BAB III BAB III
TINJAUAN PUSTAKA TINJAUAN PUSTAKA
PENYAKIT PARU OBSTRUKTIF KRONIS (PPOK) PENYAKIT PARU OBSTRUKTIF KRONIS (PPOK) DEFINISI
DEFINISI
Penyakit paru obstruktif kronis (PPOK) merupakan penyakit yang dapat dicegah dan dapat Penyakit paru obstruktif kronis (PPOK) merupakan penyakit yang dapat dicegah dan dapat dio
diobatbati i dendengan gan karkaraktakteriseristik tik hamhambatabatan n aliraliran an udaudara ra menmenetap etap dan dan proprogregresif sif yanyang g disdisertaertaii dengan peningkatan respon inflamasi kronis pada saluran napas dan paru terhadap partikel dengan peningkatan respon inflamasi kronis pada saluran napas dan paru terhadap partikel berbahaya.
berbahaya.11
GEJALA KLINIS GEJALA KLINIS
Sesak napas kronis, batuk produktif kronis, mudah lelah. Sesak napas kronis, batuk produktif kronis, mudah lelah.11
FAKTOR RISIKO FAKTOR RISIKO
--
Pajanan asap rokok Pajanan asap rokok--
PoPolulusi si uudadara ra ddi i ddalalam am ruruanangganan, , seseppererti ti babahhanan biomassbiomass ununtutuk k mememamasak sak dadann memanaskanmemanaskan
--
Pekerjaan yang berkaitan dengan paparan bahan kimiadan partikel yang lama danPekerjaan yang berkaitan dengan paparan bahan kimiadan partikel yang lama dan terus menerusterus menerus
--
Polusi udara di luar ruanganPolusi udara di luar ruangan--
enetik diketahui berperan dalam terjadinya PPOK, yaitu defisiensi antitripsin alfa!1enetik diketahui berperan dalam terjadinya PPOK, yaitu defisiensi antitripsin alfa!1--
"asalah pada paru yang terjadi saat masa gestasi atau saat kanak!kanak (berat badan"asalah pada paru yang terjadi saat masa gestasi atau saat kanak!kanak (berat badan lahlahir ir renrendahdah, , infinfeksi eksi perpernafnafasanasan) ) jugjuga a berberpotpotensensi i menmeningingkatkatkan kan risirisiko ko terterjadjadinyinyaa PPOK.
PPOK.11
DIAGNOSIS DIAGNOSIS11
--
#$#"$%S&S#$#"$%S&S'ika pasien mengalami gejala sesak napas, batuk kronis, produksi sputum kronis, dan 'ika pasien mengalami gejala sesak napas, batuk kronis, produksi sputum kronis, dan terdap
terdapat at paparpaparan an faktor risiko, diagnosis klinis faktor risiko, diagnosis klinis PPOK dapat PPOK dapat diperdipertimbantimbangkan. Sesak gkan. Sesak napas pada pasien PPOK bersifat progresif, menetap, dan memburuk dengan olah napas pada pasien PPOK bersifat progresif, menetap, dan memburuk dengan olah ra
ragaga akaktitiiitatas. s. SeSedadangngkakan n babatutuk k krkrononis is bebersrsififat at inintetermrmititteten n dadan n mumungngkikinn unproductive.
unproductive.
--
P%"%*&KS##$ +&S&K P%"%*&KS##$ +&S&K aapapat t diditemtemukukanan barrbarrel el chest chest , , penpengguggunaanaan n otootot t banbantu tu napnapas, as, pelpelebaebaran ran sela sela igaiga,, fremitu
fremitus s melemamelemah, h, hiperhipersonorsonor, , esikuesikuler ler noemnoemalmelemalmelemah, ah, ekspirekspirasi asi memanmemanjangjang , , wheezing.
wheezing.
--
+O-O -O*#KS+O-O -O*#KS--eerdrdapapat at gagambmbararan an hihipeperirinfnflalasisi, , hihipeperlrlususenen, , didiafafraragmgma a memendndatatarar, , cocorarakakann bronkoaskular meningkat, jantung
bronkoaskular meningkat, jantung pendulum.pendulum.
--
SP&*O"%-*&SP&*O"%-*& a.a. #l#lat at inini i didibubututuhkhkan an ununtutuk k mememamastistikakan n didiagagnonosisis s klklininis is dadari ri PPPPOKOK. . 'ik'ika a titidadak k memiliki fasilitas spirometri di tempat praktik, diagnosis PPOK dapat ditegakkan memiliki fasilitas spirometri di tempat praktik, diagnosis PPOK dapat ditegakkan secara klinis.
secara klinis. b.
b. Pada Pada pasien pasien usia usia /0 /0 tahun tahun dengan dengan gejala gejala yang yang mengarah mengarah ke ke PPOK, PPOK, sangatsangat dianjurkan untuk dilakukan tes spirometri.
c.
c. SetSetelah peelah penggnggunaunaan broan bronkonkodildilatoator, har, hasil %sil %PP
₁₁
KP 230 4 (0.30) menjelaskanKP 230 4 (0.30) menjelaskan bah5a pasien mengalami PPOK. 'ika hasil 630, berarti bukan Pbah5a pasien mengalami PPOK. 'ika hasil 630, berarti bukan PPOK.POK. DIAGNOSIS BANDING
DIAGNOSIS BANDING
#sma, sindrom obstruksi paska -7 (SOP-), gagal jantung kongestif, bronkiektasis, -7, #sma, sindrom obstruksi paska -7 (SOP-), gagal jantung kongestif, bronkiektasis, -7, bronkiolitis
bronkiolitis obliteratif, obliteratif, panbronkiolitis panbronkiolitis difus. difus. Pada Pada umumnya umumnya SPO- berbeda SPO- berbeda dengan dengan PPOK PPOK karena tidak memiliki ri5ayat merokok lama, usia muda dan muncul tidak lama setelah karena tidak memiliki ri5ayat merokok lama, usia muda dan muncul tidak lama setelah dinyatakan sem
dinyatakan sembuh dari buh dari tuberkulosis paru.tuberkulosis paru.11
PENILAIAN PPOK PENILAIAN PPOK 11
--uujujuan an dadariri assessment assessment paspasien ien PPPPOK OK adaadalah lah menmenententukaukan n derderajat ajat kepkeparaharahan an penpenyakyakitit seh
sehiningggga a memmempenpengagaruruhi hi stastatutus s kekesesehathatan an papasisien en dadan n beberirisiksiko o teterjarjadidinynya a kekejadjadian ian keke depannya (eksaserbasi, ra5at inap, hingga kematian) dalam rangka untuk pemilihan terapi depannya (eksaserbasi, ra5at inap, hingga kematian) dalam rangka untuk pemilihan terapi yang sesuai. 8al ini dapat dinilai melalui beberapa aspek, yaitu 9
yang sesuai. 8al ini dapat dinilai melalui beberapa aspek, yaitu 9 1.
1. PenPenilaiilaian an gejgejala ala , , dendengan mengggan menggunaunakan kuesikan kuesioneoner r terteralialidasidasi, , sepseperterti i :#:#- (:O- (:OPP Assessment Te
Assessment Test st ) atau ""*: () atau ""*: (modified british medical modified british medical research council research council ).). ;.
;. PenPenilaiilaian Spiroan Spirometmetri , ri , pempemerikeriksaan dilasaan dilakukkukan ketika tidaan ketika tidak k daladalam m eksaeksaserbserbasi akut.asi akut. -erbagi menjadi / klasifikasi, dapat dilihat pada tabel 1.
-erbagi menjadi / klasifikasi, dapat dilihat pada tabel 1. -a
-abel bel 1. 1. KlasifiKlasifikasi erajat kasi erajat KeterbKeterbatasan #liraatasan #liran n <dara pada <dara pada PPOK (berdasarkPPOK (berdasarkanan %P
%P
₁₁
setelah penggunaan bronkodilator) setelah penggunaan bronkodilator) OO== 119 9 **iinnggaann %%PP
₁₁
6>04 prediksi6>04 prediksi O=O= ;9 ;9 Sedang Sedang ?04 ?04 @ @ %P%P
₁₁
2 >04 prediksi 2 >04 prediksi OO== AA9 9 77eerraatt AA004 4 @ @ %%PP
₁₁
2 ?04 prediksi 2 ?04 prediksi OO== //9 9 SSaannggaat t 77eerraatt %%PP
₁₁
2 A04 prediksi2 A04 prediksi Pada pasien dengan %PPada pasien dengan %P
₁₁
KP 2304 %PKP 2304 %P₁₁
B olume ekspirasi paksa detik pertama,B olume ekspirasi paksa detik pertama, KPB kapasitas ital paksa.KPB kapasitas ital paksa. A.
A. PenilaPenilaian risikian risiko eksasero eksaserbasi , eksabasi , eksaserbasi pserbasi pada PPOada PPOK diartikK diartikan sebagan sebagai kejadiai kejadian akutan akut ak
akibibat at gegejaljala a pepernrnapapasaasan n yayang ng memembmbururuk uk didibabandndiningkgkan an bibiasaasanynya a sehsehininggggaa menyebabkan perubahan tatalaksana. %ksaserbasi dikatakan sering terjadi 6;Ctahun menyebabkan perubahan tatalaksana. %ksaserbasi dikatakan sering terjadi 6;Ctahun (lihat tabel ;).
(lihat tabel ;). -a
-abel ;. Kombinasi Penilaian Pasbel ;. Kombinasi Penilaian Pasien PPOKien PPOK Pasie
Pasie n n
K
Kaarraakktteerriissttiikk KKllaassiiffiikkaassii spirometri spirometri %ksaserbasi %ksaserbasi per tahun per tahun : :##-- mm""**:: #
# **iissiikko o rreennddaahh, , ggeejjaallaa sedikit
sedikit
OO== 11!!;; @1@1 221100 00!!11 7
7 **iissiikko o rreennddaahh, , ggeejjaallaa banyak
banyak
OO== 11!!;; @1@1 661100 66;; :
: **iissiikko o ttiinnggggii, , ggeejjaallaa sedikit
sedikit
OO== AA!!// 6;6; 221100 00!!11
**iissiikko o ttiinnggggii, , ggeejjaallaa banyak
banyak
OO== AA!!// 6;6; 661100 66;; Ket
Keteranerangan gan :#:#--9 9 :OP:OP Assessment Assessment TeTest st B ""B ""**: 9: 9 Modified Modified British British Medical Medical ResearchResearch Council
c.
c. SetSetelah peelah penggnggunaunaan broan bronkonkodildilatoator, har, hasil %sil %PP
₁₁
KP 230 4 (0.30) menjelaskanKP 230 4 (0.30) menjelaskan bah5a pasien mengalami PPOK. 'ika hasil 630, berarti bukan Pbah5a pasien mengalami PPOK. 'ika hasil 630, berarti bukan PPOK.POK. DIAGNOSIS BANDING
DIAGNOSIS BANDING
#sma, sindrom obstruksi paska -7 (SOP-), gagal jantung kongestif, bronkiektasis, -7, #sma, sindrom obstruksi paska -7 (SOP-), gagal jantung kongestif, bronkiektasis, -7, bronkiolitis
bronkiolitis obliteratif, obliteratif, panbronkiolitis panbronkiolitis difus. difus. Pada Pada umumnya umumnya SPO- berbeda SPO- berbeda dengan dengan PPOK PPOK karena tidak memiliki ri5ayat merokok lama, usia muda dan muncul tidak lama setelah karena tidak memiliki ri5ayat merokok lama, usia muda dan muncul tidak lama setelah dinyatakan sem
dinyatakan sembuh dari buh dari tuberkulosis paru.tuberkulosis paru.11
PENILAIAN PPOK PENILAIAN PPOK 11
--uujujuan an dadariri assessment assessment paspasien ien PPPPOK OK adaadalah lah menmenententukaukan n derderajat ajat kepkeparaharahan an penpenyakyakitit seh
sehiningggga a memmempenpengagaruruhi hi stastatutus s kekesesehathatan an papasisien en dadan n beberirisiksiko o teterjarjadidinynya a kekejadjadian ian keke depannya (eksaserbasi, ra5at inap, hingga kematian) dalam rangka untuk pemilihan terapi depannya (eksaserbasi, ra5at inap, hingga kematian) dalam rangka untuk pemilihan terapi yang sesuai. 8al ini dapat dinilai melalui beberapa aspek, yaitu 9
yang sesuai. 8al ini dapat dinilai melalui beberapa aspek, yaitu 9 1.
1. PenPenilaiilaian an gejgejala ala , , dendengan mengggan menggunaunakan kuesikan kuesioneoner r terteralialidasidasi, , sepseperterti i :#:#- (:O- (:OPP Assessment Te
Assessment Test st ) atau ""*: () atau ""*: (modified british medical modified british medical research council research council ).). ;.
;. PenPenilaiilaian Spiroan Spirometmetri , ri , pempemerikeriksaan dilasaan dilakukkukan ketika tidaan ketika tidak k daladalam m eksaeksaserbserbasi akut.asi akut. -erbagi menjadi / klasifikasi, dapat dilihat pada tabel 1.
-erbagi menjadi / klasifikasi, dapat dilihat pada tabel 1. -a
-abel bel 1. 1. KlasifiKlasifikasi erajat kasi erajat KeterbKeterbatasan #liraatasan #liran n <dara pada <dara pada PPOK (berdasarkPPOK (berdasarkanan %P
%P
₁₁
setelah penggunaan bronkodilator) setelah penggunaan bronkodilator) OO== 119 9 **iinnggaann %%PP
₁₁
6>04 prediksi6>04 prediksi O=O= ;9 ;9 Sedang Sedang ?04 ?04 @ @ %P%P
₁₁
2 >04 prediksi 2 >04 prediksi OO== AA9 9 77eerraatt AA004 4 @ @ %%PP
₁₁
2 ?04 prediksi 2 ?04 prediksi OO== //9 9 SSaannggaat t 77eerraatt %%PP
₁₁
2 A04 prediksi2 A04 prediksi Pada pasien dengan %PPada pasien dengan %P
₁₁
KP 2304 %PKP 2304 %P₁₁
B olume ekspirasi paksa detik pertama,B olume ekspirasi paksa detik pertama, KPB kapasitas ital paksa.KPB kapasitas ital paksa. A.
A. PenilaPenilaian risikian risiko eksasero eksaserbasi , eksabasi , eksaserbasi pserbasi pada PPOada PPOK diartikK diartikan sebagan sebagai kejadiai kejadian akutan akut ak
akibibat at gegejaljala a pepernrnapapasaasan n yayang ng memembmbururuk uk didibabandndiningkgkan an bibiasaasanynya a sehsehininggggaa menyebabkan perubahan tatalaksana. %ksaserbasi dikatakan sering terjadi 6;Ctahun menyebabkan perubahan tatalaksana. %ksaserbasi dikatakan sering terjadi 6;Ctahun (lihat tabel ;).
(lihat tabel ;). -a
-abel ;. Kombinasi Penilaian Pasbel ;. Kombinasi Penilaian Pasien PPOKien PPOK Pasie
Pasie n n
K
Kaarraakktteerriissttiikk KKllaassiiffiikkaassii spirometri spirometri %ksaserbasi %ksaserbasi per tahun per tahun : :##-- mm""**:: #
# **iissiikko o rreennddaahh, , ggeejjaallaa sedikit
sedikit
OO== 11!!;; @1@1 221100 00!!11 7
7 **iissiikko o rreennddaahh, , ggeejjaallaa banyak
banyak
OO== 11!!;; @1@1 661100 66;; :
: **iissiikko o ttiinnggggii, , ggeejjaallaa sedikit
sedikit
OO== AA!!// 6;6; 221100 00!!11
**iissiikko o ttiinnggggii, , ggeejjaallaa banyak
banyak
OO== AA!!// 6;6; 661100 66;; Ket
Keteranerangan gan :#:#--9 9 :OP:OP Assessment Assessment TeTest st B ""B ""**: 9: 9 Modified Modified British British Medical Medical ResearchResearch Council
/.
/. KomKomorborbidiiditas tas , , penypenyakiakit t komkomorborbid id sepeseperti rti penypenyakiakit t karkardiodioaskaskulaular, r, ostosteopeoporoorosis,sis, depresi dan cemas, sindrom metabolik, kanker paru, dan disfungsi otot skeletal.
depresi dan cemas, sindrom metabolik, kanker paru, dan disfungsi otot skeletal. TATALAKSANA PPOK STABIL
TATALAKSANA PPOK STABIL11
Pentalaksanaan PPOK dibagi menjadi terapi non!farmakologi dan farmakologi (lihat -abel Pentalaksanaan PPOK dibagi menjadi terapi non!farmakologi dan farmakologi (lihat -abel A).
A). PenPenatalatalaksaksanaaanaan n nonnon!far!farmakmakoloologi gi padpada a paspasien ien PPOPPOK K berberdasdasarkaarkan n penpenilaiilaian an risirisikoko eksaserbasi dan gejala, yaitu 9
eksaserbasi dan gejala, yaitu 9 1.
1. PaPasisien en kekelolompmpok ok # # 99 smoking cessation smoking cessation (konseling, terapi pengganti nikotin), aktiitas (konseling, terapi pengganti nikotin), aktiitas fisik.
fisik. ;.
;. PaPasisien ken kelelomompopok 7k 7, : , , : , 9 9 smoking cessation smoking cessation, rehabilitasi pulmonal, aktiitas fisik., rehabilitasi pulmonal, aktiitas fisik. -a
-abel A. bel A. -e-erapi +armakologi rapi +armakologi Pasien PPOK Pasien PPOK StabilStabil rup rup Pasie Pasie n n *
*eekkoommeennddaassi i PiilliihP haann Pertama
Pertama
P
Piilliihhaan n ##lltteerrnnaattiiff --eerraappi =i =aaiinnnnyya ya yaanngg "emungkinkan
"emungkinkan #
#
--
#ntik#ntikolinerolinergik gik kerjakerja cepatcepat
--
##ttaau u 77; ; ##ggoonniiss kerja cepatkerja cepat
--
#ntikolinergik kerja#ntikolinergik kerja lamalama
--
##ttaau u 77; ; aaggoonniiss kerja lamakerja lama
--
##ttaau u 77; ; aaggoonniiss kkeerrjja a cceeppaat t DD antik
antikolinerolinergik gik kerjakerja cepat
cepat
--
-eofilin-eofilin7
7
--
#ntik#ntikolinerolinergik gik kerjakerja lamalama
--
##ttaau u 77; ; aaggoonniiss kerja lamakerja lama
--
#ntikolinergik kerja#ntikolinergik kerja lalamma a D D 77; ; agagooniniss kerja lama
kerja lama
--
77; ; aaggoonniiss kkeerrja ja cceeppatat danatau danatau antikolinergik antikolinergik kerja cepat. kerja cepat.
--
-eofilin-eofilin : :--
KortikosteroidKortikosteroid inhalasi D 7; agonis inhalasi D 7; agonis kerja lama kerja lama--
#tau #tau antikantikolinerolinergik gik kerja lamakerja lama
--
#ntikolinergik kerja#ntikolinergik kerja llamamaD aD 77; ; aaggoonniiss kerja lamakerja lama
--
#tau #tau antikantikolinerolinergik gik k keerrjja a llaamma a DD inhibitor inhibitor fosfodiesterase!/ fosfodiesterase!/ (P%!/) (P%!/)--
##ttaau u 77; ; aaggoonniiss k keerrjja a llaamma a DD inhibitor P%!/ inhibitor P%!/--
77; ; aaggoonniiss kkeerrja ja cceeppatat d daann aattaauu antikolinergik antikolinergik kerja cepat kerja cepat
--
-eofilin-eofilin --
KortikosteroidKortikosteroid inhalasi D7; agonis inhalasi D7; agonis kerja lama kerja lama--
anatauanatau antikantikolinerolinergik gik kerjakerja lama lama
--
KortikosteroidKortikosteroid inhalasi D 7; agonis inhalasi D 7; agonis kkeerrjja a llaammaaDD antik
antikolinerolinergik gik kerjakerja lama
lama
--
#tau steroid inhalasi#tau steroid inhalasi DD 7; 7; agagononis is kekerjrjaa
--
KarbosisteinKarbosistein--
77; ; aaggoonniiss kkeerrja ja cceeppatat danatau danatau antikolinergik antikolinergik kerja cepat kerja cepat
--
-eofilin-eofilinlama D inhibitor P%!/
-
#tau antikolinergik kerja lama D 7; agonis kerja lama-
#tau antikolinergik kerja lama D inhibitor P%!/TATALAKSANA PPOK EKSASERBASI1
Kriteria eksaserbasi PPPOK antara lain sputum berubah 5arna atau semakin banyak dan sesak yang memberat. ejala dapat disertai batuk semakin sering, keterbatasan aktiitas, gagal napas acute on chronic, hingga penurunan kesadaran.
%ksaserbasi akut dapat diklasifikasikan A gejala kardinal diatas 9 1. %ksaserbasi berat 9 terdapat A gejala kardinal.
;. %ksaserbasi sedang 9 terdapat ; dari A gejala kardinal.
A. %ksaserbasi ringan 9 terdapat 1 dari A gejala kardinal ditambah salah satu dari kriteria tambahan, antara lain infeksi saluran napas atas ? hari, demam tanpa sebab lainya, peningkatan batuk, mengi, peningkatan laju pernapasan atau frekuensi nadi ;0 4
nilai dasar.
Penyebab tersering adalah infeksi saluran pernapasan oleh irus atau bakteri. Penyebab lainnya dapat berupa pneumonia, gagal jantung, aritmia, emboli paru, asupan nutrisi buruk, aspirasi, polusi udara, pneumotoraks atau penyebab sistemik (" atau gangguan elektrolit). Penatalaksanaan yang dilakukan, yaitu 9
1. Penilaian a5al (derajat kesadaran).
;. Pemeriksaan penunjang 9 analisis gas darah, darah perifer lengkap, foto toraks, %K. Spirometri tidak direkomendasikan untuk dilakukan ketika kondisi akut.
A. Pemberian oksigen
/. 7ronkodilator 9 7; agonis kerja cepat dengantanpa antikolinergik kerja cepat (lihat tabel /)9
o $ebuliEer9 agonis 7; kerja cepat (salbutamol) D antikolinergik (;,? D0,? mg),
lama kerja 9 /!> jam.
o Fantin & (bolus dan drip).
:ontoh 9 aminofilin (sediaan oral9 ;00 mg, &9 ;/0 mg, lama kerja /!G jam) teofilin (oral9 100!/00 mg, lama kerja berariasi hingga ;/ jam).
?. Kortikosteroid sistemik
Pemberian ini akan mempercepat 5aktu pemulihanB meningkatkan fungsi paru dan hipoksemia arteriB menurunkan risiko relaps, kegagalan terapi, dan durasi ra5at inap. ianjurkan pemberian prednison A0!/0 mg selama 10!1/ hari. iberikan PO untuk eksaserbasi ringan sedang atau & untuk eksaserbasi berat. Pemberian kortikosteroid sebanyak 2; minggu untuk mencegah efek samping.
G. #ntibiotik
#ntibiotik diindikasikan jika terdapat salah satu gejala kardinal atau pada pasien yang membutuhkan entilasi mekanik. Pemilihan regimen antibiotik bergantung dari data
prealensi bakteri setempat. ianjurkan untuk menggunakan antibiotik spektrum sempit jika belum memiliki ri5ayat penggunaan antibiotik sebelumnya (amoksisilin ?00 mg AChari PO A!1/ hari atau doksisiklin 100 mg ;Chari PO A!1/ hari) atau spektrum luas jika diketahui terdapat resistensi antibiotik (amoksisilinklaulanat >3? mg ;Chari atau ?00 mg 1Chari PO ? hari atau leofloksasin ?00 mg 1Chari PO ? hari). apat diberikan secara intraena jika dira5at di rumah sakit.
3. -erapi suportif
-ergantung dari kondisi pasien, contoh9 pemberian diuretik, bila ada resistensi cairan.
-abel /. Obat dalam Penatalaksanaan PPOK
olongan 'enis Obat Sediaan =ama Kerja
#ntikolinergik &pratropium bromida $ebuliEer9 0,;?!0,? mg. Oral 9 ! &-9 ;0!/0 Hg G!> jam #gonis 7; kerja singkat Salbutamol &-9 100!;00 Hg $ebuliEer9 ;,?!? mg Oral9 ;!/ mg /!G jam +enoterol &-9 100!;00 Hg $ebuliEer9 0,;?!; mg Oral9 0,0?4 (sirup) /!G jam -erbutalin &-9 ;?0!?00Hg $ebuliEer9 ?!10 mg Oral9 ;,?!? mg /!G jam #gonis 7; kerja lama
+ormoterol &-9 /,?!1;Hg 1; jam Salmeterol &-9 ?0!100 Hg 1; jam "etilsantin #minofilin Oral9 ;00 mg
&njeksi9 ;/0 mg
/!G jam
-eofilin Oral9 100!/00 mg ariasi sd ;/ jam Kombinasi Salbutamol D &pratropium &-9 3? D 1? Hg $ebuliEer9 ;,? D 0,? mg /!> jam +enoterol D &pratropium &-9 ;00 D ;0 Hg /!> jam 7udesonid D +ormoterol >01G0 D/,? Hg 1; jam Kortikosteroid 7udesonid &-9 100, ;00, /00 Hg
$ebuliEer9 0,? mg Oral9 ! +lutikason $ebuliEer9 0,? mg Oral9 ! 7eklometason &-9 100, ;00 Hg Oral9 ! Kortikosteroid sistemik
Prednison Oral9 ?!A0 mg "etilprednisolon &-9 10!1000 Hg
Oral9 /, >, 1G mg &njeksi9 1;? mg
INDIKASI RAWAT INAP
Peningkatan intensitas gejala (misal, timbul saat tidak beraktiitas), PPOK derajat berat, timbul tanda fisik yang baru (sianosis, edema), tidak ada perbaikan dari penatalaksanaan inisial, terdapat komorbiditas serius, seringnya terjadi eksaserbasi, usia lanjut, dan tidak sanggup untuk melakukan pera5atan di rumah.1
INDIKASI RAWAT ICU1
-
Sesak berat setelah tatalaksana di &ruang ra5at-
Penurunan kesadaran, kelemahan otot respirasi, hemodinamik tidak stabil-
Setelah pemberian oksigen, terjadi hipoksemia atau PaO₂
?0 mm8g atau Pa:O₂
?0 mm8g, memerlukan entilasi mekanis-
Perlu entilasi mekanis K#P&-# S%=%K-#POLA OBSTRUKTIF PADA PENYAKIT PERNAPASAN
Penyakit pernapasan diklasifikasikan berdasarkan etiologi, letak anatomis, sifat kronik penyakit, dan perubahan struktur serta fungsi. -idak satu pun klasifikasi ini yang memuaskan.
Pada kasus!kasus tertentu penyebab etiologisnya tak diketahui, sedangkan penyebab yang sama pada kasus!kasus lain dapat menyerang lokasi anatomi yang berbeda dan menimbulkan akibat patofisiologis yang berbeda pula. "enurut disfungsi entilasi, penyakit pernapasan diklasifikasikan menjadi dua kategori9 penyakit!penyakit yang terutama menyebabkan gangguan entilasi obstruktif dan penyakit!penyakit yang mengakibatkan gangguan entilasi restriktif. Klasifikasi ini dipilih karena uji spirometri dan uji fungsi entilasi lain dilakukan hampir secara rutin, dan sebagian besar penyakit pernapasan mempengaruhi entilasi. :ara pendekatan seperti ini mempunyai dua keterbatasan. Pada beberapa gangguan pernapasan, kelainan entilasi dapat menimbulkan bentuk campuran (misalnya emfisema kronik yang disertai pneumonia), sedangkan pada gangguan lain yang junga mempengaruhi pernapasan, fungsi entilasi mungkin normal (misalnya anemia atau pirau dari kanan ke kiri). angguan paru yang tidak termasuk dalam pola penyakit obstruktif atau restriktif akan dibicarakan
tersendiri.;
PENYAKIT PARU OBSRUKTIF KRONIK
Penyakit paru obstruktif kronik (:OP) merupakan suatu istilah yang sering digunakan untuk sekelompok penyakit paru yang berlangsung lama dan ditandai oleh peningkatan resistensi terhadap aliran udara sebagai gambaran patofisiologi utamanya.;
7ronkitis kronik, emfisema paru, dan asma bronkial membentuk kesatuan yang disebut :OP. #gaknya ada hubungan etiologik dan sekuensial antara bronkitis krronik dan emfisema, tetapi tampaknya tak ada hubungan antara kedua penyakit itu dengan asma. 8ubungan ini nyata sekali sehubungan dengan etiologi, patogenesis dan pengobatan.;
7ronkitis kronik merupakan suatu gangguan klinis yang ditandai oleh pembentukan mukus yang berlebihan dalam bronkus dan bermanifestasi sebagai batuk kronik dan pembentukan sputum selama sedikitnya A bulan dalam setahun, sekurang!kurangnya dalam dua tahun bertrut!turut. efinisi ini tidak mencakup penyakit!penyakit seperti bronkiektasis dan tuberkulosis yang juga menyebabkan batuk kronik dan pembentukan sputum. Sputum yang terbentuk pada bronkitis kronik dapat mukoid atau mukopurulen.;
%mfisema paru merupakan suatu perubahan anatomis parenkim paru yang ditandai oleh pembesaran aleolus dan duktus aleolaris yang tidak normal, serta destruksi dinding aleolar. %mfisema dapat didiagnosis secara tepat dengan menggunakan :- scan resolusi tinggi.;
#sma merupakan suatu penyakit yang ditandai oleh hipersensitiitas cabang trakeobronkial terhadap berbagai jenis rangsangan dan keadaan ini bermanifestasi sebagai penyempitan jalan napas secara periodik dan reersibel akibat bronkospasme.;
Perhatikan perbedaan mendasar dari definisi penyakit!penyakit yang disebutkan di atas9 bronkitis kronik didefinisikan menurut gejala klinisnya, emfisema paru menurut patologi anatominya, sedangkan asma menurut patofisiologis klinisnya. "eskipun setiap penyakit dapat timbul dalam bentuknya yang murni, tetapi bronkitis kronik biasanya timbul bersama! sama emfisema pada pasien yang sama. #sma lebih mudah dibedakan dari bronkitis kronik dan emfisema berdasarkan ri5ayat serangan mengi paroksismal, yang dimulai pada masa kanak!kanak dan berhubungan dengan alergi, tetapi kadang!kadang pasien bronkitis kronik dapat mempunyai gambaran asmatik dari penyakitnya. ambar 1 menggambarkan hubungan antara bronkitis kronik, asma, dan emfisema. aerah yang diliputi bayangan menggambarkan pasien dengan lebih dari satu penyakitB sedangkan daerah yang tak berbayang menggambarkan penyakit yang menonjol dalam bentuknya yang murni. #gar lebih jelas, asma akan dipisahkan dari bronkritis kronik dan emfisema karena mudah dibedakan dari kedua penyakit tersebut.;
ambar 1. 8ubungan antara penyakit!penyakit yang tergabung dalam :OP
ASMA
&stilah asma berasal dari kata Iunani yang artinya terengah!engah dan berarti serangan napas pendek. "eskipun dahulu istilah ini digunakan untuk menyatakan gambaran klinis napas pendek tanpa memandang sebabnya, sekarang istilah ini hanya di tujukan untuk keadaan!
keadaan yang menunjukkan respons abnormal saluran napas terhadap berbagai rangsangan yang menyebabkan penyempitan jalan napas yang meluas.;
Perubahan patologis yang menyebabkan obstruksi jalan napas terjadi pada bronkus ukuran sedang dan bronkiolus berdiameter 1mm. Penyempitan jalan napas disebabkan oleh
bronkospasme, edema mukosa, dan hipersekresi mukus yang kental (ambar ;).;
ambar ;. +aktor!faktor yang mengakibatkan obstruksi ekspirasi pada asma bronkial. #. Potongan melintang dari bronkiolus yang mengalami oklusi akibat spasme otot, mukosa yang membengkak, dan mukus dalam lumen. 7. Potongan memanjang dari bronkiolus
#sma dapat dibagi dalam tiga kategori. #sma eksentrik, atau alergik, ditemukan pada sejumlah kecil pasien de5asa, dan disebabkan oleh alergen yang diketahui. 7entuk ini biasanya dimulai pada masa kanak!kanak dengan keluarga yang mempunyai ri5ayat penyakit
atopik termasuk hay feer, ekEema, dermatitis dan asma. #sma alergik disebabkan oleh kepekaan indiidu terhadap alergen (biasanya protein) dalam bentuk serbuk sari yang dihirup, bulu halus binatang, spora jamur, debu, serat kain, atau yang lebih jarang, terhadap makanan seperti susu atau coklat. Pajanan terhadap alergen, meskipun hanya dalam jumlah yang sangat kecil, dapat mengakibatkan serangan asma. Sebaliknya, pada asma intriksik, atau idiopatik, ditandai dengan sering tidak ditemukannya fator!faktor pencetus yang jelas. +aktor nonspesifik (seperti flu biasa, latihan fisik, atau emosi) dapat memicu serangan asma. #sma intrinsik lebih sering timbul sesudah usia /0 tahun, dan serangan timbul sesudah infeksi sinus hidung atau pada percabangan trakeobronkial. "akin lama serangan makin hebat, sehingga akhirnya keadaan iniberlanjut menjadi bronkitis kronik dan kadang!kadang emfisema. 7anyak pasien menderita asma campuran, yang terdiri dari komponen!komponen asma ekstrinsik dan intrinsik. Sebagian besar pasien asma intrinsik akan berlanjut menjadi bentuk campuranB anak yang menderita asma ekstrinsik sering sembuh sempurna saat de5asa muda.;
"anifestasi klinis asma mudah dikenali. Setelah pasien terpajan alergen penyebab atau faktor pencetus, segera akan timbul dispnea. Pasien merasa seperti tercekik dan harus berdiri atau
duduk dan berusaha penuh mengerahkan tenaga untuk bernapas. 7erdasarkan perubahan! perubahan anatomis yang telah dijelaskan, bah5a kesulitan utama terletak pada saat
ekspirasi. Percabangan trakeobronkial melebar dan memanjang selama inspirasi, tetapi sulit untuk memaksakan udara keluar dari bronkiolus yang sempit, mengalami edema dan terisi mukus, yang dalam keadaan normal akan berkontraksi sampai tingkatan tertentu pada ekspirasi. <dara terperangkap pada bagian distal tempat penyumbatan, sehingga terjadi hiperinflasi progresif paru. #kan timbul mengi ekspirasi memanjang yang merupakan ciri khas asma se5aktu pasien berusaha memaksakan udara keluar. Serangan asma seperti ini dapat berlangsung beberapa menit sampai beberapa jam, diikuti batuk produktif dengan sputum ber5arna keputih!putihan. Pengobatan terdiri atas pemberian bronkodilator, desensitasi spesifik yang lama, menghindari alergen yang sudah dikenal, dan kadang!kadang obat kortikosteroid. Selang 5aktu antara dua serangan biasanya bebas dari kesulitan bernapas. #sma dapat dibedakan dari bronkitis kronik dan emfisema karena sifatnya yang intermitten dan berdasarkan kenyataan bah5a emfisema destruktif jarang terjadi. Serangan asma yang berlangsung terus menerus selama berhari!hari dan tak dapat ditangguangi dengan cara pengobatan biasa dikenal dengan status asmatikus. alam kasus ini fungsi entilasi dapat sangat memburuk sehingga mengakibatkan sianosis dan kematian.;
BRONKITIS KRONIK DAN EMFISEMA
"eskipun bronkitis kronik dan emfisema merupakan dua proses penyakit yang berbeda, tapi kedua penyakit ini sering ditemukan bersama!sama pada penderita :OP. iperkirakan 1G,; juta orang #merika menderita bronkitis kronik dan emfisema atau keduanya, yang bertanggung ja5ab dalam menyebabkan 11;.?>/ kematian pada tahun 1JJ>. &nsiden :OP meningkat /?04 sejak tahun 1J?0 dan sekarang merupakan penyebab kematian keempaat. :OP menyerang pria dua kali lebih banyak di banding 5anita, diperkirakan karena pria adalah perokok beratB tetapi insiden pada 5anita meningkat G004 sejak tahun 1J?0, dan diperkirakan akibat perilaku merokok mereka.;
-emuan patologis utama pada bronkitis kronik adalah hipertrofi kelenjar mukosa bronkus dan peningkatan jumlah dan ukuran sel!sel goblet, dengan infiltrasi sel!sel radang dan edema mukosa bronkus. Pembentukan mukus yangmeningkat mengakibatkan gejala khas yaitu batuk produktif. 7atuk kronik yang disertai peningkatan sekresi bronkus tampaknya mempengaruhi bronkiolus kecil sehingga bronkiolus tersebut rusak dan dindingnya melebar. +aktor etiologi utama adalah merokok dan polusi udara yang laEim terjadi di daerah industri. Polusi udara yang terus menerus juga merupakan predisposisi infeksi rekuren karena polusi memperlambat aktiitas silia dan fagositosis, sehingga timbunan mukusmeningkat sedangkan mekanisme pertahanannya sendiri melemah.;
%mfisema dibagi menurut bentuk asinus yang terserang. "eskipun beberapa bentuk morfologik telah diperkenalkan, ada dua bentuk yang peling penting sehunbungan dengan :OP. %mfisema sentrilobular (:=%), secara selektif hanya menyerang bagian bronkiolus respiratorius dan duktus aleolaris. inding!dinding mulai berlubang, membesar, bergabung dan akhirnya cenderung menjadi satu ruang se5aktu dinding!dinding mengalami integrasi (ambar A).;
"ula!mula duktus aleolaris dan sakus aleolaris yang lebih distal dapat dipertahankan. :=% sering kali lebih berat menyerang bagian atas paru, tetapi akhirnya cenderung tersebar tidak merata. :=% lebih banyak ditemukan pada pria dibandingkan 5anita, biasanya berhubungan dengan bronkitis kronik, dan jarang ditemukan pada mereka yang tidak merokok.;
%mfisema panlobular (P=%) atau emfisema panasinar, merupakan bentuk morfologik yang lebih jarang, aleolus yang terletak distal dari bronkiolus terminalis mengalami pembesaran serta kerusakan secara merataB mengenai bagian asinus yang sentral maupun perifer (ambar A). 7ersamaan dengan penyakit yang makin parah, semua komponen asinus sedikit demi sedikit menghilang sehingga akhirnya hanya tertinggal beberapa lembar jaringan, yang biasanya berupa pembuluh!pembuluh darah. P=% mempunyai dambaran khas yait 9 tersebar
merata di seluruh paru, meskipun bagian!bagian basal cenderung terserang lebih parah. P=%, tetapi tidak :=%, juga ditemukan pada sekelompok kecil penderita emfisema primer. 'enis emfisema ini ditandai dengan peningkatan resistensi jalan nafas yang berlangsung lambat tanpa adanya bronkitis kronik, mula timbulnya dini dan biasanya memperlihatkan gejala! gejala pada usia antara A0 dan /0 tahun. i inggris tercatat kurang dari G4 penderita :OP dengan emfisema primer, dan angka kekerapannya sama baik pada 5anita maupun pria. Penyebab emfisema bentuk initidak diketahui, tetapi telah diketahui adanya bentuk familial yang berkaitan dengan deisiensi enEim alfa
₁
!antiprotease.;ambar A. 7entuk!bentuk morfologik emfisema. Panlobular9 seluruh lobus primer terkena, daerah yang rusak dan menggembung terletak di sebelah distal dari bronkiolus respiratorius. Sentrilobular9 kerusakan terjadi sentral, terutama mengenai bronkiolus respiratorius.
#lfa
₁
!antiprotease diperkirakan sangat penting sebagai perlindungan terhadap protease yang terbentuk secara alami, dan kekurangan antiprotease ini memiliki peranan penting dalam patogenesis emfisema. Protease dihasilkan oleh bakteri, P"$, monosit, dan makrofag se5aktu proses fagositosis berlangsung dan mampu memecah elastin dan makromolekul lain pada jaringan paru. Pada orang yang sehat, kerusakan jaringan paru dicegah oleh kerja antiprotease, yang menghambat aktiitas protease. Penemuan ini berdasarkan studi pada sekelompok kecil pasien dengan defisiensi alfa₁
!antiprotease herediter. Pemetaan genetik telah memperlihatkan bah5a sebagian besar anggota populasi normal dengan kadar alfa₁
! antiprotease normal memiliki dua gen " dan disebut sebagai tipe "". ua gen yang paling sering berkaitan dengan emfisema adalah gen S dan gen . 8omoEigot SS atau pada indiidu! indiidu memiliki kadar serum alfa₁
!antiprotease yang mendekati nol atau sangat rendah dan mempunyai kemungkinan 304 sampai >04 untuk menderita emfisema tipeprimer (panlobular atau emfisematosa). &ndiidu dengan heteroEigot "S atau " dengan satu gen yang abnormal mempunyai serum alfa
₁
!antiprotease dalam kadar sedang, dan diperkirakan mempunyai pedisposisi yang tinggi terhadap emfisema, biasanya daam bentuk bronkitis (sentrilobular). Pada orang!orang dalam kelompok terakhir, merokok dapatmengakibatkan respons peradangan sehingga menyebabkan pelepasan enEimproteolitik (protease), sementara bersamaan dengan itu oksidan pada asap menghambat alfa
₁
! antiprotease. Kadaan heteroEigot sering ditemui pada populasi, dengan perhitungan insidensnya ?4 hingga 1/4.;P=% 5alaupun merupakan ciri khas emfisema primer, tetapi dapat juga dikaitkan dengan emfisema akibat usia tua dan bronkitis kronik. Kerusakan serabut elastik dan serabut retikular paru yang disertai dengan menghilangnya kemampuan mengembangkan paru secara elastis
diduga akan mengakibatkan peregangan paru yang progresif pada proses penuaan. -etapi, emfisema senilis bukan merupakan emfisema sejati, karena sebagian besar pasienyang sudah tua ini tak mengalami gangguan fungsi paru yang berarti. P=% yang menyertai bronkitis kronik dianggap sebagai tahap akhir dari :=% progresif, karena kedua gambaran morfologis tersebut dapat timbul pada paru yang sama.;
'ika toraks pasien emfisema dibuka selama pembedahan atau otopsi, paru tampak sangat membesarB paru ini tetap terisi udara dan tidak kolaps. Larnanya lebih putih daripada paru normal, dan terasa menggelembung serta halus seakan!akan berbulu. Seringkali terlihat bleb yaitu rongga subpleura yang terisi udara, serta bula yaitu rongga parenkim yang terisi udara dengan diameter lebih dari 1 cm (ambar /).;
ambar /. 7leb dan bula pada paru
Selain itu, rongga udara juga mengalami dilatasi merata. P=% dan :=% seringkali ditandai oleh bula, tetapi bula ini dapat juga timbul tanpa adanya P=% atau :=%. 7iasanya bula timbul karena adanya penyumbatan pada katup pengatur bronkiolus (ambar ?). Selama inspirasi, lumen bronkiolus melebar sehingga udara dapat mele5ati penyumbtan akibat penebalan mukosa dan banyaknya mukus. -etapi se5aktu ekspirasi, lumen bronkiolus tersebut kembali menyempit, sehingga sumbatan dapat menghalangi keluarnya udara. 8ilangnya elastisitas dinding bronkiolus pada emfisema juga menyebabkan kolaps prematur. engan demikian
udara terperangkap dalam segmen paru yang terkena, berakibat distensi berlebihan serta penggabungan beberapa aleolus. &ni disebabkan karena fragmentasi jaringan elastis interaleolar, disertai rusaknya sekat interaleolar yang sudah menipis, sehingga akhirnya terbentuk bula. Pada emfisema dapat timbul satu atau banyak bula yang dapat ataupun tidak saling berhubungan. 7leb yang terbentuk akibat ruptura aleoli dapat pecah ke dalam rongga pleura sehingga mengakibatkan pneumotoraks spontan(kolaps paru). Perubahan!perubahan lain yang sering ditemukan pada paru penderita :OP adalah pengurangan jaringan kapiler dan bukti histologik adanya bronkiolitis kronik.;
ambar ?. Obstruksi katup pengatur bronkiolus. #. Selama inspirasi, lumen cukup besar untuk dilalui udara. 7. Selama ekspirasi, kolaps prematur dan penyempitan lumen menghalangi aliran keluar udara, sehingga udara terperangkap dalam aleoli.
iagram aliran yang dilukiskan pada ambar G memperlihatkan patogenesis :OP dan tipe morfologik emfisema yang ditimbulkannya. iagram ini diperkuat fakta bah5a, 5alaupun genetik mungkin merupakan suatu faktor predisposisi emfisema paru, dan merokok serta polusi udara merupakan faktor utama pada patogenesis emfisema jenis bronkitis, tetapi
sebenarnya ada interaksi antara kedua faktor tersebut. "isalnya seseorang dengan faktor predisposisi genetik mungkin akan menderita emfisema jika terpajan polusi udara. "eskipun
dilatasi rongga udara senilis tak dianggap sebagai emfisema sejati, tetapi mungkin hilangnya elastisitas normal parenkim paru yang dihubungkan dengan usia merupakan faktor yang menentukan timbulnya emfisema sejati.;
ambar G. Patogenesis :OP. :=%, %mfisema sentralobularB P=%, emfisema panlobular (dimodifikasi dari :hronic Obstructie Pulmonary diseaseB a manual for physicians, ed A, $e5 Iork, $ational -uberculosis and *espiratory isease #ssociation)
Perjalanan klinis penderita :OP terbentang mulai dari apa yang dikenal sebagai pink puffers sampai blue bloaters. -anda klinis utama pada pink puffers (berkaitan dengan P=% primer) adalah timbulnya dispnea tanpa disertai batuk dan produksi sputum yang berarti. 7iasanya dispnea mulai timbul antara usia A0 sampai /0 tahun dan semakin lama semakin berat. Pada penyakit lanjut, pasien mungkin begitu kehabisan napas sehingga tidak dapat
makan lagi dan tubuhnya tampak kurus tak berotot.;
Pada perjalanan penyakit lebih lanjut, pink puffers dapat berlanjut menjadi bronkitis kronik sekunder. ada pasien berbentuk tongB diafragma terletak rendah dan bergerak tak lancar.
Polisitemia dan sianosis jarang ditemukan (karena itu disebut pinkMmerah muda), sedangkan kor pulmonale (penyakit jantung akibat hipertensi pulmonar dan penyakit paru) jarang ditemukan sebelum penyakit sampai pada tahap terakhir. angguan keseimbangan entilasi dan perfusi minimalB sehingga dengan hiperentilasi, penderita pink puffers biasanya dapat mempertahankan gas!gas darah dalam batas normal sampai penyakit ini mencapai tahap lanjut. Paru biasanya membesar sekali sehingga kapasitas paru total (-=:) dan olume reidu (*) sangat meningkat.;
Pada keadaan :OP ekstrem yang lain didapatkan pasien!pasien blue bloaters (bronkitis tanpa bukti!bukti emfisema obstruktif yang jelas). Pasien inin biasanya menderita batuk produktif dan berulang kali mengalami infeksi pernapasan yang dapat berlangsung selama bertahun!tahun sebelum tampak gangguan fungsi. #kan tetapi, akhirnya timbul gejala dispnea pada 5aktu pasien melakukan kegiatan fisik. Pasien!pasien ini memperlihatkan gejala berkurangnya dorongan untuk bernapasB mengalami hipoentilasi dan menjadi hipoksia dan hiperkapnia. *asio entilasiperfusi juga tampak sangat berkurang. 8ipoksia yang kronik merangsang ginjal untuk memproduksi eritropoietin, yang akan merangsang peningkatan pembentukan sel!sel darah merah, sehingga terjadi polisitemia sekunder. Kadar hemoglobin
(8b) dapat mencapai ;0 g100 ml atau lebih, dan sianosis mudah tampak karena 8b tereduksi mudah mencapai kadar ?g100 ml 5alau hanya sebagian kecil 8b sirkulasi yang berada dalam bentuk 8b tereduksi (oleh karena itu dinamakan blue bloaters). Pasien!pasien ini tidak mengalami dispnea se5aktu istirahat sehingga mereka tampak sehat. 7iasanya berat tubuh tidak banyak menurun dan bentuk tubuh normal. -=: mungkin normal, dan diafragma berada dalam posisi normal. Kematian biasanya terjadi akibat kor pulmonale (yang timbul dini) atau akibat kegagalan pernapasan. Pada otopsi sering (meskipun tak selalu) ditemukan emfisema. %mfisema cenderung berbentuk sentrilobular, meskipun dapat pula berbentuk panlobular.;
-abel ? menggambarkan perbedaan!perbedaan antara bronkitis murni (blue bloater) dan bronkitis emfisematosa (pink puffers) dari :OP. Sebagian besar penderita :OP terdapat
di antara kedua ekstrem tersebut.
Perjalanan klinis :OP yang khas adalah berlangsung lama, dimulai pada usia ;0!A0 tahun dengan batuk merokok atau batuk pagi disertai pembentukan sedikit sputum mukoid. &nfeksi pernapasan ringan cenderung berlangsung lebih lama dari biasanya pada pasien!pasien ini.
"eskipun mungkin terdapat penurunan toleransi terhadap kerja fisik, tetapi biasanya keadaan ini tak diketahui karena berlangsung dalam jangka 5aktu lama. #khirnya serangan bronkitis akut makin sering timbul, terutama pada musim dingin, dan kemampuan kerja pasien berkurang, sehingga 5atu mencapai usia ?0!G0an, pasien mungkin harus berhenti bekerja. Pada pasien dengan tipe emfisematosa yang mencolok, perjalanan klinis tampaknya tidak begitu lama, yaitu tanpa ri5ayat batuk produktifB dan dalam beberapa tahun timbul dispnea
yang membuat pasien menjadi sangat lemah. 7ila timbul hierkapnia, hipoksemia dan kor pulmonale, prognosisnya buruk dan kematian biasanya terjadi beberapa tahun sesudah timbul penyakit. abungan gagal napas dan gagal jantungyang dipercepat oleh pneumonia
-abel ?. Perbandingan -ipe!-ipe Klinis :OP
ambaran ink uffer (emfisematosa) Blue Bloater (bronkitis)
#5itan <sia A0!/0 tahun <sia ;0an dan /0an batuk akibat merokok
<sia saat diagnosis NG0 tahun N?0tahun
%tiologi
-
+aktor!faktor yangtak diketahui
-
Predisposisi genetik-
"erokok-
Polusi udara-
+aktor!faktor yang tak diketahui-
"erokok-
Polusi udara-
:uacaSputum Sedikit 7anyak sekali
ispnea *elatif dini *elatif lambat
*asio Ketidakseimbangan
minimal
Ketidakseimbangan nyata
7entuk tubuh Kurus dan ramping iEi cukup
iameter #P dada Sering berbentuk tong -idak bertambah
Patologi anatomi paru %mfisema panlobular %mfisema sentrilobular Pola pernapasan 8iperentilasi dan dispnea
yang jelas, dapat timbul se5aktu istirahat
8ilangnya dorongan pernapasan, sering terjadi hipoentilasi, berakibat hipoksia dan hiperkapnia
olume paru
-
+%₁
rendah-
-=: dan * meningkat-
+%₁
rendah-
-=: normal, * meningkat sedangPa:O
₂
$ormal atau rendah (A?sampai /0 mm8g)
"eningkat (?0!G0 mm8g)
PaO
₂
G?!3? mm8g /?!G0 mm8gSaO
₂
$ormal esaturasi tinggi karenaketidakseimbangan O
8ematokrit A?!/?4 ?0!??4
Polisitemia 8b dan 8t normal sampai tahap akhir
Sering terjadi peningkatan 8b dan 8t
Sianosis 'arang Sering
Kor pulmonale 'arang Sering
PENGOBATAN COPD
-abel G merupakan ringkasan tujuan dan prosedur pengobatan pasien dengan :OP. Pengobatan untuk pasien dengan bronkitis kronik dan emfisema obstruktif berupa tindakan! tindakan untuk menghilangkan obstruksi saluran napas kecil. "eskipun kolaps saluran napas akibat emfisema bersifat ireersibel, banyak pasien mengalami bronkospasma, retensi sekret, dan edema mukosa dalam derajat tertentu yang masih dapat ditanggulangi dengan
pengobatan yang sesuai. Iang penting adalah berhenti merokok dan menghindari bentuk polusi udara lain, atau alergen yang dapat memperberat gejala yang dialami. 7erhenti
merokok saja sering dapat mengurangi gejala dan memperbaiki entilasi. &nfeksi harus segera diobati dan pasien yang mudah terkena infeksi pernapasan dapat langsung diberi antibiotik profilaksis. Pasien diinstruksikan untuk segera mencari pengobatan bila timbul gejala dispnea atau bila jumlah sputum bertambah. !trept penumococcusoniae dan "aemophilus influenzae adalah organisme penyebab tersering. Sehingga seringkali pilihan antibiotika yang digunakan adalah antibiotika yang dapat diterima oleh kedua organisme tersebut. Semua pasien harus mendapatkan aksin influenEa dan penumococcus.;
-indakan lain untuk mengurangi obstruksi saluran napas adalah dengan memberikan hidrasi yang memadai untuk mengencerkan sekret bronkusB ekspektoran dan bronkodilator untuk meredakan spasme otot polos. 7iasanya diberikan obat!obatan simpatomimetik seperti albuterol, terbutalin, dan Cantin (seperti aminofilin). &pratropium bromida (#troent), yaiitusuatu agen antikolergik dalam inhalasi dosis terukur, adalah bronkodilator yang efektif untuk pasien dengan bronkitis kronik. Pasien!pasien dengan sekret yang banyak, dilakukan perkusi dan drainase postural untuk membuang sekret yang menyumbat, yang dapat menjadi predisposisi infeksi. =atihan bernapas dapat juga membantu. Pasien diajarkan untuk
mengeluarkan napas dengan perlahan dan tenang melalui bibir yang dikerutkan. =atihan ini mencegah kolaps bronkiolus!bronkiolus kecil serta mengurangi jumlah udara yang terperangkap.;
Pengobatan tambahan yang penting adalah pemberian suplemen oksigen (O
₂
) kepada pasien :OP yang mengalami hipoksia bermakna (O₂
arteri (PaO) ?? hingga G0 mm8g atau kurang). #liran udara rendah dengan O₂
sebesar 1 hingga ; =menit yang diberikan dengan sungkup hidung mengalirkan O₂
sebesar ;/4 hingga ;>4, dan nilai tersebut cukup efektif dan dapat ditoleransi. 7eberapa studi telah memperlihatkan keuntungan efek pemberian O₂
sebagai pengobatan untuk pasien :OP. -elah diketahui bah5a pemberian O
₂
sebagai pengobatan secara terus menerus lebih menguntungkan daripada bila O₂
hanya di berikan selama 1; jam pada malam hari. 7eberapa efek yang paling penting adalah meringankan hipertensi pulmonal dan kor pulmonale serta meningkatkan toleransi kerja fisik (hipoksemia menyebabkan asokonstriksi paru, yang akan mengarah ke hipertensi pulmonal dan kor pulmonal). Pengobatan O₂
juga menurunkan frekuensi polisitemia (hematokrit?04) pada pasien :OP. Polisitemia merupakan kompensasi dari hipoksemia kronik pada :OP, namun mengakibatkan peningkatan iskositas darah dan memperburuk hipertensi pulmonal. Program kerja fisik seperti berjalan, berakibat peningkatan toleransi kerja fisik dan rasa nyaman tapi tifak meningkatkan fungsi paru.;Pengobatan pengganti dengan alfa
₁
!antitripsin () untuk penderita defisiensi ##-familial, baru!baru ini sedang diteliti untuk menentukan apakah perjalanan penyakit tersebut dapat berubah dengan pengobatan pengganti ini. asar pengobatan ini adalaah untuk menggantkan defisiensi inhibitor protease dan mencegah destruksi proteolitik jaringan aleolar. ##- dibentuk dari sedikit plasma manusia dan diberikan secara intraena dengan jarak seminggu atau sebulan. 8asil a5al dari pengobatan ini adalah pasien mengalami angka penurunan yang lebih rendah pada olume ekspirasi paksa dalam satu detik (+%₁
) dan angka kematian yang lebih rendah dibandingkan dengan kelompok yang tidak diberikan pengobatan. 7iaya pengobatan ##- sangat mahal.;ua bentuk terapi bedah telah digunakan untuk mengobati pasien!pasien tertentu dengan :OP berat, yaitu9 bedah reduksi olume paru dan transplantasi paru. 7edah reduksi olume paru meliputi pengangkatan bagian!bagian paru yang terlalu meluas pada pasien dengan
emfisema nonhomogen yang difus agar fungsi elastisitas rekoil dan otot diafragma membaik. Pendekatan kedua untuk mengobati :OP adalah transplantasi paru, tetapi pendekatan ini memiliki batasan karena terbatasnya organ!organ dari donor dan banyaknya jumlah pasien yang membutuhkan.;
Pada akhirnya, entilasi mekanis mungkin diperlukan untuk mempertahankan penerimaan gas!gas darah saat timbul gagal napas akut karena bersamaan dengan infeksi pernapasan atau memburuknya penyakit.;
-abel G. Prosedur dan -ujuan Pengobatan :OP
-ujuan Prosedur
1. "enghindari Eat!Eat yang mengiritasi bronkus
"enghentikan merokok
;. "encegahmengatasi infeksi #ntibiotikB aksin pneumokokus dan influenEa
A. "eringankan bronkospasme Obat bronkodilator
/. "engeluarkan sekresi bronkus Perkusi dan drainase posturalB hidrasi ?. "eningkatkan keefektifan
pernapasan
=atihan pernapasan G. "encegahmemperlambat hipertensi
pulmonal dan kor pulmonale
Pengobatan dengan oksigen aliran rendah yang terus menerus
3. "eningkatkan toleransi kerja fisik Program kerja fisik
>. "eningkatkan protease!antiprotease Pengobatan pengganti alfa
₁
!antitripsin J. "eningkatkan elastisitas rekoil paru *eseksi bedahPENYAKIT OBSTRUKSI SALURAN PERNAPASAN PENYAKIT PARU OBSTRUKTIF MENAHUN (PPOM)
-erminologi Penyakit Paru Obstruktif "enahun (PPO") telah mengalami beberapa kali perubahan sejak dicetuskan kali pertama dalam forum internasional yaitu9 :hiba uest Symposium 1J?JQ, semula dikenal sebagai Chronic pulmonar# emph#sema and related conditions, kemudian menjadi Chronic airflow limitation, lalu Chronic obstructive pulmonar# disease, kemudian Chronic obstructive airwa# disease dan Chronic airwa# obstruction, kesemua ini menunjukkan bah5a masih belum ada kesepakatan perihal kelainan yang sebenarnya.A
$amun yang jelas, unsur patofisiologi yang utama pada PPO" adalah gangguan aliran udara yang progresif yang dapat menjurus ke kegagalan pernapasan. ua unsur penyebab yang saling berkaitan adalah hilangnya kepegasan (loss of recoil ) serta peningkatan tahanan saluran napas kecil.A
alam &nternational :lassification of iseaseQ yang telah diperbaharui (&: J), PPO" meliputi penyakit dengan nomor /J1!/JG antara lain9 /J1 bronkitis kronis, /J; emfisema, /JA asma bronkial dan /JG chronic airwa# obstruction not otherwise specified . Lalaupun asma tercantum disitu, namun PPO" dijabarkan sebagai keadaan klinik dengan rasio
+%
₁
+: yang abnormal, yang tidak reersibel sepenuhnya dengan bronkodilator dan dianggap sebagai keadaan yang terpisah dari asma bronkial (5alau tidak disangkal bah5a asma dapat berkembang menjadi PPO").AEPIDEMIOLOGI
&nsiden PPO" penduduk negeri 7elanda ialah 10!1?4 pria de5asa , ?4 5anita de5asa dan ?4 anak!anak. +aktor risiko yang utama adalah rokok. Perokok mempunyai risiko / kali lebih besar daripada bukan perokok, dimana faal paru cepat menurun. A
Penderita pria 9 5anita M A!10 9 1.
Pekerjaan penderita sering berhubungan erat dengan faktor alergi dan hiperreaktifitas bronkus. i daerah perkotaan, insiden PPO" 1,? kali lebih banyak daripada pedesaan. 7ila
seseorang pada saat anak!anak sering batuk, berdahak, sering sesak, kelak pada masa tua sering timbul emfisema.A
DIAGNOSIS
iagnosis PPO" seperti juga banyak penyakit lain umumnya didasarkan pada anamnesa, pemeriksaan fisik, pemeriksaan sinar F, pemeriksaan faal paru dan pemeriksaan laboratorium patologi klinik. "enurut #merican -horacic SocietyQ (#-S) diagnosis PPO" adalah
sebagai berikut9A
#namnesa
<mumnya penderita adalah usia pertengahan ke atas. #namnesa ulang pada 5aktu penderita kembali memeriksakan diri, amat bermanfaat untuk menilai progresiitas penyakit dan respons pengobatan. Sesak napas yang menjadi keluhan utama, sering disertai batuk, mengi, dahak, serta infeksi saluran napas berulang. *okok serta polusi di tempat kerja patut ditanyakan. alam disertasinya, "oh. #min menekankan perlu di5aspadainya peran defisiensi alfa!1!antiprotease, sebagai suatu faktor yang meningkatkan risiko terjadinya PPO" pada para perokok dan pekerja di tempat kerja tertentu.A
Pemeriksaan +isik
Pada pemeriksaan fisik dapat ditemukan tanda!tanda9 hiperinflasi paru, penggunaan otot napas sekunder, perubahan pola napas dan suara napas yang abnormal.A
Pemeriksaan *adiologis9
ibutuhkan C!foto toraks dalam proyeksi P# serta lateral, namun perlu ditekankan bah5a korelasi kelainan foto toraks dengan gradasi obstruksi jalan napas tidak besar. Pemeriksaan yang lebih canggih seperti :-!scan tidak dibutuhkan.A
Pemeriksaan +aal Paru
igunakan untuk meneggakan diagnosis PPO". Pemeriksaan utama adalah +%
₁
+:, 5alau masih banyak lagi pemeriksaan faal paru lain, namun tidak ada bukti bah5a tes!tes ini dapat menambah informasi yang berarti selain yang telah diungkapkan oleh pemeriksaan +%₁
dan rasio +%₁
+:. Kriteria yang laEim dipakai untuk PPO" derajat sedang adalah9 +%₁
kurang dari G04 dari nilai ramal atau rasio +%₁
+: yang lebih kecil dari G04.A#nalis gas darah dan elektrolit perlu dikerjakan pada penderita PPO" dengan +%
₁
kurang dari 1,? liter atau %K yang konsisten dengan pembesaran entrikel kanan. %ritrositosis sekunder yang didapatkan dari kadar 8b dan hematokrit, mencerminkan keadaan hipoksemia yang kronis. Pemeriksaan laboratorium patologi klinik lainnya disesuaikan dengan keadaan.ATERAPI
-ujuan utama terapi PPO" adalah penanganan terhadap kegagalan pernapasan, oleh karena cepat atau lambat, dalam pejalanan penyakitnya kegagalan pernapasan selalu menghantui. "aka tujuan terapi adalah9A
1. "encegah agar PPO" tidak makin memburuk
;. "engatasi gangguan fungsi paru sehingga dapat mengurangi keluhan!keluhan.
A. "enigkatkan kualitas hidup penderita PPO" yang sudah cacatQ. -erapi harus ditujukan pada mekanisme patogenesis dan patofisiologi PPO", disamping pengobatan simptomatis, pengobatan penyulit yang timbul, atau penyakit lain yang
menyertai.
agal napas pada PPO" pada dasarnya dapat dibedakan9A
a. agal napas akut ($#) pada PPO"
b. agal napas pada fase lanjut PPO" terjadi setelah penyakit berjalan lama ( gradual deterioration)
GAGAL NAPAS AKUT (GNA) PADA PPOM Patofisiologi9A
"ekanisme penting yang mendasari $# pada PPO"9
1. Maldistribution of inspired air relative to perfusion oleh karena sebagian dari udara entilasi tidak dimanfaatkan dan terbuang sebagai entilasi ruang rugi sehingga terjadi hioksemia arteri.
;. Obstruksi berat, yang memungkinkan entilasi aleolar yang adekuat dengan akibat terjadi hipoentilasi dan hipoksemia.
ejala
7atasan $# yang umum digunakan adalah memakai kriteria analisa gas darah, yaitu keadaan PaO
₂
?0 mm8g dan Pa:O₂
?0 mm8g yang dikenal dengan istilah rule of fift#.engan demikian gejala $# pada PPO" dapat dikembalikan pada keadaan hipoksemia dan hiperkapnia.A
ejala akibat hipoksemia meliputi9
$mpaired %udgement, loss of fine motor coordination, rasa cemas, disorientasi, dizziness, asokonstriksi, takikardi, bradikardi, hipertensi atau hipotensi. Pada PaO
₂
/? mm8g gejala klinik akan tampak lebih jelas lagi dengan terjadinya hipertensi pulmonal, peningkatan cardiac output, adverse m#ocardial performance, gangguan faal ginjal yang disertai retensi $a⁺
, gangguan SSP serta kecenderungan metabolisme anaerob.ASakit kepala, mengantuk sampai koma, edema papil, takikardia, hipertensi, asodilatsi kulit, conjungtial injection, sembab dan diaphoresis.A
+aktor Predisposisi $# pada PPO", antara lain9A
1. &nfeksi saluran napas 9 paling utama ;. agal jantung, infark miokard
A. Pemakaian sedatia, narkotika /. %mboli paru
?. Pneumotoraks
G. *okok, polusi udara
3. Pemberian oksigen yang tidak tekontrol >. #nemia
J. Pembedahan, terutama toraks dan abdomen bagian atas
Setiap faktor yang menambah beban pernapasan, menekan respiration drie menganggu kapasitas penyampaian O
₂
dan dapat menyebabkan penderita PPO" jatuh ke dalam $#. 8al ini dapat diterangkan melalui kapasitas cadangan entilasi yang mengecil. alam keadaan normal, 8b mampu memba5a 1 liter O₂
menit, sedangkan kebutuhan basal jaringan akan O₂
hanya ;?0 mlmenit.A$amun pada penderita PPO" cadangan kemampuan ini dapat kecil sekali bahkan negatif. Pemeriksaan PPO" sudah menunjukkan gangguan faal paru pada pemeriksaan spirometri rutin, sekalipun gejala klinik maupun radiologik masih belum ada. Sebagai contoh, penderita emfisema baru menunjukkan gejala klinik bila lebih dari ;04 paru terkena.A
&nfeksi saluran pernapasan umumnya melibatkan Streptococcus (iplococcus) pneumoniae dan 8aemophillus influenEae. Pada ?04 kasus, infeksi irus dan atau mycoplasma mendahului infeksi bakteri. "engenai sedatia dikatakan bah5a tidak ada dosis aman untuk penderita PPO", khlor diaEepoCide A dd 10 mg akan mengakibatkan penurunan +%
₁
dengan penurunan PaO
₂
, hal yang sama juga berlaku untuk diaEepam. isamping itu indikasi pemberian sedatia pada PPO" sangat diragukan, mengingat bah5a kelainan tingkah lakudapat disebabkan hipoksemia.A
Diagnosis GNA a!a PPOM
Keluhan utama adalah sesak napas yang bertambah berat. $amun oleh karena sesak merupakan suatu perasaan subjektif penderita, batasan yang diberikan #-S berbunyi 9 &eviation from blissfulstate of unawareness of respiration inwich the health# among us pass
our lives. %aluasi secara sistematik diperlukan untuk mencapai diagnosis9A
1. Kecurigaan akan $# pada PPO"9 didapatkan pada anamnesa, keluhan saluran napas, sputum yang purulen, sesak yang progresif dalam 5aktu yang relatif singkat, adanya sembab, dapat pula disertai gejala dan keluhan yang sesuai dengan hipoksemia dan hiperkapnia.
;. itunjang pemeriksaan fisik, foto toraks serta laboratorium rutin.
A. #nalisa gas darah9 merupakan satu!satunya cara untuk menentukan adanya serta derajat hipoksemia danhiperkapnia. 8anya mengandalkan pada gejala klinik tanpa analisa gas darah pun dapat menyesatkan.
?. Pemeriksaan lain menurut kebutuhan9 antara lain bronkoskopi serat optik (+O7), aniografi pulmonal, nuclear medicine scanning .
P"ngo#a$an GNA Pa!a PPOMA
apat dibagi dalam dua bagian utama serta satu penunjang9 1. Pemberian oksigen terkontrol
;. Penanganan9
;.1. -erhadap bronkospasme. ;.;. #danya infeksi saluran napas.
;.A. angguan keseimbangan asam!basa dan elektrolit. ;./. #danya sekresi lendir pada jalan napas.
;.?. Penyulit kardiologik ;.G. Pemberian steroid
A. Penunjang 9 pada emboli paru, pada stress ulcer, nutrisi.
1. Pemberian Oksigen -erkontrol
"erupakan tindakan terpenting untuk $# pada PPO", bahkan O
₂
dapat dianggap sebagai obat oleh karena itu penggunaan O₂
harus dengan dosis tepat. Pemberian terlalu sedikit tidak bermanfaat, namun pemberian terlampau banyak, mengundang bahaya :O₂
narkosis. :O₂
narkosis adalah suatu keadaan hiperkapnia progesifdengan asidosis yang disebabkan oleh penurunan stimulus hipoksia untuk pernapasan. #dapun dosis O
₂
yang tepat dirumuskan sebagai jumlah O₂
yang tidak menyebabkan :O₂
narkosis, namun kebutuhan jaringan akan O₂
terpenuhi.Pada penderita $# dengan PPO" tujuan pemberian O
₂
adalah untuk mencapai PaO₂
sekitar G0 mm8g, yaitu suatu keadaan dimana sejumlah besar O₂
akan dapat diberikan pada jaringan berhubung dengan sifat O₂
seperti yang digambarkan pada kura disosiasi oksigen. Kecuali :O₂
narkosis pemberian oksigen berlebih juga dapat memberikan efek toksik sebagai akibat langsung dari terbentuknya radikal bebas dari oksigen. =odato menekankan bah5a oksigen bersifat seperti pisau bermata dua9 both, life promoting and life destro#ing .APada kura disosiasi oCy!8b, fase ginjal terjadi pada PaO
₂
G0 mm8g, dan pada PaO₂
G? mm8g terkandung bahaya potensial, yaitu supresi terhadap stimulus hipoksia untuk pernapasan. Kecuali dosis, cara pemberian juga penting. Sebaiknya O
₂
diberikan melalui nasal prongeQ atau enturi maskQ. $asal pronge mempunyai keuntungan antara lain memungkinkan penderita batuk, makan, minum tanpa perlu melepaskannya. +lo5 rate O
₂
yang dianjurkan untuk nasal pronge ;!/ litermenit secara terus menerus. +lo5 rate ?!G litermenit akan mengakibatkan pengeringan mukosa. Pemberian O₂
secara interniten tidak dianjurkan. 8al yang disebabkan oleh storage capacity tubuh berbeda untuk :O₂
dan O₂
, sehingga pemberian O₂
secara intermiten, pada saat O₂
dihentikan, PaO₂
cepat turun, sedangkan Pa:O₂
tetap tinggi. Sejalan dengan ini, bila terjadi :O₂
narkosis oleh karena pemberian berlebih, maka O₂
harus diturunkan secara bertahap.Aambar 3. OCy!8b dissociation cure.
Penggunaan entilator mekanik (&PP7) sedapat mungkin dihindari berhubung intubasi mengurangi kemampuan untuk mengeluarkan sekret melalui batuk. 7ahaya komplikasi antara lain9 infeksi nosokomial, pneumotoraks, serta kesulitan penyapihan. &ndikasi penggunaan hanyalah apabila dengan pemberian O
₂
terkontrol keadaan klinis tetap memburuk. -ekanan positif entilator hendaknya tidak melebihi 1? mm 8₂
O.A;. Penanganan Presipitasi *eersibel +aktor $# Pada PPO" ;.1. -erhadap bronkospasme
Pemberian bronkodilator merupakan andalan utama untuk mengatasi bronkospasme namun haruslah diingat bah5a tidak seampuh pada asma bronkial. 8al ini dapat dimengerti oleh karena PPO" terdapat berbagai faktor yang mengakibatkan obstruksi jalan napas antara lain hipertrofi kelenjar mukus, peningkatan sekret, penebalan mukosa, loss of airwa# support dengan akibat e'pirator# airwa# collaps karena hilangnya elastic recoil paru, serta fibrosis jalan napas perifer.
7erdasarkan titik tangkapnya, bronkodilator dapat dikelompokkan dalam tiga golongan, yaitu9 golongan deriat Canthine, golongan simpatomimetika dan golongan antikolinergik.A
;.1.1. olongan Canthine
"erupakan bronkodilator pilihan utama $# pada PPO". osis loading dose9 ?!G mgkg 77 i. pelan (10!;0 menit). osis pemeliharaan9 dianjurkan menggunakan dosis yang lebih rendah daripada yang umum digunakan pada status asmatikus (0,J mgkg 77jam) yaitu9 pada bukan perokok M 0,? mgkg 77jamB pada bukan perokok D gagal jantung M 0,; mgkg 77jam, sedangkan pada perokok M 0,> mgkg 77jam. 8al ini berhubungan dengan memanjangkan 5aktu paruh Canthine pada penderita
PPO", sebagai akibat kelainan faal hati atau jantung yang sering menyertai penderita PPO". 7ila fasilitas memungkinkan, maka penentuan kadar aminofilin serum amat dianjurkan. Kadar optimal adalah 10!;0 Hgml.
Keuntungan tambahan9 mempunyai efek stimulasi pernapasan, hal ini terbukti dengan adanya peningkatan minute ventilation sebesar 10!;?4, efek inotropik dan kronotropik yang positif serta mempuyai efek diuretika. Kerugiannya dapat menimbulkan aritmia jantung.A
;.1.;. olongan simpatomimetik
Lalaupun dapat diberikan peroral atau parenteral, namun penggunaan paling aman dan efektif adalah pemberian perinhalasi. "ungkin inilah sebabnya mengapa laporan penggunaan golongan ini per oral atau parenteral untuk $# pada PPO" jarang didaptkan di kepstakaan. Secara teoritis golongan ini bermanfaat, setidaknya oleh karena sifat sinergisme dengan golongan Canthine.A
;.1.A. olongan antikolinergik
ulu pernah amat populer, namun pada G0an banyak ditinggalkan dengan alasan mengentalkan sekret. #khir!akhir ini dengan ditemukannya deriat baru atropin antara lain ipratropium bromida, golongan ini mendapatkan perhatiannya kembali. ikatakan bah5a dalam keadaan asidosis ia masih dapat bekerja, sedangkan golongan Canthine, beta agonis tidak dapat bekerja dalam suasana asam. :hapman menyatakan bah5a antikolinergik
inhaler / kalihari memberikan manfaat yang paling besar dengan efek samping yang paling sedikit, sehingga merupakan pilihan utama sebagai bronkodilator.A
;.;. #danya infeksi saluran napas
Pada umumnya community acRuired infection saluran napas, melibatkan Streptococcus (iplococcus) pneumonia dan 8aemophilus influenEa yang dapat diatasi dengan ampisilin atau amoksisilin, tetrasiklin, trimetoprim! sulfametoksaEol. Pada hospital acRuired infection kuman gram negatif biasanya ikut berperan. #ntibiotika yang dipergunakan sesuai dengan gambaran kepekaan antibiotika untuk rumah sakit bersangkutan. Pada aspirasi pneumonia biasanya kuman!kuman anaerob ikut berperan.A
;.A. -erhadap gangguan elektrolit dan keseimbangan asam basa
Pada kura disosiasi oCy!8b, p8 mempunyai pengaruh yang cukup besar terhadap oksigenasi jaringan. 7ila p8 3,;0 umumnya disertai kematian penderita. #sidemia dapat dikoreksi dengan pemberian bikarbonat parenteral, dengan patokan meningkatkan Ph diatas 3,;0 namun tidak melampaui 3,A?. Pemberian bikarbonat berlebihan akan mengakibatkan alkalosis metabolik serta penurunan entilatory
drie. 7iasanya >>!;?0 m%R bikarbonat sudah mencukupi.
Pada PPO" dengan hiperkapnia juga didapatkan penurunan total K
⁺
tubuh sebagai akibat pengaruh nutrisi yang jelek, diuretika atau steroid. *endahnya K⁺
dapat memperberat $# melalui mekanisme kelemahan otot serta peningkatan iritabilitas jantung. Pemberian K:= (orali..) dapat dilakukan, bila faal ginjal memadai.A
;./. #danya sekret lendir pada jalan napas
<saha pengenceran sekret melalui pemberian mukolitikproteolitik masih kontroersial, usaha!usaha untuk mengubah ciri!ciri sputum memudahkan clearance tidak selalu bermanfaat, berhubung clearance sputum tidak hanya tergantung pada faktor!faktor mukus (depth and rheology) tetapi juga tergantung faktor silia (frekuensi, amplitudo, periciliary fluid depth dan iscositas). 7ahkan banyak sarjana saat ini umumnya berpendapat bah5a air merupakan mukolitik
yang paling efektif. +isioterapi, seperti juga mukolitik, diragukan kegunaannya pada PPO". $amun apabila sekret banyak, tidak ada salahnya untuk dicoba, atas dasar pemikiran bah5a perkusi dada serta postural drainase berpotensi membebaskan jalan napas, meringankan pekerjaan pernapasan dan perbaikan distribusi entilasi.
;.?. Penyulit kardiologi
Penyulit kardiologi utama PPO" adalah gagal jantung dan aritmia. agal jantung9
"empunyai etiologi yang multifaktorial. ari skema dapatlah dilihat bah5a penanganan terpenting adalah mengatasi hipoksia aleolar. Pemberian digitalis dapat dilakukan apabila stres otonomik akibat hipoksia telah stabil dan terkoreksi. Lalapun jantung yang hipoksia lebih peka terhadap arit mia serta dinding entrikel kananyang relatif tipis secara potensial tidak banyak memberikan keuntungan bila dibandingkan dengan entrikel kiri, pengalaman klinik menunjukkan bah5a digitalis dapat pula memperbaiki fungsi entrikel kanan. osis digitalis tidak berbeda dengan keadaan payah jantung umumnya. iuretika dapat diberikan,
sedangkan argumentasi bah5a diuretika akan mengakibatkan pengentalan sekret tidaklah berdasar.A
Phlebotomi jarang sekali digunakan, namun bila eritrositosis sekunder hebat (8b1J g4, P: G04), phlebotomi dapat dipertimbangkan.
#ritmia9
idapatkan pada ?0!>04 kasus $# pada PPO". Pada PaO
₂
2A3 mm8g, >?4 penderita akan mengalami ectopic enticular beat yang acap kali menjurus ke aritmia entrikular atau supraentrikular dan biasanya mempunyai prognostik yang jelek. Suatu hal yang perlu diingat apabila menggunakan &PP7 yaitu alkalosis respiratorik, lebih banyak memberikan aritmia daripada asidosis respiratorik sehingga hiperentilasi penderita dengan &PP7 haruslah dihindari. emikian pula hipokalemia, theophyline, intoksikasi digitalis, beta!; agonis non selektif, meningkatkan kemungkinan terjadinya aritmia.#danya sembab pada PPO" bukan selalu merupakan tanda kegagalan jantung. Sembab pada PPO" sering refrakter terhadap digitalis dan diuretika, namun cepat menghilang bila hipoksemia terkoreksi dan Pa:O
₂
menurun.#dapun mekanismenya adalah hiperkapia menyebabkan gangguan ekskresi air dan $a
⁺
le5at, serta peningkatan absorbsi bikarbonat oleh ginjal, demikian pula PaO₂
/0 mm8g akan mengakibatkan penurunan aliran darah ginjal.A;.G. Pemberian steroid
Penggunaan kortikosteroid pada PPO" masih kontroersial, penggunaan jangka panjang dilaporkan dapat bermafaat pada sebagian penderita, namun tidak sedikit peneliti melaporkan hasil negatif.A
osis sterois yang dianjurkan yaitu 9
"ethyl prednisilone 0,? mgkg 77G jam selama 3; jam.
"ekanisme kerja steroid yang dianggap menguntungkan pada PPO" umumnya dan asma khususnya adalah 9
a. "empengaruhi sintesa dan pengeluaran mediator yang menimbulkan inflamasi 9