• Tidak ada hasil yang ditemukan

SKRIPSI PARTICIPATORY GOVERNANCE DALAM PEMBERDAYAAN KELOMPOK TANI DI KELURAHAN MANGGALA KOTA MAKASSAR

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "SKRIPSI PARTICIPATORY GOVERNANCE DALAM PEMBERDAYAAN KELOMPOK TANI DI KELURAHAN MANGGALA KOTA MAKASSAR"

Copied!
92
0
0

Teks penuh

(1)

KELOMPOK TANI DI KELURAHAN MANGGALA KOTA MAKASSAR

Oleh:

NORMA YANTY

Nomor Induk Mahasiswa : 10561 05506 15

PROGRAM STUDI ILMU ADMINISTRASI NEGARA FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASSAR

(2)

ii

KELOMPOK TANI DI KELURAHAN MANGGALA KOTA MAKASSAR

Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Menyelesaikan Studi dan Memperoleh Gelar Sarjana Ilmu Administrasi Negara (ADN)

Disusun dan Diajukan Oleh:

NORMA YANTY

Nomor Stambuk: 10561 05506 15

Kepada

PROGRAM STUDI ILMU ADMINISTRASI NEGARA

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASSAR

(3)
(4)
(5)

v Nomor Induk Mahasiswa : 10561 05506 15

Program Studi : Ilmu Administrasi Negara

Menyatakan bahwa benar skripsi ini adalah karya saya sendiri dan bukan hasil plagiat dari sumber lain. Pernyataan ini saya buat dengan sesungguhnya dan apabila dikemudian hari ini tidak benar, maka saya bersedia menerima sanksi akademik berupa pencabutan gelar akademik dan pemberian sanksi lainnya sesuai dengan aturan yang berlaku di Universitas Muhammadiyah Makassar.

Makassar, 26 Agustus 2020 Yang Menyatakan,

(6)

vi Abdul Mahsyar, dan Nasrul Haq)

Participatory Governance merupakan keterlibatan pemerintah dengan kelompok-kelompok yang berkepentingan untuk mengambil ruang atau tempat untuk membentuk sebuah proses negosiasi dan kolaborasi antara lembaga pemerintahan dan kelompok. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui participatory governance dalam pemberdayaan kelompok tani.

Jenis yang digunakan dalam penelitian ini yaitu kualitatif, dengan jumlah informan sebanyak 5 orang termasuk Camat Manggala, Lurah Manggala, Ketua Penyuluh, dan Tokoh Masyararakat sebanyak 2 orang. Teknik pengumpulan data dengan wawancara mendalam terhadap sejumlah informan., observasi langsung, dokumentasi. Sedangkan analisis data menggunakan reduksi data, penyajian data, dan penarikan kesimpulan.

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa minimnya sosialisasi yang dilakukan pemerintah kepada petani tentang pentingnya kelompok tani, serta pengadaan penyuluhan, pemahaman dalam mensosialisasikan masalah. Hal ini dapat dilihat dari indikator : (1) Sosialisasi dimana pemerintah memberikan pengetahuan tentang fungsi pemerintah sebagai fasilitator dan pendampingan pada kelompok tani dalam pemberdayaan masyarakat (2) Pendampingan proses dimana pemerintah melakukan dampingan baik itu secara pengetahuan maupun teknis kepada masyarakat tani (3) Pelatihan-pelatihan yang diberikan pemerintah kepada kelompok tani dalam memberdayakan kelompok tani baik itu memberikan fasilitas maupun pengetahuan bahan berbahaya yang digunakan petani dan (4) Kunjungan Lapangan yang dilakukan pemerintah setempat langsung kepada petani dan dilakukan langsung di lapangan atau di sawah yang sedang digarap oleh masyarakat tani.

(7)

vii

berjudul “Participatory Governance Dalam Pemberdayaan Kelompok Tani di Kelurahan Manggala Kota Makassar”.

Skripsi ini merupakan tugas akhir yang diajukan untuk memenuhi syarat dalam memperoleh gelar sarjana Ilmu Administrasi Negara Pada Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Muhammadiyah Makassar. Dalam lembar ini penulis hendak menyampaikan terimah kasih yang sedalam-dalamnya kepada kedua orang tua saya, ayahanda Zainuddin dan ibunda Nelly atas segala kasih sayang, cinta, pengorbanan serta do’a yang tulus dan ikhlas yang senantiasa beliau panjatkan kepada Allah SWT sehingga menjadi pelita terang dan semangat yang luar biasa bagi penulis dalam menggapai cita-cita.

Penulis menyadari bahwa penyusunan skripsi ini tidak akan terwujud tanpa adanya bantuan dan dorongan dari berbagai pihak. Oleh karena itu pada kesempatan ini penulis menyampaikan ucapan terimah kasih kepada yang terhormat:

1. Bapak Dr. Abdul Mahsyar, M.Si selaku Pembimbing I dan Bapak Nasrul Haq, S.Sos.,MPA selaku Pembimbing II yang senantiasa meluangkan waktunya membimbing dan mengarahkan penulis, sehingga skripsi ini dapat diselesaikan. 2. Ibu Dr. Ihyani Malik, M.Si selaku Dekan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu

Politik Universitas Muhammadiyah Makassar.

3. Bapak Nasrul Haq, S.Sos., MPA selaku Ketua Prodi Ilmu Administrasi Negara Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Muhammadiyah Makassar. 4. Ibu Nurbiah Tahir, S. Sos, M. AP selaku Sekretaris Jurusan Ilmu Administrai

Negara.

5. Bapak dan Ibu dosen Ilmu Administrasi Negara dan seluruh staf Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Muhammadiyah Makassar.

(8)

viii

dukungan serta motivasi dan do’a kepada penulis dalam menyelesaikan tugas akhir skripsi ini.

8. Segenap keluarga besar Ilmu Administrasi Negara Angkatan 2015, khusus-Nya kelas H yang bersama-sama telah melewati masa perkuliahan selama 8 semester yaitu kurang lebih 4 tahun.

9. Seluruh sahabat-sahabat dan kakanda tercinta saya selama kuliah di Makassar, Jurman Bin Jamaluddin S.Sos, Ayu Hasbianti S.Sos, Muh. Mustafa Ali, Ari Apriadi, Fatimah Sudirman, dan Muh. Ali Imran selalu memberikan semangat dalam menyelesaikan tugas akhir skripsi ini.

10. Para sahabat Hamdani, Hadi Prabowo, Haerul Haedir, Hasnani Ismail, dan Aris Mustamin S.E, yang selalu senantiasa memberikan inspirasi, motivasi dan tawa dalam mendorong penyusunan skripsi yang selalu memberi dukungan dan do’a dari kejauhan untuk penulis dalam menyelesaikan tugas akhir skripsi ini.

11. Ucapan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu penulis dalam menyelesaikan tugas akhir skripsi ini, yang tidak sempat penulis sebutkan namanya.

Demi kesempurnaan skripsi ini, saran dan kritik yang sifatnya membangun sangat penulis harapkan. Semoga karya skripsi ini bermanfaat dan dapat memberikan sumbangan yang berarti bagi pihak yang membutuhkan.

Makassar, 26 Agustus 2020

(9)

ix

HALAMAN PENERIMAAN TIM ... iv

HALAMAN PERNYATAAN ... v

ABSTRAK ... vi

KATA PENGANTAR ... vii

DAFTAR ISI ... ix

DAFTAR TABEL ... xi

DAFTAR GAMBAR ... xii

BAB I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang ... 1

B. Rumusan Masalah ... 7

C. Tujuan Penelitian ... 7

D. Kegunaan Penelitian... 7

BAB II. TINJAUAN PUSTAKA A. Penelitian Terdahulu ... 8

B. Teori Good Governance ... 9

C. Konsep Participatory Governance ... 12

D. Konsep Partisipasi Masyarakat ... 14

E. Konsep Pemberdayaan ... 15

F. Pengertian Kelompok Tani ... 17

G. Kerangka Pikir ... 23

H. Fokus Penelitian ... 24

I. Deskripsi Fokus Penelitian ... 24

BAB III. METODE PENELITIAN A. Waktu dan Lokasi Penelitian ... 26

B. Jenis dan Tipe Penelitian ... 26

C. Sumber Data ... 27

D. Informan ... 27

E. Teknik Pengumpulan Data ... 28

F. Teknik Analisis Data ... 30

G. Teknik Pengabsahan Data ... 31

BAB IV. HASIL DAN PEMBAHASAN A. Deskripsi Objek Penelitian ... 33

(10)

x

B. Saran ... 78 DAFTAR PUSTAKA ... 78 LAMPIRAN ... 81

(11)

xi

1.3 Jumlah Penduduk Berdasarkan Jenis Kelamin ... 38 1.4 Jumlah Penduduk Berdasarkan Tingkat Pendidikan ... 39 1.5 Jumlah Penduduk Berdasarkan Mata Pencaharian ... 40

(12)
(13)

1

Di era yang semakin berkembang ini, suatu bangsa dituntut untuk mampu membuat strategi pembangunan yang berkelanjutan dalam memajukan dan meningkatkan kesejahteraan bangsanya. Dalam hal ini guna pembangunan partisipasi yang merupakan bagian dari rangka pemberdayaan masyarakat. Oleh karena itu, partisipasi dapat didefinisikan sebagai suatu proses dimana sejumlah pelaku bermitra memiliki pengaruh dan wewenang di dalam prakarsa pembangunan, termasuk mengambil keputusan atas sumber daya.

Pembangunan ini dapat berupa pembangunan fisik maupun sumber daya lainnya yang mengarah pada pemberdayaan masyarakat kelompok tani. Dalam pemberdayaan kelompok tani tentunya pemerintah berperan penting untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat, serta pendampingan yang dapat menggerakkan partisipasi total masyarakat penyuluhan dan merespon dan memantau perubahan yang terjadi di masyarakat dan pelayanan berfungsi sebagai unsur ketepatan distribusi aset sumber daya fisik dan non fisik yang diperlukan masyarakat.

Masyarakat menjadi objek utama dalam keberhasilan atau kegagalan pemerintah dalam menjalankan tugasnya bahwa berhasil tidaknya pemerintah dilihat dari peningkatan atau penurunan tingkat kehidupan masyarakat. Pemerintah juga harus mampu berperan penting untuk mengikutsertakan seluruh elemen masyarakat untuk ikut terlibat dan berpartisipasi dalam pengembangan

(14)

masyarakat sehingga dengan ikut sertanya seluruh elemen masyarakat maka pemerintah akan lebih mudah untuk memahami hal-hal yang terdapat di masyarakat.

Telah diatur dalam regulasi Peraturan Menteri Pertanian Republik Indonesia Nomor 33 Tahun 2016 Tentang Pedoman Pembinaan Kelembagaan Pelatihan Pertanian Swadaya pada Bab III mengenai penumbuhan dan pengembangan kelembagaan pelatihan pertanian swadaya bahwa dalam hal pengembangan untuk memperkuat kelembagaan masyarakat maka pemerintah harus mampu menerapkan serta melaksanakan kegiatan melalui apresiasi, sosialisasi, fasilitasi, pendampingan kelembagaan, dan pelatihan. Namun tidak bisa dipungkiri bahwa pelaksanaan pelayaan kepada masyarakat harus membutuhkan pelayanan dari pemerintah. Pelayanan oleh pemerintah harus mencakup semua bidang, salah satunya yaitu pelayanan terhadap pembangunan sektor pertanian dengan tujuan meningkatkan kesejahteraan masyarakat.

Diperkuat oleh aturan yang telah dijelaskan sebelumnya bahwa telah tercantum dalam Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 19 Tahun 2013 Tentang perlindungan dan pemberdayaan petani dijelaskan pada pasal 7 ayat (3) bahwa strategi pemberdayaan petani dilakukan melalui pendidikan dan pelatihan, penyuluhan dan pendampingan, pengembangan sistem dan sarana pemasaran hasil pertanian, konsolidasi, dan jaminan luas lahan pertanian, penyediaan fasilitas pembiayaan dan permodalan, kemudahan akses ilmu pengetahuan, teknologi serta informasi, dan penguatan kelembagaan petani. Berdasarkan peraturan tersebut maka jelaslah bahwa pemerintah harus memberikan perhatian lebih terhadap

(15)

pertanian. Dengan demikian, pemberdayaan kelompok tani sebagian di Kelurahan Manggala masih relatif rendah. Dimana keterlibatan partisipasi masyarakat masih rendah dalam memanfaatkan lahan, dimana kualitas sumber daya masyarakat lemah kreativitas, sehingga menyebabkan pemasaran menjadi rendah. Yang dimana seharusnya kelompok tani itu harus memiliki anggota kelompok tani yang berpengetahuan agar mampu menjalankan dan memberdayakan kelompok tani dengan kemampuan dan potensi yang dimiliki sebagai seorang kelompok tani.

Kecamatan Manggala merupakan salah satu dari 14 Kecamatan dikota Makassar dengan luas wilayah 24.14 kilometer persegi atau sekitar 13.7% dari luas wilayah Kota Makassar. Sejak tahun 2017 Kecamatan ini memiliki 7 kelurahan dengan luas 24,14 km2. Kelurahan yang paling luas adalah Tamangapa yaitu 7,62 km2, sedangkan kelurahan yang wilayahnya paling kecil di Kecamatan Manggala adalah Kelurahan Borong dan Batua. Melihat potensi yang ada di Kelurahan Manggala, maka pembangunan dibidang pertanian merupakan salah satu yang harus menjadi perhatian pemerintah. Namun perhatian pemerintah sangat minim terhadap kelompok tani yang ada di Kelurahan Manggala.

Partisipasi pemerintah sebagai (dinamisator) juga menjadi hal yang tidak sesuai dengan harapan yang terjadi di Kelurahan Manggala, realita yang terjadi bahwa pemerintah kurang aktif terjun langsung kepada masyarakat untuk memberikan berbagai macam pemahaman, serta pemerintah masih tidak secara aktif dalam mendampingi petani seperti memberikan bimbingan secara langsung dalam mengelola pertanian maupun pelatihan kepada masyarakat. Kurangnya keterlibatan pemerintah untuk turun kelapangan melihat kondisi yang terjadi di

(16)

lapangan. Hal demikian dapat dilihat dari minimnya sosialisasi yang dilakukan pemerintah kepada petani tentang petingnya kelompok tani, serta pengadaan penyuluhan, pemahaman dalam mensosialisasikan masalah atau solusi bagi masyarakat petani dan pendampingan yang kurang maksimal. Selanjutnya pemerintah masih tidak secara aktif dalam mendampingi masyarakat petani memberikan bimbingan secara langsung dalam mengelola pertanian maupun pelatihan kepada masyarakat. Kemudian mengenai pelatihan masyarakat petani sangat membutuhkan kegiatan-kegiatan pelatihan dari pemerintah untuk mengatasi masalah yang dihadapi.

Partisipasi pemerintah diharapkan mampu memberikan peranan penting serta mampu memberi sumbangsi yang positif kepada masyarakat mengenai pemberdayaan masyarakat dengan harapan pemerintah mampu menjadi objek dalam memberikan fasilitas kepada masyarakat, mengedepankan perkembangan yang beriorientasi pada kemajuan masyarakat dalam kaitannya dengan bidang pertanian. Sehingga masyarakat membutuhkan partisipasi pemerintah baik sebagai penyedia aturan dasar bagi masyarakat demi pengembangan petani (regulator), juga motor penggerak masyarakat dalam proses pemberdayaan masyarakat (dinamisator) serta sebagai media yang mampu menciptakan segala hal yang menjadi kekurangan dan dibutuhkan oleh masyarakat (fasilitator) agar tujuan untuk pengembangan kesejahteraan masyarakat dapat terwujud. Pemerintah selaku penyedia sarana dan prasana bagi masyarakat fasilitator sudah mampu menyediakan kebutuhan masyarakat dalam hal pemberdayaan masyarakat pada kelompok tani di Kelurahan Manggala sebagaimana fungsi pemerintah sebagai

(17)

media untuk memberikan fasilitas yang memadai bagi petani, namun bantuan yang diberikan pemerintah kepada masyarakat kurang dimanfaatkan oleh masyarakat tani karena masalah teknis penggunaan maupun pemanfaatan yang masyarakat itu sendiri kurang paham.

Pemerintah memberikan bantuan kepada kelompok tani agar dapat melengkapi kebutuhan kelompok tani dalam melakukan kegiatan usahanya. Berkaitan dengan pelaksanaan pemberian bantuan yang berupa pupuk, dan bibit kepada para anggota kelompok tani tidak berjalan secara menyeluruh. Bukan hanya itu, penginformasian tentang penyelenggaraan juga tidak jelas jadwalnya. Kelompok tani melakukan berbagai macam kegiatan-kegiatan pertanian untuk meningkatkan kelompok tani. Tetapi pada kenyataannya yang terjadi masih ada anggota kelompok tani belum memiliki kemampuan dan potensi yang begitu baik dalam mengelola pertanian yang ada pada kelompok tani tersebut. Masih ada kelompok tani yang tidak bekerja sesuai apa yang diharapkan.

Problem kegiatan penyuluhan atau sosialisasi dan praktek ini disebabkan karena semakin berkurangnya lahan yang diakibatkan pembangunan yang semakin meningkat, sehingga mendorong terjadinya pembangunan menggunakan lahan pertanian untuk membangun toko atau ruko terutama lahan yang dipinggir jalan raya. Hal ini merupakan kendala dalam proses pemberdayaan kelompok tani karena memberdayakan kelompok tani membutuhkan partisipasi dan rasa ingin bergerak untuk maju namun kenyataannya hal demikian tidak terjadi. Karena kelompok tani masih kurang memberikan arahan-arahan kepada anggotanya tentang bagaimana mereka mengelola pertanian yang kelompok tani miliki dengan

(18)

benar dan tidak melakukan apa yang seharusnya dilakukan bahkan dalam kelompok tani pun jarang sekali melakukan pertemuan, pertemuan ini sangat penting dilakukan kelompok tani agar bisa saling bertukar informasi dan pengetahuan sebagai sesama petani.

Minimnya partisipasi masyarakat, karena banyak petani yang kurang mengerti tentang kelompok tani karena tidak ada penyuluh yang mensosialisasikan pentingnya pembentukan kelompok tani. Hal yang terjadi pada kelompok tani di Kelurahan Manggala ini sudah lama terbentuk kelompok tani yang sepetinya hanya sekedar nama saja, karena tidak terlihat program yang terlaksanakan didalamnya. Yang dimana partisipasi dan kekompakan anggota kelompok dalam tani masih relatif rendah, pembentukan dan pengembangan berdasarkan pendekatan naik turun menyebabkan tidak tumbuhnya partisipasi anggota dan tidak terlaksananya penyuluh pertanian. Dengan berbagai fakta permasalahan maka dalam penelitian ini peneliti tertarik untuk melakukan penelitian dengan judul “Participatory Governance Dalam Pemberdayaan

(19)

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian latar belakang tersebut di atas, maka rumusan masalah dalam penelitian ini yaitu :

1. Bagaimana participatory governance dalam pemberdayaan kelompok tani di Kelurahan Manggala ?

2. Apa saja faktor pendukung dan penghambat participatory governance dalam pemberdayaan masyarakat tani di Kelurahan Manggala ?

C. Tujuan Penelitian

Berdasarkan rusmusan masalah diatas, maka tujuan penelitian ini yaitu 1. Untuk mengetahui participatory governance dalam pemberdayaan kelompok

tani di Kelurahan Manggala Kota Makassar.

2. Untuk mengetahui faktor pendukung dan penghambat participatory governance dalam pemberdayaan masyarakat tani di Kelurahan Manggala ? D. Kegunaan Penelitian

1. Secara Teoritis

Secara teoritis penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi dan serta dapat menjadi sebuah karya yang dapat dijadikan sebagai referensi dalam memperkarya keilmuan administrasi negara yang berkaitan dengan participatory governance dalam pemberdayaan kelompok tani.

2. Secara Praktis

Bagi Pemerintah sebagai bahan informasi dan pertimbangan bagi pengambil kebijakan dan pihak-pihak yang berkepentingan dengan participatory governance dalam pemberdayaan keompok tani ini.

(20)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Penelitian Terdahulu

1. Penelitian dari Dyah Puspita Nugraha Putri (2012) dengan judul “Partisipasi Kelompok Tani Hutan Dalam Program Hutan Kemasyarakatan”

Hasil penelitian menunjukkan bahwa dapat disimpulkan tingkat partisipasi masyarakat yang tergabung dalam kelompok tani hutan di Kecamatan Playen Kabupaten Gunung Kidul merupakan partisipasi simbolik atau tokenism. Sebagian besar keputusan masih berada di tangan pemerintah. Masyarakat telah mampu berpartisipasi namun hanya pada fase-fase tertentu, terutama fase pelaksanaan. Fase perencanaan dan monitoring evaluasi masih dikontrol oleh pemerintah. Perbedaan karakter antar kelompok merupakan faktor yang muncul setelah penelitian dilakukan. Perbedaan karakter kelompok serta desain program sangat mempengaruhi tingkat partisipasi kelompok tani hutan dalam program Hutan Kemasyarakatan. Motivasi masyarakat yang sebelumnya dijelaskan sebagai landasan teori tidak terlalu berpengaruh terhadap tingkat partisipasi karena rata-rata motivasi masyarakat tinggi.

2. Penelitian dari Imelda Manopo (2018) dengan judul ” Peran Pemerintah Desa Terhadap Kelompok Tani Karya Lestari Di Desa Talikuran Satu Kecamatan Sonder Kabupaten Minahasa”

Hasil penelitian menunjukkan bahwa peran pemerintah desa terhadap Kelompok Tani karya Lestari di Desa Talikuran Satu Kecamatan Sonder Kabupaten Minahasa tergolong sangat baik dan berperan dalam memberikan hasil

(21)

pemasaran tanaman, dalam menghadiri pertemuan/musyawarah, tukar menukar pikiran dalam berusaha tani, berperan dalam mengajarkan keterampilan dalam berusaha tani, berperan dalam melakukan pencatatan keanggotaan kelompok tani yang berkembang, dan melaksanakan forum penyuluhan untuk anggota kelompok tani.

3. Penelitian dari Kasming (2019), Peran Pemerintah Dalam Pemberdayaan Kelompok Tani Di Desa Lompoloang Kecamatan Pitumpanua Kabupaten Wajo”

Hasil penelitian menunjukkan bahwa peran pemerintah dalam pemberdayaan kelompok tani di Desa Lompoang Kecamatan Pitumpanua Kabupaten Wajo pada aspek regulator, dinamisator, dan fasilitator yang dimana didalamnya terdapat aturan mendasar tentang mekanisme pemberdayaan masyarakat. Partisipasi pemerintah yang dilakukan bentuk kerja pemerintah untuk memberikan fasilitas sesuai dengan kebutuhan masyarakat dal hal pertanian. B. Teori Good Governance

Secara singkat pengertian governance menurut Mardiasmo (2002:24) dapat diartikan sebagai cara mengelola urusan-urusan publik. Sedangkan Sedarmayanti (2004:2) menyatakan bahwa governance lebih merupakan serangkaian proses interaksi-interaksi sosial antara pemerintah dengan masyarakat dalam berbagai bidang yang berkaitan dengan kepentingan masyarakat dan intervensi pemerin- tah atas kepentingan-kepentingan tersebut. Ananto Basuki dan Showfan (2006 :15) mengatakan Good Governance merupakan upaya untuk merubah watak pemerintah (Goverment) yang semula cenderung bekerja sendiri tanpa

(22)

memperhatikan aspirasi masyarakat, menjadi pemerintah yang aspiratif.

Sistem penyelenggaraan pemerintah yang menerapkan good governance masyarakat tidak lagi dipandang sebagai obyek yang ingin dicetak sebagaimana keinginan pemerintah. Masyarakat menjadi subyek yang turut mewarnai program-program kebijakan pemerintah. Sistem pemerintahan yang menjadikan masyarakat sebagai subyek hanya terdapat dalam sistem pemerintahan yang demokratis. Prinsip-prinsip yang terkandung dalam good governance hanya akan tumbuh pada pemerintah yang mempraktekan demokrasi. Menurut Mustopadijdaja sebagaimana yang dikutip dalam Sjamsuddin (2009:63) mengemukakan prinsip-prinsip good govenance yaitu: prinsip demokrasi dan pemberdayaan, prinsip pelayanan, prinsip transparansi dan akuntabilitas, prinsip partisipasi, prinsip kemitraan, prinsip desentralisasi, konsistensi kebijakan dan kepastian hukum.

Sedangkan pengertian Good Governance menurut Bank Dunia (World Bank) dalam (Mulyadi, 2015:130) yaitu cara kekuasaan yang digunakan dalam mengelola berbagai sumber daya social dan ekonomi untuk pengembangan masyarakat. Sedangkan menurut UNDP (United National Development Planning) mendefinisikan governance adalah “Governance is the exercise of veconomic, political, and administrative author to manage a country’s affairs at all levels an means by which states promote social cohesion, integration and ensure the well being of their population”. Atau Kepemerintahan adalah pelaksanaan kewenangan atau kekuasaan dibidang ekonomi, politik, dan administrative dalam mengelola berbagai urusan negara pada tiap tingkatannya dan merupakan suatu instrument

(23)

kebijakan negara dalam mendorong terciptanya kondisi kesejahteraan integritas, dan kohesivitas social dalam masyarakat.

Lembaga Administrasi Negara menyatakan bahwa Good Governance berorientasi pada: Pertama, orientasi ideal Negara diarahkan pada proses pencapaian tujuan nasional yang mengacu pada demokratisasi dalam kehidupan bernegara. Kedua, pemerintahan yang memiliki fungsi secara ideal yaitu secara efektif dan efisien dalam berupaya mencapai tujuan nasional yang tergantung sejauh mana pemerintahan mempunyai kompetensi dan struktur serta mekanisme politik dan administratif dapat berfungsi secara efektif dan efisien. Lembga Administrasi Negara memberikan kesimpulan bahwa wujud dari Good Governance sebagai penyelenggaraan pemerintahan Negara yang bertanggung jawab, serta efektif dan efisien dalam menjaga sinergi interaksi yang konstruktif di antara domain-domain Negara, dan masyarakat.

Dari prinsip-prinsip tersebut, partisipasi merupakan suatu hal yang penting bagi negara-negara yang menganut paham demokrasi. Menurut Wagle (Imtihan, dkk., 2017) demokrasi akan bermakna ketika masyarakat ikut serta pada proses pembuatan kebijakan yang diputuskan oleh pemerintah. Partisipasi masyarakat dalam Good Governance menuntut adanya hubungan langsung antara pemerintah dan masyarakat, yang bukan hanya dalam bentuk perwakilan melalui partai politik atau dewan perwakilan rakyat.

(24)

C. Konsep Participatory Governance

Banyak pengertian tentang partisipasi telah dikemukakan oleh para ahli, namun pada hakekatnya memiliki makna yang sama. Pengertian yang sederhana tentang partispasi dikemukakan oleh Fasli Djalal dan Dedi Supriadi (2001: 201-202), dimana partisipasi dapat juga berarti bahwa pembuat keputusan menyarankan kelompok atau masyarakat ikut terlibat dalam bentuk penyampaian saran, pendapat, barang, keterampilan, bahan, dan jasa. Partisipasi juga berarti bahwa kelompok mengenal masalah mereka sendiri, mengkaji pilihan mereka sendiri, membuat keputusan, dan memecahkan masalahnya.

Munculnya konsep Participatory governance merupakan implikasi dari pergeseran makna kata partisipasi. Konsep tersebut diperkenalkan oleh Fung dan Wright dalam tulisannya “Deepening Democracy : Innovation In Empowered Participation Governance”. Tulisan tersebut merupakan hasil eksperimen mereka dengan mengambil sejumlah kasus di beberapa Negara tentang pengembangan pemerintahan partisipatif. Pemerintahan partisipatif (participatory governance) merupakan suatu pemerintahan yang menempatkan masyarakat (non pemerintah) sebagai individu atau kelompok sebagai stakeholders dalam proses pengambilan kebijakan publik yang selama ini cenderung hanya didominasi oleh pemerintah (Widiyarti dan Rining,2016).

Selain itu dalam Public Administration and Democratic Governance: Governments Serving Citizens (Rahman, 2016:40) menyatakan bahwa participatory governance menjelaskan keterlibatan pemerintah dengan kelompok-kelompok yang berkepentingan untuk mengambil ruang atau tempat untuk

(25)

membentuk sebuah proses negosiasi dan kolaborasi antara lembaga pemerintahan dan kelompok.

Fung dan Wright dalam (Nasrani, 2018) menyatakan Pemerintahan partisipatif merupakan pemberdayaan kumpulan orang untuk berpartisipasi dalam membuat keputusan yang masuk akal melalui musyawarah dan diskusi. Pemberdayaan pemerintahan partisipatif memiliki nilai-nilai konseptual yang meliputi partisipasi, musyawarah dan kelayakan. Prinsip pemerintahan partisipatif yaitu sebagai berikut :

a. Orientasi praktis

Ciri khas pemerintahan partisipatif adalah berorientasi praktis yaitu bahwa semua struktur pemerintahan diarahkan untuk memecahkan masalah-masalah publik.

b. Partisipasi bottom-up

Partisipasi yang menjaring usulan atau aspirasi dari masyarakat biasa untuk menerapkan pengetahuan, kecerdasan, dan minat untuk perumusan solusi. c. Generasi solusi permusyawaratan

Nilai khas ketiga yang di berdayakan dalam pemerintahan partisipatif yaitu musyawarah. Pengambilan keputusan saat musyawarah, para peserta mendengarkan atau menyimak dan mempertimbangkan alternative pilihan yang layak.

Pandangan Fung dan Wreight dalam (Nasrani,2014) tentang pemerintahan partisipatif (particicipatory governance) menunujukkan bahwa adanya pemberian ruang bagi masyarakat untuk ikut berpartisipasi dalam pengambilan keputusan

(26)

melalui musyawarah .

Pemerintah partisipatif merupakan proses penyelenggaraan partisipasi masyarakat dalam perencanaan pembangunan. Adapun tujuan dari pemerintahan partisipatif yaitu untuk memperoleh informasi yang akurat dari masyarakat demi terwujudnya pembangunan daerah yang tepat.

D. Konsep Partisipasi Masyarakat

Pada dasarnya partisipasi di definisikan sebagai keterlibatan mental atau pikiran dan emosi atau perasaan seseorang di dalam situasi kelompok yang mendorongnya untuk memberikan sumbangan kepada kelompok dalam usaha mencapai tujuan . keterlibatan aktif dalam berpartisipasi, bukan hanya berarti keterlibatan jasmani semata. Partisipasi dapat diartikan sebagai keterlibatan mental, pikiran, dan emosi atau perasaan seseorang dalam situasi kelompok yang mendorongnya untuk memberikan sumbangan kepada kelompok dalam usaha mencapai tujuan serta turut bertanggung jawab terhadap usaha bersangkutan.

Partisipasi adalah keterlibatan spontan dengan kesadaran disertai tangung jawab terhadap kepentingan kelompok untuk mencapai tujuan bersama. Sedangkan, Partisipasi masyarakat adalah suatu proses dimana penduduk desa secara langsung ikut serta dalam merencanakan, melaksanakan, dan mengevaluasi proyek atau program pembangunan yang mereka miliki dengan tujuan untuk menumbuhkan kemandiriannya, meningkatkan pendapatannya dan pengembangan (Porawouw, 2005)

Partisipasi Petani merupakan keikutsertaan dari petani baik secara individual maupun secara kelompok dengan penuh kesadaran dan tanggung jawab

(27)

dalam bidang usaha pertanian. Didalam melaksanakan program penyuluhan pertanian, partisipasi petani sebagai sasaran penyuluh pertanian merupakan faktor sangat penting. Partisipasi tersebut dapat berupa menghadiri pertemuan, mengajukan pertanyaan kepada PPL saat pertemuan penyuluhan.

Fadhillah (2016) mendefinisikan partisipasi masyarakat dalam perencanaan pembangunan yaitu hak tindakan masyarakat dalam proses menyampaikan aspirasi, gagasan, kebutuhan, kepentingan, serta tuntutan terhadap kebijakan pemerintah, serta akses untuk masuk dan terlibat aktif dalam menetukan dan memengaruhi kebijakan serta melakukan control terhadap proses politik yang terkait dengan pemerintah. Dari kedua definisi diatas, secara singkat partisipasi merupakan keterlibatan masyarakat dalam merencanakan, melaksanakan dan menentukan arah proses pembangunan.

E. Konsep Pemberdayaan

Pemberdayaan berasal dari bahasa inggris “impowerment” yang dapat bermakna “pemberian kekuasaan” karena power bukan sekedar daya tapi juga kekuasaan sehingga kata “daya” tidak sengaja bermakna “mampu” tapi juga bermaksa “mempunyai kekuasaan” (Wrihartnolo dan Dwijowitono, 2007).

Menurut Ife dan Tesoriero (2008: 510), Pemberdayaan berarti menyediakan sumber daya, kesempatan, kosa kata, pengetahuan, dan keterampilan untuk menngkatkan kemampuan masyarakat untuk menentukan masa depan mereka sendiri dan untuk berpartisipasi serta mempengaruhi kehidupan masyarakatnya.

(28)

Pemberdayaan merupakan serangkaian kegiatan untuk memperkuat kekuasaan atau kebudayaan kelompok lemah dalam masyarakat, termasuk individu-individu yang mengalami masalah kemiskinan dan mempunyai tujuan untuk mencapai sebuah perubahan sosial yaitu masyarakat yang berdaya, memiliki kekuasaan atau mempunyai pengetahuan, dan kemampuan dalam memenuhi kebutuhan hidupnya baik yang bersifat fisik, ekonomi, maupun sosial.

Pemberdayaan adalah suatu proses untuk memberikan daya / kekuasaan (power) kepada pihak yang lemah (powerless), dan mengurangi kekuasaan (disempowered) kepada pihak yang terlalu berkuasa (powerfull) sehingga terjadi keseimbangan (Djohani, 2003).

Shardlow (Dalam (Djohani, 2003), pemberdayaan merupakan pada intinya membahas bagaimana individu, kelompok, ataupun komunitas berusaha mengontrol kehidupan mereka sendiri dan mengusahakan untuk membentuk masa depan sesuai dengan keinginan mereka.

Maka pemberdayaan merupakan suatu proses untuk menjadikan orang menjadi lebih berdaya atau lebih berkemampuan untuk menyelesaikan masalahnya sendiri, dengan cara memberikan kepercayaan dan kewenangan sehingga menumbuhkan rasa tangung jawabnya.

1) Tujuan Pemberdayaan

Tujuan yang ingin dicapai dari pemberdayaan adalah untuk membentuk individu dan masyarakat menjadi mandiri. Kemandirian tersebut meliputi kemandirian berfikir, bertindak dan mengendalikan apa yang mereka lakukan tersebut. Kemandirian masyarakat adalah merupakan suatu kondisi

(29)

yang dialami oleh masyarakat yang ditandai oleh kemampuan untuk memikirkan, memutuskan serta melakukan sesuatu yang dipandang tepat demi mencapai pemecahan masalah-masalah yang dihadapi dengan mempergunakan daya kemampuan yang terdiri atas kemampuan kognitif, konatif, psikomotorik, afektif, dengan mengerahkan sumber daya yang dimiliki oleh lingkungan internal masyarakat tersebut. Terjadinya keberdayaan pada empat aspek tersebut (afektif, kognitif dan psikomotorik) akan dapat memberikan kontribusi pada terciptanya kemandirian masyarakat yang dicita-citakan, dalam masyarakat akan terjadi kecukupan wawasan, yang dilengkapi dengan kecakapan dan keterampilan yang memadai, diperkuat oleh rasa memerlukan pembangunan dan perilaku sadar akan kebutuhan tersebut.(Ambar Teguh S, 2004:80-81).

Dengan demikian, pemberdayaan meningkatkan percaya diri dalam melakukan sesuatu, yang pada waktu sebelumnya tidak pernah percaya, mungkin dilakukan. Akibatnya akan terjadi peningkatan kepuasan kerja, kerja sama yang lebih dekat dengan orang lain, bekerja dengan tujuan yang lebih jelas dan mendapatkan prestasi apabila tujuan tercapai. Pengakuan merupakan penghargaan sehingga menyebabkan orang yang bekerja melihat sinar baru dan lebih menghargai.

F. Pengertian Kelompok Tani

Djaenuddin (2011), Kelompok Tani adalah kumpulan para petani yang terikat secara non formal atas dasar keserasian, kesamaan kondisi lingkungan (sosial, ekonomi, sumberdaya), keakraban, kepentingan bersama dan saling

(30)

memperayai, serta mempunyai pimpinan untuk mencapai tujuan bersama.

Menurut Markidanto T. (2009) mengartikan kelompok tani sebagai kumpulan orang-orang tani atau terdiri dari petani dewasa (pria/wanita) maupun petani-petani yang terkait secara formal dalam suatu kelompok atas dasar keserasian dan kebutuhan bersama serta benda dilingkungan pengaruh dan pimpinan seorang kontak tani. Kelompok tani pada dasarnya merupakam kelembagaan petani di pedesaan yang saling mengenal akrab dan saling percaya antara anggota kelompok tani, mempunyai pandangan yang searah dan kepentingan serta tujuan yang sama dalam berusaha tani.

Kelompok tani merupakan Kelompok tani merupakan lembaga yang menyatukan para petani secara horizontal, dan dapat dibentuk beberapa unit dalam satu desa. Kelompok tani juga dapat dibentuk berdasarkan komoditas, area pertanian, dan gender pengembangan kelompok tani dilatarbelakangi oleh kenyataan kelemahan petani dalam mengakses berbagai kelembagaan layanan usaha, misalnya lemah terhadap lembaga keuangan, terhadap lembaga pemasaran, terhadap lembaga penyedia sarana produksi pertanian serta terhadap sumber informasi (Saptana dkk; 2004).

Kelompok tani merupakan lembaga yang menyatukan para petani secara horizontal dan vertikal (Suradisastra K, 2008). Berbagai kesalahan dalam pengembangan kelembagaan selama ini yaitu hampir tiap program pembangunan pertanian dan pengembangan masyarakat pedesaan membentuk satu kelembagaan yang baru. Secara konseptual tiap kelembagaan petani yang dibentuk dapat memainkan peran tunggal ataupun ganda khusus untuk kegiatan ekonomi,

(31)

terdapat banyak lembaga pedesaan yang diarahkan sebagai lembaga ekonomi, diantaranya adalah kelompok tani, koperasi dan kelompok usaha agrobisnis.

Sebagai bentuk partisipasi pemerintah untuk mengembangkan dan memajukan Negara dalam bentuk partisipasi pemerintah maka perlu adanya peranan yang aktif kepada masyarakat untuk mengembangkan segala potensi yang dimiliki dengan memberikan peranan secara aktif kepada masyarakat menurut Labolo (2010:36) mengemukakan bahwa ada tiga dasar peran pemerintah yang berkaitan dengan pengembangan dan pemberdayaan masyarakat yaitu :

1. Fungsi primer atau fungsi pelayanan

Fungsi primer atau fungsi pemerintah sebagai penyedia jasa pelayanan public yang tidak dapat disembunyikan termasuk dalam hal pertahanan dan keamanan Negara, serta pelayanan masyarakat dan birokrasi.

2. Fungsi Sekunder atau fungsi pemberdayaan

Fungsi sekunder atau pemberdayaan yaitu pemerintah sebagai penyedia kebutuhan masyarakat dan permintaan masyarakat mengenai barang dan jasa yang tidak mampu dipenuhi karena kurang berdayanya masyarakat dalam hal sarana dan prasarana, sementara dalam fungsi pemberdayaan ada tiga peran yaitu :

a. Peran pemerintah sebagai regulator

Pemerintah sebagai regulator artinya bahwa pemerintah sebagai pelaksana dan penggerak masyarakat harus meyiapkan arah untuk menyeimbangkan penyelenggaraan pembangunan, dengan menyiapkan dan menetapkan peraturan bagi masyarakat dalam rangka peningkatan

(32)

efektifitas untuk tertib dalam pengembangan dan pembangunan. Pemerintah sebagai regulator memberikan acuan dasar yang selanjutnya dipahami oleh masyarakat umum sebagai bentuk arahan untuk mengatur hal-hal yang menyangkut kegiatan pelaksanaan pemberdayaan masyarakat demi terwujudnya pengembangan dan kesejahteraan masyarakat berkaitan dengan kebijakan yang mendukung pengembangan masyarakat mengenai aturan dan mekanisme.

Peran regulator kemudian dikembangkan dengan merujuk pada aspek aturan mekanisme. Hal ini dimaksudkan bahwa terkait dengan aturan mekanisme haruslah diciptakan oleh pemerintah agar menjadi sebuah patokan yang dibuat oleh pemerintah untuk memberikan batasan-batasan setiap individu atau kelompok masyarakat dalam melaksanakan aktivitasnya, sehingga aturan yang diciptakan pemerintah baik berupa kebijakan ataupun aturan lainnya diciptakan dengan tujuan peningkatan kesejahteraan masyarakat secara umum dan menyeluruh.

b. Pemerintah sebagai dinamisator

Pemerintah sebagai dinamisator merupakan sebuah usaha pemerintah dalam memberikan sebuah dorongan bagi masyarakat untuk bergerak serta ikut berpartisipasi dalam proses pembangunan, dalam memelihara dan mendorong dinamika pembangunan daerah setempat, peran pemerintah sebagai dinamisator berfungsi untuk memberikan bimbingan dan arahan yang efektif serta menyeluruh kepada masyarakat tanpa melihat adanya perbedaan ataupun strata social di masyarakat.

(33)

Melihat kebutuhan masyarakat yang begitu besar dalam partisipasi pemerintah maka bimbingan, arahan, dan masukan pemerintah sangat dibutuhkan dalam memelihara dinamika pemerintah di masyarakat melalui lembaga pemerintah tertentu maupun penyuluh yang bertugas di masyarakat dengan memberikan arahan bimbingan maupun pelatihan kepada masyarakat.

Selanjutnya untuk lebih mengembangkan pembahasan terkait dengan dinamisator kemudian diuraikan dalam beberapa aspek, yaitu (1) sosialisasi, (2) pendampingan, (3) pelatihan, dan (4) kunjungan lapangan. Sosialisasi yang memiliki pengertian secara umum yaitu proses penanaman atau transfer kebiasaan atau nilai dan aturan dari satu generasi kegenerasi lainnya dalam sebuah kelompok atau masyarakat. Pendampingan dalam hal ini dipahami sebagai suatu kegiatan yang menempatkan tenaga ahli di bidang pemberdayaan kelompok tani yang mampu komunikasi, mengarahkan dan memberi motivasi kepada masyarakat. Kemudian pelatihan ialah serangkaian aktivitas yang dirancang untuk meningkatkan keahlian-keahlian, pengetahuan, dan pengalaman bagi masyarakat. Kunjungan lapangan adalah sebuah kegiatan yang terencana dan terjadwal kesuatu lokasi dengan secara langsung meninjau dan memperhatikan situasi dan kondisi lapangan.

c. Pemerintah sebagai Fasilitator

Pemerintah sebagai fasilitator adalah menciptakan kondisi yang kondusif bagi pelaksana pembangunan atau berperan untuk

(34)

menyambungkan kepentingan dari pihak pemerintah ke masyarakat begitupun sebaliknya dalam hal pengoptimalisasi kegiatan pembangunan daerah. Sebagai fasilitator maka pemerintah harus menjadi agen yang mampu menciptakan dan memberi fasilitas yang sesuai dengan kebutuhan masyarakat dengan kondisi yang aman, nyaman, dan tertib. Seperti menyediakan sarana dan prasarana pembangunan baik sarana sumber daya alam maupun sarana bagi sumber daya manusia pada khususnya. Pemerintah juga menjadi peggerak dalam hal mendampingi melalui peningkatan pendidikan, pelatihan keterampilan, dan pendanaan dalam memberikan modal sesuai dengan kebutuhan masyarakat yang diberdayakan.

Kemudian dengan melihat peran dari fasilitator itu sendiri tentunya memiliki tanggung jawab hingga kewenangan dalam memperadakan segala bentuk kebutuhan untuk keberlangsungan suatu kegiatan. Dengan tersedianya bibit unggul, pupuk, dan sarana produksi lainnya sudah tentu akan mendorong partisipasi dari masyarakat untuk memanfaatkannya sehingga peran dari fasilitator dalam kegiatan ini dapat lebih optimal. G. Kerangka Pikir

Partisipasi pemerintah dalam pemberdayaan masyarakat merupakan langkah yang diciptakan pemerintah dalam memberikan kebutuhan masyarakat baik dalam bentuk konsep pemikiran yang dituangkan serta pelaksanaannya ditengah masyarakat. Untuk melihat partisipasi dalam pemberdayaan masyarakat pada kelompok tani dapat dilihat melalui peraturan perundang-undangan yaitu

(35)

Nomor 33 Tahun 2016 Tentang Pedoman Pembinaan Kelembagaan Pelatihan Pertanian Swadaya yang memiliki indikator sebagai regulator dimana didalamnya terdapat aturan mendasar tentang mekanisme pemberdayaan masyarakat, pemerintah sebagai dinamisator didalamnya terdapat peran pemerintah dalam melakukan sosialisasi, pendampingan, pelatihan dan kunjungan lapangan, kemudian indikator ketiga pemerintah. Partisipasi pemerintah yang di lakukan di Kelurahan Manggala merupakan bentuk kerja pemerintah untuk memberikan fasilitas sesuai dengan kebutuhan masyarakat dalam hal pertaniaan, dan pemerintah juga berperan penting dalam menerbitkan aturan yang mendasar untuk menjadikan pola umum dalam mencapai tingkat kesejahteraan petani khususnya kelompok tani dan beberapa gabungan kelompok tani (Gapoktan) serta menjadi motor penggerak bagi seluruh lapisan masyarakat baik tingkat regional maupun tingkat pusat untuk bekerjasama dalam mewujudkan pengembangan dan pemberdayaan masyarakat khususnya pada kelompok tani.

Gambar 2.1 Bagan Kerangka Pikir Participatory Governance Faktor Penghambat  Sarana dan Prasarana Indikator 1. Sosialisasi 2. Pendampingan 3. Pelatihan 4. Kunjungan lapangan Faktor Pendukung  Antusias masyarakat

(36)

H. Fokus Penelitian

Adapun yang menjadi fokus dalam penelitian ini adalah participatory governance dalam pemberdayaan kelompok tani di Kelurahan Manggala dan berdasarkan sketsa kerangka konseptual penelitian tersebut, yang menjadi fokus penelitian ini adalah :

a) Partisipasi pemerintah sebagai regulator. 1. Sosialisasi

2. Pendampingan 3. Pelatihan

4. Kunjungan lapangan

b) Faktor Penndukung dan Penghambat partisipasi Pemerintah. I. Deskripsi Fokus Penelitian

Berdasarkan penjelasan dari penelitian diatas, adapun uraian deskripsi fokus penelitian yaitu sebagai berikut :

a. Partisipasi pemerintah dalam melakukan pemberdayaan masyarakat khususnya pada petani harus aktif dan berkesinambungan, partisipasi sebagai pelaksana kebijakan harus mampu melakukan tiga fungsi utama yaitu, regulator, dinamisator, dan fasilitator pada Kelurahan Manggala Kota Makassar

b. Sosialisasi yakni adalah proses dimana pemerintah memberikan pengetahuan tentang fungsi pemerintah sebagai fasilitator dan pendampingan pada kelompok tani dalam pemberdayaan masyarakat tani diKelurahan Manggala Kota Makassar

(37)

c. Pendampingan yakni adalah proses dimana pemerintah melakukan dampingan baik itu secara pengetahuan maupun teknis kepada masyarakat tani yang ada di Kelurahan Manggala Kota Makassar.

d. Pelatihan adalah pelatihan-pelatihan yang diberikan pemerintah kepada kelompok tani dalam memberdayakan kelompok tani baik itu memberikan fasilitas maupun pengetahuan bahan berbahaya yang digunakan petani pada Kelurahan Manggala Kota Makassar.

e. Kunjungan lapangan yakni adalah kunjungan yang dilakukan oleh pemerintah setempat langsung kepada petani dan dilakukan langsung di lapangan atau sawah yang sedang digarap oleh masyarakat tani yang ada di Kelurahan Manggala Kota Makassar.

f. Faktor Pendukung dan Faktor penghambat yakni adalah faktor yang mempengaruhi seberapa besar dorongan pemerintah Kelurahan Manggala dalam memberikan fasilitas dan pendampingan, serta faktor yang menghambat jalannya partisipasi pemerintah untuk masyarakat tani yang ada di Kelurahan Manggala.

g. Kesejahteraan masyarakat menjadi tujuan utama dalam melakukan pemberdayaan masyarakat sehingga masyarakat khususnya petani lebih daya guna meningkatkan taraf hidup yang lebih baik sehingga masyarakat tani di kelurahan Manggala dengan mudah memperoleh kebutuhan baik kebutuhan primer maupun kebutuhan sekunder.

(38)

BAB III

METODE PENELITIAN A. Waktu dan Lokasi Penelitian

Waktu yang dibutuhkan dalam pelaksanaan penelitian ini adalah 2 bulan, yang dilaksanakan mulai tanggal 30 November sampai 30 Januari 2020. Lokasi penelitian ini dilaksanakan di Kantor Kelurahan Manggala Kota Makassar Orw 9 Rt 02 dan Rt 03. Peneliti memilih tempat penelitian tersebut dengan alasan karena ingin mengetahui pemberdayaan kelompok tani dan untuk mengetahui sejauh mana pelaksanaan pemberdayaan kelompok tani yang ada di Kelurahan Manggala.

B. Jenis Dan Tipe Penelitian 1. Jenis Penelitian

Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian kualitatif, dimana data diperoleh dari proses observasi, wawancara dengan seluruh informan yang telah ditentukan, dan hasil dari dokumentasi atau pengumpulan arsip dan gambar. Setelah seluruh data diperoleh tahap selanjutnya peneliti mendeskripsikan secara utuh dan mendalami data yang didapatkan berupa fakta atau keterangan- keterangan dan kelemahan atau kekurangan dari objek yang diteliti tentang participatory governance dalam pemberdayaan kelompok tani di Kelurahan Manggala Kota Makassar.

2. Tipe Penelitian

Penelitian ini termasuk dalam penelitian deskriptif dimana dalam memperoleh data dan informasi menggunakan landasan teori sebagai pemandu

(39)

yang merupakan bahan pembahasan dari penelitian agar fokus penelitian sesuai dengan fakta dan keadaan lokasi penelitian tersebut.

C. Sumber Data

Sumber data yang diperoleh dalam penulisan ini adalah data primer (wawancara) dan data sekunder (dokumen – dokumen).

a. Data primer, data yang diperoleh secara langsung dari informan yang bersangkutan dengan wawancara untuk mendapatkan jawaban yang berkaitan dengan participatory governance dalam pemberdayaan kelompok tani.

b. Data sekunder, yaitu data yang dikumpulkan peneliti dari laporan-laporan atau dokumen-dokumen yang bersifat informasi tertulis yang digunakan dalam penelitian. Adapun laporan atau dokumen yang dikumpulkan peneliti adalah data tataguna lahan, data jumah penduduk berdasarkan jenis kelamin, data jumlah penduduk berdasarkan mata pencaharian, kegiatan pemberdayaan masyarakat melalui kelompok tani, dan laporan-laporan terkait participatory governance dalam pemberdayaan kelompok tani di Kelurahan Manggala Kota Makasar.

D. Informan

Informan penelitian adalah orang yang dimanfaatkan untuk memberikan informasi tentang situasi dan kondisi latar belakang penelitian. Penentuan informan didalam penelitian ini sebagai narasumber untuk diwawancarai secara mendalam yang dilakukan dengan cara peneliti akan memilih dan menetukan informan yang memiliki pengetahuan dan informasi mengenai permasalahan yang hendak diteliti yaitu :

(40)

Tabel 3.1

Informan Peneliti

No. Informan Inisial Jabatan

1. Drs. Anshar Umar, M.Si AU Camat Manggala

2. A. Anshar AP., S.STP.,M.Si AAP Lurah Manggala

3. Basir. HT MP Ketua Penyuluh

4. Ibnu Bani IB Masyarakat

5. Rudi Dammong Dg. Rangka RD Masyarakat

Sumber : Data Informan Penelitian (2020).

Dilihat dari tabel di atas dapat di jelaskan sebagai berikut:

1.) Kepala Camat Manggala yaitu seseorang yang menjabat menjadi kepala pada struktur organisasi Kantor Kecamatan yang dianggap memiliki informasi terkait penelitian ini.

2.) Lurah Manggala yang dianggap mengetahui mekanisme participatory governance dalam pemberdayaan kelompok tani di Kelurahan Manggala Kota Makassar.

3.) Kepala Penyuluh yang dianggap mengetahui mekanisme pemberdayaan kelompok tani di Kelurahan Manggala Orw 9 Rt 2 dan Rt 3.

4.) Masyarakat yang di maksud dalam penelitian ini adalah masyarakat yang melakukan pemberdayaan kelompok tani di Kelurahan Manggala Orw 9 Rt 2 dan Rt 3.

E. Teknik Pengumpulan Data

Pengumpulan data merupakan langkah yang sangat penting dalam penelitian,karena itu seorang peneliti harus terampil dalam mengumpulkan data agar mendapatkan data yang valid. Pengumpulan data adalah prosedur yang sistematis dan standar untuk memperoleh data yang diperoleh. Teknik

(41)

pengumpulan data yang diperoleh dalam penulisan ini adalah sebagai berikut: 1. Observasi

Melakukan pengamatan secara langsung dilokasi penelitian dimana peneliti mengadakan pengamatan langsung terhadap gejala-gejala subjek yang diselidiki. Guna memperoleh keterangan data yang pasti, yang tidak di peroleh melalui interview atau wawancara, dalam mengenai hal-hal yang diteliti terkait dengan participatory governance dalam pemberdayaan kelompok tani di Kelurahan Manggala.

2. Wawancara mendalam

Dilakukan guna memperoleh keterangan untuk tujuan penelitian dengan tanya jawab, sambil bertatap muka antara peneliti dengan informan yang mengetahui banyak hal tentang objek dan masalah peneliti. Wawancara ini bertujuan untuk memperoleh secara jelas dan konkret tentang participatory governance dalam pemberdayaan kelompok tani di Kelurahan Manggala. 3. Dokumentasi

Dilakukan untuk menyediakan dokumen– dokumen dengan menggunakan bukti yang akurat dari pencatatan sumber– sumber informasi baik berupa karangan, memo, pengumuman, atau aturan instansi pemerintahan. Tujuan digunakan metode ini untuk mengumpulkan data–data dari pegawai tentang participatory governance dalam pemberdayaan kelompok tani di Kelurahan Manggala.

(42)

F. Teknik Analisis Data

Teknik analisis data adalah langkah selanjutnya untuk mengelola data dimana data yang diperoleh, dikerjakan, dan dimanfaatkan sedemikian rupa untuk menyimpulkan persolan yang diajukan dalam menyusun hasil penelitian. Dalam melakukan analisis data terdapat beberapa tahapan-tahapan yang harus dilakukan yaitu :

1. Reduksi Data

Reduksi data merupakan salah satu dari teknik analisis data kualitatif. Reduksi data adalah bentuk analisis data yang menajamkan, menggolongkan, memusatkan, melepaskan yang tidak dibutuhkan dalam mengelompokkan data yang akan diambil dari berbagai kesimpulan yang ada.

2. Penyajian Data

Dalam penelitian kualitatif, penyajian data dilakukan dalam bentuk uraian singkat, bagan, hubungan antar kategori dan sejenisnya. Dan dalam penyajian data tentunya memerlukan berbagai pertimbangan yang telah dianalisis dengan baik. 3. Penarikan Kesimpulan

Langkah ketiga dalam analisis data kualitatif adalah penarikan kesimpulan. Kesimpulan awal yang dikemukakan yang masih bersifat sementara, dan berubah bila tidak ditemukan bukti – bukti yang kuat yang mendukung pada tahap pengumpulan data berikutnya. Tetapi apabila data kesimpulan yang dikemukakan pada tahap awal didukung oleh bukti-bukti yang valid dan konsisten saat peneliti kembali ke lapangan untuk mengumpulkan data, maka kesimpulan yang dikemukakan merupakan kesimpulan yang kredibel.

(43)

G. Teknik Pengabsahan Data

Dalam pengabsahan data dari peneliti ini adalah triangulasi. Menurut William Wiersema, triangulasi dalam penelitian ini dapat memaknai menjadi suatu proses pemeriksaan data yang sumber dari berbagai informasi yang dikumpulkan melalui berbagai cara dan juga berbagai data yang dilalui. Triangulasi terbagi menjadi tiga bagian, yaitu :

1. Triangulasi Sumber

Triangulasi sumber dilaksanakan dengan cara memeriksa data yang didapatkan dari sebagian sumber. Terkait dengan hal ini peneliti mengadakan pengumpulan dan pengujian data dimana data atau dokumen didapat dengan melewati berbagai hasil pengamatan, wawancara, dan dokumen-dokumen yang ada. Kemudian peneliti membandingkan hasil pengamatan dengan wawancara dan membandingkan hasil wawancara dengan dokumen yang ada. 2. Triangulasi Teknik

Triangulasi teknik dilakukan dengan mencocokkan beberapa data dimana data tersebut berasal dari sumber yang serupa dengan cara berbeda. Dalam hal ini data yang didapatkan melalui wawancara, kemudian dilihat dengan observasi dan dokumen. Apabila dengan beberapa jumlah, dengan kata lain seperti gaya percobaan kredibilitas data tersebut menciptakan sebuah informasi yang berbeda, untuk meyakinkan data yang mana merupakan data yang benar maupun bisa jadi seluruhnya benar dikatakan terlihat faktor yang berbeda-beda.

(44)

3. Triangulasi Waktu

Tidak hanya sumber atau teknik tetapi sering mempengaruhi kredibilitas data adalah triangulasi waktu. Dimana data yang dihasilkan oleh narasumber bermacam dan berbeda pula serta dikumpulkan dengan cara mewawancarai narasumber di pagi hari pada saat narasumber masih segar, belum banyak masalah, akan memberikan informasi yang akurat agar informasi tersebut semakin menyakinkan. Agar pada saat pengetasan kredibilitas dapat menggunakan metode wawancara. Observasi atau teknik lainnya sesuai dengan kondisi dan waktu yang berbeda-beda.

(45)

BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Deskripsi Objek Penelitian

1. Letak Geografis dan Kondisi Wilayah Kota Makassar

Secara geografis Kota Makassar terletak di Pesisir Pantai Barat bagian selatan Sulawesi Selatan, pada titik koordinat 119°, 18’, 27’, 97” Bujur Timur dan 5’. 8’, 6’, 19” Lintang Selatan dengan luas wilayah sebesar 175,77 km2 yang meliputi 14 kecamatan. Secara administratif Kota Makassar mempunyai batas-batas wilayah yaitu Sebelah Selatan berbatas-batasan dengan Kabupaten Gowa, Sebelah utara berbatasan dengan Kabupaten Pangkajene Kepulauan, Sebelah timur berbatasan dengan Kabupaten Maros dan Sebelah barat berbatasan dengan Selat Makassar. Topografi pada umumnya berupa daerah pantai. Letak ketinggian Kota Makassar berkisar 0,5–10 meter dari permukaan laut.

Kota Makassar memiliki luas wilayah 175,77 km2 yang terbagi kedalam 15 kecamatan dan 143 kelurahan. Selain memiliki wilayah daratan, Kota makassar juga memiliki wilayah kepulauan yang dapat dilihat sepanjang garis pantai Kota makassar. Adapun pulau-pulau di wilayahnya merupakan bagian dari dua Kecamatan yaitu Kecamatan Ujung Pandang dan Ujung Tanah. Pulau-pulau ini merupakan gugusan pulau-pulau karang sebanyak 12 pulau, bagian dari gugusan pulau-pulau Sangkarang, atau disebut juga Pulau-pulau Pabbiring atau lebih dikenal dengan nama Kepulauan Spermonde. Pulau-pulau tersebut adalah Pulau Lanjukang (terjauh), pulau Langkai, Pulau Lumu-Lumu, Pulau Bone Tambung, Pulau Kodingareng, pulau Barrang Lompo, Pulau Barrang Caddi,

(46)

Pulau Kodingareng Keke, Pulau Samalona, Pulau Lae-Lae, Pulau Gusung, dan Pulau Kayangan (terdekat).

2. Gambaran Umum Kecamatan Manggala

Kecamatan Manggala merupakan salah satu dari 15 Kecamatan dikota Makassar dengan luas wilayah 24,14 kilometer persegi atau sekitar 13.17% dari luas wilayah Kota Makassar yang tebagi kedalam 6 wilayah Kelurahan. Kantor Kecamatan Manggala terletak di Jalan Bitowa Raya No 3 yang dapat dengan mudah diakses menggunakan sarana angkutan umum, selain dengan mengunjungi Kantor Kecamatan Manggala, warga juga dapat memperoleh informasi baik melalui telepon ke Nomor (0411) 493542 atau dengan mengirimkan Email ke kec.manggala@gmail.com, serta melalui Social Media berupa Twitter @infomanggala dan Facebook kecamatan manggala.

Kecamatan manggala memiliki batas-batas wilayah sebagai berikut : a. Utara : Kec.Tamalanrea,

b. Selatan : Kabupaten Gowa, c. Barat : Kec.Panakukang, d. Timur : Kabupaten Maros.

Sejak Tahun 2017 Kecamatan ini memiliki 7 kelurahan dengan luas 24,14 km2. Kelurahan yang paling luas adalah Tamangngapa yaitu 7,62 km2, sedangkan kelurahan yang wilayahnya paling kecil di Kecamatan Manggala adalah Kelurahan Borong dan Batua. Jika dilihat dari ketinggian masing-masing kelurahan dari permukaan laut, maka Kelurahan Antang yang paling tinggi yaitu 24 meter diatas permukaan laut sedangkan yang terendah adalah kelurahan

(47)

Borong dan kelurahan Bangkala yang memiliki ketinggian dari permukaan laut yaitu kurang lebih 7 meter.

3. Profil Kelompok Tani Kelurahan Manggala

Pada bagian ini dideskripsikan profil Kelurahan Manggala, Kecamatan Manggala, yang meliputi sejarah singkat berdirinya Kelurahan Manggala, kondisi luas wilayah dan tata guna lahan, serta keadaan penduduk berdasarkan jumlah penduduk, tingkat pendidikan, dan mata pencaharian. Kemudian dideskripsikan profil Kelompok Tani Kelurahan Manggala yang meliputi luas lahan, fasilitas, dan kegiatan yang dilakukan oleh Kelompok Tani Kelurahan Manggala. Deskripsi ini diharapkan dapat memberikan gambaran tentang berbagai hal yang mendasari perkembangan Kelompok Tani di Kelurahan Manggala, Kecamatan Manggala, Kota Makassar.

Latar belakang berdirinya Kelompok Tani Kelurahan Manggala karena adanya kesamaan tujuan para pemilik usahatani dalam meningkatkan hasil panen para petani dalam memenuhi kebutuhan sehari-hari. Kemudian sebagai tempat berkumpul dan memecahkan masalah dengan para petani, bisa berorganisasi, serta sebagai wadah belajar bersama atau wadah untuk produksi. Kelompok Tani di Kelurahan Manggala telah mengalami pasang surut dalam menjalankan sebuah organisasi kelompok untuk kepentingan bersama para petani. Kelompok Tani di Kelurahan Manggala terbagi menjadi dua yaitu Kelompok tani Labuang Bili di Kelurahan Manggala Rt 02 Rrw 09, dan Kelompok tani Al Madani di Kelurahan Manggala Rt 03 Rw 09 Sampai saat ini kelompok tani di Kelurahan Manggala di ketuai oleh informan B. HT

(48)

4. Luas Lahan di Kelurahan Manggala a. Luas Lahan

Luas lahan yang digarap oleh anggota Kelompok Tani di Kelurahan Manggala yaitu sekitar 300 ha dengan jumlah 27 anggota, yang terdiri 24 penyuluh PNS, dan 29 Penyuluh THL-TBTP, Petani yang tergabung di Kelompok Tani di Kelurahan Manggala dikategorikan kedalam hak milik, hak pakai, dan hak sewa.

b. Ketersediaan Sarana dan Produksi.

Sarana dan Produksi merupakan fasilitas yang digunakan petani untuk membantu proses pengolahan tanaman dalam usahatani. Seperti menyediakan pembangunan baik sarana sumber daya alam maupun sumber daya manusia pada khususnya. Dengan tersedianya bibit unggul, pupuk, dan sarana produksi lainnya sudah tentu mendorong partisipasi dari masyarakat untuk memanfaatkannya sehingga peran dari fasilitator dalam kegiatan ini dapat lebih optimal.

5. Visi Misi Kelurahan Manggala a. Visi

“Mewujudkan Pelayanan Publik yang Profesional dan Pembedayaan Sumberdaya Lokal Menuju Kota Dunia.”

b. Misi

1. Menciptakan pelayanan prima terhadap seluruh elemen masyarakat.

2. Mendorong partisipasi masyarakat dalam penyelenggaraan ketentraman dan ketertiban umum.

(49)

4. Mendorong partisipasi masyarakat dalam mewujudkan lingkungan yang bersih, sehat, indah, aman dan nyaman.

5. Mendukung program sumber daya lokal melalui pelatihan keterampilan life skil yang bernilai ekonomi.

6. Meningkatkan taraf hidup masyarakat yang berbasis industri rumah tangga.

7. Pembinaan mental dan spritual antar umat beragama. 6. Tata Guna Lahan

Tata guna lahan dapat menggambarkan sejauh mana penduduk di suatu wilayah dapat mendayagunakan luas lahan yang tersedia agar lebih bermanfaat bagi masyarakat setempat. Kondisi tata guna lahan di Kecamatan Manggala terdiri dari atas; sawah, perumahan dan pemukiman, pekarangan/lahan untuk bangunan dan halaman, tegal/kebun, rawa-rawa, dan lain-lain penggunaan.

Tabel 4.1 Tata Guna Lahan

No. Jenis Pemanfaatan Lahan Luas (ha)

1. Sawah 827

2. Pekarangan/Lahan Untuk

Bangunan Dan Halaman 366

3. Tegal/Kebun 411

4. Rawa-rawa yang tidak ditanami 73

5. Lainnya 737

Jumlah 2.414 ha

Sumber. Bps Kecamatan Manggala Dalam Angka 2017

Berdasarkan tabel 4.1 diketahui lahan sawah yang paling banyak menggunakan sawah irigasi yaitu 827 ha, yang memiliki saluran irigasi yang baik. Sehingga para petani menggunakaan air ke lahan sawah dengan memanfaatkan pengairan yang dikelola oleh pemerintah dengan menguasai

(50)

bangunan penyadap untuk mengatur dan mengukur pemasukan air. Sebagian kecil juga ada lahan pekarangan, yang memanfaatkan air yang bersifat tadah hujan. Dalam perbaikan dan perawatan ini dilakukan secara swadaya masyarakat dan kelompok tani.

7. Keadaan Kependudukan

Berikut data keadaan penduduk Kelurahan Manggala berdasarkan jenis kelamin, tingkat pendidikan, mata pencaharian, dan agama yang dianut.

a. Keadaan Penduduk berdasarkan Jenis Kelamin

Penduduk merupakan sejumlah orang yang bertempat tinggal di suatu wilayah pada waktu tertentu. Berdasarkan jenis kelamin, penduduk dibedakan menjadi laki dan perempuan. Keadaan penduduk dibedakan menjadi laki-laki dan perempuan. Keadaan penduduk berdasarkan jenis kelamin di Kelurahan Manggala sebagai berikut:

Tabel 4.2

Jumlah Penduduk Berdasarkan Jenis Kelamin

No. Jenis Kelamin Jumlah

1. Laki-laki 10.535

2. Perempuan 10.544

3. Kepala Keluarga (KK) 5.048

Jumlah 26.127

Sumber : BPS Kecamatan Manggala Dalam Angka 2017

Berdasarkan tabel 4.2 diketahui bahwa jumlah keseluruhan penduduk Kelurahan Manggala tahun 2017 yaitu 26.127 jiwa dengan jumlah laki-laki sebesar 10.535 jiwa dan jumlah perempuan sebesar 10.544 jiwa. Kemudian

(51)

memiliki jumlah Kepala Keluarga (KK) sebesar 5.048 yang terdapat di Kelurahan Manggala.

b. Keadaan Penduduk berdasarkan Tingkat Pendidikan

Tingkat pendidikan di suatu wilayah dapat menggambarkan kualitas penduduk di wilayah tersebut. Semakin tinggi tingkat pendidikan maka keadaan penduduk akan semakin baik jika diukur dari aspek pengetahuannya. Namun hal ini belum tentu dapat menjamin kesadaran masyarakat. Apabila di dalam masyarakat memiliki tingkat pendidikan yang tinggi dan didukung kesadaran masyarakat untuk berkembang, maka tatanan masyarakat yang lebih baik akan dapat terwujud. Keadaan penduduk di Kelurahan Manggala berdasarkan pendidikan dapat dilihat dalam tabel berikut ini:

Tabel 4.3

Jumlah Penduduk berdasarkan Tingkat Pendidikan

No. Tingkat Pendidikan Jumlah

1. Tidak Tamat SD 705 2. Tamat SD 2.465 3. Tamat SMP 1.571 4. Tamat SMA 950 5. Tamat DIPLOMA (D1-D3) 15 6. Sarjana (S1-S3) 54 7. Pondok Pesantren 25 Jumlah 5.785

Sumber : BPS Kecamatan Manggala Dalam Angka 2017)

Berdasarkan tabel 4.3 diketahui bahwa tingkat pendidikan di Kelurahan Manggala belum tergolong tinggi, meskipun masyarakat yang bersekolah dalam jumlah banyak namun mayoritas hanya tamat sampai

(52)

Sekolah Dasar. Hal ini dikarenakan faktor ekonomi, sehingga banyak masyarakat usia sekolah yang memilih untuk bekerja sebagai petani mengikuti orang tuanya dari pada melanjutkan pendidikan ke jenjang yang lebih tinggi dengan biaya yang cukup mahal.

c. Keadaan Penduduk Menurut Mata Pencaharian

Mata pencaharian penduduk Kelurahan Manggala secara keseluruhan cukup beragam terdiri dari beberapa jenis profesi. Adapun jumlah penduduk dengan mata pencahariannya dapat dilihat dalam tabel berikut ini:

Tabel 4.4

Jumlah Penduduk Berdasarkan Mata Pencaharian

No. Jenis Pekerjaan Jumlah

1. Pegawai Negeri Sipil (PNS) 35

2. Anggota TNI/POLRI 4 3. Karyawan Swasta 154 4. Pedagang 163 5. Petani 861 6. Tukang 92 7. Buruh 175 8. Lain-lain 3.506 Jumlah 4.990

Sumber : BPS Kecamatan Manggala Dalam Angka 2017

Berdasarkan tabel 4.4 diketahui bahwa di Kelurahan Manggala profesi petani berada pada peringkat pertama yaitu mencapai angka 861 jiwa. Banyaknya penduduk yang bekerja sebagai petani menjadikan masyarakat kelurahan Manggala diharapkan mampu meningkatkan hasil panen para petani dengan membentuk program kelompok tani.

(53)

8. Kegiatan Pemberdayaan Masyarakat melalui Kelompok Tani

Untuk mengembangkan keberdayaan masyarakat tani di Kelurahan Manggala, maka pemerintah membentuk kelompok tani. Anggota kelompok tani tidak hanya mendapatkan informasi dan wawasan baru, namun juga mendapatkan keterampilan dalam pemanfaatan pemberdayaan kelompok tani. Berikut kegiatan-kegiatan Kelompok Tani di Kelurahan Manggala antara lain :

1. Pertemuan rutin, pertemuan ini dilakukan setiap hari sabtu dan minggu kegiatan pertemuan diisi dengan kegiatan keagamaan serta materi penyuluhan yang dibutuhkan anggota (pemanfaatan lahan, masalah pertanian,dll)

2. Arisan dan iuran kas, kegiatan ini adalah kegiatan rutin berupa arisan yang bisa dikatakan sebagai tabungan bagi anggotanya. Sedangkan iuran kas sebagai penopang dana kegiatan yang dilaksanakan oleh Kelompok Wanita Tani (KWT).

3. Budidaya cabai yang dilaksanakan oleh angota kelompok tani wania (KWT) berproduksi dengan baik dan hasilnya dapat dijual kepada konsumen. Kegiatan ini diharapkan dapat meningkatkan motivasi kelompok tani dalam memperbaiki kualitas hidup dan kemandirian dalam keluarga dengan mengoptimalisasikan pekarangan untuk budidaya tanaman hortikultura seperti menanam sayuran, tanaman obat-obatan, tanaman remah, dan tanaman yang lainnya yang bermanfaat dilahan pekarangan.

4. Teknik Budidaya Sayuran, dalam program teknik budidaya sayuran yang dilaksanakan oleh anggota kelompok tani, penyuluh terlebih dalu menjelaskan tata cara teknik yang harus dilakukan agar mendapatkan hasil yang maksimal,

(54)

disini penyuluh berperan untuk menjelaskan teknik tentang, pembibitan harus diperhatikan dengan baik, pengolahan tanah, penanaman, penyiraman, pemupukan, dan pengendalian terhadap tanaman.

9. Pelaksanan Tugas dan Fungsi Tata Kerja Pemerintah Kelurahan Manggala Kota Makassar.

Kelurahan merupakan perangkat kecamatan yang di bentuk untuk membantu atau melaksanakan sebagian tugas camat dalam rangka meningkatkan koordinasi penyelenggaraan pemerintahan, pelayanan publik, pemberdayaan masyarakat kelurahan.

Kelurahan mempunyai tugas:

a. Pelaksanaan kegiatan pemerintahan kelurahan. b. Pelaksanaan pemberdayaan masyarakat. c. Pelaksanaan pelayanan masyarakat.

d. Pemeliharaan ketentraman dan ketertiban umum.

e. Pemeliharaan sarana dan prasarana serta fasilitas pelayanan, dan

f. Pelaksanaan tugas lain yang diberikan oleh Camat terkait dengan tugas dan fungsinya.

Untuk menyelenggarakan tugas sebagaimana yang dimaksud, lurah mempunyai fungsi :

a. Melaksanakan kegiatan pemerintahan kelurahan. b. Melakukan kegiatan pemerintahan kelurahan. c. Melaksanakan pelayanan masyarakat.

Gambar

Gambar 2.1 Bagan Kerangka PikirParticipatory Governance Faktor Penghambat Sarana dan  Prasarana Indikator 1.Sosialisasi 2.Pendampingan 3.Pelatihan 4.Kunjungan lapangan  Faktor  Pendukung Antusias masyarakat
Tabel 4.1         Tata Guna Lahan

Referensi

Dokumen terkait

Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan pemberdayaan yang dilakukan oleh Kelompok Wanita Tani (KWT) Cempaka dalam upaya menyediakan sumber daya, menyediakan

Dengan begitu, riset ini melahirkan beberapa temuan menarik, antara lain kemitraan yang dilakukan pemerintah kepada kelompok tani Tri Tunggal dengan pendekatan

Swastika,”Penguatan Kelompok Tani: Langkah Awal Peningkatan Kesejahteraan Petani(Farmers’Groups Empowerment As An Initial Step To Farmers’ Welfare Improvement)”,

Berdasarkan hasil penelitian terhadap indikator-indikator unsur Dinamika Kelompok (Tujuan Kelompok, Struktur Kelompok, Fungsi Tugas, Pengembangan dan Pembinaan

Indikator Kegiatan Pelatihan Kelompok Wanita Tani (KWT) Wanita Paraita Setelah proses pelaksanaan pelatihan maka akan dilakukan penilaiaan dan evaluasi terhadap peserta

Pemberdayaan pada aspek pendidikan Intelektualitas Berdasarkan hasil observasi dan wawancara yang dilakukan, dalam kelompok tani Tnao Mat aspek intelektualitas dari anggota kelompok

KESIMPULAN Kesimpulan Berdasarkan hasil pelaksanaan kegiatan pengabdian kepada masyarakat dengan mitra peternakan sapi potong yang dikelola anggota kelompok Sumber Karya Tani di

Kesimpulan dan Saran Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan yang telah dilakukan, maka dapat ditarik kesimpulan Proses pemberdayaan program pelatihan budidaya tanaman pangan yang