• Tidak ada hasil yang ditemukan

Strategi Konservasi Lingkungan Kawasan Pesantren Ilmu Giri Di Selopamioro Imogiri. Oleh: Maizer Said Nahdi *

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Strategi Konservasi Lingkungan Kawasan Pesantren Ilmu Giri Di Selopamioro Imogiri. Oleh: Maizer Said Nahdi *"

Copied!
16
0
0

Teks penuh

(1)

Di Selopamioro Imogiri Oleh: Maizer Said Nahdi * Abstrak

Pesantren dan pengasuhnya telah mempunyai kepeduliaan terhadap konservasi lingkungan. Imogiri, kecamatan di DIY mempunyai keanekaragaman yang unik dengan visi “Memahayu Hayuning Bawana” yang berarti mempercantik keindahan alam. Masyarakatnya mayoritas beragama Islam dan mata pencaharian pokok adalah petani, agama dan institusi keagamaan telah memainkan sebuah peran penting dalam upaya konservasi dan pendidikan manajemen sumber daya alam. Kegiatan tersebut ditujukan untuk menggali ilmu pengetahuan tentang keragaman hayati dengan cara memanfaatkan pengetahuan lokal, membangun kepercayaan diri masyarakat dengan bantuan dari tokoh-tokoh agama serta berbagi dan bertukar informasi melalui “pendidikan konservasi,’ yaitu pendidikan rasa tanggungjawab terhadap lingkungan secara berkelanjutan yang mengajarkan keseimbangan antara kebutuhan manusia dan kelangsungan hidup makhluk lainnya sekaligus memaksimalkan partisipasi masyarakat setempat.

Manajemen konservasi yang ada pada kawasan Ilmu Giri merupakan suatu model konservasi dengan melibatkan masyarakat secara aktif, motivasi masyarakat dapat berjalan dengan baik karena mereka menyadari keuntungan yang akan diperoleh tanpa menimbulkan kerugian. Padahal pada daerah lain justru sebaliknya, masyarakat merusak daerah konservasi dengan merubah lahan menjadi daerah pertanian. Pada model ini berbagai unsur asal domain pengetahuan yang beragam menjadi bagian dari komponen yang saling berinteraksi antara dunia ekstrapersonal dan struktur intrapersonal seseorang, dan membentuk skema interpretasi individu atas dunia yang melingkupinya. Perubahan telah terjadi, peranan pesantren termasuk di dalamnya kyai sebagai agen dan aktor dalam upaya memotivasi masyarakat melakukan konservasi lingkungan menarik untuk dipelajari sebagai upaya mencegah terjadinya kerusakan dan dapat menjalankan pembangunan yang berkelanjutan maka pada makalah ini yang menjadi permasalahan adalah strategi apa yang dilakukan pesan trend Ilmu Giri sebagai upaya konservasi hutan? Mengapa masyarakat tertarik pada program penanaman kembali yang disampaikan oleh pesan trend? Dan apa saja yang telah dilakukan masyarakat dalam program konservasi hutan?.

Kata kunci: pesantren, kiai, konservasi

* Dosen pada Program Studi Biologi dan Pendidikan Biologi Fakultas Sains dan

(2)

A.Pendahuluan

Memahayu Hayuning Bawana yang berarti mempercantik keindahan alam merupakan visi yang terpampang jelas apabila kita memasuki kawasan Pesantren Ilmu Giri yang terletak pada perbatasan antara kabupaten Bantul dan kabupaten Gunung Kidul tepatnya pada desa Selopamioro Imogiri. Visi ini telah memberi semangat pada masyarakat yang ada di sekitar untuk selalu “mempercantik keindahan alam” dengan semboyan kalau kita berbuat baik pada alam, maka alampun akan baik pada kita.

Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta mempunyai luas 318.580 ha, wilayahnya terdiri dari beberapa agroekosistem yang menyebabkan terbentuknya jenis tanah dan agroklimat yang berbeda. Sedangkan klas tekstur tanah yang dominan pada sebaran tanah-tanah utama di Daerah Istimewa Yogyakarta adalah liat, lempung berdebu dan pasir halus, sehingga secara umum memiliki karakteristik sifat-sifat kimia, biologi, fisika tanah serta tingkat produktivitas yang berbeda. Selopamioro merupakan salah satu dari 438 daerah pedesaan yang ada di Daerah Istimewa Yogyakarta yang secara astronomis terletak di antara posisi 7o33’ sampai 8o12’ lintang selatan dan 110o00’ sampai 110o50o Bujur Timur,

dengan ketinggian 270 sampai 367 m dpl, berada pada perbatasan antara kabupaten Bantul dan Gunung Kidul1.

Sebagian wilayah Imogiri merupakan perbukitan karst yang kering dan tandus serta merupakan lahan kritis sebagian mempunyai jenis tanah latosol yang merupakan golongan tanah mineral yang tergolong cukup subur. Pengelolaan lahan karst membutuhkan pertimbangan khusus yang berbeda dengan daerah non karst dimana pada lahan karst mempunyai kesulitan mempertahankan air permukaan sehingga sistem pertanian yang dapat dilakukan adalah sistem pertanian tadah hujan.2 Karakteristik

wilayah ekosistem karst yang sangat spesifik menimbulkan berbagai permasalahan terutama menyangkut fungsi dan daya dukung ekosistem karst terhadap aktivitas kehidupan manusia yang berada di dalamnya, berbagai permasalahan yang muncul dapat diklasifikasi dalam permasalahan lingkup abiotik, biotik dan sosial. 3

Kawasan ini mempunyai keanekaragaman hayati yang cukup unik yang disebabkan kondisi iklim dan kondisi lahan yang merupakan

1 Lihat peta Imogiri pada lampiran

2 Urich and Peter, Tropical Karst Managemen and Agricultur Development, Example From

Bohol, (Philipina: tp., 1989).

3 Jules Pretty, Agroeclogy ion Developing Countries, the Promise of a Sustainable harvest,

(3)

peralihan dari latosol menuju ekosistem karst, di samping itu, kehidupan masyarakat juga sangat majemuk, sebagian masyarakat masih memegang tradisi jawa yang berpusat pada kraton sebagai sentral yang merupakan ciri khas masyarakat perdesaan di Daerah Istimewa Yogyakarta, sebagian masyarakat mempunyai tradisi atau kearifan ekologi secara turun temurun dan dipraktekan dalam kehidupan sehari hari sebagai upaya mempertahankan budaya leluhur sekaligus konservasi lingkungan, sebagian masyarakat berada di lingkungan pesantren Ilmu Giri. Walaupun budaya tetap dipertahankan namun nilai nilai religius juga sangat kental dan telah berhasil mempraktikan konservasi lingkungan dengan menggunakan pendekatan nilai dan budaya.

Masyarakat Selopamioro mayoritas beragama Islam dan mempunyai mata pencaharian sebagai petani. Sebagian warga masih melaksanakan acara ritual yang berjalan secara turun temurun. Agama dan institusi keagamaan dapat memainkan sebuah peran penting pada konservasi dan pendidikan di dalam manajemen sumber daya alam. Kegiatan tersebut ditujukan untuk menggali ilmu pengetahuan tentang keragaman hayati dengan cara memanfaatkan pengetahuan lokal, membangun kepercayaan diri masyarakat dengan bantuan dari tokoh-tokoh agama serta berbagi dan bertukar informasi melalui “pendidikan konservasi, yaitu pendidikan rasa tanggungjawab terhadap lingkungan secara berkelanjutan yang mengajarkan keseimbangan antara kebutuhan manusia dan kelangsungan hidup makhluk lainnya sekaligus memaksimalkan partisipasi masyarakat setempat.

Ilmu Giri merupakan salah satu pesantren yang didirikan sebagai keprihatinan terhadap semakin lebarnya kesenjangan antara orientasi pola kehidupan manusia dengan kelestarian dan keserasian lingkungan hidup. Padahal lingkungan menjadi tempat manusia hidup mempertahankan ekosistemnya. Banyak kejadian membuktikan bahwa dalam rangka upaya meningkatakan kesejahteraan diri manusia menjadi tidak peduli pada lingkungan. Penggunaan energi listrik, AC, kendaraan bahkan plastik dan sebagainya telah menjadikan manusia angkuh, merasa dapat hidup mandiri tanpa bantuan lingkungan. Akibat dari ketidak-pedulian ini menjadikan fungsi ekosistem mengalami kerusakan.

Permasalahan yang muncul adalah bagaimana masyarakat disekitar Ilmu Giri berperan serta dalam proses konservasi tanpa mengurangi kehidupan sebagai petani? Bagaimana upaya kyai untuk memotivasi masyarakat untuk melaksanakan konservasi dan bagaimana pandangan masyarakat terhadap keberadaan pesantren Ilmu Giri yang berhubungan dengan konservasi. Menurut Arambiza, et.al, 2006 perlu dicari suatu model manajemen konservasi lingkungan yang dapat digunakan dalam

(4)

pengelolaan lahan di daerah tropis secara terpadu untuk mendapatkan keseimbangan antara kebutuhan lahan, kebutuhan masyarakat, penyangga kehidupan, konservasi keanekaragaman hayati serta fungsi ekosistem. Telah banyak upaya yang dilakukan para ahli untuk mengadakan pembaharuan dan masih dibutuhkan adanya sebuah konsep yang menawarkan upaya melalui pendekatan perkembangan yang efektif dalam memenuhi kebutuhan dasar manusia dan juga tepat digunakan untuk melindungi keanekaragaman yang ada di bumi 4.

Menurut Llambit,5 partisipasi aktif dari masyarakat lokal merupakan strategi penentu keberhasilan konservasi lingkungan, yang harus menjadi perhatian adalah bagaimana mengupayakan agar masyarakat tertarik. Ketertarikan ini sangat tergantung pada manfaat yang dirasakan baik secara langsung maupun tidak langsung, pengetahuan mereka terhadap ekosistem, sistem nilai dan hubungan mereka dengan alam. Pada tulisan ini akan dipelajari tentang pesantren dan konservasi apakah merupakan suatu perubahan? Bagaimana petani dapat berpartisipasi dan termotivasi pada konservasi lingkungan dan bagaimana strategi pesantren ilmu giri memotivasi konservasi lingkungan.

Tulisan ini merupakan bagian dari hasil penelitian yang dilakukan secara berkala setiap musim dengan tujuan untuk mengetahui strategi yang dilakukan pesantren Ilmu Giri untuk konservasi lingkungan dan bagaimana kehidupan masyarakat Selopamioro dalam melakukan pertanian dengan sistem tadah hujan. Metode pengumpulan data diperoleh melalui observasi dan wawancara langsung dengan masyarakat yang bertempat tinggal di desa Nogosari, Selopamioro Kecamatan Imogiri, Kabupaten Bantul, santri, pengurus serta kyai yang aktif mengelola pesantren, Data yang diperoleh dianalisis secara kualitatif dan disajikan dalam bentuk narasi.

B. Pesantren dan Konservasi: suatu Perubahan?

Fenomena alam yang terjadi, berupa pencemaran dan kerusakan lingkungan merupakan fenomena yang harus dihadapi oleh manusia. Berbagai fenomena yang muncul sebagian besar adalah ulah tangan manusia. Hal ini disebutkan oleh Hawley. A.H (1986) dalam buku Human Ecology A Theoretical Essay menyebutkan bahwa komponen yang penting

4 Arambiza E and Painter M, Biodiversity Conservation and the quality of Life of

Indigenous People in the Bolivian Chaco, Human Organization Spring 2006, ABI/INFORM Research, 2006.

5 Llambi D.L, Smith K.J, Pereira N, Pereira A.C, Valero F, Monasterio M and

Davila M.V, Participatory Planning for Biodiversity Conservation in the High Tropical Andes : Are farmers interested?, Mountain Research and Development Vol 25 (3), 2003.

(5)

dalam analisa ekologi adalah ekosistem, populasi dan lingkungan. Manusia sebagai komponen populasi mempunyai peranan yang besar dalam memanfaatkan, mengelola dan mengendalikan fenomena yang terjadi di alam6. Maka, manusia bertanggungjawab terhadap keberlanjutan ekosistem

karena manusia diciptakan sebagai khalifah.7

Pesantren merupakan komunitas tersendiri dimana kyai, ustad, santri, dan pengurus pesantren hidup bersama dalam suatu komunitas pendidikan berlandaskan nilai-nilai Islam lengkap dengan norma-norma dari kebiasaan-kebiasaannya sendiri. Kyai-ulama adalah penentu pergerakan pesantren, pemimpin masyarakat, pengasuh pesantren dan sekaligus sebagai ulama. Kyai-ulama dalam tradisi pesantren bertindak sebagai figur sentral di tengah masyarakat,8 segala ucapan, perbuatan dan

tingkah lakunya dijadikan sokoguru oleh umat. Dalam realitas hubungan sosial, pesantren senantiasa menjadi kekuatan yang amat penting yaitu sebagai pilar sosial yang berbasis nilai keagamaan yang memiliki kedekatan dengan masyarakat melalui kerekatan psikologis dan ideologis.9

Sebagai lembaga pendidikan yang selalu menjunjung tinggi ajaran Islam sebagai agama ramah lingkungan,10 Ilmu Giri merupakan salah satu pesantren yang didirikan sebagai keprihatinan pada makin lebarnya kesenjangan antara orientasi pola kehidupan manusia dengan kelestarian dan keserasian lingkungan hidup. Padahal lingkungan menjadi tempat manusia hidup mempertahankan ekosistemnya. Banyak kejadian membuktikan bahwa dalam rangka upaya meningkatakan kesejahteraan diri manusia menjadi tidak peduli pada lingkungan. Penggunaan energi listrik, AC, kendaraan bahkan plastik dan sebagainya telah menjadikan manusia angkuh, merasa dapat hidup mandiri tanpa bantuan lingkungan. Akibat dari ketidak-pedulian ini menjadikan fungsi ekosistem mengalami kerusakan11.

Pesantren dan kiai merupakan satu kesatuan yang tidak terpisahkan, di mana keberadaan pesantren tidak lepas dari kerja keras kiai baik dari segi fisik maupun materi, Pesantren Ilmu Giri yang terletak di puncak bukit Pegunungan Seribu, tepatnya di Dusun Nogosari, Selopamioro, Kecamatan Imogiri Kabupaten Bantul (Gambar 1), berdiri pada tanggal 4

6 Hawley. A.H (1986) 7Al-Qur’an, QS 2: 30. 8 Horikoshi,1987.

9 Rofiq Widodo, Icep Fadlil Yani, Pemberdayaan Pesantren, (Yogyakarta: PT LKiS

Pelangi Aksara, 2005).

10 Yusuf al-Qaradawi, 2002, Islam Agama Ramah Lingkungan, terj. Abdullah Hakam

Sah dkk, (Jakarta: Pustaka Al Kautsar, t.t.)

(6)

Mei 2004. Kondisi tempatnya dikelilingi hutan jati dengan suasana pegunungan, semua bangunan termasuk musholla yang ada bernuansa pedesaan, masyarakat yang sebagian besar berprofesi sebagai petani mempunyai hubungan yang sangat akrab. Tujuan didirikannya Pesantren Budaya ini lebih mengutamakan pengembangan, pelestarian, pemeliharaan alam, melestarikan budaya bangsa, yang paling utama tentunya pendidikan agama. Sehingga di samping mengajarkan ilmu agama juga membekali santrinya dengan berbagai keterampilan mulai dari bercocok tanam sampai membuat kerajinan. Hal ini dilakukan dengan alasan bahwa untuk mempersiapkan generasi masa yang akan datang di era teknologi dan industrialisasi, maka ilmu agama dan keterampilan sangat dibutuhkan agar mereka dapat hidup mapan baik secara materiil maupun spiritual.12

Ilmu Giri didirikan sebagai upaya mengantisipasi masalah lingkungan dengan selalu melandasi diri pada ajaran agama. Pesantren ini diharapkan dapat membimbing masyarakat mulai dari orang dewasa sampai ke anak-anak untuk meningkatkan kualitas diri dengan tidak meninggalkan lingkungannya. Untuk itu, pesantren menempatkan visi dan misi pergerakannya dengan pendekatan Verma Culture untuk memecahkan masalah masyarakat dan lingkungan yang meliputi; keterbelakangan, kebodohan, kemiskinan dan kerusakan lingkungan hidup; dengan tiga pilar yaitu: 1). Konservasi, pondok pesantren secara aktif berperan diri melakukan konservasi lingkungan, budaya, sosial dan lain-lain, 2). Pendidikan, untuk melepaskan masyarakat dari keterbelakangan dan kebodohan maka dilakukan pendidikan berbasis masyarakat dalam bentuk Sekolah Alam dan Taman Pembelajaran, yang melakukan pendidikan formal dan non-formal 3). Ekonomi Produktif, untuk memecahkan masalah kemiskinan maka dikembangkan pemberdayaan ekonomi masyarakat dengan menggalakkan kegiatan ekonomi produktif dalam semua sektor usaha masyarakat; pertanian, kehutanan, usaha kecil dan lain lain.

Program pengembangan Ilmu Giri ini di antaranya berupa pengembangan Dusun Santri Agroforestry berupa Gerakan Rehabilitasi Hutan dan Lahan dengan Pola Hutan Santri. Dalam program tersebut ada 3 komponen besar yang akan dilakukan yang meliputi; 1) rehabilitasi lahan dan penanaman kembali hutan, 2) pelatihan peningkatan kapasitas (capacity building) 3). pendampingan dan pemberdayaan sosial, ekonomi dan budaya masyarakat. Diharapkan dengan program ini akan dapat melestarikan hutan di Desa Selopamioro dan sekitarnya, meningkatkan kesejahteraan

(7)

masyarakat dengan ditandai peningkatan pendapatan (income generating capacity) karena bertambahnya akses kepada sumber-sumber ekonomi.

Dampak lain adalah terjadi peningkatan ekonomi (multiplayer effect ekonomi) kepada warga masyarakat lain yang berada di Desa Selopamioro dan sekitarnya. Sekolah alam juga menjadi alternatif penyelamatan lingkungan ini. Sekolah alam ini diharapkan dapat mengarahkan pola budaya hidup peserta didik pada kepedulian terhadap lingkungan hidup. Melalui sekolah alam diharapkan dapat membuka pemahaman peserta didik tentang lingkungan yang secara substansial terfokus pada kesadaran akan makna eco-spirituality. Aspek-aspek pendidikan lingkungan yang mencakup pengetahuan lingkungan secara umum, internalisasi nilai-nilai penyelamatan lingkungan dan pencarian pola-pola aksi penyelamatan lingkungan, melalui pelatihan ekonomi lingkungan yang disistematisasi lebih jauh ke dalam sebuah ceruk (niche) yang spesifik, yaitu eco-spirituality lingkungan yang inherent dalam dinamika komunitas lokal. 13

Gambar 1. Peta penggunaan lahan desa Selopamioro, Kec. Imogiri, Kab. Bantul Penanaman kembali hutan dilakukan dengan konservasi lingkungan, empat tahun silam kondisi kawasan ini sangatlah gersang, kemudian dilakukan kerjasama dengan dinas kehutanan terdapat bantuan 500.000

(8)

pohon yang didistribusikan ke masyarakat melalui 6 RT, setiap RT mendapat 1000 pohon dan sisanya di taman di lingkungan pondok. Konservasi di sini dengan cara yang unik yaitu mewajibkan pasangan yang mau menikah untuk menanam masing-masing 20 pohon. Pasangan yang berbulan madu diwajibkan menanam pohon sesuai kemampuan yang dimiliki. Belum lagi penanaman pohon cendana yang jumlahnya mendekati 2000 pohon. Inilah yang menjadikan kawasan ini menjadi nyaman dan hijau serta menarik untuk dikunjungi.14 Timbul pertanyaan

mengapa masyarakat bersedia menanam pohon?

Manajemen konservasi yang ada pada kawasan Ilmu Giri merupakan suatu model konservasi dengan melibatkan masyarakat secara aktif, motivasi masyarakat dapat berjalan dengan baik karena mereka menyadari keuntungan yang akan diperoleh tanpa menimbulkan kerugian. Padahal pada daerah lain justru sebaliknya di mana masyarakat merusak daerah konservasi dengan merubah lahan menjadi daerah pertanian. Pada model ini berbagai unsur asal domain pengetahuan yang beragam menjadi bagian dari komponen yang saling berinteraksi antara dunia ekstrapersonal dan struktur intrapersonal seseorang, dan membentuk skema interpretasi individu atas dunia yang melingkupinya.15

Perubahan telah terjadi, peranan pesantren termasuk di dalamnya kyai sebagai agen dan aktor dalam upaya memotivasi masyarakat melakukan konservasi lingkungan menarik untuk dipelajari sebagai upaya mencegah terjadinya kerusakan dan dapat menjalankan pembangunan yang berkelanjutan maka yang menjadi permasalahan adalah strategi yang telah dilakukan pesantren ilmu giri sebagai upaya konservasi hutan. C.Petani dan Konservasi: Suatu Keseimbangan

Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta mempunyai luas 318.580 ha, dimana wilayahnya terdiri dari beberapa agroekosistem yang menyebabkan terbentuknya jenis tanah dan agroklimat yang berbeda. Sedangkan kelas tekstur tanah yang dominan pada sebaran tanah-tanah utama di Daerah Istimewa Yogyakarta adalah liat, lempung berdebu dan pasir halus. Sehingga secara umum memiliki karakteristik sifat-sifat kimia, biologi, fisika tanah serta tingkat produktivitas yang berbeda.

Pertanian merupakan mata pencaharian utama sebagian besar masyarakat di kawasan Selopamioro, dengan kombinasi tanah yang

14 Wawancara dengan pengasuh pesantren Juli 2008.

15 Y.T. Winarto, "Dialektika Pengetahuan Petani dan Ilmuwan: Terjadikah

Evolusi Budaya Cocok Tanam", pada Simposium Internasional Jurnal Antropologi Indonesia ke 2. (Padang: Kampus Limau Manis Universitas Andalas, 2001).

(9)

dimiliki yaitu ekosistem karst yang tandus dan gersang bercampur dengan tanah latosol yang subur, sistem pertanian dengan tadah hujan sehingga kebutuhan air sangat tergantung curah hujan yang turun. Pola tanam menunjukkan bahwa ada 4 musim dalam satu tahun yang menjadi patokan masyarakat untuk menentukan jenis vegetasi sesuai sistem “pranata mangsa” yang telah diikuti secara turun temurun. Saat terdapat kemelimpahan air di musim hujan atau “rendeng” masyarakat petani menanam padi, musim pancaraoba setelah rendeng penanaman vegetasi hortikultura yaitu bawang merah, kacang tanah, kacang hijau dan waktu musim kemarau menanam palawija I antara lain sayur sayuran, cabe, bawang merah dan bawang putih dan sebagian menanam palawija II antara lain tembakau, kacang dan dele. Mereka memahami tentang “pranata mangsa” sebagai pedoman masa tanam dan masa panen16. Mengapa terdapat perbedaan penanaman pada lahan yang sama?. Perbedaan muncul karena kebutuhan yang berbeda dan perbedaan melihat pasar kedepan.

Berdasarkan data dari Info energi tahun 2007: Dua tahun belakangan, perubahan iklim menjadi topik yang tiada habisnya dan dari data statistik yang dikeluarkan oleh IPCC, 2007, menunjukkan kejadian fenomena iklim yang ekstrim antara lain lamanya musim kemarau dan tingginya curah hujan. Hasil penelitian pada 13 stasiun klimatologi, litbang Deptan oleh Syahbuddin dkk17 menegaskan telah terjadinya perubahan iklim di Indonesia terdapat tendensi terjadinya peningkatan jumlah curah hujan tahunan di wilayah Indonesia, tentunya berlaku juga di dusun Selopamioro dimana sebagian besar masyarakat mempunyai mata pencaharian pertanian dengan mengandalkan curah hujan.

Sebagai petani dengan sistem tadah hujan dengan menggunakan pranata mangsa yang telah dilakukan secara turun temurun mendapatkan masalah dengan curah hujan yang tidak sesuai dengan perkiraan yang menjadikan petani harus berusaha dengan berbagai upaya agar pertanian mereka tetap berjalan dan berhasil dengan baik. Pertanyaan yang muncul adalah bagaimana upaya yang dilakukan petani di dusun Selopamioro menghadapi curah hujan yang tinggi?. Seperti kawasan karst pada umumnya Dusun Nogosari dengan ekosistem karstnya yang mempunyai variasi jenis tanah yang ditunjukan dengan variasi warna tanah yang menyebabkan variasi vegetasi permukaan juga berbeda. Masyarakat petani telah mengalami perkembangan jenis vegetasi yang ditanam sesuai dengan

16 Sudarsono Anshory Nasruddin, Kearifan Ekologi dalam Perspekti Budaya Jawa,

(Jakarta: Yayasan Obor, 2008).

17 Syahbuddin Haris, Zonasi Wilayah Rawan Kekeringan Tanaman Pangan, Journal

(10)

kebutuhan masyarakat. Dengan pengetahuan yang dimiliki secara turun temurun dan uji coba yang dilakukan sebagian petani serta introduksi pengetahuan lain telah mempercepat perkembangan pengetahuan mereka. Masyarakat petani lokal yang selama ini telah memiliki sebuah sistem untuk melakukan pertanian berdasarkan ilmu titen yang telah mereka lakukan secara turun temurun dan juga modifikasi dengan adanya modernisasi baik dari pemerintah dengan adanya revolusi hijau ataupun sekolah lapang iklim, untuk menjaga agar pertanian mereka dapat berkelanjutan telah mengadakan perubahan perubahan dengan menyesuaikan kondisi yang ada karena sebenarnyalah masyarakat sendiri yang mengetahui perilaku dari lahan yang mereka miliki.

Pemanasan global sekarang menjadi momok bagi semua orang. Kacaunya iklim mempengaruhi siklus pertanian saat ini. Dulu musim kemarau dan musim hujan masing-masing berlangsung enam bulan dalam setahun. Kini sudah berubah. Ada kalanya musim kemarau lebih panjang. Ini jelas merugikan petani. Mereka tidak bisa lagi memprediksi kapan waktu yang cocok untuk mulai menanam. Dengan sangat terpaksa mereka

(11)

tetap menanam, walau berisiko gagal panen. Sebagian petani melakukan uji coba dengan menanam padi pada musim pancaroba, pemandangan seperti ini merupakan pemandangan yang tidak biasa namun ternyata menguntungkan karena ternyata musim hujan lebih panjang. Sebagian petani tetap pada “pakemnya” dengan menanam palawija dengan konsekwensi “ bonyo”, saat seperti ini muncul petani “bingung” dan petani “peneliti”.

Sebagian besar petani dengan pengetahuan yang dimiliki memanfaatkan lahan dengan model “sewa” untuk menanam palawija seperti bawang, lombok, kacang atau lainnya karena menganggap air sudah mulai berkurang dan musim telah memasuki pancaroba. Dengan kondisi musim yang sulit diprediksi ternyata air tetap melimpah, maka hamapun menyerang vegetasi yang baru berbentuk kecambah. Pemahaman mereka tidak mungkin lahan tersebut ditanami vegetasi yang sama karena tidak akan berhasil. Di sinilah muncul “kearifan ekologi” yang memunculkan kesadaran mikro kosmis masyarakat Jawa tidak terlepas dari hubungan manusia dengan lingkungan sekitarnya.18

D.Konservasi dan Peningkatan Kesejahteraan Masyarakat : Suatu Kebutuhan

Konsep learning society dan learning natural, yaitu konsep pembelajaran yang berbasis dan berorientasi pada masyarakat, budaya, dan alam atau lingkungan di terapkan di ”Pesantren” ini. Maka dalam rangka berintegrasi itulah, sejumlah kegiatan yang telah dilakukan antara lain gerakan penghijauan hutan dengan menanam ratusan ribu pohon jati super dan buah, ribuan bibit pohon jarak dan pohon cendana, menyelenggarakan event-event budaya Jawa, memberikan bantuan ternak kepada masyarakat dan membuka lembaga keuangan mikro untuk membantu usaha warga setempat. Pesantren ini berkembang sangat pesat dan warga lima dusun di Desa Selopamioro telah ikut bergabung menjadi santri. Masyarakat mulai merasakan adanya perubahan, merasa lebih maju, mulai menampakan hasilnya, artinya selain makin menjembatani akses dengan dunia luar, program-program yang dijalankan sangat dirasakan manfaatnya oleh masyarakat setempat.

Berdasarkan observasi lapangan ditemukan bahwa sebenarnya selama 5 tahun kiprah dari pesantren ilmu giri sudah nampak dan menguntungkan bagi masyarakat antara lain: 1) Bidang ekonomi: sebelum ada pesan tren masyarakat sering terjerat hutang melalui rentenir, setelah

18 Baiquni, Strategi Penghidupan di Masa Krisis, Belajar dari Desa, (Yogyakarta: IdeAs

(12)

berdiri BMT yang berfungsi untuk simpan pinjam, masyarakat terbebas dari jeratan rentenir dengan hutang di BMT dan dibayar saat panen atau disebut dengan istilah Yarnen (bayar kalau panen) dengan sistem bagi hasil, misalnya kalau pinjam untuk membeli lembu maka 1 kaki lembu menjadi milik BMT dan 3 kaki menjadi pemilik peminjam, 2). Sarana prasarana, saat ini jalan untuk sampai ke peantren telah beraspal dan bandingkan dengan 5 tahun lalu dimana daerah ini betul betul terisolasi,. 3). Ketersediaan air, daerah ini berbatasan dengan gudung kidul dengan lahan karst yang sulit menyimpan air , dengan dibuatnya tandon air yang cukup besar bisa menampung air yang dapat dimanfaatkan oleh masyarakat. 4) Konservasi lingkungan, sebelum ada pesan tren ilmu giri kondisi lingkungan Selopamioro sangat gersang19. Dengan memotivasi

masyarakat melalui pertemuan yang diadakan setiap minggu, saat ini Selopamioro merupakan dusun yang sudah hijau.

Proses kehidupan dan kegiatan di pesantren merupakan suatu siklus yang dapat menggambarkan suatu model connectionist di mana proses kognitif dilihat sebagai proses paralel yang berarti bahwa semua rangsangan yang diperoleh diproses secara bersamaan, unsur pengetahuan menjadi aktif dalam kombinasi tertentu karena adanya rangsangan tertentu yang diterima. Semakin sering rangsangan diterima, semakin mantap kombinasi unsur tadi dalam individu artinya model ini telah belajar sesuatu dari lingkungan.20

Dukungan yang kuat juga diberikan oleh para tokoh dalam mengembangkan strategi dan tindakan untuk disampaikan pada masyarakat. Kegiatan konservasi biasanya dilaksanakan di dalam bimbingan dari para sesepuh dan tokoh masyarakat. Banyak pertemuan khusus maupun mingguan diadakan di mesjid dan tempat lain di mana tempat masyarakat pada umumnya berkumpul. Pemimpin agama membantu masyarakat memahami kontek sosial ekonomi seperti halnya aspek konservasi yang ada di wilayah tersebut. Berdasarkan hasil wawancara dengan warga setempat dikatakan bahwa untuk menyelesaikan permasalahan lingkungan setempat dan prospek konservasi didapatkan bersama dengan para sesepuh dan tokoh masyarakat. Penemuan dapat dijadikan sebagai alat bantu guna memprioritaskan ragam tindakan konservasi lokal. Sementara orang sibuk dengan hasil panen, mereka diberikan penjelasan tentang nilai-nilai konservasi dan peranan yang mereka dapat berikan.

19 Wawancara dengan masyarakat 24 Mei 2009. 20 Chosin, 2002.

(13)

Pemimpin masyarakat dan agama juga secara sukarela berkunjung ke desa lain untuk bekerja dengan berbagai masyarakat di dalam mengkomunikasikan kebutuhan konservasi. Dalam hal ini, urusan keluar ditangani oleh pimpinan yang dia disebut sebagai kiai sedangkan untuk urusan ke dalam Pesanren dikelola langsung oleh masyarakat dan pada setiap hari minggu diadakan sekolah alam, yaitu suatu proses pembelajaran dimana siswa langsung berinteraksi dengan alam sehingga banyak siswa yang telah mengetahui dan hafal dengan nama 40 jenis pohon yang ada beserta dengan kegunaannya. Sedangkan kegiatan untuk orang tua dilakukan setiap malam Rabu dan Sabtu malam, dimulai dengan sholat khajat 2 rakaat dilanjutkan dengan ceramah.

Partisipasi aktif masyarakat sejak awal perencanaan dan pemilihan model manajemen berkelanjutan serta penggunaan tanah dapat diperoleh apabila dibuat suatu sistem di mana masyarakat mendapat insentif yang positif, manajemen yang realistis, penegakan hukum dan kesepakatan institusional21. Tantangan utama adalah proses penjelasan pada masyarakat

bahwa mereka akan mendapatkan insentif secara ekonomi, ramah lingkungan, praktis akan menghasilkan hasil teknologi yang tetap terjangkau. Sedangkan untuk mencegah pelanggaran oleh masyarakat membutuhkan penguatan kapasitas institusional pada lembaga lembaga yang berbasis komunitas. Permasalannya adalah bagaimana agar masyarakat berpartisipasi dalam konservasi? Apakah mungkin antara pertanian dan konservasi berjalan bersama di Pesan Trend Ilmu Giri?

Masyarakat di lingkungan hutan tropis sering menderita karena adanya beberapa proses yang mengancam keanekaragaman hayati, memerlukan suatu perenungan untuk mengetahui bagaimana cara untuk mencapai konservasi pada daerah tropis karena pada daerah ini pengambil keputusan belum menganggap bahwa konservasi merupakan hal yang penting. Sementara itu, para ahli konservasi secara terus menerus melihat permasalahan yang dihadapi oleh masyarakat lokal, kegagalan proyek konservasi serta pengembangan yang terintegrasi serta konservasi yang berbasis masyarakat mempunyai peranan untuk kembali pada paradigma konservasi perlindungan.22

21 Bajracharya B.S, Furley A. P and Newton C. A, Effectiveness Community

Involvement in Delivering Conservation Benefits to the Annapurna Conservation Area, Nepal, Environmental Conservation, volume 2, Fondation for Environmental Conservation, 2005.

22 Shell D, Puri R, Wan M, Basuki I, Heist M.v. Lisnawati N, Rukmiyati,

Rakhmatika I, Samsoedin I, Recognizing Local People’s priorities for Tropical Forest Biodiversity, Ambio Vol 35 (1), 2006.

(14)

Sanderson dan Redford memaparkan bahwa baik konservasi dan pemberantasan kemiskinan pada ekosistim yang terpencil dan rawan akan bermanfaat apabila dedikasi untuk membangun kemitraan tersebut memunculkan kekuatan pada masing-masing kelompok dan menghormati perbedaan yang ada. Memberantas kemiskinan dan melindungi keanekaragaman hayati merupakan dua tujuan yang berbeda, akan tetapi pada pelaksanaanya, keterkaitan yang ada akan menjamin upaya kerjasama berikutnya, terlepas dari kesulitan yang ada.23 Membangun kemitraan yang

efektif dan memanfaatkan masyarakat lokal akan memberikan hasil konservasi yang signifikan dari upaya yang signifikan pula.

E.Penutup

Ekosistem dan keanekaragaman hutan tropis saat ini telah mengalami degradasi sehingga kehilangan fungsi ekologisnya akibat dampak pemanfaatan oleh manusia untuk memenuhi kebutuhannya, pengelolaan hutan tropis diperlukan penanganan dan manajemen secara serius dan baik serta terus menerus dengan melibatkan berbagai pihak mulai dari pengambil kebijakan, ahli ekologi dan konservasi. Yang paling utama adalah melibatkan partisipasi masyarakat baik melalui pendidikan, pendekatan agama, budaya dan lainnya. Keberhasilan konservasi dengan pendekatan partisipasi masyarakat telah banyak dilakukan, baik melalui pendekatan agama, budaya atau lainnya tergantung mana yang paling dominan pada wilayah yang akan dijadikan daerah konservasi. Partisipasi ini dimulai dari perencanaan, pelaksanaan sampai pada pengambilan kebijakan dan pengawalan kebijakan melalui penegakan hukum.

Perubahan paradigma yang terjadi di lingkungan pesantren merupakan suatu fenomena perlu dicermati dan diteliti lebih lanjut, ekopesantren merupakan kelompok pesantren yang menunjukkan telah peduli pada konservasi lingkungan dan dapat merupakan suatu model sebagi upaya pelestarian lingkungan dengan tetap memegang teguh pada ajaran Islam tetapi juga dapat mengadopsi pengetahuan ilmiah atau pengeytahuan barat. Melalui pendekatan agama dan ketokohan pimpinan pesantren maka di pada kawasan Selopamioro telah berhasil diadakan konservasi lahan sehingga pesantren dan masyarakat dapat merasakan keuntungan dari hasil kerja keras mereka tanpa meninggalkan kegiatan pertanian.

23

(15)

Daftar Pustaka

al-Qaradawi, Yusuf, Islam Agama Ramah Lingkungan, terj. Abdullah Hakam Sah dkk, Jakarta: Pustaka Al Kautsar, 2002.

Anshory, Nasruddin, Kearifan Lingkungan, 2008.

Arambiza, E. and Painter M, Biodiversity Conservation and the quality of Life of Indigenous People in the Bolivian Chaco, Human Organization Spring, ABI/INFORM Research, 2006.

Bajracharya B.S, Furley A. P and Newton C. A, Effectiveness community involvement in delivering conservation benefits to the Annapurna conservation Area, Nepal, Environmental Conservation, volume 2, Fondation for Environmental Conservation, 2005.

Choesin, E.M, Connectionism: Alternatif dalam Memahami Dinamika Pengetahuan Lokal dalam Globalisasi, dalam Antropologi Indonesia 26, No,69, 2002.

Haedari, Amin, “Dari Pesantren Melayani Pesantren”, Jakarta: Ikhlas Departemen Agama Republik Indonesia, 2008.

Hawley, A.H., Human Ecology A Theoretical Essay, London: The University of Chicago Press, 1986.

Kabar Indonesia, 16 November 2007

Koontz, M.T. dan Bodine J, Implementing Ecosistem Management in Public Agencies: lessons from the U.S. Bureau of Land Management and the Forest Service, Conservation Biology, Volume 22 No 1, 2006.

Llambi D.L., Smith K.J, Pereira N, Pereira A.C, Valero F, Monasterio M and Davila M.V, Participatory Planning for Biodiversity Conservation in the High Tropical Andes: Are farmers interested?, Mountain Research and Development Vol 25 No3 Aug 2005.

Rofiq, Widodo, Icep Fadlil Yani, Pemeberdayaan Pesantren, Yogyakarta: PT Lkis Pelangi Aksara, 2005.

Shell D, Puri R, Wan M, Basuki I, Heist M.v. Lisnawati N, Rukmiyati, Rakhmatika I, Samsoedin I, Recognizing Local People’s priorities for Tropical Forest Biodiversity, Ambio Vol 35, No 1, Februari 2006. Suara Merdeka 15 Oktober 2005.

(16)

Wawancara langsung dengan Subardi 20 Mei 2008.

Winarto, Y,T, Dialektika Pengetahuan Petani dan Ilmuwan: Terjadikah Evolusi Budaya Cocok Tanam, pada Simposium Internasional Jurnal Antropologi Indonesia ke 2., Padang: Kampus Limau Manis, Universitas Andalas, 2001.

Young J, Richard C, Fischer A, Halada L, kuli T, Kuzniar A, Tartes U, Yordan U, Conflicts between Biodiversity Conservation and Human Activity in the Central and Eastern European Countries, Ambio Vol 36, No 7, November 2007.

Gambar

Gambar 1. Peta penggunaan lahan desa Selopamioro, Kec. Imogiri,  Kab. Bantul

Referensi

Dokumen terkait

The wood of the outer portions of ponderosa pine of sawtimber size is generally moderately light in weight, moderately low in strength, moderately soft, moderately stiff, and

Selama pelaksanaan PPL II di SMP Negeri 15 Semarang yang dilaksanakan mulai tanggal 27 Agustus sampai dengan 20 Oktober 2012 , para guru praktikan mendapat sambutan

Pada pengujian akurasi sistem pada sistem klasifikasi kepribadian dengan menggunakan data Twitter dan algoritme KNN ini akan dilakukan perhitungan jumlah data yang

Hal : Pengumuman nama-nama Peserta Kategori LULUS dan DISKUALIFIKASI Hasil Penilaian Portofolio kuota 2008... Pacitan

Pasien dengan PCV mungkin menunjukkan gejala yang bervariasi sehingga dapat menyulitkan penegakkan diagnose PCV.Pasien dapat memilikivVA yang baik dan tidak

Hasil perhitungan kekuatan menggunakan metode elemen hingga pada konstruksi wing tank dengan variasi profil bulb , unequal leg angles , dan equal leg angles , nilai tegangan yang

Dalam penelitian ini akan dibahas bagaimana pengaruh penambahan zat aditif terhadap emisi gas buang yang dihasilkan dan penelitian ini bertujuan untuk meningkatkan

Tata laksana yang dilakukan pada BFJ meliputi (1) pemantauan jumlah ASI yang diberikan apakah sudah mencukupi atau belum, (2) pemberian ASI sejak lahir dan secara teratur minimal