• Tidak ada hasil yang ditemukan

KIE Untuk Peningkatan Pengetahuan, Sikap, dan Praktik Pencengahan dan Penanggulangan Penyakit Flu Burung di Kabupaten Gowa, Sulawesi Selatan

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "KIE Untuk Peningkatan Pengetahuan, Sikap, dan Praktik Pencengahan dan Penanggulangan Penyakit Flu Burung di Kabupaten Gowa, Sulawesi Selatan"

Copied!
7
0
0

Teks penuh

(1)
(2)

I

Kesmas

Jurnal

Kesehatan

Masyarakat

Nasional

Volume 5, Nomor 1, Agustus 20lO

ISSN 1907-7505

DAFTAR ISI

Editorial

Artikel Telaahan

Artikel Penelitian

Tanpa Ketulusan, Subsidi Silang menjadi Diskriminatif... ... t_2 Nasrin Kodim

Kineria Penyuluhan Keluarga Berencana di Indonesia: pedoman pengujian

Efektivitas Kinerja pada Era Desentralisasi... ... 3_g Ukik Kusuma Kurniawan, Hadi pratomo, Adang Bachtiar

Pelayanan Rumah sakit bagi Masyarakat Miskin (Studi Kasus di Enam wilayah I n d o n e s i a ) . . . . . .

9 _ 1 6 Tri Rini Puji Lestari

{lmpanye dan Penggunaan Garam Beryodium di Desa Leuwiliang, fawa Barat ....,..17-22 Rina Anggorodi

KIE untuk Peningkatan Pengetahuan, sikap, dan praktik pencegahan dan

Penanggulangan Penyakit Flu Burung di Kibupaten Gowa, sutalwesi selatan... ...23_2g Ridwan M. Said, M. Ridwan Thaha, M. Syafar

Faktor Risiko Obesitas pada Orang Dewasa [Jrban dan Rural ... 29_35 Nurzakiah, Ratu Ayu Dewi Sartika

Pengetahuan Gizi dan Kadar Hemoglobin Anak Sekolah Dasar penderita Anemia

setelah Mendapatkan Suplementasi Besi dan pendidikan Gizi ... ...36-41 Siti Zulaekah, Laksmi Widajanti

sekolah Dasar Pintu Masuk perbaikan pengetahuan, sikap, dan perilaku Gizi

Seimbang Masyarakat ... 42_4g Endang Achadi, siti A. Pujonarti, Trini sudiarti, Rahmawati, Kusharisupeni,

Mardatillah, Wahyu K. Y. Putra

Berdasarkan Keputusan Direktur fenderal Pendidikan Tinggi Departemen pendidikan Nasional Republik Indonesia Nomor: 83/DIKTI/Kep/2o09 tanggal o ;utizoos, Kesmas diakui sebagai

(3)

emah M,

luation of dna Faso.

KIE untuk Peningkatan

Pengetahuan,

Sikap, dan Praktik

Pencegahan

dan Penanggulangan

Penyakit

Flu Burung di

Kabupaten

Gowa, Sulawesi

Selatan

IEC (Information, Education, Communication) for The Improvement of

Knowledge, Attitudes, and Practise Disease Prevention and Control of

Avian Influenza in Gowa, South Sulawesi

Ridwan M. Said* M. Ridwan Thaha** M. Syafaro*

*Departemen promosi Kesehatan Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Mulawarman Samarinda, **Jurusan Pendidikan Kesehatan

dan Ilmu Perilaku Fakultas Kesehatan Masvarakat Universitas Hasanuddin

Abstrak

Avian influenza adalah suatu kejadian luar biasa yang disebabkan oleh virus influenza subtipe H5N1, ditularkan oleh temak liar atau domistik dan kemungkinan menyerang manusia. Tujuan penelitian ini untuk me-ngungkapkan peningkatan pengetahuan masyarakat, perubahan sikap dan partisipasi masyarakat dalam pencegahan dan penanganan influenza di Kabupaten Bontonompo, Gowa. Desain riset adalah desain kuantitatif kuasi eksperimen. Penelitian ini dilakukan pada 120 petemak unggas sebagai sampel yang dipilih dengan metode purposive sampling dan menggunakan metoda analisis uji statistic T-Test. Penelitian membuktikan bahwa sebelum intervensi model pendidikan komunikasi informasi dilakukan, pengetahuan, sikap dan praktik pencegahan dan pengendalian avian influenza terbatas' Setelah intervensi informasi, pendidikan dan komunikasi model pencega-han penyakit, ada perbaikan pengetahuan, sikap dan praktik peternak ten-tang pencegahan dan perawatan flu burung. Disarankan bahwa kelompok masyarakat tanggap terhadap pencegahan flu burung yang didukung oleh pihak terkait seperti dinas peternakan atau dinas kesehatan daerah melalui pembinaan dan pengawasan.

Kata kunci: Model pengembangan KlE, pencegahan, flu burung

Abstract

Avian influenza is an epidemic caused by type A influenza virus subtype HSN1,transmitted by wildfowl or domestic poultry and may attack human' The study,therefore,aims to reveal the increase of the people's know-ledge,the change in attitude,and the people participation in the prevention and care for avian influenza in bontonompo district of Gowa regency.The re-search design is quantitative with quasi experiment.The study employs 120 poultryfarmers as samples selected by purposive sampling method and the analysis utilizes statistical T-Test. The study proves that before the inter-vention of educational information communication model is mnducted,the people's knowledge of,attitude towards,and practice of the prevention of and care for Avian influenza are limited.After the intervention of IEC

(infor-mation,education and communication)model on the prevention of the di-sease,there is an improvement in the knowledge,attitude and practice of the farmers in dealing with the prevention of care for avian influenza' lt is sug-gested that the established community group caring for the prevention of avian influenza should be supported by related parties like husbandry office or regional health ofiice through guidance and supervision.

Key words: IEC model development, prevention, avian influenza

Pendahuluan

Penyakit Flu Burung (Avian Influenza) adalah penyakit zoonosis penting yang dapat menular dari hewan ke manusia dan kini banyak dibicarakan di selu-ruh dunia. Flu Burung disebabkan oleh virus influenza tipe A yang pernah menewaskan 20 sampai 40 juta manusia dalam waktu yang singkat pada tahun 1918 -1919. Pandemik yang sangat dahsyat ini disebabkan oleh virus HlNl yang dikenal dengan nama "Spanish Flu". Tahun 1957 terjadi "Asian Flu" yang disebabkan oleh virus H2N2 yang menyebabkan kematian sekitar 2 juta orang.l Pada tahun 1968 terjadi "Hongkong Flu" yang disebabkan oleh virus H5N2 yang menyebabkan kema-tian 700.000 orang.2 Berdasarkan data dari WHO, Maret 2007, kasus flu burung pada manusia sudah mencapai 301 kasus dan 181 orang meninggal dunia'l

Kasus Flu Burung merupakan ancaman yang berke-lanjutan bagi kesehatan masyarakat sehingga sangat mengkhawatirkan masyarakat dunia khususnya di Asia, sehingga memerlukan program pencegahan dan

pengen-Alamat Korespondensi: Ridwan M. Said, Departemen Promosi Kesehatan FW ILniversitas Mulawarman Samarinda, Il, Kuaro Perpustakaan Lt.3 Kampus Gunun g Kewula, Samarinda, H p. 08 1 2 5 4 8 43 43 7, e-mail: rim s ad@y ahoo. com

(4)

KESMAS, Jurnal Kesehatan Masyarakat Nasional Vol. 5, No. 1, Agustus 2010

dalian penyakit hewan guna meminimalkan dampak yang terjadi. Oleh sebab itu, pemerintah daerah perlu mem-perhatikan penanganan penyakit ini karena memerlukan keterlibatan semua pihak. Berdasarkan laporan investi-gasi kasus Avian Influenza pada manusia di empat kabu-paten di Sulawesi Selatan tahun 2005. Penderita tata-ta-ta melakukan kontata-ta-tak selama tujuh hari terakhir dengan temak dan hampir semua lokasi mempunyai sanitasi kan-dang yang kurang baik. Hal tersebut dapat menjadi fak-tor risiko kejadian kasus pada manusia selain kebiasaan peternak tidak memakai alat pelindung (APD) saat be-kerja. Berdasarkan data dari Dinas Peternakan Sulawesi Selatan,3 kasus flu burung pada unggas di Sulawesi Selatan mulai ditemukan pada bulan Februari sampai fuli, tahun 2005. Kasus yang tersebar di 15 kabupaten secara kumulatif menyebabkan kematian ternak ayam 547 '947 ekor meliputi: Sidrap (429.417), Soppeng (26.064)' Wajo (50.979), Maros (700), Pinrang (19.383), Pare-pare (480), Sinjai (3.236), Tator (148.766), Luwu Timur (5.315), Bone (4.403), Bulukumba (914), Gowa(4.214), Bantaeng (1.748), Luwu (280), Takalar (3Zq.s

Kabupaten Gowa menempati urutan kedua populasi unggas yang mati akibat flu burung pada tahun 2007 , dari 55.183 kasus flu burung yang terjadi di Sul-Sel 18.459

ekor (32o/o) terjadi di Kabupaten Gowa khususnya di Kecamatan Bontonompo.3 Melihat data jumlah ternak yang terserang flu burung di daerah Kabupaten Gowa, se-bagai langkah antisipasi perlu segera dilakukan investigasi secara sistematis kaji dalam terhadap model KIE dalam peningkatan pengetahuan sikap dan praktik terhadap penanggulangan dan pencegahan penyakit flu burung. Penelitian ini bertujuan mengetahui peningkatkan penge-tahuan, sikap, tindakan dan partisipasi aktif masyarakat dalam mencegah dan menanggulangi penyakit flu burung di Kecamatan Bontonompo Kabupaten Gowa.

Metode

Penelitian ini dilaksanakan di Kecamatan Bonto-nompo Kabupaten Gowa yang merupakan pusat peterna-kan ayam pedaging di Kabupaten Gowa pemah terserang penyakit Flu Burung. Populasi adalah seluruh masyarakat di Kecamatan Bontonompo Kabupaten Gowa dan sampel adalah semua masyarakat yang mempunyai peternakan a y a m d i e m p a t d e s a B o n t o l a n g k a s a , K a t a n g k a , Bategulung dan Barembeng. Besar sampel ditentukan menggunakan teknik non random sampling purposive dengan pertimbangan sampel yang terpilih adalah mere-ka yang ditemumere-kan oleh peneliti di lomere-kasi penelitian. Kriteria adalah petemakan ayam dan ternak mereka per-nah positif terserang virus H5N1. Penelitian ini meng-gunakan data primer yang dikumpulkan melalui wawan-cara langsung menggunakan kuesionet yang telah diuji coba sebelumnya. Pengumpulan data dilakukan untuk memetakan secara cepat kondisi pengetahuan, sikap, dan

24

praktik masyarakat terhadap pencegahan dan penanggu-langan penyakit Flu Burung. Setelah itu, dilakukan pela-tihan, distribusi poster, spanduk dan stiker tentang pen-cegahan dan penanggulangan penyakit flu burung sebagai intervensi dan eksperimen yang dilanjutkan dengan posl test dan FGD untuk mengukur efektivitas KIE.

Analisis data dilakukan dengan menggunakan Uji T-Test untuk mengetahui perbedaan antara hasil pre test dan post /esf setelah perlakuan pada masyarakat di Kecamatan Bontonompo Kabupaten Gowa. Analisis uni variat pada setiap variabel digunakan untuk mendapat-kan informasi secara umum tentang semua variabel yang diteliti dan menyajikan distribusi frekuensi dari setiap variabel. Analisis bivariat dilakukan terhadap dua varia-bel untuk melihat perubahan antara variavaria-bel bebas pengetahuan, sikap, dan tindakan dengan variabel terikat pencegahan penyakit flu burung.

Hasil Karateristik

Umur reponden bervariasi dari 15 tahun hingga 74 tahun dengan persentase tertinggi pada kelompok umur 25 - 34 tahun (33,3o/o) dan terendah pada kelompok umur 65 - 74 tahun (l ,7 oh) . Distribusi menurut jenis ke-lamin lakilaki (67; 55,8o/o) dan perempuan (55; 44,2o/o). Umumnya responden sudah kawin (81;67 ,5o/o) dan yang belum kawin (39; 32,5o/o). Tingkat pendidikan respon-den terbanyak adalah SUIA (70; 58,3o/o) dan terendah tidak sekolah (l; O,8o/o) (Lihat Tabel 1).

Pre dan Post Test

Sebelum intervensi (Pre Test) peternak ayam yang mempunyai pengetahuan cukup tentang tentang pence-gahan penyakit flu burung (116;96,30/o) dan setelah in-tervensi (Post Test), responden dengan pengetahuan cu-kup (120; l00o/o). Hasil analisis statistik dengan uji T-Iesl diperoleh nilai p = 0,000 (p < 0,05). Dengan demi kian, ada perbedaan yang bermakna pengetahuan pe-ternak ayam sebelum dan sesudah intervensi KIE yang menggunakan brosur, spanduk, stiker, dan pelatihan. Sikap positif responden tentang pencegahan dan pe-nanggulangan penyakit flu burung sebelum intervensi

Tabel 1. Karakteristik Responden Katagori Umur fenis Kelamin Status Perkawinan Pendidikan l5-24 25-34 o ) - t + lakilaki pefempuan Kawin Belum Kawin SUTA SD-SUTP Tidak Sekolah / 6 40 67 f , J 8 1 J A t u 49 1 ( 1 ani 0,( pel bel por kit int nili dai nal int Per unl ber hir Per ter hal c a l me ber Sel tan bel

( r 2

me (4; < 0 trit pel ber ka Per me

ketr

kel me mi 65,O 3 3 , 3 1 , 7 5 5 , 8 LA- ) 6 7 , 5 3 2 , 5 5 8 , 3 40,9 0 , 8

(5)

. penanggu-<ukan pela-)ntang pen-ung sebagai lengan posl u'f.un Uji f. sil pre test ;yarakat di nalisis uni- mendapat-rriabel yang dari setiap r dua varia-abel bebas iabel terikat thingga 74 npok umur r kelompok rut jenis ke-i3;44,2o/o). /o) dan yang (an respon-n tererespon-ndah ayam yang tang pence-r setelah in-etahuan cu-ngan uji T-:ngan demi-ltahuan pe-;i KIE yang r pelatihan. Lan dan pe-r intepe-rvensi 65,0 33,3 5 5 , 8 44,2 67,5 l t ( 58,3 40,9 0,8

Said, Thaha & Syafar, KIE Pencegahan dan Penanggulangan Penyafit FIu Burung

Tabel 2. Perubahan Pengetahuan, Sikap dan Tindakan Responden Sebelum dan Sesudah Intervensi Pre Test Post Test

Katagori T-Test Pengetahuan Sikap Tindakan Kurang Cukup Positif Negatif Positif Negatif 1 1 6 1 1 8 z 1 1 7 96,3 3 , 7 q R l 1 , 7 , q 9 7 , 5 r20 100 0 0,0 120 100 0 0,0 120 100 0 0,0 P = 0'000 P = 0,000 P = 0,000

(ll8;98,3o/o) dan setelah intervensi (120; loOo/o). Hasil analisis statistik ujiT-Test diperoleh nilai p = 0,000 (p < 0,05), berarti ada perbedaan sikap responden tentang pencegahan dan penanggulangan penyakit flu burung se-belum dan sesudah intervensi KIE. Tindakan positif res-ponden tentang pencegahan dan penanggulangan penya-kit flu burung sebelum intervensi (3; 2,5o/o) dan setelah intervensi (l2O; lOOo/o). Hasil analisis statistik :ujiT-Test nilai p = 0,000 (p < 0,05). Dengan demikian, ada perbe-daan tindakan responden tentang pencegahan dan pe-nanggulangan penyakit flu burung sebelum dan sesudah intervensi KIE (Lihat Tabel 2).

Pembahasan

Gejala penyakit merupakan hal yang sangat penting untuk diketahui karena dengan mengetahui gejala tersebut berbagai upaya pencegahan dapat dilakukan lebih dini se-hingga tidak menimbulkan dampak yang lebih besar. Penyakit flu burung lebih banyak menyerang unggas terutama peternakan ayam, sehingga peternak ayam di-harapkan dapat mengenal gejala penyakit flu burung se-c a r a b e n a r . A p a b i l a terdapat berbagai gejala yang mengindikasikan penyakit flu burung dapat dilakukan berbagai upaya pencegahan secara cepat dan tepat. Sebagian besar responden mempunyai pengetahuan ten-tang pencegahan penyakit flu burung yang cukup baik se-belum intervensi (116; 96,30/o) dan setelah intervensi (120; 1O0o/o). Sebaliknya, hanya sedikit responden yang mempunyai pengetahuan yang kurang sebelum intervensi (4; 3,7o/o) dengan ujiT-Test diperoleh nilai p = 0,000, (p < 0,05). Ini berarti intervensi yang meliputi pelatihan, dis-tribusi poster, spanduk dan stiker berpengaruh terhadap pengetahuan tentang pencegahan penyakit flu burung.

Hasil FGD di empat desa memperlihatkan bahwa sum-ber informasi utama yang membentuk pengetahuan mere-ka berasal dari media massa meliputi televisi dan koran. Pengetahuan tentang tanda dan gejala yang diperoleh melalui media massa adalah tanda umum berupa bagian kepala ayam (jengger) membengkak dan berwarna merah kebiru-biruan. Namun, kondisi dan gejala tersebut juga merupakan tanda umum penyakit kure yang banyak diala-mi oleh unggas selama ini. Pada unggas yang menderita

penyakit flu burung, gejala jengger memerah kebiru-biruan disertai kondisi fisik unggas yang cepat melemas dan lang-sung mati, jika unggas dengan gejala yang sama, tetapi tidak langsung lemas maka penyakit tersebut bukan flu burung.

Sampai sedemikian jauh belum tersedia metode pencegahan penyakit flu burung yang efektif dan efisien, sehingga metode pencegahan yang dianjurkan adalah pembersihan kandang, penggunaan alat pelindung dan kebersihan diri. Pembersihan kandang dari kotoran cen-derung selalu dilakukan karena dibeli oleh pedagang khusus. Namun, penggunaan alat pelindung dan kebersi-han diri tidak dianggap sebagai metode pencegah, sebab masyarakat menganggap flu burung adalah takdir dan na-sib yang sebelumnya sudah ditentukan. Oleh sebab itu, anjuran vaksinasi unggas yang tetap dijalani tetapi diper-caya bukan cara yang terbaik, karena apabila saatnya unggas tetap akan sakit, terutama ketika musim hujan yang dipercaya sebagai penyebab utama. Unggas yang mati cukup dibuang ke sungai tidak perlu repot-repot dibakar, sebab sungai dipercaya menahan sumber penyakit dan tidak mungkin menyebarnya karena telah menyatu dengan air. Selain itu, banyak biawak yang seti-ap saat melahseti-ap ayam yang dibuang. Kebiasaan yang telah menjadi kepercayaan tersebut akan menimbulkan persepsi sosial yang keliru. Peternak unggas yang mema-sukkan bangkai ayam ke dalam kubang untuk dibakar justru dianggap sebagai penyebar penyakit apabila terja-di wabah flu burung yang menyebabkan kematian unggas di sekitar perkampungan. Itu sebabnya setiap kematian unggas akan dibuang ke sungai untuk menghindari sanksi sosial di masyarakat.

Di Kecamatan Bontonompo, Kabupaten Gowa, umumnya mata pencaharian penduduk adalah berternak ayam potong. Setiap unggas yang sakit dengan tanda-tanda flu burung akan dipotong oleh "anak kandang" un-tuk dibagikan kepada keluarga yang menginginkan. Unggas cukup dimasak hingga air merrdidih sebanyak dua kali dianggap efektif untuk mencegah kematian ung-gas yang lebih banyak. Pada saat kejadian flu burung be-berapa tahun lalu, para peternak membakar unggas yang mati karena disarankan oleh penyuluh peternakan dan kepala desa. Dengan demikian, membakar unggas yang

(6)

KESMAS, Jumal Kesehatan Masyarakat Nasiona/ Vol' 5, No' 1 ' Agustus 2010

mati bukan disebabkan oleh pengetahuan dan sikap posi-tif peternak untuk menghindari risiko flu burung' Pada pCb, aiaupatkan bahwa sebelum intervensi KIE, tingkat pengetahuan masyarakat tentang pencegahan dan petto:ttggulangan penyakit flu burung-masih sangat ren-iun. fi'u'f tersebui meliputi tanda-tanda unggas terinfek-si, penyebaran virus, gejala flu burung pada manusia' pe-nanganan unggas yarrg terinfeksi, cara p-encegahan' dan cara penangur,un p"ttyukit flu burung' famun' setelah intervensi ftE, dulu- bentuk pelatihan, distribusi poster' spanduk dan stiker terjadi peningkatan pengetahuan ten-iu.tg p"t""gahan dan penanggulangan penyakit flu bu-*tt!.^ Uatif tersebut mengindikasikan -efektifitas inter-u"ttii KtE dengan metode pelatihan, distribusi poster' spanduk dan stiker tentang pencegahan dan penanggu-langan penyakit flu burung.

"lettleta"nuan

terjadi setelah orang melakukan pengin-deraanierhadap suatu objek tertentu' Pengetahuan meru-pakan domain yang sangat penting untuk pembentukan iirrdukun seseorang, unzur dasar pengetahuan terhadap tindakan adalah pengetahuan atau pengertian dan pema-haman tentang sesuatu yang akan dilakukan, keyakinan dan kepercayaan tentang manfaatnya dan kebenaran tin-Jukatt^yu.tgdilakukan, serta dorongan atau motivasi f.tmui yaig dilandasi oleh kebutuhan yang dirasakan'a Tingkat pengetahuan tidak selalu berkorelasi dengan pe-rilafu sehat,-tetapi pengetahuan tentang penyakit flu bu-rung merupakaniangkah awal yang perlu diketahui setiap individu terutama populasi yang berisiko' Pengetahuan lerhadap penyakit flu burung dapat mempengaruhi sikap' peternat uy- yutg berpengetahuan cukup sebagian be-sar bersikap positif. Selain itu, peternak ayam yang berpengetahuan cukup ada yang bersikap negatif'

Sikap-

S^itup sebagai suatu pola perilaku, tendensi atau kesi-upun ur,tiripatif, predisposisi untuk menyesuaikan diri Oatam situaii sosial. Secara sederhana sikap adalah res-pon terhadap stimuli sosial yang telah dikondisikan' 'Peternak

ayam sebagai kelompok yang paling dekat dengan ternak ayam dituntut untuk bersikap positif ter-hadip penyakit flu burung. Telah diketahli bahwa sikap tn"t.tpukutt tindakan individu yang masih tertutup atau belum dalam bentuk tindakan nyata' Kecenderungan in-dividu untuk bersikap lebih baik juga dipengututli oleh pengetahuan terhadap objek permasalahan yang ada' ilai penelitian memperlihatkan bahwa sikap positif ten-tang pencegahan penyakit flu burung s-ebelum intervensi .ud'uh tinggi (t lB;98,3o/o) dan setelah intervensi (120; lOOo/o), J*gutt nilai p uiiT-Test = 0,000 (p < 0,05)' Berarti ada p-erbedaaniikap peternak ayam sebelum dan sesudah iniervensi KIE tentang pencegahan dan pe-nanggulangan PenYakit flu burung'

(ltita lerjadi kejadian luar biasa flu burung bebera-26

pa tahun lalu, terjadi perubahan persepsi terhadap ba-iluyu n" burung pada unggas. Perubahan tersebut dise-batkan oleh penyuluh lapangan petemakan yang mem-berikan informasi secarfrutin. Kegiatan tersebut diper-kuat dengan pembentukan berbagai forum masyarakat utur i"isiaiif pltngut lapangan untuk pelaksanaan sosiali-sasi oleh pemerintah daerah setempat' Di Kecamatan Bontonompo, peserta sadar terhadap usaha-usaha untuk p"n""guhun inisiatif pemerintah, tetapi beberapa waktu fr.r"l"uttg ketika pemerintah dan media mengumumkan t.*utgiittun kejadian luar biasa (KLB) flu burung pada .r.rggu.'yung menyeluruh ternyata tidak terbukti' kesada-,ati"t"ts"bu1 kembali pada pemikiran awal, flu burung adalah takdir karena tinpa upaya pencegahan menyelu-ruh tetapi KLB tidak terjadi.

pada fCO ditemukan bahwa sebelum intervensi KIE' sikap masyarakat tentang metode pencegahan dan pe-,rarrlguhngun penyakit flu burung masih sangat kurang' Hal"t'ersebit meliputi tanggapan tentang upaya jika ung-gas mati secara mendadak' cara jika unggas mereka sudah f,inyatakan tednfeksi flu burung, cara penanganan kan-durrg unggas, sikap tentang penggunaan alat pelindung di-ri tltih iedi-rinteraksi dengan unggas' Setelah intervensi KIE terlihat peningkatan sikap tentang pencegahan dan penanggulangan penyakit flu burung' Beberapa responden yung d"tp.ttgetahuan cukup, tetapi masih bersikap nega-iif a"" t"ipottd"tt yang berpengetahuan kur-ang, tetapi ber-sikap yan! positif disebabkan oleh pengetahuan bukanlah faf.tot tutiggal pembentukan sikap yang positif' Perubahan rihp aipJ"-garuhi oleh faktor kognisi, komunikasi' psiko-logi, aniropolik dan sosial'5 Faktor kognisi menyatakan peiubahan pengetahuan, cakrawala, pengalaman dan pen-iidit utt. Fa-ktoi komunikasi sangat diperlukan untuk me-ngubah diri dari pengetahuan sampai-timbul rasa percaya diri. Faktor psikologis menyatakan bahwa rasa senang pa-da komunikator akin berakibat sikap menerima yang di bawakan. Faktor antropolik menyatakan sesuatu ke-tuauyuutt tertentu dan kesulitan penerimaan masyarakat' Faktor sosiologik menyatakan kemudahan sikap berubah dipengaruhi olih faktor in gtoup dalam masyarakat'

Tindakan

Pengetahuan yang cukup pada orang tentu diharap' kan dafat melakukan tindakan yang positif, tetapi dapat saja seseorang yang mempunyai pengetahuan cukup ber-tindat negatii. Demikian juga, seseorang dengan penge' tahuan krirang belum tentu bertindak negatif' Pada pe-nelitian ini teilihat bahwa tindakan tentang pencegahan penyakit flu burung yang negatif sebelum intervensi (117;

gi,siA dengan nilai p u1i f-test = 0,000 (p < 0,05)' Hal tersebut -"igittdikuJikan perbedaan tindakan peternak ayam sebelum dan sesudah intervensi KIE tentang pen-cegahan *Gambaran penyakit flu burung.

pengetahuan dan persepsi sosial tentang I 1 I I a U o h p n il jr p h X t( ti h S ( 1I n u fl ir b al u K pr cl m la p( di in tU S€ te hr di ul Pr EI AC m ot ilt dt fa gt kr

(7)

KESMAS, Jumal Kesehatan Masyarakat

Nasional Vot. S, No. 1 , Agustus 20/ 0

<R-Dengan demikian, secara tidak langsung masyarakat memperhatikan isi p_esan yang ada paia poster.

stiker yang dibagikun drn "dit"-p.rtu" di sekitar tem_ pat tinggal masyarakat sangat m"*bantu masyarakat un_ tuk selalu waspada bahaya?u Uurunf 'S"tiap

mereka ke_ kandang ternak selalu memp"rf,utllui ,tiker yang tertem_ pel.di kandang, sehingga tnembual mereka merakukan berbagai yqlya petr"egiha.,. fvf"nu.,ri partisipan stiker sangat efektif membantu mengingatkan [ur"", l6u; ;;;_ tahan Iama sebab mempunyai peiekat dan dapat dil;; di tempat umum bahkan di ke;da;;;". na"aiu dalam ben-f$;n na* yang dipasang puau temiu, urnurn dalam r-\lJ otanggap dapat membantu memberikan peringatan bahaya fl u buruns untuk masyar"tuia-iii"gt

"g*G;;; tinggal dan penglun a jatan l;"r.;;;;;i olutui oleh ma_ syarakat umum.'spanduk sangat .f"nfu Lur"na mudah di_ baca dan singkat apalag jid;i;fiilk"n datam bahasa !rd*31u dan dapat dipasang di i"ripririrggi seperti ti_ ang listrik atau pepohorrun ,"Lingga tiaak mudah hilang. Pembentukan Kelompok

Para promotor kesehatan mulai menyadari penting_ nya keterlibatan kelompok sasaran ,""uru efektif dalam berbagai program kesehatan. obil;; itu, dalam seti_ ap program intervensi KIE harus disertakan t onr"p p.__ P:lefff sebagai ."pa{u peningkatan efektifitas model KIE. FGD yang dilaluiun ai fi""urnut-un Aontonornpo Kabupaten Gowa didapatkan irf.._"ri bahwa selama ini mereka banyak rn"niuput irf;._;;i;;ntang penyakit flu

luryns meliputi gejali, p"ryb;"la-n metod" m"n_ cegah dan menanggurangi. Informari afu.ril.un dalam su_ asana formal dan informal pada s"tiap kerempatan ber_ temu anggota kerompok. Kirena kerornpok t"is"but u"_ rasal dari berbasai kalangan ,"p"rii-to[oh masyarakat, ibu-ibu dan rema]a. mereka dapat menangkap pesan

yang disampaikan dan tidar merasa digurui.

Kelompok bukan kumpulan iiai"iJ" yang terbentuk :.:."111_r*k, sehingga anggota kelompok memiliki rasa Kebersamaan, tujuan umum, kriteria keanggotaan, dan cara kerja yang unik- Ke.rompok aii"ntur. dengan b e r b a g a i tujuan. Istilah kegia; t"fornpot d a p a t diterapkan untuk bermacaml"giuturr-Ou.i kelompok pengobatan- hingga aksi sosial,

.;.1";gljri sendiri dan m e n i n g k a t k a n kesadaran. K e r o m p o t i J u t u . bentuk kontes promosi kesehatan dibentuk uni rt rutu atau lebih tujuan b-erikut: (1) meningkatkan t

"ruauru.rzminat anggota dan kesadaran terhadap p"r.urutuhun kesehatan melalui diskusi kelompok. Oupui Ul*p, L"f"mpok yang s u d a h . a d a - s e p e r t i persatuan warrlta, yang setuju mendiskusikan masalah kesehatan- fii-'iufi"g mendu-kung anggota yang sulit membu;tk";;;";;" atau saling menolong mengatasi masalah u;u;l;;"atan atau mepulf perilaku yang tidak sehat seperii

ferhimpunan pasien, ikatan penyewa,

dan anonimu utt ot otit . (j) Aksi

sosial memakai kekuatan kolektif untuk kampanye perubahan sosial, seperti standar p"ruUufrun atau fasilitas masyarakat. (4) pendidikan/pengajarar,--iete.umpilan, informasi, dan menviapkan.anggoti ri*rsi"A"pi kejadian h.idup.yang khusus, rnirutnyi"rn;nj-;di;;ung tua. (5 ) Kon s eling kelompoVmem bantu

";';;;; ."mecahkan masalah melalui oenyajian .urutut'UL.sama dengan

l:l'^"1 : ::, ll:at

n y a re r o m p. r *"

"

i t

"

",i

e, o p a u,

".

t o )

ruJuan r(etompok amat penting, kebingungan

ierjadi jika

tugas kelompok diganti, khisusnya'jik-a pertu peran

anggota ke.l.gmpok yang berbedu. nAi*iny", seseorang

terganggu.jika ada yang bergabu"g

a."gl' t.ro,nfoi

::::::i *T:ql

dan menguq"n

t"j., kerompok

m e n j a d i kampanye. relom"pok t;;;,p.;,ri;;

m e n g e r j a k a n tugas yang biru. J e n i s t u g a s akan m e n e n t u k a n jumlah kelompok yang f a t i n g e f e k t i f misalnya kelompok pendidi[an ."rgli" lebih besar dibanding ketompok drk";;;;. il;;r"k;i".pok yang berbeda mungkin pula memeiluk"; p;;;;"hli

promosi kesehatan yang beibeda dan memakai keteiampilan yang b e r b e d a . Memimpin atau memfasilitasi k e l o m p o k memerlukan keahlian dan metode yungifrurus, dan bagian berikutnya tentang kepemimpinan kelompok. Kesimpulan

Setelah intervensi KIF berupa pelatihan, distribusi poster, spanduk dan stiker tentung pencegahan dan penanggulangan penyakit fl u burung i"riuai plningtu,u, ff:l:ll*r, sikap dan tindaka" t".rnufup pencegahan dan penanggulangan penyakit flu burung.

Saran

,-^_?y:"kan pada pemerintah daerah untuk menerbit_ Kan peraturan daerah yang berkaitan dengan pencegahan dan,penanggulangan penyakit flu buruig. Merakukan pembinaan yang intensif dan berkesi"urnnu"gun pada ke_ Iompok masyarakat yang peduli fl" b;;;;g. Melakukan sosialisasi berkesinambulsun

vl"s diJ;;;g oleh kompo_ i 1r" p.T:rjltah, masyarakat, kelompokpeduli, dan media massa.,Melakukan kegiatan

monitoring d'an evaluasi untuk mengukur keberhasilan setiap prograrJyu"g OiluLsanakan. Daftar Pustaka

1. Ditjen ppM & pL. Berita epidemiologi. Edisi Fabruari. jakarta: Depkes RI; 2005.

2. Ditjen PpM & pL. Berita epidemiologi. Edisi Mei. /akarta: Depkes RI; 2005. 3. Dinas Peternakan propinsi Sulawesi Selatan. profil perkembangan pe_ nyakit flu burung. Makassar: Dinas peternakan propinsi Sulawesi Selatan; 2007.

4. Notoatmodjo S. pendidikan dan perilaku kesehatan. Jakarta: Rineka Cipta; 2003.

5. Ngatimin R. Ilmu perilaku kesehatan. Makassar: yayasan pK3; 2005. 6. Suprijanto. pendidikan orang dewasa. Jakarta, Bumi Aksara; 2007.

I ( p d tt I t F B d( Br bE 28

Referensi

Dokumen terkait

Variabel yang memiliki pengaruh terhadap karet alam Indonesia ke Amerika Serikat adalah kuantitas perdagangan, harga karet alam, harga karet alam pada tahun

mengacu pada Peraturan Daerah Provinsi Kepulauan Bangka Belitung Tahun Nomor.. 13 Tahun 2007 tentang Rencana Pembangunan Jangka Panjang Daerah

Selaras dengan usaha pembangunan sosioekonomi rakyat di peringkat negeri, Perbadanan Kemajuan Ekonomi Negeri ( PKEN ) telah ditubuhkan sebagai entiti pelaburan bagi Kerajaan

Akhirnya, sebagai upaya yang lebih efektif terkait dengan tantangan yang akan dihadapi terutama dunia kerja di masa depan, menjadikan ILO sebagai organisasi

Dalam hal ini, agar dapat meng gam- barkan secara detail dan rinci hasil kajian yang dilakukan, maka rumusan masalah yang diajukan dalam konteks ini yaitu bagaimanakah

Dalam hal ini konsumennya adalah individu yang berada di Surabaya yang representatif dan menggunakan salah satu dari ketiga tipe produk televisi Polytron hi-end , dengan

Status gizi tidak normal karena konsumsi makanan yang tidak sesuai dengan kebutuhan bisa berlebih ataupun kurangnya jumlah atau porsi makan, baik dalam jenis

Bahasa roh ialah suatu bahasa baru yang diberikan oleh Roh Kudus kepada orang-orang yang menerima baptisan Roh Kudus, suatu bahasa yang tidak pernah mereka pelajari,