• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN INKUIRI TERBIMBING TERHADAP HASIL BELAJAR SISWA PADA MATA DIKLAT DASAR KELISTRIKAN TEKNIK REFRIGERASI.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN INKUIRI TERBIMBING TERHADAP HASIL BELAJAR SISWA PADA MATA DIKLAT DASAR KELISTRIKAN TEKNIK REFRIGERASI."

Copied!
49
0
0

Teks penuh

(1)

PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN INKUIRI TERBIMBING TERHADAP HASIL BELAJAR SISWA PADA MATA DIKLAT

DASAR KELISTRIKAN TEKNIK REFRIGERASI (SMK Negeri 1 Cimahi)

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan

LUGIANA PAZARUDIN

0809179

JURUSAN PENDIDIKAN TEKNIK MESIN

FAKULTAS PENDIDIKAN TEKNOLOGI DAN KEJURUAN

UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA

(2)

LEMBAR PENGESAHAN

LUGIANA PAZARUDIN NIM. 0809179

PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN INKUIRI TERBIMBING TERHADAP HASIL BELAJAR SISWA PADA MATA DIKLAT

DASAR KELISTRIKAN TEKNIK REFRIGERASI (SMK Negeri 1 Cimahi)

Disetujui dan disahkan oleh:

Pembimbing I

Dr. H. Kamin Sumardi, M.Pd. NIP. 19670926 199702 1 001

Pembimbing II

Ega Taqwali Berman, S.Pd., M.Eng. NIP. 19780701 200501 1 001

Mengetahui,

Ketua Jurusan Pendidikan Teknik Mesin Fakultas Pendidikan Teknologi dan Kejuruan

Universitas Pendidikan Indonesia

(3)

PERNYATAAN

Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi dengan Judul “Pengaruh Model Pembelajaran Inkuiri Terbimbing Terhadap Hasil Belajar Siswa Pada Mata Diklat Dasar Kelistrikan Teknik Refrigerasi” ini beserta seluruh isinya adalah benar-benar karya saya sendiri, dan saya tidak melakukan penjiplakan atau pengutipan dengan cara-cara yang tidak sesuai dengan etika keilmuan yang berlaku dalam masyarakat keilmuan. Atas pernyataan ini, saya siap menanggung resiko/sanksi yang dijatuhkan kepada saya apabila dikemudian ditemukan adanya pelanggaran terhadap etika keilmuan dalam karya saya ini, atau ada klaim dari pihak lain terhadap keaslian karya saya ini.

Bandung, Oktober 2013 Yang membuat pernyataan,

(4)

RIWAYAT HIDUP

Penulis lahir di Cimahi pada tanggal 2 Juni 1990 dengan nama lengkap Lugiana Pazarudin, putra pertama dari pasangan suami istri Endang Syarifudin dan Siti Juhaenah.

Penulis memulai jenjang pendidikan di SD Negeri X Cimahi, pada tahun 1996 dan lulus tahun 2012. Kemudian melanjutkan ke SMP Negeri 47 Bandung dan lulus tahun 2005. Setelah itu, penulis melanjutkan ke SMA Negeri 2 Cimahi dan lulus tahun 2008. Setelah lulus SMA, penulis mengikuti seleksi SMPTN dan diterima di Jurusan Pendidikan Teknik Mesin Universitas Pendidikan Indonesia.

(5)

ABSTRAK

Lugiana Pazarudin (0809179). Pengaruh Model Pembelajaran Inkuiri Terbimbing Terhadap Hasil Belajar Siswa pada Mata Diklat Dasar Kelistrikan Teknik Refrigerasi.

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui seberapa besar pengaruh hasil belajar siswa menggunakan model pembelajaran inkuiri terbimbing dengan siswa yang menggunakan model pembelajaran klasikal. Metodologi yang digunakan adalah kuasi eksperimen dengan subyek terdiri dari dua kelas yaitu kelas X TP A (Klasikal) dan X TP B (Inkuiri Terbimbing). Pengumpulan data dilakukan dengan tes tertulis untuk hasil belajar kognitif dan observasi untuk hasil belajar afektif dan psikomotor. Pengolahan data dilakukan dengan uji kesamaan dua rata-rata. Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat perbedaan rata-rata hasil belajar yang signifikan antara model pembelajaran Inkuiri Terbimbing dan Klasikal dengan rata-rata gain kelas eksperimen 0,68 dan kelas kontrol 0,38. Berdasarkan hasil penelitian tersebut dapat disimpulkan bahwa pembelajaran dengan menggunakan Model Pembelajaran Inkuiri Terbimbing dapat meningkatkan hasil belajar siswa, sehingga model pembelajaran ini dapat diimplementasikan dalam proses pembelajaran.

(6)

ABSTRACT

Lugiana Pazarudin (0809179). Effect of Guided Inquiry Learning Model Of Student Results on Basic Training's Refrigeration Electrical Engineering.

This study aims to determine how much influence the learning outcomes of students using guided inquiry learning model with students using classical learning model. The methodology used a quasi experimental subjects consist of two classes, X TP A (Classical) and X TP B (Guided Inquiry). Data was collected through a written test for cognitive learning outcomes and observation for affective and psychomotor learning outcomes. Data processing is done by testing the equality of two on average. The results showed that there were differences in the average yield significant learning between learning models Guided Inquiry and Classical with an average gain of experimental class 0,68 and control class 0,38. Based on these results it can be concluded that learning by using Guided Inquiry Learning Model to improve student learning outcomes, so that the learning model can be implemented in the learning process.

(7)

DAFTAR ISI

G. Definisi Operasional... 6

H. Sistematika Penulisan... 6

BAB II LANDASAN TEORI... ... 8

A. Pengertian Pembelajaran... 8

B. Peranan Guru dalam Proses Pembelajaran... 9

C. Model Pembelajaran Inkuiri... 10

D. Model Pembelajaran Inkuiri Terbimbing... 12

E. Model Pembelajaran Klasikal... 14

F. Hasil Belajar... 15

1. Ranah Kognitif... ... 16

2. Ranah Afektif... ... 17

3. Ranah Psikomotor... ... 18

G. Mata Diklat Dasar Kelistrikan Teknik Refrigerasi... ... 19

(8)

BAB III METODOLOGI PENELITIAN... ... 21

D. Instrumen Penelitian... 22

1. Tes... E. Pengujian Instrumen Penelitian... 25

1. Uji Validitas... F. Prosedur Penelitian... 29

1. Tahap Persiapan...

1. Pengolahan Data Hasil Belajar... 30

2. Pengolahan Data Hasil Praktikum... 36

H. Alur Penelitian... 38

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN... 39

A. Hasil Uji Coba Instrumen Penelitian... 39

1. Uji Validitas Instrumen Penelitian... 2. Reliabilitas Instrumen Penelitian... 3. Penafsiran Tingkat Kesukaran dan Daya Pembeda... ... C. Analisis Data Hasil Penelitian... 42

(9)

3. Uji Regresi... 4. Uji Hipotesis...

... ...

44 44

D. Data Aspek Psikomotor... 45

1. Kelas Kontrol... 2. Kelas Eksperimen... ... ... 45 46 E. Data Aspek Afektif... 47

1. Kelas Kontrol... 2. Kelas Eksperimen... ... ... 47 48 F. Pembahasan Hasil Penelitian... 49

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN... 55

A. Kesimpulan... 55

B. Saran... 55

DAFTAR PUSTAKA... 57

(10)

DAFTAR TABEL

Tabel 1.1 Nilai Tugas I Semester Ganjil 2012-2013... 2

Tabel 3.1 Desain Eksperimen ... 21

Tabel 3.2 Perhitungan Nilai Praktikum ... 24

Tabel 3.3 Kriteria Daya Pembeda ... 26

Tabel 3.4 Tingkat Realibilitas ... 27

Tabel 3.5 Indeks Daya Pembeda Soal ... 29

Tabel 3.6 Tabel Uji Normalitas ... 31

Tabel 3.7 Tabel Harga-Harga Yang Diperlukan Untuk Uji Barlett ... 33

Tabel 3.8 Tafsiran IPK Untuk Aspek Psikomotor ... 36

Tabel 3.9 Tafsiran IPK Untuk Aspek Afektif ... 36

Tabel 4.1 Deskripsi Data Pre test Berdasarkan Kelas ... 40

Tabel 4.2 Deskripsi Data Post test Berdasarkan Kelas ... 41

Tabel 4.3 Deskripsi Data Peningkatan (Gain) Berdasarkan Kelas ... 41

Tabel 4.4 Hasil Uji Kesamaan Dua Rata-rata Hasil Data Post test ... 43

Tabel 4.5 IPK Aspek Psikomotor Kelas Kontrol ... 44

Tabel 4.6 IPK Setiap Indikator Aspek Psikomotor Kelas Kontrol ... 45

Tabel 4.7 IPK Aspek Psikomotor Kelas Eksperimen ... 45

(11)

Tabel 4.9 IPK Aspek Afektif Kelas Kontrol ... 46

Tabel 4.11 IPK Setiap Indikator Aspek Afektif Kelas Kontrol ... 47

Tabel 4.11 IPK Aspek Afektif Kelas Eksperimen ... 47

(12)

DAFTAR GAMBAR

Gambar 3.1 Alur Penelitian ... 37

Gambar 4.1 Grafik Peningkatan Rata-Rata Hasil Belajar Kognitif ... 51

Gambar 4.2 Grafik Peningkatan Rata-Rata Hasil Belajar Psikomotor ... 51

Gambar 4.3 Grafik Peningkatan Rata-Rata Hasil Belajar Afektif ... 52

Gambar 4.4 Grafik Persamaan Regresi ... 52

(13)

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 Silabus ... 59

Lampiran 2 Kisi-Kisi Instrumen ... 65

Lampiran 3 Rencana Pelaksanaan Pembelajaran 1 ... 66

Lampiran 4 Rencana Pelaksanaan Pembelajaran 2 ... 83

Lampiran 5 Rencana Pelaksanaan Pembelajaran 3...96

Lampiran 6 Pedoman Observasi Psikomotor Siswa...106

Lampiran 7 Pedoman Observasi Afektif Siswa...106

Lampiran 8 Job Sheet Eksperimen...111

Lampiran 9 Job Sheet Kontrol...125

Lampiran 10 Uji Validitas dan Uji Reliabilitas...134

Lampiran 11 Skor Batas Atas dan Batas Bawah...135

Lampiran 12 Uji Tingkat Kesukaran dan Daya Pembeda...135

Lampiran 13 Data Hasil Tes Awal (Pre tes) Kelas Kontrol...136

Lampiran 14 Data Hasil Tes Akhir (Post Test) Kelas Kontrol...137

Lampiran 15 Data Hasil Tes Awal (Pre tes) Kelas Eksperimen...138

Lampiran 16 Data Hasil Tes Akhir (Post Test) Kelas Kontrol...139

Lampiran 17 Data Peningkatan (Gain) Kelas Kontrol dan Eksperimen...140

(14)

Lampiran 19 Uji Normalitas Post Test Kelas Kontrol dan Kelas Eksperimen....142

Lampiran 20 Uji Regresi...143

Lampiran 21 Penilaian Aspek Psikomotor Kelas Kontrol...144

Lampiran 22 Penilaian Aspek Psikomotor Kelas Eksperimen...145

Lampiran 23 Penilaian Aspek Afektif Kelas Kontrol...146

Lampiran 24 Penilaian Aspek Afektif Kelas Eksperimen...147

Lampiran 25 Pengolahan Data Secara Manual...153

Lampiran 26 Daftar Nama Siswa...159

Lampiran 27 Tabel Distribusi t...160

Lampiran 28 Tabel Distribusi x...161

Lampiran 29 Tabel Harga Kritis (r) Product Moment...162

Lampiran 30 Tabel Distribusi z...163

Lampiran 31 Judgment I...164

Lampiran 32 Judgment II...165

Lampiran 33 Tabel Kegiatan Bimbingan Skripsi I...166

(15)

BAB I I

TINJAUAN PUSTAKA

A. Pengertian Pembelajaran

Pengertian pembelajaran menurut Hamalik (2003: 57) adalah ”suatu kombinasi yang tersusun meliputi unsur-unsur manusiawi, material, fasilitas, perlengkapan dan prosedur yang saling mempengaruhi dalam mencapai tujuan pembelajaran.” Manusia yang terlibat dalam sistem pembelajaran terdiri dari siswa, guru dan tenaga lainnya, misalnya tenaga praktikum. Material meliputi modul pembelajaran, papan tulis, dan kapur. Fasilitas dan perlengkapan terdiri dari ruang kelas, praktikum pengukuran mesin listrik, dan peralatan kontrol. Prosedur meliputi jadwal dan metode pembelajaran, praktik belajar yang dilaksanakan, cara mengevaluasi pada akhir pembelajaran.

Ada tiga ciri khas yang terkandung dalam sistem pembelajaran, Hamalik (2003: 65) mengemukakan:

1. Rencana adalah penataan ketenagaan, material, dan prosedur. Guru memberi tugas kepada tenaga laboraturium untuk menyiapkan alat dan bahan praktikum, guru menyusun rencana pembelajaran berdasarkan silabus dan jobsheet, mengkalibrasi AVO meter dan mengukur peralatan praktikum,

(16)

9

2. Kesalingtergantungan antara unsur-unsur pembelajaran yang serasi dalam suatu keseluruhan. Tanpa tenaga bantu laboraturium, guru kurang fokus dalam memberikan materi pembelajaran, kurangnya peralatan dapat menghambat jalannya praktikum. Tiap unsur memberikan sumbangannya kepada sistem pembelajaran.

3. Tujuan sistem pembelajaran mempunyai tujuan tertentu yang hendak dicapai. Tujuan utama sistem pembelajaran agar siswa belajar. Memang dalam kenyataannya siswa hampir semua belajar tetapi semangat untuk belajar masih rendah dan perlu diberikan motivasi-motivasi yang dapat memberi semangat belajar mata diklat dasar kelistrikan teknik pendingin. Motivasi bisa berupa pentingnya menguasai materi dan praktik dasar kelistrikan teknik pendingin terhadap dunia kerja.

Proses pembelajaran terjadi karena adanya unsur-unsur yang bersama-sama dapat mewujudkan terjadinya proses pembelajaran. Unsur-unsur pada sistem pembelajaran adalah seorang siswa, suatu tujuan, dan suatu prosedur kerja untuk mencapai suatu tujuan.

B. Peranan Guru dalam Proses Pembelajaran

(17)

10

“peranan guru dalam proses pembelajaran (pengajaran) masih tetap memegang peranan penting. Peranan guru dalam proses pengajaran belum dalam digantikan oleh mesin, radio, tape recorder, ataupun oleh komputer yang paling modern sekalipun. Masih terlalu banyak unsur-unsur manusiawi seperti sikap, sistem nilai perasaan, motivasi, kebiasaan, dan lain-lain yang diharapkan merupakan hasil dari proses pengajaran, tidak dapat dicapai melalui alat-alat tersebut.”.

Disinilah kelebihan manusia dalam hal ini guru dari alat-alat atau teknologi yang diciptakan manusia untuk membantu dan mempermudah kehidupannya. Diharapkan dari tangan merekalah terletak kemungkinan berhasil tidaknya pencapaian tujuan pembelajaran di sekolah serta ditangan mereka jugalah bergantung masa depan karir para peserta didik yang akan menjadi tumpuan para orang tuanya.

C. Model Pembelajaran Inkuiri

Menurut Webster’s: New Collegiate Dictionary (2003), kata inkuiri berarti pertanyaan atau penyelidikan. Piaget memberikan definisi pendekatan inkuiri sebagai pendidikan yang mempersiapkan situasi bagi anak / siswa untuk melakukan eksperimen sendiri, mengajukan pertanyaan-pertanyaan dan mencari sendiri jawaban atas pertanyaan yang mereka ajukan. Kuslan dan Stone mendefinisikan inkuiri sebagai pengajaran dimana guru dan siswa mempelajari peristiwa-peristiwa ilmiah dengan pendekatan dan jiwa para ilmuwan.

(18)

11

inkuiri dimulai dari suatu kejadian yang menimbulkan teka-teki, hal ini akan memotivasi siswa untuk mencari penyelesaiannya. Inkuiri sains diharapkan dapat menciptakan kegiatan sains yang menantang sehingga melahirkan interaksi antara gagasan yang diyakini sebelumnya dengan suatu bukti baru untuk mencapai pengalaman baru yang lebih saintifik, melalui proses eksplorasi untuk mencapai gagasan baru (Puskur, 2003). Menurut Karli dan Margaretha (2002 : 78) pendekatan belajar dengan model inkuiri terdiri atas lima tahapan, yaitu :

1. Tahap pertama adalah penyajian masalah atau menghadapkan siswa pada situasi teka-teki.

2. Tahap kedua adalah pengumpulan dan verifikasi data. Siswa mengumpulkan informasi tentang peristiwa yang mereka lihat atau alami.

3. Tahap ketiga adalah eksperimen. Siswa melakukan eksperimen untuk mengeksplorasi dan menguji secara langsung.

4. Tahap keempat adalah mengorganisir data dan merumuskan penjelasan. 5. Tahap kelima adalah mengadakan analisis tentang proses inkuiri.

Delapan macam model pembelajaran inkuiri, yaitu (1) guided inquiry (inkuiri terbimbing), (2) modified Inquiry (inkuiri yang dimodifikasi), (3) free inquiry (inkuiri bebas), (4) inquiry role approach (inkuiri pendekatan peranan),

(19)

12

D. Model Pembelajaran Inkuiri Terbimbing (Guided Inquiry)

Menurut Kourilsky (Hamalik, 2003 : 219) pendekatan inkuiri terbimbing merupakan suatu pendekatan dimana guru mempunyai peranan lebih aktif dalam menetapkan permasalahan dan tahapan penyelesaiannya. Maksud guru lebih aktif disini adalah bahwa guru membuat sebagian besar perencanaannya. Inilah yang menjadi ciri khusus yang membedakan inkuiri terbimbing dari jenis inkuiri lainnya. Selain itu guru menyediakan kesempatan bimbingan atau petunjuk yang cukup luas kepada siswa. Dalam hal ini siswa tidak merumuskan problema, sementara petunjuk yang cukup luas tentang bagaimana menyusun dan mencatat diberikan oleh guru.

Pada pembelajaran inkuiri terbimbing, guru memberikan pengarahan dan bimbingan kepada siswa dalam melakukan kegiatan inkuiri. Pada tahap awal pembelajaran, siswa lebih banyak diberikan bimbingan berupa pertanyaan pengarah agar siswa mampu menemukan sendiri arah dan tindakan yang harus dilakukan untuk memecahkan masalah yang disajikan oleh guru.

Menurut Hamalik (2003 : 40) prinsip yang harus diperhatikan dalam melaksanakan inkuiri terbimbing adalah sebagai berikut:

1. Problema untuk masing-masing kegiatan dapat dinyatakan sebagai pertanyaan atau pernyataan biasa.

2. Konsep atau prinsip yang harus ditemukan siswa melalui kegiatan belajar harus dituliskan dengan jelas dan tepat.

(20)

13

4. Diskusi pengarahan berupa pertanyaan yang diajukan kepada siswa (kelas) untuk didiskusikan sebelum para siswa melakukan kegiatan inkuiri.

5. Kegiatan inkuiri oleh siswa berupa kegiatan percobaan/penyelidikan yang dilakukan oleh siswa untuk menemukan konsep dan atau prinsip-prinsip yang telah ditetapkan oleh guru.

6. Proses berpikir kritis dan ilmiah menunjukkan tentang mental operation siswa yang diharapkan selama kegiatan berlangsung.

7. Pertanyaan yang bersifat open-ended harus berupa pertanyaan yang mengarah kepada pengembangan tambahan kegiatan penyelidikan yang dapat dilakukan oleh siswa.

8. Catatan guru berupa catatan-catatan yang meliputi:

a. Penjelasan tentang hal-hal atau bagian-bagian yang sulit dari kegiatan/ pelajaran

b. Isi/materi pelajaran yang relevan dengan kegiatan,

c. Faktor-faktor variabel yang dapat mempengaruhi hasil-hasilnya terutama penting sekali apabila kegiatan percobaan/penyelidikan tidak berjalan (gagal).

Adapun cara/teknis pelaksanaan inkuiri terbimbing adalah sebagai berikut: 1. Pada kegiatan inti pembelajaran, mula guru mengajukan sebuah permasalahan

kepada siswa yang berupa pertanyaan pengarah.

(21)

14

3. Membuktikan hipotesis yang mereka buat, siswa melakukan eksperimen dengan panduan Job Sheet dari guru.

4. Selama eksperimen berlangsung, guru membimbing dan mengarahkan siswa yang mengalami kesulitan.

5. Setelah melakukan eksperimen, siswa mengkomunikasikan hasil pengamatannya dengan cara mempresentasikannya di hadapan siswa lainnya. 6. Guru mengarahkan siswa untuk melakukan diskusi hasil eksperimen.

7. Guru memberi kesempatan pada siswa untuk mengevaluasi hipotesis yang mereka buat sebelumnya dan membandingkannya dengan hasil eksperimen yang diperoleh.

E. Model Pembelajaran Klasikal (Existing)

Menurut Sudjana N (2000 : 40) dalam penelitian mengenai metode-metode pengajaran, kelompok kontrol biasanya diajar dengan prosedur tradisional atau klasikal. Model pembelajaran klasikal adalah Suatu pendekatan yang bertolak dari pandangan bahwa tingkah laku kelas, dan penyebaran pengetahuan dikontrol dan ditentukan oleh pengajar atau guru.

Menurut Karli dan Margaretha (2002 : 47) pembelajaran klasikal adalah kegiatan yang dilakukan guru melalui pemberian informasi , demonstrasi atau tanya jawab dan latihan-latihan soal tanpa memperhatikan pengetahuan awal siswa. Hakekat mengajar yaitu menyampaikan ilmu pengetahuan kepada siswa.

(22)

15

dengan ceramah, demonstrasi dan kelompok-kelompok diskusi, serta kegiatan praktikum terpisah. Para guru biasanya menggunakan sebuah buku pelajaran sebagai titik pusat pembelajaran. Buku petunjuk dan buku kerja yang digunakan dalam praktikum dikaitkan dengan buku pelajaran dan ceramah di kelas . Pada umumnya praktikum merupakan tempat bagi siswa untuk membuktikan teori-teori, konsep-konsep, dan hukum-hukum yang dikemukakan guru atau yang terdapat dalam buku pelajaran. Jadi siswa diberi tahu atau diberi penjelasan terlebih dahulu agar siswa mengerti.

F. Hasil Belajar

Belajar merupakan suatu proses usaha yang dilakukan seseorang untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan, sebagai hasil pengalamannya sendiri dalam interaksi dengan lingkungannya (Slameto, 2003: 2). Hasil belajar dapat menjadi indikator keberhasilan suatu proses belajar karena didalamnya terlibat beberapa faktor yang masing-masing ikut berperan dalam memberikan sumbangannya. Faktor-faktor tersebut berasal dari dalam diri siswa atau dari luar siswa, semua faktor berkaitan satu dengan yang lainnya, sehingga studi yang menyangkut hasil belajar merupakan pekerjaan yang sangat rumit. Benyamin Bloom (Munaf S, 2001: 67) mengklasifikasikan kemampuan hasil belajar ke dalam tiga ranah, yaitu: ranah kognitif, afektif dan psikomotor. 1. Ranah kognitif, meliputi kemampuan menyatakan kembali konsep atau

(23)

16

yaitu pengetahuan, pemahaman, penerapan, analisis, sintesis, dan evaluasi. Namun dalam penelitian ini hanya dibatasi pengetahuan, pemahaman, penerapan dan analisis. Penjelasan mengenai ranah kognitif sebagai berikut. a. Pengetahuan

Jenjang pengetahuan dapat dilihat kriteria unjuk kerjanya dengan menyatakan kembali definisi hukum-hukum kelistrikan dan alat ukur kelistrikan.

b. Pemahaman

Jenjang pemahaman merupakan salah satu jenjang kemampuan dalam proses berpikir dimana siswa dituntut untuk memahami, yang berarti mengetahui tentang sesuatu hal dan dapat melihatnya dari beberapa segi. c. Penerapan

Aspek penerapan ini bisa kita lihat melalui kriteria unjuk kerja apakah siswa dapat merakit rangkaian listrik dan mengecek komponen kelistrikan sistem refrigerasi.

d. Analisis

Analisis merupakan kemampuan untuk menganalisis atau merinci suatu situasi, atau pengetahuan menurut komponen yang lebih kecil atau lebih terurai dan memahami hubungan diantara bagian yang satu dengan bagian yang lain.

(24)

17

a. Penerimaan

Penerimaan merupakan tingkat afektif yang terendah, meliputi penerimaan secara pasif terhadap suatu masalah, situasi, gejala, nilai dan keyakinan. Misalnya mendengarkan dengan seksama penjelasan guru tentang cara merakit rangkaian listrik dan mengecek komponen dasar kelistrikan teknik refrigerasi.

b. Jawaban

Jawaban merupakan bagian afektif yang meliputi keinginan dan kesenangan menanggapi atau merealisasikan sesuatu sesuai dengan nilai-nilai yang dianut masyarkat. Misalnya menyerahkan laporan praktikum/tugas dasar kelistrikan teknik refrigerasi tepat pada waktunya c. Penilaian

Penilaian yang dimaksud adalah yang berkenaan dengan nilai dan kepercayaan terhadap gejala atau stimulus tertentu. Misalnya menunjukkan rasa tanggung jawab terhadap alat-alat praktikum dan kebersihan ruangan kelas/laboraturium pengukuran listrik yang dipakai waktu praktikum.

d. Organisasi

(25)

18

e. Karakteristik

Karakteristik merupakan keterpaduan semua sistem nilai yang telah dimiliki seseorang yang mempengaruhi pola kepribadian dan tingkah lakunya. Misalnya bersedia mengubah pendapat jika ditunjukkan bukti-bukti yang tidak mendukung pendapatnya berdasarkan data yang didapat dalam praktikum.

3. Ranah Psikomotor

Ranah psikomotor tampak dalam bentuk keterampilan (skill) dan kemampuan bertindak individu. Ranah psikomotor dikemukakan oleh Sudjana N (2001 : 26) dibagi menjadi lima kategori yaitu :

a. Imitation (penerimaan), yaitu kemampuan yang dimulai dengan mengamati suatu gerakan kemudian memberikan respon serupa dengan yang diamati. Misalnya, memeriksa komponen dengan multimeter dan mencatat hasilnya dalam tabel.

b. Manipulation (manipulasi), merupakan mengikuti pengarahan (intruksi), penampilan dan gerakan-gerakan pilihan yang menetapkan suatu penampilan. Misalnya, memakai pakaian kerja, membuat gambar perencanaan, kerapihan pemasangan komponen.

c. Precision (ketepatan), kemampuan ini menekankan pada kecermatan proposi dan kepastian yang lebih tinggi. Misalnya, mengamati kerja rangkaian kontrol rangkaian.

(26)

19

atau konsistensi internal diantara gerakan-gerakan yang berbeda. Misalnya, membuat pengawatan sesuai dengan urutan.

e. Naturalization (pengalamiahan), menekankan pada kemampuan yang lebih tinggi secara alami, sehingga gerakan yang dilakukan dapat secara rutin dan tidak memerlukan pemikiran terlebih dahulu. Misalnya, melakukan pengukuran atau memeriksa komponen sebelum melakukan pemasangan kabel.

Ketiga ranah ini saling berkaitan satu dengan yang lainnya. Menurut Sudjana N (2001: 31) seseorang yang telah berubah tingkat kognisinya sebenarnya dalam kadar tertentu telah berubah pula sikap dan perilakunya. Artinya bahwa perubahan kognisi seseorang akan diikuti oleh perubahan sikap dan perilakunya.

G. Mata Diklat Dasar Kelistrikan Teknik Refrigerasi

(27)

20

H. Hipotesis

Arikunto S (2006: 64) memaparkan bahwa “Hipotesis dapat diartikan sebagai suatu jawaban yang bersifat sementara terhadap permasalahan penelitian,

sampai terbukti melalui data yang terkumpul”. Dengan demikian hipotesis yang

(28)

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

A. Metode Penelitian

Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode kuasi eksperimen. Pada penelitian ini peneliti melakukan satu macam perlakuan yang diberikan kepada siswa berbeda dalam kegiatan belajar mengajar di kelas. Kelompok 1 menggunakan model pembelajaran inkuiri terbimbing dan kelompok 2 menggunakan model pembelajaran klasikal (proses pembelajaran biasa yang digunakan).

B. Desain Penelitian

Desain penelitian yang digunakan adalah randomized control group pre test-post test design. Dalam penelitian ini subyek penelitian dikelompokkan

menjadi dua kelompok penelitian yang mendapat perlakuan berbeda. Masing-masing kelompok mendapat pre test (T1) dan post test (T2). Bagan desain penelitian ini adalah sebagai berikut:

Tabel 3.1 Desain Eksperimen

Kelompok Pre test Perlakuan Post test

Kelas Eksperimen T1 X1 T2

Kelas Kontrol T1 - T2

Keterangan : T1 : Pre test T2 : Post test

(29)

22

C. Populasi dan Sampel Penelitian

1. Populasi

Data penelitian yang didapatkan dari sumber data berasal dari sampel populasi. Populasi menurut Arikunto S (2006 : 130) adalah keseluruhan subjek penelitian. Populasi pada prinsipnya merupakan semua anggota kelompok yang tinggal bersama dalam satu tempat dan secara terencana menjadi target kesimpulan dari hasil akhir suatu penelitian. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh siswa kelas X Teknik Pendingin SMKN 1 Cimahi semester 1 tahun ajaran 2012/2013 pada mata diklat Dasar Kelistrikan Teknik Refrigerasi.

2. Sampel

Arikunto S (2006 : 130) mengemukakan bahwa “Sampel adalah sebagian pupulasi yang diteliti atau cuplikan dari populasi yang dipandang memiliki segala sifat utama populasi dan dapat mewakili seluruh populasi untuk diteliti secara nyata dalam jumlah tertentu.” Pemilihan sampel menggunakan teknik Class sampling acak (Random Sampling). Penggunaan teknik ini dikarenakan populasi

dianggap relatif homogen. Sampelnya adalah kelas X TP B sebanyak 33 orang siswa. Dimana kelas eksperimen yaitu kelas X TP B dan kelas kontrol X TP B.

D. Instrumen Penelitian

1. Tes (Kognitif)

(30)

23

yang telah diberikan sebelum dan sesudah pembelajaran (perlakuan) sebagai pre test dan post test. Langkah-langkah penyusunan instrumen penelitian:

a. Sintesa teori-teori yang sesuai dengan konsep variabel yang akan diukur dan buat konstruk variabel

b. Kembangkan dimensi dan indikator variabel sesuai dengan rumusan konstruk variabel

c. Buat kisi-kisi instrumen dalam bentuk tabel spesifikasi yang memuat dimensi, indikator, nomor butir dan jumlah butir untuk setiap dimensi dan indikator d. Tulis butir-butir instrumen baik dalam bentuk pertanyaan maupun

pernyataan.

e. Butir yang ditulis divalidasi secara teoritik dan empirik

f. Validasi pertama yaitu validasi teoritik ditempuh melalui pemeriksaan pakar atau panelis yang menilai seberapa jauh ketepatan dimensi sebagai jabaran dari konstruk, indikator sebagai jabaran dimensi dan butir sebagai jabaran indikator

g. Revisi instrumen berdasarkan saran pakar atau penilaian panelis

h. Setelah konsep instrumen dianggap valid secara teoritik dilanjutkan penggandaan instrumen secara terbatas untuk keperluan uji coba

(31)

24

j. Berdasarakn kriteria tersebut dapat diperoleh butir mana yang valid dan butir yang tidak valid

k. Berdasarkan hasil analisis butir yang tidak valid dikeluarkan atau direvisi untuk diujicobakan kembali sehingga menghasilkan semua butir valid.

l. Dihitung koefisien reliabilitas yang memiliki rentangan 0-1, makin tinggi koefisien reliabilitas instrumen berarti semakin baik kualitas instrumen

m. Rakit semua butir yang telah dibuat menjadi instrumen yang final

Instrumen tes objektif terdiri dari 40 soal, sebelum digunakan instrumen ini terlebih dulu diujicobakan pada kelompok yang bukan merupakan subjek penelitian. Hal ini dilakukan untuk mengetahui validitas, reliabilitas, tingkat kesukaran, dan daya pembeda dari instrumen tersebut, sehingga layak untuk digunakan.

2. Tes Praktikum (Psikomotor dan Afektif)

Nilai praktikum yang dimaksud dalam penelitian ini adalah nilai untuk mengukur aspek psikomotor dan aspek afektif siswa pada saat kegiaatan praktikum berlangsung. Komponen penilaian praktikum yaitu persiapan kerja, proses kerja, hasil kerja, sikap kerja, dan laporan praktikum. Berikut ini format perhitungan nilai praktik.

Tabel 3.2 Perhitungan Nilai Praktikum (NP)

(32)

25

Keterangan :

 Bobot diisi dengan prosentase setiap komponen. Besarnya prosentase dari setiap komponen ditetapkan secara proposional sesuai karakteristik program keahlian.

 NK = Nilai Komponen, perkalian dari bobot dengan skor komponen  NP = Penjumlahan dari hasil perhitungan nilai komponen

 Jenis komponen penilaian (persiapan, proses, hasil, sikap kerja, dan laporan) disesuaikan dengan karakter program keahlian.

E. Pengujian Instrumen Penelitian

Instrumen yang digunakan untuk mengumpulkan data perlu diuji untuk memenuhi kriteria instrumen sesuai dengan pendapat Arikunto S (2006: 167) yang mengungkapkan bahwa instrumen yang baik memenuhi dua persyaratan penting, yaitu valid dan reliabel.

1. Uji Validitas

Validitas adalah suatu ukuran yang menunjukkan kevalidan atau kesahihan suatu instrumen. Suatu instrumen dikatakan valid apabila mampu mengukur apa yang hendak diukur. Hal ini sesuai dengan yang dikemukakan oleh Arikunto S (2006: 168) yang menyatakan bahwa suatu alat ukur dikatakan valid jika alat itu mengukur apa yang harus diukur oleh alat tersebut.

(33)

26

dengan seluruh tes, yang mencari validitas item. Tabel kriteria daya pembeda korelasi point berserial ditunjukan pada tabel 3.3, sedangkan rumus korelasi point berserial sebagai berikut :

√ (3.1) (Arikunto S, 2006 : 283)

Keterangan :

rpbis : Koefisien korelasi point biserial S : Standar Deviasi

meanS : mean jawaban salah meanB : mean jawaban betul

p : Proporsi jawaban benar terhadap seluruh jawaban siswa q : 1 – p

Tabel 3.3 Kriteria Daya Pembeda

Koefisien Korelasi (r) Tafsiran

0,40 ≤ r < 1,00 Soal baik

Reliabilitas adalah keajegan suatu alat dalam pengukuran. Hal ini sesuai dengan yang dikemukakan oleh Sudjana (1996: 120 – 121) bahwa reliabilitas alat ukur adalah ketetapan atau keajegan alat tersebut dalam mengukur apa yang diukur.

(34)

27

(2006 : 189) yang mengatakan “rumus yang digunakan untuk mencari reliabilitas dan banyak digunakan orang ada dua rumus yaitu rumus K-R. 20 dan rumus K-R.

21”. Disini penulis menggunakan rumus K-R 21 dan tingkat reliabilitas dapat ditunjukan pada tabel 3.4:

(3.2) (Arikunto S, 2006 : 189) Keterangan :

r11 : Reliabilitas instrumen

k : Banyaknya butir Soal/butir pertanyaan M : Skor rata-rata

Vt : Varians total

Jika r hitung > r tabel, hal itu menunjukan bahwa koefisien ada artinya hingga tidak diabaikan. Artinya instrumen ini reliabel pada taraf yang telah ditentukan yaitu 95 %.

Untuk mendapatkan varians total digunakan rumus :

√ ∑ ∑ (3.3) (Arikunto S, 2006 : 184)

Tabel 3.4 Tingkat Reliabilitas

Koefisien Korelasi (r) Tafsiran

(35)

28

3. Tingkat Kesukaran dan Daya Pembeda

Untuk menentukan item yang paling memenuhi syarat sebagai alat instrumen data, pada penelitian ini dilakukan uji daya pembeda soal (instrumen). Arikunto S (2006 : 215) mengatakan “daya pembeda soal, adalah kemampuan sesuatu soal untuk membedakan antara siswa yang pandai (berkemampuan tinggi) dengan siswa yang bodoh (berkemampuan rendah)”. Indeks daya pembeda diperlihatkan pada tabel 3.5. Tingkat Kesukaran adalah suatu parameter untuk menyatakan bahwa item suatu soal adalah mudah, sedang, dan sukar. Rumus untuk menghitung tingkat kesukaran adalah sebagai berikut :

(3.4) (Arikunto S, 2006 : 294) Keterangan :

P : Indeks kesukaran

B : Banyaknya siswa yang menjawab soal itu dengan benar JS : Jumlah seluruh peserta tes

Menurut Arikunto S (2002 : 214), indeks kesukaran sering diklasifikasikan sebagai berikut :

 Soal dengan P 0,00 sampai 0,30 adalah soal sukar  Soal dengan P 0,31 sampai 0,70 adalah soal sedang  Soal dengan P 0,71 sampai 1,00 adalah soal mudah

Sedangkan untuk mencari daya pembeda ini digunakan rumus sebagai berikut : (3.5)

(Arikunto S, 2006 : 295) Keterangan :

(36)

29

BA : Banyaknya peserta kelompok atas yang menjawab benar BB : Banyaknya peserta kelompok bawah yang menjawab benar JA : Banyaknya peserta kelompok atas

JB : Banyaknya peserta kelompok bawah Tabel 3.5

Kegiatan yang dilakukan pada tahap persiapan ini adalah sebagai berikut: a. Studi pustaka

Dilakukan untuk memperoleh kerangka teoritis yang relevan, memperoleh informasi tentang penelitian sejenis yang pernah dilakukan oleh peneliti lain. b. Studi Kurikulum

Dilakukan untuk memperoleh data mengenai tuntutan-tuntutan kurikulum yang harus dikuasai oleh siswa dari sub pokok bahasan, kedalaman dan keluasan materi, dan alokasi waktu.

c. Studi Pendahuluan

(37)

30

2. Tahap Pelaksanaan

Adapun tahap pelaksanaan pada penelitian ini meliputi: a. Penentuan kelas sampel

b. Menyusun dan menguji instrumen untuk mengadakan pre test dan post test c. Melaksanakan pre test pada siswa

d. Memberikan perlakuan pada kelas sampel berupa pelaksanaan proses belajar mengajar dengan menggunakan pendekatan yang sudah dipersiapkan.

e. Melakukan post test di akhir pengajaran.

G. Teknik Pengolahan Data

1. Pengolahan Data Hasil Tes Belajar (Kognitif)

Hasil tes prestasi belajar yang akan diolah adalah hasil tes awal (pre test ) dan hasil tes akhir (post test). Skor hasil tes tersebut pertama-tama diubah menjadi nilai dengan skala penilaian 0-100. Nilai siswa tersebut kemudian dimasukan kedalam tabel data pertambahan nilai siswa.

Langkah-langkah yang ditempuh dalam pengolahan data hasil tes prestasi belajar siswa dapat diuraikan sebagai berikut:

1) Memberikan skor terhadap tes awal dan tes akhir dari kedua kelompok eksperimen dengan berpedoman pada kunci jawaban.

2) Mengkonversi skor menjadi nilai dengan skala 0 – 100 dengan menggunakan rumus :

(38)

31

a. Uji Normalitas

Uji normalitas dimaksudkan untuk melihat apakah data yang didapatkan berdistribusi normal. Prosedur yang akan ditempuh dalam uji normalitas data adalah sebagai berikut: 2) Menghitung rata-rata dengan dengan menggunakan rumus berikut :

̅ ∑ (3.8) (Sudjana, 1996 : 67) 3) Menghitung standar deviasi (S) dengan menggunakan rumus:

∑ ̅

(3.9) (Sudjana, 1996 : 93) 4) Membuat tabel uji normalitas seperti di bawah ini:

Tabel 3.6 Tabel Uji Normalitas

Interval fi xi Zi Lo Li ei X2

Jumlah N - - 1,000 N ∑X2

5) Menentukan batas bawah kelas interval dengan menggunakan rumus berikut: Xi = Bb – 0,5 (3.10)

(Sudjana, 1996 : 70)

6) Menghitung nilai Zi untuk setiap batas bawah kelas interval dengan

(39)

32

̅

(3.11) (Sudjana, 1996 : 99)

7) Melihat nilai peluang Zi pada tabel statistik, kemudian mengisikan peluang pada

kolom Lo.

8) Menghitung luas tiap kelas interval, kemudian mengisikannya pada kolom Li.

9) Menghitung frekwensi harapan dengan menggunakan rumus :

∑ (3.12) (Arikunto S, 2006)

10) Menghitung nilai x2 untuk tiap kelas interval dengan menggunakan rumus:

(3.13)

(Arikunto S, 2006 : 259) Keterangan

x2 : chi kuadrat hitung

ei : frekuensi ekspetasi/harapan

fi : frekuensi data yang sesuai dengan tanda kelas xt

Hasil perhitungan x2hitung selanjutnya di bandingkan dengan x2tabel dengan ketentuan sebagai berikut :

 Tingkat kepercayaan 95 %  Derajat kebebasan (dk = k – 3)

 Apabila x2 hitung < x2 tabel berarti data berdistribusi normal.

b. Uji Homogenitas

Uji homogenitas dilakukan untuk mengetahui varians populasi, apakah populasi mempunyai varians yang sama atau berbeda. Uji homogenitas data untuk statistik parametrik maka digunakan rumus sebagai berikut :

(40)

33

2) Mengitung variansi (Si2) tiap kelompok sampel ∑ ∑

Tabel Harga-Harga Yang Diperlukan Untuk Uji Barlett

Sampel dK= N-1 1/ dk Si2 Log.Si2 (dk)Log.Si2 (dk)Si2

Kontrol Eksperimen Jml

Sumber : (Sudjana, 1992 : 262)

4) Variansi gabungan dari semua sampel

(3.15) (Sudjana, 1996 : 263) 5) Harga satuan Barlett

(3.16) (Sudjana, 1996 : 263) 6) Menghitung harga Chi Kuadrat :

(3.17) (Sudjana, 1996 : 263) 7) Mengkonsultasikan harga X2diatas pada tabel Chi kuadrat dengan derajat kebebasan tertentu sebesar banyaknya sampel dikurangi 1 (dk-1). Jika diperoleh harga X2HitungX2Tabel pada taraf nyata  tertentu, maka dikatakan

(41)

34

c. Uji Regresi

Regresi linier sederhana digunakan untuk mengetahui seberapa besar

hubungan antara variabel X dan variabel Y. Model regresi linier sederhana dinyatakan dengan rumus sebagai berikut:

Ŷ = a + bX (3.18) (Usman, 2009: 216) Keterangan:

Ŷ : variabel kriterium a : bilangan konstan

b : koefisien arah regresi linier X : variabel prediktor

Koefesien regresi a dan b dapat dicari berdasarkan pasangan dua variabel data X dan Y yang diperoleh dari hasil penelitian dengan menggunakan rumus:

(3.19) (Usman, 2009: 216)

d. Uji Kesamaan Dua Rata-Rata (Uji Hipotesis)

(42)

35

1) Mencari standart deviasi gabungan Rumusnya :

(3.20) (Sudjana, 1996 : 99) Keterangan :

SG : deviasi standar gabungan

n1 : ukuran sampel yang variansinya besar n2 : ukuran sampel yang variansinya kecil s1 : variansi besar

x1 : rata-rata kelompok eksperimen x2 : rata-rata kelompok kontrol

3) Menentukan derajat kebebasan dengan rumus :

dk = n1 + n2 –2 (3.22) (Sudjana, 1996 : 239) 4) Mencari nilai t dari daftar tabel statistik

Disini akan dicari nilai t tabel pada taraf kepercayaan 95%. 5) Dalam penelitian ini dirumuskan hipotesis sebagai berikut:

(43)

36

Ho : “Hasil belajar menggunakan model pembelajaran inkuiri terbimbing lebih kecil atau sama dengan model pembelajaran klasikal”.

Ha : “Hasil belajar menggunakan model pembelajaran inkuiri terbimbing lebih baik atau besar dari model pembelajaran klasikal”.

2. Pengolahan Data Hasil Praktikum (Afektif dan Psikomotor)

Pengolahan data untuk praktikum dilakukan dengan perhitungan indeks prestasi kelompok (IPK). Menurut Panggabean, L (1989 : 28) bahwa : “Indeks prestasi kelompok (IPK) dapat dihitung dengan membagi nilai rata-rata untuk seluruh aspek penilaian, dengan skor maksimal yang mungkin dicapai dalam tes”.

(3.23) (Pangabean L, 1989 : 32) Dimana :

IPK = Indeks prestasi kelompok IP = Indeks prestasi rata-rata

SM = Skor maksimum yang dicapai tes

Adapun tafsiran IPK untuk aspek psikomotor dan afektif sebagai berikut:

Tabel 3.8

Tafsiran IPK Untuk Aspek Psikomotor

(44)

37

Tabel 3.9

Tafsiran IPK Untuk Aspek Afektif

No Kategori Prestasi Kelas Interprestasi Aspek Afektif 1 0,00 ≤ IPK ≤ 30,00 Sangat negative

2 30,00 < IPK ≤ 55,00 Negatif

3 55,00 < IPK ≤ 75,00 Netral

4 75,00 < IPK ≤ 90,00 Positif

5 90,00 < IPK ≤ 100,00 Sangat Positif

(45)

38

H. Alur Penelitian

Berdasarkan pemaparan pada prosedur penelitian, alur penelitian yang dilaksanakan dapat digambarkan dalam bentuk gambar berikut:

Studi Literatur

Gambar 3.1. Alur Penelitian Pembuatan Proposal dan Seminar Proposal

Pembuatan Instrumen, Kisi-kisi Instrumen, Analisis hasil ujicoba instrumen, dan revisi

Pemberian Pre test

Pelaksanaan proses belajar di kelas

eksperimen

Pelaksanaan proses belajar mengajar di

kelas kontrol

Pemberian Postest dan skala sikap

Pengolahan data

Hasil dan Pembahasan

(46)

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan diperoleh bahwa dalam pengaruh model pembelajaran inkuiri terbimbing pada mata diklat dasar kelistrikan teknik refrigerasi, dapat disimpulakan bahwa:

1. Terdapat perbaikan proses pembelajaran pada mata diklat dasar kelistrikan teknik refrigerasi dari setiap pertemuannya, perbaikan proses pembelajaran dapat dibuktikan dengan hasil belajar yang meningkat, baik pada kelas eksperimen maupun kelas kontrol.

2. Terdapat peningkatan hasil belajar (kognitif, afektif, dan psikomotor) yang signifikan untuk siswa kelas eksperimen pada mata diklat dasar kelistrikan teknik refrigerasi menggunakan model pembelajaran inkuiri terbimbing. Rata-rata gain yang diperoleh untuk kelas eksperimen adalah 0,68 dan kelas kontrol adalah 0,38.

B. Saran

(47)

56

1. Bagi pihak sekolah, hendaknya memberi dorongan moral maupun materi untuk terselenggaranya implementasi model pembelajaran inkuiri terbimbing. Oleh karena itu pihak sekolah dapat memasukan kegiatan ini dalam rencana kerja.

2. Bagi para guru, model pembelajaran inkuiri terbimbing ini dapat membuat siswa untuk memotivasi belajar dan membantu siswa dalam mengevaluasi diri sendiri sehingga akan menjadi lebih baik. Seorang guru diharapkan dapat dapat melakukan eksploitasi dalam pembelajaran yang berorientasi pada siswa, tentu saja penyelenggaraannya didesain seefisien mungkin, untuk menghindari biaya yang terlampau besar.

(48)

DAFTAR PUSTAKA

Adela. (2006). Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Sekolah Menengah Pertama Kelas VIII Melalui Model Pembelajaran Inkuiri Dengan Metode Pictorial Riddle. Skripsi FPMIPA UPI Bandung: tidak diterbitkan.

Arikunto, Suharsimi. (2008). Dasar-Dasar Evaluasi Pendidikan. Jakarta: Bumi Aksara

Arikunto, Suharsimi. (2006). Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek. Jakarta : Rineka Cipta

Depdiknas. (2004). Kurikulum SMK Edisi 2004: Garis- Garis Besar Program Pendidikan dan Pelatihan.

Hamalik, O. (2003). Proses Belajar Mengajar. Bandung: Sinar Baru Algesindo. Karli, H dan Margaretha, S. Y. (2002). Implementasi Kurikulum Berbasis

Kompetensi. Bandung: Bina Media Informasi.

Munaf, S. (2001). Evaluasi Pendidikan Fisika. UPI Bandung: Tidak Diterbitkan. Panggabean, L. (1989). Penelitian Pendidikan. Skripsi FPMIPA UPI Bandung:

tidak diterbitkan.

Panggabean, L. (1998). Kontribusi Relatif Sikap Siswa Pada Bimbingan Karir Terhadap Prestasi Belajar Siswa. Tesis SPS UPI Bandung: tidak diterbitkan.

Pusat Bahasa. (2002). Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka. Puskur. Oktober, (2003). Model Pembelajaran 2. doc. [Online]. Tersedia:

http//WWW. Puskur. Net/download/naskah. [10 Oktober 2012].

Slameto. (2003). Belajar dan Faktor-Faktor Yang Mempengaruhinya. Jakarta: Rineka Cipta.

Sudjana, N. (2001). Penilaian Hasil Proses Belajar Mengajar. Bandung: Remaja Rosdakarya.

Sudjana, N. (2000). Dasar-Dasar Proses Belajar Mengajar. Bandung: Sinar Baru Algesindo

(49)

58

Sugiyono. (2010). Metode Penelitian Pendidikan. Bandung: ALFABETA.

Susanti. (2006). Pengaruh Model Pembelajaran Inkuiri Terbimbing (Guided Inquiry) dan Inkuiri Tidak Terbimbing (Free Inquiry) Terhadap Peningkatan Hasil Belajar Siswa SMA Pada Konsep Struktur Tumbuhan. Tesis PPS UPI. Bandung: Tidak Diterbitkan.

Susilawati. (2004). Pengaruh Model Pembelajaran Inkuiri Terbimbing Terhadap Hasil Belajar Siswa. Skripsi: Tidak Diterbitkan.

Gambar

Tabel 4.12 IPK Setiap Indikator Aspek Afektif Kelas Eksperimen...................... 48
Gambar 4.3 Grafik Peningkatan Rata-Rata Hasil Belajar Afektif ............................
Tabel 3.1 Desain Eksperimen
Tabel 3.2 Perhitungan Nilai Praktikum (NP)
+7

Referensi

Dokumen terkait

[r]

Perbedaan penelitian yang dilakukan Jerniati dan peneliti dalam penelitian ini yaitu Jerniati meneliti analisis wacana terjemahan Alquran surat Al-Alaq yang

Pada akhirnya dari berbagai uraian di atas, tujuan pendidikan Islam dihara- pkan dapat menciptakan para pemuda bangsa yang mempunyai pribadi muslim sejati, membentuk

Nama Pekerjaan : DED Gedung Olah Raga Bela Diri di Sport Center Lokasi : Kabupaten Muara Enim1. Sumber Dana : APBD Perubahan Kabupaten Muara Enim Tahun Anggaran :

Berkenaan dengan hal tersebut diatas, diharapkan agar Saudara dapat hadir tepat waktu dengan membawa dokumen asli dan 1 (satu) rangkap fotocopy untuk setiap data yang telah

Pendidikan multikultural harus ditanamkan sejak dini kepada anak anak agar anak mengetahui bagaimana ia berinteraksi dengan lingkunganya dan menghargai

• Penyediaan bahan pembelajaran yang kreatif dengan kepelbagaian warna, imej, audio, video yang menarik dapat meningkatkan minat dan motivasi pelajar terutama di

lambang (bentuk kata) digambarkan da- lam lambang menjadi “sesuatu” atau dir- upakan semacam “konsep” yang terselip dan berada pada benak seseorang yang berkapasitas sebagai