• Tidak ada hasil yang ditemukan

Skripsi Status Anak Zina Dalam warisan menurut Hukum Positif Dan Hukum Islam (min mokoginta)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Skripsi Status Anak Zina Dalam warisan menurut Hukum Positif Dan Hukum Islam (min mokoginta)"

Copied!
70
0
0

Teks penuh

(1)

O

R

O

N

T

A

L

O

2

0

0

STATUS ANAK ZINA DALAM HAK WARISAN MENURUT

HUKUM POSITIF DAN HUKUM ISLAM

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Persyaratan Meraih Gelar Sarjana Hukum Islam (S.HI)

Pada Jurusan Akhwalul Syakhsyah Fakultas Syari’ah dan Ekonomi Islam

Oleh :

MINSYAI MOKOGINTA NIM : 03 021 285

FAKULTAS SYARIAH DAN EKONOMI ISLAM INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN)

SULTAN AMAI GORONTALO 2009

(2)

O

R

O

N

T

A

L

O

2

0

0

Jika Allah membiarkan kamu , Maka siapakah gerangan yang dapat karena itu hendaklah kepada Allah saja orang

             

Jika Allah menolong kamu, Maka tak adalah orang yang dapat mengalahkan kamu, Jika Allah membiarkan kamu , Maka siapakah gerangan yang dapat menolong kamu (selain) dari Allah sesudah itu? karena itu hendaklah kepada Allah saja orang-orang mukmin bertawakkal

(Al Qur’an : 3 :160) Sesusah apa pun kita, pasti ada yang lebih Dan sekaya apapun kita, pasti merasa belum puas. Maka, rasakanlah cukup apa yang ada daripada apa yang tiada. (Asta Qauliyah) Aku, kamu dan dia adalah sama dalam hakikat, perbedaan manusia terletak pada Pendakian Spritual.

(Minsyai Mokog Dengan Kasih sayang-Mu, Skripsi ini penulis persembahkan

Kepada kedua orang tua yang tercinta J. Mokoginta, A.M.Pd dan S. Kondag, A.M.Pd Akhirnya………… Dengan penuh kesadaran dan kerendahan hati Terhampar harapan semoga karya tulis ini dapat

Media sumbangsif, evaluasi dan bahan kritik saran Semoga…………..         

Jika Allah menolong kamu, Maka tak adalah orang yang dapat mengalahkan kamu, Jika Allah membiarkan kamu , Maka siapakah gerangan yang dapat menolong kamu (selain) dari Allah sesudah itu? orang mukmin bertawakkal

(Al Qur’an : 3 :160) ……… Sesusah apa pun kita, pasti ada yang lebih susah. Dan sekaya apapun kita, pasti merasa belum puas. Maka, rasakanlah cukup apa yang ada daripada apa yang tiada. (Asta Qauliyah)

……… Aku, kamu dan dia adalah sama dalam hakikat, perbedaan manusia terletak pada Pendakian Spritual.

(Minsyai Mokoginta) ……… Mu, Skripsi ini penulis persembahkan Kepada kedua orang tua yang tercinta J. Mokoginta, A.M.Pd dan S. Kondag, A.M.Pd Akhirnya………… Dengan penuh kesadaran dan kerendahan hati Terhampar harapan semoga karya tulis ini dapat menjadi Media sumbangsif, evaluasi dan bahan kritik saran Semoga…………..

(3)

O

R

O

N

T

A

L

O

2

0

0

Skripsi

STATUS ANAK ZINA DALAM HAK WARISAN MENURUT HUKUM POSITIF DAN HUKUM ISLAM

Yang disipkan dan disusun Oleh:

Minsyai Mokoginta Nim:03 021 285

Mahasiswa Jurusan Ahwal Syakhshiyah

Telah dipertahankan di depan sidang Munaqasyah Skripsi Pada Tanggal 26 Oktober 2009/07 Dzulqaidah 1430 H

Dewan Munaqasyah Skripsi

Ketua Sekretaris

Drs. H. Ajub Ishak, M.A Mubasyir P. Kau, S.Ag., M.A.

Munaqisy I, Munaqisy II,

DR. Sofyan A.P. Kau, M.Ag Zumiyati S. Ibrahim, S.H., M.H

Pembimbing I Pembimbing II

Drs. Lahaji, M.Ag Drs. Syafrudin Katili, M.HI

Skripsi ini diterima sebagai salah satu persyaratan Memperoleh gelar Sarjana Hukum Islam (SHI)

Gorontalo, 26 Oktober 2009

Dekan Fakultas Syariah dan Ekonomi Islam

Drs. Lahaji, M.Ag Nip: 19610414 199203 1 001

(4)

O

R

O

N

T

A

L

O

2

0

0

PERNYATAAN KEASLIAN SKIPSI

Yang bertanda tangan di bawah ini:

Nama : Minsyai Mokoginta

NIM : 03 021 285

Jurusan : Ahwal Syakhshiyah

Menyatakan dengan sebenarnya bahwa skripsi yang berjudul: “Status Anak Zina dalam Hak Warisan Menurut Hukum Positif Dan Hukum Islam” Secara keseluruhan adalah benar-benar karya asli sendiri dan bukan merupakan jiplakan, kecuali bagian-bagian yang dirujuk sumbernya dan disebut dalam daftar pustaka. Apabila pernyataan dikemudian hari tidak benar, maka yang bertanda tangan di bawah ini bersedia menerima sanksi berupa pencabutan gelar akademik.

Demikian pernyataan ini dibuat dengan sesungguhnya.

Gorontalo, 23 Oktober 2010 Yang Menyatakan,

Minsyai Mokoginta NIM : 03 021 0285

(5)

O

R

O

N

T

A

L

O

2

0

0

Drs. Lahaji, M.Ag

Dosen Fakultas Syariah dan Ekonomi Islam IAIN Sultan Amai Gorontalo

NOTA DINAS

Lampiran : 4 eksamplar

Hal : Penyerahan Skripsi

Kepada Yth;

Dekan Fakultas Syariah dan Ekonomi Islam IAIN Sultan Amai Gorontalo

Di-

Gorontalo-Assalamu Alaikum wr.Wb

Setelah membaca, meneliti dan merevisi seperlunya, kami berpendapat bahwa Skripsi saudara Minsyai Mokoginta NIM: 03 021 285 yang berjudul “Status Anak Zina dalam Hak Warisan Menurut Hukum Positif Dan Hukum Islam”, telah dapat diajukan ke sidang munaqasyah skripsi, dan bersama ini kami kirimkan naskahnya. Wassalamu alaikum wr.Wb Gorontalo, 23 Oktober 2009 Pembimbing I, Drs. Lahaji, M.Ag Nip: 1961.04141992.203001

(6)

O

R

O

N

T

A

L

O

2

0

0

Drs. Syafrudin Katili, M.HI

Dosen Fakultas Syariah dan Ekonomi Islam IAIN Sultan Amai Gorontalo

NOTA DINAS

Lampiran : 4 eksamplar

Hal : Penyerahan Skripsi

Kepada Yth;

Dekan Fakultas Syariah dan Ekonomi Islam IAIN Sultan Amai Gorontalo

Di-

Gorontalo-Assalamu Alaikum wr.Wb

Setelah membaca, meneliti dan merevisi seperlunya, kami berpendapat bahwa Skripsi saudara Minsyai Mokoginta NIM: 03 021 285 yang berjudul “Status Anak Zina dalam Hak Warisan Menurut Hukum Positif Dan Hukum Islam”, telah dapat diajukan ke sidang munaqasyah skripsi, dan bersama ini kami kirimkan naskahnya.

Wassalamu alaikum wr.Wb

Gorontalo, 23 Oktober 2009 Pembimbing II,

Drs. Syafrudin Katili, M.HI Nip : 150 254 135

(7)

O

R

O

N

T

A

L

O

2

0

0

ABSTRAK

Mokoginta, Minsyai, 2009. Status Anak Zina dalam Hak Waris Menurut Hukum Positif Dan Hukum Islam. Pembimbing I Drs. Lahaji, M.Ag, Pembimbing II Drs. Syafrudin Katili M.H.I

Kata Kunci : Anak, Zina, Warisan,Hukum Positif, Hukum Islam.

Jika setiap keluarga menginginkan kehadiran buah hati karena dengan buah hati itu akan ada harapan orang tua dikemudian hari dan menjadi penerus serta ahli waris dari segala apa yang orang tua miliki. Maka pertanyaanya bagaimana dengan mereka anak-anak yang lahir diluar nikah atau anak zina? Jika anak adalah penerus dan pewaris dari semua apa yang dimiliki orang tuanya baik materil maupun idiologi maka tentunya hal ini mungkin berseberangan dengan kehidupan anak yang lahir diluar nikah atau anak zina, betapa tidak bersimpangan jika anak fungsinya adalah penerus dan pewaris, maka apa yang mereka harus teruskan dan apa yang mereka warisi, Jika ada yang ingin diteruskan berupa wasiat dan warisan maka dari mana wasiat itu dan warisan itu mereka dapati? Tentu jawabanya tidak ada penerusan wasiat dan warisan bagi mereka anak yang lahir diluar nikah karena mereka tidak mempunyai status orang tua yang jelas yaitu nazab dari seorang ayah, sementara nazab adalah salah satu penentu garis keturunan dan dengan nazab wrisan dapat diketahui siapa yang berhak dan tidaknya dalam penerimaan warisan.

Skripsi ini membahas tentang “Status Anak Zina dalam Hak Waris

menurut Hukum Positif dan Hukum Islam” Metode Penelitian menggunakan

Jenis penelitian deskriptif yang lebih menekankan pada data berupa narasi kata-kata dan bukan pada data berupa angka-angka. Pembahasan skripsi ini menggunakan metode pengkajian kepustakaan atau Library research.. Library Research, yaitu karya ilmiah yang didasarkan pada studi literatur atau pustaka. Oleh sebab itu, penulisan karya ilmiah ini akan di lakukan berdasarkan atas hasil studi terhadap beberapa bahan pustaka yang berkaitan dengan Anak Zina atau anak diluar nikah dan Warisan. Adapun cara yang digunakan pada tahap yaitu kutipan langsung dan kutipan tidak langsung.

Hasil Penelitian menemukan bahwa adanya persamaan dan perbedaan sudut pandang antara hukum positif dan hukum Islam dalam hal nazab dan hak warisan anak zina. Dalam hukum positif meskipun hubungan nazab tealah terputus dari ayah kandung namun anak zina teta mndapatkan hak warisan yaitu 1/3 x Jumlah anggota waris yang sah bersama anak diluar nikah = hasil, atau bagian yang diserahkan kepada anak diluar nikah, sementara sisa warisan dari pembagian anak diserahkan kepada Negara. Sedangkan menurut hukum Islam anak zina atau anak diluar nikah tidak mendapatkan hak waris karena telah terputus nazabnya dari ayah kandungnya.

(8)

O

R

O

N

T

A

L

O

2

0

0

KATA PENGANTAR

Alhamdulillahir rabbi’lalamin. Puji syukur atas karunia dan segenap

Rahman dan Rahim-Nya Allah. Andaikata seluruh lautan dijadikan tinta dan tangkai pepohonan di jadikan pena niscaya tidak akan sanggup melukiskan curahan nikmat yang direngguk setiap mahluk dalam setiap tarikan nafas.

Sholawat dan salam tak lupa pula penulis haturkan kehariban baginda Rasulullah Muhammad s.a.w seorang tokoh revolusioner zaman yang telah mengeluarkan manusia dari alam kegelapan kea lam yang terang benderang, dari alam kebodohan kealam yang penuh hidayah. Semoga rahmad dan magfirah tetap bercucuran kepada arwah beliauh, keluarga-keluarganya, sahabat-sahabatnya, tabi’-tabi’in dan Isnya Allah akan sampai pada umat Islam akhir zaman yang masih konsisten terhadap syariat Islam

Demikan pula penulis sangat menyadari bahwa skripsi ini tidak mungkin tersusun dengan sendirinya tanpa bantuan dari berbagai pihak serta masih jauh dari kesempurnaan. Olehnya itu dengan segala ketulusan dan keikhlasan hati yang paling dalam penulis menyampaikan pengahargaan dan ucapan terima kasih yang sedalam-dalamnya kepada :

1. Ayah dan Ibu yang tercinta J. Mokoginta, A.M.Pd dan Selvia Kondag, A.M.Pd yang telah membesarkan dan mendidik serta menyekolahkan penulis sehingga dapat menyelesaikan perkuliahan.

(9)

O

R

O

N

T

A

L

O

2

0

0

2. Prof. Dr. H. Muhammadiyah Amin, M.Ag selaku Rektor IAIN Sultan Amai Gorontalo.

3. Drs. Lahaji, MAg selaku dekan Fakultas Syariah dan Ekonomi Islam dan sebagai dosent Pembimbing I. kepada bapak terimah kasih banyak atas segala waktu dan kesempatan dalam membimbing penulis sehingga data menyelesaikan skripsi.

4. Drs. Syafrudin Katili, M.HI selaku dosen pembimbing II, yang dengan ikhlas selalu meluangkan waktu untuk membimbing penulis.

5. Mubasyir P. Kau, S.Ag., M.A selaku ketua jurusan Ahwalul Syahkhshiyiah yang telah banyak memberikan nasehat kepada penulis. Kepada Bapak terimah kasih banyak semoga segala amal ibadah bapak diterima disisi Allah SWT.

6. Dr. Sofyan A.P. Kau, M.Ag yang selalu bersedia memberikan kritikan konstruktif demi kesempurnaan sebuah karya ilmiah kepada Bapak terima kasih banyak yang tak terhingga, semoga kasana keilmuan bapak akan selalu bertambah dan mengalir kepada para mahasiswa.

7. Ibu. Zumiyati Ibrahim, M.H yang telah meluangkan waktu memberikan bimbingan ditengah-tengah kesibukan. Kepada Ibu terima kasih banyak yang sedalam-dalamnya.

8. Drs.H. Ajub Ishak, MA. Selaku pembantu dekan I yang selalu memberikan solusi yang terbaik pada masa perkuliahan.

9. Dra. Aisma Maulasa, M.Th.I selaku pembantu Dekan III yang selalu memberikan suportivitas dalam penyelesaian study.

(10)

O

R

O

N

T

A

L

O

2

0

0

10. Adik-adiku yang tercinta Mahmud Mokoginta, Mukti Ali Mokoginta dan Novrita Sani terimahkasih banyak atas doa dan harapan kalian.

11. Teman spcialku Nikma Al Hamid yang selalu setia menemani dan memotivasi penulis dimasa perkuliahan sampai sekarang ini.

12. Teman-teman seperjuangan organisasi Intra dan ekstra kampus PMII, IMM, HMI dan MAPALA-STA yang turut memberikan sumbangsif baik moril maupun materil demi selesainya skripsi ini. Akhirnya semoga skripsi ini dapat bermanfaat dan penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari kesempurnaan, maka untuk itu penulis sangat megharapkan kritik dan saran yang bersifat konstruktif.

Wabillahi Taufiq Wal Hidayah Wassalamu ‘Alaikum Wr. Wb

Gorontalo, October 2009 Penulis,

Minsyai Mokoginta Nim : 03 021 285

(11)

O

R

O

N

T

A

L

O

2

0

0

PedomanTransliterasi Arab-Latin a. Konsonan

Arab Latin Arab Latin Arab Latin

ا

=

a

ز

=

z

ق

=

q

ب =

b

س

=

s

ك

=

k

ت =

t

ش

=

sy

ل

=

l

ث =

ts

ص

=

sh

م

=

m

ج =

j

ض

=

Dh

ن

=

n

ح =

h

ط

=

Th

و

=

w

خ =

kh

ظ

=

Zh

ي

=

y

د =

d

ع

=

'

ة

=

t

ذ =

dz

غ

=

Gh

ر

=

r

ف =

f

b. VokalPendek c. VokalPanjang __ = a

ا

=

â

__ = I

ي

=

î

__ = u

و

=

û

d. Diftong d. Pembauran

ا

و

=

au

لٲ

=

al

=

ي ا

ai

ﺲﻟٲ =

al

ا

و

=

au

لٲو

=

wa

(12)

O

R

O

N

T

A

L

O

2

0

0

DAFTAR ISI LEMBAR JUDUL... i HALAMAN PENGESAHAN…………... ii

LEMBAR PERNYATAAN KEASLIAN SKRIPSI... iii

NOTA DINAS ... iv ABSTRAK... v KATA PENGANTAR... vi PEDOMAN TRANSLITERASI... ix DAFTAR ISI ... x BAB I PENDAHULUAN ... 1 A. Latar Belakang ... 1 B. Rumusan Masalah... 3 C. Tujuan Penelitian ... 5 D. KegunaanPenelitian ... 5 E. MetodePenelitian ... 6

BAB II LANDASAN TEORI ... 9

A. Pengertian Anak Zina ... 9

B. Hak Waris anak zina ... 13

BAB III HAK-HAK WARISAN ANAK ZINA... 18

A. Tinjauan Hukum Positif... 18

1. Nazab anak zina ... 18

2. Kedudukan dan bagian dari ahli waris ... 20

3. Hak waris anak diluar nikah ... 28

B. Tinjauan Hukum Islam ... 35

1. Nazab anak zina... 35

2. Hak waris anak zina ... 36

C. Persamaan dan Perbedaan status anak zina dalam warisan menurut Hukum Positif dan Hukum Islam… ... 51

1. Persamaan... 51 2. Perbedaan ... 52 BAB IV PENUTUP………... 57 A. Kesimpulan ... 57 B. Saran... 58 DAFTAR PUSTAKA... 59 RIWAYAT HIDUP

(13)

O

R

O

N

T

A

L

O

2

0

0

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

Anak adalah amanah dan menyia-nyiakan amanah adalah dosa. sesuatu yang boleh dikatakan pasti apabila dikatakan setiap keluarga mendambakan seorang anak. Anak dalam setiap keluarga dapat dikatakan sebagai modal setiap orang tua untuk masa depannya bukan hanya kebanggaan sesaat pada saat sekarang.

Ada banyak orang tua lupa bagaimana anak sebagai modal, tapi secara umumnya anak hanya diupayakan menjadi kebanggaan pada saat sekarang. Jika seorang anak hanya diharapkan untuk menjadi kebanggaan pada saat sekarang maka cukuplah jika anak itu memiliki kesuksesan yang kita banggakan pada saat ini. Bagaimana untuk mempertahankan anak-anak menjadi modal masa oleh setiap orang tua? Tentu dalam hal ini anak-anak tidak cukup hanya dengan kehebatan intelektualnya tapi rohani dan kejiwaan anak harus dibentuk semasa dari kanak-kanak, remaja dan pemuda.

Jika gagal orang tua memperhatikan anak-anak secara awal maka ada kemungkinan besar kegagalan bisa terjadi di masa-masa kemudian seorang anak. Jadi, jangan heran kalau ada orang tua saat usia tuanya kecewa karena tidak dapat memiliki seperti apa yang diharapkannya dari anaknya, jelas semua itu tidak berarti anak tidak tahu balas budi, dan kesalahan itu ditimpakan kepada anak-anaknya, melainkan orang tua harus koreksi kesalahan apa saja yang telah dia

(14)

O

R

O

N

T

A

L

O

2

0

0

lakukan dan berikan kepada anak sehingga akhirnya anak harus terbentuk dengan keadaan seperti ini ketika dia sudah tua, tak mampu lagi berjuang bahkan ia hanya mampu mengharapkan anak-anaknya.

Kehadiran seorang anak dalam keluarga bukan saja menjadi kebanggaan keluarga, tapi setidaknya keluarga itu merasa ada penerus keterunan atau generasinya. Jika setiap keluarga menginginkan keturunan atau kehadiran buah hati, maka pernakah kita berfikir bahwa diluar sana ternyata banyak anak yang berifikir kebalikan dari apa yang kita fikirkan yaitu anak yang tidak mempunyai status orang tua yang tidak jelas, sesungguhnya mereka berfikir dan menginginkan berkumpul bersama keluarga ayah atau ibunya.

Seorang anak dikatakan sempurna apabila anak itu dapat diam dengan baik dalam keluarga orang tuanya. Setiap anak akan tetap menjadi anak dalam keluarga orang tuanya. Dia tidak pernah disebut ‘mantan anak’ atau ‘bekas anak’. Anak dalam rumah tangga orang tuanya menunjukkan adanya tanggung jawab yang diserahkan oleh Allah SWT di tengah-tengah keluarga.

Ciri khas orang tua adalah orang tua yang bertanggung jawab untuk mengasuh, mendidik dan mengurus anak-anaknya. Jadi, jangan sekali-kali dengan alasan apapun bagi semua orang tua untuk melepaskan tanggung jawab mengasuh anak dengan menitip anak dan berharap sepenuhnya orang lain bertanggung jawab mengurus anaknya. Sebagai mana Dr.Fitzhugh Dodson dalam bukunya “Mendisiplinkan Anak Dengan Kasih Sayang” berkata bahwa orang tua perlu membina hubungan baik dengan cara meluangkan sedikit waktu setiap hari atau

(15)

O

R

O

N

T

A

L

O

2

0

0

setiap minggu bersama-sama anak-anaknya, hanya sekedar untuk bersenang-senang bersama-sama.

Anak itu penting bagi sebuah keluarga bukan hanya penerus keturunan melainkan sebagai ahli waris keluarga. Tentulah anak itu tidak semata-mata dibiarkan begitu saja untuk menjadi pewaris yang baik, bertumbuh dengan sendirinya. Anak adalah ahli waris dari segala yang dimiliki orang tuanya tentu bukan hanya harta tapi juga hal-hal spritual.

Jika setiap keluarga menginginkan kehadiran buah hati karena dengan buah hati itu akan ada harapan orang tua dikemudian hari dan menjadi penerus serta ahli waris dari segala apa yang orang tua miliki. Maka pertanyaanya bagaimana dengan mereka anak-anak yang lahir diluar nikah atau anak zina? Jika anak adalah penerus dan pewaris dari semua apa yang dimiliki orang tuanya baik materil maupun amanah maka tentunya hal ini mungkin berseberangan dengan kehidupan anak yang lahir diluar nikah atau anak zina, betapa tidak bersimpangan jika anak fungsinya adalah penerus dan pewaris, maka apa yang mereka harus teruskan dan apa yang mereka warisi, Jika ada yang ingin diteruskan berupa wasiat dan warisan maka dari mana wasiat dan warisan itu mereka dapati? Tentu jawabanya tidak ada penerusan wasiat dan warisan bagi mereka anak yang lahir diluar nikah karena mereka tidak mempunyai status orang tua yang jelas yaitu nazab dari seorang ayah, sementara nazab adalah salah satu penentu garis keturunan dan dengan hal ini siapa yang berhak dan tidaknya dalam penerimaan warisan dapat diketahui.

(16)

O

R

O

N

T

A

L

O

2

0

0

Hal itu menurut penulis adalah sebuah problem yang serius di tengah-tengah masyarakat dan harus tanggapi dengan jelas secara normatif agar anak yang lahir diluar nikah atau anak zina mempunyai status hukum waris yang jelas karena dalam masyarakat hampir tidak ada bedanya antara anak sah dan anak diluar nika atau anak zina dalam hal status kewarisan, entah hal itu dilakukan karena dasar kesengajaan atas pertimbangan hal-hal tertentu ataukah ketidak tahuan masyarakat sendiri atas dasar hukum baik secara hukum positif (perdata) ataupun hukum Islam.

Persamaan status anak sah dan anak diluar nikah dalam kehidupan masyrakat sering menimbulkan polemic dalam masalah kewarisan, adanya kesenjangan dalam pembagian harta karena terkadang bagian anak sah sering dibagikan tidak sesuai dengan tuntunan Syara’ padahal sang ayah yang meninggalkan harta warisan kepada anak sahnya atau anak kandung adalah beragama Islam, sementara anak diluar nikah atau anak zina dari ayah yang meninggalkan harta warisanya dalam pembagian harta waris sang ayah lebih cenderung menyerahkan harta kepada anaknya diluar nikah karena atas dasar kecenderungan kasih sayang dari orang tuanya yang mungkin anak zina tersebut lebih berbakat dari anak sah ataukah pertimbangan-pertimbangan yang lain.

B. Rumusan Masalah

Dari uraian latar belakang diatas penulis dapat mengambil bebarapa permasalahan yang menjadi obyek penelitian, diantaranya :

(17)

O

R

O

N

T

A

L

O

2

0

0

2. Bagaimana status anak zina di dalam warisan menurut hukum Islam? 3. Apa persamaan dan perbedaan Status anak zina dalam warisan menurut

hukum positif dan hukum Islam?

C. Tujuan Penelitian

1. Untuk mengetahui status anak zina dalam warisan menurut hukum pidana positif.

2. Untuk mengetahui status anak zina dalam warisan menurut hukum Islam. 3. Untuk mengetahui perbedaan dan persamaan anak zina dalam warisan

menurut pandangan hukum pidana positif dan hukum Islam.

D. Kegunaan Penelitian

Penelitian ini diharapkan dapat berguna baik secara akademik maupun praktis sebagai berikut :

1. Kegunaan Akademik

a. Untuk memenuhi salah satu syarat akademik dalam memperoleh gelar Sarjana Hukum Islam (S.H.I), pada Jurusan Ahwalul Syakhsyah Fakultas Syariah dan Ekonom Islam

b. Sebagai referensi tambahan bagi penelitian selanjutnya dalam bidang kajian yang sama.

(18)

O

R

O

N

T

A

L

O

2

0

0

a. Dapat mempertajam analisis dan wawasan terutama bagi peneliti terkait dengan hak waris anak zina.

b. Dapat menjadi materi pembanding bagi mahasiswa jurusan Ahwalul Syakhsyah Fakultas Syariah dan Ekonomi Islam terutama dalam mata kuliah yang membahas tentang fiqih mawaris.

E. Metodologi Penelitian 1. Jenis Pendekatan

Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah jenis penelitian deskriptif yang lebih menekankan pada data berupa narasi kata-kata dan bukan pada data berupa angka-angka.

2. Metode Pengumpulan Data

Pembahasan skripsi ini menggunakan metode pengkajian kepustakaan atau Library research.. Library Research, yaitu karya ilmiah yang didasarkan pada studi literatur atau pustaka. Oleh sebab itu, penulisan karya ilmiah ini akan di lakukan berdasarkan atas hasil studi terhadap beberapa bahan pustaka yang berkaitan dengan Anak Zina atau anak diluar nikah dan Warisan. Adapun cara yang digunakan pada tahap yaitu kutipan langsung dan kutipan tidak langsung.

3. Sumber Penelitian

Penulis menggunakan dua bentuk sumber penelitian yaitu sumber primer dan sumber sekunder.

(19)

O

R

O

N

T

A

L

O

2

0

0

Adapun yang dimaksud dengan sumber primer adalah referensi-referensi yang berkaitan dengan hukum positif yaitu Kitab Undang-undang Hukum Perdata di Indonesia dan Fiqih Mawaris.

Dalam rangka menemukan maksud dan hakekat hukum pidana yang sesuai dengan kehidupan manusia penulis berusaha semaksimal mungkin untuk mengumpulkan referensi-referensi baik dalam bentuk buku-buku, maupun artikel yang memilki keterkaitan dengan delik aduan tinjauan dari kedua sisi antara Islam dan Positif.

Dari lacakan yang dilakukan, ada beberapa referensi primer yang digunakan di antaranya yang judul aslinya Kitab Undang-Undang Hukum

Perdata (KUHPer) yang diterbitkan oleh Pustaka Yustisia dan Fiqih Mawaris (Edisi revisi ) ditulis oleh Dr. Ahmad Rofiq, MA yang

diterbitkan oleh PT. Raja Grafindo Persada (2001). b. Sumber Sekunder

Adapun yang dimaksud dengan sumber sekunder adalah karya-karya para pakar hukum dan referensi-referensi lain yang memiliki keterkaitan dengan hukum waris dan anak diluar nikah. Urgensi sumber sekunder tentunya dimaksudkan sebagai bahan pembanding dalam rangka kepentingan analisis.

4. Metode Analisis Data.

Dalam menganalisis data, penulis menggunakan analisis konteks. cara ini dimaksudkan untuk menganalisis makna sesungguhnya yang terkandung dalam keseluruhan memaknai hukum pidana positif dan hukum Islam. Berdasarkan itu,

(20)

O

R

O

N

T

A

L

O

2

0

0

maka langkah berikut yang dilakukan adalah mengidentifikasi, klasifikasi dan komparasi.

(21)

O

R

O

N

T

A

L

O

2

0

0

BAB II LANDASAN TEORI A. Pengertian Anak Zina

Pengertian anak zina atau anak yang lahir diluar nikah secara umum adalah anak yang di lahirkan seorang perempuan, sedangkan perempuan itu tidak berada dalam ikatan perkawinan yang sah dengan pria yang menyetubuhinya. Sedangkan pengertian diluar nikah adalah hubungan seorang pria dengan seorang wanita yang dapat melahirkan keturunan, sedangkan hubungan mereka tidak dalam ikatan perkawinan yang sah menurut hukum positif dan agama yang di perlukan.

Menurut Riana Kesuma Ayu, SH. MH. Mengatakan bahwa anak di luar kawin adalah anak yang di lahirkan seorang perempuan, sedangkan perempuan itu tidak berada dalam ikatan perkawinan yang sah dengan pria yang menyetubuhinya. Sedangkan pengertian diluar kawin adalah hubungan seorang pria dengan seorang wanita yang dapat melahirkan keturunan, sedangkan hubungan mereka tidak dalam ikatan perkawinan yang sah menurut hukum positif dan agama yang di perlukan

Menurut H. Herusuko anak yang lahir diluar nikah atau anak zina mempunyai banyak faktor penyebab terjadinya anak di luar kawin, diantaranya adalah (1) anak yang dilahirkan oleh seorang wanita, tetapi wanita tersebut tidak mempunyai ikatan perkawinan dengan pria yang menyetubuhinya dan tidak mempunyai ikatan perkawinan dengan pria atau wanita lain, (2) anak yang lahir

(22)

O

R

O

N

T

A

L

O

2

0

0

dari seorang wanita, kelahiran tersebut diketahui dan dikehendaki oleh salah satu atau ibu bapaknya, hanya saja salah satu atau kedua orang tuanya itu masih terkait dengan perkawinan yang lain; anak yang lahir dari seorang wanita tetapi pria yang menghamilinya itu tidak diketahui, misalnya akibat korban perkosaan: (4) anak yang lahir dari seorang wanita dalam masa iddah perceraian, tetapi anak yang dilahirkan itu merupakan hasil hubungan dengan pria yang bukan suaminya. Ada kemungkinan anak di luar kawin ini dapat diterima oleh keluarga kedua belah pihak secara wajar jika wanita yang melahirkan itu kawin dengan pria yang menyetubuhinya; (5) anak yang lahir dari seorang wanita yang ditinggal suaminya lebih dari 300 hari, anak tersebut tidak di akui oleh suaminya sebagai anak sah; (6) anak yang lahir dari seorang wanita,padahal agama yang mereka peluk menentukan lain ,misalnya dalam agama khatolik tidak mengenal adanya cerai hidup, tetapi dilakukan juga, kemudian ia kawin lagi dan melahirkan anak. Anak tersebut dianggap anak di luar kawin; (7) anak yang lahir dari seorang wanita, sedangkan pada mereka berlaku ketentuan nagara melarang mengadakan perkawinan, misalnya WNA dan WNI tidak mendapatkan izin dari Kedutaan Besar untuk mengadakan perkawinan, karena salah satunya dari mereka telah mempunyai istri, tetapi mereka tetap campur dan melahirkan anak tersebut merupakan anak luar kawin; (8) anak yang dilahirkan oleh seorang wanita, tetapi anak tersebut sama sekali tidak mengetahui kedua orang tuanya; (9) anak yang lahir dari perkawinan yang tidak dicatat di Kantor Catatan Sipil atau Kantor Urusan Agama; (10) anak yang lahir dari perkawinan secara adat, tidak dilaksanakan secara adat, tidak dilaksanakan menurut agama dan kepercayaannya

(23)

O

R

O

N

T

A

L

O

2

0

0

serta tidak di daftar di kantor Catatan Sipil dan Kantor Urusan Agama Kecamatan. Adapun dalam praktik hukum perdata di Indonesia atau hukum positif (perdata) pengertian anak luar kawin ada dua macam, yaitu : (1) apabila orang tua salah satu atau keduanya masih terikat dengan perkawinan lain, kemudian mereka melakukan hubungan seksual dengan wanita atau pria lain yang mengakibatkan hamil dan melahirkan anak, maka anak tersebut di namakan anak Zina, bukan anak luar kawin, (2) apabila orang tua anak di luar kawin itu masih sama-sama bujang, mereka mengadakan hubungan seksual dan hamil serta melahirkan anak, maka anak itu disebut anak diluar nikah. Beda keduanya adalah anak Zina dapat diakui oleh orang tua biologisnya, sedangkan anak di luar kawin dapat di akui orang tua biologisnya apabila mereka menikah, dalam akta perkawinan dapat di cantumkan pengakuan (erkennen) di pinggir akta perkawinannya. Dengan demikian Definisi anak diluar nikah menurut hukum positif (perdata) mempunyai dua pengertian, yaitu: anak diluar nikah adalah arti luas dan anak diluar nikah dalam artian yang sempit.1

1. Anak diluar nikah dalam artian luas adalah anak yang lahir diluar pernikahan karena perzinahan dan anak sumbang.

a. Anak zina adalah anak yang dilahirkan seorang perempuan atau dibenihkan seorang pria sedangkan perempuan atau pria itu ada dalam perkawinan dengan orang lain.

b. Anak sumbang adalah anak yang lahir dari seorang ibu yang dilarang

(24)

O

R

O

N

T

A

L

O

2

0

0

kawin menurut undang-undang dengan lelaki yang membenih-kannya. 2. Anak luar nikah dalam arti sempit adalah : anak yang lahir diluar perkawinan yang sah.

Anak zina adalah yang dikandung oleh ibunya dari seorang lelaki yang menggaulinya tanpa nikah yang dibenarkan oleh syara’. Dalam ‘urf modern wa’ad

ghairuh syar’i yaitu anak yang tidak diakui oleh agama.2

Sedangkan dalam Kompilasi Hukum Islam di Indonesia yang diatur dalam Kepres Nomor 1 Tahun 1991 dan Keputusan Menteri Agama Nomor 154/1991 disebutkan bahwa seorang wanita hamil diluar nikah hanya dapat dikawinkan dengan pria yang menghamilinya. Perkawinan dengan wanita hamil tersebut dapat dilaksanakan secara langsung tanpa menunggu wanita itu melahirkan, tidak diperlukan kawin ulang (tajdidun nikah) jika anak tersebut lahir, maka anak tersebut menjadi anak sah.3Dalam Pasal 43 (1) Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1974 tentang Perkawinan disebutkan bahwa anak yang lahir di luar perkawinan hanya mempunyai hubungan perdata dengan ibunya dan keluarga ibunya. Kedudukan anak diluar kawin ini akan diatur dalam Peraturan Pemerintah, tetapi sampai sekarang Peraturan Pemerintah belum di terbitkan.

Sedangkan menurut Imam Al Jurjani zina adalah perbuatan memasukkan penis kedalam lubang vagina yang bukan miliknya ( bukan istrinya) dan tidak ada unsur Syubha (kesurupan atau kekeliruan), sebagian pendapat ada yang memberi

2Teungku Muhammad Hasbi Ash Shiddieqy, Fiqih Mawaris, (Semarang, PT.Pustaka

Rizki Putra, 1997), 288.

(25)

O

R

O

N

T

A

L

O

2

0

0

tambahan yaitu memasukkan penis ke dubur wanita yang tidak halal baginya. Maka yang dinamakan dengana anak zina adalah anak yang lahir karena adanya perzinaan yang dilakukan oleh bapak biologisnya dan ibu nasabnya atau anak yang lahir di luar pernikahan atau perkawinan yang sah. Dan dapat pula memasukkan anak yang lahir dari rahim wanita yang diperkosa, dengan asumsi hubungan itu terjadi ketika tidak ada hubungan sah antara keduanya.4

Sedangkan menurut penulis pengertian anak zina adalah anak yang dihasilkan dari hubungan laki-laki dan perempuan tanpa status yang resmi secara syar’i yaitu pernikahan dan dilakukan secara sadar atau tidak sadar, terpaksa atau dipaksa, suka sama suka maupun pemerkosaan.

B. Hak-hak waris anak diluar nikah

Sudah sejak dahulu telah ada peraturan mengenai pewarisan meskipun semula bukan peraturan hukum melainkan peraturan kebiasaan atau adat, yang menentukan apa yang harus terjadi dengan harta kekayaan yang tidak lagi mempunyai pemilik, dan keluarga sedarahlah yang menggantikan pemilik lama. Mengapa yang mewaris adalah keluarga sedarah dari keturunan pewaris? Maka jawaban pastinya karena adanya hubungan sakral antara anggota keluarga. Di dalam hukum waris, setiap hak didukung oleh suatu subjek hukum baik itu merupakan orang atau badan hukum. Apabila subjek hukum itu hilang harus ada

4

(26)

O

R

O

N

T

A

L

O

2

0

0

yang menggantikannya sebab jika tidak maka semua hak itu tidak ada aktivanya yang akan menjadi rebutan dan para krediturnya akan kehilangan debitur.

Peraturan-peraturan yang mengatur tentang perpindahan harta kekayaan dari seseorang yang meninggal dunia kepada seseorang atau beberapa orang lain, bersama-sama merupakan hukum waris. Harta kekayaan yang berpindah itu dinamakan ahli waris. Kepindahannya itu sendiri dinamakan pewarisan. Jadi pengertian warisan secara umum 5adalah soal apakah dan bagaimana berbagai hak-hak kewajiban tentang kekayaan sesorang pada waktu ia meninggal dunia akan beralih kepada orang lain yang masih hidup. Untuk dapat mewaris maka ahli waris itu ada yang karena ditunjuk oleh UU (Hukum Perdata) dan ada yang karena ditunjuk oleh surat wasiat yang dapat mewaris berdasarkan UU dibagi atas 4 (empat) golongan yaitu :6

1. anak dan suami/isteri;

2. adanya pembelahan (kloving) ½ untuk keluarga ibu dan ½ - nya untuk keluarga ayah khususnya untuk leluhur ke atas;

3. saudara kandung dan orang tua;

4. keluarga dalam garis menyimpang sampai ke 6 (enam) kalau semuanya tidak ada akan jatuh pada Negara

Penggolongan pewarisan terhadap anak seperti yang disebutkan di atas dapat di golongkan menjadi dua bagian, yaitu:

1. Anak sah (anak yang lahir dalam perkawinan yang sah).

(27)

O

R

O

N

T

A

L

O

2

0

0

Anak sah adalah anak yang dilahirkan dari perkawinan yang sah menurut hukum perdata.

2. Anak luar nikah

Anak diluar nikah adalah anak yang lahir diluar pernikahan yang sah, anak diluar nikah dapat dibagi menjadi dua bagian yaitu:

a. anak luar nikah dapat diakui sahnya yaitu: anak yang lahir dimana antara laki-laki dan perempuan itu belum kawin atau keduanya tidak ada hubungan darah.

b. anak luar nikah yang tidak dapat diakui sah, yaitu: anak sumbang (anak yang lahir dimana anak laki-laki dan perempuan itu mempunyai hubungan darah) dan anak zinah yaitu anak laki-laki dan perempuan itu yang keduanya atau salah satunya telah terikat oleh suatu perkawinan yang sah. Anak luar nikah inilah yang dapat diakui sah dan boleh mendapatkan harta warisan sedangkan anak luar nikah yang tidak dapat diakui sah hanyalah mempunyai hak atas biaya hidup. Sebagaimana dalam Kitab Undang-undang Hukum Perdata (KUHPer) Pasal 862 sampai dengan pasal 873 mengenai hubungan hukum antara anak luar nikah dengan orang tuanya.7

Dengan kata “Natuurlijk Kind” (anak luar nikah), orang menggantikan semua anak tidak sah, kecuali yang dihasilkan dari zinah dan anak sumbang. Kelahiran itu sendiri hanya ada hubungan antara ibu dan anak sedangkan hubungan anak dengan laki-laki yang membuahkannya tidak ada. Barulah karena

7

(28)

O

R

O

N

T

A

L

O

2

0

0

pengakuannya lahirlah hubungan-hubungan hukum antara anak dan laki-laki yang mengakuinya. Walaupun kedudukannya tetap terbelakang di bandingkan dengan anak sah, terutama dalam hukum waris. Selain itu anak luar nikah baik yang diakui maupun tidak berada dibawah kekuasaan orang tua melainkan dibawah perwalian. Mengenai arti pengakuan itu sendiri tidak ada kesatuan pendapat. Apakah pengakuan itu merupakan bukti adanya hubungan darah, adanya hubungan kekeluargaan yang alamiah ataukah pengakuan itu adalah suatu perbuatan hukum yang menimbulkan hubungan kekeluargaan sehingga bukan keturunanlah melainkan pengakuannya itu yang menjadi sumber hubungan hukum antara anak dan orang tua. Dalam pasal 862 KUHPerdata yakni sebagai berikut:8

Jika simeninggal anak-anak luar kawin yang telah diakui dengan sah, maka warisan harus dibagi dengan cara yang ditentukan dalam empat pasal berikut.

Pasal diatas hanya memberikan hak mewaris kepada anak luar nikah yang ada hubungan perdata dengan si pewaris berdasarkan pasal 281 KUHPerdata. Sejak kelahiran seorang anak, terjadilah hubungan perdata antara orang tua dan anak. Hubungan yang demikian terhadi dengan sendirinya karena kelahiran. Jadi dengan kelahirannya maka anak yang tidak sah itu menjadi anak luar nikah dari si ibu. Dengan pengakuan si ayah ia menjadi anak luar nikah dari si ayah.

Pasal 281 KUHPer :9

(29)

O

R

O

N

T

A

L

O

2

0

0

Pengakuan terhadap seorang anak luar kawin, apabila yang demikan itu telah dilakukan dalam akta kelahiran si anak atau pada waktu perkawinan, dapat dilakukan dengan tiap-tiap akta otentik.

Pengakuan yang demikian dapat pula dibuat oleh pegawai catatan sipil dan dibukukan dalam register kelahiran menurut hari penanggalanya. Pengakuan itu harus dicatat dalam jihat akta kelahiran. Namun bagaimana tak boleh suatu kelalaian mencatatkan pengakuan itu dipersalahkan pada anak yang diakui, untuk mempertengkarkan pada anak yang diakuinya.

Pasal diatas menunjukan bahwa anak luar nikah tidak akan pernah dapat mewaris dari sanak keluarga orang tuanya, dan sebaliknya sanak keluarga orang tuanya, dan tidak dapat bertindak dalam harta peninggalan anak luar nikah dari salah seorang anggota keluarganya. Akan tetapi pada pasal 873 KUHPer memungkinkan terjadi pewarisan yang demikian.

Pasal 873 KUHPer :10

Jika salah seorang keluarga sedarah tersebut diatas meninggal dunia dengan tak meninggalkan sanak saudara dalam drajat yang mengizinkan pewarisan, maupun suami atau istri yang hidup terlama, maka si anak luar kawin berhak menuntut seluruh warisan untuk diri sendiri dengan mengesampingkan Negara.

10

(30)

O

R

O

N

T

A

L

O

2

0

0

Jadi hanya apabila sama sekali tidak ada orang lain, maka anak luar nikah dapat mewaris dari sanak keluarga orang tuanya dan sebaliknya dengan menyampingkan negara.

(31)

O

R

O

N

T

A

L

O

2

0

0

BAB III

HAK-HAK WARIS ANAK ZINA

A. Tinjauan Hukum Positif

1. Nazab anak luar nikah

Hukum perkawinan di Indonesia adalah segala peraturan perundang undangan yang mengatur tentang perkawinan yang berlaku di Indonesia. Hukum perkawinan di Indonesia ini meliputi :11

a. Undang-undang No. 1 Tahun 1974

Sejak berlakunya UU No. 1 1974 maka segala peraturan yang mengatur tentang perkawinan menjadi tidak berlaku. Hal ini dijelaskan dalam pasal 66 undang-undang perkawinan yang menyatakan untuk perkawinan dan segala sesuatu yang berhubungan dengan perkawinan berdasarkan undang-undang ini, maka dengan berlakunya undang-undang hukum perdata (Burgerlijk wetbook), ordonansi perkawinan Indonesia Kristen (Huwerlijk ordonantie Christen

indonesiers S. 1933 No. 74), peraturan perkawinan campuran (Regelling op de Gemengde Huwelijken S. 1898 No. 158) dan peraturan-peraturan lain yang

mengatur tentang perkawinan sejauh telah diatur dalam undang-undang ini, dinyatakan tidak berlaku.12

11Tim Redaksi Fokusmedia, Undang-ndang Perkawinan dan Pelaksanaan Pengangkatan anak, (Bandung, Fokusmedia, 2007), 11.

(32)

O

R

O

N

T

A

L

O

2

0

0

b. Peraturan Pemerintah No. 9 Tahun 1975

Untuk melaksanakan undang-undang No. I tahun 1974 tentang perkawinan, yang diundang-undangkan pada tanggal 2 Januari 1974 secara efektif masih diperlukan peraturan-peraturan pelaksanaan antara lain menyangkut masalah pencatatan perkawinan, tata cara perceraian, cara mengajukan gugatan perceraian, tenggang waktu bagi wanita yang mengalami putus perkawinan, pembatalan perkawinan dan ketentuan dalam hal seorang suami beristeri lebih dari seorang dan sebagainya.

Peraturan pemerintah ini memuat ketentuan-ketentuan tersebut yang diharapkan akan dapat memperlancar dan mengamankan pelaksanan dari undang-undang tersebut. Dengan keluarnya peraturan pemerintah ini, maka telah pastilah saat mulainya pelaksanaan secara efektif undang-undang No. 1 tahun 1974 tentang perkawinan tersebut, ialah pada tanggal 1 oktober 1975.

Nasab dalam hukum perkawinan Indonesia dapat didefinisikan sebagai sebuah hubungan darah (keturunan) antara seorang anak dengan ayahnya, karena adanya akad nikah yang sah. Sedangkan seorang anak, dilihat dalam Hukum Perkawinan Indonesia secara lansung memiliki hubungan nasab dengan ibunya. Ini dapat dipahami dari pasal 43 ayat 1 UU No. 1 Tahun 1974 yang menyatakan bahwa anak yang lahir di luar perkawinan hanya memiliki hubungan perdata dengan ibunya dan keluarga ibunya.13

(33)

O

R

O

N

T

A

L

O

2

0

0

2. Kedudukan dan Bagian dari Ahli Waris

Setiap orang yang meninggal dengan meninggalkan harta kekayaan disebut pewaris Muwarits.14Ini berarti sebagai syarat pewaris adalah adanya hak-hak atau sejumlah kewajiban yang harus dipenuhi pada pihak-hak ketiga. Dan salah satu unsur pengertian warisan ialah ahli waris.

Sebelum masuk pada hak waris anak diluar nikah atau anak zina perlu kiranya diketahui terlebih dahulu pembagian pewarisan karena kematian. Hal ini untuk mempermudah memahami golongan yang menerima hak waris dari pewaris sesuai dengan hukum perdata. Undang-undang pembagi ahli waris karena kematian, terbagi dalam 4 (empat) golongan:15

a) Golongan pertama, terdiri dari suami atau isteri dan keturunannya.

Pada golongan ini orang yang pertama kali dipanggil oleh UU adalah anak dan keturunan selanjutnya serta suami atau isteri dari si mati. Anak-anak mewarisi untuk bagian yang sama besarnya. Suami atau isteri mewarisi suatu bagian dari anak. Apabila seorang meninggalkan lima orang anak dan satu suami atau isteri, maka masing-masing mereka itu mewarisi karena kematian 1/6 (seper enam) dari harta peninggalan.

Sebagaimana Pasal 852 KUHPerdata menjelaskan bahwa Anak-anak atau sekalian keturunan mereka, baik dilahirkan dari lain-lain perkawinan sekalipun, mewarisI dari kedua orang tua, kakek atau nenek atau semua keluarga sedarah mereka selanjutnya dalam garis dan perempuan dan tiada perbedaan berdasarkan

14Teungku Muhammad Hasbi Ash shidiqi, Fiqih Mawaris (Semarang, PT. Pustaka Rizki

(34)

O

R

O

N

T

A

L

O

2

0

0

kelahiran lebih dahulu.16 Mereka mewaris kepala demi kepala, jika dengan si meninggal mereka bertalian keluarga dalam derajat ke satu dan masing-masing mempunyai hak karena diri sendiri dan mereka mewaris pancang demi pancang, jika sekalian mereka atau sekedar sebagian mereka bertindak sebagai pengganti.

b) Golongan Kedua, terdiri dari orang tua, saudara dan keturunan saudara.

Pada golongan ini Perolehan warisan dari golongan kedua diatur oleh UU dalam pasal 859 KUHPerdata. Apabila seorang meninggal dunia tanpa meninggalkan suami/isteri atau keturunan, maka dipanggillah sebagai ahli waris orang tuanya, saudara dan keturunan dari saudara.

Apabila hanya orang tua saja yang ada, maka orang tua ini masing-masing mewarisi setengah, apabila ada pula saudara orang tua dan saudara mewarisi untuk bagian yang sama, tetapi dengan pengertian, bahwa orang tua itu tidak akan menerima kurang dari ¼ harta peninggalan. Jadi bagi orang tua sama saja apakah disamping dia berada tiga atau enam saudara dari pewaris. Apabila pewaris hanya meninggalkan satu orang saudara dan kedua orang tuanya maka pada pokoknya masing-masing mereka itu mendapat 1/3 bagian dan apabila yang ditinggalkan satu orang tua dan satu orang saudara, maka masing-masing mewarisi setengah. Apabila pewaris meninggal tanpa meninggalkan orang tua maka saudara-saudaranya mewarisi seluruh harta warisan.

(35)

O

R

O

N

T

A

L

O

2

0

0

c) Golongan Ketiga, terdiri dari leluhur lain-lainnya.

Golongan ini terdiri dari kakek dan nenek serta leluhur selanjutnya merupakan golongan ketiga dari ahli waris. Apabila pewaris tidak meninggalkan suami atau isteri, keturunan, orang tua, saudara dan keturunan dari saudara, maka harta peninggalan itu sebelum dibagi, dibelah lebih dahulu. Setengah dari harta peninggalan diberikan kepada sanak keluarga dipihak ayah, dan setengah lagi kepada yang dipihak ibu. Setiap bagian itu dibagi suatu harta peninggalan yang berdiri sendiri.

d) Golongan keempat, terdiri keluarga selanjutnya dalam garis menyamping.

Sesudah garis keatas dipanggillah sanak keluarga dari garis menyamping diluar golongan kedua. Yang terdekat derajatnya menyampingkan yang lain. Sebelum perubahan UU tahun 1923, mewarisi karena kematian adalah sampai derajat yang kedua belas.

Dalam masyarakat kita hanya sedikit sekali mengenal sanak keluarganya dalam derajat ke dua belas sesudah tahun 1923 maka sanak keluarga menyamping yang dapat mewaris, bukan lagi sampai ke dua belas tetapi sampai derajat ke enam. Didalam garis menyamping keluarga yang bertalian kekeluargaannya berada dalam suatu derajat yang lebih tinggi dari derajat ke 6 tidak mewaris. Kalau hal ini terjadi pada satu garis, maka bagian yang jatuh pada garis itu, menjadi haknya keluarga pada garis yang lain, kalau orang itu mempunyai hak kekeluargaan dalam derajat yang tidak melebihi derajat ke 6.

(36)

O

R

O

N

T

A

L

O

2

0

0

Dari keempat golongan pewaris diatas maka Ahli waris yang lain yaitu anak luar nikah. Sanak keluarga sedarah yang tidak sah hanya bertindak sebagai sanak keluarga dalam hukum waris sepanjang ada hubungan perdata antara mereka dengan sanak keluarga. Saat kelahiran, seorang anak sudah ada hubungan perdata antara ibu dan anak, sebab seorang ibu adalah tidak mungkin untuk melahirkan anak yang tidak sah. Antara ayah dengan anak ini hubungan terjadi telah ada pengakuan dari si ayah.

Anak yang tidak sah, yang hubungan perdata dengan satu orang tuanya, dinamakan anak luar nikah dari orang tua itu. Dengan kelahirannya,maka anak yang tidak sah itu menjadi anak luar nikah dari si ibu, dan dengan pengakuan si ayah ia menjadi anak luar nikah dari si ayah namun anak luar nikah dengan keluarga sedarah dari orang tuanya itu, pada asasnya tidak ada hubungan perdata.17Antara anak yang tidak sah dengan sanak keluarga sedarah dari orang tuanya, hanyalah ada hubungan perdata apabila antara anak yang tidak sah itu dengan orang tua ada hubungan perdata. Jadi di pihak ibu selalu ada, dan pihak ayah hanyalah ada apabila si ayah mengakuinya.18

Seorang anak luar nikah dapat mewaris bersama-sama dengan golongan ke 2, ke 3 dan ke 4 apabila anak luar nikah tadi telah sampai pada taraf pengesahan yang dikuatkan di Pengadilan Negeri. Sebagaimana dijelaskan pada pasal 862, maka pasal 863 KUHPerdata, memberikan untuk bagian yang mana anak luar

17Ali Afandi., Hukum Waris, Hukum Keluarga, Hukum Pembuktian menurut KUHP (BW), (Jakarta, Bina Aksara, 1984), 40.

(37)

O

R

O

N

T

A

L

O

2

0

0

nikah itu bertindak dalam harta peninggalan dari orang tuanya19. Pasal 863 telah menetapkan bagian dari warisan anak luar nikah apabila ia mewaris bersama-sama dengan golongan I, II, III dan IV.20 Apabila pewaris meninggal dunia tanpa meninggalkan ahli waris yang sah, maka anak luar nikah memperoleh seluruh harta peninggalan. Ia menyampingkan negara.

Dalam pasal 866 diatur mengenai penggantian bagi anak luar nikah. Apabila anak luar nikah meninggal lebih dahulu dari pewaris, maka keturunannya yang sah dapat menggantikan kedudukannya untuk mewaris.Tetapi anak luar nikah tidak boleh menggantikan kedudukan dari orang tuanya, sebab salah satu syarat mengenai penggantian kedudukan adalah ahli waris yang sah.

Apabila anak luar nikah menjadi pewaris, maka ahli waris yang golongan ke satu (I) yaitu anak-anak dan suami/istri dari pewaris (anak luar nikah yang meninggal dan meninggalkan keturunan) kalau golongan I ini tidak ada, barulah golongan II atau III atau IV. Pewarisan berdasarkan Undang-undang (KUHPerdata) terutama didasarkan kekeluargaan sedarah, antara si pewaris dan ahli waris. Sebagaimana yang telah di atur dalam hukum perdata menunjukkan urutan pewarisannya, siapa yang berhak mewaris lebih dahulu.

Dalam hal ini hukum perdata membedakan antara mewaris sendiri dan mewaris sebagai pengganti. Orang dikatakan mewaris sendiri apabila ia mewaris berdasarkan tempatnya diantara keluarga sedarah dari pewaris. Apabila yang mewaris itu hanyalah keluarga sedarah, yang terdekat maka hal ini akan

19KUHPer, Kitab Undang, 219.

(38)

O

R

O

N

T

A

L

O

2

0

0

menimbulkan ketidak adilan apabila misalnya si pewaris meninggalkan tiga anak laki-laki maka tiga anak ini membagi warisannya. Akan tetapi salah seorang diantara mereka telah meninggal dunia lebih dahulu, maka anak mereka tidak akan ikut mewaris oleh karena paman mereka, kekeluargaan sedarahnya, lebih dekat dari mereka. Untuk menghindarkan ketidak adilan yang demikian itu, maka dalam keadaan tertentu UU membolehkan mewaris sebagai pengganti.21

Pasal 841 KUHPerdata mengatakan, kepada orang yang mewakili diberikan hak menggantikan tempat, derajat dan hak dari orang yang mewakili.22 Hal ini kurang benar oleh karena plaatvervulling bukan suatu hak yang memberikan wewenang untuk menggantikan tempat. Plaatsvervulling adalah suatu akibat hukum yang tidak tergantung kehendak orang yang tersangkut, dan dapat memberikan keuntungan maupun kerugian, jadi tidak hanya memberikan keuntungan saja.23

Para waris mewaris atas diri sendiri apabila mereka dipanggil untuk tampil kemuka sebagai waris terhadap warisan atau sebagian dari warisan atas dasar tempat yang diduduki oleh mereka itu sendiri diantara para kerabat sedarah yang pertama-tama dipanggil untuk mewaris sebuah warisan atau sebagian dari warisan, tetapi yang telah meninggal sebelum kematian orang yang mewariskan, lantas mengganti kedudukan kerabat sedarah tersebut.

21 A.Pitlo, Hukum Waris, 49. 22KUHPer, Kitab Undang, 214.

(39)

O

R

O

N

T

A

L

O

2

0

0

Sanak keluarga sedarah yang tidak sah hanya sebagai sanak keluarga dalam hukum waris sepanjang ada hubungan perdata antara mereka dengan sanak keluarga. Bahwa seorang ibu tidak dapat melahirkan anak tidak sah, maka dengan kelahiran saja suda terjadi hubungan perdata antara ibu dan anak. Antara ayah dengan anak hubungan ini hanyalah terjadi oleh pengakuan.

Anak yang tidak sah, yang hubungan perdata dengan satu orang tuanya dinamakan anak luar nikah dari orang tua itu. Dengan kelahirannya maka anak yang tidak sah itu menjadi anak luar nikah dari si ibu. Dengan pengakuan si ayah ia menjadi anak luar nikah dari si ayah. Antara anak luar nikah dengan sanak keluarga sedarah dari orang tuanya pada asasnya tidak ada timbul hubungan perdata.24

Seorang anak luar nikah tidak akan pernah dapat mewaris dari sanak keluarga orang tuanya dan sebaliknya. sanak keluarga tidak dapat bertindak dalam harta peninggalan anak luar nikah dari salah seorang anggota keluarganya. Akan tetapi pasal 873, walaupun hanyalah dalam hal yang jarang terjadi, memungkinkan terjadinya pewarisan yang demikian itu.

Seorang anak luar nikah, karena tidak ada hubungan perdata antara dia dengan sanak keluarga dari orang tuanya maka untuk sebagian besar berada diluar ikatan keluarga. Tetapi terhadap si ibu dan si ayah, anak luar nikah itu mempunyai kedudukan yang terbelakang dibanding dengan anak yang sah.25

24H.F.A. Vollmar, Pengantar Studi, 245. 25

(40)

O

R

O

N

T

A

L

O

2

0

0

Pendapat masyarakat dan paham kesusilaan untuk sebagian besar tercermin dalam kedudukan hukum dari anak yang tidak sah. Di zaman dimana orang menganggap kekuatan ikatan keluarga tiang penyangga yang paling penting untuk tata tertib dalam masyarakat, maka kedudukan hukum anak luar nikah itu tidaklah begitu baik.

Undang-undang hukum perdata mengorbankan kepentingan anak luar nikah demi kepentingan masyarakat yang lebih besar yang tersangkut pada kemurnian ikatan keluarga. Dalam sejarah ada waktu dimana pertimbangan atas dasar sifat manusia yang sejati, membuat keadaan lebih menguntungkan bagi anak luar nikah.

Antara anak yang tidak sah dengan sanak keluarga sedarah dari orang tuanya, hanyalah ada hubungan perdata, apabila antara anak yang tidak sah itu dengan orang tua ada hubungan perdata, jadi dipihak ibu selalu ada,dipihak ayah hanyalah ada apabila si ayah mengakuinya.

Antara anak yang tidak diakui oleh ayahnya dan sanak keluarga ayahnya tidak ada satupun hubungan keluarga. Sepanjang tidak ada hubungan perdata, akan tetapi hukum (si ibu), atau oleh pengakuan (si ayah) maka hubungan keluarga yang tidak sah itu tidak berarti apa-apa dalam hukum waris.26

(41)

O

R

O

N

T

A

L

O

2

0

0

3. Hak waris anak luar nikah

Pasal 862 sampai dengan 873 KUHPerdata mengatur pewarisan dalam hal adanya anak luar nikah.

Pasal 863 KUHPerdata :27

Jika yang meninggal meninggalkan keturunan yang sah atau seorang suami atau isteri, maka anak-anak luar nikah mewarisi 1/3 dari bagian yang harus mereka dapat, andaikata mereka anak-anak yang sah, jika si meninggal tak meninggalkan keturunan, suami atau isteri akan tetapi meninggalkan saudara laki-laki dan perempuan atau keturunan mereka mewaris ½ dari warisan dan jika hanya sanak saudara dalam derajat yang lebih jauh ¾ bagian.

Jadi apabila anak luar nikah mewaris bersama ahli waris golongan pertama maka anak luar nikah mewaris 1/3 bagian dan juga mereka mewaris bersama ahli waris golongan kedua, maka mereka mewaris bersama ahli waris golongan ketiga mereka mewaris ¾ bagian, dari apa yang mereka warisi. Seandainya mereka adalah anak sah.

Pasal 863 Kitab Undang-undang Hukum Perdata (KUHPer) ini membatasi hak mewaris anak luar nikah pada ½ (separuh) warisan, apabila ia mewaris bersama keluarga dalam garis keatas, saudara laki-laki dan perempuan atau keturunan mereka (golongan II). Apabila ada dua anak luar nikah atau lebih, dimana mereka harus membagi warisan dengan ahli waris yang lainnya, maka untuk pembagiannya haruslah demikian, harus ditetapkan lebih dahulu berapa

(42)

O

R

O

N

T

A

L

O

2

0

0

bagian bersama dari anak-anak luar nikah seandainya mereka anak sah, berturut-turut 1/3 – ½, atau ¾ dari itu adalah bagian bersama dari anak luar nikah.

Contoh:

Apabila anak luar nikah mewaris bersama-sama dengan golongan I (suami/isteri dan anak-anak) maka bagiannya yaitu 1/3 bagian yang akan diterimanya seandainya ia itu anak sah. Jadi misalnya A meninggalkan suami/isteri, tiga orang anak sah dan 1 anak luar nikah, maka anak luar nikah akan mendapat (apabila ia anak sah yaitu 1/5 bagian sebab ada lima ahli waris) tetapi karena ia anak luar nikah, maka ia mendapat 1/3 x 1/5 = 1/15 bagian.

Kalau yang ditinggalkan dua anak luar nikah (jadi ahli warisnya sudah 6 orang: suami/isteri, tiga orang anak sah dan dua orang anak luar nikah) maka bagian dari anak luar nikah adalah 1/3 dari 1/6 bagian (kalau ia anak sah bagiannya yaitu 1/6). Sehingga hasilnya yaitu: 1/18 bagian dari sisanya dibagi antara anak-anak sah dan suami/isteri.

Apabila anak luar nikah mewaris bersama-sama dengan golongan II (orang tua, saudara dan keturunan saudara), maka bagiannya yaitu ½ bagian seandainya ia anak sah. Jadi misalnya A meninggalkan ahli waris 3 orang anak luar nikah dan ayahnya (jadi 4 orang). Maka bagian dari anak luar nikah kalau ia anak sah masing-masing mendapat 1/3 bagian (sebab ada 3 anak) tetapi karena mereka anak luar nikah, maka bagian mereka masing-masing yaitu: ½ dari 1/3 bagian = 1/6 bagian (karena mereka ada 3 anak luar nikah maka bagian mereka seluruhnya adalah 3/6 bagian), dan sisanya yaitu 3/6 (1/2) untuk ayahnya A.

(43)

O

R

O

N

T

A

L

O

2

0

0

Apabila anak luar nikah mewarisi bersama-sama dengan golongan III atau golongan IV (leluhur lainnya dan sanak keluarga lainnya, dalam garis menyamping sampai dengan derajat keenam) bagiannya yaitu ¾ bagian.

Jadi misalnya A meninggalkan ahli waris 1(satu) anak luar nikah dan kakeknya 2 orang (1 orang kakek dari pihak ibu dan 1 orang kakek pihak ayah), maka bagian harta warisan dibagi 2 yaitu ½ untuk kakek pihak ibu dan ½ untuk kakek pihak ayah. Anak luar nikah mewaris bersama-sama dengan kakek keduanya. Jadi bagian anak luar nikah yaitu: ¾ x ½ bagian (kakek pihak ibu) = 3/8 bagian, dan ditambah ¾ x ½ bagian (kakek pihak ayah) = 3/8 bagian. Jadi bagian ke seluruhan dari anak luar nikah adalah 3/8 + 3/8 = 6/8 atau ¾bagian.

Apabila pewaris meninggal dunia, tanpa meninggalkan ahli waris yang sah, maka anak luar nikah memperoleh seluruh harta warisan. Ia menyampingkan negara. Apabila ia menolak atau apabila ia tidak bertindak sebagai ahli waris berdasarkan sesuatu sebab yang lain, maka negaralah yang berhak.

Dalam hal anak luar nikah sebagai pewaris, maka tentang siapa-siapa yang mewaris dari anak luar nikah diatur dalam pasal 870 dan 871 didalam pasal 873 ayat 2 dan 3 KUHPerdata.

Apabila seorang anak luar nikah meninggal maka pertama-tama yang terpanggil untuk mewaris, keturunannya yang sah dan suami/isterinya. Baru sesudah itu maka ibunya atau ayahnya yang mengakui anak tersebut yang mewaris apabila kedua-duanya masih hidup, maka masing-masing mendapat

(44)

O

R

O

N

T

A

L

O

2

0

0

setengah (pasal 870 KUHPerdata).28

Apabila anak luar nikah itu tidak meninggalkan keturunan yang sah atau suami atau isteri, maka ibunya atau ayahnya yang mengakuinya berhak mewaris.

Apabila orang tua dari anak luar nikah meninggal lebih dahulu maka barang-barang yang dimintanya dari harta peninggalan orang tuanya kembali kepada keturunan yang sah dari ayahnya atau ibunya.

Disini undang-undang menyampingkan aturan bahwa untuk mewarisi tidaklah penting dari mana datangnya barang-barang itu. Bila si ayah tidak mengakui si anak luar nikah itu, maka tidaklah ada hubungan perdata antara anak itu dengan ia, apalagi antara si anak dan sanak keluarga sedarah dari ayah. Pasal 873 ayat 2 KUHPerdata mengatakan jika anak luar nikah meninggal dunia maka yang mewaris ialah :29

1. keturunannya dan isteri/suaminya kalau ia tidak ada maka,

2. bapak atau ibu yang mengakuinya dengan saudara-saudara beserta keturunannya, dan kalau ini tidak ada, maka

3. keluarga yang terdekat dan ayah atau ibu yang mengakuinya.

Peranan pasal 285 ayat 1 KUHPerdata bagi bagian dari anak luar nikah pada warisan. Dalam menentukan bagian anak luar nikah, harus diperhatikan peraturan pasal 285 ayat 1 KUHPerdata :30

28KUHPer, Kitab Undang, 220.

29I.C.R. Kapojos-M., Diktat hukum waris, (Manado, Fakultas Hukum UNSRAT 1987),

25.

(45)

O

R

O

N

T

A

L

O

2

0

0

Yang menentukan pengakuan yang dilakukan sepanjang perkawinan oleh suami atau isteri atas keuntungan anak luar nikah, yang sebelum kawin olehnya diperbuahkan pada orang lain dari suami atau isteri itu tidak dapat membuat kerugian pada suami isteri itu maupun anak-anaknya yang dilahirkan dalam perkawinan itu.

Maksudnya bahwa demi suami/isteri, anak-anak yang dilahirkan dalam perkawinan itu, maka pengakuan itu harus tidak diperhatikan; hak dari suami atau isteri, anak-anak yang dilahirkan dalam perkawinan itu harus dihitung seolah-olah anak luar nikah itu tidak diakui.

Karena itu apabila seorang janda meninggalkan empat anak sah dan seorang anak luar nikah yang diperbuahkan diluar perkawinan, akan tetapi diakui sepanjang perkawinan itu, maka warisan duda itu diperolehkan pada anak-anaknya yang sah, sedang anak luar nikah itu tidak menerima apa-apa. Sebab seandainya anak luar nikah itu tidak diakui, maka anak-anak sah mewaris semuanya mereka tidak boleh dirugikan karena adanya pengakuan anak luar nikah itu, sehingga sekarang juga meskipun anak luar nikah itu diakui seluruh warisan harus diterimakan kepada anak-anak sah.

Akan tetapi pasal 285 KUHPerdata, tersebut hanya berlaku apabila pengakuan itu dilakukan sepanjang perkawinan. apabila pengakuan itu dilakukan sebelum perkawinan itu atau sesudah perkawinan itu cerai, maka ketentuan undang-undang itu tidak berlaku. Oleh karena itu, maka apabila sipewaris telah kawin lebih dari satu kali, sedang sepanjang salah satu perkawinan ia telah memiliki seorang anak luar nikah, maka anak-anak yang dilahirkan dalam

(46)

O

R

O

N

T

A

L

O

2

0

0

perkawinan itu tidak boleh dirugikan karena pengakuan itu, terhadap anak-anak sah lainnya, maka ketentuan ini tidak berlaku (mereka boleh dirugikan).

Ketentuan dari pasal 285 KUHPerdata itu tidak dapat diterapkan terhadap anak sah yang dilahirkan dalam perkawinan lain, memang ketentuan ini dengan tegas membedakan antara bermacam-macam anak sah itu dengan mengatakan “dilahirkan dalam perkawinan itu”. Mengenai anak-anak sah yang dilahirkan dalam perkawinan lain, tidak dikatakan apa-apa, dan boleh dikarenakan bagi mereka berlaku peraturan yang biasa. Oleh karena itu apabila seseorang telah kawin dua kali dan meninggalkan seorang anak A dari perkawinan pertama, dari perkawinan kedua seseorang anak B dan seorang anak luar nikah C yang diperbuahkan sebelum perkawinannya yang pertama itu baru diakui sepanjang perkawinan kedua, dalam hal demikian, maka warisan harus dibagi sebagai berikut:

Pengakuan C tidak boleh merugikan B oleh karena itu B memperoleh apa yang akan diterima juga seandainya, C tidak diakui jadi ½ warisan bagi A maka seolah-olah pasal 285 KUHPerdata tidak ada, jadi menerima ½ dari 8/9 atau 4/9 sisa warisan sebesar 1/8 diwaris oleh anak luar nikah. Ahli waris yang karena hukum menggantikan pewaris, dalam segala hak dan segala tuntutan hukumnya, juga didalam hukum menduduki posisi dari pewaris yang mendahuluinya. Ia tidak saja dapat meneruskan tuntutan hukum yang sudah dimulai oleh pewaris, seperti revindikasi, tuntutan-tuntutan bezit atau tuntutan hukum yang belum di mulai oleh pewaris. Oleh karena itu, ahli waris dapat mengajukan revindikasi, dalam

(47)

O

R

O

N

T

A

L

O

2

0

0

hubungan dengan pencurian yang telah terjadi di bawah pewaris. Atau dapat juga memajukan revindikasi, apabila sesudah matinya pewaris terjadi pencurian.

Selain dari itu, undang-undang memberikan suatu tuntutan kepada ahli waris sebagai ahli dalam hubungan dalam pengantar, hal ini merupakan suatu gejala dalam undang-undang kita yang menunjang pandangan akan adanya suatu hak kebendaan atas harta peninggalan. Hukum ini biasanya dinamakan dalam bahasa latin hereditatis petitio.

Apakah artinya bagi ahli waris yang sudah mempunyai segala tuntutan hukum yang biasa, diberikan lagi kepadanya tuntutan hukum yang luar biasa itu? Untuk menjawab pertanyaan ini hendaknya kita membandingkan hereditatis

petitio dengan tuntutan hukum yang dipunyai oleh ahli waris sebagai pemilik,

dan sebagai yang mempunyai kepunyaan atau bezit.31

B. Tinjauan Hukum Islam

1. Nazab anak zinah

Mengenai status anak luar nikah, para ulama sepakat bahwa anak itu tetap punya hubungan nasab dengan ibunya dan keluarga ibunya. Tanggung jawab atas segala keperluannya, baik materil maupun spiritual adalah ibunya dan keluarga ibunya. Demikian pulanya dengan hak waris-mewaris. Dalam hal anak diluar nikah ini, penulis membagi ke dalam dua kategori :

a. Anak yang dibuahi tidak dalam pernikahan yang sah, namun dilahirkan

Referensi

Dokumen terkait

Ketidakhadiran pemilih di TPS pada saat pelaksanaan pemilihan presiden dan wakil presiden di wilayah Kota Adminstrasi jakarta Pusat yang dikarenakan oleh tidak

REKOMENDASI TINDAKAN PERBAIKAN TARGET PENYELE SAIAN STATUS NCR 1 BPM-01 12/04/13 BPM  Ada surat pemberitahuan, namun tidak sesuai dengan apa yang dilakukan.. (

- Tidak Dinyatakan Berbeda; Nch - Norma Chili; NO(A)EC - Tidak Ada Konsentrasi Efek (Negatif) yang Teramati; NO(A)EL - Tidak Ada Tingkat Efek (Negatif) yang

Hal ini membuktikan bahwa pemberian madu pada tikus yang diinduksi MSG dapat menurunkan kadar SGPT dibanding dengan kelompok yang hanya mendapat induksi MSG, walaupun

Berdasarkan nilai tersebut terlihat bahwa penambahan tepung ampas rumput laut mampu meningkatkan kadar serat makanan pada produk cookies sebanyak 6x dari nilai serat

Pada dasarnya, pengakuan anak bisa dilakukan baik oleh ibu maupun bapak, tetapi karena berdasarkan Pasal 43 Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1974 tentang Perkawinan

Widiastuti, M.Sn selaku Ketua Prodi Kriya Tekstil Fakultas Seni Rupa dan Desain Universitas Sebelas Maret Surakarta sekaligus Penguji I yang telah memberi masukan dalam

Merupakan rasio untuk mengukur kemampuan bank dalam memenuhi kewajibannya terhadap para deposan (pemilik simpanan giro, tabungan, dan deposito) dengan harta yang