan yang seharusnya menanggung beban pajak itu. Padahal berdasarkan standar akuntansi, pajak pihak ketiga yang tidak pernah ditagih itu tidak bisa dimasukkan sebagai aset.

2. Penurunan nilai persediaan suku cadang dan perlengkapan sebesar Rp 24 Miliar yang diketahui pada saat dilakukannya inventarisasi tahun 2002 diakui manajemen PT KAI sebagai kerugian secara bertahap selama lima tahun. Pada akhir tahun 2005 masih tersisa saldo penurunan nilai yang belum dibebankan sebagai kerugian sebesar Rp 6 Miliar, yang seharusnya dibebankan seluruhnya dalam tahun 2005.

Manajemen PT KAI tidak melakukan pencadangan terhadap kemungkinan tidak tertagihnya kewajiban pajak yang seharusnya telah dibebankan kepada pelanggan pada saat jasa angkutanya diberikan PT KAI tahun 1998 sampai 2003. Auditor yang mengaudit laporan keuangan PT KAI tahun 2005 diperiksa oleh Badan Peradilan Profesi Akuntan Publik. Jika terbukti bersalah, auditor tersebut diberi sanksi teguran atau pencabutan izin praktek. Kasus PT KAI auditor tidak dapat menyajikan kondisi yang sebenarnya mengenai keadaan perusahaan. Mudahnya independensi auditor dirusak menyebabkan kualitas audit yang dihasilkan juga kurang baik. Rumitnya transaksi pada PT KAI yang memiliki ratusan stasiun, puluhan depo dan gudang yang seluruhnya memiliki laporan keuangan yang terpisah yang memungkinkan perbedaan pendapat. Dalam kasus ini auditor dinilai tidak memiliki kompetensi yang cukup, karena tidak bisa mengungkapkan adanya salah saji. (Sumber: www.tempo.co/read/news I Diakses pada tanggal 22/11/2014 I 16.42 WIB)

(7)

7 Kasus yang menimpa PT. Kimia Farma pada audit tanggal 31 Desember 2001, manajemen perusahaan tersebut melaporkan laba sebesar Rp 132 Miliar yang diaudit oleh KAP Hans Tuanakotta dan Mustaufa (HTM). Namun Bapepem menilai bahwa laba bersih terlalu besar dan mengindikasikan adanya manipulasi, kemudian dilakukan audit ulang dan laba yang sebenarnya hanya Rp 99,56 Miliar. Kesalahan tersebut timbul dari industri bahan baku yang melakukan mark-up sehingga laporan keuangan tersebut overstate. Peristiwa ini dipicu oleh Direktur produksinya yang melaporkan laporan keuangan ganda atas penjualan. Kesalahan penyajian tersebut berkaitan dengan penjualan yang dilakukan pencatatan ganda atas penjualan tersebut. Pencatatan tersebut dilakukan pada unit yang tidak disampling oleh akuntan, sehingga tidak berhasil dideteksi. KAP tersebut telah mengikuti standar yang berlaku, namun gagal mendeteksi kecurangan tersebut. Akibatnya KAP Hans Tuanakotta diberikan sanksi denda sebesar Rp 100.000.000,00, sedangkan PT. Kimia Farma diberikan denda sebesar Rp 500.000.000,00. Pada kasus ini auditor dianggap tidak berkompeten karena kurang memiliki kemampuan yang cukup dan keahlian dalam pengumpulan bukti yang cukup dalam mengaudit, dan auditor mengetahui adanya manipulasi tersebut setelah periode pelaporan pada tahun 2002. Padahal jika ditelusur KAP Hans Tuanakotta dan Mustaufa telah lama menekuni bidang audit dan tentunya audit fee untuk KAP yang lebih senior jelas lebih besar, namun KAP yang besar sekalipun belum tentu menjamin kualitas audit yang dihasilkan baik. (Sumber: www.tempo.co/read/news I diakses pada 23/11/2014 I 18.20 WIB).

Sehubungan dengan kasus terkait KAP di Bandung, terdapat KAP Drs. Hans Burhanuddin Makarao dan KAP Drs. Dadi Muchidin. KAP Drs. Burhanuddin Nur dinyatakan belum memenuhi standar atas laporan keuangan konsolidasian PT Datascrip dan anak perusahaannya ditahun buku 2007. Akibatnya, KAP tersebut dibekukan selama tiga bulan lantaran belum memenuhi Standar Auditing (SA), SPAP atas laporan keuangan klien yang dia tangani mengenai laporan keuangan PT Samcon di tahun buku 2008. Laporan kedua AP ini dinilai Departemen Keuangan berpotensi mempengaruhi laporan auditor independen. KAP Drs. Dadi Muchidin tersebut melalui KMK Nomor:

(8)

8 1103/KM.1/2009 tanggal 4 September 2009, dengan sanksi pembekuan selama tiga kali dalam jangka waktu 48 bulan terakhir. Bahkan sampai saat ini, KAP Drs. Dadi Muchidin masih melakukan pelanggaran berikutnya, yaitu tidak menyampaikan laporan tahunan KAP tahun takwin 2008. (Sumber: http://www.academia.edu/8899543 I diakses pada 23/11/2014 I 20.40 WIB). Serangkaian kasus tersebut menambah sederetan kasus yang dilakukan oleh akuntan publik yang menyebabkan pencabutan izin usaha KAP yang kemudian dipertanyakannya kualitas audit yang dihasilkan oleh KAP. Namun, masih juga terdapat KAP yang masih mempertahankan eksistensi untuk menjaga kualitas audit yang dihasilkan salah, meliputi KAP Prof. Dr. H. TB Hasanuddin, MSc & Rekan, KAP Drs. Joseph Munthe, MS. Ak., KAP Roebiandini & rekan dan KAP Koesbandijah.

Akuntan Publik pada suatu entitas diharapkan dapat mendeteksi kejanggalan-kejanggalan dalam laporan keuangan klien, yang pada akhirnya mampu mengemukakan kecurangan yang mungkin dilakukan oleh pihak manajemen dan menghindarkan principal dari kerugian sebagai pihak pemilik dana dalam entitas. Namun, hal ini terkadang bertolak belakang dengan kenyataan dilapangan. Auditor ditunjuk oleh klien (manajemen) untuk melakukan audit, namun disisi lain, jasa audit dibayar dan ditanggung klien (manajemen). Mekanisme kelembagaan inilah yang mengakibatkan munculnya keterikatan auditor pada klien baik emosional terkait independensinya maupun financial terkait besaran fee audit, sehingga berimbas terhadap kualitas audit yang dihasilkan. Adanya kasus keuangan yang menimpa banyak perusahaan yang ikut melibatkan akuntan publik, menyebabkan akuntan publik harus memperhatikan kualitas audit yang dihasilkannya. Karena dalam kualitas audit yang baik akan dihasilkan laporan auditan yang mampu menyajikan temuan dan melaporkan dengan sesungguhnya kondisi keuangan perusahaan (klien).

Dalam upaya untuk meningkatkan kualitas audit diperlukan adanya peningkatan kompetensi para auditornya, dengan pemberian pelatihan-pelatihan serta memberikan kesempatan bagi para auditor untuk mengikuti kursus atau peningkatan pendidikan profesi. Independensi dapat ditingkatkan dengan cara jika

(9)

9 auditor mendapatkan tugas dari kliennya maka diusahakan benar-benar independen, tidak mendapatkan tekanan dari klien dan tidak memiliki perasaan sungkan dengan kliennya sehingga dalam melaksanakan tugas auditnya benar-benar objektif dan dapat menghasilkan audit yang berkualitas. Kemudian besaran fee audit yang diterima diharapkan tidak mempengaruhi KAP dalam melaksanakan tugasnya yang nantinya akan berpengaruh terhadap kualitas audit yang dihasilkan.

Standar Profesional Akuntan Publik (2011), menyatakan audit yang berkualitas jika memenuhi ketentuan atau standar auditing yang berlaku umum Generally Accepted Auditing Standard (GAAS) dan standar pengendalian mutu. Standar auditing tersebut dijadikan acuan auditor dalam melaksanakan audit atas laporan keuangan.

Menurut Agusti dan Pertiwi (2013), kualitas audit adalah pelaksanaan audit dilakukan sesuai dengan standar sehingga mampu mengungkapkan dan melaporkan apabila terjadi pelanggaran yang dilakukan klien.

Dalam standar umum pertama (SPAP, 2011:210.1) yang berbunyi :

Audit harus dilaksanakan oleh seorang atau lebih yang memiliki keahlian dan pelatihan teknis yang cukup sebagai auditor. Betapa pun tingginya kemampuan seseorang dalam bidang-bidang lain, termasuk dalam bidang bisnis dan keuangan, ia tidak dapat memenuhi persyaratan yang dimaksudkan dalam standar auditing ini, jika ia tidak memiliki pendidikan serta pengalaman memadai dalam bidang auditing.

Menurut Tuanakotta (2011), kompetensi merupakan keahlian seorang auditor yang diperoleh dari pengetahuan, pengalaman, dan pelatihan.

Standar umum kedua (SPAP, 2011:220.1) menyebutkan bahwa :

Dalam semua hal yang berhubungan dengan perikatan, independensi dalam sikap mental harus dipertahankan oleh auditor. Standar ini mengharuskan bahwa auditor harus bersikap independen (tidak mudah dipengaruhi), karena ia melaksanakan pekerjaannya untuk kepentingan umum.

Dengan demikian ia tidak dibenarkan untuk memihak kepada kepentingan siapapun, sebab bagaimanapun sempurnanya keahlian teknis yang ia miliki, ia akan kehilangan sikap tidak memihak yang justru sangat penting untuk mempertahankan kebebasan pendapatnya.

(10)

10 Elfarini (2007), mengatakan bahwa profesi akuntan publik ibarat pedang bermata dua. Disatu sisi auditor harus memperhatikan kredibilitas dan etika profesi, namun disisi lain auditor juga harus menghadapi tekanan dari klien dalam berbagai pengambilan keputusan. Jika auditor tidak mampu menolak tekanan dari klien seperti tekanan personal, emosional atau keuangan maka independensi auditor telah berkurang dan dapat mempengaruhi kualitas audit.

Tidak hanya kompetensi dan independensi, seorang auditor juga harus memperhatikan audit fee. Berdasarkan hasil penelitian Arisinta (2013) menyatakan bahwa audit fee yang lebih tinggi akan merencanakan kualitas audit yang lebih tinggi dibandingkan dengan audit fee yang lebih kecil. Terdapat insentif bagi auditor untuk melakukan apapun untuk menjaga kliennya agar tidak ganti auditor karena kehilangan klien berarti kehilangan audit fee di masa mendatang. Auditor dapat mengalami tekanan harga (lowballing) dari klien yang selanjutnya dapat mempengaruhi kualitas audit. Penelitian yang mendukung dalam penelitian ini, adalah penelitian yang dilakukan oleh Jemada et al, (2013) menyatakan kompleksitas terkait dengan kerumitan transaksi (task difficulty dan task variability) yang ada di perusahaan akan meningkatkan audit fee.

Beberapa penelitian terdahulu juga menyimpulkan bahwa kompetensi, independensi dan audit fee berpengaruh terhadap kualitas audit baik secara parsial maupun simultan. Misalnya yang dilakukan oleh Rosalina, Arisinta dan Jemada. Arisinta (2013) melakukan penelitian tentang Pengaruh Kompetensi, Independensi, Time Budget Presure, dan Audit Fee Terhadap Kualitas Audit Pada Kantor Akuntan Publik Di Surabaya. Hasil penelitian menunjukkan bahwa kompetensi, independensi, time budget presure, dan audit fee berpengaruh terhadap kualitas audit. Rosalina (2013) melakukan penelitian tentang Pengaruh Kompetensi, Independensi Auditor Terhadap Kualitas Audit Pada Kantor Akuntan Publik di Bandung. Hasil penelitian menunjukkan bahwa kompetensi dan independensi auditor berpengaruh terhadap kualitas audit. Jemada (2013), menyatakan bahwa kompleksitas tugas dan tekanan anggaran waktu berpengaruh terhadap fee audit.

(11)

11 Namun, terdapat hasil yang berbeda dengan penelitian yang dilakukan oleh Futri dan Juliarsa (2014) yang menyatakan pengalaman dan independensi tidak berpengaruh terhadap kualitas audit, namun pengetahuan berpengaruh terhadap kualitas audit. Kemudian Penelitian Hartati (2012) membuktikan bahwa tidak terdapat pengaruh audit fee terhadap perilaku disfungsional auditor.

Dengan adanya fenomena dan dari penelitian sebelumnya, maka penulis bermaksud akan melakukan penelitian mengenai bagaimana pengaruh kompetensi, independensi dan audit fee terhadap kualitas audit. Dalam mengukur kualitas audit, penulis akan menggunakan acuan sesuai dengan penelitian Rosalina (2013) dan Jemada (2013). Penelitian akan difokuskan pada tiga dimensi kualitas audit yaitu kompetensi, independensi dan audit fee. Berdasarkan uraian diatas, maka peneliti mengadakan penelitian yang berjudul “PENGARUH KOMPETENSI, INDEPENDENSI DAN AUDIT FEE TERHADAP KUALITAS AUDIT (Studi Empiris pada KAP di Kota Bandung)”.

1.3 Perumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan, maka penulis membuat identifikasi masalah sebagai berikut:

1. Bagaimanakah kompetensi, independensi, audit fee dan kualitas audit pada auditor KAP di Kota Bandung?

2. Bagaimanakah pengaruh secara simultan kompetensi, independensi dan audit fee terhadap kualitas audit?

3. Apakah terdapat pengaruh secara parsial :

a. Apakah kompetensi auditor berpengaruh terhadap kualitas audit? b. Apakah independensi auditor berpengaruh terhadap kualitas audit? c. Apakah audit fee berpengaruh terhadap kualitas audit?

1.4 Tujuan Penelitian

Berdasarkan identifikasi masalah, maka tujuan penelitian ini adalah sebagai berikut :

1. Untuk mengetahui bagaimana kompetensi, independensi, audit fee dan kualitas audit pada auditor KAP di Kota Bandung.

(12)

12 2. Untuk mengetahui bagaimana pengaruh secara simultan kompetensi,

independensi dan audit fee terhadap kualitas audit. 3. Untuk mengetahui bagimana pengaruh secara parsial :

a. Menganalisis pengaruh kompetensi terhadap kualitas audit. b. Menganalisis pengaruh independensi terhadap kualitas audit. c. Menganalisis pengaruh auditfee terhadap kualitas audit. 1.5 Kegunaan Penelitian

1.5.1 Aspek Teoritis

Kegunaan teoritis yang ingin dicapai dari pengembangan pengetahuan dalam penelitian ini, antara lain:

1. Bagi para akademisi, penelitian ini diharapkan mampu memberikan sumbangsi terhadap ilmu pengetahuan auditing dan dapat membuka cakrawala akademisi sehingga mampu mempersiapkan mahasiswa untuk dapat bekerja di Kantor Akuntan Publik yang memiliki kompetensi, independensi dan pengetahuan mengenai auditfee sebagai seorang auditor.

2. Bagi para peneliti selanjutnya, penelitian ini diharapkan dapat dijadikan referensi oleh penelitian sejenis untuk melakukan penelitian selanjutnya mengenai pengaruh kompetensi, independensi dan audit fee terhadap kualitas audit.

1.5.2 Aspek Praktis

Kegunaan praktis yang ingin dicapai dari penerapan pengetahuan sebagai hasil penelitian ini adalah:

a) Bagi KAP

Penelitian ini diharapkan bermanfaat bagi Kantor Akuntan Publik khususnya dalam mengelola sumber daya manusianya agar citra KAP di mata masyarakat semakin memiliki kredibilitas tinggi.

b) Bagi profesi auditor

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan kontribusi bagi para auditor agar menjadi lebih baik lagi dalam menguasai kompetensi, independensi dan audit fee sehingga akan menghasilkan kualitas audit yang baik.

(13)

13 1.6 Sistematika Penulisan Tugas Akhir

Pembahasan dalam skripsi ini dibagi dalam lima bab yang terdiri dari beberapa sub-bab. Sistematika penulisan skripsi ini secara garis besar adalah sebagai berikut:

BAB I PENDAHULUAN

Bab ini memberikan penjelasan mengenai gambaran umum objek penelitian, latar belakang penelitian dengan mengangkat fenomena sehingga penelitian ini layak untuk diteliti disertai dengan argumentasi teoritis yang ada, perumusan masalah yang didasarkan pada latar belakang penelitian, tujuan penelitian dan kegunaan penelitian ini secara teoritis dan praktis, serta sistematika penulisan secara umum.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN LINGKUP PENELITIAN

Bab ini mengungkapan dengan jelas, ringkas dan padat mengenai landasan teori tentang pengaruh kompetensi, independensi dan audit fee terhadap kualitas audit. Bab ini juga menguraikan penelitian terdahulu sebagai acuan penelitian ini, kerangka pemikiran yang membahas rangkaian pola pikir untuk menggambarkan masalah penelitian, hipotesis penelitian sebagai jawaban sementara atas masalah penelitian dan pedoman untuk pengujian data, serta ruang lingkup penelitian yang menjelaskan dengan rinci batasan dan cakupan penelitian.

BAB III METODE PENELITIAN

Bab ini menjelaskan tentang jenis penelitian, pendekatan penelitian yang digunakan, identifikasi definisi operasional variabel, tahapan penelitian, jenis dan sumber data (populasi dan sampel), uji validitas dan reabilitas, teknik analisis data dan yang terakhir adalah uji hipotesa.

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

Bab ini menguraikan keadaan responden yang diteliti, deskripsi hasil penelitian yang telah diidentifikasi, analisis model dan hipotesis, dan pembahasan mengenai pengaruh kompetensi, independensi dan audit fee auditor terhadap kualitas audit.

(14)

14 BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

Bab ini berisi kesimpulan hasil penafsiran dan pemaknaan terhadap hasil analisis temuan penelitian dan saran secara kongkrit yang diberikan terhadap faktor-faktor yang berpengaruh terhadap kualitas audit dalam aspek praktis dan tujuan pengembangan ilmu.

Referensi

Dokumen terkait

Dari pembahasan di atas dapat disimpulkan bahwa pola asuh orang tua memiliki peran yang besar dalam membentuk perilaku prososial remaja sehingga apabila orang tua

dibantu perencana Comprehensive Planning Perencana dibantu aspirasi masyarakat Strategic Planning Stakeholders di- bantu perencana Participatory Planning Masyarakat

Persetujuan tertulis dibuat dalm bentuk pernyataan yang tertuang dalam formulir persetujuan tindakan kedokteran sebelum ditandatangani atau dibubuhkan cap ibu

Cooper, (1982:38) latihan aerobik adalah kerja tubuh yang memerlukan oksigen untuk kelangsungan proses metabolisme energi selama latihan. Sehingga latihan aerobik

Terdapat implementasi pengelolaan fauna tetapi tidak mencakup kegiatan pengelolaan secara keseluruhan sesuai dengan ketentuan terhadap jenis-jenis yang

(2) Menjelaskan penerapan model kooperatif tipe Contextual Teaching and Learning Pada Tema 4 Berbagai Pekerjaan Muatan IPS dan Bahasa Indonesia untuk Meningkatkan Hasil Belajar

Data sekunder yang digunakan diperoleh dari beberapa sumber antara lain dari Bank Sentral Nigeria, Kantor Federal Statistik dan Organisasi Perdagangan Pangan dan

Nilai raw accelerometer yang dihasilkan dimana pada dasarnya memiliki (noise) difilter dengan menggunakan low-pass filter dan nilai raw gyroscope yang dihasilkan memiliki