MELALUI KELOMPOK WANITA TANI CEMPAKA
DI RW 02 KELURAHAN PETUKANGAN SELATAN
SKRIPSI
Diajukan Kepada Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi
untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Sosial (S.Sos)
Oleh
ARINI MAYANFA’UNI
NIM: 1111054100023
PROGRAM STUDI KESEJAHTERAAN SOSIAL
FAKULTAS ILMU DAKWAH DAN ILMU KOMUNIKASI
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI (UIN)
SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
i Arini Mayanfa’uni
1111054100023
Pemberdayaan Perempuan Melalui Kelompok Wanita Tani Cempaka di RW 02 Kelurahan Petukangan Selatan
Kelompok Wanita Tani (KWT) Cempaka merupakan wadah untuk para perempuan yang ada di RW 02 Kelurahan Petukangan Selatan yang memberikan akses serta kesempatan dalam meningkatkan pengetahuan dan keterampilan yang didampingi oleh Penyuluh dari Suku Dinas Pertanian dan Peternakan Kota Administrasi Jakarta Selatan. Kelompok Wanita Tani (KWT) Cempaka ini merupakan salah satu kegiatan strategis dalam rangka ikut berpartisipasi untuk pembangunan dalam upaya pemberdayaan perempuan dalam bidang pertanian dengan memanfaatkan lahan pekarangan dan mengolah hasil pasca panen menjadi suatu produk makanan dan minuman yang diharapkan dapat meningkatkan nilai jual dan berdampak pula pada peningkatan pendapatan. Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan pemberdayaan yang dilakukan oleh Kelompok Wanita Tani (KWT) Cempaka dalam upaya menyediakan sumber daya, menyediakan kesempatan, meningkatkan pengetahuan serta meningkatkan keterampilan para perempuan dalam kelompok untuk meningkatkan kemampuan mereka dalam menentukan arah langkah mereka sendiri (self determination) ke arah yang lebih baik.
Penelitian ini menggunakan jenis penelitian kualitatif. Penelitian kualitatif memiliki ciri khas penyajian data dalam bentuk narasi, cerita mendalam atau lebih rinci dari para informan berdasarkan hasil wawancara, observasi dan dokumentasi. Informan dalam penelitian ini terdiri dari penyuluh dan anggota Kelompok Wanita Tani (KWT) Cempaka.
Hasil dari penelitian ini, yaitu eksistensi Kelompok Wanita Tani (KWT) Cempaka memberikan pengaruh yang positif bagi para perempuan yang berada di RW 02 Kelurahan Petukangan Selatan. dan pemberdayaan Kelompok Wanita Tani (KWT) Cempaka memberikan kontribusi pada pendapatan usaha tani melalui penyediaan sarana dalam meningkatkan pengetahuan dan keterampilan mengenai budidaya pertanian dan produk dari pengolahan hasil pasca panen. selain itu, Kelompok Wanita Tani (KWT) Cempaka juga menyediakan kesempatan kepada para anggotanya untuk mendapatkan pendidikan baik di dalam kelompok maupun dari pihak luar untuk menambah wawasannya.
ii Assalamu’alaikum Wr. Wb
Alhamdulillahi Rabbil Alamin, Segala puji bagi Allah SWT yang selalu
memberikan rahmat dan karunia-Nya kepada peneliti, sehingga peneliti dapat
menyelesaikan skripsi ini yang berjudul “Pemberdayaan Perempuan Melalui
Kelompok Wanita Tani Cempaka di RW 02 Kelurahan Petukangan Selatan.” Shalawat serta salam senantiasa tercurah kepada junjungan Nabi
Muhammad SAW yang telah membawa kita ke zaman kebaikan.
Skripsi ini merupakan tugas akhir yang harus diselesaikan sebagai syarat
untuk memenuhi gelar Sarjana Sosial Program Studi Kesejahteraan Sosial
Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi di Universitas Islam Negeri Syarif
Hidayatullah Jakarta. Peneliti menyadari banyak pihak yang telah membantu
dalam proses penyelesaian skripsi ini. Oleh karena itu, dengan segala kerendahan
hati peneliti ingin mengucapkan banyak terima kasih kepada pihak-pihak yang
telah membantu hingga selesainya penyusunan skripsi ini baik secara langsung
maupun tidak langsung kepada:
1. Bapak Dr. Arief Subhan, MA selaku Dekan Fakultas Ilmu Dakwah dan
Ilmu Komunikasi. Bapak Suparto, M. Ed, Ph.D selaku Wakil Dekan
Bidang Akademik, Ibu Dr. Roudhonah, MA selaku Wakil Dekan Bidang
Administrasi Umum, Dr. Suhaimi, M.Si selaku Wakil Dekan bidang
iii
Kesejahteraan Sosial dan dosen pembimbing skripsi, serta Ibu Nunung
Khoiriyah, MA selaku Sekretaris Program Studi Kesejahteraan Sosial.
3. Seluruh Dosen Program Studi Kesejahteraan Sosial yang telah banyak
memberikan Ilmu dan pengalamannya kepada peneliti, Semoga apa yang
diberikan akan bermanfaat di masa yang akan datang.
4. Bapak Amirudin, M.Si selaku dosen pembimbing akademik. Terimakasih
nasehat dan bimbingannya.
5. Seluruh staf Tata Usaha serta karyawan Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu
Komunikasi Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta yang
telah membantu peneliti dalam mengurus segala kebutuhan administrasi,
dan lain-lain.
6. Kedua orang tua tercinta Mama (Almh) Masni Ariyani dan
Ayah Ir. Imbriyadi, terima kasih karena tak pernah hentinya memanjatkan
doa serta memberi dukungan kepada peneliti, sehingga peneliti selalu
termotivasi menyelesaikan skripsi ini.
7. Abang Reza, abang Umam, dan dek Dinda yang tersayang terima kasih
selalu memberikan dukungan kepada peneliti dalam penyusunan skripsi.
8. Mba Sri Suryati selaku pembina dan penyuluh di Kelompok Wanita Tani
(KWT) Cempaka yang sudah memberikan dukungan dan informasi terkait
penelitian.
9. Ibu Hj. Sunarti Satimin selaku Ketua Kelompok Wanita Tani (KWT)
iv
10.Pengurus dan anggota Kelompok Wanita Tani (KWT) Cempaka yang
telah membantu dan memberikan informasi dalam penyusunan skripsi ini.
11.Kakak ku Bungong, Wiwi, dan Febria terima kasih selalu memberikan
dukungan kepada peneliti dalam penyusunan skripsi ini.
12.Sahabatku Ranny, Rena, Puspita, Ita, Mira, dan Dini yang selalu berjuang
bersama. Terima kasih atas waktu, semangat, motivasi, kritik dan saran
positifnya selama ini.
13.Teman-teman seperjuangan KESSOS angkatan 2011 yang tidak bisa
disebutkan satu persatu, terima kasih doa dan dukungannya.
14.Semua pihak yang tidak bisa disebutkan satu persatu namun telah
memberikan dukungan, saran, do’a dan semangat di setiap perbincangan,
peneliti mengucapkan banyak-banyak terima kasih.
Peneliti menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari sempurna, Oleh
karena itu, peneliti mengharapkan kritik dan saran untuk menyempurnakan
penulisan skripsi ini. Semoga skripsi ini menjadi langkah awal peneliti untuk
meraih kesuksesan kedepannya. Aamiin ya Rabbal alamin.
Wassalamu’alaikum Wr, Wb.
Jakarta, 21 Maret 2016
Peneliti
v
ABSTRAK ... i
KATA PENGANTAR ... ii
DAFTAR ISI ... v
DAFTAR GAMBAR ... viii
DAFTAR LAMPIRAN ... ix
BAB I PENDAHULUAN ... 1
A. Latar Belakang Masalah ... 1
B. Pembatasan dan Perumusan Masalah ... 6
1. Pembatasan Masalah ... 6
2. Perumusan Masalah ... 7
C. Tujuan dan Manfaat penelitian ... 8
1. Tujuan Penelitian ... 8
2. Manfaat penelitian ... 8
D. Tinjauan Pustaka ... 9
E. Metodologi Penelitian ... 12
1. Pendekatan Penelitian ... 12
2. Jenis Penelitian ... 13
3. Tempat dan Waktu Penelitian ... 13
4. Teknik Pemilihan Informan ... 14
vi
8. Keabsahan Data ... 19
9. Teknik Penulisan ... 20
F. Sistematika Penulisan ... 21
BAB II KERANGKA TEORITIS ... 23
A. Pemberdayaan ... 23
1. Pengertian Pemberdayaan ... 23
2. Tujuan Pemberdayaan ... 35
3. Indikator Pemberdayaan ... 36
4. Strategi Pemberdayaan ... 37
5. Tahapan Pemberdayaan ... 40
B. Aset Komunitas dalam Proses Assesment Kebutuhan dan Potensi Masyarakat ... 44
1. Modal Fisik ... 44
2. Modal Finansial ... 44
3. Modal Lingkungan ... 45
4. Modal Teknologi ... 46
5. Modal Manusia ... 46
6. Modal Sosial ... 47
7. Modal Spiritual ... 47
C. Petani ... 48
1. Pengertian Petani ... 48
2. Pengertian Kelompok Tani ... 48
3. Karakteristik Kelompok Tani ... 49
BAB III GAMBARAN UMUM TENTANG OBJEK PENELITIAN ... 53
vii
D. Administrasi ... 56
E. Kepengurusan ... 56
F. Kegiatan yang dilakukan KWT Cempaka ... 59
G. Kemitraan dengan Pihak Luar ... 61
H. Permodalan ... 61
I. Bentuk dan Jenis Usaha ... 62
J. Sertifikasi ... 62
K. Produksi ... 63
BAB IV ANALISA HASIL TEMUAN PENELITIAN ... 65
A. Profil Informan ... 66
B. Penyediaan Sumber Daya ... 68
C. Penyediaan Kesempatan ... 74
D. Peningkatan Pengetahuan ... 82
E. Peningkatan Keterampilan ... 89
F. Indikator Keberdayaan ... 97
BAB V PENUTUP ... 101
A. Kesimpulan ... 101
B. Saran ... 103
DAFTAR PUSTAKA ... 105
viii
Gambar 1 Kebun Kelompok Wanita Tani (KWT) Cempaka ... 70
Gambar 2 Kegiatan Panen Sayur dan Buah ... 74
Gambar 3 Pertemuan Kelompok ... 84
Gambar 4 Praktik Pengolahan Produk ... 93
Gambar 5 Praktik Pengolahan Produk ... 93
Gambar 6 Praktik Keterampilan ... 93
Gambar 7 Hasil Praktik ... 93
Gambar 8 Produk Hasil Pengolahan Pasca Panen ... 94
ix Lampiran 1 Surat Pengajuan Judul Skripsi
Lampiran 2 Surat Bimbingan Skripsi
Lampiran 3 Surat Izin Penelitian
Lampiran 4 Surat Melakukan Penelitian dari Kelompok Wanita Tani (KWT)
Cempaka
Lampiran 5 Pedoman Wawancara
Lampiran 6 Transkrip Wawancara
Lampiran 7 Pedoman Observasi
Lampiran 8 Hasil Observasi
Lampiran 9 Pedoman Studi Dokumentasi
Lampiran 10 Hasil Studi Dokumentasi
Lampiran 11 Struktur Kepengurusan Kelompok Wanita Tani (KWT) Cempaka
1
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Jumlah penduduk miskin (penduduk yang berada di bawah garis
kemiskinan di Indonesia pada bulan Maret 2015 mencapai 28,59 juta orang
(11,22 persen), bertambah 0,86 juta orang dibandingkan dengan kondisi pada
bulan September 2014 yang sebesar 27,73 juta orang (10,96 persen). Dari
jumlah tersebut ternyata lebih banyak penduduk perempuan dibanding
laki-laki, dan jumlahnya makin bertambah dari tahun ke tahun.1 Dari uraian di atas dapat dikatakan bahwa kemiskinan sangat dekat dengan perempuan.
Perempuan merupakan potensi keluarga yang memiliki semangat.
Namun, masih banyak perempuan yang kurang berdaya karena disebabkan
oleh beberapa faktor, diantaranya yaitu tingkat ekonomi yang rendah, tingkat
pengetahuan dan keterampilan yang rendah serta kurangnya akses untuk
menambah pengetahuan dan keterampilannya. Faktor tersebutlah yang
mendorong perempuan untuk ikut serta mengambil alih tanggung jawab
ekonomi keluarga dengan bekerja di luar rumah.
Adapun beberapa alasan bagi perempuan yang bekerja di luar rumah,
antara lain: Pertama, menambah pendapatan keluarga (family income) terutama
jika pendapatan suami relatif kecil, Kedua, memanfaatkan berbagai keunggulan
(pendidikan dan keterampilan) yang dimilikinya yang diharapkan oleh
1
keluarganya, Ketiga, menunjukkan eksistensinya sebagai manusia (aktualisasi
diri) bahwa ia mampu berprestasi dalam kehidupan masyarakat, Keempat,
untuk memperoleh status atau kekuasaan yang lebih besar di dalam kehidupan
keluarga.
Memberikan motivasi, pengetahuan mengenai pola pendampingan
usaha, pelatihan keterampilan dan penyuluhan kewirausahaan merupakan
beberapa cara pemberdayaan untuk membekali para perempuan agar bisa
bekerja dan memiliki penghasilan dengan usahanya dalam membuat dirinya
berdaya.2
Peranan perempuan dalam ikut serta menanggulangi kesulitan ekonomi
keluarga telah diupayakan melalui peraturan perundang-undangan yang intinya
ingin mengangkat sosok perempuan agar sejajar dengan sosok pria dalam
hal-hal tertentu. Salah satu peraturan yang mengatur pemberdayaan perempuan
adalah UU No. 25 Tahun 2005 tentang Program Pembangunan Nasional
(PROPENAS) Tahun 2000-2004 yang mencakup: (1) program peningkatan
kualitas hidup perempuan, (2) program pengembangan dan keserasian
kebijakan pemberdayaan perempuan, dan (3) program peningkatan peran
masyarakat dan pemampuan kelembagaan pengurustamaan gender.3
Melihat banyaknya wanita yang berusaha memperbaiki dirinya dalam
upaya membuat dirinya berdaya seperti yang dilakukan Kelompok Wanita Tani
2Bambang Susilo, “Pemberdayaan Ekonomi Perempuan Tani Berbasis Kelembagaan,”
diakses pada 22 September 2014 dari http://www.e-jounal.stain-pekalongan.ac.id
3
(KWT) Cempaka ini memiliki tujuan untuk merubah keadaan hidup mereka
menjadi lebih baik. Ini sejalan dengan surah Ar-Ra’d/13:11 berikut:4
Artinya: “…Sesungguhnya Allah tidak merubah keadaan suatu kaum sehingga mereka merubah keadaan yang ada pada diri mereka sendiri...” (Q.S Ar-Ra’d/13:11).
Pelaksanaan pertanian perkotaan di latar belakangi oleh adanya
permasalahan kemiskinan perkotaan. Kemiskinan tidak lagi merupakan
masalah yang menjadi dominasi di pedasaan, tetapi juga akan semakin
meningkat di daerah perkotaan (urban) dan pinggiran kota (peri-urban).
Pemerintah telah melakukan berbagai program dan kegiatan penanggulangan
kemiskinan untuk mengurangi angka kemiskinan di daerah perkotaan, selain
berupa bantuan langsung, programnya juga dilaksanakan melalui berbagai
macam kegiatan pemberdayaan masyarakat diantaranya dengan membentuk
kelompok tani binaan.
Menurut Mosher, salah satu syarat untuk memperlancar pembangunan
pertanian adalah adanya kerjasama kelompok tani sehingga perlu adanya
pengorganisasian wadah petani yang berupa kelompok tani. Adanya kelompok
tani diharapkan petani bisa saling bertemu dan bermusyawarah secara
bersama-sama untuk merencanakan suatu kegiatan.5
4 Al Qur’an Indonesia, “Surah Al
-Rad (Ayat 11),” diakses pada 9 Oktober 2014 dari http://www.alquran-indonesia.com/web/quran/listings/details/13/10
5
Melihat banyaknya perempuan atau ibu rumah tangga di RW 02
Kelurahan Petukangan Selatan yang mayoritas masih di usia produktif dan
hanya menjadi ibu rumah tangga biasa serta penghasilan suaminya yang tidak
pasti di setiap harinya menjadikan tingkat pendapatan sebuah keluarga menjadi
rendah menjadi rendah, dan tingkat kesejahteraanya pun menjadi kurang
sejahtera. Maka dari itu perlu diadakannya pemberdayaan melalui Kelompok
Wanita Tani (KWT) Cempaka untuk memberikan akses serta mengembangkan
pengetahuandan keterampilan untuk membuat perempuan yang ada di RW 02
ini menjadi berdaya dan diharapkan bisa membantu meningkatkan pendapatan
keluarganya.
Kelompok Wanita Tani (KWT) Cempaka di RW 02 Kelurahan
Petukangan Selatan merupakan salah satu kegiatan yang strategis dalam rangka
ikut berpartisipasi untuk pembangunan di bidang pertanian dan turut
menciptakan kondisi masyarakat yang berdaya dalam upaya pemberdayaan
ekonomi masyarakat yang kreatif.
Selain mempunyai manfaat ekonomi, pemberdayaan melalui Kelompok
Wanita Tani (KWT) Cempaka juga mempunyai manfaat sosial dan lingkungan
serta menjadi salah satu solusi karena mereka menggunakan lahan kosong
menjadi berguna selain itu juga memberikan solusi murah dan fleksibel bagi
masyarakat yang kesulitan finansial dengan menggunakan lahan
pekarangannya menggunakan metode tambulampot (tanaman buah dalam pot).
Selain budidaya pertanian, kelompok ini mengolah hasil panen menjadi
suatu produk makanan dan minuman, produk yang dihasilkan diantaranya bir
untuk meningkatkan nilai jual yang diharapkan dapat membantu peningkatan
pendapatan yang berdampak pada kesejahteraan keluarga.
Namun, kurangnya pengetahuan mengenai budidaya pertanian dan
pengolahan hasil pertanian ini menjadi hambatan bagi kelompok dalam
melakukan kegiatannya. Sehingga perlu adanya pendampingan oleh pekerja
masyarakat yang berkompeten dibidangnya.
Dengan diadakannya pemberdayaan melalui Kelompok Wanita Tani
(KWT) Cempaka ini diharapkan dapat membantu para perempuan ataupun ibu
rumah tangga yang berada di RW 02 Keluharan Petukangan Selatan yang
sebelumnya hanya menjadi ibu rumah tangga biasa dengan adanya akses
mengikuti kegiatan di kelompok ini bisa membantu meningkatnya pendapatan
keluarga yang rendah serta menjadi keluarga yang lebih sejahtera dimana
terpenuhinya kebutuhan primer, sekunder, dan tersier.
Dengan demikian, peneliti tertarik untuk melakukan penelitian pada
Kelompok Wanita Tani (KWT) Cempaka di RW 02 Kelurahan Petukangan
Selatan, dikarenakan yang menjadi saaran pelaksanaan pemberdayaan tersebut
adalah perempuan atau ibu rumah tangga yang di usia produktif dan kondisi
ekonominya yang terbilang rendah.
Sama halnya dengan penelitian sebelumnya pernah membahas tentang
pemberdayaan perempuan akan tetapi letak perbedaannya penelitian terdahulu
melalui pengembangan kewirausahaan keluarga. Adapula beberapa penelitian
sebelumnya yang membahas tentang pemberdayaan melalui pemberian
pelatihan dan keterampilan dengan pembuatan anyaman di bidang furniture
Namun, di penelitian ini perbedaannya pemberdayaan yang dilakukan
dibidang pertanian yang letaknya di Kelurahan Petukangan Selatan, Kota
Jakarta Selatan. Dimana mayoritas orang masih banyak yang berpikir bahwa
pertanian pertanian sebagai salah satu kegiatan yang terjadi hampir di daerah
pedasaan. Namun ternyata, terdapat pula kegiatan pertanian yang
dikembangkan di perkotaan seperti yang dilakukan oleh Kelompok Wanita
Tani (KWT) Cempaka. Menarik untuk diteliti karena di daerah perkotaan yang
sudah sangat jarang terlihat lahan untuk pertanian, Kelompok Wanita Tani
(KWT) Cempaka ini menggunakan lahan tidur dan lahan pekarangan rumah
untuk menjadi sarana pertaniannya.
Berdasarkan latar belakang diatas, maka peneliti tertarik untuk
mengangkat masalah tersebut dengan judul “PEMBERDAYAAN PEREMPUAN MELALUI KELOMPOK WANITA TANI CEMPAKA DI RW 02 KELURAHAN PETUKANGAN SELATAN”
B. Pembatasan dan Perumusan Masalah 1. Pembatasan Masalah
Dengan melihat latar belakang permasalahan tersebut di atas, maka
masalah yang akan peneliti kaji pada tulisan ini hanya dibatasi pada
masalah terkait dengan Pemberdayaan Perempuan Melalui Kelompok
2. Perumusan Masalah
Dengan melihat pembatasan masalah tersebut di atas, maka
rumusan umum dalam penelitian ini adalah:
“Bagaimana Kelompok Wanita Tani (KWT) Cempaka melakukan
pemberdayaan perempuan di RW 02 Petukangan Selatan, Jakarta
Selatan?”
Dari rumusan umum tersebut, peneliti turunkan menjadi beberapa
sub pertanyaan sebagai berikut:
a. Bagaimana Kelompok Wanita Tani (KWT) Cempaka
menyediakan sumber daya perempuan di RW 02 Kelurahan Petukangan Selatan?
b. Bagaimana Kelompok Wanita Tani (KWT) Cempaka
menyediakan kesempatan perempuan di RW 02 Kelurahan Petukangan Selatan?
c. Bagaimana Kelompok Wanita Tani (KWT) Cempaka
meningkatkan pengetahuan perempuan di RW 02 Kelurahan Petukangan Selatan?
d. Bagaimana Kelompok Wanita Tani (KWT) Cempaka
C. Tujuan dan Manfaat Penelitian
1. Tujuan secara umum dalam penelitian ini adalah:
Untuk menggambarkan Kelompok Wanita Tani (KWT) Cempaka
dalam memberdayakan perempuan di RW 02 Kelurahan
Petukangan Selatan, Jakarta Selatan.
Adapun tujuan penelitian ini secara khusus yaitu untuk:
a. Menggambarkan Kelompok Wanita Tani (KWT) Cempaka
dalam menyediakan sumber daya perempuan di RW 02 Kelurahan Petukangan Selatan.
b. Menggambarkan Kelompok Wanita Tani (KWT) Cempaka
dalam menyediakan kesempatan perempuan di RW 02 Kelurahan Petukangan Selatan.
c. Menggambarkan Kelompok Wanita Tani (KWT) Cempaka
dalam meningkatkan pengetahuan perempuan di RW 02 Kelurahan Petukangan Selatan.
d. Menggambarkan Kelompok Wanita Tani (KWT) Cempaka
dalam meningkatkan keterampilan perempuan di RW 02 Kelurahan Petukangan Selatan.
2. Manfaat yang diambil dari penelitian ini
a. Manfaat Akademis
1) Sebagai sarana bagi peneliti untuk meningkatkan kemampuan
2) Agar dapat dijadikan bahan kajian bagi pembaca yang akan
menyusun skripsi khususnya mengenai pemberdayaan
perempuan.
b. Manfaat Praktis
1) Agar dapat dijadikan bahan evaluasi bagi Kelompok Wanita
Tani (KWT) Cempaka dalam kegiatannya meningkatkan
pengetahuan dan keterampilan perempuan.
2) Untuk menambah wawasan bagi para pembaca umumnya
tentang pemberdayaan perempuan serta upaya untuk
meningkatkan kesejahteraan masyarakat kelompok tani.
D. Tinjauan Pustaka
Tinjauan pustaka merupakan tinjauan atas kepustakaan (literatur) yang
berkaitan dengan topik pembahasan penelitian yang dilakukan pada penelitian
skripsi ini. Tinjauan pustaka digunakan sebagai acuan untuk membantu dan
mengetahui dengan jelas penelitian yang akan dilakukan untuk skripsi ini,
peneliti menggunakan literatur berupa skripsi dan jurnal, yaitu:
1. Nama : Irfan Aziz
NIM : 10905400016
Judul : “Strategi Pemberdayan Masyarakat Melalui Kegiatan Kelompok
Wanita Tani Mina Maju Bersama Dalam Pembuatan Abon Lele di Parung
Skripsi S.1 Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi UIN Syarif
Hidayatullah Jakarta, 2014. Skripsi ini berisi tentang implementasi strategi
pemberdayaan masyarakat melalui kelompok wanita tani dalam pembuatan
abon lele dan juga hasil dari implementasi tersebut.
2. Nama : Siti Noor Havidah
NIM : 03054028807
Judul : “Upaya Pemberdayaan Petani Yang Dilakukan Gabungan
Kelompok Tani (Gapoktan) Silih Asih di Kec. Cigombong Kab. Bogor”
Skripsi S.1 Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi UIN Syarif
Hidayatullah Jakarta, 2007. Dalam skripsi ini menggambarkan tentang upaya
pemberdayaan petani dalam meningkatkan pendapatan petani dan
meningkatkan pengetahuan dan keterampilan petani.
3. Nama : Sri Marwanti dan Ismi Dwi Astuti
Judul : Model Pemberdayaan Perempuan Miskin Melalui Pengembangan
Kewirausahaan Keluarga Menuju Ekonomi Kreatif di Kabupaten
Karanganyar.
Jurnal ini berisi tentang analisia potensi serta peluang perempuan
miskin dalam mengembangkan kewirausahan keluarga, analisa kebijakan
penanggulangan kemiskinan serta perumusan model pemberdayaan perempuan
miskin melalui pengembangan kewirausahaan keluarga menuju ekonomi
4. Nama : Imanuel Agung Pramuji
Judul : “Pemberdayaan Perempuan Indonesia Maju Mandiri di Desa
Rantau Layung Kecamatan Batu Sopang Kabupaten Paser”
eJournal Ilmu Pemerintahan, FISIP Universitas Mulawarman, 2013.
Dalam jurnal ini membahas tentang mengembangkan keterampilan dalam
membuat anyaman-anyaman dalam pelatihan kerja dan mengembangkan
keterampilan dalam menggali potensi sumber daya alam dan manusianya di
desa Rantau Layung Kecamatan Batu Sopang Kabupaten Paser.
5. Nama : Shita Anggun Lowisada
Judul : “Pemberdayaan Kelompok Tani dalam Meningkatkan Pendapatan
Usahatani Bawang Merah (Studi Kasus di Kelurahan Sukomoro
Kecamatan Sukomoro Kabupaten Nganjuk)”
eJournal Universitas Brawijaya, 2014. Isi jurnal ini berisi tentang
pemberdayaan kelompok tani dan meningkatkan pendapatan usahatani bawang
merah. Kesimpulan penelitian ini, pemberdayaan kelompok tani mampu
memberikan kontribusi pada pendapatan usaha tani anggota kelompok
termasuk harga pupuk yang lebih terjangkau bagi anggota kelompok.
Berdasarkan hasil tinjauan pustaka di atas, kesimpulannya adalah
penelitian pemberdayaan tersebut dilakukan untuk meningkatkan pengetahuan
serta keterampilan anggota kelompok tani dengan menggali potensi serta
E. Metodologi Penelitian 1. Pendekatan Penelitian
Pendekatan yang digunakan peneliti dalam mengadakan penelitian
adalah metodologi kualitatif. Penelitian kualitatif adalah penelitian yang
bermaksud untuk memahami fenomena tentang apa yang dialami oleh
subjek penelitian misalnya perilaku, persepsi, motivasi, tindakan, dll,
secara holistik, dan dengan cara deskriptif dalam bentuk kata-kata dan
bahasa pada suatu konteks khusus yang alamiah dan dengan
memanfaatkan berbagai metode alamiah.6
Penelitian kualitatif menurut Bogdan dan Taylor sebagaimana
dalam Imam Gunawan adalah prosedur penelitian yang menghasilkan
data deskriptif berupa kata-kata tertulis atau lisan dari orang-orang yang
berperilaku yang dapat diamati yang diarahkan pada latar dan individu
secara holistik (utuh).7
Dalam pendapat lain, Creswell sebagaimana dalam Imam Gunawan
mengemukakan pendekatan kualitatif adalah pendekatan untuk
membangun pernyataan pengetahuan berdasarkan perspektif-konstruktif
(misalnya, makna-makna yang bersumber dari pengalaman individu,
nilai-nilai sosial dan sejarah, dengan tujuan untuk membangun teori atau pola
pengetahuan tertentu), atau berdasarkan perspektif partisipatori (misalnya,
6
Lexy J. Moleong, Metode Penelitian Kualitatif (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2007) Cet. Ke-23, h.6.
7
orientasi terhadap politik, isu, kolaborasi, atau perubahan), atau
keduanya).8
2. Jenis Penelitian
Penelitian ini akan mendeskripsikan secara akurat pemberdayaan
perempuan melalui Kelompok Wanita Tani (KWT) Cempaka di RW 02
Kelurahan Petukangan Selatan. Untuk mendeskripsikan informasi dan
fakta yang ditemukan maka penelitian ini menggunakan jenis penelitian
deskriptif. Moh. Nazir berpendapat bahwa metode deskriptif adalah suatu
metode dalam meneliti status kelompok manusia, suatu objek, suatu set
kondisi, suatu sistem pemikiran, ataupun suatu kelas peristiwa pada masa
sekarang.9
3. Tempat dan Waktu Penelitian
Penelitian ini diadakan di Kelompok Wanita Tani (KWT)
Cempaka di RW 02 Kelurahan Petukangan Selatan yang beralamat di Jl.
Damai Kapling PDK Nomor 7 RT 11/RW 02 Kelurahan Petukangan
Selatan, Kecamatan Pesanggrahan, Jakarta Selatan, Telp: (021) 7350148.
Adapun penelitian dilakukan terhitung mulai bulan Februari sampai bulan
Oktober 2015.
8
Imam Gunawan, Metode Penelitian Kualitatif Teori & Praktik, h.83.
9
4. Teknik Pemilihan Informan
Dalam penelitian ini peneliti menggunakan teknik purposive
sampling (bertujuan) yang merupakan teknik penentuan sampel dengan
pertimbangan tertentu. Kita memilih orang yang benar-benar mengetahui
atau memiliki kompetensi dengan topik penelitian kita.10 Informan dipilih berdasarkan pertimbangan tertentu dan dianggap sebagai orang-orang yang
tepat dalam memberikan informasi tentang pemberdayaan perempuan
melalui Kelompok Wanita Tani (KWT) Cempaka di RW 02 Kelurahan
Petukangan Selatan.
Tabel 1.1 Rancangan Informan
No Informan Informasi yang Dicari Jumlah
1 Pembina (penyuluh) Mengetahui bagaimana
pemberdayaan yang
dilakukan.
2 orang
2 Pengurus Kelompok
Wanita Tani (KWT)
Cempaka.
Mengetahui gambaran
umum Kelompok Wanita
Tani (KWT) Cempaka
3 orang
3 Anggota Kelompok
Wanita Tani (KWT)
Cempaka.
Mengetahui bagaimana
hasil pemberdayaan yang
dilakukan.
5 orang
10
5. Sumber Data
Menurut Lofland Husaini sebagaimana dalam Lexy J. Moleong,
sumber data utama dalam penelitian kualitatif adalah kata-kata, dan
tindakan selebihnya adalah data tambahan seperti dokumen dan lain-lain.
Kata-kata dan tindakan orang-orang yang diamati atau diwawancarai
merupakan sumber data utama. Sumber data utama dicatat melalui catatan
tertulis atau melalui perekaman video/audio tape, pengambilan foto atau
film. Pencatatan sumber data utama melalui wawancara atau pengamatan
berperan serta merupakan hasil usaha gabungan dari kegiatan melihat,
mendengar, dan bertanya.11
Walaupun dikatakan bahwa sumber diluar kata dan tindakan
merupakan sumber kedua, jelas hal itu tidak bisa diabaikan. Dilihat dari
segi sumber data, bahan tambahan yang berasal dari sumber tertulis dapat
dibagi atas sumber buku dan majalah ilmiah, sumber dari arsip, dokumen
pribadi dan dokumen resmi.12 Sumber yang digunakan peneliti adalah sebagai berikut:
a. Sumber data primer, yaitu data yang langsung diperoleh dari para
informan yang ada di Kelompok Wanita Tani (KWT) Cempaka di
RW 02 Petukangan Selatan pada waktu penelitian. Peneliti akan
mewawancarai 2 orang pembina atau penyuluh, 3 orang pengurus
yang terdiri dari ketua, bendahara, dan sekretaris serta 5 anggota
Kelompok Wanita Tani (KWT) Cempaka yang berbeda. Hal ini
11
Lexy J. Moleong, Metode Penelitian Kualitatif (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2000), Cet ke-13, h.112.
12
dilakukan karena karakteristik petani di Kelompok Wanita
Cempaka (KWT) Cempaka sangat heterogen.
b. Sumber data sekunder, yaitu data yang dikumpulkan melalui
sumber-sumber informasi tidak langsung peneliti peroleh melalui
observasi di lapangan, data-data dan dokumentasi dari Kelompok
Wanita Tani (KWT) Cempaka.
6. Teknik Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data diperlukan untuk mendapatkan data dan
informasi yang diperlukan untuk dapat menjelaskan dan menjawab
permasalahan penelitian ini. Teknik pengumpulan ini dilakukan dengan
cara:
a. Observasi
Metode observasi (pengamatan), merupakan sebuah teknik
pengumpulan data yang mengharuskan peneliti turun ke lapangan
mengamati hal-hal, kegiatan, benda-benda, waktu, peristiwa, tujuan,
dan perasaan.13 Peneliti mengadakan pengamatan langsung tentang upaya Kelompok Wanita Tani (KWT) Cempaka dalam melaksanakan
pemberdayaan perempuan melalui program dan kegiatannya.
Peneliti menggunakan observasi tak berstruktur, yaitu observasi yang
tidak dipersiapkan secara sistematis tentang apa yang akan
diobservasi. Peneliti dapat melakukan pengamatan bebas, mencatat
13
M. Djunaidi Ghony dan Fauzan Almanshur, Metodologi Penelitian Kualitatif
apa yang menarik, melakukan analisis, dan kemudian dibuat
kesimpulan.14
b. Wawancara
Metode wawancara, merupakan percakapan dengan maksud tertentu.
Percakapan itu dilakukan oleh dua pihak, yaitu pewawancara
(Interviewer) yang mengajukan pertanyaan dan terwawancara
(Interviewee) yang memberikan jawaban atas pertanyaan itu.15 sedangkan dalam pendapat lain Stewart dan Cash mengartikan
wawancara sebagai sebuah interaksi yang di dalamnya terdapat
pertukaran atau berbagi aturan, tanggung jawab, perasaan,
kepercayaan, motif, dan informasi. Wawancara bukanlah suatu
kegiatan dengan kondisi satu orang melakukan atau memulai
pembicaraan sementara yang lain hanya mendengarkan.16
c. Studi Dokumentasi
Studi dokumentasi merupakan teknik pengumpulan data yang tidak
langsung ditujukan kepada subjek penelitian. Dokumen yang diteliti
dapat berupa berbagai macam, tidak hanya dokumen resmi.17 Dalam pendapat lain, studi dokumentasi diartikan sebagai suatu metode
pengumpulan data kualitatif dengan melihat atau menganalisis
14
M. Djunaidi Ghony dan Fauzan Almanshur, Metodologi Penelitian Kualitatif, h.174.
15
Lexy J. Moleong, Metodologi Penelitian Kualitatif (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2007) Cet. Ke-23, h.186.
16
Haris Hardiansyah, Metodologi Penelitian Kualitatif untuk Ilmu-ilmu Sosial (Jakarta: Salemba Humanika, 2012) Cet. Ke-3, h.131.
17
dokumen-dokumen yang dibuat oleh subjek sendiri atau oleh orang
lain tentang subjek.18
Dalam pendapat lain, Bungin sebagaimana dalam Imam Gunawan
mengemukakan teknik dokumentasi adalah salah satu metode
pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian sosial untuk
menelusuri data dan historis.19
Untuk memperoleh data yang lebih akurat, peneliti juga mencari data
tertulis seperti profil umum Kelompok Wanita Tani (KWT) Cempaka,
panduan program kegiatan serta foto-foto kegiatan yang dilakukan
Kelompok Wanita Tani (KWT) Cempaka.
7. Analisis Data
Maksud dari analisis data adalah proses pengumpulan data dan
mengurutkannya ke dalam pola dan pengelompokkan data. Nazir
mengemukakan analisis data merupakan bagian yang sangat penting dalam
metode ilmiah, karena dalam analisis data tersebut dapat diberi arti dan
makna yang berguna memecahkan masalah penelitian.20
Pendapat lain mengemukakan analisis data adalah upaya yang
dilakukan dengan jalan bekerja dengan data, mengorganisasikan data,
memilah-milahnya menjadi satuan yang dapat dikelola,
mengsintesiskannya, mencari dan menemukan pola, menemukan apa yang
18
Hardiansyah, Metodologi Penelitian Kualitatif untuk Ilmu-ilmu Sosial, h.143.
19
Imam Gunawan, Metode Penelitian Kualitatif Teori & Praktik, h.177
20
dicari, dan memutuskan apa yang penting dan apa yang dipelajari, dan
memutuskan apa yang dapat diceritakan kepada orang lain.21
Ada berbagai cara untuk menganalisis data, tetapi secara garis
besarnya dengan langkah-langkah sebagai berikut:22
a. Reduksi data, yaitu dimana peneliti mencoba memilah data yang
relevan dengan pemberdayaan perempuan yang dilakukan oleh
Kelompok Wanita Tani (KWT) Cempaka.
b. Penyajian data, setelah data mengenai pemberdayaan perempuan yang
dilakukan oleh Kelompok Wanita Tani (KWT) Cempaka diperoleh,
maka data tersebut disusun dan disajikan dalam bentuk narasi, visual
gambar, matrik, bagan, tabel, dan lain sebagainya.
c. Penyimpulan data, pengambilan kesimpulan dengan menghubungkan
dari tema tersebut, sehingga memudahkan untuk menarik kesimpulan.
8. Keabsahan Data
Untuk mengukur keabsahan data pada penelitian ini peneliti
menggunakan teknik triangulasi, yaitu teknik pemeriksaan keabsahan data
yang memanfaatkan sesuatu yang lain di luar data itu untuk keperluan
pengecekan atau sebagai pembanding terhadap data itu.
Peneliti menggunakan triangulasi sumber, berarti membandingkan
dan mengecek balik derajat kepercayaan suatu informasi yang diperoleh
melalui waktu dan alat yang berbeda dalam metode kualitatif. Hal itu
dapat dicapai dengan (1) membandingkan data hasil pengamatan dengan
21
Lexy J. Moleong, Metodologi Penelitian Kualitatif, Cet ke-23, h. 248
22
data hasil wawancara, (2) membandingkan apa yang dikatakan orang di
depan umum dengan apa yang dikatakannya secara pribadi, (3)
membandingkan apa yang dikatakan orang-orang tentang situasi penelitian
dengan apa yang dikatakannya sepanjang waktu, (4) membandingkan
keadaan dan perspektif seseorang dengan berbagai pendapat dan
pandangan orang seperti rakyat biasa, orang yang berpendidikan
menengah, atau tinggi, orang berada, orang pemerintahan, (5)
membandingkan hasil wawancara dengan isi atau suatu dokumen yang
berkaitan.23
9. Teknik Penulisan
Adapun dalam penulisan skripsi ini, peneliti berpedoman pada
buku “Pedoman Penulisan Karya Ilmiah”, (Skripsi, Tesis, dan Disertasi).
Yang disusun oleh Hamid Nasuhi, Ismatu Ropi, Oman Fathurahman, M.
Syairozi Dimiyati, Netty Hartati dan Syopiansyah Jaya Putra yang
diterbitkan oleh CeQDA (Center For Quality Development an Assurance)
Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta, Press tahun
2007.24
23
Moleong, Metode Penelitian Kualitatif, Cet. Ke-13, h.178.
24
Hamid Nasuhi, dkk., Pedoman Penulisan Karya Ilmiah (Skripsi, Tesis, dan Disertasi)
F. Sistematika Penulisan
Skripsi ini terdiri dari lima bab, termasuk Pendahuluan, Isi dan
Penutup. Berikut uraiannya secara ringkas:
BAB I PENDAHULUAN
Pada bab ini, peneliti mengemukakan latar belakang
masalah, pembatasan dan perumusan masalah, tujuan
dan manfaat penelitian, tinjauan pustaka, metode
penelitian dan sistematika penulisan.
BAB II KERANGKA TEORI
Pada bab ini peneliti akan membahas pemberdayaan
meliputi, pengertian pemberdayaan, tujuan
pemberdayaan, indikator pemberdayaan, strategi
pemberdayaan, tahapan pemberdayaan.
Petani meliputi, pengertian petani, pengertian kelompok
tani, serta karakteristik kelompok tani.
BAB III GAMBARAN UMUM LEMBAGA
Pada bab ini peneliti akan membahas tentang Gambaran
Umum tentang Obyek Penelitian, latar belakang
berdirinya Kelompok Wanita Tani (KWT) Cempaka, visi
dan misi, tujuan, struktur kelompok, permodalan dan lain
sebagainya yang berkaitan dengan Kelompok Wanita
BAB IV ANALISA HASIL TEMUAN PENELITIAN
Pada bab ini peneliti akan membahas analisa hasil
penelitian meliputi pemberdayaan perempuan yang
dilakukan oleh Kelompok Wanita Tani (KWT) Cempaka
dalam menyediakan sumber daya, kesempatan,
pengetahuan, serta keterampilan pada perempuan di RW
02 Petukangan Selatan, Jakarta Selatan.
BAB V PENUTUP
Pada bab ini penulis mengemukakan kesimpulan dari
penelitian tentang pemberdayaan perempuan melalui
Kelompok Wanita Tani (KWT) Cempaka di RW 02
Petukangan Selatan dan saran-saran untuk perbaikan
bagi Kelompok Wanita Tani (KWT) Cempaka serta
penelitian selanjutnya.
23
KERANGKA TEORI
A. Pemberdayaan
1. Pengertian Pemberdayaan
Secara konseptual, pemberdayaan menurut Edi Suharto berasal dari
kata “power” (kekuasaan atau keberdayaan).1 Perspektif sebelum
pemberdayaan yaitu pembangunan sosial. Pembangunan sosial menurut
James Midgley adalah suatu pendekatan yang mengangkat kesejahteraan
masyarakat. Cara pembangunan sosial mengangkat kesejahteraan yaitu
seperti philantropi, pekerjaan sosial dan administrasi sosial.2
Menurut Payne sebagaimana dalam Isbandi, pemberdayaan
(empowerment) adalah membantu klien memperoleh daya untuk
mengambil keputusan dan menentukan tindakan yang akan ia lakukan
yang terkait dengan diri mereka, termasuk mengurangi efek hambatan
pribadi dan sosial dalam melakukan tindakan. Hal ini dilakukan melalui
peningkatan kemampuan dan rasa percaya diri untuk menggunakan daya
yang ia miliki antara lain melalui transfer daya dari lingkungan.3
Sedangkan menurut Gunawan, pembangunan adalah proses
mewujudkan masyarakat sejahtera secara adil dan merata. Masyarakat
1
Edi Suharto, Membangun Masyarakat Memberdayakan Rakyat (Bandung: PT Refika Aditama, 2005), h.57.
2
James Midgley, Pembangunan Sosial Perspektif Pembangunan Dalam Kesejahteraan Sosial (Jakarta: Direktorat Perguruan Tinggi Agama Islam, 2005), h. 1.
3
sejahtera ditandai adanya dengan kemakmuran berupa meningkatnya
konsumsi masyarakat karena meningkatnya pendapatan. Peningkatan
pendapatan sendiri merupakan hasil produksi yang meningkat. Proses
demikian dapat berlangsung baik bila asumsi-asumsi pembangunan, yakni
adanya kesempatan kerja secara penuh (full employment), tiap orang
memiliki kemampuan yang sama (equal produvtivity) dan semua pelaku
ekonomi bertindak rasional (efficient) terpenuhi.4
Dalam pendapat lain, Soetomo mendefinisikan Community
Development sebagai suatu proses yang merupakan usaha masyarakat
sendiri yang diintegrasikan dengan otoritas pemerintah guna memperbaiki
kondisi sosial ekonomi dan kultural komunitas, mengintegrasikan
komunitas ke dalam kehidupan nasional dan mendorong kontribusi
komunitas yang lebih optimal bagi kemajuan nasional.5
Dari beberapa pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa
pemberdayaan menekankan kepada perubahan dan pengembangan yang
lebih baik. Artinya mendorong mereka berkesempatan untuk
mengembangkan potensi yang dimiliki dengan upayanya sehingga mereka
mempunyai kesadaran penuh dalam membentuk masa depannya.
Pemberdayaan sebagai tujuan adalah suatu keadaan yang ingin
dicapai, yakni yang memiliki kekuasaan atau keberdayaan yang mengarah
pada kemandirian sesuai dengan tipe-tipe kekuasaan.6 Sedangkan
4
Gunawan Sumodiningrat, Pemberdayaan Sosial (Jakarta: PT. Kompas Media Nusantara, 2007), h. 18.
5
Soetomo, Strategi-strategi Pembangunan Masyarakat (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2006), h. 79.
6
pemberdayaan sebagai suatu proses adalah proses yang berkesinambungan
(on-going) sepanjang komunitas itu masih ingin melakukan perubahan dan
perbaikan dan tidak hanya terpaku pada suatu program saja.7
Sebagai suatu proses, Hogan sebagaimana dalam Isbandi
menggambarkan siklus pemberdayaan yang berkesinambungan melalui
lima tahapan utama yaitu:8
Bagan 2.1
(Sumber: Isbandi Rukminto Adi, 2002, h.174)
Menurut Jim Ife pemberdayaan berarti menyediakan sumber daya,
kesempatan, pengetahuan, dan keterampilan untuk meningkatkan
kemampuan mereka untuk menentukan masa depan mereka sendiri dan
untuk berpartisipasi serta mempengaruhi kehidupan masyarakatnya.9
7
Syamsir Salam, Sosiologi Pedesaan, h.241.
8
Isbandi Rukminto Adi, Pemikiran-pemikiran dalam Pembangunan Kesejahteraan Sosial, h.174.
9
Jim Ife dan Frank Tesoriero, Community Development: Alternatif Pengembangan Masyarakat di Era Globalisasi, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2008), h.510.
Menghadirkan kembali pengalaman yang memberdayakan dan tidak memberdayakan
Mendiskusikan alasan mengapa terjadi pemberdayaan dan pentidak pemberdayaan
Mengembangkan aksi dan mengimplementasikannya
Mengidentifikasikan basis daya yang bermakna
Berikut ini akan dijelaskan lebih lanjut mengenai apa yang dimaksud
dengan sumber daya, kesempatan, pengetahuan, dan keterampilan.
a. Sumber Daya
Sumber daya merupakan sumber energi, tenaga, kekuatan yang
diperlukan untuk menciptakan daya, gerakan, aktifitas, kegiatan, dan
tindakan. Sumber daya manusia sebagaimana dalam Sonny mengandung
dua pengertian, yang pertama usaha kerja atau jasa dapat diberikan dalam
proses produksi dan pengertian kedua seseorang yang mampu bekerja
memberikan usaha kerja atau jasa tersebut. Mampu bekerja disini diartikan
kegiatan yang mempunyai nilai ekonomis yang menghasilkan barang atau
jasa untuk memenuhi kebutuhan masyarakat. Sedangkan sumber daya
manusia sebagaimana dalam Hasibuan adalah kemampuan dari daya pikir
dan daya fisik yang dimiliki oleh setiap individu.10
Kualitas sumber daya manusia dapat dilihat dari tingkat pendidikan
yang baik melalui pendidikan formal maupun nonformal. Hal ini
dikarenakan dengan adanya tingkat pengetahuan yang tinggi maka
wawasannya pun luas, selain itu kemampuan dalam mengantisipasi
masalah lebih tinggi.
Disamping pendidikan, kualitas sumber daya manusia juga dapat
dipengaruhi oleh tingkat kesehatan dan juga nilai gizinya. Berdasarkan
asumsi bahwa tingkat produktivitas mencerminkan tingkat pendapatan
10“Pengertian Sumber Daya Manusia Menurut Para Ahli,”
maka akan ada pengaruhnya pula dari produktivitas yang rendah terhadap
kemiskinan.11
Banyak orang memiliki akses yang relatif kecil kepada sumber daya,
dan relatif sedikit keleluasaan atas bagaimana sumber daya tersebut akan
dimanfaatkan. Hal ini berlaku baik untuk sumber daya keuangan maupun
sumber daya non-keuangan seperti pendidikan, kesempatan untuk
pertumbuhan pribadi, rekreasi, dan pekerjaan.
Dalam menyediakan sumber daya, peran pekerja masyarakat sebagai
broker (perantara) dalam intervensi komunitas erat kaitannya dengan
upaya menghubungkan individu atau kelompok dalam masyarakat yang
membutuhkan bantuan atau layanan masyarakat tetapi tidak tahu dimana
dan bagaimana mendapatkan bantuan tersebut dengan lembaga yang
menyediakan layanan masyarakat.12
Dapat disimpulkan bahwa sumber daya merupakan sumber energi,
kekuatan yang digunakan utuk menghasilkan gerakan, kegiatan dan
tindakan yang menghasilkan barang ataupun jasa. Kurangnya akses untuk
memperoleh dan memanfaatkan sumber daya ini yang menjadikan pekerja
masyarakat memainkan perannya sebagai broker (perantara) untuk
memudahkan individu atau kelompok memperoleh apa yang dibutuhkan.
11
Soetomo, Pembangunan Masyarakat Merangkai Sebuah Kerangka (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2012), h.193-197.
12
b. Kesempatan
Kesempatan adalah dimana seseorang memiliki waktu dan peluang
untuk melakukan suatu kegiatan. Salah satu peran pekerja masyarakat
dalam menyediakan kesempatan yaitu dengan meningkatkan kesadaran
kelompok, salah satu karakteristik peningkatan kesadaran adalah bahwa ia
sebaiknya dimaksudkan untuk memberikan kesadaran terhadap berbagai
struktur dan strategi perubahan sosial sehingga orang-orang dapat
berpartisipasi dan mengambil tindakan yang efektif. Banyak orang yang
pasif bukan karena keinginan mereka, namun karena mereka tidak
diperkenalkan pada berbagai struktur dan strategi yang disitu mereka bisa
dengan mudah menjadi aktivis. Oleh karena itu, membantu masyarakat
untuk menjadi partisipan yang aktif adalah sangat penting pagi pekerja
sosial.13
Disinilah peran pekerja masyarakat sebagai fasilitator, dalam peran
ini berkaitan dengan menstimulasi atau mendukung pengembangan
masyarakat. Peran ini dilakukan untuk mempermudah proses perubahan
individu atau kelompok. menolong proses pengembangan dengan
menyediakan waktu, pemikiran, sarana-sarana dan informasi yang
dibutuhkan dalam proses perubahan.
Informasi merupakan hal yang sangat penting bagi masyarakat, hal
ini bisa termasuk informasi mengenai adanya berbagai pelayanan,
informasi pengembangan pengetahuan, informasi mengenai bagaimana
mengerjakan berbagai tugas khusus, dan lain sebagainya. Pekerja
13
masyarakat memainkan sebuah peran penting sebagai makelar informasi
dengan mengetahui bagaimana memperoleh jalan masuk pada informasi
ini, membantu kelompok melakukan hal serupa dengan begitu membantu
mereka menggunakan informasi itu secara efektif.14
Dalam pemberdayaan ekonomi, salah satu strategi peningkatan
kesempatannya dalam berusaha diberikan dengan penyediaan kemudahan
dalam pembinaan teknis manajemen memulai usaha, perlindungan usaha,
tempat berusaha wirausaha baru merupakan salah satu strategi dalam
pemberdayaan di bidang ekonomi.
Dapat disimpulkan bahwa dalam menyediakan kesempatan, peran
pekerja masyarakat sebagai fasilitator sangat dibutuhkan. Hal ini untuk
membantu proses pengembangan dengan menyediakan waktu, pemikiran,
sarana-sarana dan juga informasi penting bagi individu atau kelompok.
Dengan begitu, individu ataupun kelompok yang tadinya pasif bisa lebih
menjadi aktif sebagai partisipan.
c. Pengetahuan
Dalam menjalankan peran sebagai pendidik (educator), pekerja
masyarakat diharapkan mempunyai kemampuan menyampaikan informasi
dengan baik dan jelas, serta mudah ditangkap oleh komunitas yang
menjadi sasaran perubahan. Disamping itu, ia harus mempunyai
pengetahuan yang cukup memadai mengenai topik yang akan dibicarakan.
14
Dalam hal ini, tidak jarang pekerja masyarakat harus menghubungi rekan
dari profesi lain yang menguasai materi tertentu.15
Misalnya ketika pekerja masyarakat harus menyampaikan tentang
perilaku hidup sehat, dalam hal ini pekerja masyarakat mungkin harus
menghubungi dokter di puskesmas atau ahli kesehatan masyarakat lainnya
agar informasi yang diberikan lebih tepat.
Dalam hal ini peran pekerja masyarakat dalam mendidik juga dalam
memberikan Informasi, informasi ini merupakan hal yang sangat penting
bagi sebuah masyarakat dalam merencanakan bagaimana cara yang paling
baik untuk memenuhi kebutuhannya dan bagaimana melibatkan
masyarakat sebanyak mungkin dalam berbagai proses pengembangan
masyarakat.
Seorang pekerja masyarakat juga akan berada di dalam suatu posisi
yang baik untuk memberikan informasi mengenai berbagai program dalam
kelompok masyarakat lainnya, ia pun harus berhati-hati dalam mentransfer
sebuah program yang sukses dari satu tempat ke tempat lain karena
beragam sosial dan budaya, namun hal tersebut penting bagi orang-orang
yang memiliki ide mengenai bagaimana berbagai hal dikerjakan ditempat
lain, dengan begitu mereka dapat belajar dari kesuksesan dan kegagalan
kelompok lain.16
Dapat disimpulkan bahwa, untuk meningkatkan pengetahuan
kelompok, peran pekerja masyarakat sebagai educator (pendidik)
15
Adi, Intervensi Komunitas & Pengembangan Masyarakat Sebagai Upaya Pemberdayaan Masyarakat, h.102.
16
sangatlah penting. Sebagai pendidik harus mempunyai pengetahuan yang
luas serta kemampuan dalam penyampaian informasi yang baik dan jelas
agar informasi yang diberikan mudah untuk dipahami oleh sasaran
perubahan. Selain itu pendidik melakukan kolaborasi dengan profesi lain
yang menguasi materi tertentu untuk diberikan kepada kelompok sasaran
perubahan.
d. Keterampilan
Keterampilan adalah kemampuan untuk meyelesaikan tugas. Arti
keterampilan juga dapat dikatakan memiliki keahlian yang dapat
bermanfaat bagi masyarakat. Keterampilan sangat erat kaitannya dengan
sumber daya manusia, The Liang Gie sebagaimana dalam Syarif Makmur
mengatakan bahwa keterampilan adalah kegiatan menguasai sesuatu
keterampilan dengan tambahan bahwa mempelajari keterampilan harus
dibarengi dengan kegiatan praktik, berlatih, dan mengulang-ulang suatu
kerja. Seseorang yang memahami semua azas, metode, pengetahuan, dan
teori serta mampu melaksanakan secara praktis adalah orang yang
memiliki keterampilan.17
Menurut Littre dalam Maurice Duvenger, keterampilan adalah
sebagai proses kolektif dari suatu kemahiran atau manufaktur khusus.18 Maksudnya keterampilan dengan berbagai penemuan yang direncanakan
17
Syarif Makmur, Pemberdayaan Sumber Daya Manusia dan Efektifitas Organisasi: Kajian Penyelenggara Pemerintah Desa (Jakarta: PT. Raja Grafindo, 2008), h.70.
18
manusia dengan menggunakan alat-alat, mesin dan sebagainya yang
memberikan peserta penguasaan terhadap materi yang diberikan.
Peran penting bagi seorang pekerja masyarakat adalah
mengidentifikasi dan memanfaatkan berbagai keterampilan dan sumber
daya yang ada bersama masyarakat atau kelompok.19 misalnya ada kelompok warga yang terampil dalam membatik, ada pula yang terampil
membuat makanan ataupun kerajinan tangan. Berbagai kelompok warga
ini harus mendapat perhatian dari pelaku perubahan sehingga dalam
pengembangannya mereka bisa mengoptimalisasikan keterampilan
mereka.
Pelatihan merupakan peran edukatif yang paling spesifik, karena hal
tersebut melibatkan bagaimana mengajarkan penduduk untuk melakukan
sesuatu. Pelatihan akan sangat efektif bila hal itu memang diberikan untuk
merespon permintaan masyarakat itu sendiri.
Pelatihan ini disesuaikan dengan kebutuhan kelompok itu sendiri,
dalam perkembangan ekonomi misalnya dengan memberikan pelatihan
kerajinan tangan, keterampilan yang mereka dapatkan itu mereka gunakan
untuk memperoleh sebuah pekerjaan dan bekerja secara produktif dalam
sebuah lapangan kerja atau berbagai keterampilan yang dapat mereka
gunakan untuk memulai sebuah proyek ekonomi masyarakat lokal.
Namun dalam melakukan pelatihan ini, tidak mungkin dilakukan
secara individu oleh pekerja masyarakat, pekerja masyarakat juga
19
memainkan perannya untuk menemukan berbagai sumber daya dan para
ahli yang berkompeten dibidangnya.20
Dapat disimpulkan bahwa keterampilan merupakan kegiatan
mempelajari sesuatu yang dibarengi dengan praktik, berlatih, dan
mengulang-ulang suatu kerja. Peran yang juga penting bagi pekerja
masyarakat adalah mengidentifikasi dan memanfaatkan sumber daya yang
ada. Dalam hal ini pelatihanlah yang paling spesifik, karena mengajarkan
individu atau kelompok untuk melakukan sesuatu. Pelatihan ini juga
disesuaikan dengan kebutuhan serta sumber daya yang ada dalam
kelompok tersebut.
Pemberdayaan bertujuan meningkatkan kekuasaan dari mereka yang
dirugikan, pemberdayaan ini berupaya untuk memperbaiki keadaan untuk
menguntungkan kelompok yang dirugikan dengan berbagai cara
diantaranya melalui kebijakan dan perencanaan, aksi sosial, sebagaimana
digambarkan dalam bagan berikut:21
20
Ife dan Tesoriero, Community Development: Alternatif Pengembangan Masyarakat di Era Globalisasi, h.590.
21
Bagan 2.2
(Sumber: Jim Ife dan Frank Tesoriero, 2008.h.149)
Suatu perspektif pemberdayaan akan membutuhkan pemberian
kekuasaan kepada masyarakat untuk mendefinisikan kebutuhan mereka
sendiri. Dalam pengembangan masyarakat, menurut Ife ada dua kebutuhan
mendasar pertama, suatu keyakinan bahwa kebutuhan manusia harus
terpenuhi, dan kedua, masyarakat mampu mengetahui kebutuhan mereka
sendiri. Pendefinisian kebutuhan juga mensyaratkan pengetahuan dan
mensyaratkan bahwa masyarakat harus memiliki akses yang lebih mudah
mendapat kesempatan untuk mendapat pendidikan dan informasi.22
Adapun cara yang ditempuh dalam melakukan pemberdayaan yaitu
dengan memberikan motivasi atau dukungan berupa penyediaan sumber
daya, kesempatan, pengetahuan dan keterampilan bagi masyarakat untuk
meningkatkan kapasitas mereka, meningkatkan kesadaran tentang potensi
yang dimilikinya, kemudian berupaya untuk mengembangkan potensi yang
dimiliki mereka tersebut.
2. Tujuan Pemberdayaan
Upaya pemberdayaan masyarakat dapat berbeda dengan kelompok
sasaran dan tujuan pemberdayaan sesuai dengan bidang pembangunan
yang digarap. Tujuan pemberdayaan bidang ekonomi belum tentu sama
dengan tujuan pemberdayaan di bidang pendidikan ataupun bidang sosial.
Tujuan pemberdayaan bidang ekonomi adalah agar kelompok sasaran yang
berada digaris bawah kemiskinan dapat mengelola usahanya, kemudian
memasarkan dan membentuk siklus pemasaran. Sedangkan pemberdayaan
bidang pendidikan agar kelompok sasaran dapat menggali potensi yang
ada dalam dirinya dan memanfaatkan potensi yang dimiliki untuk
mengatasi permasalahannya.23
Menurut Ife sebagaimana dalam Edi Suharto, tujuan pemberdayaan
yaitu untuk meningkatkan kekuasaan orang-orang yang lemah atau tidak
22
Ibid., h.142.
23
beruntung.24 Sebagai tujuan, maka pemberdayaan menunjuk pada keadaan atau hasil yang ingin dicapai oleh sebuah perubahan sosial; yaitu
masyarakat yang berdaya, memiliki kekuasaan atau mempunyai
pengetahuan dan kemampuan dalam memenuhi kebutuhan hidupnya baik
yang bersifat fisik, ekonomi, maupun sosial seperti memiliki kepercayaan
diri, mampu menyampaikan aspirasi, mempunyai mata pencaharian,
berpartisipasi dalam kegiatan sosial, serta mandiri dalam melaksanakan
tugas-tugasnya.25
3. Indikator Pemberdayaan
Parsons sebagaimana dalam Edi Suharto mengajukan tiga dimensi
pemberdayaan yang merujuk pada:26
a. Sebuah proses pembangunan yang bermula dari pertumbuhan
individual yang kemudian berkembang menjadi sebuah perubahan
sosial yang lebih besar.
b. Sebuah keadaan psikologis yang ditandai oleh rasa percaya diri,
berguna dan mampu mengendalikan diri orang lain.
c. Pembebasan yang dihasilkan dari sebuah gerakan sosial, yang
dimulai dari pendidikan dan politisasi orang-orang lemah dan
kemudian melibatkan upaya-upaya kolektif dari orang-orang
lemah tersebut untuk memperoleh kekuasaan dan mengubah
struktur-struktur yang masih menekan.
24
Suharto, Membangun Masyarakat Memberdayakan Rakyat, h.58.
25
Ibid., h.60.
26
4. Strategi Pemberdayaan
Sebagaimana dalam Jim Ife, terdapat tiga strategi dalam mencapai
pemberdayaan yaitu pemberdayaan melalui kebijakan dan perencanaan
dicapai dengan mengembangkan struktur-struktur dan lembaga untuk
mewujudkan akses yang lebih adil kepada sumber daya atau berbagai
layanan dan kesempatan untuk berpartisipasi dalam kehidupan masyarakat.
Menggunakan kebijakan ekonomi untuk mengurangi pengangguran
dapat dilihat sebagai pemberdayaan dalam konteks bahwa hal ini
meningkatkan sumber daya, akses dan kesempatan bagi masyarakat.
Memberikan sumber daya yang cukup dan aman kepada rakyat juga
merupakan strategi pemberdayaan yang penting dan oleh karena itu,
kebijakan untuk menjamin pendapatan cukup dapat disebut sebagai
memberdayakan.
Kemudian, pemberdayaan melalui aksi sosial dan politik
menekankan pentingnya perjuangan dan perubahan politik dalam
meningkatkan kekuasaan yang efektif. Tetapi ia menekankan pendekatan
aktivis dan berupaya untuk memungkinkan masyarakat meningkatkan
kekuasaannya melalui bentuk aksi langsung atau dengan memperlengkapi
mereka agar lebih efektif dalam arena politik.
Dan yang terakhir pemberdayaan melalui pendidikan dan
penyadartahuan menekankan pentingnya suatu proses edukatif dalam
melengkapi masyarakat untuk meningkatkan keberdayaan mereka. Ini
memasukkan gagasan-gagasan peningkatan kesadaran, membantu
masyarakat kosakata dan keterampilan untuk bekerja menuju perubahan
yang efektif dan seterusnya.27
Dalam konteks pekerjaan sosial, pemberdayaan dapat dilakukan
melalui tiga aras pemberdayaan (empowerment setting): mikro, mezzo, dan
makro. Untuk lebih jelasnya yaitu sebagai berikut:
a. Aras Mikro: Pemberdayaan dilakukan terhadap klien secara individu
melalui bimbingan, konseling, stress management, crisis intervetion.
Tujuan utamanya adalah membimbing atau melatih klien dalam
menjalankan tugas-tugas kehidupannya. Model ini sering disebut
sebagai pendekatan yang berpusat pasa tugas (task centered
approach).
b. Aras Mezzo: Pemberdayaan dilakukan terhadap sekelompok klien.
Pemberdayaan dilakukan dengan menggunakan sekelompok media
intervensi. Pendidikan dan pelatihan, dinamika kelompok, biasanya
digunakan sebagai strategi dalam meningkatkan kesadaran,
pengetahuan, keterampilan dan sikap-sikap klien agar memiliki
kemampuan memecahkan permasalahan yang dihadapinya.
c. Aras Makro: Pendekatan ini disebut juga sebagai Strategi Sistem
Besar (lare-system stategy), karena sasaran perubahan diarahkan pada
sistem lingkungan yang lebih luas. Perumusan kebijakan,
perencanaan sosial, kampanye, aksi sosial, lobbying, pengorganisasian
27
masyarakat, manajemen konflik, adalah beberapa strategi dalam
pendekatan ini.28
Berdasarkan uraian di atas, dapat diketahui bahwa strategi yang
digunakan dalam pemberdayaan telah terbagi menjadi tiga aras dimana
tiap aras memiliki caranya sendiri. Strategi dalam pemberdayaan di level
komunitas dapat dilakukan dengan dua pendekatan, yakni dengan
pendekatan direktif (instruktif) dan pendekatan non-direktif (partisipatif).
Untuk memberi gambaran singkat mengenai kedua pendekatan tersebut,
berikut merupakan gambaran singkat mengenai pendekatan direktif dan
non-direktif.
1) Pendekatan direktif (instruktif)
Pendekatan direktif (directive approach) dilakukan
berlandaskan asumsi bahwa community worker tahu apa yang
dibutuhkan dan apa yang baik untuk masyarakat. Dalam pendekatan
ini peranan community worker bersifat lebih dominan karena
prakarsa kegiatan dan sumber daya yang dibutuhkan lebih banyak
berasal dari community worker. Community worker-lah yang
menetapkan apa yang baik dan apa yang buruk bagi masyarakat.
Cara-cara apa yang perlu dilakukan untuk memperbaikinya, dan
selanjutnya menyediakan sarana yang diperlukan untuk perbaikan
tersebut. Dan pendekatan seperti ini, prakarsa dan pengambilan
keputusan berada di tangan community worker.
28
2) Pendekatan Non-Direktif (partisipatif)
Pendekatan non-direktif dilakukan dengan berlandaskan
asumsi bahwa masyarakat tahu apa yang sebenarnya mereka
butuhkan dan apa yang baik untuk mereka. Pada pendekatan ini
community worker tidak menetapkan diri sebagai orang yang
menetapkan apa yang baik atau buruk bagi suatu masyarakat.
Pemeran utama dalam perubahan masyarakat adalah masyarakat itu
sendiri, community worker lebih bersifat memanggil dan
mengembangkan potensi masyarakat.
Pemercepat perubahan (enabler) yang membantu mempercepat
terjadinya perubahan dalam suatu masyarakat. Dengan
menggunakan pendekatan ini, community worker berusaha untuk
merangsang tumbuhnya kemampuan masyarakat untuk menentukan
arah langkahnya sendiri (self-determination) dan kemampuan untuk
menolong dirinya sendiri (self-help).29
5. Tahapan Pemberdayaan
Tahapan pemberdayaan yang baik menurut Isbandi yaitu:30 a. Tahapan Persiapan (engagment)
Pada tahap ini ada dua tahap yang harus dikerjakan yaitu,
Pertama, menyiapkan petugas atau tenaga pemberdaya masyarakat
yang bisa juga dilakukan oleh Community Worker hal ini diperlukan
untuk menyamakan persepsi antar anggota tim mengenai pendekatan
29
Adi, Intervensi Komunitas & Pengembangan Masyarakat Sebagai Upaya Pemberdayaan Masyarakat, h.166-167.
30
apa yang akan dipilih, penyiapan petugas lebih diperlukan lagi bila
dalam proses pemberdayaan masyarakat tenaga yang dipilih
memiliki latar belakang antara satu sama lain seperti pendidikan,
agama, suku, dan strata. Kedua, menyiapkan lapangan yang pada
dasarnya diusahakan dilakukan secara non-direktif.
b. Tahap Pengkajian (Assesment)
Proses pengkajian dapat dilakukan secara individu melalui
tokoh-tokoh masyarakat, tetapi juga dapat melalui
kelompok-kelompok dan masyarakat. Dalam hal ini petugas harus berusaha
mengidentifikasi masalah kebutuhan yang dirasakan dan juga
sumber daya yang dimiliki klien.
c. Tahap Perencanaan Alternatif Program atau Kegiatan
Tahap ini petugas sebagai agen perubahan secara partisipatif
mencoba melibatkan warga untuk berfikir tentang masalah yang
mereka hadapi dan cara menghadapinya. Dalam konteks ini
masyarakat mengharapkan dapat memikirkan alternatif program dan
kegiatan yang dilakukan.
d. Tahap Pemformulasian Rencana Aksi
Tahap dimana menuangkan gagasan yang telah dirumuskan
dalam tahap perencanaan alternatif program ke dalam pernyataan
kegiatan (proposal) secara tertulis. Peran agen perubah dalam tahap
ini adalah membantu sasaran menuliskan rumusan program mereka
dalam format yang layak untuk diajukan kepada penyandang dana.