• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB I PENDAHULUAN. peranan ekspor menjadi berpengaruh penting semenjak adanya perundingan

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB I PENDAHULUAN. peranan ekspor menjadi berpengaruh penting semenjak adanya perundingan"

Copied!
11
0
0

Teks penuh

(1)

1 A. Latar Belakang Masalah

Perdagangan internasional merupakan salah satu kegiatan yang berperan penting dalam perekonomian suatu negara berupa barang ataupun jasa. Di dalam perdagangan internasional, membeli barang dari negara lain dinamakan impor, sedangkan menjual barang ke negara lain dinamakan ekspor. Untuk memacu pertumbuhan ekonomi seiring dengan berubahnya strategi industrialisasi dan industri subtitusi impor ke industri promosi ekspor, peranan ekspor menjadi berpengaruh penting semenjak adanya perundingan WTO (World Trade Organization) menuju free market atau perdagangan dunia tanpa hambatan (Rifin, 2013).

Suatu perekonomian atau negara yang ekonominya terlibat secara luas dalam perdagangan internasional disebut perekonomian terbuka (open economy). Tolok ukur yang baik untuk menilai kadar keterbukaan suatu perekonomian adalah rasio ekspor dan impor terhadap total GNP (Gross National Product). Jika rasio ekspor-impor tehadap GNP melebihi 50% maka dikatakan perekonomian lebih terbuka. (Soebagiyo, 2005)

Menurut (Mejaya, 2016), menjelaskan bahwa ekspor adalah proses pemidahan suatu barang atau komoditas dagang dari satu negara ke negara lain secara legal dan pada umumnya diperlukan kerjasama dari bea cukai baik di negara pengirim (eksportir) maupun negara penerima (importir). Peranan

(2)

ekspor adalah sebagai alat pendorong pertubuhan ekonomi negara dengan meningkatkan devisa negara.

Negara yang melakukan kegiatan ekspor dapat meningkatkan output dunia karena memungkinkan setiap negara memproduksi sesuatu yang keunggulan komparatifnya ia kuasai. Suatu negara memiliki keunggulan komparatif (comparative advantage) dalam memproduksi suatu barang jika biaya pengorbanannya dalam memproduksi barang tersebut lebih rendah dari pada negara-negara lainnya (Krugman & Obstfeld, 2004). Keunggulan lain yang diperoleh yaitu keunggulan kompetitif dan kemandirian dalam mengelola sumber daya alam, kemajuan spesialisasi pada industrialisasi serta tenaga kerja (Putri, 2013).

Indonesia dikenal sebagai negara yang memiliki sumber daya alam yang melimpah, sehingga dapat dikenal sebagai negara agraris yang berarti negara mayoritas penduduknya bermata pencaharian di bidang pertanian. Memfungsikan sektor pertanian sebagai sektor penggerak pembangunan, membawa implikasi perlunya pemahaman pertanian dalam arti luas dan integrasi mencakup baik pertanian primer (on-farm agriculture) dan pertanian sekunder (down-stream agriculture). Pertanian primer merupakan kegiatan usaha tani yang menggunakan sarana dan prasarana produksi untuk menghasilkan produk pertanian primer. Pertanian sekunder merupakan kegiatan untuk meningkatkan nilai tambah produk (Haryanto, Hidayati dan Djoewito, 2009).

(3)

Salah satu sub sektor yang cukup besar potensinya adalah sub sektor perkebunan. Kontribusi sub sektor perkebunan dalam PDB (Produk Domestik Bruto) yaitu sekitar 3,47 persen pada tahun 2017 atau merupakan urutan pertama di sektor Pertanian, Peternakan, Perburuan dan Jasa Pertanian.

Kakao merupakan salah satu komoditi hasil perkebunan yang mempunyai peran cukup penting dalam kegiatan perekonomian di Indonesia. Kakao juga salah satu komoditas ekspor Indonesia yang cukup penting sebagai penghasil devisa negara selain minyak dan gas. Indonesia merupakan negara produsen dan eksportir kakao terbesar ketiga dunia setelah Ghana dan Pantai Gading (Statistik Kakao Indonesia, 2017).

Di Indonesia mengalami perkembangan perkebunan kakao cukup pesat dalam kurun waktu 20 tahun terakhir dimana pada tahun 2015 luas arel perkebunan kakao Indonesia tercatat seluas 1,72 juta ha. Sebagian besar (88,48%) dikelola oleh perkebunan rakyat, 5,53% dikelola perkebunan besar negara dan 5,59% perkebunan besar swasta dengan sentra produksi utama Sulawesi Tengah, Sulawesi Selatan, Sulawesi Tenggara, Sulawesi Barat, Lampung dan Sumatra Utara (Statistik Kakao Indonesia, 2016).

Dari segi kualitas, kakao Indonesia tidak kalah dengan kakao dunia dimana bila dilakukan fermentasi dengan baik dapat mencapai cita rasa setara dengan kakao yang berasal dari Ghana dan kakao Indonesia mempunyai kelebihan yaitu tidak mudah meleleh. Sejalan dengan keunggulan tersebut, peluang pasar kakao Indonesia cukup terbuka baik ekspor maupun kebutuhan dalam negeri. Dengan kata lain, potensi untuk menggunakan industri kakao

(4)

sebagai salah satu pendorong pertumbuhan dan distribusi pendapatan cukup terbuka (Departemen Perindustrian, 2007)

Produk yang di ekspor sebagian besar (78,5%) berupa produk primer, yakni dalam bentuk biji kering dan sebagian kecil (21,5%) berupa hasil olahan. Negara sasaran ekspor kakao Indonesia adalah Amerika Serikat, Malaysia, Brazil, dan Singapura. Selain mengekspor, Indonesia juga mengimpor biji kakao yang berasal dari Pantai Gading, Ghana, dan Papua Nugini. Hal ini karena biji kakao produksi Indonesia bermutu rendah (Drajat, 2013). Data perkembangan ekspor kakao Indonesia ke Singapura tahun 2014-2018 dapat di lihat di tabel 1.1.

Tabel 1.1

Data Perkembangan Ekspor Kakao Indonesia ke Singapura Tahun 2014-2018 (dalam satuan ton)

Tahun Ekspor Kakao Indonesia Ke Singapura

2014 10.617,1

2015 5.850,0

2016 9.628,0

2017 2.540,0

2018 1.837,0

Sumber : Badan Pusat Statistik

Dari tabel diatas, dapat dilihat bahwa volume ekspor kakao Indonesia ke Singapura pada tahun 2014-2018 mengalami fluktuatif yang dapat dilihat dari setiap tahunnya mengalami kenaikan dan penurunan. Pada tahun 2014 volume ekspor kakao Indonesia ke Singapura adalah 10.617,1 ton. Kemudian mengalami penurunan pada tahun 2015 menjadi 5.850,0 ton atau selisih 4.767,1 ton. Tahun 2016 terjadi kenaikan sebesar 9.628,0 ton atau selisih

(5)

3.778 ton. Namun di tahun 2017 dan 2018 terjadi penurunan yang tidak signifikan, yaitu tahun 2017 menjadi 2.540,0 dan tahun 2018 1,837,0 ton.

Hal ini menunjukkan bahwa industri kakao masih dalam kondisi yang baik namun kurang berpotensi besar sebagai komoditas ekspor unggulan yang dimiliki oleh Indonesia (Wulansari, Yulianto, & Pangestuti, 2016).

Dalam kurun waktu lima tahun terakhir, industri kakao di Indonesia mengalami fluktuatif. Penurunan ini terlihat dari jumlah produksi kakao di Indonesia. Jumlah produksi kakao di Indonesia secara rinci disajikan dalam Grafik 1.1.

Grafik 1.1

Produksi Kakao di Indonesia Tahun 2014-2018 (dalam satuan ton) Sumber : Badan Pusat Statistik

Berdasarkan grafik diatas produksi kakao di Indonesia dalam kurun waktu lima tahun terakhir mengalami fluktuatif. Pada tahun 2014 produksi kakao sebesar 728.414 ton, dan pada tahun 2015 mengalami penurunan sebesar 135.083 ton. Pada tahun 2016 mengalami kenaikan sebesar 65.068 ton dan tahun 2017 mengalami penurunan sebesar 67.715 ton. Namun pada tahun berikutnya 2018 mengalami kenaikan kembali sebesar 3.149 ton.

728.414 593.331 658.399 590.684 593.833 2014 2015 2016 2017 2018 Produksi Kakao

(6)

Produktivitas suatu negara yang tinggi mengakibatkan ekspor suatu negara juga akan meningkat. Ekspor suatu negara meningkat selaras dengan meningkatnya hasil produksi yang kemudian daya saing negara akan mengalami peningkatan (Hadin, 2015). Peningkatan ekspor erat kaitannya dengan harga, sebagaimana hukum penawaran yaitu apabila harga suatu komoditi naik maka barang yang ditawarkan juga akan naik. Peningkatan harga ekspor mendorong produsen domestik meningkatkan volume ekspornya untuk menghasilkan keuntungan yang lebih besar (Setiawan & Sugiarti, 2016). Harga kakao di Indonesia dapat dilihat pada Grafik 1.2.

Grafik 1.2

Harga Kakao di Indonesia (dalam Rp/Kg) Sumber: Badan Pusat Statistik http://www.bps.go.id

Dari grafik 1.2 dilihat bahwa harga kakao di Indonesia meningkat dari tahun ke tahun. Pada tahun 2014 harga kakao Rp. 23.336/kg, tahun 2015 harga kakao menjadi Rp. 23.335/kg. Kemudian terjadi kenaikan pada tahun 2016 sebesar Rp. 24.871/kg, tahun 2017 Rp. 25.672/kg dan tahun 2018 menjadi Rp. 26.895/kg. 23.000 23.500 24.000 24.500 25.000 25.500 26.000 26.500 27.000 27.500 2013 2014 2015 2016 2017 2018 2019

Harga Kakao (Rp/Kg)

Harga Kakao (Rp/Kg)

(7)

Perubahan harga mempengaruhi tingkat permintaan masyarakat. Sesuai dengan hukum permintaan bahwa semakin tinggi harga, jumlah barang yang diminta semakin sedikit. Sebaliknya semakin rendah harga, jumlah barang yang diminta semakin banyak (Nazaruddin, 2017).

Selain itu, nilai tukar rupiah terhadap dollar juga turut mempengaruhi harga kakao ekspor Indonesia ke Singapura. Nilai tukar rupiah terhadap dollar Indonesia ke Singapura dapat dilihat pada Tabel 1.2.

Tabel 1.2

Nilai Tukar Rupiah terhadap US $ di Indonesia Tahun 2014-2018

Tahun 2014 2015 2016 2017 2018

US $ 12440 13795 13436 13548 14481 Sumber: SEKI BI, diolah Kementrian Perdagangan

Jika nilai tukar mengalami depresiasi, yaitu nilai mata uang dalam negeri merosot dan berarti nilai mata uang asing bertambah tinggi kursnya (harganya) akan menyebabkan ekspor meningkat dan impor cenderung menurun karena depresiasi menyebabkan harga barang-barang impor menjadi lebih mahal. Jadi kurs valuta asing mempunyai hubungan yang searah dengan volume ekspor. Apabila nilai kurs dollar meningkat, maka volume ekspor juga akan meningkat (Sukirno, 2017).

Berdasarkan uraian latar belakang diatas dapat dikatakan bahwa kegiatan ekspor merupakan salah satu tujuan yang sangat diharapkan bagi suatu negara. Dalam meningkatkan kegiatan ekspor tentunya tidak terlepas dari beberapa hal yang mempengaruhinya. Untuk itu perlu di analisis variabel-variabel apa saja yang mempengaruhi ekspor dan seberapa besar variabel-variabel

(8)

tersebut berpengaruh terhadap ekspor kakao Indonesia ke Singapura. Penulis tertarik mengkaji lebih dalam mengenai faktor-faktor yang mempengaruhi ekspor kakao Indonesia ke Singapura, sehingga mengangkat judul “Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Ekspor Kakao Indonesia Ke Singapura”.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang dan rumusan masalah di atas, permasalahan yang dihadapi dalam proses penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Apakah harga kakao Indonesia berpengaruh terhadap ekspor kakao Indonesia ke Singapura?

2. Apakah jumlah produksi kakao Indonesia berpengaruh terhadap ekspor kakao Indonesia ke Singapura?

3. Apakah kurs rupiah terhadap US Dollar berpengaruh terhadap ekspor kakao Indonesia ke Singapura?

C. Tujuan Penelitian

Adapun tujuan dari peneliti ini adalah sebagai berikut:

1. Untuk mengetahui pengaruh harga kakao Indonesia terhadap ekspor kakao Indonesia ke Singapura.

2. Untuk mengetahui pengaruh jumlah produksi kakao Indonesia terhadap ekspor kakao Indonesia ke Singapura.

(9)

3. Untuk mengetahui pengaruh kurs rupiah terhadap US Dollar terhadap ekspor kakao Indonesia ke Singapura.

D. Manfaat Penelitian

Adapun manfaat penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Sebagai masukan bagi pemerintah Indonesia untuk lebih memperhatikan masalah ekspor kakao Indonesia ke Singapura.

2. Sebagai tambahan pengetahuan tentang keadaan ekpor kakao Indonesia ke Singapura.

3. Sebagai referensi bagi peneliti pada bidang yang sama.

E. Sumber Data dan Model Analisis 1. Data dan Sumber Data

Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder. Data sekunder yang digunakan adalah data yang dicatat secara sistematis yang berbentuk data runtut waktu (time series). Dalam penelitian ini digunakan data tahun 1999-2018 yang diperoleh dari berbagai sumber yaitu Badan Pusat statistik (BPS) dan SEKI BI diolah Kementrian Perdagangan.

2. Model dan Alat Analisis

Penelitian ini menggunakan alat analisis regresi linier berganda dengan metode kuadrat terkecil atau Ordinary Least Suare (OLS). Analisis regresi linier berganda digunakan apabila variabel bebas berjumlah dua

(10)

atau lebih. Analisis ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh harga kakao, produksi kakao, dan nilai tukar ekspor kakao Indonesia ke Singapura.

Penulis melakukan modifikasi model dari jurnal “Pengaruh Produksi Kakao Domestik, Harga Kakao Internasional, dan Nilai Tukar Terhadap Ekspor Kakao Indonesia Ke Amerika Serikat Tahun 2010-2013” yang ditulis Puspita (2015) yaitu dengan melalui regresi berganda dengan menggunakan Ordinary Least Suare (OLS) sebagai berikut:

EKSt = 0 + 1HRGt + 2 PRDt + 3 KURSt εt Keterangan:

EKS : Nilai ekspor kakao Indonesia Ke Singapura. HRG : Harga kakao dalam negeri

PRD : Jumlah produksi dalam negeri KURS : Nilai tukar rupiah (Rp/US$) 0 : Konstanta

123 : Koefisien regresi

ε : Unsur kesalahan (error term)

F. Sistematika Penulisan

Sistematika penulisan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut: BAB I : PENDAHULUAN

Dalam bab ini berisi tentang latar belakang masalah, rumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, sistematika penulisan.

(11)

BAB II : TINJAUAN PUSTAKA

Dalam bab merupakan penjabaran mengenai teori-teori yang menjelaskan permasalahan yang akan diteliti, serta mencakup kerangka pemikiran dan penelitian terdahulu.

BAB III : METODE PENELITIAN

Dalam bab ini berisi tentang metode analisis yang digunakan dalam penelitian, jenis dan sumber data, serta alat dan metode analisis data.

BAB IV : ANALISIS DAN PEMBAHASAN

Menjelaskan tentang deskripsi data ekspor kakao Indonesia ke Singapura, pembahasan serta hasil penelitian yang meliputi variabel yang paling berpengaruh terhadap ekspor kakao dan interpretasi hasil.

BAB V : PENUTUP

Memuat tentang kesimpulan dan saran dari penelitian yang dilakukan.

Referensi

Dokumen terkait

[r]

Pada analisis jalur jika variabel yang terkait berbentuk laten (tidak bisa diukur secara langsung), maka analisis data yang lebih tepat adalah pemodelan persamaan

bahwa sehubungan dengan Penyempurnaan Struktur Organisasi LPPM ITB yang telah ditetapkan dengan SK Rektor ITB Nomor : 001/SK/K01/2004 dan telah berakhirnya masa tugas para pimpinan

Titik laju perubahan tekstur dari lunak menjadi keras tersebut nampak terjadi pada saat penguapan air bebas belum konstan atau kadar air dalam padatan di atas 15%,

Tokoh inilah yang kemudian memproklamirkan berdirinya Pemerintahan Gubernur Tentara ALRI Divisi IV Pertahanan Kalimantan yang melingkupi seluruh daerah Kalsel, sebagai

Tujuan dari penelitian ini adalah (1) Mencari nilai siswa sebelum menggunakan permainan Chinese Whispers (2) Mencari nilai siswa sesudah menggunakan permainan

Melalui pengujian yang dilakukan, kecepatan dalam mengelola data penjualan melalui penggunaan PostgreSQL memperlihatkan selisih kisaran sedikit 0.26 detik lebih cepat

Pemicu konflik Poso, bahwa dari gambaran tersebut dapat diketahui, salah satu penyebab utama terjadi konflik Poso, karena persaingan antara elite politik lokal, dipicu