III. METODE PENELITIAN
3.1. Tempat dan Waktu Penelitian
Lokasi penelitian di wilayah administratif Kabupaten Ciamis Provinsi Jawa Barat dan waktu penelitian selama 5 (lima) bulan mulai dari bulan Maret sampai dengan Juli tahun 2011. Lokasi penelitian dapat dilihat pada Gambar 4.
3.2. Jenis dan Sumber Data
Penelitian ini dilakukan dengan pendekatan studi kepustakaan, analisis data sekunder dan data pimer. Pendekatan studi kepustakaan dilakukan dengan mengacu pada teori-teori umum dari berbagai literatur maupun studi empiris untuk mendapatkan landasan teori yang mendukung penelitian. Jenis data yang digunakan adalah data sekunder dan data primer. Data sekunder meliputi data transaksi ekonomi antar sektor perekonomian di wilayah Kabupaten Ciamis, data tenaga kerja sektoral, data PDRB tahun terbaru (2009), yang diperoleh dari Badan Pusat Statistik Kabupaten Ciamis (BPS) yang telah dipublikasikan dalam format buku berjudul Tabel Input-Output Kabupaten Ciamis tahun 2008, Ciamis dalam angka tahun 2010. Selanjutnya akan dilakukan penggalian informasi primer dari stakeholders terkait dengan tujuan penelitian yang diperoleh dengan cara wawancara terstruktur menggunakan kuesioner. Jenis data, sumber data, teknik analisis data dan output yang diharapkan untuk masing-masing tujuan penelitian tertera pada Tabel 2.
3.3. Metode Analisis Data
Untuk menjawab dua tujuan penelitian, digunakan beberapa metode analisis yaitu analisis Tabel I-O untuk mengetahui nilai-nilai koefisien direct backward linkage, direct forward linkage, indirect backward linkage, indirect forward linkage, backward of dispersion, forward power of dispersion dampak pengganda (Output multiplier, total value added multiplier, income multiplier, dan employment multiplier. Kemudian dengan menggunakan indeks komposit dari hasil analisis pada Tabel I-O ditentukan komoditas unggulan. Komoditas unggulan pertanian hasil analisis indeks komposit diketahui, selanjutnya dipaduserasikan dengan pemangku kepentingan pembangunan di Kabupaten Ciamis untuk memilih komoditas unggulan prioritas pengembangan. Hasil pemilihan tersebut selanjutnya disusun strategi pengembangannya menggunakan analisis AHP dan SWOT dengan formulasi baru dalam satu kesatuan analisis A-WOT.
Tabel 2. Tujuan Penelitian, Jenis data, sumber data, teknik analisis data dan output yang diharapkan
No Tujuan
Penelitian Jenis Data Sumber data
Teknik Analisis data Output yang diharapkan 1 Mengetahui komoditas unggulan pertanian di Kabupaten Ciamis dengan Tabel Input-Output. Sekunder: 1.Data transaksi antar sektor ekonomi.
2.Data tenaga kerja sektoral. 3.Data monografi wilayah. 1. Tabel Input-output Kabupaten Ciamis tahun 2008 dari BPS 2. Data Satkernas dari BPS Ciamis 3. Ciamis dalam angka 2010. 1.Analisis Tabel Input output: •Dampak pengganda. •Multiplier effect. •Indeks komposit. 2.Analisis deskriptif Diketahui komoditas unggulan pertanian di Kabupaten Ciamis. 2 Menyusun strategi pengembangan komoditas unggulan pertanian terpilih. Primer: 1.Kuesioner A-WOT. Sekunder: 1.Kebijakan pembangunan daerah 2.Kebijakan dinas terkait 1. Pengambil kebijakan pembangunan daerah, Pakar pembangunan daerah, praktisi. 2. RPJMD. 3. Renstra Dinas Pertanian. 4. Renstra Dinas Peternakan. 1. Analisis A-WOT. 2. Analisis desktriptif. Tersusunnya rumusan strategi pengembangan komoditas unggulan pertanian di Kabupaten Ciamis.
3.3.1. Analisis Tabel Input-Output
Analisis Tabel Input-Output (I-O) menurut Leontief (1986) merupakan suatu metode yang secara sistematis mengukur hubungan timbal balik antara beberapa sektor/komoditas dalam sistem ekonomi yang kompleks (Daryanto dan Hafizrindia 2010).
Analisis Tabel I-O dapat digunakan sebagai alat pengambilan keputusan dalam merencanakan pembangunan sektoral. Berdasarkan hasil analisis Tabel I-O ini bisa diputuskan sektor-sektor mana saja yang dijadikan sebagai leading sector dalam pembangunan ekonomi wilayah.
Sebagai ilustrasi Tabel I-O, BPS (2008) memberikan contoh dalam suatu perekonomian yang hanya terdapat tiga sektor, yaitu sektor produksi 1, 2, dan 3. Kerangka ilustrasi Tabel I-O dapat dilihat pada Tabel 3. yang menunjukkan bahwa untuk menghasilkan output Xi. sektor 1 membutuhkan input dari sektor 1,
2, dan 3 masing-masing sebesar X1, X2, dan X3
Tabel 3. Kerangka Ilustrasi Tabel Input-Output untuk 3 Sektor
dan input primer yang diperlukan adalah sebesar Vi. Dalam Tabel I-O terdapat satu patokan yang sangat penting yaitu bahwa jumlah output suatu sektor harus sama dengan jumlah input-nya.
Alokasi Output Struktur Input Permintaan Antara
Permintaan Akhir Jumlah Output Sektor Produksi Input Antara Sektor 1 Sektor 2 Sektor 3 Kuadran I X11 X12 X X 13 21 X22 X X 23 31 X32 X Kuadran II 33 F F 1 F 2 3 X X 1 X 2 3 Input Primer Kuadran III
V1 V2 V3 Jumlah Input X1 X2 X3
Sumber: BPS (2008)
Secara umum persamaan yang dapat dirumuskan dari Tabel 3 adalah sebagai berikut: X11 + X12 + X13 + F1= X X 1 21 + X22 + X23 + F2= X2 X ………(3.6) 31 + X32 + X33 + F2= X
atau dapat disederhanakan dalam bentuk notasi matriks sebagai berikut: 3
∑
= 3 i J xij + Fj = XiBerdasarkan persamaan yang dihasilkan oleh ilustrasi terhadap 3 sektor produksi tersebut, maka untuk n sektor, persamaan keseimbangan (balance equation) yang diperoleh adalah: , untuk j = 1,2,3 ………(3.7) X11 +X12 + X13+... + X1j + F1 = X .... + .... + .... + .... ... = ..., ...(3.8) 1 Xil+Xi2 + Xi3 + ... + Xij + Fj = Xj atau:
∑
= 3 i J xij + Fj = Xi x , untuk i = 1,2,3,...,n ...(3.9)ijadalah besarnya output sektor i yang digunakan sebagai input oleh sektor j, Fi adalah besarnya permintaan akhir terhadap sektor i, dan Xi adalah total output sektor i.
3.3.2. Analisis Dampak Pengganda
Dampak pengganda dapat diartikan sebagai suatu dampak yang terjadi baik secara langsung maupun tidak langsung terhadap berbagai kegiatan ekonomi di dalam wilayah sebagai akibat adanya perubahan pada variabel-variabel eksogen perekonomian regional/nasional (BPS 2008). Analisis dampak dapat dilakukan dengan menggunakan matriks pengganda pada Tabel Input-Output (I-O). Untuk memperoleh matriks pengganda, umumnya dihasilkan dari Tabel I-O transaksi domestik atas dasar harga produsen. Demikian halnya pada penelitian ini, tabel transaksi yang digunakan untuk analisis dampak pengganda adalah tabel domestik atas dasar harga produsen. Langkah-langkah yang dilakukan dalam menghitung matriks pengganda adalah sebagai berikut:
1. Menghitung koefisien input
Langkah ini merupakan tahap awal yang perlu dilakukan dalam menghitung matriks pengganda. Koefisien input merupakan hasil bagi dari masing-masing komponen input antara atau input primer dengan total input. Koefisien input ini sering juga disebut koefisien teknis.
Koefisien input dapat didefinisikan sebagai berikut: aij Xj Xij = ... (3.10) dan vj Xj Vj = ...(3.11) Keterangan: aij v
= koefisien input antara sektor i oleh sektor j j = koefisien input primer sektor j
xij X
= penggunaan input sektor i oleh sektor j i
Dalam suatu Tabel I-O transaksi domestik atas dasar harga produsen, matriks koefisien input yang merupakan kumpulan berbagai koefisien input dinotasikan sebagai matriks A.
= output sektor j
2. Menghitung matriks Leontief
Setelah mendapatkan matriks A, tahap selanjutnya untuk memperoleh matriks pengganda adalah dengan mengurangkan matriks I (matriks identitas) dengan matriks A. Matriks ini dikenal sebagai matriks Leontief [I-A].
3. Menghitung matriks pengganda
Matriks pengganda merupakan matriks kebalikan (inverse matrix) dari matriks Leontief, atau dapat di definisikan sebagai:
B = [I-A]-1 keterangan:
... (3.12)
B = matriks pengganda berupa kumpulan sel matriks kebalikan Leontief (bij I = matriks identitas
) A = matriks koefisien input
bij
Perhitungan nilai keterkaitan ke belakang dan keterkaitan ke depan menggunakan metode Chenery Watanabe (1958) dalam Daryanto dan Hafizrianda (2010) yaitu dengan menjumlahkan secara kolom matriks koefisien input (a
= dampak yang terjadi terhadap output sektor i akibat perubahan permintaan akhir sektor j.
ij 1. Kaitan langsung ke belakang (direct backward linkage) (
).
c j
BL )
Menunjukkan efek suatu sektor terhadap tingkat produksi sektor-sektor menyediakan input antara bagi sektor tersebut secara langsung.
c j BL =
∑
= n i a 1 ij Nilai ...(10.13) c jBL menunjukkan keterkaitan ke belakang dari sektor j dengan metode Chenery-Watanabe, xij adalah banyaknya input yang berasal dari sektor i yang digunakan untuk memproduksi output sektor j, dan aij
2. Kaitan langsung ke depan (direct forward linkage) (F
adalah koefisien input dari sektor j ke sektor i.
Menunjukkan banyaknya output suatu sektor yang dipakai oleh sektor-sektor lain. c j FL =
∑
= n j xj xij 1 =∑
=1 j bij ...(10.14) c jFL merupakan keterkaitan ke depan dari sektor i, sedangkan bij
Selanjutnya, dari hasil matriks pengganda lebih lanjut digunakan untuk menganalisis keterkaitan (indirect backward linkage dan indirect forward linkage), dampak pengganda (output, pendapatan rumah tangga, dan tenaga kerja) dengan mengikuti metode Rasmussen (1956).
menunjukkan koefisien output dari sektor i ke sektor j. Nilai yang diperoleh dengan metode ini sering disebut sebagai keterkaitan ke belakang dan keterkaitan ke depan secara langsung, yang mengabaikan dampak tidak langsung (inderect effect) antar sektor.
3. Kaitan ke belakang langsung dan tidak langsung (indirect backward linkage) (BLRj)
Menunjukkan pengaruh tidak langsung dari kenaikan permintaan akhir satu unit sektor tertentu yang dapat meningkatkan total output seluruh sektor perekonomian. Parameter ini menunjukkan kekuatan suatu sektor dalam mendorong peningkatan seluruh sektor perekonomian, secara matematis diformulasikan sebagai berikut:
R j BL
∑
= n i gij 1 = ... (3.15)dimana gij adalah elemen-elemen matriks B atau (I-A)-1
4. Kaitan ke depan langsung dan tak langsung (indirect forward linkage), ( yang merupakan invers matriks Leontief.
R i
FL ) Menunjukan peranan suatu sektor dapat memenuhi permintaan akhir dari seluruh sektor perekonomian.
R i FL
∑
= n j gij 1 = ... (3.16)Bila permintaan akhir tiap sektor perekonomian meningkat satu unit (yang berarti peningkatan permintaan akhir seluruh sektor perekonomian adalah sebesar n unit). Dengan demikian maka sektor / menyumbang pemenuhannya sebesar R
i
FL .
5. Daya sebar ke belakang atau indeks daya penyebaran (backward power of dispersion) (βi β ) i
∑
∑
∑
j i i bij n bij 1 = =∑
∑
∑
j i i bij bij n ... (3.17)Menunjukan kekuatan relatif permintaan akhir suatu sektor dalam mendorong pertumbuhan produksi total seluruh perekonomian. Jika βi >1, maka secara relatif permintaan akhir sektor j dalam merangsang pertumbuhan produksi lebih besar dari rata-rata.
6. Kepekaan terhadap signal pasar permintaan akhir atau indeks daya kepekaan (forward power of dispersion) (αj)
αj =
∑
∑
∑
j i j bij n bij 1 ………(3.18)Indeks daya kepekaan menunjukkan sumbangan relatif suatu sektor dalam memenuhi permintaan akhir keseluruhan sektor perekonomian. Jika suatu sektor memiliki karakteristik dengan αj > 1, maka sektor tersebut merupakan salah satu sektor yang strategis, karena secara relatif dapat memenuhi permintaan akhir di atas kemampuan rata-rata sektor.
Selanjutnya, dilakukan perhitungan multiplier dari Tabel I-O: 1. Output Multiplier
Output multiplier merupakan dampak meningkatnya permintaan akhir suatu sektor terhadap total output seluruh sektor di wilayah penelitian.
Oi = (I-A)-1. Fd 2. Income Multiplier
Income multiplier adalah dampak meningkatnya permintaan akhir suatu sektor terhadap peningkatan pendapatan rumah tangga di wilayah penelitian secara keseluruhan.
Income multiplier dapat dihitung dengan matriks: W = X ,. j = Xi Wj ……… (3.20) Keterangan: W : Matriks income
w : matriks diagonal koefisien income X : matriks output, X= (I-A)-1
3. Employment Multiplier
. P
Menunjukan dampak meningkatnya permintaan akhir suatu sektor terhadap peningkatan kesempatan kerja.
Xi Li i= ……… (3.21) Keterangan: i
: koefisien tenaga kerja sektor i Li
Xi : Output sektor i
: jumah tenaga kerja sektor i
3.3.3. Indeks Komposit
Indeks komposit digunakan untuk menentukan komoditas yang menjadi unggulan dalam perekonomian Kabupaten Ciamis. Penggunaan indeks komposit dalam menentukan komoditas unggulan mengacu pada hasil penelitian Syarifudin (2003) dan Amir (2004). Perhitungan indeks pada penelitian ini dilakukan dengan metode yang sederhana, yaitu membandingkan nilai yang dimiliki suatu komoditas terhadap total nilai yang diberikan oleh seluruh komoditas. Nilai-nilai yang digunakan dalam perhitungan indeks tersebut berasal dari analisis Tabel Input-Output (I-O) yaitu dari nilai koefisien direct backward linkage, direct forward linkage, backward of dispersion, forward power of dispersion dampak pengganda (Output multiplier, income multiplier, dan employment multiplier).
Sementara itu, indeks komposit diperoleh dari hasil penjumlahan kesepuluh indeks tersebut dengan rumus sebagai berikut:
IK= Tli li TWi Wi Toi Oi Tai ai Tbi bi T T cj c j c j c j + + + + + + FL FL BL BL ...(3.22) Keterangan: c j
BL : Nilai direct backward linkage
c j
FL : Nilai direct forward linkage bi
a
: Nilai backward of dispersion
i
O
: Nilai forward power of dispersion
i
W
: Nilai Output multiplier
i
li : Nilai employment multiplier : Nilai income multiplier
TBLcj : Total Nilai Kaitan langsung ke belakang TFLcj : Total Nilai Kaitan langsung ke depan
Tbi : Total Nilai Indeks daya penyebaran Tai : Total Nilai Indeks daya kepekaan TOi :Total Nilai Output multiplier
TWi :Total Nilai Income multiplier
Tli :Total Nilai Employment multiplier
Penentuan klasifikasi peranan suatu komoditas terhadap perekonomian Kabupaten Ciamis mengikuti interpretasi yang digunakan oleh Syarifudin (2003). Suatu komoditas diklasifikasikan memiliki peranan yang tinggi dan ditentukan sebagai komoditas unggulan jika nilai total indeks kompositnya melebihi nilai rata-rata.
Tahap selanjutnya menentukan komoditi unggulan pertanian terpilih untuk di susun strategi pengembangannya dengan melakukan diskusi dengan pihak terkait yang dalam hal ini adalah BAPPEDA, Dinas Pertanian Tanaman Pangan dan Dinas Peternakan Kabupaten Ciamis. Komoditi unggulan pertanian terpilih, selanjutnya disusun strategi pengembangannya dengan melalukan analisis gabungan antara AHP dan SWOT (A-WOT)
3.3.4. Analisis AHP dan SWOT
AHP dan SWOT merupakan penggabungan antara dua metode yang lazim digunakan dalam menyusun strategi kebijakan. AHP berfungsi untuk memberikan bobot atau skor terhadap komponen-komponen SWOT.
Asumsi-asumsi yang digunakan dalam AHP adalah sebagai berikut: pertama terdapat jumlah sedikit (terbatas) kemungkinan tindakan, yakni 1,2,….n, dimana n adalah bilangan yang terbatas. Responden diharapkan akan memberikan nilai dalam angka yang terbatas untuk memberi tingkat urutan (skala) prioritas. Skala yang digunakan tergantung dari pandangan responden. Dalam menentukan skala (tingkat urutan) atas persepsi digunakan metode skala Saaty seperti pada Tabel 4.
Tabel 4. Sistem Urutan (Ranking) Saaty
Intensitas/
Pentingnya Definisi Penjelasan
1 3 5 7 9 2,4,6,8 Kebalikan angka bukan nol diatas
Rational
Sama pentingnya
Perbedaan penting yang lemah antara yang satu dengan yang lain
Sifat lebih pentingnya kuat
Menunjukan sifat sangat penting yang menonjol
Penting absolut
Nilai tengah di antara nilai di atas/bawahnya
Jika aktivitas i, dibandingkan dengan aktivitas j, mendapat nilai bukan nol seperti tertera di kolom 1, maka j bila dibandingkan dengan i- mempunyai nilai kebalikannya.
Rasio yang timbul dari skala
Dua aktivitas memberikan kontribusi yang sama kepada tujuan
Pengalaman dan selera sedikit menyebabkan yang satu sedikit lebih disukai daripada yang lainnya Pengalaman dan selera sangat menyebabkan penilaian yang satu sangat lebih disukai daripada yang lain
Aktivitas yang satu sangat disukai daripada yang lain; dominasinya tampak dalam kenyataannya. Bukti bahwa antara yang satu lebih disukai daripada yang lain
menunjukan kepastian tingkat tertinggi yang dapat dicapai. Diperlukan kesepakatan (kompromi) Asumsi yang masuk akal
Jika konsistensi perlu dipaksakan dengan mendapatkan sebanyak n nilai angka untuk melengkapi matriks.
Untuk menilai tingkat konsistensi, dapat diketahui dari indeks konsistensi (IK) yang diperoleh dari nilai matriks yang dikalikan dengan faktor pembobot (eigen vector) untuk menentukan Rasio Konsistensi (RC). RC ini dinilai dengan membagi nilai IK dengan (banyaknya sampel dalam jumlah terbatas dikurangi dengan nilai standar dari nilai IK). Pemberian bobot melalui AHP dilakukan
dengan melibatkan stakeholders yang terkait dengan kebijakan pembangunan komoditas unggulan pertanian di Kabupaten Ciamis.
Selanjutnya dengan hasil yang diperoleh dari teknik analisis AHP, kemudian dihitung bobot dari masing-masing unsur SWOT. Setelah masing-masing unsur SWOT diketahui nilainya, maka unsur-unsur tersebut dihubungkan keterkaitannya untuk memperoleh beberapa strategi (SO, ST, WO, WT), dapat dilihat pada Tabel 5. Kemudian strategi tersebut dijumlahkan nilainya untuk menghasilkan ranking dari tiap-tiap strategi. Strategi dengan ranking tertinggi merupakan strategi yang diprioritaskan untuk dilakukan.
Tabel 5. Contoh Nilai Tingkat Kepentingan Unsur-unsur SWOT berdasarkan Analisis AHP
Unsur Bobot Bobot Hasil
Analisis AHP KEKUATAN (Strength) S1 S2 . Sn KELEMAHAN (Weaknesses) W1 W2 . Wn PELUANG (Opportunities) O1 O2 . On ANCAMAN (Threats) T1 T2 . Tn
Ranking Strategi Hasil Analisis SWOT
Strategi pada matriks hasil analisis SWOT (Tabel 6) dihasilkan dari penggunaan unsur-unsur kekuatan untuk mendapatkan peluang yang ada (SO), penggunaan kekuatan yang ada untuk menghadapi ancaman yang akan datang (ST), pengurangan kelemahan yang ada dengan memanfaatkan peluang yang ada
(WO) dan pengurangan kelemahan yang ada untuk menghadapi ancaman yang akan datang (WT).
Tabel 6. Matriks Hasil Analisis SWOT Peluang - - - Ancaman - - - Kekuatan - - - (SO) - 1 (SO) - 2 . (SO) – n (ST) - 1 (ST) - 2 . (ST) - n Tabel 6. (Lanjutan) Kelemahan - - - - (WO) - 1 (WO) - 2 (WO) - 3 . (WO) – n (WT) - 1 (WT) - 2 (WT) - 3 . (WT) - 4
Strategi yang dihasilkan terdiri dari rumusan strategi. Untuk menentukan urutan prioritas strategi yang harus dilakukan, maka dilakukan penjumlahan bobot yang berasal dari keterkaitan antara unsur-unsur SWOT yang terdapat dalam rumusan strategi. Jumlah bobot tadi kemudian akan menentukan ranking prioritas strategi pengembangan komoditas unggulan pertanian di Kabupaten Ciamis (Tabel 7).
Tabel 7. Ranking Strategi
No Unsur SWOT Keterkaitan Jumlah
Bobot Ranking Strategi SO
. SO1 S1, S2, S., Sn , O1, O2, O., On . SO2 S1, S2, Sn, O1, O2, On
. SO3 S1, S2, S4, Sn, O1, O2, On Strategi ST
. ST1 S1, S2, Sn, T1, T2,Tn . ST2 S1, S2, Sn, T1, T2,Tn . ST3 S1, S2, Sn, T1, T2,Tn Strategi WO
. WO2 W1, W2, Wn, O1, O2, On . WO3 W1, W2, Wn, O1, O2, On Strategi WT
. WT1 W1, W2, Wn, T1, T2, Tn . WT2 W1, W2, Wn, T1, T2, Tn . WT3 W1, W2, Wn, T1, T2, Tn
IV.
GAMBARAN UMUM KABUPATEN CIAMIS
4.1. Letak dan Luas Wilayah
Secara geografis Kabupaten Ciamis berada pada koordinat 108° 20' sampai dengan 108° 40' Bujur Timur dan 7° 40' 20" sampai dengan 7° 41' 20" Lintang Selatan. Secara administratif Kabupaten Ciamis merupakan salah satu kabupaten dari 33 kabupaten di Provinsi Jawa Barat, letak Kabupaten Ciamis berada di ujung Timur Provinsi Jawa Barat, yang jaraknya sekitar 121 km dari ibukota Provinsi dalam hal ini batas-batas wilayah Kabupaten Ciamis adalah sebagai berikut: • Sebelah Utara
• Sebelah Barat • Sebelah Timur • Sebelah Selatan
: Kabupaten Majalengka dan Kabupaten Kuningan : Kabupaten Tasikmalaya dan Kota Tasikmalaya : Provinsi Jawa Tengah dan Kota Banjar
: Samudera Indonesia
Adapun luas wilayah Kabupaten Ciamis mencapai 2 443 km2
Tabel 8. Persentase dan Luas Wilayah Kabupaten Ciamis Per Kecamatan . Luas ini kira-kira 8 persen dari luas Provinsi Jawa Barat. Selanjutnya, luas berdasarkan masing-masing kecamatan dan persentase luasnya disajikan pada Tabel 8.
No. Kecamatan Luas Wilayah
(Km2) Persentase 1 Cimerak 118 4.8 2 Cijulang 93 3.8 3 Cigugur 97 4.0 4 Langkaplancar 177 7.3 5 Parigi 98 4.0 6 Sidamulih 78 3.2
7 Pangandaran 61 2.5 8 Kalipucang 137 5.6 9 Padaherang 119 4.9 10 Banjarsari 163 6.7 11 Lakbok 58 2.4 12 Pamarican 104 4.3 13 Cidolog 59 2.4 14 Cimaragas 27 1.1 15 Cijeungjing 58 2.4 16 Cisaga 60 2.5 17 18 Tambaksari Rancah 64 73 2.6 3.0 Tabel 8. (lanjutan)
No. Kecamatan Luas Wilayah
(Km2) Persentase 19 Rajadesa 58 2.4 20 Sukadana 58 2.4 21 Ciamis 33 1.4 22 Cikoneng 36 1.5 23 Cihaurbeuti 36 1.5 24 Sadananya 44 1.8 25 Cipaku 66 2.7 26 Jatinagara 35 1.4 27 Panawangan 81 3.3 28 Kawali 33 1.4 29 Panjalu 67 2.7 30 Panumbangan 59 2.4 31 Sindangkasih 27 1.1 32 Baregbeg 24 1.0 33 Lumbung 25 1.0 34 Purwadadi 40 1.6 35 Mangunjaya 33 1.4 36 Sukamantri 44 1.8 Kabupaten Ciamis 2 443
Sumber: BPS Kab. Ciamis (2010)
Dari 36 kecamatan yang ada di Kabupaten Ciamis, Kecamatan Langkaplancar merupakan kecamatan terluas yaitu 177 km2 atau sekitar 7.3 persen, kemudian kecamatan kedua terluas adalah kecamatan Banjarsari yaitu 163 km2 atau 6.7 persen kemudian disusul oleh Kalipucang dengan luas 137 km2 atau 5.6 persen masing-masing dari luas Kabupaten Ciamis. Kecamatan yang paling
kecil wilayahnya adalah kecamatan Baregbeg yang hanya 24 km2 atau sekitar 1.0 persen dari luas Kabupaten Ciamis.
4.2. Penduduk
Jumlah penduduk berdasarkan hasil pengolahan data kependudukan yang dilakukan oleh Dinas Catatan Sipil dan Kependudukan (Capilduk) Kabupaten Ciamis, penduduk Kabupaten Ciamis pada akhir bulan Desember 2009 tercatat sebanyak 1 605 414 orang. Dibandingkan dengan jumlah penduduk pada tahun 2008 yang tercatat sebanyak 1 616 778 orang, jumlah penduduk tersebut mengalami pengurangan sebesar 0.7 persen. Dari segi komposisi, jumlah penduduk laki-laki sebanyak 850 079 orang dan perempuan sebanyak 850 335 orang dengan demikian maka jumlah penduduk laki-laki lebih besar dibandingkan dengan jumlah penduduk perempuan hal ini pun jelas tergambar dari nilai sex ratio sebesar 100.6.
Bila melihat luas wilayah Kabupaten Ciamis yaitu 2 443 km2 dengan jumlah penduduk sebanyak 1 605 414 orang sehingga menyebabkan kepadatan penduduk sebesar 657 orang per km2
Tingkat kepadatan penduduk menggambarkan rasio antara jumlah penduduk (orang) dengan luas wilayah (Km
pada tahun 2009. Dari segi penyebaran per kecamatan, sebaran penduduk terbanyak berada di Kecamatan Banjarsari sebesar 7.0 persen, kemudian di Kecamatan Ciamis sebanyak 5.8 persen kemudian di Kecamatan Pamarican sebanyak 4.3 persen, kemudian di Kecamatan Cipaku sebanyak 4.0 persen, di Kecamatan Padaherang sebanyak 4.0 persen dan di Kecamatan Panumbangan sebanyak 3.9 persen sedangkan untuk kecamatan lainnya memiliki sebaran penduduk kurang dari 4 persen.
2
). Dalam hal ini dilihat berdasarkan kecamatan yang ada di Kabupaten Ciamis menunjukan bahwa terjadi pemusatan penduduk di beberapa kecamatan yaitu: di Kecamatan Ciamis dengan kepadatan sebesar 2 786 orang per Km2 hal ini karena Kecamatan Ciamis merupakan pusat pemerintahan Kabupaten Ciamis, selanjutnyan di Kecamatan Sindangkasih sebesar 1 777 orang per km2, di Kecamatan Barēgbeg sebesar 1 684 orang per km2, di Kecamatan Cihaurbeuti sebesar 1 439 orang per km2, di Kecamatan Cikoneng sebesar 1 366 orang per km2
,
di Kecamatan Kawali sebesar 1 223 orangper km2, di Kecamatan Lumbung sebesar 1 202 orang per km2dan di Kecamatan Panumbangan memiliki kepadatan penduduk sebesar 1 047 orang per km2. Kecamatan tersebut merupakan kawasan hinterland bagi Kabupaten Ciamis yang menampung penduduk yang beraktivitas di Kota Ciamis sedangkan kecamatan lainnya memiliki kepadatan penduduk di bawah 1 000 orang per km2 merupakan kecamatan di pinggiran luar wilayah penyangga utama yang dominan merupakan kawasan pertanian dan perkebunan dengan kondisi topografi berbukit. Adapun jumlah penduduk, distribusi dan tingkat kepadatan perkecamatan di Kabupaten Ciamis selengkapnya disajikan pada Tabel 9.
Tabel 9. Jumlah, Persentase dan Kepadatan Penduduk Kabupaten Ciamis Per Kecamantan
No. Kecamatan Jumlah
Penduduk Distribusi Penduduk Kepadatan Penduduk (Orang/Km2) 1 Cimerak 46 349 2.9 393 2 Cijulang 25 729 1.6 277 3 Cigugur 21 457 1.4 221 4 Langkaplancar 48 833 3.1 276 5 Parigi 42 261 2.7 431 6 Sidamulih 28 237 1.8 362 7 Pangandaran 51 820 3.3 850 8 Kalipucang 37 333 2.4 273 9 Padaherang 62 483 4.0 525 10 Banjarsari 110 656 7.0 679 11 Lakbok 54 627 3.5 942 12 Pamarican 68 212 4.3 656 13 Cidolog 19 636 1.2 333 14 Cimaragas 15 446 1.0 572 15 Cijeungjing 48 565 3.1 837 16 Cisaga 37 359 2.4 623 17 Tambaksari 22 817 1.4 357 18 Rancah 56 189 3.6 770 19 Rajadesa 52 828 3.3 911 20 Sukadana 24 487 1.6 422 21 Ciamis 91 943 5.8 2 786 22 Cikoneng 49 169 3.1 1 366 23 Cihaurbeuti 51 801 3.3 1 439 24 Sadananya 35 109 2.2 798 25 Cipaku 62 804 4.0 952
26 Jatinagara 26 151 1.7 747 27 Panawangan 50 200 3.2 620 28 Kawali 40 344 2.6 1 223 29 Panjalu 46 550 2.9 695 30 Panumbangan 61 776 3.9 1 047 31 Sindangkasih 47 985 3.0 1 777 32 Barēgbeg 40 426 2.6 1 684 33 Lumbung 30 038 1.9 1 202 34 Purwadadi 39 834 2.5 996 35 Mangunjaya 31 986 2.0 969 36 Sukamantri 23 974 1.5 545 1 581 440 100 821
Sumber: BPS Kab. Ciamis (2010)
Berdasarkan kelompok umur, jumlah penduduk Kabupaten Ciamis terbanyak pada kelompok umur 10 - 14 sebanyak 8.9 persen, kelompok umur 5-9 tahun sebanyak 8.9 persen, kelompok umur 25 - 29 tahun sebanyak 8.8 persen dan kelompok umur 15 - 19 tahun sebanyak 8.4 persen. Data jumlah penduduk laki-laki dan perempuan serta persentasenya berdasarkan kelompok umur selengkapnya disajikan pada Tabel 10.
Tabel 10. Jumlah Penduduk Kabupaten Ciamis Berdasarkan Kelompok Umur Kelompok
Umur Laki - Laki Perempuan Jumlah Persentase
0 - 4 50 706 47 123 97 829 6.1 5 - 9 73 267 69 463 142 730 8.9 10 - 14 72 636 70 408 143 044 8.9 15 - 19 69 132 66 127 135 259 8.4 20 - 24 56 979 54 674 111 653 7.0 25 - 29 71 435 70 405 141 840 8.8 30 - 34 59 198 61 892 121 090 7.5 35 - 39 60 045 63 072 123 117 7.7 40 - 44 57 758 62 398 120 156 7.5 45 - 49 55 541 56 709 112 250 7.0 50 - 54 49 220 46 834 96 054 6.0 55 - 59 42 479 39 070 81 549 5.1 60 - 64 28 234 30 970 59 204 3.7 65 - Keatas 58 449 61 190 119 639 7.5
Tabel 10. menunjukkan menggambarkan bahwa penduduk Kabupaten Ciamis didominasi oleh kelompok umur produktif mulai dari 15-19 tahun sampai dengan kelompok umur 50-54 dengan jumlah yang cukup tinggi yaitu sekitar 59.9 persen dari total jumlah penduduknya. Kondisi seperti ini diharapkan memiliki tingkat produktivitas yang tinggi.
4.3. Ketenagakerjaan
Keadaan angkatan kerja di Kabupaten Ciamis berdasarkan sektor terdiri dari lima sektor yaitu: sektor pertanian, industri, perdagangan, jasa dan sektor lainnya. Adapun jumlah angkatan kerja persektor selengkapnya disajikan pada Tabel 11.
Tabel 11. Angkatan Kerja di Kabupaten Ciamis Berdasarkan Sektor
Sektor Keterangan Sektor Jumlah Persen
1 Pertanian, Kehutanan, Perburuan dan Perikanan 299 299 39.5
2 Industri Pengolahan 139 495 18.4
3 Perdagangan Besar, Eceran, Rumah Makan dan Hotel
153 738 20.3
4 Jasa Kemasyarakatan 70 156 9.3
5 Lainnya (Pertambangan dan Penggalian, Listrik dan Air, Bangunan, Angkutan, Pergudangan dan Komunikasi
94 518 12.5
Jumlah 757 206 100
Sumber: BPS Jawa Barat (2009)
Berdasarkan data dari Tabel 11. di atas, menggambarkan bahwa sebanyak 39.5 persen angkatan kerja di Kabupaten Ciamis bekerja di sektor pertanian termasuk kehutanan, perburuan dan perikanan, selanjutnya sebanyak 20.3 persen berkerja di sektor Perdagangan baik besar maupun perdagangan eceran, rumah makan dan hotel, sebanyak 18.4 persen berkerja di sektor industri pengolahan, kemudian 12.5 bekerja di sektor lainnya yaitu sektor Pertambangan dan Penggalian, Listrik dan Air, Bangunan, Angkutan, Pergudangan dan Komunikasi dan 9.3 persen yang bekerja di sektor jasa kemasyarakatan. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa angkatan kerja Kabupaten Ciamis masih didominasi oleh sektor pertanian dan turunannya, kondisi ini sangat didukung oleh potensi sumberdaya alam yang cukup serta budaya masyarakat yang agraris.
4.4. Tinjauan Perekonomian Kabupaten Ciamis 4.4.1. Pertumbuhan Ekonomi
Salah satu dimensi sasaran pembangunan adalah pertumbuhan ekonomi yang terjadi di wilayah khususnya Kabupaten Ciamis. Pertumbuhan ini dapat dilihat dengan menggunakan indikator pertumbuhan PDRB Atas Dasar Harga Konstan Tahun 2000. Perbandingannya dengan Provinsi Jawa Barat dapat dilihat pada Tabel 12.
Tabel 12. Pertumbuhan Ekonomi Kabupaten Ciamis dan Sekitarnya serta Provinsi Jawa Barat Tahun 2007 - 2009 (Persen)
Kabupaten/Kota/Provinsi Tahun 2007 2008 2009 1. Kabupaten Ciamis 5.0 5.0 4.9 2. Kabupaten Tasikmalaya 4.3 4.0 4.2 3. Kota Tasikmalaya 6.0 5.7 5.7 4. Kota Banjar 4.9 4.8 5.1
5. Provinsi Jawa Barat 7.8 5.9 4.2
Dari Tabel 12. di atas terlihat bahwa laju pertumbuhan ekonomi Kabupaten Ciamis Tahun 2009 mengalami perlambatan bila dibandingkan dengan pertumbuhan tahun sebelumnya dengan laju sebesar 4.9 persen untuk tahun 2009 sedangkan tahun sebelumnya sebesar 5.0 persen, demikian juga dengan laju pertumbuhan ekonomi Provinsi Jawa Barat mengalami perlambatan sedangkan kabupaten dan kota yang berada di sekitar Kabupaten Ciamis mengalami percepatan laju pertumbuhan. Apabila dibandingkan dengan laju pertumbuhan di Provinsi Jawa Barat, terlihat laju pertumbuhannya saling beriringan dimana laju pertumbuhan di Provinsi Jawa Barat mengalami pertumbuhan begitu juga dengan laju pertumbuhan ekonomi di Kabupaten Ciamis yang mengalami pertumbuhan. Tabel 13. Laju Pertumbuhan Ekonomi Kabupaten Ciamis Berdasarkan Lapangan Usaha (Persen)
Sektor Pertumbuhan Ekonomi (Persen)
1. Pertanian
2. Pertambangan dan Penggalian 3. Industri Pengolahan
4. Listrik, Gas dan Aim minum 5. Bangunan
6. Perdagangan, Hotel dan Restoran 7. Pengangkutan dan Komunikasi 8. Keuangan, Persewaan dan Jasa
Perusahaan 9. Jasa-Jasa 2.0 1.5 5.1 6.1 2.9 6.7 4.0 6.6 9.0 2.0 0.1 7.2 9.3 2.9 7.4 3.8 4.8 6.9
Laju pertumbuhan ini disebabkan oleh melambatnya beberapa indikator produksi yang memberikan kontribusi cukup besar bagi PDRB Kabupaten Ciamis yaitu sektor pengangkutan dan komunikasi dan sektor jasa-jasa serta sektor keuangan, persewaan dan jasa perusahaan yang memberikan kontribusi laju pertumbuhan yang cukup tinggi (Tabel 13).
4.4.2. Struktur Ekonomi
Struktur ekonomi secara kuantitatif bisa digambarkan dengan menghitung besarnya persentase peranan nilai tambah bruto dari masing-masing sektor terhadap nilai total PDRB.
Struktur ekonomi juga dapat dilihat dari besaran persentase sumbangan masing-masing sektor perekonmian terhadap PDRB secara keseluruhan. Semakin besar persentase suatu sektor, semakin besar pula pengaruh sektor tersebut terhadap perkembangan ekonomi suatu daerah Tabel 14.
Tabel 14. Kontribusi Sektor Terhadap PDRB Kabupaten Ciamis Tahun 2009 (persen)
Sektor Kontribusi (Persen)
Kab. Ciamis Prov. Jawa Barat 1. Pertanian
2. Pertambangan dan Penggalian 3. Industri Pengolahan
4. Listrik, Gas dan Air minum 5. Bangunan
6. Perdagangan, Hotel dan Restoran 7. Pengangkutan dan Komunikasi 8. Keuangan, Persewaan dan Jasa
30.5 0.3 6.7 0.7 3.3 26.2 10.1 5.5 12.7 0.3 41.5 3.2 3.4 21.1 6.7 3.0
Perusahaan
9. Jasa-Jasa 16.8 8.1
Berdasarkan Tabel 14. di atas, terlihat bahwa kontribusi sektor pertanian paling tinggi dibandingkan dengan sektor-sektor lainnya dalam pembentukan PDRB Kabupaten Ciamis, sumbangan sektor pertanian pada tahun 2009 sebesar 30.5 persen, sektor perdagangan, hotel dan restoran menyumbang sebesar 26.2 persen. Sektor jasa-jasa menyumbang sebesar 16.8 persen dan merupakan penyumbang PDRB Kabupaten Ciamis yang ketiga, kemudian sektor pengangkutan dan komunikasi memberikan kontribusi sebesar 10.1 persen. Sektor industri pengolahan dan sektor keuangan, persewaan dan jasa perusahaan masing-masing memberikan kontribusi sebesar 6.3 persen dan 5.5 persen, sementara untuk sektor bangunan sektor listrik, gas dan air bersih serta sektor pertambangan dan penggalian peranannya masih di bawah 5 persen yaitu masing-masing sebesar 3.3 persen, 0.7 persen dan 0.3 persen.
4.5. Kebijakan Pembangunan Kabupaten Ciamis
4.5.1. Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD)
Kabupaten Ciamis
RPJMD Kabupaten Ciamis periode 2009 – 2014 merupakan pedoman pelaksanaan pembangunan daerah untuk masa lima tahun pemerintahan yang sedang berjalan. Tujuan dari penyusunan RPJMD yaitu untuk merespon masalah-masalah strategis yang merupakan permasalah-masalahan utama yang berkaitan dengan fenomena atau belum dapat diselesaikan pada periode sebelumnya. Adapun permasalahan strategis pembangunan daerah Kabupaten Ciamis adalah sebagai berikut :
1. Meningkatkan kualitas dan kesempatan pendidikan. 2. Meningkatkan pelayanan kesehatan masyarakat. 3. Meningkatkan daya beli masyarakat.
4. Mewujudkan ketahanan pangan masyarakat.
5. Penanganan kemiskinan, pengangguran, dan ketenagakerjaan. 6. Pemberdayaan masyarakat.
8. Ketersediaan dan kualitas infrastruktur wilayah dan perdesaan. 9. Meningkatkan kemampuan keuangan daerah.
10.Meningkatkan kinerja Pemerintah Daerah dan Desa.
Selain masalah-masalah strategis yang bersifat umum, juga terdapat masalah strategis bersifat kewilayahan yang memerlukan perhatian yaitu:
1. Pengembangan daerah perbatasan (kabupaten/kota tetangga dan desa sekitar hutan dan perkebunan).
2. Pembangunan desa tertinggal. 3. Pemekaran wilayah.
4. Pengembangan kawasan strategis (nasional, provinsi dan kabupaten).
RPJMD Kabupaten Ciamis 2009 – 2014 dibingkai oleh visi “Dengan Iman dan Taqwa Ciamis MANTAP Sejahtera Tahun 2014”. Pengertian Iman dan Taqwa mengandung makna, bahwa keimanan dan ketaqwaan kepada Allah SWT harus melandasi dan menjiwai para pihak dalam penyelenggaraan pemerintahan, pembangunan dan kemasyarakatan di Kabupaten Ciamis. Kata MANTAP mengandung makna, bahwa dalam rangka mewujudkan kesejahteraan masyarakat Kabupaten Ciamis akan dilakukan penguatan dan pemantapan hasil pembangunan yang telah dicapai pada periode sebelumnya. Visi Kabupaten Ciamis Tahun 2004-2009 yang memberikan prioritas terhadap pembangunan ekonomi yang berbasis agribisnis dan pariwisata, tetap dilanjutkan melalui penguatan dan pemantapan sektor tersebut, sehingga menjadi motor penggerak perekonomian daerah dan masyarakat. Kata MANTAP juga merupakan kepanjangan kata dari Maju, Aman, Nyaman, Tangguh, Amanah dan Produktif, sebuah cita-cita mewujudkan Kabupaten Ciamis menjadi daerah yang maju dalam setiap aspek kehidupan untuk mencapai kesejahteraan dan kemakmuran masyarakat. Kondisi tersebut dapat dicapai apabila terciptanya rasa aman, lingkungan hidup yang nyaman dan lestari, serta sumberdaya manusia yang amanah, produktif dan berdaya saing, sehingga mencapai ketangguhan dalam kehidupan sosial, ekonomi, politik dan budaya. Adapun makna Sejahtera merupakan suatu kondisi masyarakat yang ditandai oleh kehidupan beragama yang mantap, terpenuhinya kebutuhan sandang, pangan dan perumahan yang layak, lingkungan yang sehat, memperoleh pelayanan pendidikan dan kesehatan yang memadai serta memiliki rasa aman dan tentram.
Untuk mewujudkan visi pembangunan tersebut, Pemerintah Kabupaten Ciamis telah menyusun enam misi yang mencakup :
1. Meningkatkan pengetahuan, pemahaman dan pengamalan agama sesuai dengan tuntunan Allah SWT dan Utusan-Nya.
2. Meningkatkan kualitas sumberdaya manusia yang produktif dan berdaya saing.
3. Meningkatkan kualitas penyelenggaraan pemerintahan daerah.
4. Mewujudkan perekonomian daerah dan masyarakat yang tangguh dan berdaya saing berbasis potensi unggulan lokal.
5. Meningkatkan pemberdayaan masyarakat dan desa.
6. Meningkatkan pengelolaan dan pemanfaatan sumberdaya alam, lingkungan hidup dan penataan ruang guna mendukung pembangunan yang berkelanjutan. 7. Meningkatkan ketersediaan dan kualitas infrastruktur wilayah dan perdesaan.
Dari perumuskan kebijakan dan program pembangunan serta kebijakan keuangan daerah, dirumuskan beberapa prioritas pembangunan yang terkait dengan pembangunan ekonomi, yaitu pembangunan perekonomian daerah, pembangunan industri dan perdagangan, dan pembangunan infrastruktur, sumberdaya alam, lingkungan hidup dan tata ruang. Pertama, prioritas pembangunan perekonomian daerah mencakup :
1. Pembangunan perekonomian daerah diprioritaskan pada pengembangan produksi dan produktivitas komoditi unggulan daerah, pengembangan investasi, pengembangan sarana prasarana pendukung investasi, melalui pengembangan kelompok ekonomi produktif dan koperasi yang ditandai dengan semakin meningkatnya laju pertumbuhan ekonomi (LPE), meningkatnya PDRB per kapita, dan meningkatnya daya beli.
2. Pembangunan pertanian diprioritaskan pada penguatan penataan agribisnis yang diarahkan pada peningkatan kualitas dan kuantitas produksi, pasca panen dan pemasaran hasil pertanian melalui penguatan infrastruktur pendukung, penguatan pengembangan sumberdaya manusia, penguatan pengembangan usaha bidang pertanian, penerapan teknologi produksi pertanian (pertanian pangan, perkebunan, kehutanan, peternakan, perikanan dan kelautan),
peningkatan ketahanan pangan, pembinaan industri hasil pertanian, serta pengembangan perikanan tangkap.
3. Pembangunan pariwisata diprioritaskan pada manajemen pariwisata yang profesional untuk memantapkan pengembangan potensi ekowisata, agrowisata, wisata budaya serta pengembangan jasa lingkungan di kawasan konservasi laut, gunung dan hutan; pengembangan sarana dan prasarana akomodasi kepariwisataan dalam rangka lanjutan recovery pasca bencana tsunami; serta peningkatan upaya-upaya pelestarian dan penggalian obyek wisata lainnya melalui panataan obyek wisata unggulan, peningkatan infrastruktur, pengembangan obyek wisata baru, serta promosi wisata.
4. Prioritas pembangunan ekonomi lainnya adalah pengembangan kawasan agropolitan. Pengembangan agropolitan dilakukan dengan pendekatan sistem kawasan, pengembangan agribisnis dipadukan dengan kepariwisataan untuk membentuk wisata agro, sehingga akan memberikan nilai tambah bagi masyarakat. Pengembangan agribisnis yang berbasis pariwisata didukung dengan prasarana wilayah yang antara lain: jalan produksi, jalan desa, irigasi, pasar, transportasi, dan prasarana etalase.
Kedua, prioritas pembangunan industri dan perdagangan mencakup :
1. Pembangunan industri di Kabupaten Ciamis diprioritaskan pada pengembangan industri rumah tangga, industri kecil dan menengah terutama yang mengolah hasil pertanian dan kehutanan menjadi produk unggulan daerah melalui peningkatan fasilitasi dan pembinaan pelaku usaha industri untuk mengembangkan enterpreneurship, penguatan kelembagaan dan pengembangan produk unggulan industri berkualitas yang memenuhi SNI/HAKI.
2. Pembangunan perdagangan diprioritaskan pada revitalisasi dan pengembangan prasarana perdagangan, pembinaan pelaku usaha perdagangan, serta pengembangan pasar modern untuk mendukung pemasaran produk unggulan daerah. Pengembangan Usaha Mikro Kecil Menengah (UMKM) dan koperasi diupayakan pada fasilitasi pembinaan manajemen kelembagaan.
3. Dalam rangka mendukung pengembangan industri dan perdagangan dilaksanakan melalui peningkatan promosi dan kerjasama perdagangan antar
daerah dan wilayah, peningkatan promosi investasi serta peningkatan kualitas sumberdaya manusia pelaku industri kecil.
Terakhir, prioritas pembangunan infrastruktur, sumberdaya alam, lingkungan hidup dan tata ruang mencakup :
1. Pembangunan infrastruktur wilayah diprioritaskan pada pengembangan penyediaan infrastruktur wilayah yang menunjang pengembangan kawasan agribisnis, usaha dan industri pariwisata, mobilitas penduduk, dan kesejahteraan masyarakat melalui revitalisasi, rehabilitasi, dan peningkatan sarana infrastruktur yang telah ada serta pembangunan infrastruktur baru. Peningkatan infrastruktur transportasi wilayah diarahkan pada peningkatan kualitas jalan dan jembatan.
2. Pembangunan irigasi diprioritaskan pada penguatan pengembangan jaringan irigasi dan jaringan pengairan lainnya.
3. Pembangunan air bersih diarahkan pada perluasan aksesibilitas terhadap penyediaan air bersih serta rintisan penyediaan sarana/prasarana air minum. 4. Pembangunan ketenagalistrikan dan telekomunikasi diprioritaskan pada
pemerataan cakupan layanan ketengalistrikan dan telekomunikasi
5. Pengelolaan sumberdaya alam dan lingkungan hidup diprioritaskan pada pemanfaatan sumberdaya alam yang seimbang dan meningkatkan upaya pelestarian fungsi lingkungan hidup untuk terwujudanya pembangunan yang berkelanjutan. Pembinaan, pengawasan dan pengendalian pemanfaatan sumberdaya alam dilakukan terhadap perorangan, kelompok, badan hukum dengan menerapkan sistem insentif dan disinsentif yang efektif. Pelaku-pelaku usaha galian/tambang ilegal dibina agar mentaati peraturan perundang-undangan yang berlaku dan berupaya mengelola lingkungan secara baik. Hutan negara dikelola sesuai dengan prinsip-prinsip pengelolaan hutan lestari yang ditunjukan dengan perolehan sertifikat pengelolaan hutan lestari, lahan pertanian dimanfaatkan sesuai dengan daya dukung dan kaidah konservasi lahan dan air, rehabilitasi lahan kritis dapat diselesaikan pada daerah-daerah tertentu dilakukan pembuatan cekdam, embung, dam penahan untuk pengendalian lumpur dan konservasi air. Pengendalian pencemaran lingkungan diprioritaskan pada sungai yang telah mengalami tingkat
pencemaran tinggi dan digunakan sebagai bahan baku air minum melalui program kali bersih yang melintasi Kota Ciamis.
6. Pembangunan penataan ruang diprioritaskan pada pengembangan pemanfaatan ruang yang mendukung pengembangan ekonomi daerah dengan pengelolaan ruang terbuka hijau, sehat, dan memperhatikan pada kepentingan publik. Perencanaan prasarana wilayah dan sumberdaya alam diproiritaskan pada peningkatan kualitas akses informasi sumberdaya alam dan lingkungan hidup, perencanaan panataan ruang, pelaksanaan dan pemanfaatan ruang, penegakkan peraturan dalam pengendalian pemanfaatan ruang, pemetaan kawasan rawan bencana, pengembangan perumahan, lingkungan sehat perumahan, perbaikan perumahan akibat bencana alam, serta peningkatan kesiagaan dan pencegahan bahaya kebakaran.
4.5.2. Struktur Sistem Kota-Kota di Kabupaten Ciamis
Kabupaten Ciamis berdasarkan Peraturan daerah Nomor 3 Tahun 1999 mengenai Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Ciamis membagi wilayah Kabupaten Ciamis menjadi 3 (tiga) wilayah pengembangan yaitu sebagai berikut: 1). Wilayah Pengembangan (WP) Utara.
Pusat WP Utara adalah Kota Ciamis dengan pusat pembantu adalah Kota Kawali yang terdiri dari:
a. Sub Wilayah Pengembangan (SWP) Utara 1 yang mencakup Kota Kawali, Jatinagara dan Cipaku.
Pusat SWP Utara 1 adalah Kota Kawali.
Fungsi pengembangan: perkebunan, hortikultura, tanaman pangan lahan kering, kawasan lindung daerah bawahnya dan resapan air, hutan produksi dan suaka alam/cagar budaya.
b. Sub Wilayah Pengembangan (SWP) Utara 2 yang mencakup Panjalu, Panawangan dan Panumbangan
Pusat SWP Utara 2 adalah Kota Panjalu.
Fungsi pengembangan: Kawasan lindung, wisata cagar budaya, hutan produksi, hortikultura, perkebunan dan peternakan kecil.
c. Sub Wilayah Pengembangan (SWP) Utara 3 yang mencakup Rancah, Rajadesa, Sukadana dan Tambaksari.
Pusat SWP Utara 3 adalah Kota Rancah.
Fungsi pengembangan: Perkebunan, hutan produksi, tanaman pangan lahan kering, hortikultura, peternakan kecil dan unggas serta industri kecil.
d. Sub Wilayah Pengembangan (SWP) Utara 4 (empat) yang mencakup Ciamis, Cikoneng, Cijeungjing, Cihaurbeuti dan Sadananya.
Pusat SWP Utara 4 adalah Kota Ciamis.
Fungsi pengembangan: Pemerintahan, pelayanan sosial, pelayanan pendidikan, perdagangan dan jasa skala lokal, industri kecil, tanaman pangan lahan basah, kawasan lindung daerah bawahnya, perkebunan, perikanan darat dan pelayanan transportasi darat.
2). Wilayah Pengembangan (WP) Tengah.
Pusat utama WP Tengah adalah Kota Banjar dengan pusat pembantu adalah Kota Banjarsari yang terdiri dari:
a. Sub Wilayah Pengembangan (SWP) Tengah 1 yang mencakup Banjar, Pataruman, Langensari, Purwaharja (sekarang telah mengalami pemekaran menjadi Kota Banjar) serta Cisaga.
Pusat SWP Tengah 1 adalah Kota Banjar.
Fungsi pengembangan: perdagangan dan jasa, koleksi dan distribusi barang-jasa, zona industri, serta pertanian tanaman pangan lahan basah.
b. Sub Wilayah Pengembangan (SWP) Tengah 2 (dua) yang mencakup Banjarsari, Lakbok dan Padaherang.
Pusat SWP Tengah 2 adalah Kota Banjarsari.
Fungsi pengembangan: pertanian lahan basah, perikanan darat-rawa, koleksi dan distribusi barang-jasa, perdagangan, pertanian tanaman pangan lahan kering, peternakan besar dan unggas serta pertambangan skala kecil.
c. Sub Wilayah Pengembangan (SWP) Tengah 3 yang mencakup Pamarican, Cimaragas dan Langkaplancar.
Pusat SWP Tengah 3 adalah Kota Pamarican.
Fungsi pengembangan: pertanian lahan kering dan lahan basah, hutan produksi serta pertambangan bahan galian.
3). Wilayah Pengembangan (WP) Selatan.
Pusat utama WP Selatan adalah Kota Pangandaran dengan pusat pembantu adalah Kota Cijulang yang terdiri dari:
a. Sub Wilayah Pengembangan (SWP) Selatan mencakup Pangandaran dan Kalipucang.
Pusat SWP Selatan 1 adalah Kota Pangandaran.
Fungsi pengembangan: Kawasan kepariwisataan, suaka alam dan cagar budaya serta perikanan laut dan darat.
b. Sub Wilayah Pengembangan (SWP) Selatan 2 (dua) yang mencakup Cijulang dan Cimerak.
Pusat SWP Selatan 2 adalah Kota Cijulang.
Fungsi pengembangan: cagar alam, kawasan pariwisata, pusat pelayanan transportasi udara, perkebunan, pertanian lahan kering, perikanan darat, peternakan besar, pertambangan dan industri kecil. c. Sub Wilayah Pengembangan (SWP) Selatan 3 (tiga) yang mencakup Parigi
dan Cigugur.
Pusat SWP Selatan 3 adalah Kota Parigi.
Fungsi pengembangan: Kawasan kepariwisataan, pertanian lahan lahan kering, hutan produksi, perikanan laut dan darat, peternakan besar, pemerintahan dan pelayanan sosial, pelayanan pendidikan, tanaman pangan, lahan basah, kawasan lindung daerah bawahnya dan pelayanan transportasi darat.
4.5.3. Strategi Pembangunan Daerah
Dalam rangka pencapaian Visi dan Misi Kabupaten Ciamis maka perlu dirumuskan strategi pembangunan daerah yang meliputi kebijakan dan program untuk periode tahun 2009-2014. Adapun kebijakan pembangunan daerah Tahun 2009-2014 berdasarkan misi yang telah ditetapkan adalah sebagai berikut:
Misi 1 : Meningkatkan pemahaman dan pengamalan agama sesuai dengan tuntunan Allah dan Utusan-Nya.
Untuk mencapai misi 1 tersebut, ditempuh kebijakan sebagai berikut :
1. Peningkatan peran pendidikan diniyah yang ditunjang dengan sarana prasarana yang memadai.
2. Peningkatan keberdayaan lembaga sosial keagamaan.
3. Peningkatan kualitas pengamalan nilai-nilai agama di kalangan aparatur dan masyarakat.
Misi 2 : Meningkatkan kualitas sumberdaya manusia yang produktif dan berdaya saing.
Untuk mencapai misi tersebut, ditempuh kebijakan sebagai berikut :
1. Peningkatan pelayanan dan akses masyarakat terhadap fasilitas pendidikan formal dan informal yang berkualitas pada semua strata pendidikan.
2. Meningkatnya minat baca bagi masyarakat.
3. Meningkatnya akses dan layanan kesehatan.
4. Meningkatnya pelayanan KB dan Keluarga Sejahtera.
5. Meningkatkan akses pelayanan masyarakat miskin dan penyandang masalah kesejahteraan sosial.
6. Meningkatkan pengembangan dan pelestarian budaya daerah.
Misi 3 : Meningkatkan kualitas penyelenggaraan pemerintahan daerah. Untuk mencapai misi tersebut, ditempuh melalui kebijakan sebagai berikut : 1. Meningkatkan efektivitas kelembagaan dan informasi daerah.
2. Meningkatkan kuantitas dan kualitas sarana prasarana dan sumberdaya aparatur daerah.
3. Meningkatkan kesadaran hukum, politik, ketentraman, ketertiban dan perlindungan masyarakat.
4. Meningkatkan kinerja pengelolaan keuangan daerah yang akuntabel. 5. Meningkatkan kualitas data daerah.
6. Meningkatkan kualitas perencanaan dan pengawasan daerah. 7. Meningkatkan peran dan fungsi kecamatan.
Misi 4 : Mewujudkan perekonomian daerah dan masyarakat yang tangguh dan berdaya saing berbasis potensi unggulan lokal.
Untuk mencapai misi tersebut, ditempuh melalui kebijakan sebagai berikut:
1. Memantapkan agribisnis dengan fokus penguatan pengolahan, pemasaran hasil serta penggunaan teknologi budidaya, pengolahan dan pemasaran. 2. Revitalisasi pembangunan Kepariwisataan.
3. Meningkatkan produktivitas dan akses UMKM kepada sumberdaya produktif. 4. Meningkatkan Ketahanan Pangan Masyarakat.
5. Meningkatkan daya tarik investasi.
6. Mengembangkan sentra-sentra wilayah pertumbuhan ekonomi, yang berbasis potensi unggulan lokal.
Misi 5 : Meningkatkan pemberdayaan masyarakat dan desa.
Untuk mencapai misi tersebut, ditempuh melalui kebijakan sebagai berikut : 1. Meningkatkan kapasitas perempuan dan pemuda serta prestasi olah raga. 2. Meningkatkan pemberdayaan masyarakat miskin dan perluasan kesempatan
kerja.
3. Meningkatkan kinerja pemerintah desa.
4. Meningkatkan pola pembanguan yang berbasis pemberdayaan masyarakat dan jaminan keberlanjutan.
Misi 6 : Meningkatkan pengelolaan dan pemanfaatan sumberdaya alam, lingkungan hidup dan penataan ruang guna mendukung pembangunan yang berkelanjutan.
Untuk mencapai misi tersebut, ditempuh melalui kebijakan sebagai berikut :
1. Meningkatkan rehabilitasi, konservasi, sumberdaya alam dan pemeliharaan kualitas lingkungan hidup.
2. Meningkatkan pengelolaan dan pemanfaatan sumberdaya alam yang berwawasan lingkungan.
3. Meningkatkan efektivitas pengelolaan ruang sesuai dengan daya dukung wilayah.
4. Meningkatkan efektivitas sistem pengelolaan bencana dan pencemaran lingkungan.
Misi 7 : Meningkatkan ketersediaan dan kualitas infrastruktur wilayah dan perdesaan.
Untuk mencapai misi ke tujuh tersebut, ditempuh melalui kebijakan sebagai berikut :
1. Meningkatkan kualitas dan kuantitas infrastruktur transportasi.
2. Meningkatkan cakupan pelayanan infrastruktur energi dan kelistrikan.
3. Meningkatkan cakupan pelayanan infrastruktur jaringan air bersih, persampahan, drainase dan trotoar.
4. Meningkatkan kualitas dan kuantitas jaringan irigasi.
5. Meningkatkan kualitas dan kuantitas sarana dan prasarana obyek wisata.
6. Meningkatkan pengendalian, monitoring dan evaluasi pembangunan infrastruktur wilayah dan perdesaan.
7. Percepatan pembangunan infrastruktur di perdesaan. 8. Mengembangkan kawasan permukiman.