• Tidak ada hasil yang ditemukan

PILLAR OF PHYSICS EDUCATION, Vol. 3. April 2014, Fatma Adiaty 1, Masril 2, Hidayati 2 1

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "PILLAR OF PHYSICS EDUCATION, Vol. 3. April 2014, Fatma Adiaty 1, Masril 2, Hidayati 2 1"

Copied!
8
0
0

Teks penuh

(1)

PILLAR OF PHYSICS EDUCATION, Vol. 3. April 2014, 81-88

81

PENGARUH PEMBELAJARAN BERBASIS LABORATORIUM BERBANTUKAN KIT

FISIKA DENGAN PENDEKATAN C

ONTEXTUAL TEACHING AND LEARNING

TERHADAP HASIL BELAJAR FISIKA SISWA KELAS XI SMAN 8 PADANG

Fatma Adiaty1, Masril2, Hidayati2

1 Mahasiswa Pendidikan Fisika FMIPA Universitas Negeri Padang

Email:fatmasuksesaamiin@gmail.com

2

Staf Pengajar Jurusan Fisika FMIPA Universitas Negeri Padang ABSTRACT

The Physics learning outcome as the standard of mastering learning concept did not reach the minimum passing standard yet. One of the causal factors is the lower rank of interest and motivation which are influenced by the teachers method in delivering Physics learning material. Therefore, the researcher applied the laboratory-based learning with Physics Kit. This research heads for observing the influence of laboratory-based learning with Physics Kit by using Contextual Teaching Learning approach to the Physics learning outcome. The type of this research is a quasi experimental research. The analysis data technique used conversion of score to value, normality test, homogeneity test, and the test of two means comparison. Based on the research outcome, the researcher analyzed the cognitive, affective, and psychomotor domain data. The research outcome showed the working hypothesis, there is a significant influence of laboratory-based learning application with Physics kit by using Contextual Teaching and Learning approach to the Physics learning outcome can be accepted with alpha 0.05.

Keywords– Laboratory-Based Learning, Physics Kit, Contextual Teaching Learning approach, Physics Learning Outcomes

PENDAHULUAN

Pendidikan merupakan bagian penting dalam kehidupan seseorang. Proses pengubahan sikap dan tingkah laku seseorang atau kelompok orang dalam usaha mendewasakan manusia melalui upaya pengajaran dan pelatihan. Melalui pendidikan, seseorang memperoleh pengetahuan, serta dapat merubah sikap dan tingkah laku seseorang. Pendidikan sebagai tulang punggung yang menopang pembangunan Sumber Daya Manusia (SDM) harus secara jelas berperan membentuk manusia menjadi aset bangsa yang memiliki keahlian mandiri, produktif, dan profesional. Mutu pendidikan sangat erat kaitannya dalam proses pelaksanaan pembelajaran yang dipengaruhi beberapa faktor. Faktor-faktor tersebut meliputi: kurikulum, manajemen sekolah, sarana dan prasarana, tenaga kependidikan, proses pembelajaran, serta lingkungan.

Pendidikan yang bermutu merupakan tanggung jawab semua elemen, mulai dari pemerintah dari tingkat atas hingga pelaksana di lapangan yaitu guru dan kepala sekolah. Banyak hal yang telah diupayakan pemerintah untuk meningkatkan mutu pendidikan, mulai dari pembenahan kurikulum yang dilakukan secara berkala, pendistribusian buku cetak dan buku ajar, memperbaiki sarana dan prasarana, serta memberikan pelatihan dan penataran kepada

guru-guru untuk meningkatkan kompetensi guru itu sendiri.

Upaya yang telah dilakukan pemerintah, diharapkan mampu meningkatkan hasil belajar siswa. Hasil belajar sebagai tolak ukur keberhasilan proses pembelajaran masih belum sesuai dengan apa yang diharapakan. Hal ini dapat diketahui dari observasi peneliti di SMAN 8 Padang. Nilai ujian tengah semester yang telah dilakukan oleh siswa kelas XI SMAN 8 Padang, secara umum jauh dari Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) yang telah ditetapkan.

Rendahnya hasil belajar siswa dipengaruhi oleh banyak faktor penyebab, baik faktor internal maupun faktor eksternal, yang saling melengkapi dan menjadikan pembelajaran menjadi tidak efektif dan berujung dengan tidak dikuasainya materi pelajaran oleh siswa. Cara mengajar guru, sarana prasarana dan motivasi siswa merupakan beberapa contoh faktor internal dan ekternal tersebut. Cara mengajar guru yang masih didominasi metode ceramah atau verbal, dan siswa hanya menjadi pendengar, akan membuat siswa kurang motivasi, bosan dan hanya menerima apa yang diberika guru.

Hal tersebut mengakibatkan pengetahuan yang dimiliki siswa hanya sebatas yang diberikan guru dan membuat siswa tersebut hanya mengingat untuk waktu yang singkat apa yang mereka pelajari, tanpa memahami apa yang dipelajari.

(2)

82

Pembelajaran yang baik membuat siswa dapat menemukan sendiri apa yang dipelajari dan memahami apa yang dipelajari. Terlebih lagi IPA terutama Fisika, karakteristiknya sebagai ilmu yang diperoleh dengan metode ilmiah.

Sarana dan prasarana sekolah juga sangat mempengaruhi pembelajaran. Sarana dan prasarana seperti laboratorium sangat dibutuhkan guna menunjang kegiatan pembelajaran praktek, yang memungkinkan siswa menemukan sendiri dan memahapi apa yang mereka pelajari. Pada kenyataannya laboratorium yang seharusnya digunakan untuk melakukan praktikum saat pembelajaran pada materi tertentu yang membutuhkan praktikum tidak dapat digunakan. Hal tersebut terjadi karena laboratorium digunakan sebagai ruang kelas untuk belajar karena kurangnya ketersediaan kelas yang dimiliki oleh sekolah tersebut.

Permasalahan yang dihadapi pada pembelajaran Fisika tersebut memerlukan suatu metode yang mampu mengatasi semua kendala yang dihadapi. Pembelajaran yang dapat menumbuhkan minat dan motivasi siswa dalam mengikuti pembelajaran. Pembelajaran yang membuat siswa tetap dapat melakukan praktikum dengan minimnya sarana dan prasarana laboratorium. Hal tersebut dapat diatasi dengan menerapkan pembelajaran berbasis laboratorium.

Pembelajaran yang berbasis laboratorium, artinya pembelajaran konsep yang dilakukan bersamaan dengan kegiatan praktikum.[1] Minimnya sarana dan prasarana laboratorium tidak menjadi penghalang untuk dilaksanakannya pembelajaran berbasis laboratorium. Ruang kelas dapat dijadikan laboratorium untuk melaksanakan praktikum. Pelaksanaan pembelajaran berbasis laboratorium di ruang kelas akan tetap efektif dan efisien apabila semua alat dan bahan praktikum dapat terpenuhi dengan baik.

Pemenuhan kebutuhan alat-alat praktikum guna terlaksananya kegiatan praktikum yang efektif dan efisien dapat dibantu dengan kit Fisika. Kit Fisika merupakan sebuah kotak yang berisikan seperangkat alat atau peralatan yang dirancang untuk siswa, yang berisi alat atau bahan yang cukup lengkap untuk melakukan praktikum, sehingga kebutuhan dalam menjalankan praktikum dapat dipenuhi dengan cepat dan tepat.[2] Dipadukannya pembelajaran berbasis laboratorium dengan kit Fisika dapat membuat pembelajaran yang materinya memerlukan kegiatan praktikum dapat tetap terlaksana, walaupun sarana ruang laboratorium kurang mendukung.

Pembelajaran berbasis laboratorium dalam penerapannya hendaknya juga dipadukan dengan suatu pendekatan. Contextual Teaching and Learning (CTL) merupakan salah satu pendekatan pembelajaran yang dapat menunjang keefektifan

pembelajaran Fisika. CTL merupakan suatu konsep pembelajaran yang membantu guru dalam mengaitkan konten mata pelajaran dengan situasi dunia nyata yang dihadapi oleh siswa dan memotivasi siswa membuat hubungan antara pengetahuan dan penerapannya dalam kehidupan yang mereka temui sehari-hari[3].

Pendekatan Pembelajaran Kontekstual yang memuat tujuh komponen, yaitu Kontruktivisme, Inkuiri, Bertanya, Masyarakat Belajar, Pemodelan Refleksi serta Penilaian[4]. Pendekatan CTL diharapkan dapat membantu siswa untuk mampu membuat pelajaran menjadi bermakna, serta pengetahuan yang berasal dari pengalaman yang dialami langsung oleh siswa sendiri dan tidak semata-mata didapatkan dari guru saja, yang sesuai dengan konsep dasar pembelajaran kontekstual.

Sejauh ini pembelajaran didominasi oleh pandangan bahwa pengetahuan itu hanya konsep dan fakta untuk dihafal. Seharusnya pembelajaran tidak hanya difokuskan pada pemberian bekal pengetahuan yang bersifat teoritis, namun dengan menciptakan pengalaman belajar siswa senantiasa terkait dengan permasalahan aktual yang terjadi. Menghubungkan antara keduanya dapat dilakukan dengan berbagai cara, selain memang materi tersebut saling berkaitan, juga bisa disiasati dengan memberikan ilustrasi, contoh, model, sumber belajar, media, dan lainya. Tentunya baik secara langsung atau tidak, diupayakan untuk menghubungkan pembelajaran dengan pengalaman hidup nyata[5].

Pembelajaran berbasis laboratorium berbantukan kit Fisika cocok dipadukan dengan pendekatan CTL. Pembelajaran berbasis laboratorium sangat menunjang pembelajaran dengan pendekatan CTL. Konstruktivisme yang membuat pemahanan mendalam dan pembelajaran bermaka menjadi filosofi pendekatan CTL serta inkuiri yang merupakan salah satu komponen pendekatan CTL menjadi penghubung keduanya, dimana pada Inkuiri atau kegiatan penemuan, menjadi inti dari pembelajaran kontekstual. Kegiatan laboratorium berfungsi menghubungkan teori/ konsep dan praktek, meningkatkan daya tarik atau minat siswa, dapat memperbaiki miskonsepsi, dan mengembangkan sikap analisis dan kritis pada siswa[6]. Kegiatan laboratorium merupakan bagian yang sangat penting dalam pembelajaran sains. Pengetahuan yang dibangun oleh siswa sedikit demi sedikit kemudian diperluas dengan konteks yang terbatas. Pengetahuan yang dibangun bukanlah seperangkat fakta-fakta, konsep dan prinsip yang hanya untuk diingat, namun juga mengkonstruksi pengetahuan tersebut dan memberi makna melalui pengalaman nyata. Penerapan pembelajaran berbasis laboratorium berbantukan kit Fisika dengan pendekatan CTL diharapkan mampu

(3)

83

meningkatkan hasil belajar Fisika siswa, pada ketiga ranah, kognitif,afektif, dan psikomotor.

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh Pembelajaran Berbasis Laboratorium Berbantukan kit Fisika dengan pendekatan Contextual Teaching And Learning (CTL) terhadap hasil belajar Fisika siswa kelas XI SMAN 8 Padang. Oleh karenanya pada kelas eksperimen diterapkan pembelajaran berbasis laboratorium berbantukak kit Fisika dengan pendekatan Contextual Teaching And Learning (CTL), sedangkan pada kelas kontrol hanya menggunakan pendekatan Contextual Teaching And Learning (CTL).

METODE PENELITIAN

Jenis penelitian ini adalah Quasi Experiment Research. Peneliti memilih jenis penelitian ini adalah dengan tujuan untuk memperoleh perkiraan informasi dari objek yang diteliti dimana tidak memungkinkan bagi peneliti untuk dapat mengontrol atau memanipulasi semua variabel yang relevan secara menyeluruh[7]. Peneliti menerapkan Randomized Control Group Only Design pada rancangan penelitiannya. Rancangan penelitian Randomized Control Group Only Design tersebut digambarkan seperti pada Tabel 1,

Tabel 1. Rancangan Penelitian

Group Pretest Treatment Posttest

Eksperimen - X T

Kontrol - - T

Semua siswa kelas XI SMA Negeri 8 Padang yang terdaftar pada Tahun Ajaran 2013/2014 merupakan populasi dalam penelitian ini. Cluster Random Sampling dipilih sebagai teknik pengambilan sampelnya, hal ini bertujuan agar sampel yang diambil representatif yang berarti sampel dapat mewakili karakteristik setiap populasi karena cara ini berarti mengambil wakil dari setiap populasi yang ada. Dari populasi diambil dua kelas yang dijadikan kelas eksperimen dan kelas kontrol.

Hasil analisis terhadap data awal tersebut terpilihlah sebagai kelas eksperimen yaitu kelas XI IPA 3 dan sebagai kelas kontrol yaitu kelas XI IPA 4, karena kedua kelas sampel memiliki kemampuan yang sama.

Variabel dalam penelitian ini ada tiga yaitu variabel kontrol, variabel bebas dan variabel terikat. Variabel kontrol yaitu materi sesuai dengan KTSP dan sama untuk kedua kelas, siswa dari kedua kelas mempunyai kemampuan awal yang sama, guru yang sama, buku sumber dan waktu yang digunakan pada kedua kelas adalah sama, jenis dan jumlah soal yang diujikan pada kedua kelas sama.

Variabel bebas yaitu pembelajaran berbasis laboratorium berbantukan kit Fisika. Variabel terikat yaitu hasil belajar Fisika siswa pada ranah kognitif, afektif, dan psikomotor di kelas XI SMAN 8 Padang.

Instrumen yang digunakan terdiri dari tiga ranah yaitu ranah psikomotor, afektif dan kognitif. Pada ranah kognitif yang merupakan instrumen penelitian adalah tes objektif dengan lima pilihan jawaban yang pelaksanaannya dilakukan di akhir penelitian. Pembuatan instrumen ranah kognitif, dimulai dengan membuat kisi-kisi soal tes akhir, kemudian merancang tes akhir berdasarkan kisi-kisi. Selanjutnya melakukan tes uji coba soal berdasarkan kisi-kisi tes uji coba yang telah dibuat. Berdasarkan hasil uji coba, dilakukan analisis soal untuk mengetahui validitas soal, reliabilitas, daya beda, dan tingkat kesukaran[8]. Hasil dari analisis itulah diperoleh soal-soal tes akhir.

Instrumen ranah afektif dibuat dalam bentuk format penilaian berdasarkan indikator ranah afektif. Sikap dan perilaku siswa selama mengikuti pembelajaran merupakan hasil belajar yang dinilai pada ranah afektif. Indikator yang dinilai pada ranah afektif meliputi enam indikator dan sub indikator pada masing-masing indikator tersebut, yaitu antusias peserta didik dalam mengikuti pembelajaran, interaksi siswa dengan guru, interaksi antar siswa, kerjasama kelompok, aktifitas siswa dalam kelompok, dan partisipasi siswa dalam menyimpulkan hasil pembahasan[9].

Instrumen ranah psikomotor sama dengan ranah afektif yaitu dibuat dalam bentuk format penilaian berdasarkan indikator ranah psikomotor. Penilaian hasil belajar pada ranah psikomotor dilakukan selama proses pembelajaran berlangsung, ketika melakukan percobaan dengan mengacu pada format penilaian dan akhir pembelajaran dengan mengacu pada laporan kerja ilmiah. Indikator yang dinilai pada ranah psikomotor, meliputi tahap persiapan, tahap pelaksanaan, dan tahap hasil dan pengolahan data[10].

Analisis data dilakukan pada ketiga ranah, ranah kognitif, afektif dan psikomotor. Uji kesamaan dua rata-rata merupakan analisis data yang digunakan. Sebelum melaksanakan uji kesamaan dua rata-rata maka harus dilakukan uji nornalitas dan homogenitas untuk melihat distribusi dan varians data tersebut. Kemudian dapat diketahui teknik analisis data yang digunakan.

Pada ranah kognitif data yang diperoleh melalui tes akhir dianalisis dengan teknik analisis data uji t dengan kriteria pengujian adalah terima Ho

jika th<ttabel pada taraf signifikan 0,05. Sedangkan

untuk nilai lainnya Ho ditolak, dan dapat diambil

kesimpulan hipotesis kerja yang kita kemukakan dapat diterima.

Analisis data pada ranah afektif dan psikomotor sama dengan kognitif namun

(4)

84

sebelumnya skor yang diperoleh melalui format penilaian dikonversi terlebih dahulu ke nilai kemudian data berupa nilai tersebutlah yang dilakukan analisis data. Teknik analisis data yang digunakan adalah uji t dengan kriteria pengujian adalah terima Ho jika th<ttabel pada taraf signifikan

0,05. Sedangkan untuk nilai lainnya Ho ditolak, dan

dapat diambil kesimpulan hipotesis kerja yang kita kemukakan dapat diterima.

HASIL DAN PEMBAHASAN

Penelitian yang telah dilakukan oleh peneliti di SMAN 8 Padang pada kedua kelas sampel, memperoleh data tentang pencapaian hasil belajar Fisika. Data tentang hasil belajar Fisika meliputi penilaian pada tiga ranah yaitu psikomotor, afektif dan kognitif. Data hasil belajar ranah kognitif diperoleh melalui tes tertulis di akhir pembelajaran. Data ranah afektif dan psikomotor diperoleh selama proses pembelajaran berlangsung melalui format penilaian afektif dan psikomotor.

1. Hasil Penelitian

a. Hasil Penelitian Ranah Kognitif

Hasil tes akhir ranah kognitif siswa untuk masing-masing kelas sampel disajikan pada Tabel 2.

Tabel 2. Data Tes Akhir Ranah Kognitif Kelas Sampel Kelas N Nilai Tertinggi Nilai Terendah S 2 S Eksperimen 34 87.50 59.00 77.91 42.51 6.52 Kontrol 35 83.50 58.00 73.14 25.40 5.04

Tabel 2 memperlihatkan nilai rata-rata hasil belajar ranah kognitif. Nilai siswa pada kelas eksperimen lebih tinggi dibandingkan dengan kelas kontrol. Nilai simpangan baku kelas eksperimen lebih besar dari pada nilai simpangan baku kelas kontrol, yang berarti hasil belajar ranah kognitif siswa kelas kontrol lebih merata dibandingkan kelas eksperimen, dan nilai varians kelas eksperimen lebih besar dibandingkan nilai varians kelas kontrol, artinya hasil belajar kelas eksperimen lebih beragam dibandingkan hasil belajar kelas kontrol.

Pengambilan kesimpulan dari data yang ada, perlu dilakukan uji statistik agar terlihat apakah terdapat perbedaan rata-rata kedua kelas sampel tersebut. Sebelum melakukan uji statistik, terlebih dahulu lakukan uji normalitas dan uji homogenitas terhadap data tes akhir yang telah dilakukan, untuk melihat distribusi dan varians data. Kemudian dilakukan uji kesamaan dua rata-rata dengan menggunakan uji statistik yang sesuai.

Setelah diperoleh data pada masing-masing kelas sampel terdistribusi normal dan memiliki varians yang homogen. Pengujian hipotesis penelitian menggunakan uji t. Hasil uji t kedua kelas sampel disajikan pada Tabel 3,

Tabel 3. Hasil Uji t Ranah Kognitif

Kelas N Mean S2 th tt

Eksperimen 34 77.55 49.70

3.40 1.67 Kontrol 35 74.51 27.66

Tabel 3 memperlihatkan bahwa thitung = 3.40

sedangkan ttabel = 1.67 dengan kriteria pengujian

terima Ho jika th < t(1-α) dan tolak Ho jika

mempunyai harga lain pada taraf signifikan 0,05 dengan derajat kebebasan dk = (n1 + n2) – 2.

Berdasarkan perhitungan didapatkan harga thitung > ttabel, yang berarti harga t berada pada daerah

penolakan Ho pada taraf nyata 0,05. Data ini memperlihatkan keberartian pengaruh pembelajaran berbasis laboratorium berbantukan kit Fisika dengan pendekatan CTL terhadap hasil belajar Fisika siswa pada ranah kognitif.

b. Hasil Penelitian Ranah Afektif

Hasil tes akhir ranah afektif siswa untuk masing-masing kelas sampel disajikan pada Tabel 4.

Tabel 4. Data Tes Akhir Ranah Afektif Kelas Sampel Kelas N Nilai Tertinggi Nilai Terendah S 2 S Eksperimen 34 89.33 71.00 82.58 28.83 5.37 Kontrol 35 87.67 69.00 79.19 32.37 5.69

Tabel 4 menampilkan nilai rata-rata hasil belajar siswa, pada ranah afektif kelas eksperimen lebih tinggi dari pada kelas kontrol. Nilai simpangan baku kelas kontrol lebih besar dibandingkan dengan nilai simpangan baku kelas eksperimen, artinya hasil belajar ranah afektif siswa kelas eksperimen lebih merata dibandingkan kelas kontrol, dan nilai varians kelas kontrol lebih besar dibandingkan nilai varians kelas eksperimen, artinya hasil belajar kelas kontrol lebih beragam dibandingkan hasil belajar kelas eksperimen.

Pada ranah afektif yang dinilai adalah sikap siswa, yang diamati selama proses pembelajaran berlangsung berupa indikator penilaian. Berdasarkan data yang diambil selama proses pembelajaran terlihat perbedaan nilai siswa antara kelas eksperimen dan kontrol pada ranah afektif untuk tiap KD yang diteliti seperti terlihat pada Gambar 1,2 dan 3,

(5)

85

Gambar 1. Perbedaan Hasil Belajar Ranah Afektif

KD 1

Gambar 1 memperlihatkan perbedaan hasil belajar siswa pada ranah afektif pada kompetensi dasar pertama. Gambar memperlihatkan bahwa hasil belajar ranah afektif kompetensi dasar 1 pada kelas eksperimen lebih baik dari pada kelas kontrol.

Gambar 2. Perbedaan Hasil Belajar Ranah Afektif KD 2

Gambar 2 memperlihatkan perbedaan hasil belajar siswa pada ranah afektif pada kompetensi dasar kedua. Gambar memperlihatkan bahwa hasil belajar ranah afektif kompetensi dasar 2 pada kelas eksperimen lebih baik dari pada kelas kontrol.

Gambar 3. Perbedaan Hasil Belajar Ranah Afektif KD 3

Gambar 3 memperlihatkan perbedaan hasil belajar siswa pada ranah afektif pada kompetensi dasar tiga. Gambar memperlihatkan bahwa hasil belajar ranah afektif kompetensi dasar 3 pada kelas eksperimen lebih baik dari pada kelas kontrol.

Pengambilan kesimpulan dari data yang ada, perlu dilakukan uji statistik agar terlihat apakah terdapat perbedaan rata-rata kedua kelas sampel tersebut. Sebelum melakukan uji statistik, dilakukan uji normalitas dan homogenitas terhadap data tes akhir. Kemudian melakukan uji kesamaan dua rata-rata dengan menggunakan uji statistik yang sesuai.

Setelah melakukan uji normalitas dan homogenitas diperoleh data pada masing-masing kelas sampel terdistribusi normal dan memiliki varians data yang diperoleh homogen. Hipotesis penelitian diuji dengan menggunakan uji t. Hasil uji t kedua kelas sampel disajikan pada Tabel 5, Tabel 5. Hasil Uji t Ranah Afektif

Kelas N Mean S2 th tt

Eksperimen 34 82.58 28,83

2.75 1.67 Kontrol 35 79.19 32.37

Tabel 5 memperlihatkan bahwa thitung = 2.75

sedangkan ttabel = 1.67 dengan kriteria pengujian

terima Ho jika th < t(1-α) dan tolak Ho jika

mempunyai harga lain pada taraf signifikan 0,05 dengan derajat kebebasan dk = (n1 + n2) – 2.

Berdasarkan perhitungan didapatkan harga thitung > ttabel, yanga berarti harga t berada pada

daerah penolakan Ho pada taraf nyata 0,05. Data ini memperlihatkan keberartian pengaruh pembelajaran berbasis laboratorium berbantukan kit Fisika dengan pendekatan CTL terhadap hasil belajar Fisika siswa pada ranah afektif.

c. Hasil Penelitian Ranah Psikomotor

Hasil tes akhir ranah psikomotor siswa untuk masing-masing kelas sampel disajikan pada Tabel 6. 60 65 70 75 80 85

Perbedaan Hasil Belajar Ranah Afektif KD 1 XI.IPA 3 XI.IPA 4 65 70 75 80 85 90

Perbedaan Hasil Belajar Ranah Afektif KD 2 XI IPA 3 XI IPA 4 65 70 75 80 85 90

Perbedaan Hasil Belajar Ranah Afektif KD 3

(6)

86

Tabel 6. Data Tes Akhir Ranah Psikomtor Kelas

Sampel Kelas N Nilai Tertinggi Nilai Terendah S 2 S Eksperimen 34 90.00 73.75 83.03 5.25 27.56 Kontrol 35 89.17 70.42 80.15 4.77 22.75

Tabel 6 menampilkan nilai rata-rata hasil belajar Fisika siswa, pada ranah psikomotor kelas eksperimen lebih tinggi dibandingkan dengan kelas kontrol. Nilai simpangan baku kelas eksperimen lebih besar dari pada dengan nilai simpangan baku kelas kontrol, artinya hasil belajar ranah psikomotor siswa kelas kontrol lebih merata dibandingkan kelas eksperimen, dan nilai varians kelas eksperimen lebih besar dibandingkan nilai varians kelas kontrol, artinya hasil belajar kelas eksperimen lebih beragam dibandingkan hasil belajar kelas kontrol.

Pada ranah psikomotor yang dinilai adalah aktifitas siswa selama mengikuti proses pembelajaran, penilaian berupa indikator penilaian. Berdasarkan data yang diambil selama proses pembelajaran terlihat perbedaan nilai siswa antara kelas eksperimen dan kontrol pada ranah psikomotor untuk tiap KD yang diteliti seperti terlihat pada Gambar 4,5 dan, 6

Gambar 4. Perbedaan Hasil Belajar Ranah Psikomotor KD 1

Gambar 4 memperlihtakan perbedaan hasil belajar ranah psikomotor siswa pada KD pertama dari gambar terlihat pengaruh pembelajaran berbasis laboratorium berbantukan kit Fisika dengan pendekatan CTL terhadap hasil belajar siswa, terlihat bahwa pada kelas eksperimen hasil belajar siswa lebih baik dari pada kelas kontrol.

Gambar 5. Perbedaan Hasil Belajar Ranah Psikomotor KD 2

Gambar 5 memperlihtakan perbedaan hasil belajar ranah psikomotor siswa pada KD kedua, dari gambar terlihat pengaruh pembelajaran berbasis laboratorium berbantukan kit Fisika dengan pendekatan CTL terhadap hasil belajar siswa, terlihat bahwa pada kelas eksperimen hasil belajar siswa lebih baik dari pada kelas kontrol.

Gambar 6. Perbedaan Hasil Belajar Ranah Psikomotor KD 3

Gambar 6 memperlihtakan perbedaan hasil belajar ranah psikomotor siswa pada KD ketiga dari gambar terlihat pengaruh pembelajaran berbasis laboratorium berbantukan kit Fisika dengan pendekatan CTL terhadap hasil belajar siswa, terlihat bahwa pada kelas eksperimen hasil belajar siswa lebih baik dari pada kelas kontrol.

Pengambilan kesimpulan dari data yang ada, perlu dilakukan uji statistik agar terlihat apakah terdapat perbedaan rata-rata kedua kelas sampel tersebut. Sebelum melakukan uji statistik, terlebih dahulu lakukan uji normalitas dan uji homogenitas terhadap data, untuk melihat distribusi dan varian data. Kemudian dilakukan uji kesamaan dua rata-rata dengan menggunakan uji statistik yang sesuai.

Setelah diperoleh data pada masing-masing kelas sampel terdistribusi normal dan memiliki varians yang homogen. Pengujian hipotesis 75 76 77 78 79 80 81 82 83

Persiapan Pelaksanaan Hasil dan

Pengolahan data Perbedaan Hasil Belajar Ranah

Psikomotor KD 1 XI IPA 3 XI IPA 4 74 76 78 80 82 84 86

Persiapan Pelaksanaan Hasil dan

Pengolahan data Perbedaan Hasil Belajar Ranah

Psikomotor KD 2 XI IPA 3 XI IPA 4 75 80 85 90

Persiapan Pelaksanaan Hasil dan

pengolahan data Perbedaan Hasil Belajar Ranah

Psikomotor KD 3

(7)

87

penelitian menggunakan uji t. Hasil uji t kedua kelas sampel disajikan pada Tabel 7,

Tabel 7. Hasil Uji t Ranah Psikomotor

Kelas N Mean S2 th tt

Eksperimen 34 83.03 27.65

2.40 1.67 Kontrol 35 80.15 22.75

Tabel 7 memperlihatkan bahwa thitung = 2.40

sedangkan ttabel = 1.67 dengan kriteria pengujian

terima Ho jika th < t(1-α) dan tolak Ho jika

mempunyai harga lain pada taraf signifikan 0,05 dengan derajat kebebasan dk = (n1 + n2) – 2.

Berdasarkan perhitungan didapatkan harga thitung > ttabel, yanga berarti harga t berada pada

daerah penolakan Ho pada taraf nyata 0,05. Data ini memperlihatkan keberartian pengaruh pembelajaran berbasis laboratorium berbantukan kit Fisika dengan pendekatan CTL terhadap hasil belajar Fisika siswa pada ranah psikomotor antara kelas eksperimen dengan kelas kontrol.

2. Pembahasan

Analisis data yang telah dilakukan, memperlihatkan keberartian perbedaan hasil belajar siswa kelas eksperimen dan kelas kontrol pada ranah kognitif, afektif dan psikomotor, seperti yang terlihat pada Tabel 8.

Tabel 8. Pencapaian Hasil Belajar Fisika Kedua Kelas Sampel pada Tiga Ranah Penilaian

Kelas

Nilai Tiga Ranah Penilaian Kognitif Afektif Psikomotor

Eksperimen 77.91 82.57 83.03

Kontrol 73.14 79.19 80.15

Tabel 8 memperlihatkan bahwa pembelajaran berbasis laboratorium berbantukan kit Fisika dengan pendekatan Contextual Teaching and Learning berpengaruh terhadap proses pembelajaran. Hasil analisis data tes akhir dari ketiga ranah yaitu ranah kognitif, afektif dan psikomotor memperlihatkan bahwa, penerapan pembelajaran berbasis laboratorium berbantukan kit Fisika memberikan pengaruh terhadap hasil belajar Fisika siswa, yang terbukti dengan meningkatknya hasil belajar Fisika siswa. Hal tersebut terlihat dari nilai rata-rata tes akhir, sikap dan keterampilan, siswa yang menerapkan pembelajaran berbasis laboratoriun berbantukan kit Fisika dengan pendekatan Contextual Teahcing and Learning lebih tinggi dari pada rata-rata nilai siswa yang hanya memakai pendekatan Contextual Teaching and Learning saja.

Pengujian statistik yang telah dilakukan menunjukan bahwa, pada ranah kognitif, afektif,

dan psikomotor didapatkan harga thitung > ttabel. Data

ini memperlihatkan keberartian perbedaan, dimana harga thitung berada pada daerah penolakan Ho.

Pengujian statistik menunjukan nilai rata-rata hasil belajar kedua kelas tersebut memiliki keberartian perbedaan dan analisis data menunjukkan adanya pengaruh penerapan pembelajaran berbasis laboratorium berbantuakan kit Fisika dengan pendekatan Contextual Teaching and Learning terhadap pencapaian hasil belajar siswa ranah kognitif, ranah afektif, dan ranah psikomotor untuk taraf nyata 0,05.

Perbedaan hasil belajar antara kelas ekperimen dan kontrol pada ranah kognitif, dikarenakan pada kelas kontrol diterapkannya pembelajaran berbasis laboratoriun berbantukan kit Fisika dengan pendekatan Contextual Teaching and Learning, yang memungkinkan siswa untuk dapat menemukan sendiri apa yang dipelajari. Hal tersebut membuktikan bahwa pembelajaran berbasis laboratorium berbantukan kit Fisika memberikan pengaruh terhadap hasil belajar Fisika siswa pada ranah kognitif. Pengalaman langsung dan mengalami sendiri apa yang dipelajari merupakan bentuk konkret dalam pembelajaran dan bentuk pembelajaran terbaik yang merupakan dasar dari Cone Experience yang dikemukakan oleh Edgar Dale. Pengalaman langsung dan mengalami langsung apa yang dipelajari membuat siswa dapat mengingat 90% dari apa yang mereka pelajari dibandingkan dengan membaca yang hanya akan membuat siswa mengingat 10% dari apa yang mereka pelajari.[11] Pembelajaran berbasis laboratorium berbantukan kit Fisika dengan pendekatan Contextual Teaching and Learning, dapat memfasilitasi siswa untuk mendapatkan pengalaman langsung menemukan sendiri apa yang mereka pelajari.

Perbedaan hasil belajar antara kelas eksperimen dan kontrol terlihat pada ranah afektif. Pembelajaran berbasis laboratoriun berbantukan kit Fisika dengan pendekatan Contextual Teaching and Learning terbukti dapat berpengaruh untuk meningkatkan antusiasme peseta didik dalam mengikuti pembelajaran, karena mayoritas siswa menyenangi pembelajaran yang melibatkan aktivitas fisik. Interaksi siswa dengan guru juga lebih terbangun selama proses pembelajaran, terlihat dengan banyaknya siswa yang meminta penjelasan dari guru selama proses pembelajaran berlangsung. Interaksi antar siswa dapat terbangun dengan baik, terlihat dari kerja sama satu sama lain dalam kelompok, karena siswa diminta untuk dapat menyelesaikan penuntun praktikum agar dapat mencapai tujuan praktikum dan memahami materi pelajaran. Aktivitas siswa dalam kelompok seperti mengemukakan pendapat, menanggapi pertanyaan dan pendapat teman sejawat, mengerjakan tugas kelompok serta menjelaskan pendapat, dapat

(8)

88

terlaksana dengan baik. Partisipasi siswa dalam menyimpulkan hasil pembahasan lebih baik pada kelas eksperimen. Pembelajaran yang memungkinkan siswa untuk dapat menemukan sendiri konsep dari materi yang dipelajari membuat siswa dapat mengerjakan tugas dengan baik, dapat lebih berani dalam mengemukakan pendapat, merespon dan menanggapi pertanyaan dan pendapat temannya serta menyimpulkan pembelajaran.

Perbedaan hasil belajar antara kelas eksperimen dan kontrol juga terbukti pada ranah psikomotor. Rubrik penilaian psikomotor yang dibagi atas tiga indikator penilaian berupa tahap persiapan, tahap pelaksanaan serta tahap pengolahan data terlihat pada kelas eksperimen mendapatkan nilai yang lebih baik dari pada kelas kontrol. Terlihat pada grafik 4, 5, dan 6 yang telah disajikan sebelumnya bahwa terdapat perbedaan nilai antara kelas eksperimen dan kontrol pada indikator penilaian ranah psikomotor. Analisis data yang telah dilakukan juga membuktikan bahwa keberartian perbedaan nilai kelas eksperimen dan kelas kontrol. Sehingga dapat diambil kesimpulan bahwa pembelajaran berbasis laboratorium berbantukan kit Fisika memberikan pengaruh terhadap hasil belajar Fisika siswa.

Hal ini disebabkan oleh penerapan pembelajaran berbasis laboratorium berbantukan kit Fisika dengan pendekatan Contextual Teaching and Learning pada kelas eksperimen. Pembelajaran berbasis laboratorium ini membuat siswa untuk dapat menemukan sendiri melalui ekperimen atau praktikum yang dilakukannya. Selain itu pembelajaran yang menekankan pada kegiatan fisika akan membuat siswa dapat lebih aktif dalam pembelajaran dan menuntut siswa dapat aktif secara menyeluruh, tidak hanya personal saja, karna siswa dituntut untuk dapat bekerja sama dalam kelompok dalam kegiatan pembelajaran tersebut. Penilaian ranah psikomotor, menitik beratkan pada kegitan fisik atau keterampilan.

Pembelajaran berbasis laboratoriun berbantukan kit Fisika dengan pendekatan Contextual Teaching and Learning memungkinkan siswa untuk dapat menggali, bereksperimen sehingga dapat menemukan dan membangun sendiri konsep materi yang dipelajari. Pembelajaran yang membantu siswa untuk dapat menemukan makna dari pembelajarn itu sendiri, sehingga materi yang mereka pelajari melekat pada memori siswa.

KESIMPULAN

Berdasarkan analisis data yang telah dilakukan dapat dikemukakan kesimpulan dari penelitian ini diantaranya yaitu,

1. Rata-rata nilai ranah kognitif kelas eksperimen adalah 77.91 dan pada kelas kontrol adalah 73.14. Rata-rata nilai ranah afektif kelas eksperimen adalah 82.57 dan pada kelas kontrol adalah 79.19. Rata-rata nilai ranah psikomotor kelas eksperimen adalah 83.03 dan pada kelas kontrol adalah 80.15.

2. Pembelajaran berbasis laboratorium berbantukan kit Fisika dengan pendekatan Contextual Teaching and Learning memberikan pengaruh terhadap peningkatan hasil belajar Fisika siswa pada tiga ranah penilaian yaitu psikomotor, afektif dan kognitif dengan taraf signifikasi 5%, di kelas XI IPA SMAN 8 Padang.

DAFTAR RUJUKAN

[1] Widhy, Purwanti. 2010. Pembelajaran IPA (Kimia) Berbasis Laboratorium. Yogyakarta: UNY.

[2] Suharsimi A . 1988. Organisasi dan Administrasi Pendidikan Teknologi dan Kejuruan. Jakarta: depdikbud.

[3] Trianto.2009. Mendesain Model Pembelajaran Inovatif dan Progresif. Surabaya. Kencana Prenanda media grup

[4] Nurhadi,dkk. 2004. Pembelajaran Kontekstual dan penerapannya dalam KBK. Malang: UNM.

[5] Rusman. 2012. Model-model Pembelajaran. Jakarta: Raja Grafindo Persada.

[6] Maknun. 2012. Keterampilan esensial dan kompetensi motorik Laboratorium mahasiswa calon guru biologi dalam Kegiatan praktikum ekologi. Bandung.UPI. [7] Suryabrata, S. 2006. Metodologi Penelitian.

Jakarta: Gravindo Persada.

[8] Sumarna, S. 2005. Analisis, Validitas, Reliabilitas, dan Interpretasi Hasil Tes Implementasi Kurikulum. Bandung: Remaja Rosda Karya.

[9] Kementrian Pendidikan Nasional.2010. Juknis Penilaian Afektif revisi 2010.Jakarta: Direktorat Jendral Manajemen Pendidikan Dasar dan Menengah.

[10] Kementrian Pendidikan Nasional.2010. Juknis Penilaian Psikomotor revisi 2010.Jakarta: Direktorat Jendral Manajemen Pendidikan Dasar dan Menengah.

[11] Zainal Aqib. 2013. Model-model, media dan strategi pembelajaran Kontekstual (Inovatif). Bandung: Yrama Wi

Gambar

Tabel  2.  Data  Tes  Akhir  Ranah  Kognitif  Kelas  Sampel   Kelas  N  Nilai  Tertinggi  Nilai  Terendah     S 2 S  Eksperimen  34  87.50  59.00  77.91  42.51  6.52  Kontrol  35  83.50  58.00  73.14  25.40  5.04

Referensi

Dokumen terkait

2 Wakil Dekan Bidang I SALINAN TERKENDALI 02 3 Wakil Dekan Bidang II SALINAN TERKENDALI 03 4 Manajer Pendidikan SALINAN TERKENDALI 04 5 Manajer Riset dan Pengabdian

Mengingat permasalahan yang telah dikemukakan ternyata persepsi konsumen tentang negara asal suatu merek sangatlah penting dalam menimbulkan minat pembelian suatu produk

Dapat dilihat bahwa di setiap saat, grafik amplitudo sel[1,1] pada simulasi tanpa anomali (warna merah) selalu lebih tinggi daripada grafik simulasi dengan anomali.

Uno dan Mohamad (2011: 14) mengemukakan dalam bukunya bahwa, segala pertimbangan dalam strategi ini menyangkut tujuan yang disusun berdasarkan, kemapuan siswa,

Tuntutan untuk mengurangi kekuasan pemerintah pusat terhadap daerah baik dari aspek tata laksana pemerintahan dan pengelolaan keuangan yang digulirkan sejak era

Lingkup pekerjaan : Melakukan inventarisasi data infrastruktur industri pengguna energi panas bumi, melakukan evaluasi terhadap data yang terkumpul dan selanjutnya

Pengawasan kualitas merupakan alat bagi manajemen untuk memperbaiki kualitas produk bila dipergunakan, mempertahankan kualitas produk yang sudah tinggi dan

(2) Rencana Kerja Tahunan Perseroan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) pelaksanaan tanggung jawab sosial dan lingkungan. Astra International Tbk menerapkan CSR sebagai