• Tidak ada hasil yang ditemukan

Lutfi, Pengaruh Foreign Direct Investment (FDI) dan Ekspor terhadap Pertumbuhan Ekonomi (Analisa)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Lutfi, Pengaruh Foreign Direct Investment (FDI) dan Ekspor terhadap Pertumbuhan Ekonomi (Analisa)"

Copied!
58
0
0

Teks penuh

(1)

Pengaruh FDI terhadap Pertumbuhan Ekonomi

ANALISA PENGARUH FOREIGN DIRECT INVESTMENT (FDI) DAN EKSPOR TERHADAP PERTUMBUHAN EKONOMI

Oleh : Lutfi1 PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Bagi suatu negara yang sedang berkembang, pembangunan ekonomi merupakan instrumen utama untuk mencapai cita-cita nasionalnya. Ada berbagai indikator yang digunakan untuk mengukur keberhasilan pembangunan ini diantaranya adalah pertumbuhan ekonomi yang diukur dengan Produk Domestik Bruto (PDB). Disetiap negara dan lembaga internasional seperti Bank Dunia, Bank Pembangunan Asia (ADB), IMF dan UNDP, menggunakan PDB sebagai indikator untuk mengukur tingkat pembangunan ekonomi suatu negara. Secara teoritis, dapat dikatakan bahwa makin maju pembangunan ekonomi suatu negara makin besar PDB-nya (baik secara total maupun per kapita) sehingga kesejahteraan masyarakat semakin meningkat dengan asumsi pertumbuhannya lebih tinggi dibandingkan dengan pertumbuhan penduduk. Namun demikian indikator ini bukanlah alat ukur yang terbaik, karena kesejahteraan masyarakat juga ditentukan oleh persoalan distribusinya.

Melalui indikator pertumbuhan ekonomi ini, Indonesia dicatat oleh Bank Dunia dalam sebuah kajiannya yang diterbitkan dalam buku berjudul The East Asian Miracle, Economic, Growth and Public Policy, September 1993, sebagai kelompok negara yang memiliki keajaiban pertumbuhan, bahkan oleh IMF pada saat itu diramalkan akan menjadi negara industri baru di Asia Tenggara. Hal ini dapat dilihat dari pertumbuhan ekonomi Indonesia yang tercatat cukup menakjubkan sampai dengan tahun 1996. PDB riil yang dicapai selama tahun 1969-1996, melesat dari Rp 49,445 miliar di tahun 1969 menjadi Rp 298,030 miliar di tahun 1996, sehingga terjadi

1

(2)

pertumbuhan rata-rata 6,87% per tahun (Alkadri,1999). Selain pertumbuhan yang dinilai ajaib, perekonomian Indonesia juga diwarnai oleh transformasi struktur ekonomi dilihat dari konstribusi masing-masing sektor terhadap PDB dimana sektor industri manufaktur berperan lebih besar dari sektor pertanian (Gambar 1.1). Transformasi ini membawa implikasi ke berbagi bidang kegiatan ekonomi lainnya seperti sumber daya manusia, upah tenaga kerja, ekspor dan impor, investasi asing dan penyedian infrastruktur serta tuntutan terhadap iklim ekonomi yang lebih baik.

PDB (%)

pertanian jasa

industri manufaktur

Industri non manufaktur

Gambar 1.1: Kontribusi berbagai sektor ekonomi pada PDB Indonesia (%) Sumber: World Development Indicator, World Bank (berbagai tahun)

Peningkatan kontribusi sektor manufaktur ini konsisiten dengan perubahan perjalanan kontribusi ekspor Indonesia, dimana kontribusi ekspor sektor pertanian terhadap PDB menurun dari waktu ke waktu dan peran sektor industri pengolahan meningkat (Gambar 1.2). Namun perubahan-perubahan ini belum mampu memberikan peluang yang cukup untuk meningkatkan peran tenaga kerja dalam sektor perekonomian yang dominan ini (manufaktur) sebagai penyedia kesempatan kerja. Di tahun 1996, dari 80.638.955 orang angkatan kerja usia 15 tahun keatas yang bekerja, kontribusi sektor manufaktur hanya menyerap sebesar 13% sedangkan sektor pertanian 42,31% (Latif Kharie, 1999).

(3)

Pengaruh FDI terhadap Pertumbuhan Ekonomi Ekspor (%)

pertanian minyak & aneka tambang

manufaktur

Tahun Gambar 1.2: Komposisi ekspor Indonesia (%)

Sumber: World Development Indicator, World Bank (berbagai tahun)

Aktivitas ekspor-impor ini merupakan cermin dari perdagangan internasional. Selama dua puluh lima tahun pertama pembangunan Indonesia, perhatian dipusatkan kepada penciptaan swasembada di bidang sandang dan pangan hingga telah melewati substitusi impor, yang mengarah kepada praktek proteksi yang berlebihan terhadap kegiatan ekonomi dalam negeri. Sekarang harus memasuki pasar internasional untuk melanjutkan pertumbuhannya. Dalam konteks inilah perdagangan internasional yang mengarah pada liberalisasi perdagangan dengan lalu lintas produk, jasa dan investasi suatu negara menjadi tidak dapat dibatasi ruang geraknya. Hal ini membawa konsekuensi perlunya penataan sektor ekonomi untuk orientasi ekspor dalam situasi tingkat persaingan yang semakin ketat.

Salah satu model yang dikembangkan oleh Charles P. Kindleberger (1983) mengenai pertumbuhan ekonomi dan perdagangan internasional adalah bahwa perdagangan luar negeri merupakan sektor yang memimpin. Artinya pertumbuhan ekonomi meningkat karena perluasan perdagangan internasional. Robert Baldwin (1956) menganalisis pertumbuhan ekonomi yang dipimpin oleh sektor primer dan Bela Balassa (1971) menganalisis efek ekspor terhadap

(4)

pertumbuhan ekonomi di negara-negara berkembang. Dari sini dapat menggambarkan bahwa, disamping peran pemerintah melalui anggaran (APBN) sebagai penggerak utama perekonomian, peran ekspor tidak kecil artinya bagi kegiatan ekonomi nasional. Sejak adanya deregulasi perdagangan pada tahun 1985, yang berupa pemangkasan berbagai hambatan birokrasi/izin untuk pencapaian efisiensi perdagangan dan orientasi ekspor, telah memberikan dampak perubahan kinerja perekonomian Indonesia. Perubahan ini ditandai dengan bergairahnya komoditi non migas untuk diekspor yang ditandai dengan pergeseran struktur ekspor dari migas ke non migas mulai dari tahun 1987 dan perubahan struktur ekonomi dari dominasi peran sektor pertanian ke sektor industri manufaktur. Nilai ekspor non migas meningkat dari US$ 8.580 juta tahun 1987 menjadi US$ 23.296 juta pada tahun 1992, atau hampir tiga kali lipat dalam waktu lima tahun saja, dan menjadi US$ 34.954 juta di tahun 1995, atau hampir empat kali lipat dalam waktu delapan tahun (Hg.Suseno TW, 1996-144). Namun peningkatan ini juga diiringi oleh kenaikan impor yang melebihi ekspor, hal ini dapat dilihat pada kurun waktu sebelum krisis ekonomi di Indonesia. Sejak tahun 1985-1996 ekspor Indonesia tumbuh lambat, rata-rata sebesar 10,14% dibandingkan dengan impornya, rata-rata sebesar 12,45% per tahun (Anang Muftiadi dkk, 1999). Dilihat dari klasifikasi barang ekonomi yang diimpor, komponen terbesar adalah bahan baku dan penolong yang digunakan sebagai bahan baku industri.

Transaksi perdagangan internasional ini terekam dalam neraca pembayaran yang jika terjadi impor melebihi ekspor maka ada sejumlah aliran dana ke luar negeri. Artinya sumber-sumber pembiayaan dari luar negeri yang selama ini menutup kebutuhan investasi semakin berkurang. Dengan demikian untuk mempercepat pertumbuhan perekonomiannya maka dituntut untuk dapat menggali sumber-sumber pembiayaan pembangunan yang biasanya diperoleh dari tabungan domestik yang merupakan sumber internal dalam negeri serta pinjaman luar negeri dan investasi asing yang merupakan sumber eksternal dari luar negeri (Gambar 1.3). Selain

(5)

Pengaruh FDI terhadap Pertumbuhan Ekonomi

itu meningkatkan kegiatan ekspor berupa barang dan jasa juga berperanan penting dalam pertumbuhan investasi di Indonesia. Transaksi barang perdagangan internasional (ekspor) ini biasanya juga memerlukan modal internasional untuk menghasilkan keuntungan yang akan diinvestasikan lagi untuk meningkatkan kapasitas dan memperluas pasar yang akhirnya untuk lebih meningkatkan keuntungan. g Hasil Ekspor Pendapatan Sumber Internal: Tabungan Masyarakat Tabungan Pemerintah Sumber Eksternal: Pinjaman Luar Negeri Penanaman Modal Asin

Produktivitas Stok Kapital Stok Kapital

Gambar 1.3: Sumber pembiayaan investasi

Ketiga sumber pembiayaan ini memiliki karakteristik dan keterbatasannya sendiri yang juga mencerminkan kondisi perekonomian negara yang bersangkutan. Pertama, tabungan domestik yang diperoleh dari sektor pemerintah dan masyarakat. Tabungan pemerintah yang dimaksud adalah tabungan pemerintah dalam APBN, yang merupakan selisih antara penerimaan dari pajak dalam negeri dan pengeluaran rutin, sedang tabungan masyarakat merupakan bagian pendapatan yang diterima masyarakat yang tidak digunakan untuk konsumsi yang biasanya disimpan di bank. Indonesia termasuk negara dengan tingkat tabungan yang rendah yang disebabkan oleh tingkat pendapatan yang rendah dan menyebabkan tingkat investasi domestik rendah sehingga kesulitan dalam pembiayaan pembangunan atau disebut saving-investment gap (Latief dkk,1999). Dengan tidak adanya tabungan dalam negeri yang cukup untuk menjadi daya dukung pembiayaan pembangunan, maka kesenjangan pembiayaan pembangunan ini dipenuhi dengan

(6)

mencari sumber-sumber dari luar negeri dalam bentuk pinjaman maupun investasi asing (penanaman modal asing).

Kedua, pinjaman luar negeri dan penanaman modal asing yang pada taraf penggunaan investasi yang tepat dapat menjadi pendorong pertumbuhan ekonomi. Pinjaman luar negeri merupakan aliran modal dari pemerintah negara lain maupun badan-badan internasional yang khusus dibentuk untuk memberikan pinjaman seperti Bank Dunia, ADB, IMF dan lainnya. Aliran modal ini biasanya dalam bentuk pemberian (grant) dan pinjaman luar negeri (loan). Sedangkan penanaman modal asing dapat dibedakan dalam tiga jenis, yaitu penanaman modal langsung (foreign direct investment), penanaman modal portofolio (portofolio investment) dan pinjaman ekspor (export credit).

Ketiga, ekspor yang merupakan sumber pembiayaan investasi yang berasal dari penerimaan hasil ekspor. Penerimaan hasil ekspor ini menjadi penting karena untuk menghindari ketergantungan suatu negara akan pihak asing dalam membiayai pembangunannya. Pembiayaan dalam bentuk pinjaman dan investasi dari negara lain pada suatu saat harus dibayarkan kembali dalam jumlah yang lebih besar karena adanya faktor bungan dan laba investasi (Todaro, 2000). Pinjaman luar negeri dan penanaman modal asing dalam jangka pendek memperbesar pertumbuhan ekonomi tetapi dalam jangka panjang menghambat pertumbuhan ekonomi itu sendiri. Dengan demikian perdagangan internasional dalam hal ini pendapatan dari ekspor mempunyai peran yang penting dalam pembiayaan investasi oleh suatu negara.

Pemerintah Indonesia, sejak awal rezim orde baru di tahun 1966 telah membuka pintu bagi masuknya modal asing dan mulai mencoba pembiayaan pembangunan dari sumber-sumber luar negeri yang berupa pinjaman maupun investasi asing. Dibukanya pintu bagi modal asing melalui UU Penanaman Modal Asing (PMA) No. 1/1967 ini, menyebabkan arus modal asing meningkat pesat dan dapat

(7)

Pengaruh FDI terhadap Pertumbuhan Ekonomi

menggerakkan pembangunan dalam negeri yang selama itu masih sangat kurang. Keberhasilan pembangunan yang dicerminkan dari tingginya PDB saat itu tidak dapat dipisahkan dari peran meningkatnya investasi asing. Investasi ini termasuk faktor penentu pertumbuhan ekonomi, karena dengan investasi ini akan mendorong kenaikan output yang juga secara otomatis akan meningkatkan permintaan input. Dengan demikian akan meningkatkan kesempatan kerja sebagai salah satu input produksi yang pada akhirnya berdampak pada kesejahteraan masyarakat sebagai konsekuensi meningkatnya pendapatan.

Investasi sendiri secara umum berarti mengorbankan uang yang dimiliki saat ini untuk mendapat manfaat yang lebih besar di masa yang akan datang. Rosenn (1998) membagi investasi asing (foreign investment) menjadi dua bentuk yaitu: foreign direct investment (investasi riil) dan portfolio invesment (investasi finansial). Foreign Direct Investment atau FDI adalah penanaman modal asing yang direpresentasikan di dalam asset riil seperti: tanah, bangunan, peralatan dan teknologi. Investasi finansial dapat berupa saham, surat berharga, obligasi dan commercial papers lainnya.

Dengan FDI, banyak hal positif yang didapat bagi perekonomian negara bersangkutan seperti: pendapatan atas pajak bagi pemerintah, penyediaan lapangan kerja, alih teknologi dan ilmu pengetahuan dan pendayagunaan lahan. Masuknya FDI ini biasanya dimulai dengan pendirian subsidiary atau pembelian saham mayoritas suatu perusahaan yang biasanya beroperasi di bidang manufaktur, ekstraksi sumber daya alam dan industri jasa. Sedangkan investasi finansial biasanya melalui pasar uang dan pasar modal yang berkembang diseluruh dunia.

Saat ini FDI merupakan salah satu sumber pembiayaan yang paling penting di Indonesia. Kebutuhan yang mendesak untuk menarik penanaman modal asing baru, terutama penanaman modal asing yang berorientasi ekspor, untuk membantu perekonomian yang

(8)

tumbuh dengan lambat dan membina sektor non migas yang berdaya saing di tingkat internasional.

Melihat besarnya harapan kemajuan pertumbuhan ekonomi Indonesia, khususnya pada periode sebelum krisis moneter pertengahan tahun 1997 lalu dan melihat peranan FDI dan perdagangan internasional (ekspor) bagi pertumbuhan ekonomi Indonesia maka perlu penelitian mengenai Analisa Pengaruh Foreign Direct Investment dan Ekspor terhadap Pertumbuhan Ekonomi di Indonesia (1999.1–2006.4), dengan meninjau variabel-variabel ekonomi makro yang diduga turut mempengaruhinya.

1.2. Tujuan Penelitian

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh ratio investasi dalam negeri terhadap PDB, ratio investasi luar negeri terhadap PDB, pertumbuhan angkatan kerja, pertumbuhan ekspor terhadap pertumbuhan PDB. Kemudian untuk mengukur pertumbuhan PDB dan pertumbuhan upah terhadap ratio investasi luar negeri terhadap PDB. Selain itu untuk mengetahui pengaruh pertumbuhan PDB, rata-rata tertimbang real effective exchange rate dari 11 mitra dagang Indonesia dan rata-rata tertimbang pertumbuhan pendapatan per kapita dari 11 mitra dagang Indonesia terhadap pertumbuhan ekspor.

Dengan menggunakan persamaan simultan dapat diketahui hubungan dan keterkaitan variabel independen dengan variabel independen lainnya pada persamaan simultan diatas.

1.3. Hipotesa Penelitian

Berdasarkan teori dan penelitian-penelitian sebelumnya yang berkaitan dengan ini maka dapat disusun rumusan hipotesa yang akan dibuktikan, yaitu:

1. Adanya pengaruh keberadaan faktor-faktor tersebut diatas dengan masing-masing variabel terikatnya.

(9)

Pengaruh FDI terhadap Pertumbuhan Ekonomi

2. Adanya saling keterkaitan antar variabel terikat masing-masing persamaan.

1.4. Metode Penelitian

Metode penelitian yang digunakan adalah dengan uji regresi simultan berdasarkan data runtut waktu triwulanan (periode 3 bulanan) Indonesia selama periode 1999.1–2006.4. Dengan menggunakan tiga persamaan yang diuji secara simultan yaitu, persamaan pertama rasio investasi dalam negeri terhadap PDB, rasio investasi luar negeri terhadap PDB, pertumbuhan angkatan kerja, pertumbuhan ekspor terhadap pertumbuhan PDB. Persamaan kedua pertumbuhan PDB dan pertumbuhan upah terhadap rasio investasi luar negeri terhadap PDB. Persamaan ketiga pertumbuhan PDB, rata-rata tertimbang real effective exchange rate dari 11 mitra dagang Indonesia dan rata-rata tertimbang pertumbuhan pendapatan per kapita dari 11 mitra dagang Indonesia terhadap pertumbuhan ekspor.

Sebelum dilakukan uji regresi simultan, maka dilakukan uji simultanitas dan uji eksogenitas untuk mengetahui apakah persamaaan tersebut merupakan model simultan atau tidak. Setelah melakukan uji regresi maka dilakukan analisa secara statistik terhadap hasil estimasi.

1.5. Manfaat Penelitian

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi bagi pemerintah dalam membuat kebijaksanaan yang berkaitan dengan masalah investasi luar negeri dan ekspor Indonesia. Hal ini dibutuhkan sebagai gambaran kondisi pertumbuhan ekonomi setelah mengalami krisis moneter pada tahun 1997 yang lalu.

Selain itu diharapkan dapat memberikan alternatif pemikiran dalam kajian pengaruh variabel-variabel ekonomi makro khususnya FDI dan ekspor terhadap kualitas pertumbuhan ekonomi. Serta dapat memberikan analisis awal bagi peneliti yang ingin mendalami lebih lanjut tentang pertumbuhan ekonomi di Indonesia.

(10)

TELAAH PUSTAKA

2.1 Pertumbuhan Ekonomi

Pada dasarnya pertumbuhan ekonomi merupakan masalah makro ekonomi jangka panjang dimana disetiap periode masyarakat suatu negara akan berusaha menambah kemampuannya untuk memproduksi barang dan jasa. Sasarannya berupa kenaikan tingkat produksi riil (pendapatan nasional) dan taraf hidup (pendapatan riil perkapita) melalui penyediaan dan pengerahan proses faktor-faktor produksi. Dengan meningkatnya faktor-faktor produksi seperti jumlah tenaga kerja yang bertambah, investasi masa lalu dan investasi baru yang menambah barang-barang modal dan kapasitas produksi masa kini yang biasanya diikuti dengan perkembangan teknologi alat-alat produksi yang semua ini akan mempercepat penambahan kemampuan memproduksi. Tidak setiap negara selalu mampu mencapai pertumbuhan ekonomi sesuai dengan perkembangan kemampuan memproduksi yang dimiliki dalam hal faktor produksi yang semakin meningkat. Banyak negara dalam keadaan pertumbuhan ekonomi yang sebenarnya masih lebih jauh dari potensi pertumbuhan yang dapat dicapai. Dengan demikian diperlukan perhatian yang lebih dalam untuk membuat kecenderungan pertumbuhan ekonomi (output) tersebut terus meningkat.

Untuk menjelaskan bagaimana perekonomian berjalan dalam proses pemanfaatan faktor produksi untuk menghasilkan output sepanjang waktu, maka peran masing-masing input tersebut dibahas dalam beberapa model pertumbuhan dibawah ini. Diawali dengan model Harrod-Domar yang dilanjutkan dengan model pertumbuhan Solow ini yang menjelaskan bagaimana pertumbuhan persedian modal, pertumbuhan angkatan kerja dan kemajuan teknologi berinteraksi dan mempengaruhi tingkat output perekonomian serta pertumbuhannya sepanjang waktu (Mankiw, 2003). Untuk itu akan di jabarkan beberapa modifikasi asumsi yang mendasari model ini, dengan melakukan perubahan-perubahan faktor inputnya.

(11)

Pengaruh FDI terhadap Pertumbuhan Ekonomi

2.1.1 Teori Harrod-Domar

Teori ekonomi ini menganalisa hubungan antara tingkat pertumbuhan dan tingkat investasi. Dasar pemikirannya adalah bahwa pada tingkat pendapatan nasional tertentu yang cukup untuk menyerap seluruh tenaga kerja dengan tingkat upah di satu periode maka pada periode berikutnya tidak akan mencukupi lagi untuk menyerap seluruh tenaga kerja yang ada. Hal ini terjadi karena adanya tambahan kapasitas produksi pada periode awal dan tersedia pada periode berikutnya. Dengan demikian diperlukan tambahan dana yang untuk mencapai tingkat penyerapan tenaga kerja yang penuh pada periode berikutnya ini dengan menghitung hubungan antara dana modal (capital stock =K) dan hasil produksinya (output = Y) atau dengan capital output ratio (COR).

Dari teori ini disimpulkan bahwa adanya hubungan ekonomi langsung antara besarnya stok modal (K) dengan output (Y), yang diformulasikan dalam rasio modal-outpt (capital/output ratio, COR). K di sini adalah nilai dari seluruh barang modal yang ada berupa tanah, bangunan, peralatan dan bahan. Sedangkan Y dapat diukur dengan Pendapatan Nasional Kotor atau dengan Produk nasional kotor. Semakin tinggi peningkatan stok modal, semakin tinggi pula output yang dihasilkan. Dalam konsep ini dikatakan bahwa sebagai akibat investasi yang telah dilakukan, pada masa berikutnya kapasitas barang-barang modal dalam perekonomian akan bertambah dan agar seluruh barang modal yang tersedia digunakan sepenuhnya, permintaan agregat haruslah bertambah sebanyak kenaikan kapasitas barang-barang modal yang terwujud sebagai akibat dari investasi di masa lalu. Dari sini terlihat bahwa perlunya penanaman modal dalam menciptakan pertumbuhan ekonomi atau untuk meningkatkan pertumbuhan ekonomi dibutuhkan investasi baru yang merupakan tambahan neto terhadap cadangan/stok modal (capital stock).

Dalam model ini, pertumbuhan pembangunan didasarkan atas dua proposisi sebagai berikut:

(12)

1. Ada hubungan ekonomi yang langsung antar besarnya stok modal (K) dengan jumlah produksi nasional (Y) yang dinyatakan dalam persamaan: 1 ∆Y = −−−−∆K ……..……….…(2.1) V dimana, ∆K

v = −−−− yang disebut ICOR (Incremental Capital Output Ratio). ∆Y

Persamaan ini menunjukan bahwa pertambahan stok modal (∆K) akan menimbulkan pertambahan output (∆Y) dengan efektifitas faktor modal direfleksikan oleh parameter v. Artinya jika menginginkan peningkatan output sebesar 2 unit dengan parameter v = 3 maka investasi yang diperlukan sebesar 6.

2. Akumulasi modal tergantung kepada pendapatan atau output yang diformulasikan dalam persamaan sebagai berikut :

S = s Y …...……….(2.2) dimana s = propensity tabungan.

Faktor modal diakumulasikan melalui tabungan domestik yang merupakan porsi tertentu (s) dari output (Y), artinya investasi semata-mata dibiayai oleh tabungan domestik sehingga ;

S = I = ∆K

V ∆Y = sY ….……….………..…..(2.3) Tingkat pertumbuhan pendapatan atau output nasional menjadi,

∆Y s

−−−− = −−− ……….(2.4) Y v

Persamaan ini menunjukan bahwa makin tinggi tingkat tabungan maka makin tinggi tingkat pertumbuhan output nasional yang diakibatkan oleh investasi produktif.

Asumsi-asumsi yang mendasari model tersebut adalah:

a. Average savings sama dengan marginal propensity to save (s); b. COR disamakan dengan ICOR

(13)

Pengaruh FDI terhadap Pertumbuhan Ekonomi

c. Pertumbuhan angakatan kerja adalah eksogen dan tetap;

d. Perbandingan antara tenaga kerja dengan hasil produksi (labour output ratio) adalah tetap;

e. Koefisien s dan k adalah konstan.

2.1.2 Teori Pertumbuhan: Model Neo-Klasik

Berbeda dengan model Harrod-Domar, model-model neoklasik memungkinkan terjadinya substitusi antar faktor modal dengan tenaga kerja. Teori pertumbuhan neoklasik dimulai dengan model Solow-Swan yang dikembangkan oleh Solow (Solow, 1956) dan T.W. Swan (Swan,1956) dengan menggunakan fungsi produksi dari Cobb Douglas, secara matematis dinyatakan sebagai berikut:

Y = At F(Kt, Lt) ...……….………(2.5) dimana: Y = output L = tenaga kerja K = stok kapital A = faktor produktivitas t = waktu

Persamaan 2.5 ini menyatakan bahwa output adalah fungsi dari sejumlah faktor input berupa modal, tenaga kerja dan faktor produktivitas teknologi yang ada. Dari persamaan ini dapat dikatakan bahwa kenaikan output barang dan jasa, yang dicerminkan dengan Produk Domestik Bruto (PDB) dapat terjadi melalui kenaikan penawaran tenaga kerja, kenaikan modal fisik dan peningkatan produktivitas sepanjang waktu. Pada kenyataannya pertumbuhan ini akan meningkat bila masyarakat mendapatkan lebih banyak sumber daya atau masyarakat menemukan cara penggunaan sumber daya yang tersedia untuk menciptakan output secara lebih efisien.

Dengan menganggap teknologi adalah konstanta yang mengandung pengertian dengan tidak adanya kemajuan teknologi (technological progress) yang berimplikasi pada pencapaian tingkat output dan modal jangka panjang untuk mencapai kondisi keseimbangan yang

(14)

stabil (steady-state equilibrium). Serta asumsi fungsi produksi yang digunakan dalam model Solow ini adalah bersifat skala hasil konstan (constant return to scale). Hal ini mengandung pengertian jika terjadi peningkatan modal dan tenaga kerja dalam proporsi yang sama, maka output meningkat dalam proporsi yang sama. Dengan asumsi ini dan membagi dengan 1/AL maka persamaan 2.5 diatas dapat disederhanakan menjadi:

(

,

F⎛ K , 1⎟ = 1 F K AL

)

... (2.6) ⎝ AL ⎠ AL

dimana K/AL adalah modal per unit tenaga kerja dan F(K,AL)/AL identik dengan Y/AL yang merupakan output per unit tenaga kerja. Dengan menggunakan k = K/AL, y = Y/AL dan f = F(k,1) maka fungsi produksi dapat dinyatakan dalam bentuk:

(

y

=

f )

k

... (2.7)

Dengan menggunakan fungsi produksi Cobb-Douglas maka di dapatkan:

(

K , AL

F

)

= K α

(

AL

)

1 −α 0 <

α

< 1 ... (2.7)

Fungsi ini adalah constant return to scale yaitu apabila kedua input dikalikan denagn bilangan c, didapat:

α 1 −α

(

cK , cAL ( ,

F

)

=

(

cK

) (

cAL

)

=cF K AL ) ... (2.8)

Kemudian dengan membagi kedua input persamaan diatas terhadap 1/AL, diperoleh:

( )

= ⎛⎜ K , 1⎟⎞ α = kα ... (2.9) K F ⎝ AL ⎠

Bila persamaan 2.9 diturunkan, akan diperoleh f’ = αkα−1,yang mempunyai nilai positif dan turunan keduanya yaitu f’’ = (α−1)αkα−2 = - (1-α)αkα−2, mempunyai nilai negatif. Sehingga fungsi k berbentuk seperti gambar 2.1: y Y=f(k) y* output per pekerja 14

(15)

Pengaruh FDI terhadap Pertumbuhan Ekonomi

Gambar 2.1. Fungsi produksi (output) tanpa kemajuan teknologi (Sumber: Dornbusch, R., Fischer,S & Startz, R. 2004:54)

Gambar 2.1 menunjukkan fungsi produksi, kombinasi antara GDP per kapita dan rasio modal-tenaga kerja. Fungsi produksi yang merupakan gambaran untuk memahami pertumbuhan memperlihatkan hasil pengembalian modal yang semakin berkurang. Jika modal perkapita naik sehingga para pekerja menggunakan jumlah mesin yang semakin banyak, maka output perkapita naik, tetapi dengan laju yang semakin menurun (diminishing marginal product of capital). Konsep ini selanjutnya digunakann untuk menjelaskan pencapaian kondisi stabil pada pertumbuhan.

Keadaan Stabil (Steady State)

Gagasan perekonomian dalam kondisi stabil adalah jika modal perkapita tidak berubah pada tingkat teknologi tertentu, maka output perkapita juga tidak berubah2 yang dituliskan sebagai y* dan k* yang

menunjukkan nilai, dimana stok barang modal akan menjadi persis sama untuk melengkapi orang-orang yang baru masuk bekerja dan penempatan mesin baru dan besarnya sama dengan tabungan yang tersedia dalam perekonomian. Jika tabungan lebih besar dari modal yang tersedia, sehingga modal pertenaga kerja sepanjang waktu meningkat dan outpunya juga akan meningkat. Jika tabungan lebih kecil dari persyaratan investasi, maka modal per tenaga kerja dan

Agar modal perkapita tidak berubah meskipun jumlah penduduk bertambah, maka modal harus tumbuh sama dengan pertumbuhan penduduk. Simbol untuk pertumbuhan populasi didefenisikan sebagai l = ∆L/L dan dalam kondisi stabil, ∆Y/Y =∆L/L=∆K/k =n.

(16)

output akan turun. Dalam kondisi stabil nilai output y* dan modal k*, maka tingkat tabungan dan modal yang dipersyaratkan harus sama.

2.1.3 Pertumbuhan Dengan Perubahan Teknologi

Persamaan produksi dengan teknologi yang selalu diperbaiki sepanjang waktu sering disebut technological progress, didefinisikan sebagai perubahan dalam parameter A (∆A/A>0) untuk semua perubahan produksi yang tidak disebabkan oleh perubahan faktor-faktor input (modal dan tenaga kerja) yang digunakan dalam persamaan. Perubahan dalam A atau ∆A sering disebutkan sebagai perubahan dalam total factor productivity atau TFP. Dalam persamaan fungsi produksi, baik input dan output secara langsung dapat diobservasi, sedangkan A tidak. ∆A/A diukur dalam konteks persamaan yang diadaptasi dari fungsi produksi Cobb Douglass. Fungsi tersebut menggunakan dua asumsi yaitu perekonomian yang bersaing dan constan retun to scale. Secara lengkap persamaan 2.5 diatas selanjutnya diringkas dalam bentuk persamaan pertumbuhan sbb:

∆Y ⎡∆K ⎞ ∆A

= ⎢

(

1−

θ

)

×∆L ⎤ + ⎜

θ

× ⎟ + ... 2.10) Y L ⎦ ⎝ K A

dimana:

∆Y = pertumbuhan output

Y

(

1 −

θ

)

= share tenaga kerja

∆L = pertumbuhan tenaga kerja L

θ

= share kapital

∆K

= pertumbuhan kapital

K

∆A

= kemajuan teknologi

A

sehingga persamaan 2.10, menjadi:

∆A ∆Y ⎡

=

∆K ⎞

− ⎢

(

1

θ

)

×

L

⎤ + ⎜θ ×

K

... 2.11)

A

Y

L

⎦ ⎝

(17)

Pengaruh FDI terhadap Pertumbuhan Ekonomi

Perubahan TFP sering disebut sebagai Solow residual. Penurunan secara matematis dapat dilihat dibawah ini:

Dimulai dengan fungsi produksi Y = AF(K,L) dan seberapa besar output dapat berubah jika tenaga kerja berubah sebesar ∆L, kapital berubah sebesar ∆K dan teknologi berubah sebesar ∆A, maka perubahan output akan menjadi:

∆Y = MPL ∆× L + MPK × ∆K +F

(

K , L

)

× ∆A ... 2.12)

dimana MPL dan MPK adalah marjinal produk dari tenagA kerja dan kapital. Dengan membagi kedua sisi dengan Y=AF(K,L), maka persamaan 2.12 menjadi:

∆Y MPL

MPK

(

,

=

× L +

× K +

F

K

L

)

×

∆A

... 2.13)

Y

Y

Y

A

Selanjutnya dengan mengalikan dan membagi persamaan 2.13 dengan L dan K akan didapatkan hasil sbb:

∆Y MPL × L ∆L MPK × K ∆K ∆A

=

×

+

×

×

... 2.14)

Y

Y

L

Y

K

A

Terhadap penyelesaian persamaan tersebut, maka dibutuhkan dua asumsi yang yaitu bahwa fungsi produksi menganut konsep constant return to scale (CRTS) serta perekonomian berada dalam kondisi yang bersaing. Konsep CRTS mempunyai arti bahw jika output akan naik secara proporsional terhadap kenaikan keseluruhan inputnya. Secara matematis, jika kedua input dikalikan dengan konstanta c, maka output akan digandakan sebesar AF(cK,cL) = cAF(K,L) = cY. Sementara perekonomian yang bersaing berarti faktor-faktor input dibayar pada marjinal produknya, sehingga MPL =w, dimana w adalah upah riil. Pembayaran total untuk tenaga kerja adalah tingkat upah kali sejumlah tenaga kerja, w x L; total pembayaran untuk tenaga kerja sebagai bagian keseluruhan pembayaran atau yang

(18)

disebut andil tenaga kerja (labour share) adalah MPL x L/Y. Begitupun argumen untuk kapital analog dengan tenaga kerja. Sekarang dengan mensubstitusikan share tenaga kerja untuk MPL x L/Y dan share kapital untuk MPK x K/Y pada persamaan diatas, maka didapatkan persamaan 2.10.

Selanjutnya untuk technological progress maka teknologi dalam parameter A dapat dimasukkan dalam fungsi produksi dibeberapa posisi. Namun untuk analisis matematis, diasumsikan bahwa teknologi adalah penambahan tenaga kerja (labour augmenting), sehingga fungsi produksi dapat dituliskan menjadi Y = F(K,AN) yang berarti teknologi baru meningkatkan produktivitas tenaga kerja, formulasi pada persamaan 2.10 dimodifikasi menjadi:

∆y =

θ

×∆k +

(

1−

θ

)

×∆A ... 2.15)

y k A

Dalam pertumbuhan keseimbangan, y dan k keduanya tumbuh pada tingkat kemajuan teknologinya, g (y dan k keduanya tumbuh pada tingkat technical progress ditambah tingkat pertumbuhan penduduk, g+l). Upah riil juga tumbuh pada tingkat g. Estimasi terhadap tingkat technical progress dapat diformulasikan sbb;

⎛ ∆y −

θ

× ∆kk ⎟y g ≈ ⎜

(

1 −

θ

)

... 2.16) ⎜ ⎝ ⎠

Tempat kedua untuk memasukkan teknologi dalam fungsi produksi adalah Y=AF(K,L). Penulisan A disebut sebagai TFP karena penambahan pada keseluruhan faktor, tidak hanya tenaga kerja

⎛∆y −

θ

× ∆kk ⎠ ⎟ ⎜ y , dimana g disebut sebesar-besarnya g ≈ ⎝

(

1 −

θ

)

sebagai Solow residual. Besaran g mengindikasikan bahwa TFP mengukur keseluruhan perubahan produksi yang tidak dapat dihitung oleh perubahan faktor-faktor inputnya.

(19)

Pengaruh FDI terhadap Pertumbuhan Ekonomi y y1 output per y1=f(k,A1) y0=f(k,A0) y2 2) y0 y2 sy1 sy0 sy2 pekerja =f(k,A (n+d)k k0* k1* k2* k modal per pekerja

Gambar 2.2. Fungsi produksi (output) dengan kemajuan teknologi (Sumber: Dornbusch, R., Fischer,S & Startz, R. 2004:59)

Gambar 2.2, menjelaskan bahwa kenaikan secara eksogen dalam teknologi menyebabkan fungsi produksi dan kurva tabungan mengalami kenaikan. Hasilnya adalah titik pada kondisi stabil yang baru pada output perkapita dan rasio modal-tenaga kerja yang lebih tinggi, sehingga kenaikan teknologi sepanjang waktu menghasilkan pertumbuhan output sepanjang waktu.

2.1.4 Teori Heckser-Ohlin-Samuelson: Perdagangan

Konsep perdagangan internasional dibangun berdasarkan pemikiran keunggulan komparatif dan daya saing yang berbeda antara negara. Jika negara-negara berproduksi dan berdagang dengan mengacu pada keunggulan komparatif dan persaingan, maka diyakini akan meningkatkan efisiensi penggunaan sumberdaya yang langka. Dikatakan bahwa setiap negara mempunyai keunggulan komparatif absolut dan relatif dalam menghasilkan suatu komoditas dibandingkan negara lain. Berdasarkan keunggulan komparatif tersebut, maka suatu negara akan mengekspor komoditas yang mempunyai keunggulan komparatif yang lebih tinggi dan mengimpor komoditas yang mempunyai keunggulan komparatif yang lebih rendah. Perdagangan antar negara akan membawa dunia pada penggunaan sumber daya langka secara lebih efisien dan setiap

(20)

negara dapat melakukan perdagangan bebas yang menguntungkan dengan melakukan spesialisasi produksi sesuai dengan keunggulan komparatif yang dimilikinya.

Pemikir teori perdagangan klasik tidak menelusuri lebih mendalam, mengapa bisa terjadi perbedaan keunggulan mutlak atau keunggulan komparatif antara negara yang satu dengan negara yang lain, mereka mulai dari suatu keadaan yang sudah tertentu. Baru lama kemudian, yakni sekitar tahun 1930-an, Heckscher dan Ohlin mellihat sebabnya pada perbedaan “factor endowment”di setiap negara. Asumsi-asumsi yang dipakai adalah:

a. Ada dua negara misalnya negara sedang berkembang dan negara maju), dua barang (beras dan tekstil) dan dua faktor produksi (tenaga kerja dan modal);

b. Produksi barang hanya tergantung kepada kedua faktor ini; c. Teknologi yang terdapat di kedua negara adalah sama;

d. Kedua faktor dapat disubstitusikan satu sama lainnya dan kualitasnya sama;

e. Produksi beras menggunakan teknologi yang relatif padat karya dan produksi tekstil teknologi yang relatif padat modal

Di negara sedang berkembang (NSB) tersedia faktor tenaga kerja yang relatif melimpah, sehingga tingkat upah menjadi relatif rendah. Kebalikannya faktor modal tersedianya relatif sedikit/ Sehingga harganya menjadi relatif mahal. Karena itu NSB memperoleh keunggulan komparatif. Apabila mengkhususkan diri memproduksi jenis-jenis barang yang teknologinya relatif padat karya dan dengan demikian menyerap lebih banyak faktor produksi yang relatif murah (tenaga kerja) dan relatif sedikit faktor yang relatif mahal (modal). Kebalikannya adalah untuk negara maju (NM), di sana faktor modal tersedia relatif melimpah, sedangkan faktor tenaga kerja relatif jarang. Sebab itu sebaiknya NM memilih produksi jenis-jenis barang yang teknologinya relatif padat modal. Dengan demikian NM bisa meraih keunggulan komparatif. Maka terjadi pembagian kerja secara internasional, di satu pihak NSB mengkhususkan diri pada jenis-jenis

(21)

Pengaruh FDI terhadap Pertumbuhan Ekonomi

barang yang teknologinya relatif padat karya, sedangkan NM pada jenis-jenis barang yang teknologinya relatif padat modal.

Yang ditekankan di sini adalah perbandingan faktor-faktor secara relatif. Misalnya di Indonesia tersedia 30 juta tenaga kerja dan modal US$ 1 trilyun, sedangkan di Amerika Serikat tersedia tenaga kerja sebanyak 50 juta dan modal sebesar US$ 1.000 trilyun. Maka Indonesia adalah negara yang relatif jumlah tenaga kerjanya melimpah sedangkan AS faktor modalnya yang melimpah.

Prinsip-prinsip spesialisasi dan keunggulan komparatif itu pula yang dipergunakan oleh para ekonomi untuk merumuskan aneka rupa teori mengenai manfaat perdagangan antar bangsa. Dalam rangka menjawab pertanyaan-pertanyaan mengenai faktor apa saja yang menentukan jenis-jenis barang yang hendak diperdagangkan, dan mengapa setiap negara memproduksi barang-barang tertentu yang berlainan satu sama lain, para ekonom sejak jaman Adam Smith memusatkan perhatiannya kepada adanya perbedaan biaya produksi dan harga produk yang berbeda-beda di masing-masing negara. Suatu negara, seperti halnya individu, cenderung mengkhususkan diri atau mengadakan spesialisasi dalam produksi barang-barang tertentu dalam jenis yang terbatas, yakni jenis-jenis di mana ia unggul demi meraih keuntungan yang makasimal.

Perdagangan Sebagai Motor Pertumbuhan

Gagasan mengenai peran perdagangan, lebih khusus lagi ekspor, sebagai motor penggerak pertumbuhan pertama kali diajukan oleh W. Arthur Lewis. Lewis melihat bahwa selama kurun waktu seratus tahun yang lalu laju pertumbuhan ekonomi di NSB telah tergantung dari laju pertumbuhan ekonomi di negara-negara maju. Apabila pertumbuhan di NM adalah relatif tinggi, maka pertumbuhan di NSB juga relatif tinggi, dan sebaliknya terjadi apabila pertumbuhan ekonomi menurun. Yang menjadi pertanyaan adalah, apakah keterkaitan tersebut harus demikian? Lalu apa yang akan terjadi, apabila laju pertumbuhan di NM menurun, apakah ini akan

(22)

mempengaruhi pertumbuhan di NSB? Menurut Lewis pertumbuhan di NSB yang dipengaruhi oleh pertumbuhan di NM adalah melalui perantaraan perdagangan. Laju pertumbuhan yang relatif tinggi di NM akan merangsang peningkatan impor, dan ini pada gilirannya akan menaikkan ekspor dari NSB. Antara tahun 1873 hingga 1973 dan juga dua dasawarsa sebelum tahun 1973, laju pertumbuhan perdaganan dunia dalam komoditas primer adalah 0,87 kali lipat dari laju pertumbuhan produksi hasil industri di NM. Di sini angka perbandingannya adalah kurang dari satu, yang berarti motor pertumbuhan di NM berputarnya sedikit lebih cepat dari motor pertumbuhan di NSB.

Bagaimana halnya dengan ekspor dari barang-barang hasil industri, yang perannya semakin meningkat dalam perdagangan dunia? Apabila laju pertumbuhan di NM menurun, apakah ekspor barang-barang hasil industri ini dapat menggantikan peran ekspor komoditas primer? Menurut Lewis, hal ini tidak akan terjadi, karena dalam keadaan ekonomi yang sedang menurun, NM tidak akan meningkatkan impor barang-barang jadinya, yang berarti akan menambah jumlah penduduk yang menganggur, tetapi malah akan mengurangi impornya. Namun demikian NSB tetap dapat mempertahankan tingkat pertumbuhannya yang relatif tinggi, yakni dengan meningkatkan volume perdagangan di antara sesama NSB, yang pangsa nilanya hingga saat ini masih relatif rendah. Sebabnya NSB masih banyak mengimpor barang jadi dan barang modal dari NM, dan kedudukan ini dapat diambil oleh NSB yang sudah lebih maju.

James Riedel dalam penelaahannya tidak membantah hipotesa Lewis, tetapi menemukan hal-hal berikut. Struktur ekspor NSB, khususnya di luar Afrika telah mengalami perubahan-perubahan yang besar, dari andalan pada satu komoditas primer pada masa penjajahan sebelum perang kepada peningkatan peranan ekspor barang-barang hasil industri. Diperkirakan elastisitas permintaan terhadap barang-barang industri dari NSB adalah cukup tinggi. Riedel juga menemukan bahwa

(23)

Pengaruh FDI terhadap Pertumbuhan Ekonomi

kaitan antara pertumbuhan ekspor NSB dengan tingkat kemakmuaran di NM secara statistis adalah lemah. Perhitungan statistis memang bisa menyesatkan dan memberikan hasil yang berbeda-beda tergantung dari metode dan cara pendekatan yang digunakan. Ia dan juga Kravis cenderung mengatakan bahwa perdagangan paling tidak hanya merupakan pembantu (handmaiden) dan bukan sebgai motor penggerak dari pertumbuhan.

Dari segi lain kegiatan ekspornya sendiri dianggap sebagai motor penggerak pertumbuhan ekonomi dalam negeri, karena ekspor yang lebih besar berarti ada peningkatan investasi, membuka lapangan kerja baru, meningkatkan pendapatan dan menghasilkan devisa. Kebalikannya impor dipandang sebagai kebocoran terhadap perekonomian karena dampak positif tadi jatuhnya ke pihak luar negeri. Namun pandangan ini tidak seluruhnya benar, karena impor juga menumbuhkan kegiatan investasi dalam negeri, apabila yang diimpor adalah barang modal, bahan mentah, barang setengah jadi untuk keperluan industri. Di samping itu impor barang konsumsi juga menumbuhkan kegiatan perdagangan, pengangkutan dan sebagainya yang pada akhirnya memberikan sumber pendapatan bagi banyak penduduk.

2.2 Investasi dan Pertumbuhan Ekonomi

Teori ekonomi menyarankan bahwa investasi internasional akan memilih tempat alokasi penyimpanan yang paling efisien, paling ringan hambatan untuk keluar masuk uangnya, dan paling sedikit resikonya dengan cara diversifikasi aset. Investasi internasional juga berhubungan dengan transfer teknologi. Eaton and Kortum (1996), Conolly (1997), Coe and Helpman (1995), Coe, Helpman, and Hoffmaister (1997), dan Bernstein (1996) menunjukkan bahwa prinsipal utama dari teknologi aru adalah negara yang perekonomiannya besar seperti Amerika Serikat. Dalam hal ini teori dan realita empirik menunjukkan bahwa investasi internasional sangat baik untuk pertumbuhan ekonomi.

(24)

Diantara berbagai kriteria tentang investasi internasional, Foreign Direct Investment (FDI) adalah salah satu cara yang sering dikaitkan dengan transfer teknologi. Caves (1996) dan Balasubramanyam, Salisu, and Sapsford (1996) menemukan FDI adalah salah satu bentuk investasi internasional yang paling mendorong difusi teknologi. Moran (1998) merefleksikan segmen yang luas dari literatur yang menggambarkan pengaruh FDI yaitu FDI menciptakan sebuah jaringan pemilik suplier yang mendorong interaksi yang kuat antara perusahaan induk dan cabangnya dan antara cabang perusahaan dengan negara tuan rumahnya. Secara simultan, mereka menciptakan multiplier baik secara langsung atau tidak langsung dan eksternalitas untuk suplier domestik3.

Romer (1993) menekankan peran FDI dalam transfer teknologi dan hubungannya terhadap pertumbuhan ekonomi:”..for the poorest developing nations, letting multinational firms profit from the international transmission of ideas is the quickest and most reliable

way to reduce the idea gaps that keep them poor.”4 Yang lebih

mendasar lagi, Peranan potensial FDI terhadap proses pertumbuhan ekonomi sebagai diffuser teknologi didukung oleh Model Pertumbuhan Solow (1956) dan pembuktian empiris dari Easterly and Levine (2001) dan Caselli (2004) yang menunjukkan bahwa pertumbuhan ekonomi dalam jangka panjang ditentukan oleh kemajuan teknologi dan bukan semata-mata faktor akumulasi saja. Tidak semua penelitian empiris mendukung hipotesis bahwa FDI memainkan peranan yang positif dalam proses transfer teknologi dan mendorong pertumbuhan ekonomi. Haddad and Harison (1993) meneliti Maroko, Aitken and Harison (1999) meneliti Venezuela, Djankov and Hoekman (2000) menganalisa data untuk Republik Ceko, dan Konings (2001) menguji Polandia dan Bulgaria, dan semua penelitian tersebut gagal untuk membuktikan hubungan multiplier

3

Theodore H. Moran (1998), Foreign Direct Investment and Development, Washington D. C., Institute for International Economics, p. 158.

4 Paul Romer (1993), “Idea Gaps and Object Gaps in Economic Development,” Journal of Monetary

Economics, Vol. 32, p. 548.

(25)

Pengaruh FDI terhadap Pertumbuhan Ekonomi

teknologi yang disebabkan oleh FDI. Rodrik (1999) menyatakan bahwa literatur kebijakan sekarang ini dipenuhi dengan klaim yang berlebihan tentang positive spillovers dari FDI.

Banyak penelitian lainnya menunjukkan bahwa perkembangan teknologi cenderung terkonsentrasi di daerah tertentu dan perpindahan antar negara berjalan secara lambat. Glaeser et al. (1991) mengingatkan bahwa ”... terobosan intelektual lebih mudah menerobos gang dan jalanan daripada samudra dan benua”.5

Abramovitz (1986) menunjukkan bahwa perpindahan teknologi sebagai pengaruh dari FDI to negara berkembang juga tergantung dari kemampuan ”kapabilitas sosial” untuk menyerap teknologi canggih.6 Kesimpulan Abramovitz didukung oleh Evenson and Singh

(1997), Borenztein, De Gregorio, and Lee (1998), Aitken and Harison (1999), Branstetter (2000), and Mayer (2001). Keller (1996) membuat model ekonometrika yang menarik antara hubungan pertumbuhan teknologi dengan pertumbuhan human capital. Ternyata pertumbuhan human capital tidak selalu sejalan dengan pertumbuhan teknologi.

Human capital ternyata bukan satu-satunya faktor yang determinan dalam proses penyerapan teknologi. Balasubramanyam, Salisu, and Sapsford (1996) membuktikan bahwa ukuran pengaruh teknologi tergantung dengan jumlah perusahaan domestik yang diproteksi oleh Pemerintah. Pattilo, Poirson, and Ricci (2002) mengatakan bahwa Stabilitas Makroekonomi dapat menarik FDI. Smarzynska (2000) mempresentasikan sebuah bukti sebuah perusahaan yang kuat secara teknologi merupakan anak perusahaan atau joint ventures; Dia berkesimpulan bahwa peraturan yang mendukung adanya kepemilikan saham bagi asing berpengaruh bagi transfer teknologi. Basu and Weil (1998) and Acemoglu and Zilibotti (2001) menemukan appropiateness pengembangan teknologi untuk negara berkembang.

5

Edward Glaeser, H. D. Kallal, Jose Scheinkman, and Andre Schleifer (1991). 6

Moses Abramovitz (1986), “Catching Up, Forging Ahead, and Falling Behind, “Journal of Economic

(26)

Isu yang lain adalah bahwa FDI bukan merupakan satu-satunya cara untuk mengalirkan ilmu pengetahuan antar negara. Transfer teknologi bisa terjadi dengan bermacam cara. Keller (2001, 2002) menemukan secara statistik pola perdagangan dapat menjelaskan lebih dari setengah cara diffusion teknologi diantara negara maju ketika FDI hanya dapat menjelaskan sekitar 15% variasinya. Di sisi lain, Hajeazi and Safarian (1999) menggunakan metodologi dan data yang berbeda untuk mencapai kesimpulan bahwa transfer teknologi secara lebih besar terjadi diantara negara-negara OECD daripada perdagangan.

Berdasarkan itu semua dapat dikatakan bahwa hubungan antara FDI dengan pertumbuhan ekonomi sangat kompleks. Ketidakpastian hubungan ini, investasi internasional secara umum, dan FDI secara khusus, mengakibatkan timbulnya permasalahan ekonometrika. Masalah lain ialah, analisis statistikal dihambat dengan adanya kekurangan data dalam jangka panjang. Ketika perusahaan multinasional meluaskan basis produksinya diseluruh dunia, nilai yang besar dari FDI merupakan fenomena yang menarik selama 2 dekade terakhir ini. Juga kesulitan pada penelitian ekonometrika ialah kesulitan dalam memisahkan investasi internasional dengan banyak faktor lainnya dalam menentukan pertumbuhan ekonomi. FDI bisa dapat dilihat sebagai sebab dan akibat dari perkembangan teknologi disuatu negara. Jadi, pendugaan regresi pengaruh FDI terhadap pertumbuhan ekonomi dengan mengabaikan variabel lainnya dapat menghasilkan bias. Penelitian terbaru telah menambahkan variabel penjelas dan variabel instrumen untuk mengatasi kesulitan ini.

Diskusi tentang peranan FDI dalam transfer teknologi biasanya fokus pada negara berkembang. Bagaimanapun, aliran FDI terbesar terjadi diantara negara maju. Yaitu, negara yang siap atau hampir siap dengan perkembangan teknologi terbaru yang menerima FDI dari negara lain. Tetapi ada juga beberapa contoh bahwa negara maju dengan teknologi yang siap ternyata tidak dapat mengambil

(27)

Pengaruh FDI terhadap Pertumbuhan Ekonomi

keuntungan yang sama dengan negara berkembang. Coe and Helpman (1995) menguji bagaimana aktivitas R&D berpengaruh terhadap Total Factor Productivity (TFP) di dalam dan luar negeri di 22 negara maju; Hasilnya menunjukkan bahwa banyak TFP negara maju mengambil keuntungan lebih besar dengan aktivitas R&D didalam negeri daripada aktivitas R&D diluar negeri. Bernstein (1996) menguji R&D dan TFP dengan data yang luas dari sektor industri di Amerika dan Kanada; Dia menemukan di Kanada pengaruh R&D domestik lebih kecil daripada R&D diluar negeri terhadap pertumbuhan, sedangkan di Amerika terjadi sebaliknya. Berdasarkan Bernstein and Mohnen (1998) aktivitas R&D Amerika menjelaskan 60% dari pertumbuhan TFP Jepang, sedangkan R&D Jepang menjelaskan 20% dari pertumbuhan TFP Amerika. Hanya sedikit penelitian yang fokus pada pengaruh FDI di negara maju. Misalkan, Haskel dll (2002) melaporkan pengaruh yang positif dari FDI negara berkembang terhadap Inggris dan Keller and Yeaple (2003) mencapai kesimpulan yang sama untuk ekonomi Amerika.

Penelitian dari Atrayee Ghosh Roy and Hendrik F. Van den Berg (2006) menunjukkan bahwa hubungan antara FDI dan pertumbuhan ekonomi sangat kompleks. Persamaan regresi sederhana yang biasa tidak akan dapat mengambarkan kondisi yang sebenarnya. Karena terjadi hubungan dua arah (bi-directional) antara Fdi dan pertumbuhan ekonomi yang dapat dijelaskan dengan model persamaan simultan. Jadi Roy and Berg (2006) menggunakan model persamaan simultan untuk menangkap hubungan dwi arah antara share FDI dengan GDP dan pertumbuhan ekonomi. Model ini diestimasi dengan menggunakan data runtun-waktu yang mencakup periode 1970-2001.

Pengaruh dari FDI/Y terhadap pertumbuhan ekonomi adalah berpengaruh positif dan signifikan secara statistik. Jadi pertumbuhan FDI mempunyai kontribusi yang positif terhadap pertumbuhan ekonomi dan tingkat kesejahteraan masyarakat dalam jangka panjang selama periode 1970-2001 di Amerika Serikat. Hasil estimasi

(28)

juga menyatakan bahwa tidak mungkin menentukan kecepatan relatif pertumbuhan FDI terhadap GDP. Koefisien yang negatif pada pertumbuhan GDP dalam persamaan FDI/Y mengimplikasikan bahwa elastisitas FDI terhadap GDP kurang dari satu.

Penelitian Maria Carkovic and Ross Levine (2002) menggambarkan bahwa FDI meningkat secara dramatis sejak 1980 dan banyak negara mengandalkan insentif pajak dan subsidi untuk menarik modal asing. Penjelasan ekonomi yang rasional dan sering digunakan adalah FDI dan portofolio inflows meningkatkan transfer teknologi yang akan mengakselerasi pertumbuhan ekonomi secara keseluruhan di negara tersebut. Ketika penelitian mikroekonomi menemukan sedikit bukti yang mendukung pengaruh modal asing terhadap pertumbuhan ekonomi, maka banyak penelitian makroekonomi menunjukkan hubungan yang positif antara FDI dan pertumbuhan ekonomi. Carkovic and Levine (2002) dengan menggunakan model persamaan Panel Dinamik dan bank data terbaru menyimpulkan bahwa aliran FDI bukan merupakan faktor utama terhadap pertumbuhan ekonomi.

2.3 Perdagangan dan Pertumbuhan Ekonomi

Terdapat banyak literatur yang menjelaskan pengaruh perdagangan internasional terhadap pertumbuhan ekonomi. Untuk menyebutkan beberapa nama yaitu penelitian dari Edwards (1993, 1998), Baldwin (2003), dan Lewer and Van den Berg (2003) yang menyimpulkan bahwa perdagangan mempunyai pengaruh yang positif terhadap pertumbuhan ekonomi. Penelitian ini sebagian besar menggunakan pendekatan ekonometrika yang terbaru dan masih timbul perdebatan terhadap ukuran secara pasti besaran pengaruh dari hubungan pertumbuhan ekonomi dan perdagangan. Rodriquez and Rodrik (2001) dan Rodrik, Subramnian, and Trebbi (2002) menunjukkan bahwa ada variabel institusional yang diabaikan yang mungkin dapat menunjukkan lebih jelas hubungan antara perdagangan dengan pertumbuhan ekonomi dalam model ekonometrika yang digunakan. Walaupun secara umum setiap ekonom dapat menyepakati bahwa ada korelasi yang positif antara perdagangan dengan pertumbuhan

(29)

Pengaruh FDI terhadap Pertumbuhan Ekonomi

dan terutama secara ceteris paribus perdagangan internasional adalah baik untuk pertumbuhan ekonomi.

Konsensus ini belum dapat tercapai dalam kasus perpindahan penduduk dan investasi internasional. Hanya ada sedikit penelitian sistematis mengenai pengaruh imigrasi terhadap pertumbuhan ekonomi. Penelitian mengenai pengaruh investasi internasional terhadap pertumbuhan ekonomi sangatlah bervariasi dan banyak tetapi belum mencapai konsensus yang jelas seperti hubungan antara pertumbuhan ekonomi dan perdagangan internasional.

2.4 FDI, Perdagangan dan Pertumbuhan Ekonomi di Indonesia

Sejarah perekonomian Indonesia dapat dibagi dalam empat fase yaitu periode kemerdekaan hingga 1965, dari 1965 hingga 1986, dari 1986 hingga 1997 dan terakhir periode 1997 hingga sekarang.

Selama pemerintahan Presiden Sukarno, untuk meningkatkan fiskal dibiayai dengan penciptaan uang. Kebijakan ini mengakibatkan meningkatnya inflasi dan stagnasi ekonomi. Puncak inflasi mencapai 1500% pada tahun 1965 diikuti dengan kekurangan pangan dan pengangguran yang tinggi.

Dengan mulai berkuasanya Presiden Suharto, maka mulai diterapkan kebijakan ekonomi baru yang berbeda dengan sebelumnya dan pendekatan Rencana Pembangunan Lima Tahun (Repelita) sebagai arahan pembangunan. Pendapatan dari minyak yang berlimpah memungkinkan Pemerintah untuk memainkan peran yang utama dalam pembangunan ekonomi dan tetap memelihara kebijakan yang konservatif dalam urusan fiskal dan moneter. Kenaikan harga minyak tahun 1973 merupakan salah satu berkah bagi Indonesia. Kebijakan ini berjalan sukses ditandai dengan pertumbuhan ekonomi mencapai 8% sepanjang tahun 1970-an. Turunnya pendapatan dari minyak tahun 1986 membuat tekanan terhadap kebijakan ekonomi yang sekarang.

(30)

Respon terhadap tekanan pada pertengahan tahun 1980-an membuat kebijakan ekonomi semakin menuju mekanisme pasar. Perubahan kebijakan ini mendorong aliran FDI untuk berkontribusi dalam melakukan perbaikan ekonomi. Pada akhir 1980-an dan awal 1990-an pertumbuhan ekonomi kembali pada level 1970-an. Periode ini berakhir pada tahun 1997 ketika krisis Asia juga menimpa perekonomian Indonesia.

Setelah krisis 1997, pemulihan yang terjadi di Indonesia berjalan sangat lambat dan terbatas. Meskipun krisis Asia banyak menimpa negara-negara lain tetapi yang terasa mendalam adalah di Indonesia, Malaysia, Korea, Filipina dan Thailand. Pengaruhnya terhadap perekonomian Indonesia lebih keras dan lama daripada negara-negara lain yang terkena krisis juga. GDP riil turun sekitar 13% pada tahun 1998, lebih besar dibanding dengan negara manapun juga dan pemulihan berjalan lambat, hanya dibawah 1% pertumbuhan ekonomi pada tahun 1999.

Aliran FDI negatif pada tahun 1998 (berarti terjadi pelarian modal keluar dari Indonesia) dibandingkan dengan negara lain yang hanya turun tetapi tidak negatif seperti Malaysia, Thailand, Filipina dan Korea. Pemulihan ekonomi Indonesia secara signifikan mulai pada tahun 2000 dimana pertumbuhan meningkat menjadi 4,8% ditandai dengan meningkatnya FDI. Jadi bila melihat pertumbuhan ekonomi dan pertumbuhan FDI di Indonesia maka hubungannya sangat erat. Berdasarkan penelitian dari Nagesh Kumar and Jaya Prakash Pradhan (2002) tentang hubungan antara FDI dan pertumbuhan ekonomi di 81 negara berkembang termasuk Indonesia. Untuk Indonesia berdasarkan teori statistik yang dilakukan (Granger Causality between FDI and Economic Growth) maka dapat dilihat hubungan antara FDI dan pertumbuhan ekonomi bersifat dwi arah atau saling mempengaruhi satu sama lain.

2.5 Indikator Ekonomi Makro

(31)

Pengaruh FDI terhadap Pertumbuhan Ekonomi

2.5.1.Pertumbuhan Ekonomi

Produk Domestik Bruto (PDB) adalah indikator ekonomi untuk mengukur total nilai produk barang dan jasa akhir dalam suatu perekonomian. Ada tiga pendekatan yang digunakan untuk menghitung PDB yaitu; pendekatan produksi, pendekatan

pendapatan dan pendekatan pengeluaran7). Berdasarkan

pendekatan produksi, PDB adalah total nilai tambah dari seluruh

sektor kegiatan ekonomi menurut klasifikasi lapangan usaha Indonesia (KLUI) 1990 dikelompokan dalam sembilan sektor. Dengan pendekatan produksi PDB diformulasikan sebagai berikut :

PDB = Σ N T ………..…..(2.17) dimana :

NT = nilai tambah dari seluruh kegiatan usaha dalam perekonomian PDB juga dapat dihitung dengan menggunakan pendekatan

pendapatan, yaitu dengan menjumlahkan seluruh pendapatan yang

diterima oleh produsen dalam negeri. Dengan pendekatan ini PDB dapat dirumuskan sebagai berikut :

PDB = W + OS + TSP ………..………….(2.18) dimana :

w = komponen tenaga kerja seperti upah, gaji dan tenaga kerja lain seperti kontribusi sosial.

OS=gross operating surplus perusahaan seperti keuntungan, bunga, sewa, dan penyusutan.

TSP = pajak setelah dikurangi subsidi.

Sedangkan dengan pendekatan pengeluaran, PDB dapat dirumuskan sebagai berikut :

PDB ≡ C + I + G + (X-M) ………(2.19) dimana :

C = Konsumsi rumah tangga konsumen I = Investasi (pembentukan modal bruto) G = konsumsi dari pemerintah

X = ekspor

7)

(32)

M = Impor

Persamaan diatas dapat dikelompokan C + I + G adalah permintaan domestik (aggregate expenditure) dan (X - M) adalah permintaan pasar internasional (luar negeri).

2.5.2.Investasi

Investasi di dalam pengertian umum adalah mengorbankan dana yang dikeluarkan pada saat ini untuk mendapatkan imbalan dana di waktu yang akan datang. Hal ini berkaitan dengan nilai waktu dari uang, di mana uang yang kita terima saat ini akan jauh lebih berharga dibandingkan dengan uang akan kita terima tahun depan8.

Istilah investasi netto atau pembentukan modal adalah peningkatan bersih dalam modal riil di masyarakat (peralatan, gedung, persediaan). Investasi netto hanya terjadi bila ada tambahan modal riil9. Ada dua peran yang dibawa oleh investasi, yaitu:

1. Investasi merupakan komponen pengeluaran yang cukup besar dan berubah-ubah. Perubahan besar dalam investasi akan mempengaruhi permintaan agregat dan akhirnya berakibat juga pada output dan penggunaan tenaga.

2. Investasi menghimpun akumulasi modal. Dengan membangun sejumlah gedung dan peralatan yang berguna, output potensial suatu bangsa bertambah dan pertumbuhan ekonomi jangka panjang juga akan meningkat.

2.5.3.Angkatan Kerja

Penduduk dibagi 2 yaitu yang berumur dibawah 15 tahun (secara ekonomi belum aktif) dan yang berumur diatas 15 tahun (secara ekonomi aktif). Sedangkan angkatan kerja adalah penduduk yang secara ekonomi aktif dan bekerja atau tidak bekerja tetapi sedang

Arthur J. Keown, et. al. Dasar-Dasar Manajemen Keuangan, alih bahasa oleh Chaerul D. Djakman, Salemba Empat, Jakarta, 1999, halaman 14.

9 Paul A. Samuelson & William D. Nordhaus, Ekonomi, alih bahasa oleh: Drs. A. Djaka Wasana, MSM,

jilid 1, edisi ke-12, Penerbit Erlangga, Jakarta, 1986, halaman 17.

32 8

(33)

Pengaruh FDI terhadap Pertumbuhan Ekonomi

mencari kerja. Angkatan kerja juga bukan merupakan penduduk yang sedang sekolah, ibu rumah tangga dan lain-lain.

2.5.4.Upah

Upah yang didapatkan merupakan rata-rata dari masing-masing Upah Minimum Regional (UMR) yang berlaku dari masing-masing daerah. Upah yang didapatkan berdasarkan tingkat gaji rata-rata dasar yang ditentukan oleh perjanjian upah berdasarkan hukum atau peraturan yang berlaku.

2.5.5.REER

Variabel real effective exchange rate (REER) merupakan indikator persaingan harga suatu negara dalam melakukan perdagangan internasional (Ohno, Mc Kinnon-Schnabl). Real dalam hal ini berarti nilai yang di adjust terhadap inflasi, yang merupakan efek dari depresiasi nilai tukar yang dapat di offset oleh inflasi domestik. Jika terjadi depresiasi nilai tukar 10% dan tingkat harga dalam negeri menjadi lebih mahal 10% dari harga di perdagangan internasional, maka dengan memperhitungkan atau di adjust dengan inflasi maka tidak ada perubahan terhadap daya saing (competitiveness). Untuk perhitungan indeks harga barangnya dapat menggunakan CPI, WPI, GDP deflator, Unit Labor Cost (ULC). Dalam penelitian ini kita menggunakan Indeks Harga Konsumen (IHK) sebagai indek harga. Effective sendiri mempunyai pengertian sebagai bobot (timbangan) perdagangan terhadap sejumlah negara mitra dagang yang dihitung berdasarkan proporsi terhadap total yang diperdagangkan ke sejumlah negara mitra dagang tersebut. Perhitungannya sendiri dapat berupa ekspor dan impor ataupun hanya ekspor terhadap seluruh barang ataupun sektor tertentu.

Variabel nilai tukar efektif riil digunakan untuk mengukur daya saing suatu negara terhadap komoditas ekspornya di pasaran dunia. Ukurannya merupakan representasi dari rasio harga-harga barang di luar negeri, dinyatakan dalm satuan mata uang domestik relatif

(34)

terhadap harga barang-barang di dalam negeri. Perumusan REER dapat dilihat pada persamaan 20.

REER j i

≠ = w j r ji Pj Pi

Persamaan tersebut memperlakukan mitra dagang pada pengelompokan yang berbeda, karena tujuan dari perdagangan juga berbeda-beda. Oleh karena itu pergerakan nilai tukar mata uang domestik, selain dipengaruhi oleh pergerakan kurs berbagai mata uang mitra dagang, juga ditentukan oleh intensitas perdagangan luar negeri dengan mitra dagangnya. Untuk itu perlu dilakukan pembedaan bobot (timbangan) atas mata uang berdasarkan derajat intensitas perdagangan luar negeri, yang selanjutnya dinotasikan dengan wj. Nilai wj diperoleh dengan cara menghitung besarnya sumbangan volume perdagangan (ekspor dan impor) negara dengan negara mitra dagangnya j, terhadap total volume perdagangan i. Pemilihan negara mitra dagang utama Indonesia adalah berdasarkan dari Bank Indonesia, yaitu Jepang, Amerika, Singapura, China, Malaysia, Australia, Belanda, India, Thailand, Jerman dan Hongkong.

Keseluruhan data riil yang digunakan untuk mencari nilai REER didasarkan pada tahun dasar 2000

2.5.6.Indikator Perdagangan

Indikator ini tercermin dalam neraca pembayaran (balance of payment) yang berupa ringkasan transaksi-transaksi ekonomi suatu negara dengan negara lain di seluruh dunia. Komponen utama dari neraca pembayaran terdiri atas transaksi berjalan (current account), dan transaksi modal (capital account).10) Transaksi berjalan terdiri

dari atas transaksi-transaksi riil seperti barang, jasa, pendapatan dan transfer, transaksi barang dicerminkan dalam ekspor-impor (komposisinya dibedakan dalam kelompok migas dan non migas), dan diketegorikan sebagai neraca perdagangan. Transaksi jasa

10)Current account mencatat perdagangan barang dan jasa dan juga pembayaran transfer, sedangkan capital account mencatat pembelian dan penjualan aktiva/asset seperti saham obligasi, dan tanah, Dornbusch,op.cit.hlm.166.

34

(35)

Pengaruh FDI terhadap Pertumbuhan Ekonomi

dicerminkan oleh jasa tenaga kerja dan modal/asset, misalnya upah yang dibayarkan kepada buruh/karyawan yang tinggal dinegara lain dan pembayaran bunga dari aset finansial. mencakup penanaman modal. Transaksi modal mencakup penanaman modal langsung bersih, baik oleh pemerintah maupun swasta, serta penerimaan dan pembayaran pinjaman. Dalam pembiayaan pengeluaran pembangunan setiap tahun pemerintah melakukan pinjaman luar negeri, demikian pula halnya dengan perusahan pemerintah (BUMN) yang membutuhkan tambahan modal dan investasi dalam mendukung dan memperlancar usaha dan bisnis yang dijalankan. Perdagangan luar negeri merupakan salah satu aspek penting dalam perekonomian setiap negara. Sejalan dengan meningkatnya kegiatan perekonomian di dalam negeri, pengeluaran impor menunjukan kecenderungan peningkatan dari tahun ketahun. Kenaikan itu juga berkaitan dengan berbagai kebijakan deregulasi dan debirokratisasi yang diluncurkan, deregulasi dan debirokratisasi dalam bidang impor pada umumnya berupa penyederhanaan tata niaga, penggantian bentuk perlindungan non tarif menjadi perlindungan tarif, penurunan tarif bea masuk, serta pemberian ijin impor kepada lebih banyak perusahaan, inti dari semuanya ini adalah untuk memudahkan impor. Hal ini selalu diserasikan dengan upaya-upaya pengembangan industri di dalam negeri, perangsangan investasi dan penggalakan ekspor.

Ekspor akan memberikan efek yang positif terhadap kegiatan perekonomian, karena pengeluaran dari negara lain atas barang dan jasa yang dihasilkan di dalam negeri. Sedangkan menimbulkan efek sebaliknya. Faktor utama yang menentukan kemampuan mengekspor ke luar negeri (1) daya saing dan keadaan ekonomi negara-negara lain, kemampuan suatu negara untuk menghasilkan barang yang bermutu dan dengan harga yang murah akan menentukan tingkat ekspor yang dicapai suatu negara, (2) Proteksi di negara-negara lain, karena kebijakan proteksi di negara-negara maju akan memperlambat perkembangan ekspor di negara-negara sedang

(36)

berkembang, (3) kurs valuta asing, seorang pengusaha akan menentukan untuk mengekspor barang setelah melihat pertimbangan kurs valuta asing.

Impor suatu negara juga ditentukan oleh beberapa faktor yang menentukan ekspor seperti diatas, tetapi penentu impor yang utama adalah pendapatan masyarakat suatu negara, semakin tinggi pendapatan masyarakat semakin banyak impor yang mereka akan lakukan, seperti yang tercermin dalam funsi impor sebagai berikut :

11) M = m Y ……….………..(2.11) Atau m = M0 + mY ……….……….………….(2.12) dimana; M : Nilai Impor. M0 : Impor Otonomus. Y : pendapatan.

m : kecondongan pengimpor marjinal.

11)

Sadono Sukirno,Makroekonomi Modern,1999.hlm.111

(37)

Pengaruh FDI terhadap Pertumbuhan Ekonomi

METODOLOGI DAN RANCANGAN MODEL 3.1. Metode Pengumpulan Data

3.1.1. Jenis dan Sumber Data

Data yang digunakan dalam penelitian ini merupakan data sekunder dalam bentuk time series pertriwulan yang merupakan data statistik ekonomi makro Indonesia dan 11 negara mitra dagang utama periode Januari 1999 sampai dengan Desember 2006. Data diperoleh dari International Financial Statistic (IFS), Bank Indonesia (BI), Badan Pusat Statistik (BPS) dan beberapa website. Data tersebut terdiri dari produk domestik bruto Indonesia dan mitra dagang utama, investasi dalam negeri dan luar negeri yang disetujui pemerintah, angkatan kerja, ekspor total Indonesia dan nilai ekspor ke negara mitra dagang, upah, indeks harga konsumen, nilai tukar rupiah dan nilai tukar beberapa mata uang mitra dagang terhadap dolar Amerika serta jumlah penduduk.

Prosedur yang dipakai dalam pengumpulan data didasarkan pada pencarian, pemilihan, pencatatan, dan pengkategorian data yang diperlukan dan dilakukan perhitungan sesuai dengan kategori data yang diperlukan. Beberapa variabel tersedia dan langsung dapat digunakan untuk pengolahan, sebagian lainnya perlu dilakukan perhitungan lebih lanjut. Deskripsi data yang digunakan dapat dilihat pada tabel berikut ini:

(38)

Tabel 3.1 Sumber Data No Notasi Sumber

1 Y

Tahun 1999.1-2006.1 dari IFS CD-ROM ver. June 2006, tahun 2006.2-2006.4 untuk Indonesia dan Jepang

(www.bi.go.id), AS (www.bea.gov), Singapura, Malaysia & Thailand (www.aseansec.org/stat), Korea & China

(www.worldbank.org/diolah), Australia dan Belanda (estimasi), India (www.adb.org/diolah), Jerman

(www.destatis.de/indicators/e/vgr111ae.htm), Hong Kong (www.censtatd.gov.hk/hong_kong).

2 Gr(Y) Dari perhitungan

3 I BPS (Investment Application Approved: Domestic) 4 I/Y dari perhitungan

5 FDI BPS(Investment Application Approved: Foreign) 6 FDI/Y dari perhitungan

7 L BPS (diatas umur 15 tahun, diolah) 8 Gr(L) dari perhitungan 9 X BPS (nilai FOB). 10 Gr(X) dari perhitungan. 11 W BPS 12 Gr(W) dari perhitungan. 13 Kurs

Tahun 1999.1-2006.2, dari IFS CD-ROM ver. June 2006 dengan kode RF..ZF.., data tahun 2006.3-2006.4 untuk Indonesia (www.bi.go.id), 11 negara lainnya (www.x-rates.com).

14 IHK

Tahun 1999.1-2006.2, dari IFS CD-ROM ver. June 2006 dengan kode..ZF, tahun 2006.3-2006.4 untuk Belanda (http://statline.cbs.nl/StatWeb/Table.asp), Jerman (www.destatis.de/indicators/e/vpi001ae.htm), Indonesia dan 9 negara lainnya (www.ers.usda.gov/Data/

Macroeconomics/Data/ProjectedCPIsValues.xls). 15 N www.ggdc.net/Maddison/Historical_Statistics (data pertengahan tahun, diolah) 16 Yf dari perhitungan

3.1.2 Proses Pengolahan Data

Semua data yang dipakai adalah menggunakan data dalam bentuk riil. Setiap data yang diperoleh dalam bentuk nominal (harga berlaku) maka diubah terlebih dahulu dalam bentuk riil dengan cara membagi nilai nominal dengan deflator GDP tahun 2000=100. Setelah itu dilakukan perhitungan untuk mencari pertumbuhan masing-masing variabel.

3.2. Rancangan Model 3.2.1. Persamaan Simultan

Untuk mengetahui secara keseluruhan faktor-faktor yang mempengaruhi pertumbuhan ekonomi, maka perlu disusun suatu

(39)

Pengaruh FDI terhadap Pertumbuhan Ekonomi

model yang berisi tentang hubungan interdependensi antara faktor-faktor yang mempengaruhi pertumbuhan ekonomi tersebut. Untuk itu pendekatan yang paling tepat adalah dengan pendekatan model persamaan simultan. Model ini dicirikan dengan adanya saling keterkaitan antara variabel-variabel ekonomi yang diamati, sehingga dalam model akan dijumpai lebih dari satu persamaan.

Menurut Chow (1983), model persamaan simultan baik digunakan karena paling tidak, ada dua alasan yaitu (1) sistem persamaan simultan merupakan suatu model yang cocok untuk banyak aplikasi ekonomi, (2) sistem persamaan simultan merumuskan suatu model stokastik yang cocok untuk menguji teori ekonomi serta menguji hubungan ekonomi tersebut dengan uji statistik.

Model persamaan simultan dapat memberikan suatu gambaran yang lebih baik tentang dunia nyata dibandingkan dengan model persamaan tunggal, hal ini karena variabel-variabel antara satu persamaan dengan persamaan lainnya dapat berinteraksi satu sama lain. Sebuah model ekonomi biasanya mengandung beberapa hubungan yang bersifat saling mempengaruhi yang digambarkan dalam sebuah sistem persamaan. Model persamaan simultan ini dapat menjelaskan permasalahan ekonomi yang begitu komplek, dimana ada beberapa variabel dalam suatu persamaan mempunyai keterkaitan dengan variabel yang sama, yang terdapat di dalam persamaan lainnya. Dalam persamaan simultan dikenal dengan istilah variabel endogen dan eksogen, variabel endogen adalah variabel yang nilainya ditentukan didalam sistem persamaan, sedangkan variabel eksogen adalah variabel yang nilainya ditentukan diluar persamaan model. Oleh karena itu dalam model persamaan simultan tidak mudah menentukan dan membedakan antara variabel bebas (eksogen) dengan variabel tak bebas (endogen).

3.2.2.Model Ekonometri

Ketidakpastian seputar hubungan antara pertumbuhan ekonomi dengan berbagai faktor ekonomi seperti investasi dan ekspor

(40)

mungkin lebih disebabkan karena persoalan kajian ekonometri, bukan masalah teoritis. Untuk analisis statistik, khususnya bagi negara sedang berkembang seperti Indonesia banyak menghadapi kendala berupa kekurangan data dengan jangka waktu yang panjang. Ketika kita membicarakan tentang investasi, seperti yang dilakukan oleh perusahaan multinasional dengan nilai investasi yang besar maka akan terlihat dampaknya ke perekonomian setelah beberapa periode berikutnya (dekade). Beberapa persoalan juga akan muncul, diantaranya adalah memisahkan investasi ini dengan faktor-faktor lain yang juga turut mempengaruhi pertumbuhan ekonomi tersebut.

Investasi sendiri, dalam hal ini investasi riil (FDI) secara umum memiliki motif memaksimumkan keuntungan dan minimalisasi biaya, melalui peningkatan penjualan barang atau memproduksi lebih murah. Kalangan dunia usaha melakukan investasi dengan harapan bahwa pembangunan pabrik baru atau membeli mesin-mesin baru akan mendatangkan keuntungan, peningkatan hasil penjualan melebihi biaya-biaya investasi.

Untuk lebih mengambarkan hubungan pertumbuhan ekonomi dan investasi (khususnya FDI) dalam perekonomian, kita akan menggunakan fungsi produksi Cobb-Douglas berikut ini:

α L1−α Y = AK ...3.1) dimana: Y = output riil K = stok kapital L = tenaga kerja A = produktivitas teknologi α = share dari modal

1- α = share dari tenaga kerja

Jika persamaan 1 dilinierkan didapat:

ο ο ο ο

Y = A+

α

K + (1−

α

) L ...3.2)

Gambar

Gambar 1.1: Kontribusi berbagai sektor ekonomi pada PDB Indonesia (%)  Sumber: World Development Indicator, World Bank (berbagai tahun)
Gambar 1.2: Komposisi ekspor Indonesia (%)
Gambar 1.3: Sumber pembiayaan investasi
Gambar 2.2. Fungsi produksi (output) dengan kemajuan teknologi  (Sumber: Dornbusch, R., Fischer,S &amp; Startz, R
+4

Referensi

Dokumen terkait

Pada kerjasama perdagangan internasional di antara kedua Negara tersebut, masing-masing Negara (Indonesia-cina) memiliki keunggulan kompartif sehingga efisiensi perdagangan

Studi ini mengkaji bagaimana cara bekerjanya FDI dalam mempengaruhl pertumbuhan ekooomi Sumat.era Utara, dengan membangun sebuah model perturnbuhan endogen dimana

Variabel independen investasi domestik yang diproksi dari persentase penanaman modal dalam negeri terhadap PDRB berpengaruh positif dan tidak signifikan terhadap

Tidak adanya hubungan antara FDI dengan pertumbuhan ekonomi di 5 negara ASEAN (Indonesia, Malaysia, Filipina, Thailand dan Vietnam) disebabkan uji Granger Causality

Penulis berharap dengan mengetahui hubungan antara FDI, perdagangan internasional, jumlah modal, angkatan kerja, dan pertumbuhan ekonomi; serta dengan mengetahui strategi

Apabila jumlah ekspor menurun sebesar 1 persen maka akan menurunkan pertumbuhan ekonomi sebesar 4,323 persen Hal tersebut sejalan dengan teori perdagangan

Hasil estimasi menunjukkan inovasi negara eksportir, FDI negara eksportir dan importir, serta interaksi antara FDI dengan inovasi negara eksportir memiliki pengaruh positif

Dengan kata lain, menggunakan strategi ekspor dalam meningkatkan pertumbuhan ekonomi di negara berkembang dapat menjadi suatu pilihan yang tepat dan memungkinkan...